DISUSUN OLEH:
LUSI ARIANTI
AMELIA AMANDA
NURLIA SAKINAH
M.H
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk,
rahmat, dan hidayah nya serta kasih sayang nya sehingga dalam penyusunan
makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Sholawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW yang telah berjasa membawa agama Allah untuk seluruh
manusia sebagai pedoman untuk berbuat sesuai dengan prinsip Syariah Islamiyah.
Secara khusus, makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak
dosen SAPARUDIN, M.H dengan judul “Pelaksanaan Putusan Pengadilan
dan Arbitrase Asing Di Indonesia”secara umum makalah ini kami susun untuk
memberi kan pemahaman mengenai Hukum pidana internasiona, hak asasi
manusia,maupun humaniter yang ketiga unsur tersebut mempunyai
keterkaitanyang sangat erat.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujun...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan peraturan perundang-undangan sebagai ketentuan hukum yang
mengatur tata kehidupan semua aspek kehidupan sangatlah penting agar
kehidupan didalam masyarakat berjalan dengan tertib dan teratur serta aman,
bahkan juga agar ada perlindungan hukum bagi pihak –pihak yang melakukan
hubungan hukum di bidang kegiatan ekonomi.
Perkembangan ekonomi di indonesia di setiap periode mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Mulai tahun 1967 terutama setelah
diundangkannya UU nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan
UU penanaman modal dalam negeri tahun 1968 telah membuka perekonomian
indonesia bagi penanaman modal dan teknologi asing.
Dengan masuknya penanman modal dan peknologi asing ke indonesia,
makasejak itu pula terjadi hubungan hukum dibidang perjanjian kontrak
internasional yang juga akan melibatkan para pihak dari dalam dan dari luar
negeri.para pihak dalam membuat kontrak atau perjanjian diberikan kebebasan
untuk memilih baik hukum maupun forum tempat penyelesaian bila terjadi
sengketa. Mengenai tempat atau forum penyelesaian sengketa,para pihakdiberi
kebebasan untukmemilih forum pengadilan atau forum diluar pengadilan. Hal
tersebut sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang terdapat di dalam pasal
1338 KUHperdata.
1
Mengenai pemilihan forum penyelesaian sengketa di indonesia sebenarnya
telah berkembang didalam masyarakat hukum adat yang telah secara turun –
temurun . biasanya pilihan forum yang di lakukan oleh masyarakat hukumadat
bertujuan sebagai salh satu untuk mendamaikan para pihak yang berselisih dengan
meminta bantuan pihak ketiga.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktek Pelaksanaan Pengadilan Asing Di Indonesia ?
2. Bagaimana Pengakuan dan Pelaksanaanya ?
3. Bagaimana Praktek Pelaksanaan Arbitrase Asing Di Indonesia ?
B. Tujuan Makalah
1. Mengetahui dan memahami pengadilan asing.
2. Mengetahui dan memahami arbitrase asing
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pihak asing cenderung memilih forum peradilan atau hakim negara mereka
sendiri, seperti contoh di atas maka hukum dan pengadilan yang dipilih adalah
hukum dan badan-badan peradilan negara Bagian New York.
1
Ridwan Khairandy, op cit, h. 141.
2
Sudargo Gautama, Kontrak Dagang Internasional, Alumni, Bandung,
1983, h. 59.
3
B. Pengakuan dan Pelaksanaan
3
Sudargo Gautama, Aneka Masalah Hukum Perdata Internasional, Alumni, Bandung,
1985, (selanjutnya disebut Sudargo Gautama III), h. 281.
4
pasal 436 Reglement op de Rechtsvordering (R.V.) dan pelaksanaan HIR (Herziend
Inlands Reglement)
4
Namun demikian hal ini tidak berarti semua putusan hakim asing tertutup
sama sekali kemungkinannya untuk dilaksanakan di Indonesia. Putusan asing
mungkin saja dilaksanakan di Indonesia bila Indonesia telah menandatangani
perjanjian-perjanjian Internasional mengenai pelaksanaan putusan hukim asing.
Dengan Perjanjian Internasional itu putusan hakim asing dapat dilaksanakan di
Indonesia, sebaliknya putusan hakim Indonesia pun dapat dilaksanakan di wilayah
negara yang turut serta dalam perjanjian tersebut. Hanya saja, Indonesia hingga
kinibelum pernah menandatangani atau turut serta dalam perjanjian sebagaimana
yangdimaksud.
Putusan semacam ini hanya menciptakan hak dan kewajiban bagi orangorang
yang bersangkutan dalam hubungan tertentu. Putusan-putusan semacam ini tentu
mudah diakui di luar negeri, kalaupun diperlukan pelaksanaan tidaklah banyak
menimbulkan persoalan, misalnya hakim asing telah memutuskan perubahan
status seorang anak, maka daftar Catatan Sipil di Indonesia dapat diadakan
perubahan c.q. berdasarkan putusan hakim tersebut.5
Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid III, Bagian 2 (Buku 8),
5
5
Ada beberapa asas dasar pengakuan putusan hakim asing, yakni:
6
Yulia.Hukum Perdata Internasional,Sulawesi,2016,hal.152
6
C. Praktek Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing Di Indonesia
7
Dalam pemberlakuan konvensi tersebut di atas, melalui Kepres No. 34 tahun
1981, pemerintah Indonesia mengadakan pembatasan berdasarkan asas
resiprositas. Pengakuan pelaksanaan putusan hanya diberikan pada putusan-
putusan arbitrase yang dibuat di wilayah negara-negara lain. Pembatasan
selanjutnya ialah bahwa konvensi tersebut hanya diperlakukan atas sengketa-
sengketa yang timbul dari hubungan hukum yang lahir secara kontraktualatau
bukan kontraktual yang dianggap sebagai komersial menurut hukum indonesia.7
7
Dr. Tineke Lonis tuegeh Longdong, SH, MH, Asas Ketertiban Umum Dan
Konvensi New York 1958, Penerbit Citra Aditya Bak ti, Bandung, 1998, hal. 26
8
dalam hal-hal berikut :8
Pada umumnya setiap negara anggota Konvensi New York 1958 harus
mengakui bahwa putusan arbitrase asing sebagai putusan yang mengikat dan oleh
karenanya mempunyai daya eksekusi bagi para pihak.9 Namun dalam beberapa
putusan arbitrase asing ada yang tidak dapat dilaksanakan atau ditolak maupun
dibatalkan oleh pengadilan di negara tempat arbitrase dimohonkan pengakuan dan
pelaksanaannya.
8
Erman Rajagukguk, Keputusan Arbitrase Asing Mulai Dapat Dilaksanakan di
Indonesia, Suara Pembaharuan, 7 Juni 1990.
9
Gunawan Wijaya & Ahmad Yani, hlm. 130.
9
1. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis
arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terikat pada
perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai pangakuan
dan palaksanaan putusan Arbitrase Internasional.
2. Putusan Arbitrase Internasional terbatas pada putusan yang menurut
ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum
perdagangan.
3. Putusan Abitrase Internasional hanya dapat dilaksanakan di Indonesia
terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
4. Putusan Abitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah
memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakart Pusat.
5. Putusan Arbitrase Internasional yang menyangkut Indonesia sebagai salah
satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh
eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya
dilimpahkan kepada PN Jakarta Pusat.10
10
Hikmah Mutiara,Pengakuan dan Pelaksanaan Arbitrase Asing di Indonesia, Jurnal Hukum
Internasional,vol 5 nomor 2 Januari 2008,hal.325
1
(3) Keterangan dari perwakilan diplomatik Republik Indonesia di negara
tempat putusan arbitrase internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan
bahwa negara pemohon terikat pada perjanjian, baik secara bilateral maupun
multilateral11
11
Safrina, Peranan Pengadilan dalam Pelaksanaan Putusan Arbritase Internasional, Kanun
Jurnal Ilmu Hukum, No. 53 April, 2011 hal.143
1
Putusan arbitrase nasional bersifat mandiri, final dan mengikat, sehingga
Ketua Pengadilan Negeri tidak diperkenankan untuk memeriksa alasan atau
pertimbangan dari putusan arbitrase nasional. Kewenangan memeriksa yang
dipunyai Ketua Pengadilan Negeri, terbatas secara formal terhadap putusan
arbitrase nasional yang dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase. Pasal62 ayat
(2) Undang-Undang Arbitrasemenyatakanbahwa:
"KetuaPengadilan Negeri sebelum memberikan perintah pelaksanaan,
memeriha terlebih dahulu apakahputusan arbitrase memenuhi Pasal 4
dan Pasal 5, serta tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum".
12
Susanto Heri,Pelaksanaan Putusan Arbitrase di Indonesia,Jurnal 2007,hal.93
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
1
(3) Keterangan dari perwakilan diplomatik Republik Indonesia di negara
tempat putusan arbitrase internasional tersebut ditetapkan, yang
menyatakan bahwa negara pemohon terikat pada perjanjian, baik secara
bilateral maupun multilateral.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Tineke Lonis tuegeh Longdong, SH, MH, Asas Ketertiban Umum Dan
Konvensi New York 1958, Penerbit Citra Aditya Bak ti, Bandung, 1998