Disusun Oleh:
Ulfiyah Fadhilah Abdul
(2011604019)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gadai Dan Penggadaian
Syariah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
kami yaitu Dwi Wahyuning Indah Fajarwati,S.H.I.,L.L.M pada Mata Kuliah Ibadah, Akhlak,
dan Muamalah Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Gadai Dan Penggadaian Syariah” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Yogyakarta
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .................................................................................................2
DAFTAR ISI ...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................4
B. Tujuan Penulis ................................................................................................4
C. Manfaat Penulis ...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................6
A. Pengertian Gadai Dan Penggadaian .................................................................6
B. Perbedaan Gadai Dan Penggadaian Syari’ah....................................................6
C. Akad Gadai Syari’ah.........................................................................................8
D. Dasar Hukum Penggadaian ..............................................................................8
BAB III PENUTUP ...................................................................................................10
A. Kesimpulan ....................................................................................................10
B. Saran ..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini masih ada kesan dalam masyarakat, kalau seseorang pergi ke
pegadaian untuk menjamin sejumlah uang dengan cara menggadaikan barnag,
adalah aib dan seolah kehidupan orang tersebut sudah sangat menderita. Karena itu
banyak diantara masyarakat yang malu menggunakan fasilitas pengadaian. Lain
halnya jika kita pergi ke sebuah Bank, di sana akan terlihat lebih prestisius,
walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu yang relatif lebih lama dengan
persyaratan yang cukup rumit. Bersamaan dengan berdirinya dan berkembangnya
bank, BMT, dan asuransi yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, maka hal
yang mengilhami dibentuknya pegadaian syariah atau rahn lebih dikenal sebagai
produk yang ditawarkan oleh Bank syariah, dimana Bank menawarkan kepada
masyarakat dalam bentuk penjaminan barang guna mendapatkan pembiayaan.
Oleh karena itu dibentuklah lembaga keungan yang mandiri yang berdasarkan
prinsip syariah.
Adapun pada makalah yang kami bahas ini isinya pengertian Pegadaian
Syariah secara lebih rinci mulai dari pengertian pegadaian syariah, Dasar hukum
yang digunakan di pegadaian syariah, Sejarah berdirinya pegadaian syariah, tujuan
didirikannya pegadaian syariah, rukun yang digunakan di pegadaian syariah, jasa
dan produk yang ditemui di pegadaian syariah, perbedaan pegadaian syariah dan
pegadaian konvensional dan terakhir mekanisme kerja yang diterapkan dipegadaian
syariah. Kami mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami cantumkan
dalam rumusan masalah dari kutipan-kutipan laman website di google, sumber
bacaan lain berupa artikel, majalah islam dan buku referensi terkait ekonomi islam
Semoga apa yang kami tuangkan dalam makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pembaca makalah.
4
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ibadah, Ahlaq, dan Muamalah. Selain itu makalah ini dibuat juga agar supaya
mahasiswa dapat mengerti serta memahami tentang Pegadaian atau Rumah
Gadai, diantaranya perbedaan gadai, akad gadai syariah, dan dasar hukum
penggadaian.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang apa itu Pegadaian atau Rumah Gadai
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan Gadai dan gadai syariah
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Akad Gadai Syariah
4. Mahasiswa dapat mengetahui Dasar Hukum Penggadaian
5
BAB II
PEMBAHASAN
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh atas suatu benda bergerak, yang
digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan oleh penerima gadai. Ada
Gadai dalam perspektif islam disebut dengan istilah Ar-Rahn (gadai), menurut bahasa
berarti Al-tsubut dan Al-habs yaitu suatu perjanjian untuk menahan sesuatu barang
sebagai jaminan atau tanggungan utang. Kata rahn yaitu suatu perjanjian untuk
menahan sesutu barang sebagai jaminan atau tanggungan utang. Kata rahn secara
etimologi berarti “tetap”berlangsung‟‟dan menahan‟‟maka dari segi bahasa bisa
diartiakan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn adalah menahan harta
milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. dua jenis gadai
yakni gadai syariah dan gadai konvensional. Keduanya ada yang dikelola oleh
pemerintah ada juga swasta. Gadai dalam bahasa Arab berarti sesuatu yang tertahan
6
atau tetap. Yang artinya adalah memberikan harta sebagai jaminan untuk mendapatkan
utang atau pinjaman. Rahn juga merupakan istilah untuk memberikan harta sebagai
jaminan untuk utang. Gadai bertujuan untuk melunasi utang yang tidak dapat dibayar
oleh si peminjam. Nilai barang yang digadaikan biasanya sebanding dengan nilai
utang yang telah diambil. Dengan sistem gadai, ada jaminan terhadap harta kekayaan
bagi si pemberi pinjaman dan ada keamanan dari risiko hilang atau ditipu.
7
Sementara pegadaian syariah menentukan besarnya pinjaman dan biaya pemeliharaan
berdasarkan taksiran emas yang digadaikan. Taksiran emas yang biasanya
diperhitungkan dalam pegadaian syariah adalah karatase emas, volume emas serta
berat mas. Biaya yang dikenakan juga merupakan biaya atau penitipan barang, jadi
bukan membayar biaya atas pinjaman. Hal tersebut dikarenakan pinjaman yang
mengambil untuk tersebut tak diperbolehkan. Biaya yang perlu dibayar untuk sistem
pegadaian syariah adalah biaya penjagaan, biaya penggantian kehilangan, asuransi,
gudang penyimpanan, serta pengelolaan. Dalam pegadaian syariah terdapat akad
pinjam meminjam dengan menyerahkan agunan yang didalamnya membolehkan biaya
pemeliharaan atau barang jaminan.
Pada dasarnya, gadai adalah salah satu akad yang diperbolehkan dalam Islam.
Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperpolehkannya gadai adalah:
ْ بُ ْى َضة ه ن َّم ْق ٰ ِر ِجُد ْوا َكاتِبًا فَ ْم تَ ر َو َل ً َسفَ ٰ تُم َعل َذا
a. Firman Allah SWT: ُكن ِ َو إ
“jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283)6
8
2. Al-Hadist
“Rasulullah saw. pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara
menangguhkan pembayarannya, lalu beliau menyerahkan baju besi beliau
sebagai jaminan”. (shahih muslim)7
Dari hadits diatas dapat dipahami, bahwa bermuamallah dibenarkan juga bila
dilakukan dengan orang yang non muslim dan juga harus barang jaminan, agar
tidak ada kekhawatiran bagi yang memberikan pinjaman atau hutang.
3. Ijma’ Ulama
Salah satu yang membedakan transaksi syariah dengan konvensional adalah adanya
akad. Akad yang digunakan dalam transaksi gadai syariah yaitu:
1. Qardh al-hasan, akad ini digunakan rahin untuk tujuan konsumtif, oleh karena
itu rahin atau orang yang menggadaikan barangnya akan dikenakan biaya
perawatan dan penjagaan barang gadai oleh pergadaian. Ketentuannya barang
gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti, emas, barang
elektronik, dll. Karena bersifat sosial, maka tidak ada pembagian hasil.
Pergadaian hanya diperkenankan untuk mengenakan biaya administrasi kepada
rahin.
9
2. Mudharabah, akad yang diberikan bagi rahin yang ingin memperbesar modal
usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Ketentuannya
marhun dapat berupa barang bergerak seperti, emas, elekttronik, kendaraan,
tanah, rumah, dll. Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya
pengelolaan marhun
3. Ba’i Muqayyadah, akad ini diberikan kepada rahin untuk keperluan yang
bersifat produktif. Seperti pembelian alat kantor atau modal kerja. Dalam hal
ini murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal
kerja yang diinginkan oleh rahin.
4. Ijarah, akad yang objeknya adalah pertukaran manfaat untuk masa tertentu.
Bentuknya adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.
Penerima gadai dapat menyewakan tempat penyimpanan barang kepada
nasabah. Pada akad ini, nasabah menitipkan barang jaminannya di pergadaian
selama masa pinjaman. Atas penitipan tersebut, pergadaian membebankan
ujrah dari nasabah sesuai tarif yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua
belah pihak dalam akad ijarah.
10
kembali kepada Bank dalam memberikan pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah
jaminan hutang atau gadai.27 Biasanya akad yang digunakan adalah akad qardh wal
ijarah yaitu akad pemberian jaminan dari bank untuk nasabah yang disertai dengan
penyerahan tugas agar Bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.
Ada beberapa hak dan kewajiban dalam pelaksanaan akad pegadaian baik pada
konvensionala taupun pada syariah, yaitu:
a) Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, murtahin
berhak untuk menjual marhun.
c) Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin, selama pinjaman belum
dilunasin
a) Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun carat) terhadap marhun akibat dari
kelalaian, maka marhun harus bertanggung jawab.
a) Setelah pelunasan pinjaman, rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan kepada
murtahin.
11
b) Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian murtahin,
rahin menuntut ganti rugi atas marhun.
c) Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya, rahin berhak menerima
sisa hasil penjualan marhun.
d) Jika diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin, maka rahin berhak
untuk meminta marhunnya kembali
a) Melunasi pinjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam kurun
waktu yang telah ditentukan
b) Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi
pinjamannya, maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kita sebagai kaum muslim juga harus mentaati aturan agama yang ada
walaupun di perbolehkan dalam proses bermuamalah, sebelum kita meninggal dunia
kita harus bisa terhindar dari hutang piutang dan menjauhi riba yang mana hutang
akan di bawa sampai kita meninggal dunia dijelaskan pada hadist berikut:
"Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu
dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti)
karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah ).
dan pula kita juga harus menghindari riba karena riba merupakan dosan yang besar
diterangkan dalam berikut:
Allah berfirman:
َولٓ ِٕٮك
ٰ ُ ا َد فَاtt ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِؕ َو َم ۡن َعtۡلَفَ ؕ َواَمtا َسttهٗ َمttََواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰبوا ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه فَ ۡانتَ ٰهى فَل
َار هُمۡ فِ ۡيهَا ٰخلِد ُۡون ِۚ َّص ٰحبُ الن ۡ َا
13
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya Iarangan dari Tuhannya, laIu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang Iarangan) dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekaI di dalamnya (QS Al
Baqarah 275).
14
DAFTAR PUSTAKA
Spirit news media (2022). Mengenal lebih dalam Gadai syariah di Indonesia.
https://www.spiritnews.media/2022/01/mengenal-lebih-dalam-gadai-syariah-
di.html?m=1 di akses pada 10 April 2022 pukul 10.00 wib
Suharman maman dan Adam Panji .(2017). Penerapan Prinsip Syariah pada Akad
Rahn di Lembaga Pergadaian Syariah. Jurnal Law and Justice. Vol 2 No 2 Hal
135-146
Abdullah bin Abdurrahman, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2012,
Cet.5, Vol.1) hal.726
Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, (Bandung: Jabal, 2013, No.970, Cet.2) h.372
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Edisi Kedua, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), h. 126.
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 130 27 Sasli Rais, Pegadaian Syari’ah kensep dan sistem
operasional(suatu kajian kontemporer),(Jakarta: UIPres,2008), hal 128-129
15