Oleh:
Iis Juliana (11820722221)
Nora Gus Tyara Siagian (11820722167)
Tina Martini (11820724578)
Siti Quratul Nadia (11820721534)
Muhammad Fais Zachary (11820712442)
Abiyyu Siraj Muffadhal (11820712358)
Dosen Pengampu
Muhammad Darwis, S.H.I., M.H
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang mana berkat
rahmat Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
salah satu tugas pada mata kuliah Hukum Antar Tata Hukum tentang “Tahapan
Dalam Penyelesaian Kasus Hukum Antar Tata Hukum Di Indonesia”.
Tercurah dari segala kemampuan yang ada, kami berusaha membuat
makalah ini dengan sebaik mungkin, namun demikian kami menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan kami, maka dengan sepenuh hati kami mohon maaf
dan mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
selanjutnya.
Terakhir kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang sudah
membantu dan memudahkan penyelesaian makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi dua. Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) Intern, yang menganalisis
sebagai:
selsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika
1
Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia (Jakarta: Bina
Cipta, 1987) hlm. 7-8. (Selanjutnya, Gautama, Pengantar.)
2
Lih. Sudargo Gautama, Hukum Antargolongan: Suatu Pengantar (Jakarta: Ichtiar Baru
van Hoeve, 1993), hlm. 41- 46. Di samping itu, hukum antarwenang pada hakikatnya
merupakan bagian dari HATAH Intern
1
kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-kuasa-waktu, tempat
Berbeda dengan Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) Intern yang berkutat
asing.
peristwa antara warga (warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan
intergentel recht (baca: HATAH Intern) sebagai suatu cabang ilmu hukum,
pengakuan dari dunia praktk baru terjadi kemudian. Hakim Landraad 4 Malang
piutang antara kreditur dan debitur yang tunduk pada hukum yang berbeda.5
3
Gautama, Pengantar, hlm. 21. Cetak tebal oleh penulis
4
Landraad adalah pengadilan tingkat pertama di Hindia Belanda yang mempunyai
kompetensi untuk mengadili perkara-perkara yang pihak-pihaknya masuk ke dalam golongan
Indonesia (inlanders). Lih. pasal 94 Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der
Justitie in Indonesië [Peraturan Susunan Kehakiman dan Kebijaksanaan Mengadili di
Indonesia], S. 1847-23 jo. 1848-57.
5
Ldr. Malang, 16 Februari 1938, T. 148 (1939) 764, sebagaimana terdapat dalam Gouw
Giok Siong, Himpunan Keputusan-keputusan Hukum Antargolongan (Jakarta: Penerbitan
Universitas, 1959), hlm. 9-12.
2
Tepatlah kiranya sorakan yang dikumandangkan oleh Wertheim ketika
Mengingat pluralisme yang ada, ahli hukum asing menghadapi kesulitan untuk
antara dua orang atau lebih.Sengketa tidak pernah bisa terpisahkan dengan
konflik karena sengekta adalah sebuah konflik namun tidak semua konflik
ekslusif merupakan urusan dalam negeri suatu negara. Dari penegrtian ini tentu
6
Lih. S. M. Amin, Kodifikasi dan Unifikasi Hukum Nasional (Jakarta: Sastra Hudaya,
1978), hlm. 15-28.
3
Karena pola hubungan internasional yang semakin kompleks
B. Rumusan Masalah
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Hukum di Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
suatu persoalan / masalah HPI dalam sebuah perkara yang harus dipecahkan
terlebih dahulu sebelum putusan terhadap masalah HPI yang menjadi pokok
sebelumnya, maka perlu diselidiki dulu apakah perceraian dari pihak yang
pendahuluan).
ditentukan terlebih dulu sah atau tidaknya kedudukan ahli waris atau
5
menentukan hal tersebut terlebih dahulu harus ditentukan apakah perkawinan
kedua orang tua anak tersebut sah adanya (persoalan pendahuluan tahap
kedua= preliminary question of the second degree). Bila salah satu dari kedua
orang tua anak itu telah pernah kawin sebelumnya, maka perlu juga ditentukan
dianggap sudah tidak ada lagi persoalan pendahuluan yang harus ditentukan
sebelumnya. 7
dalam suatu perkara HPI, pengadilan tidak saja dihadapkan pada masalah
utama, tetapi juga suatu masalah subsider. Setelah hukum yang harus
kaedah HPI lain untuk menjawab masalah subsider yang berpengaruh terhadap
HPI yang bedasarkan kaedah HPI forum harus tunduk pada hukum
asing;
7
Bayu Seto I, op cit, h. 67, lihat juga Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata
Internasional Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1987, hlm.12
6
masalah HPI yang terpisah dan diselesaikan melalui penggunaan
c. Kaedah HPI untuk menentukan lex causae bagi subsidiary issue akan
apakah anak tersebut adalah anak yang sah atau tidak sah.
incidental question.
7
B. Cara Penyelesaian
adalah: apakah persoalan pendahuluan akan diatur oleh suatu sistem hukum
yang ditetapkan berdasarkan kaidah HPI yang khusus dan harus ditentukan
secara tersendiri (repartition) atau berdasar sistem hukum yang juga mengatur
kaedah HPI lex fori, masalah pendahuluannya akan ditundukan pada lex
causae yang sama. Cara ini disebut cara penyelesaian berdasarkan lex
causae.
relevan khusus untuk menetapkan lex causae masalah pendahuluan. Cara ini
8
3. Pendekatan Kasus demi Kasus Penetapan lex causae untuk masalah
absorption; sedangkan
digunakan repartition.
9
Di dalam kontrak internasional tercantum klausula penyelesaian
1. Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri
kontrak tersebut;
dalam kontrak tentang pengadilan dan forum mana yang berlaku jika terjadi
a. Litigasi : pengadilano
yang mebuatnya, tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah
10
Dua syarat pertama dinamakan syarat-syarat subyektif, karena
berkontrak adalah:
berkontrak, maka para pihak dalam kontrak dapat memilih pengadilan mana
11
pengadilan dan forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa diantara para
a. Litigasi
b. Non Litigasi.
tidak sengketa atau dengan kata lain orang yang mengajukan gugatan ke
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai:
selsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika
Berbeda dengan Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) Intern yang berkutat
asing.
pendahuluan, yaitu:
pendahuluan
13
2. Repartition Pada dasarnya, melalui repartition, hakim harus menetapkan
lex causae untuk maslah pendahuluan secara khusus dan tidak perlu
kasuistis,
B. Saran
Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Antar Tata Hukum. Baik itu kasus
hukum antar tata hukum intren atau hukum antar tata hukum ekstren.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bandung:Bina Cipta.
Ldr. Malang. 1938. sebagaimana terdapat dalam Gouw Giok Siong, Himpunan
Universitas.
Hudaya
15