Anda di halaman 1dari 19

KEWARGANEGARAAN INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Tata Negara Indonesia

Dosen pengampu :
Muhammad Azmi M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Donico Ramadhan 2121020180


2. Amanda Fadila 2121020136

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI`AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Kami berterima kasih kepada bpk Muhamad Azmi
selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Tata Negara dan kepada teman-
teman sekalian yang telah memberikan semangat dan ide yang luar biasa dalam
mendukung penyelesaian makalah tentang ”Kewarganegaraan Indonesia” ini.

Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan


masih jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat
membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
kepada pembaca, guna untuk memperkaya ilmu pengetahuaan tentang materi yang
kami sampaikan di makalah ini.

Bandar Lampung, 20 Mei 2023

Penulis
( Kelompok 12 )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB 1 .............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Asas Kewarganegaraan Indonesia ........................................................................ 3
B. Peraturan Perundang-Undangan Kewarganegaraan............................................. 5
C. Memperoleh Dan Kehilangan Atau Cara Memperoleh Kewarganegaraan ............ 9
BAB III ........................................................................................................................... 15
PENUTUP ...................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan........................................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia selalu hidup bersama dengan manusia yang lainnya. Di


rumah, kita sebagai anggota keluarga. Di sekolah, kita sebagai warga sekolah.
Di masyarakat, kita sebagai warga masyarakat. Di Negara, kita sebagai warga
Negara.

Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan


menjamin hak asasi manusia dalam proses penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara serta memberikan jaminan perlindungan hukum dan
kepastian hukum terhadap seluruh warga negaranya. Berdasarkan ketentuan
tersebut berarti setiap warga negara berharga dan mempunyai nilai yang sama
di dalam hukum dan pemerintahan, dan berhak untuk mendapatkan kepastian
dan perlindungan hukum yang sama tanpa adanya pembedaan. Hal ini terdapat
di dalam ketentuan Pasal 3 ayat ( 2 ) No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang menyatakan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan perlakuan yang sama di depan hukum”. Pasal 7 pernyataan
umum Hak asasi manusia juga menyatakan bahwa semua orang adalah sama
di depan hukum dan berwenang memperoleh perlindungan yang sama dari
hukum tanpa diskriminasi apapun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan


masalah, sebagai berikut :

1. Asas-asas kewarganegaraan indonesia ?


2. Peraturan perundang-undangan kewarganegaraan ?
3. Memperoleh dan kehilangan atau cara memperoleh
kewarganegaraan ?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan penulisan


makalah ini adalah untuk mengetahui, Apa yang dimaksud dengan
kewarganegaraan, asas-asas kewarganegaraan, juga bagaimana cara
memperoleh kewarganegaraan atau jika kehilangan kewarganegaraan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas Kewarganegaraan Indonesia

Berdasarkan pertimbangan, perlu dibentuk undang-undang


kewarganegaraan yang baru sebagai pelaksanaan Pasal 26 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengamanatkanagar hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur
dengan undang-undang Untuk memenuhi tuntutan masyarakat
danmelaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana tersebut di
atas, Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia ini
memperhatikan asas-asas kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas ius
sanguinis, ius soli, dan campuran.Adapun asas-asas yang dianut dalam
UndangUndang Kewarganegaraan Republik Indonesia ini sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara.
tempat kelahiran.

2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.

3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu


kewarganegaraan bagi setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan


kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.

3
Pada dasarnya Negara Indonesia tidak mengenal kewarganegaraan ganda
(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Adapun kewarganegaraan
ganda yandiberikan kepada anak dalam Undang-Undankewarganegaraan
Republik Indonesia inimerupakan suatu pengecualian. Selain asatersebut di atas,
beberapa asas khusus jugmenjadi dasar penyusunan Undang-Undantentang
Kewarganegaraan RepubliIndonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan


kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita
dan tujuannya sendiri.

2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah


wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap Warga Negara Indonesia
dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri.

3. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang


menentukan bahwa setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang
sama di dalam hukum dan pemerintahan.

4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur. pewarganegaraan seseorang tidak


hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat
permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

5. Asas nondiskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam


segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras,
agama, golongan, jenis kelamin dan gender.

6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah alas
yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya.

7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

4
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

Dalam literatur hukum dan dalam praktik, dikenal adanya tiga asas
kewarganegaraan, yaitu asa ius soli, ius sanguinis, dan asas campuran. Dari ketiga
asas itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius soli dan ius
sanguinis. Sehubungan dengan kedua asas tersebut, setiap negara bebas memilih
asas yang hendak dipakai dalam rangka kebijakan kewarganegaraannya untuk
menentukan siapa saja yang diterima sebagai warga negara dan siapa yang bukan
warga negara. Oleh karena itu, di berbagai negara, dapat timbul berbagai pola
pengaturan yang tidak sama di bidang kewarganegaraan. Bahkan, antara satu
dengan negara lain dapat timbul pertentangan atau conflict of law atau
pertentangan hukum. Dalam hal itu akan menimbulkan persoalan bipatride atau
dwi-kewarganegaraan, atau sebaliknya menyebabkan apatride, yaitu keadaan
tanpa kewarganegaraan sama sekali. Bipatride atau dwi-kewarganegaraan timbul
ketika menurut peraturan-peraturan tentang kewarganegaraan dari berbagai
negara, seseorang sama-sama dianggap sebagai warga negara oleh negara-negara
yang bersangkutan. 1

B. Peraturan Perundang-Undangan Kewarganegaraan

Menurut Undang Undang No. 3 Tahun 1946 Tentang Warga


Negara dan Pendudukan Indonesia Pada waktu Republik Indonesia
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, Negara Republik
Indonesia belum Mempunyai Undang-undang dasar (UUD1945) sehari
kemudian tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) mengesahkan UUD1945, mengenai kewarganegaraan
UUD1945 menyebutkan antara lain:

1. Pasal 26 Ayat (1) menentukan bahwa “Yang menjadi warga


negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa

1
Rokilah. "Implikasi Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara Indonesia". (Jurnal adudikasi). Vol. 1.
no. 2 (2017) hal. 58-59

5
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara
Indonesia.”

2. Pasal 26 Ayat (2) menentukan bahwa, “syarat-syarat yang


mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undangundang”.

Secara otentik, penjelasan UUD 1945 mengenai ketentuan di atas


menerangkan sebagai berikut: “Orang-orang bangsa lain, misalnya orang
peranakan Belanda, Peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab yang
bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah
Airnya, dan bersikap setia kepada negara Republik Indonesia dapat
menjadi warga negara.”

Sebagai pelaksanaan pasal 26 UUD 1945, tanggal 10 April


1946, diundangkan UU No.3 Tahun 1946. Adapun yang dimaksud dengan
warga negara Indonesia menurut Pasal 1 UU No. 3 Tahun 1946 adalah:

a. Orang-orang asli dalam wilayah daerah di Indonesia;

b. Orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut diatas


akan tetapi turunan dari seseorang dari golongan itu dan lahir bertempat
kedudukan dan kediaman dalam daerah negara Indonesia, dan orang itu
bukan turunan seorang dari golongan termaksud yang lahir dan bertempat
kedudukan dan kediaman di selama sedikitnya 5 tahun berturut turut yang
paling akhir didalam daerah negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun
atau telah kawin;

c. Orang yang mendapatkan kewarganegaraan Indonesia


dengan cara Naturalisasi;

d. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh
bapaknya, yang pada lahirnya bapaknya mempunyai kewarganegaraan
Indonesia;

e. Anak yang lahir dalam waku 300 hari setelah bapaknya yang
mempunyai kewarganegaraan Indonesia, meninggal dunia;

f. Anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah yang
pada waktu lahirnya mempunyai kewarganegaraan Indonesia;

g. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang warga
negara Indonesia;

6
h. Anak yang lahir di dalam daerah negara Indonesia yang oleh
bapaknya ataupun ibunya tidak diakui dengan cara yang sah;

i. Anak yang lahir didalam daerah negara Indonesia, yang tidak


diketahui siapa orang tuanya atau kewarganegaraan keduan orang tuanya;
dan

j. Badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum yang


berlaku dalam negara Indonesia dan bertempat kedudukan didalam daerah
negara Indonesia.

Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa yang dianut dalam


undang-undang tersebut adalah asas Ius soli. UU No. 3 Tahun 1946
beberapa kali mengalami perubahan tanggal 27 Februari 1947 pemerintah
Indonesia dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BP KNIP) mengeluarkan Undang Undang No.6 Tahun 1947
tentang Perubahan UU No. 3 Tahun 1946 tentang warga negara dan
pendudukan Indonesia. Maka dari itu perihal tentang kewarganegaraan
Indonesia pada awal kemerdekaan diatur di dalam UU No. 3 Tahun
1946 jo. UU No.6 Tahun 1947 jo. UU No. 8 Tahun 1947.

Menurut Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang


Kewarganegaraan sebuah aturan mengenai kewarganegaraan berhasil
disahkan pada tahun yang sama, yang dikenal sebagai Undang-Undang
No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan. Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 62 Tahun 1958 menentukan bahwa warga negara Republik
Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan
dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku
sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik
Indonesia.

Dengan demikian, yang tetap diakui kewarganegaraan


Indonesianya berdasarkan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 ini
adalah mereka yang memperoleh status tersebut terutama berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 dan Persetujuan Perihal Pembagian
Warga Negara. Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 62 Tahun
1958 menyebutkan 7 (tujuh) cara untuk memperoleh kewarganegaraan
Indonesia, yaitu:

1. Karena kelahiran;

2. Karena pengangkatan;

7
3. Karena dikabulkannya permohonan;

4. Karena pewarganegaraan;

5. Karena perkawinan;

6. Karena turut ayah dan/atau ibu; dan

7. Karena pernyataan.

Pada pokoknya Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 mengatur


cara memperoleh kewarganegaraan, cara kehilangan kewarganegaraan dan
cara memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia.

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan menentukan bahwa “Yang menjadi Warga Negara
Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang- undang sebagai warga negara.”
Dalam penjelasan Pasal 2 tersebut menerangkan pengertian orang-orang
bangsa Indonesia asli adalah “Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya
dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri.”
Hal ini berarti secara yuridis ketentuan ini oleh pembentuk undang-undang
dimaksudkan sedapat mungkin mencegah timbulnya keadaan tanpa
kewarganegaraan.

Oleh karena itu, dengan menerapkan asas kelahiran (ius soli),


orang yang lahir di wilayah Republik Indonesia mendapatkan
perlindungan dan kepastian hukum, karena mereka adalah warga negara
Republik Indonesia. Titik berat diletakkan atas kelahirannya dalam
wilayah negara Republik Indonesia dengan tujuan supaya tidak ada anak
yang lahir menjadi apatride.

Adapun asas-asas yang dianut dalam Penjelasan Umum


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 ditegaskan sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang


menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan
berdasarkan negara tempat kelahiran.

2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

8
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang


menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. 2

C. Memperoleh Dan Kehilangan Atau Cara Memperoleh


Kewarganegaraan

Status kewarganegaraan adalah hak dasar bagi seseorang. Status kewarganegaraan


menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemiliknya. Seorang warga negara
mempunyai hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya. Negara
wajib menjamin kepemilikan hak seorang warga negaranya yang mencakup hak
sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya. Sedangkan kewajiban sebagai
seorang pemegang status kewarganegaraan Indonesia telah ditetapkan di dalam
UUD 1945.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 mengatur keseluruhan tentang status


kewarganegaraan Republik Indonesia. Siapa saja yang menjadi Warga Negara
Indonesia yang memiliki kewarganegaraan Indonesia diatur dalam undang-undang
ini. Juga diterangkan pula dalam Pasal 8 ayat (1) yang menyatakan bahwa,
negara-negara pihak harus berusaha menghormati hak anak untuk
mempertahankan identitasnya, termasuk kewarganegaraan, nama dan hubungan
kelaurga seperti yang diakui oleh hukum tanpa campur tangan yang tidak sah.
Ayat (2) pasal yang sama menyatakan jika seorang anak secara tidak sah dicabut
beberapa atau semua unsur identitasnya, maka negara-negara pihak harus
memberikan bantuan dan perlindungan yang tepat dengan tujuan secara cepat
membentuk kembali identitasnya. Hilangnya kewarganegaraan seseorang berarti
hilangnya hak dan kewajiban orang itu terhadap negara yang bersangkutan.
Hilangnya status kewarganegaraan seseorang mengakibatkan putusnya hubungan
seorang warga negara dengan negaranya. Ada beberapa penyebab seseorang
kehilangan kewarganegaraa, antara lain:

Renunciation, yaitu tindakan sukarela untuk meninggalkan salah satu dari dua
atau lebih status kewarganegaraan yang dimiliki dari dua negara atau
lebih.Termination, yaitu penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan
hukum karena yang bersangkutan telah memiliki kewarganegaraan dari negara

2
Isharyanto, Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia. (Yogyakarta: Absolute Media, 2015), 31-51

9
lain. Deprivation, yaitu pencabutan atau penghentian secara paksa atau
pemecatan status kewarganegaraan berdasarkan perintah pejabat yang
berwenang karena terbutki adanya kesalahan atau pelanggaran dalam
memperoleh status kewarganegaraan.

Hilangnya kewarganegaraan seseorang dapat juga dikarenakan kelalaian, karena


alasan politik karena alasan teknis ataupun karena alasan yang bersangkutan
memang secara sadar dan sengaja ingin melepaskan status kewarganegaraannya. 9
Beberapa alasan tersebut hendaknya dijadikan pertimbangan apabila yang
bersangkutan di kemudian hari ingin memperoleh kewarganegaraannya kembali.
Proses perolehan kembali yang dilakukan untuk masing-masing alasan tersebut
harusnya berbeda satu sama lain. Pada pokoknya adalah setiap orang terjamin
haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan stateless, apatride atau tanpa kewarganegaraan. 3

Syarat Dan Tata Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik


Indonesia Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Pasal 31. Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan
Republik Indonesia dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya melalui
prosedur pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan
Pasal 18 dan Pasal 22. Salah satu hak yang yang harus dipenuhi negara terhadap
warga negaranya adalah status kewarganegaraan. Status kewarganegaraan
seseorang menjadi hak dasar warga negara yang harus dipenuhi, dihargai,
dihormati, dan dilindungi oleh negara. Indonesia telah mengatur bahwa status
kewarganegaraan merupakan hak dasar setiap orang pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 yang selanjutnya disebut UUD 1945 Pasal 28 D
ayat (4).

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia. Pasal 9.

Permohonan kewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika


memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

3
Emmy Wulandari. "Perolelah Kembali Status Kewarganegaraan Yang Hilang Berdasarkan Undang-
Undang Kewarganegaraan". Vol. 29. no. 3 (2014) hal. 304-305

10
b. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturutturut;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;

f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi


berkewarganegaraan ganda;

g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan

h. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Status kewarganegaraan adalah hak dasar bagi seseorang. Status


kewarganegaraan menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemiliknya. Seorang
warga negara mempunyai hubungan timbal balik antara negara dan warga
negaranya. Negara wajib menjamin kepemilikan hak seorang warga negaranya
yang mencakup hak sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya,
sedangkan kewajiban sebagai seorang pemegang status kewarganegaraan
Indonesia telah ditetapkan di dalam UUD 1945.

Penyebab seseorang kehilangan kewarganegaraan, antara lain:

1. Renunciation, yaitu tindakan sukarela untuk meninggalkan salah satu dari dua
atau lebih status kewarganegaraan yang dimiliki dari dua negara atau lebih.

2. Termination, yaitu penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan


hukum karena yang bersangkutan telah memiliki kewarganegaraan dari negara
lain.

3. Deprivation, yaitu pencabutan atau penghentian secara paksa atau pemecatan


status kewarganegaraan berdasarkan perintah pejabat yang berwenang karena
terbutki adanya kesalahan atau pelanggaran dalam memperoleh status
kewarganegaraan.

Hilangnya kewarganegaraan seseorang dapat juga dikarenakan kelalaian, karena


alasanpolitik karena alasan teknis ataupun karenaalasan yang bersangkutan
memang secara sadardan sengaja ingin melepaskan status kewarganegaraannya.
Beberapa alasan tersebut hendaknya dijadikan pertimbanganapabila yang

11
bersangkutan di kemudian hariingin memperoleh kewarganegaraannyakembali.
Proses perolehan kembali yangdilakukan untuk masing-masing alasan
tersebutharusnya berbeda satu sama lain. Padapokoknya adalah setiap orang
terjamin haknyauntuk mendapatkan status kewarganegaraansehingga terhindar
dari kemungkinan stateless,apatride atau tanpa kewarganegaraan.

Permohonan Untuk Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik


Indonesia:

Status kewarganegaraan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena
itu setiap manusia berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan.
Pengakuan status kewarganegaraan bagi seseorang akan melahirkan hak dan
kewajiban hukum bagi orang yang bersangkutan, baik secara nasional maupun
internasional. Ada pun instrument hukum internasional yang mencantumkan hak
kewarganegaraan antara lain:

1. Deklarasi Universal HAM 1948 dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan Setiap orang berhak atas sesuatu kewarganegaraan. (2) Tidak
seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya atau
ditolak hanya untuk mengganti kewarganegaraannya"
2. Konvensi Internasional penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
1965, pada Pasal 5 huruf d romawi (iii) yang menyatakan "Untuk memenuhi
kewajibankewajiban dasar yang dicantumkan dalam Pasal 2 Konvensi ini,
Negara-negara pihak melarang dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi
ras serta menjamin hak setiap orang tanpa membedakan ras, warna kulit, asal
bangsa dan sukubangsa, untuk diperlakukan sama di depan hukum, terutama
untuk menikmati hak di bawah ini: (d) Hak sipil lainnya, khususnya: (iii) Hak
untuk memiliki kewarganegaraan".
3. Kovenan lnternasional Hak Sipil dan Politik 1965 dalam Pasal 24 ayat (3)
yang menyatakan bahwa "setiap anak berhak untuk memperoleh
kewarganegaraan".
4. Konvensi Internasional mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan L979, dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan bahwa: (1) Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada
perempuan hak yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh, mengubah
atau mempertahankan kewarganegaraannya. Negara-negara Pihak khususnya
wajib menjamin bahwa baik perkawinan dengan orang asing maupun
perubahan kewarganegaraan oleh suami selama perkawinan, tidak secara
otomatis mengubah kewarganegaraan istri, menjadikannya tidak
berkewarganegaraan atau memaksakan kewarganegaraan suami kepadanya.
(2) Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada perempuan hak yang

12
sama dengan laki-laki berkenaan dengan kewarganegaraan anak-anak
mereka".
5. Konvensi Hak Anak 1989, pada Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan "(L)
Anak harus didaftarkan segera sesudah kelahiran dan harus mempunyai hak
sejak lahir atas suatu nama, hak untuk memperoleh kewarganegaraan, dan
sejauh mungkin, hak untuk mengetahui dan dirawat oleh orang tuanya. (2)
Negara-negara Pihak harus menjamin pelaksanaan hak-hak ini sesuai dengan
hukum nasional mereka dan kewajiban mereka menurut instrumeninstrumen
internasional yang relevan dalam bidang ini. Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat
(1) dan (2) menyatakan bahwa "(1) Negara-negara Pihak harus berusaha
menghormati hak anak untuk mempertahankan identitasnya, termasuk
kewarganegaraan, nama dan hubungan keluarga seperti yang diakui oleh
hokum tanpa campur tangan yang tidak sah. (2) Apabila seorang anak secara
tidak sah dicabut beberapa atau semua unsur identitasnya, maka Negara-
negara Pihak harus memberikan bantuan dan perlindungan yang tepat dengan
tujuan secara cepat membentuk kembali identitasnya."

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia. Pasal 32 ayat:
(1) Warga Negara Indonesia yang kehilangan Kewarganegaraan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf i, dan Pasal 26 ayat (1)
dan ayat
(2) dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri tanpa melalui prosedur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 17. (2) Dalam hal
pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal di luar wilayah
negara Republik Indonesia, permohonan disampaikan melalui Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon.
(3) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik
Indonesia dapat diajukan oleh perempuan atau laki-laki yang kehilangan
kewarganegaraannya akibat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (1) dan ayat (2) sejak putusnya perkawinan.

13
(4) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari setelah menerima permohonan.4

4
Ezra Meideli Sasube. "PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN
REPUBLIK". Vol. 10. no. 10 (2022) hal. 49-52

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, maka dapat


diuraikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Asas-asas yang dianut dalam UndangUndang Nomor 12 Tahun 2006


tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, untuk menentukan
kewarganegaran seseorang warga negara Indonesia dikenal beberapa asas
yang dianut oleh Indonesia, yaitu: asas ius soli, ius sanguinis, asas
kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan ganda terbatas.

b. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan


Republik Indonesia, bagi seseorang yang telah kehilangan kewarganegaraan
Republik Indonesia dapat memperoleh kembali kewarganegaraannya melalui
prosedur pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai
dengan Pasal 18 dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.

c. permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik


Indonesia bagi warga negara Indonesia yang kehilangan kewarganegaraan
Republik Indonesia dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri.
Dalam hal pemohon bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik
Indonesia, permohonan disampaikan melalui perwakilan Republik Indonesia
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. Permohonan untuk
memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat diajukan
oleh perempuan atau laki-laki yang kehilangan kewarganegaraannya sejak
putusnya perkawinan. Kepala Perwakilan Republik Indonesia dapat
meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari setelah menerima permohonan.

15
B. Saran

Kami sebagai penulis mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini dan juga meminta saran yang membangun agar kedepanya
dapat menulis makalah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Rokilah. "Implikasi Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara Indonesia".
(Jurnal adudikasi). Vol. 1. no. 2 (2017)

Isharyanto, Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia. (Yogyakarta: Absolute


Media, 2015)

Emmy Wulandari. "Perolelah Kembali Status Kewarganegaraan Yang Hilang


Berdasarkan Undang-Undang Kewarganegaraan". Vol. 29. no. 3 (2014)

Ezra Meideli Sasube. "PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI


KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN
2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK". Vol. 10. no. 10 (2022)

16

Anda mungkin juga menyukai