Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH IBADAH, AKHLAK, DAN MUAMALAH

“Gadai Dan Penggadaian Syariah”


Dosen Pengampu: Dwi Wahyuning Indah Fajarwati,S.H.I.,L.L.M
Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Ibadah, Akhlak, dan Muamalah

Disusun Oleh:
Ulfiyah Fadhilah Abdul
(2011604019)

PROGRAM STUDI KEPERAWATANANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Gadai Dan Penggadaian
Syariah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
kami yaitu Dwi Wahyuning Indah Fajarwati,S.H.I.,L.L.M pada Mata Kuliah Ibadah, Akhlak,
dan Muamalah Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Gadai Dan Penggadaian Syariah” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dwi Wahyuning Indah


Fajarwati,S.H.I.,L.L.M , selaku Dosen Mata Kuliah Ibadah, Akhlak, dan Muamalah yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .................................................................................................2
DAFTAR ISI ...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................4
B. Tujuan Penulis ................................................................................................4
C. Manfaat Penulis ...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................6
A. Pengertian Gadai Dan Penggadaian .................................................................6
B. Perbedaan Gadai Dan Penggadaian Syari’ah....................................................6
C. Akad Gadai Syari’ah.........................................................................................8
D. Dasar Hukum Penggadaian ..............................................................................8
BAB III PENUTUP ...................................................................................................10
A. Kesimpulan ....................................................................................................10
B. Saran ..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini masih ada kesan dalam masyarakat, kalau seseorang pergi ke
pegadaian untuk menjamin sejumlah uang dengan cara menggadaikan barnag,
adalah aib dan seolah kehidupan orang tersebut sudah sangat menderita. Karena itu
banyak diantara masyarakat yang malu menggunakan fasilitas pengadaian. Lain
halnya jika kita pergi ke sebuah Bank, di sana akan terlihat lebih prestisius,
walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu yang relatif lebih lama dengan
persyaratan yang cukup rumit. Bersamaan dengan berdirinya dan berkembangnya
bank, BMT, dan asuransi yang berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, maka hal
yang mengilhami dibentuknya pegadaian syariah atau rahn lebih dikenal sebagai
produk yang ditawarkan oleh Bank syariah, dimana Bank menawarkan kepada
masyarakat dalam bentuk penjaminan barang guna mendapatkan pembiayaan.
Oleh karena itu dibentuklah lembaga keungan yang mandiri yang berdasarkan
prinsip syariah.
Adapun pada makalah yang kami bahas ini isinya pengertian Pegadaian
Syariah secara lebih rinci mulai dari pengertian pegadaian syariah, Dasar hukum
yang digunakan di pegadaian syariah, Sejarah berdirinya pegadaian syariah, tujuan
didirikannya pegadaian syariah, rukun yang digunakan di pegadaian syariah, jasa
dan produk yang ditemui di pegadaian syariah, perbedaan pegadaian syariah dan
pegadaian konvensional dan terakhir mekanisme kerja yang diterapkan dipegadaian
syariah. Kami mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami cantumkan
dalam rumusan masalah dari kutipan-kutipan laman website di google, sumber
bacaan lain berupa artikel, majalah islam dan buku referensi terkait ekonomi islam
Semoga apa yang kami tuangkan dalam makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pembaca makalah.

4
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ibadah, Ahlaq, dan Muamalah. Selain itu makalah ini dibuat juga agar supaya
mahasiswa dapat mengerti serta memahami tentang Pegadaian atau Rumah
Gadai, diantaranya perbedaan gadai, akad gadai syariah, dan dasar hukum
penggadaian.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang apa itu Pegadaian atau Rumah Gadai
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan Gadai dan gadai syariah
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Akad Gadai Syariah
4. Mahasiswa dapat mengetahui Dasar Hukum Penggadaian

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gadai Dan Penggadaian

Pegadaian atau rumah gadai adalah sebuah lembaga yang menawarkan jasa


peminjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan benda milik masyarakat yang
ingin melakukan pinjaman uang. Bila suatu barang digadaikan untuk mendapatkan
pinjaman dari pegadaian, maka pada waktu yang telah ditentukan oleh pegadai boleh
membeli kembali atau menebus kembali barang yang telah digadaikan dengan biaya
tambahan atau bunga sebagai keuntungan pihak pegadaian. Rentang waktu pinjaman
dan besar bunga diatur oleh hukum setempat atau sesuai dengan kebijakan pegadaian
tersebut. Jika pinjaman tidak dilunasi dalam rentang waktu tertentu, barang yang
digadai akan dijual oleh pihak pegadaian. Berbeda dengan lembaga pinjaman lain,
pegadaian tidak melaporkan pinjaman yang macet dari para pegadai. Hal ini
dikarenakan pegadaian memiliki barang yang digadaikan secara fisik dan mampu
mengembalikan uang yang dipinjam dengan menjual barang yang digadai tersebut.

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh atas suatu benda bergerak, yang
digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan oleh penerima gadai. Ada
Gadai dalam perspektif islam disebut dengan istilah Ar-Rahn (gadai), menurut bahasa
berarti Al-tsubut dan Al-habs yaitu suatu perjanjian untuk menahan sesuatu barang
sebagai jaminan atau tanggungan utang. Kata rahn yaitu suatu perjanjian untuk
menahan sesutu barang sebagai jaminan atau tanggungan utang. Kata rahn secara
etimologi berarti “tetap”berlangsung‟‟dan menahan‟‟maka dari segi bahasa bisa
diartiakan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn adalah menahan harta
milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. dua jenis gadai
yakni gadai syariah dan gadai konvensional. Keduanya ada yang dikelola oleh
pemerintah ada juga swasta. Gadai dalam bahasa Arab berarti sesuatu yang tertahan

6
atau tetap. Yang artinya adalah memberikan harta sebagai jaminan untuk mendapatkan
utang atau pinjaman. Rahn juga merupakan istilah untuk memberikan harta sebagai
jaminan untuk utang. Gadai bertujuan untuk melunasi utang yang tidak dapat dibayar
oleh si peminjam. Nilai barang yang digadaikan biasanya sebanding dengan nilai
utang yang telah diambil. Dengan sistem gadai, ada jaminan terhadap harta kekayaan
bagi si pemberi pinjaman dan ada keamanan dari risiko hilang atau ditipu.

B. Perbedaan Gadai dan Gadai Syari’ah

Pegadaian konvensional pada umumnya tak berbeda dengan yang dilakukan


oleh masyarakat hingga hari ini. kamu hanya perlu datang membawa barang dan akan
digadaikan untuk mendapatkan uang. Barang yang kamu bawa akan diukur harganya
dan diputuskan jumlah yang bisa dipinjam. Dalam meminjam uang, biasanya akan
dikenakan bunga sebesar 1,15 per minggu atau 2,3% per bulan. Bunga tersebut bisa
menjadi semakin naik, seperti 3,45 per 45 hari, atau 4,6 per bulan, tergantung
perjanjian seberapa lama kamu akan meminjam uang tersebut. Bunga pinjaman pun
bisa ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Jika nilai pinjaman kamu semakin
besar, bunga yang dibebankan pun akan semakin besar pula. Perhitungan biaya
pinjaman dihitung setiap 15 hari kemudian dan akan naik di hari ke 16 dan juga
seterusnya. Masa penitipan gadai pada umumnya selama 4 bulan. Bisa pula
diperpanjang jika Anda membayar biaya sewa modal. Pinjaman diberlakukan tanggal
jatuh tempo saat pinjaman tersebut harus dilunasi. Terdapat persyaratan jika pinjaman
tidak dilunasi beserta bunganya. Biasanya barang tersebut akan dilelang kepada
siapapun hingga tanggal tertentu.

Sedangkan gadai emas berbasis syariah biasanya tidak memberlakukan sistem


bunga. Pihak pegadaian syariah tidak akan mengambil untung dari sistem bunga
pinjaman maupun sistem bagi hasil. Pegadaian Syariah hanya mengambil keuntungan
dari upah jasa pemeliharaan barang jaminan. Pegadaian konvensional biasanya
menentukan bunga atau sewa modal berdasarkan jumlah pinjaman yang ditentukan.

7
Sementara pegadaian syariah menentukan besarnya pinjaman dan biaya pemeliharaan
berdasarkan taksiran emas yang digadaikan. Taksiran emas yang biasanya
diperhitungkan dalam pegadaian syariah adalah karatase emas, volume emas serta
berat mas. Biaya yang dikenakan juga merupakan biaya atau penitipan barang, jadi
bukan membayar biaya atas pinjaman. Hal tersebut dikarenakan pinjaman yang
mengambil untuk tersebut tak diperbolehkan. Biaya yang perlu dibayar untuk sistem
pegadaian syariah adalah biaya penjagaan, biaya penggantian kehilangan, asuransi,
gudang penyimpanan, serta pengelolaan. Dalam pegadaian syariah terdapat akad
pinjam meminjam dengan menyerahkan agunan yang didalamnya membolehkan biaya
pemeliharaan atau barang jaminan.

1. Landasan hukum gadai syariah

Pada dasarnya, gadai adalah salah satu akad yang diperbolehkan dalam Islam.
Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperpolehkannya gadai adalah:

ْ ‫بُ ْى َضة ه ن َّم ْق ٰ ِر ِجُد ْوا َكاتِبًا فَ ْم تَ ر َو َل ً َسفَ ٰ تُم َعل َذا‬
a. Firman Allah SWT: ‫ُكن ِ َو إ‬
“jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang).”(QS. Al-Baqarah : 283)6

Menurut ayat yang tertera diatas, bahwasannya Al-Qur’an memperbolehkan


adanya hukum akad gadai, dengan mengecualikan jika adanya unsur riba yang
terdapat didalamnya. Ayat tersebut menyebutkan “barang tanggungan yang
dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang menguntungkan)”. Dalam dunia
financial,barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan atau objek
pegadaian.

8
2. Al-Hadist

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

“Rasulullah saw. pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara
menangguhkan pembayarannya, lalu beliau menyerahkan baju besi beliau
sebagai jaminan”. (shahih muslim)7

Dari hadits diatas dapat dipahami, bahwa bermuamallah dibenarkan juga bila
dilakukan dengan orang yang non muslim dan juga harus barang jaminan, agar
tidak ada kekhawatiran bagi yang memberikan pinjaman atau hutang.

3. Ijma’ Ulama

Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama juga


berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal
ini. Jumhur ulama berpendapat bahwa disyari’atkan pada waktu tidak
bepergian maupun pada waktu bepergian, berdasarkan kepada perbuatan
Rasulullah Saw dalam hadits di atas.

C. Akad Gadai Syariah

Salah satu yang membedakan transaksi syariah dengan konvensional adalah adanya
akad. Akad yang digunakan dalam transaksi gadai syariah yaitu: 

1. Qardh al-hasan, akad ini digunakan rahin untuk tujuan konsumtif, oleh karena
itu rahin atau orang yang menggadaikan barangnya akan dikenakan biaya
perawatan dan penjagaan barang gadai oleh pergadaian. Ketentuannya barang
gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual seperti, emas, barang
elektronik, dll. Karena bersifat sosial, maka tidak ada pembagian hasil.
Pergadaian hanya diperkenankan untuk mengenakan biaya administrasi kepada
rahin.

9
2. Mudharabah, akad yang diberikan bagi rahin yang ingin memperbesar modal
usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Ketentuannya
marhun dapat berupa barang bergerak seperti, emas, elekttronik, kendaraan,
tanah, rumah, dll. Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya
pengelolaan marhun
3. Ba’i Muqayyadah, akad ini diberikan kepada rahin untuk keperluan yang
bersifat produktif. Seperti pembelian alat kantor atau modal kerja. Dalam hal
ini murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal
kerja yang diinginkan oleh rahin.
4. Ijarah, akad yang objeknya adalah pertukaran manfaat untuk masa tertentu.
Bentuknya adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang.
Penerima gadai dapat menyewakan tempat penyimpanan barang kepada
nasabah. Pada akad ini, nasabah menitipkan barang jaminannya di pergadaian
selama masa pinjaman. Atas penitipan tersebut, pergadaian membebankan
ujrah dari nasabah sesuai tarif yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua
belah pihak dalam akad ijarah.

D. Dasar Hukum Penggadaian

Pada dasarnya hukum pegadaian dalam Islam adalah boleh, sebagaimana


dalam al-quran Q.S Al-Baqarah: 283 yang artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan
bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).

E. Hak dan Kewajiban Pihak yang Berakad

Gadai syariah (rahn) merupakan salah satu alternatif pembiayaan dengan


bentuk pemberian uang pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan berdasarkan
pada prinsip syariat Islam dan terhindar dari praktek riba atau penambahan sejumlah
uang atau persentase tertentu dari pokok utang pada waktu membayar utang. Rahn
adalah Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran

10
kembali kepada Bank dalam memberikan pembiayaan. Secara sederhana rahn adalah
jaminan hutang atau gadai.27 Biasanya akad yang digunakan adalah akad qardh wal
ijarah yaitu akad pemberian jaminan dari bank untuk nasabah yang disertai dengan
penyerahan tugas agar Bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.

Ada beberapa hak dan kewajiban dalam pelaksanaan akad pegadaian baik pada
konvensionala taupun pada syariah, yaitu:

1) Penerima Gadai (Murtahin)

Hak Penerima Gadai

a) Apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, murtahin
berhak untuk menjual marhun.

b) Untuk menjaga keselamatan marhun, pemegang gadai berhak mendapatkan


penggantian biaya yang dikeluarkan.

c) Pemegang gadai berhak menahan barang gadai dari rahin, selama pinjaman belum
dilunasin

2) Kewajiban Penerima Gadai

a) Apabila terjadi sesuatu (hilang ataupun carat) terhadap marhun akibat dari
kelalaian, maka marhun harus bertanggung jawab.

b) Tidak boleh menggunakan marhun untuk kepentingan pribadi.

c) Sebelum diadakan pelelengan marhun, harus ada pumberitahuan kepada rahin.

3) Pemberi Gadai (Rahin) Hak Pemberi Gadai

a) Setelah pelunasan pinjaman, rahin berhak atas barang gadai yang diserahkan kepada
murtahin.

11
b) Apabila terjadi kerusakan atau hilangnya barang gadai akibat kelalaian murtahin,
rahin menuntut ganti rugi atas marhun.

c) Setelah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya, rahin berhak menerima
sisa hasil penjualan marhun.

d) Jika diketahui terdapat penyalahgunaan marhun oleh murtahin, maka rahin berhak
untuk meminta marhunnya kembali

Kewajiban Pemberi Gadai

a) Melunasi pinjaman yang telah diterima serta biaya-biaya yang ada dalam kurun
waktu yang telah ditentukan

b) Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan rahin tidak dapat melunasi
pinjamannya, maka harus merelakan penjualan atas marhun pemiliknya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwasannya dalam Gadai dan Penggadaian Syariah memiliki perbedaan


diantara lain pada Gadai jika akan menggadaikan barang cukup hanya datang ke
penggadaian dan diputuskan berapa besar uang sesuai dengan barang yang digadaikan,
dalam meminjam uang biasanya akan dikenakan bunga 1,15 per minggu atau 2,3% per
bulan. Bunga tersebut bisa menjadi semakin naik, seperti 3,45 per 45 hari, atau 4,6 per
bulan. Bunga akan besar jika pinjaman yang dipinjam juga besar. Sedangkan Gadai
syariah tidak memberlakukan sistem bunga. Pihak pegadaian syariah tidak akan
mengambil untung dari sistem bunga pinjaman maupun sistem bagi hasil. Pegadaian
Syariah mendaptkan keuntungan dari upah jasa pemeliharaan barang jaminan.

B. Saran

Kita sebagai kaum muslim juga harus mentaati aturan agama yang ada
walaupun di perbolehkan dalam proses bermuamalah, sebelum kita meninggal dunia
kita harus bisa terhindar dari hutang piutang dan menjauhi riba yang mana hutang
akan di bawa sampai kita meninggal dunia dijelaskan pada hadist berikut:

Dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu
dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti)
karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah ).

dan pula kita juga harus menghindari riba karena riba merupakan dosan yang besar
diterangkan dalam berikut:

Allah berfirman:

َ‫ولٓ ِٕٮك‬
ٰ ُ ‫ا َد فَا‬tt‫ ر ُٗۤه اِلَى هّٰللا ِ‌ؕ َو َم ۡن َع‬tۡ‫لَفَ ؕ َواَم‬t‫ا َس‬tt‫هٗ َم‬ttَ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰبوا‌ ؕ فَ َم ۡن َجٓا َء ٗه َم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّرب ِّٖه فَ ۡانتَ ٰهى فَل‬
َ‫ار هُمۡ فِ ۡيهَا ٰخلِد ُۡون‬ ‌ِۚ َّ‫ص ٰحبُ الن‬ ۡ َ‫ا‬

13
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya Iarangan dari Tuhannya, laIu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang Iarangan) dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekaI di dalamnya (QS Al
Baqarah 275).

14
DAFTAR PUSTAKA

ALAMI (2021) .MENGENAL LEBIH DALAM GADAI SYARIAH DI INDONESIA


https://alamisharia.co.id/id/hijrahfinansial/mengenal-lebih-dalam-gadai-syariah-
di-indonesia/?amp di akses pada 10 April 2022 pukul 09.45 wib

Spirit news media (2022). Mengenal lebih dalam Gadai syariah di Indonesia.
https://www.spiritnews.media/2022/01/mengenal-lebih-dalam-gadai-syariah-
di.html?m=1 di akses pada 10 April 2022 pukul 10.00 wib

Suharman maman dan Adam Panji .(2017). Penerapan Prinsip Syariah pada Akad
Rahn di Lembaga Pergadaian Syariah. Jurnal Law and Justice. Vol 2 No 2 Hal
135-146

Andariesta Lucky (2018) . Pengaruh Pergadaian Syariah Terhadap Perekonomian


Masyarakat. Eprint Umsida.

Abdullah bin Abdurrahman, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2012,
Cet.5, Vol.1) hal.726

Al-Mundziri, Ringkasan Sahih Muslim, (Bandung: Jabal, 2013, No.970, Cet.2) h.372

Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Edisi Kedua, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), h. 126.

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 130 27 Sasli Rais, Pegadaian Syari’ah kensep dan sistem
operasional(suatu kajian kontemporer),(Jakarta: UIPres,2008), hal 128-129

15

Anda mungkin juga menyukai