Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Tata Negara Indonesia
Dosen pengampu :
Muhammad Azmi M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 2
FAKULTAS SYARI`AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Kami berterima kasih kepada bpk Muhamad Azmi
selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Tata Negara dan kepada teman-
teman sekalian yang telah memberikan semangat dan ide yang luar biasa dalam
mendukung penyelesaian makalah tentang ”Kewarganegaraan Indonesia” ini.
Penulis
( Kelompok 12 )
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB 1 .............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Asas Kewarganegaraan Indonesia ........................................................................ 3
B. Peraturan Perundang-Undangan Kewarganegaraan............................................. 5
C. Memperoleh Dan Kehilangan Atau Cara Memperoleh Kewarganegaraan ............ 9
BAB III ........................................................................................................................... 15
PENUTUP ...................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan........................................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara.
tempat kelahiran.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
3
Pada dasarnya Negara Indonesia tidak mengenal kewarganegaraan ganda
(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Adapun kewarganegaraan
ganda yandiberikan kepada anak dalam Undang-Undankewarganegaraan
Republik Indonesia inimerupakan suatu pengecualian. Selain asatersebut di atas,
beberapa asas khusus jugmenjadi dasar penyusunan Undang-Undantentang
Kewarganegaraan RepubliIndonesia, antara lain sebagai berikut:
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah alas
yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
4
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.
Dalam literatur hukum dan dalam praktik, dikenal adanya tiga asas
kewarganegaraan, yaitu asa ius soli, ius sanguinis, dan asas campuran. Dari ketiga
asas itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius soli dan ius
sanguinis. Sehubungan dengan kedua asas tersebut, setiap negara bebas memilih
asas yang hendak dipakai dalam rangka kebijakan kewarganegaraannya untuk
menentukan siapa saja yang diterima sebagai warga negara dan siapa yang bukan
warga negara. Oleh karena itu, di berbagai negara, dapat timbul berbagai pola
pengaturan yang tidak sama di bidang kewarganegaraan. Bahkan, antara satu
dengan negara lain dapat timbul pertentangan atau conflict of law atau
pertentangan hukum. Dalam hal itu akan menimbulkan persoalan bipatride atau
dwi-kewarganegaraan, atau sebaliknya menyebabkan apatride, yaitu keadaan
tanpa kewarganegaraan sama sekali. Bipatride atau dwi-kewarganegaraan timbul
ketika menurut peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan dari berbagai
negara, seseorang sama-sama dianggap sebagai warga negara oleh negara-negara
yang bersangkutan. 1
1
Rokilah. "Implikasi Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara Indonesia". (Jurnal adudikasi). Vol. 1.
no. 2 (2017) hal. 58-59
5
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara
Indonesia.”
d. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh
bapaknya, yang pada lahirnya bapaknya mempunyai kewarganegaraan
Indonesia;
e. Anak yang lahir dalam waku 300 hari setelah bapaknya yang
mempunyai kewarganegaraan Indonesia, meninggal dunia;
f. Anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang
pada waktu lahirnya mempunyai kewarganegaraan Indonesia;
g. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang warga
negara Indonesia;
6
h. Anak yang lahir di dalam daerah negara Indonesia yang oleh
bapaknya ataupun ibunya tidak diakui dengan cara yang sah;
1. Karena kelahiran;
2. Karena pengangkatan;
7
3. Karena dikabulkannya permohonan;
4. Karena pewarganegaraan;
5. Karena perkawinan;
7. Karena pernyataan.
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
8
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
Renunciation, yaitu tindakan sukarela untuk meninggalkan salah satu dari dua
atau lebih status kewarganegaraan yang dimiliki dari dua negara atau
lebih.Termination, yaitu penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan
hukum karena yang bersangkutan telah memiliki kewarganegaraan dari negara
2
Isharyanto, Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia. (Yogyakarta: Absolute Media, 2015), 31-51
9
lain. Deprivation, yaitu pencabutan atau penghentian secara paksa atau
pemecatan status kewarganegaraan berdasarkan perintah pejabat yang
berwenang karena terbutki adanya kesalahan atau pelanggaran dalam
memperoleh status kewarganegaraan.
3
Emmy Wulandari. "Perolelah Kembali Status Kewarganegaraan Yang Hilang Berdasarkan Undang-
Undang Kewarganegaraan". Vol. 29. no. 3 (2014) hal. 304-305
10
b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturutturut;
d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
1. Renunciation, yaitu tindakan sukarela untuk meninggalkan salah satu dari dua
atau lebih status kewarganegaraan yang dimiliki dari dua negara atau lebih.
11
bersangkutan di kemudian hariingin memperoleh kewarganegaraannyakembali.
Proses perolehan kembali yangdilakukan untuk masing-masing alasan
tersebutharusnya berbeda satu sama lain. Padapokoknya adalah setiap orang
terjamin haknyauntuk mendapatkan status kewarganegaraansehingga terhindar
dari kemungkinan stateless,apatride atau tanpa kewarganegaraan.
Status kewarganegaraan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena
itu setiap manusia berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan.
Pengakuan status kewarganegaraan bagi seseorang akan melahirkan hak dan
kewajiban hukum bagi orang yang bersangkutan, baik secara nasional maupun
internasional. Ada pun instrument hukum internasional yang mencantumkan hak
kewarganegaraan antara lain:
1. Deklarasi Universal HAM 1948 dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan Setiap orang berhak atas sesuatu kewarganegaraan. (2) Tidak
seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya atau
ditolak hanya untuk mengganti kewarganegaraannya"
2. Konvensi Internasional penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
1965, pada Pasal 5 huruf d romawi (iii) yang menyatakan "Untuk memenuhi
kewajibankewajiban dasar yang dicantumkan dalam Pasal 2 Konvensi ini,
Negara-negara pihak melarang dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi
ras serta menjamin hak setiap orang tanpa membedakan ras, warna kulit, asal
bangsa dan sukubangsa, untuk diperlakukan sama di depan hukum, terutama
untuk menikmati hak di bawah ini: (d) Hak sipil lainnya, khususnya: (iii) Hak
untuk memiliki kewarganegaraan".
3. Kovenan lnternasional Hak Sipil dan Politik 1965 dalam Pasal 24 ayat (3)
yang menyatakan bahwa "setiap anak berhak untuk memperoleh
kewarganegaraan".
4. Konvensi Internasional mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan L979, dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan bahwa: (1) Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada
perempuan hak yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh, mengubah
atau mempertahankan kewarganegaraannya. Negara-negara Pihak khususnya
wajib menjamin bahwa baik perkawinan dengan orang asing maupun
perubahan kewarganegaraan oleh suami selama perkawinan, tidak secara
otomatis mengubah kewarganegaraan istri, menjadikannya tidak
berkewarganegaraan atau memaksakan kewarganegaraan suami kepadanya.
(2) Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada perempuan hak yang
12
sama dengan laki-laki berkenaan dengan kewarganegaraan anak-anak
mereka".
5. Konvensi Hak Anak 1989, pada Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan "(L)
Anak harus didaftarkan segera sesudah kelahiran dan harus mempunyai hak
sejak lahir atas suatu nama, hak untuk memperoleh kewarganegaraan, dan
sejauh mungkin, hak untuk mengetahui dan dirawat oleh orang tuanya. (2)
Negara-negara Pihak harus menjamin pelaksanaan hak-hak ini sesuai dengan
hukum nasional mereka dan kewajiban mereka menurut instrumeninstrumen
internasional yang relevan dalam bidang ini. Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat
(1) dan (2) menyatakan bahwa "(1) Negara-negara Pihak harus berusaha
menghormati hak anak untuk mempertahankan identitasnya, termasuk
kewarganegaraan, nama dan hubungan keluarga seperti yang diakui oleh
hokum tanpa campur tangan yang tidak sah. (2) Apabila seorang anak secara
tidak sah dicabut beberapa atau semua unsur identitasnya, maka Negara-
negara Pihak harus memberikan bantuan dan perlindungan yang tepat dengan
tujuan secara cepat membentuk kembali identitasnya."
13
(4) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari setelah menerima permohonan.4
4
Ezra Meideli Sasube. "PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN
REPUBLIK". Vol. 10. no. 10 (2022) hal. 49-52
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
B. Saran
Kami sebagai penulis mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini dan juga meminta saran yang membangun agar kedepanya
dapat menulis makalah dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rokilah. "Implikasi Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara Indonesia".
(Jurnal adudikasi). Vol. 1. no. 2 (2017)
16