Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Desain Produk Keuangan Islam”
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Produk Jasa
Perbankan Syariah Dengan Akad Pelengkap”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Desain Produk Keuangan Islam”. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan di kehidupan sehari-hari bagi penulis maupun
pembaca.
Terlebih dahulu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pahri, M.E selaku dosen
pada mata kuliah Desain produk keuangan islam yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
dapat menambah wawasan pengetahuan terkait produk jasa perbankan syaiah deng an akad
pelengkap. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini, mungkin kami tidak bisa menyebutkan semuanya. Kemudian,
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
KESIMPULAN ................................................................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terkait dengan produk yang bersifat jasa (service), dalam ilmu keuangan dan
perbankan pembahasan mengenai jasa di istilahkan dengan jasa-jasa bank lainnya. Kegiatan
jasa bank ini dilakukan untuk memperlancar kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluarannya. Dalam konteks perbankan syariah , jasa-jasa perbankan syariah meliputi
qard dan rahn.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana produk jasa perbankan pada akad qard?
2. Bagaimana produk jasa perbankan pada akad rahn?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui akad qard
2. Untuk mengetahui akad rahn
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Qard
1. Pengertian Qard
Dalam literatur fiqh terdapat banyak pendapat terkait dengan Qardh, ialah diantaranya:
a. Berdasarkan pendapat Syafi’iyah yang dikutip oleh Ahmad Wardi Muslich, yang
Artinya: “ Syafi’iyah berpendapat bahwa qardh (utang-piutang) dalam istilah syara’
dimaknakan dengan sesuatu yang diberikan kepada orang lain (yang pada suatu saat
harus dikembalikan).”
b. Berdasarkan pendapat Hanafiyah yang dikutip oleh Wahbah az- Zuhaili Al- qardh
(utang-piutang) ialah harta yang memiliki kesepadanan yang diberikan untuk ditagih
kembali. Atau dengan kata lain, suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan
harta yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang sepadan
dengan itu”.
c. Berdasarkan pendapat Yazid Afandi Al- qardh (utang-piutang) ialah memberikan harta
kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan, untuk dikembalikan dengan
pengganti yang sama dan dapat ditagih kembali kapan saja sesuai kehendak yang
menghutangi. Akad qardh ialah akad tolong menolong bertujuan untuk meringankan
beban orang lain”.
d. Berdasarkan pendapat Gufron A. Mas’adi Al-qardh (utang-piutang) ialah memberikan
sesuatu kepada seseorang dengan pengembalian yang sama. Sedangkan utang ialah
kebalikan definisi piutang, yakni menerima sesuatu (uang/barang) dari seseorang
2
dengan perjanjian ia akan membayar atau mengembalikan utang tersebut dalam
jumlah yang sama pula”.
Jadi dapat dipahami bahwa: qardh (utang-piutang) ialah akad yang dilaksanakan
oleh dua orang bilamana diantara dari dua orang tersebut mengambil kepemilikan harta
dari lainnya dan ia menghabiskan harta tersebut untuk kepentingannya, kemudian ia harus
mengembalikan harta tersebut senilai dengan apa yang diambilnya dahulu, atau suatu akad
antara dua pihak bilamana pihak pertama menyerahkan uang atau barang kepada pihak
kedua, guna dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang atau barang tersebut harus
dikembalikan persis seperti apa yang ia terima dari pihak pertama.(Akhmad Farroh Hasan,
2014)
Rukun harus ada dalam setiap akad untuk terjadinya akad karena rukun adalah
sesuatu yang menjadi tegaknya dan adanya sesuatu, dan rukun bersifat internal (dakhiliy)
dari sesuatu yang ditegakkanya. Rukun Qardh ada empat yakni:
Yang disyaratkan harus orang yang cakap untuk melakukan tindakan hukum dan
barang yang dihutangkan disyaratkan berbentuk barang yang dapat diukur/ diketahui
jumlah maupun nilainya. Disyaratkannya hal ini agar pada waktu pembayaran tidak
menyulitkan, sebab harus sama jumlah/ nilainya dengan jumlah/ nilai barang yang
diterima. Adapun syarat yang terkait dengan akad qard, dirinci berdasarkan rukun akad
qardl di atas.
3
kecil belum mempunyai kewenangan untuk mengelolah harta, orang cacat mental
dan budak tidak boleh melakukan akad qardl.
b. Tanpa ada paksaan; bahwa muqridl dalam memberikan hutangnya tidak dalam
tekanan dan paksaan orang lain, demikian juga sebaliknya. Keduanya melakukan
secara suka rela.
2. Syarat Muqtaradl (barang yang menjadi obyek qardl), adalah barang yang bermanfaat
dan dapat dipergunakan. Barang yang tidak berguna secara syar‟itidak bisa
ditransaksikan.
3. Syarat Shighat; Ijab qabul menunjukkan kesepakatan kedua bela pihak, dan qardl
tidak boleh mendatangkan manfaat bagi muqridl. Demikian juga shighat tidak
mensyarakatkan qardl bagi akad lainnya.(Fasiha, 2018)
Pinjaman gardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas
pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan
bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi. produk
jasa perbankan syariah dalam akad qard ada empat hal:
4
c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil
d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank.(Hannanong, 2018)
B. Akad Rahn
1. Pengertian Rahn
Menurut bahasa (etimologi), gadai (al-rahn) berarti al-tsubut dan al-habs yaitu
penetapan dan penahanan. Adapula yang menjelaskan bahwa rahn adalah terkurung atau
terjerat. Sedangkan menurut istilah (terminologi), gadai adalah penahanan terhadap suatu
barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut.
Beberapa ulama mendefinisikan rahn sebagai harta yang oleh pemiliknya digunakan
sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Rahn juga diartikan sebagai jaminan
terhadap utang yang mungkin dijadikan sebagai pembayaran kepada pemberi utang baik
seluruhnya atau sebagian apabila pihak yang berutang tidak mampu melunasinya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gadai syariah merupakan
aktivitas pinjam meminjan dengan menyerahkan barang jaminan yang memiliki nilai
ekonomis dimana barang jaminan tersebut dapat digunakan untuk melunasi pinjaman
apabila peminjam tidak dapat membayarnya.Pemeliharaan dan penyimpanan barang
gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan, namun dapat juga
dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai dan biayanya harus ditanggung pihak
yang menggadaikan. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah
pinjaman. Apabila barang gadaian dapat diambil manfaatnya, misalnya mobil maka pihak
yang menerima barang gadai boleh memanfaatkannya atas seizin pihak yang
menggadaikan sebaliknya ia berkewajiban memelihara barang gadaian. Untuk barang
gadaianberupa emas tentu tidak ada biaya pemeliharaan, yang ada adalah biaya
penyimpanan. Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik pihak yang
menerima gadai (pihak yang memberi pinjaman) sebagai pengganti piutangnya. Dengan
kata lain fungsi rahn ditangan mutahin (pemberi utang) hanya berfungsi sebagai jaminan
utang dari rahin (orang yang berutang). Namun, barang gadaian tetap milik orang yang
berutang.
5
2. Rukun dan Syarat Rahn
Rukun Rahn terdiri dari 5 yaitu:
a. Rahin, orang yang menggadaikan jaminan atau orang yang menggadaikan
b. Murtahin, yaitu orang yang menerima jaminan
c. Marhun, yaitu barang yang dijadikan jaminan
d. Marhun bih, yaitu uang yang dijadikan sebagai utang.
e. Sighat, yaitu akad ijab kabul dari rahin dan murtahin.
Syarat Rahn
a. Pelaku adalah Dari keduanya orang yang menggadaikan dan orang yang menerima
gadai yakni orang baligh, sehat akal, bukan safih dan tidak terpaksa.
b. Barang yang digadaikan harus:
1. Berupa barang yang sesuai dengan syarat
2. Tidak boleh rusak sebelum masa jatuh tempo utang.
3. Tidak boleh digadaikan lagi untuk utang yang lain
4. Murtahin hanya berhak menyimpan, tidak memanfaatkan atau memiliki.
5. Jika utangnya sudah jatuh tempo, maka murtahin boleh menjualnya dengan
didampingi rahin untuk membayar utangnya.
6. Murtahin wajib mengganti kerusakan jika ia ceroboh dalam menyimpannya.
c. Utang mempunyai Syaratnya:
1. Berupa tanggungan utang. Jika bukan utang, seperti barang curian,
pinjaaman, titipan.
2. modal mudharabah dan lainnya.
3. Utang yang sudah jadi tidak dapat dibatalkan lagi.
4. Maklum jumlahnya bagi kedua pihak.
d. Shigat mempunyai Syaratnya:
1. Seperti syarat dalam jual beli
2. Tidak mencantumkan syarat yang merugikan salah satu pihak seperti:
a. Marhun boleh mengambil keuntungan dari barang gadai
b. Rahin mensyaratkan tidak boleh dijual saat utang jatuh
tempo.(Hidayatullah, 2020)
6
3. Manfaat Rahn
Produk rahn dalam perbankan dapat dipakai sebagai produk pelengkap sebagai
jaminan dalam pembiayaan, ataupun sebagai produk tersendiri atau yang biasa dikenal
dengan gadai. Adapun contoh produk rahn yaitu pegadaian syariah. Manfaat dari dari rahn
yaitu sebagai berikut:
a. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas yang
diberikan bank.
b. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya
tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena suatu aset atau
barang yang dipegang oleh bank.(Ascaraya, 2015)
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qardh adalah suatu akad antara dua pihak bilamana pihak pertama menyerahkan
uang atau barang kepada pihak kedua, guna dimanfaatkan dengan ketentuan bahwa uang
atau barang tersebut harus dikembalikan persis seperti apa yang ia terima dari pihak
pertama. Akad qardh memiliki syarat dan rukun yang harus di penuhi agar akad yang
dijalankan sah. Pinjaman gardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai
fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat
merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah
bertransaksi. produk jasa perbankan syariah dalam akad qard ada empat hal:
Akad rahn atau gadai syariah merupakan aktivitas pinjam meminjan dengan
menyerahkan barang jaminan yang memiliki nilai ekonomis dimana barang jaminan
tersebut dapat digunakan untuk melunasi pinjaman apabila peminjam tidak dapat
membayarnya. Sama halnya dengan akad qardh akad rahn juga memiliki rukun dan syarat.
Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak
yang menggadaikan, namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai
dan biayanya harus ditanggung pihak yang menggadaikan.
Produk rahn dalam perbankan dapat dipakai sebagai produk pelengkap sebagai
jaminan dalam pembiayaan, ataupun sebagai produk tersendiri atau yang biasa dikenal
dengan gadai. Adapun contoh produk rahn yaitu pegadaian syariah. Manfaat dari dari rahn
yaitu sebagai berikut: a. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main
dengan fasilitas yang diberikan bank.
8
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Farroh Hasan, M. S. F. (2014). Fiqh Muammalah dari Klasik hingga Kontemporer
(Teori dan Praktek). UIN-Maliki Malang Press, 2, 226.
Fasiha, F. (2018). Akad Qardh Dalam Lembaga Keuangan Syariah. Al-Amwal : Journal of
Islamic Economic Law, 3(1), 23–33. https://doi.org/10.24256/alw.v3i1.197
Hannanong, I. (2018). Al-Qard Al-Hasan: soft benevolent loan pada bank islam. Energies, 6(1),
1–8.
Hidayatullah, M. A. (2020). Rahn (Gadai). SALAM: Islamic Economics Journal, 1(2), 29–40.