Anda di halaman 1dari 12

ADVOKAT ASING DAN KODE ETIK ADVOKAT

Makalah Ini Disusun Untuk Memehuni Tugas Mata Kuliah Selekta Kedvokatan

Dosen Pembimbing :

Tatik Sri Wulandari, M.H,.

Disusun oleh :

Lindayani ( )

Luluk Wahyudin(102210081)

Maulana Ikhsan (102210083)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023/2024
3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................... I

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
4

Advokat adalah orang yang memiliki profesi untuk memberi jasa hukum dan
bertugas menyelesaikan persoalan hukum klienya baik secara litigasi maupun
nonlitigasi, dan sejak dulu keberadaan advokat bersifat ambivalensi. Hal ini
menjadi sorotan dan menjadikan dilemma yang selalu membayangai para advokat,
di sisi lain advokat dianggap sebagai profesi yang senang mempermainkan hukum
dan membuat perkara, karena memang litigasi adalah bagian dari pekerjaan
utamanya, dan disinilah iman dan moral advokat diuji dan dipertaruhkan, namun
disisi lain, jika kita renungkan siapa lagi yang bisa menolong orang yang sedang
bertentngan dengan sesama warga lain atau bahkan dengan penguasa atau negara
yang seringkali kedudukan sosialnyaa sangat berbeda.

Dalam bahasan Frans Hendra Winata, tugas Advokat adalah mengabdikan


dirinya pada masyarakat sehingga dia dituntut untuk selalu turut serta dalam
penegakan Hak Asasi Manusia, dan dalam menjalankan profesinya ia bebas untuk
membela siapapun, tidak terikat pada perintah (order) klien dan tidak pandang
bulu siapa lawan kliennya, apakah dia dari golongan kuat, penguasa, pejavbat
bahkan rakyat miskin sekalipun.

Salah satu hal lain yang menarik perhatian adalah peran Advokat bukan hanya
sebagai spesialisasi dalam penyelesaian pertentangan antara warga, tapi juga
sebagai spesialisasi dalam hubungan antara warga negara dan lembaga-lembaga
pemerintahan, yaitu antara masyarakat dan negara. Dalam negara modern, tanpa
ada orang yang mengisi fungsi itu secara profesional, masyarakat akan lebih
mudah ditindas dan dipermainkan oleh penguasa.

Fungsi Advokat bukan hanya berperkara di pengadilan, namun sangat


penting, mewakili kepentingan warga negara dalam hubungannya dengan
pemerintah. Justru karena profesi Advokat mengerti akan bentuk, lembaga dan
aturan negara dan bertugas untuk mewakili warga negara kalau bertentangan
dengan negara atau warga negara yang lainnya. 1

1
Sahuri Lasmadi, Peran Advokat Dalam Pendampingan Hukum, (2014), di akses pada 6 Maret
2024 pukul 07.45 WIB.
5

Dalam dunia keadvokatan dijelaskan kewenangan beracara dari advokat


asing di Negara Indonesia dihalangi oleh Pasal 23 Undang-Undang No. 18 Tahun
2003 tersebut sehingga menimbulkan kerancuan bila melihat adanya kesepakatan
Internasional yang telah disepakati Negara Indonesia tentang MEA dan GATS
yang mengatur tentang perdagangan jasa dalam ruang lingkup internasional.

Pengaturan tentang advokat yang ideal untuk Negara Indonesia karena


agar tidak rancu dengan perjanjian internasional baik GATS maupun MEA adalah
dengan merevisi Undang-Undang No.18 Tahun 2003 tentang Advokat, khususnya
pada Pasal 23 agar advokat Asing agar dapat beracara di Indonesia tentunya
dengan syarat dan tahapan yang harus dilalui sehingga nantinya memperoleh
berita acara sumpah dari pengadilan tinggi dan memiliki kartu anggota advokat
dari organisasi advokat PERADI.

Sedangkan untuk kesiapan advokat di Indonesia dalam menghadapi MEA


ini memiliki kesiapan yang jauh jika dibandingkan dengan advokat asing karena
kelebihan advokat Indonesia adalah mengetahui regulasi hukum di Indonesia dan
komunikasi bahasa Indonesia yang baik dibandingkan dengan advokat asing yang
hendak beracara di Indonesia.2

Rumusan Masalah :

1. Apa aitu Advokat Asing dan Atribut Advokat?

2.Bagaimana Kode Etik advokat?

3.Dewan Kehormatan Advokat?

Tujuan Masalah :

2
Putu Ngurah Bagus Robin Cahaya Putra1 Putu Tuni Cakabawa Landra, PENGATURAN TERHADAP
ADVOKAT ASING YANG BERACARA DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANGUNDANG NO 18
TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT, https://ojs.unud.ac.id, (2017), di akses pada 6 Maret 2024,
pukul 07.55 WIB.
6

1.Mengetahui Advokat Asing dan Atribut Advokat

2. Mengetahui Kode Etik advokat

3. Mengetahui Dewan Kehormatan Advokat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Advokat Asing

Advokat Asing adalah advokat berkewarganegaraan asing yang


menjalankan profesinya di wilayah negara Republik Indonesia berdasarkan
persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengenai kewajiban
dan larangan yang harus dipatuhi oleh Advokat asing selama bekerja dan
menjalankan profesinya di Indonesia.

Pada Pasal 23 Undang-undang Advokat Nomor 18 tahun 2003 Tentang


Advokat, disebutkan bahwa Advokat asing dilarang beracara didalam sidang
pengadilan, berpraktik/membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di
Indonesia. Advokat asing itu sendiri hanya berstatus sebagai karyawan atau
tenaga ahli di dalam bidang hukum asing. Advokat asing hanya memberi
bantuan hukum secara Cuma-cuma untuk suatu waktu tertentu didunia
Pendidikan dan penelitian hukum. Namun dalam praktiknya Advokat asing
masih terdapat penyimpangan-penyimpangan. Beberapa praktik tersebut
diantaranya :

1. Advokat flying in flying out (FIFO). Advokat jenis ini pagi terbang ke

Indonesia untuk bertemu klien dan malamnya kembali ke negara asal,

seperti ke Singapura.

2. Melanggar kuota maksimal advokat asing.

3. Advokat atau kantor hukum asing mendirikan kantor hukum di Indonesia


7

dengan kedok sebagai perusahaan konsultan yang berbadan hukum

perseroan terbatas (PT).

4. Kantor hukum yang dimiliki warga negara Indonesia tapi terdaftar


sebagai

advokat di negara lain.

5. Membentuk kantor hukum dengan nama campuran Indonesia dan asing.

6. Model kantor hukum Ali Baba, dari luar kelihatan sebagai kantor hukum

Indonesia tapi di dalamnya dikelola oleh advokat asing.

7. Advokat asing memberikan jasa konsultasi hukum Indonesia di negara

asalnya atau negara lain selain Indonesia baik dengan tatap muka langsung

maupun melalui korespondensi surat elektronik.3

Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi karena pengawasan yang


kurang optimal, akibat dari kurangnya regulasi mengenai Advokat asing atau
kantor hukum asing dan relasinya dengan kantor hukum Indonesia. Pengaruh
apabila Advokat asing yang melakukan praktik di Indonesia tanpa ijin dari
instansi terkait dan ketetapan dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 18 Tahun
2003 Tentang Advokat dengan pengaturan International Bar Association
terhadap praktik Advokat asing di Indonesia dalam hal pemberian ijin,
kewajiban serta larangan terhadap advokat asing yang berpraktik secara illegal

a. Menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

3
https://kabar24.bisnis.com/read/20150630/16/448723/advokat-asing-di-indonesia-lawan-atau-
kawana, di akses pada 6 Maret 2024, pukul 12.41 WIB.
8

b. Menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta


menegakkan hukum, Melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat
dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.4

B. Atribut Advokat
Advokat adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada seorang
profesional hukum yang berlisensi untuk memberikan nasihat hukum dan
mewakili klien mereka dalam proses hukum. Beberapa atribut yang sering
terkait dengan profesi advokat termasuk:

a. Pendidikan Hukum: Advokat biasanya telah menyelesaikan


pendidikan sarjana hukum dan mungkin juga pendidikan lanjutan
dalam bidang hukum tertentu.
b. Lisensi: Untuk menjadi advokat yang sah, seseorang harus lulus
ujian keadvokatan dan memperoleh lisensi dari lembaga yang
berwenang, seperti Pengadilan Tinggi.
c. Pengetahuan Hukum: Advokat harus memiliki pemahaman yang
kuat tentang sistem hukum, peraturan, dan prosedur yang berlaku
di yurisdiksi tempat mereka berpraktik.
d. Keterampilan Komunikasi: Kemampuan berkomunikasi yang baik
sangat penting bagi advokat, baik dalam hal menulis dokumen
hukum, berbicara di pengadilan, maupun berinteraksi dengan klien
dan pihak lain.
e. Kepatuhan Etika Profesional: Advokat diharapkan untuk bertindak
dengan integritas tinggi dan mematuhi standar etika profesional
yang ditetapkan oleh badan pengatur atau lembaga advokat.
f. Keahlian Penyelesaian Sengketa: Advokat sering kali terlibat
dalam menyelesaikan sengketa antara pihak-pihak yang berbeda,
baik melalui negosiasi, mediasi, atau melalui proses litigasi.
4
Moses Mandahari, “Analisis Yuridis Tentang Larangan Advokat Asing yang Melakukan Praktik di
Indonesia Menurut Pasal 23 Undang-undang 1Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, Jurnal LEX
Certa, Vol. 1, No.1, 2015, hal. 42
9

g. Berkat dan Integritas: Advokat harus dapat menjaga kerahasiaan


informasi klien dan bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik
klien mereka.
h. Komitmen terhadap Klien: Seorang advokat harus berkomitmen
untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan hukum klien
mereka dengan penuh dedikasi.
i. Kemampuan Penelitian: Advokat sering kali harus melakukan
penelitian hukum mendalam untuk memahami kasus klien mereka
dan mengembangkan strategi hukum yang efektif.
j. Kolaborasi: Terkadang advokat bekerja dalam tim dengan advokat
lain atau profesional hukum lainnya untuk mencapai hasil terbaik
bagi klien mereka.
k. Kepatuhan Hukum: Advokat harus memastikan bahwa mereka
mematuhi semua peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku
dalam praktek mereka.
Ini hanya beberapa atribut yang umumnya terkait dengan profesi
advokat, dan karakteristik yang dibutuhkan dapat bervariasi
tergantung pada spesialisasi dan lingkungan kerja individu.
C. Kode Etik Advokat Dan Dewan Kehormatan Advokat
Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat, disusun kode
etik profesi advokat oleh organisasi advokat. Advokat wajib tunduk dan
mematuhi kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang dewan
kehormatan organisasi advokat. Kode etik profesi advokat tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Pengawasan atas
pelaksanaan kode etik profesi advokat dilakukan oleh organisasi advokat.
Dewan kehormatan organisasi advokat memeriksa dan mengadili
pelanggaran kode etik profesi advokat berdasarkan tata cara dewan
kehormatan organisasi advokat. Keputusan dewan kehormatan organisasi
advokat tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila pelanggaran
terhadap kode etik profesi advokat mengandung unsur pidana. Ketentuan
mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi
10

advokat diatur lebih lanjut dengan keputusan dewan kehormatan organisasi


advokat.
Organisasi advokat membentuk dewan kehormatan organisasi advokat
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dewan kehormatan di tingkat
daerah mengadili pada tingkat pertama dan dewan kehormatan di tingkat
pusat mengadili pada tingkat banding dan terakhir. Keanggotaan dewan
kehormatan organisasi advokat terdiri atas unsur advokat. Dalam mengadili
dewan kehormatan membentuk majelis yang susunannya terdiri atas unsur
dewan kehormatan, pakar atau tenaga ahli di bidang hukum dan tokoh
masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan, tugas, dan
kewenangan dewan kehormatan organisasi advokat diatur dalam kode etik.5
.

BAB III

PENUTUP

1. Advokat Asing adalah advokat berkewarganegaraan asing yang


menjalankan profesinya di wilayah negara Republik Indonesia
berdasarkan persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. Pendidikan Hukum: Advokat biasanya telah menyelesaikan
pendidikan sarjana hukum dan mungkin juga pendidikan lanjutan
dalam bidang hukum tertentu.
b. Lisensi: Untuk menjadi advokat yang sah, seseorang harus lulus
ujian keadvokatan dan memperoleh lisensi dari lembaga yang
berwenang, seperti Pengadilan Tinggi.
c. Pengetahuan Hukum: Advokat harus memiliki pemahaman yang
kuat tentang sistem hukum, peraturan, dan prosedur yang berlaku
di yurisdiksi tempat mereka berpraktik.

5
Niru Anita Sinaga, KODE ETIK SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN PROFESI HUKUM YANG BAIK,
https://journal.universitassuryadarma.ac.id, (Volume 10 No. 2, Maret 2020), di akses pada 6
maret 2024, pukul 00.00 WIB.
11

2. Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat, disusun kode


etik profesi advokat oleh organisasi advokat. Advokat wajib tunduk dan
mematuhi kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang dewan
kehormatan organisasi advokat.
DAFTAR PUSTAKA

Sahuri Lasmadi, Peran Advokat Dalam Pendampingan Hukum, (2014), di akses


pada 6 Maret 2024 pukul 07.45 WIB

Putu Ngurah Bagus Robin Cahaya Putra1 Putu Tuni Cakabawa Landra,
PENGATURAN TERHADAP ADVOKAT ASING YANG BERACARA DI
INDONESIA DITINJAU DARI UNDANGUNDANG NO 18 TAHUN 2003
TENTANG ADVOKAT, https://ojs.unud.ac.id, (2017), di akses pada 6 Maret
2024, pukul 07.55 WIB.

https://kabar24.bisnis.com/read/20150630/16/448723/advokat-asing-di-
indonesia-lawan-atau-kawana, di akses pada 6 Maret 2024, pukul 12.41 WIB
.
Mandahari Moses, “Analisis Yuridis Tentang Larangan Advokat Asing yang
Melakukan Praktik di Indonesia Menurut Pasal 23 Undang-undang 1Nomor 18
Tahun 2003 Tentang Advokat, Jurnal LEX Certa, Vol. 1, No.1, 2015, hal. 42

Sinaga Anita Niru, KODE ETIK SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN PROFESI HUKUM YANG BAIK,
https://journal.universitassuryadarma.ac.id, (Volume 10 No. 2, Maret 2020), di akses pada 6
maret 2024, pukul 00.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai