Judul Artikel :
IMPLEMENTASI HUKUM PERJANJIAN DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI INDONESIA
NAMA MAHASISWA :
NIM :
Abstract :
In general, the agreement is: an agreement between the parties about something that gives
birth to an agreement/legal relationship, gives rise to rights and obligations, if it is not
carried out as promised, there will be sanctions. An engagement is a legal relationship
between two people or parties based on which one party has the right to demand
something from the other party and the other party is obliged to comply with that claim.
Agreements may not conflict with applicable laws, public order, customs and decency.
The parties involved in the agreement are expected to carry out the agreements that have
been agreed in good faith. The agreement must meet the requirements for the validity of
the agreement and the general principles or principles contained in the law of the
agreement. One of the very basic principles or principles in contract law is the principle
of protection for the parties, especially the aggrieved party. If one of the parties does not
carry out the performance in accordance with what was agreed, he must bear the
consequences of the demands of the other party. However, in practice it often does not go
well and even creates conflict. Problems that arise relate to the implementation of the
rights and obligations of the parties and regarding the implementation of contract law in
providing legal protection for the parties. The article discusses: how to regulate the rights
and obligations of the parties in contract law and how to implement contract law in
providing legal protection for the parties. The method used is normative juridical. To
overcome these problems, a solution is needed to create a goal of making an agreement,
namely justice for the parties. The existence of law is necessary to respect and uphold
legal principles.
Keywords: Agreement, Legal Protection, Rights and Obligation
2
DAFTAR ISI
Halaman Daftar Isi ………………………………………………….........................…......…..
i
5
2.2 Tujuan Dan Manfaat Perjanjian .......................................................................
4.1
Kesimpulan ……………………………………................................….
………. 11
4.2 Saran …………………………………………..............................…...
………... 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………......................……………........…
13
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
1 Dessy Diandra, 2021, Pengantar Antropologi, DIVA Press, Yogyakarta, hlm. 52.
2 Subekti, 2005, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 38.
1
1
mengikatkan dirinya, namun kesepakatan tersebut dalam keadaan tertentu sangat
mudah untuk dicederai oleh salah satu pihak dikarenakan bentuknya yang tidak
tertulis, yang pada akhirnya akan menimbulkan akibat hukum dikemudian hari.
Sehingga semakin berkembangnya kehidupan di masyarakat, muncul suatu
pemikiran bahwa kesepakatan tersebut harus tertulis. Agar memiliki suatu kepastian
dan perlindungan hukum terhadap para pihak yang telah mengikatkan dirinya dalam
suatu kesepakatan, yang pada akhirnya kesepakatan tersebut dituangkan secara
tertulis dalam bentuk perjanjian. Termasuk salah satunya di negara Indonesia,
dimana Indonesia yang merupakan negara Hukum, yang setiap norma dan perbuatan
kehidupan masyarakatnya diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan,
perjanjian juga diatur dalam hukum tersendiri, definisi perjanjian secara eksplisit
diatur dalam pasal 1313 KUH Perdata bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih .
Namun implementasi atau secara pelaksanaannya, dalam kehidupan
masyarakat Indonesia saat ini hukum perjanjian sudah sesuai atau belum, sudah
dilaksanakan dengan baik atau tidak jika mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang telah mengaturnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dalam
permasalahan ini akan dibahas tentang.
2
3. Untuk mengetahui implementasi hukum perjanjian dalam memberikan
perlindungan hukum bagi para pihak.
BAB II
PEMBAHASAN
3
perjanjian diharapkan pihak-pihak yang terlibat didalamnya dapat melaksanakan hak
dan kewajiban masing-masing sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah
disetujui. Dengan demikian apa yang menjadi tujuan pembuatan perjanjian dapat
tercapai yaitu terciptanya keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum.
Banyak hal tentang dan sekitar perjanjian tidak diatur baik dalam Undang-
undang maupun yurisprudensi. Walaupun diatur tidak selamanya bersifat memaksa.
Dalam arti para pihak dapat mengenyampingkan dengan aturan yang dibuatnya
sendiri. Hal ini didasarkan pada prinsip kebebasan berkontrak yang pengaturannya
sendiri sama kekuatannya dengan ketentuan dari undang-undang. Para pihak dapat
mengatur apapun dalam perjanjian tersebut sebatas yang tidak dilarang oleh undang-
undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Dasar hukum dari asas ini adalah Pasal
1338 ayat (1) KUH Perdata. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pada penerapannya umumnya dalam
pembuatan perjanjian sangat minim menerapkan asas kebebasan berkontrak. Situasi
demikian menyebabkan cermin dari kebebasan dan kesedarajatan individu kurang
atau bahkan tidak digunakan lagi dalam hukum perjanjian, hal ini dapat
menimbulkan konflik. Apabila terjadi konflik memerlukan sarana hukum untuk
menyelesaikannnya.
Eksistensi hukum sangat diperlukan untuk dihormati dan prinsip-prinsip
hukum dijunjung tinggi. Prinsip-prinsip atau asas-asas dalam hukum berfungsi
sebagai kepentingan melindungi masyarakat. Harapan untuk menaati hukum dalam
praktek hendaklah berjalan dengan baik. Tolak ukur prinsip ini dapat dilihat sejauh
mana para pihak mendapatkan perlindungan hukum apabila timbul masalah dalam
pelaksannan perjanjian tersebut.4 Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka
dibutuhkan solusi agar tercipta implementasi dari tujuan dibuatnya sebuah perjanjian
dalam sebuah hukum perjanjian yaitu untuk keadilan bagi para pihak. Hal ini dapat
diwujudkan, antara lain dengan memberikan perlindungan bagi para pihak, terutama
pihak yang dirugikan. Perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak harus
dilaksanakan sesuai kepatutan dan keadilan.
BAB III
PENUTUP
10
3.1 Kesimpulan
Di Indonesia Implementasi hukum perjanjian mengacu kepada KUH Perdata
dan beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya terdapat
beberapa hukum perjanjian di Indonesia yang mengatur tentang subyek hukum yang
berupa orang maupun berbentuk badan hukum. Perjanjian yang telah ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tersebut harus diterapkan
sebagaimana mestinya, karena jika tidak diterapkan, maka akibat hukumnya adalah
perjanjian-perjanjian yang dibuat menjadi tidak sah, sehingga batal demi hukum, dan
tidak menimbulkan perjanjian (perjanjian dianggap tidak pernah ada).
Tujuan dan manfaat dibuatnya perjanjian adalah sebagai dasar penyelesaian
apabila timbul masalah di kemudian hari agar para pihak terlindungi, mendapatkan
kepastian hukum, dan keadilan. Karena dalam setiap transaksi atau perbuatan hukum
yang ditimbulkan oleh pelaku usaha dalam kehidupan bermasyarakat, pasti akan
memiliki resiko-resiko yang nantinya tidak akan terpikirkan sebelumnya, maka dari
itu sangat penting dibuatnya perjanjian secara tertulis dalam setiap transaksi yang
berpotensi menimbulkan wanprestasi terhadap para pelaku usaha, meskipun juga
terdapat perjanjian lisan, namun resiko hukum yang ditimbulkan akan jauh lebih baik
kalau perjanjian dibuat secara tertulis demi terwujudnya suatu tujuan dan manfaat
dari perjanjian itu sendiri.
Terhadap hubungan yang terjadi dalam lalu lintas masyarakat, hukum
meletakkan hak pada satu pihak dan meletakkan kewajiban pada pihak lainnya.
Dengan adanya perjanjian diharapkan pihak-pihak yang terlibat didalamnya dapat
menjalankan sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui,
melakukannya dengan itikad baik, dan sebagai dasar untuk menyelesaikan apabila
timbul masalah dikemudian hari. Eksistensi hukum sangat diperlukan untuk
dihormati dan prinsip-prinsip hukum dijunjung tinggi. Perjanjian dapat memberikan
jaminan dan kepastian hukum bagi para pihak. Apabila salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajibannya sesuai yang diperjanjikan, maka pihak yang satu berhak
untuk menempuh jalur hukum untuk mendapatkan haknya. Salah satu prinsip atau
asas yang sangat mendasar dalam hukum perjanjian adalah prinsip perlindungan
kepada para pihak, terutama pihak yang11dirugikan. Apabila salah satu pihak tidak
11
melaksanakan prestasi sesuai dengan apa yang diperjanjikan, pihak yang telah
melakukan wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan.
3.2 Saran
Para pihak yang membuat perjanjian hendaklah mengetahui dan memahami
ketentuan-ketentuan hukum perjanjian, memahami tentang akibat dari suatu
perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban, dilakukan dengan kejelian,
kecermatan dan kehati-hatian, selain itu para pihak yang hendak melakukan
perjanjian juga harus benar-benar memahami betapa pentingnya peranan asas-asas
hukum perjanjian dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian. Apabila timbul
masalah yang berhubungan dengan perjanjian, diharapkan hakim yang menangani
dalam putusannya tidak hanya berdasarkan pada apa yang tertulis dalam perjanjian
tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan keselarasan dari seluruh asas-
asas hukum perjanjian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
12
BUKU
Dessy Diandra, 2021, Pengantar Antropologi, DIVA Press, Yogyakarta.
Johannes Ibrahim & Lindawaty Sewu, 2007, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia
Modern, PT. Refika Aditama, Bandung.
13