Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR ILMU HUKUM

OLEH:

Universitas Muslim Indonesia


Fakultas Hukum
2014
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………………
…………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………..
………........................................................... 2
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………
…………………. 3
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………
……………..... 4
A. Latar
belakang.........................................................................................................
.. 4
B. Rumusan
masalah……………………………………………………………………
…………... 4
C. Tujuan penulisan.
………………………………………………………………………………
…. 4
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………
…………………. 5
A. Pengertian
hukum………………………………………………………………………
………... 5
B. Pertama kali hukum di Indonesia…..……….
…………………………………………….. 6

PENGANTAR ILMU HUKUM 2


C. Pemisahan PIH dan
PHI………………………………………………………………………..
6
D. Alasan hukum harus
ditaati………………………………………………………………….
7
E. Subjek dan objek
hukum………………………………………………………………………
7
F. Fungsi hukum sebagai ”a tool of social
control”………………………................. 11
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………….................
................ 12
A. KESIMPULAN……………………………………………………………
………………............ 12
B. DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………
…………... 13

PENGANTAR ILMU HUKUM 3


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT,


karena atas ridho-Nya lah tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
disediakan. Tidak lupa pula kepada Nabi besar kita Muhammad SAW serta para
umatnya yang sampai akhir zaman.
Tugas ini gunanya sebagai tiket untuk mengikuti evaluasi akhir “Traktat
XIII”.
Dengan harapan dapat lulus dan sesuai dengan harapan.
Dalam penyusunan tugas ini, tentulah masih ada yang perlu diperbaiki.
Maka dari itu penulis tugas ini sangat mengharapkan saran yang mampu
membangun untuk kesempurnaan susunan tugas-tugas berikutnya.
Akhir kata, saya sampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
yang bersangkutan dalam penyusunan makalah atau tugas ini. Semoga sang
pencipta Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita di dunia ini. Amin ya
rabbal alamin.

Makassar, 15 Oktober 2014

Muh. Chaerul Anwar

PENGANTAR ILMU HUKUM 4


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di dalam masyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain.
Kehidupan bersama itu menyebabkan adanya interaksi, kontak maupun
hubungan satu sama lain. Kontak dapat berarti hubungan yang
menyenangkan atau hubungan yang menimbulkan menimbulkan konflik
ataupun pertentangan.
Mengingat akan banyaknya kepentingan tidak mustahil terjadi
konflik sesama manusia, karena kepentingannya itu bertentangan. Konflik
atau pertentangan terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar
kepentingannya seorang merugikan orang lain. Di dalam kehidupan
masyarakat hal itu tidak dapat dihindarkan.
Maka dari itu pentingnya masyarakat untuk mengenal hukum
sebagai kaidah pengatur norma-norma sosial lebih dalam agar konflik
tersebut dapat dihindarkan sehingga fungsi hukum untuk menjamin rasa
aman di masyarakat dapat terlaksana.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian hukum?
2. Siapa yang pertama kali menggunakan hukum di Indonesia?
3. Dimana letak pemisahan antara PIH dan PHI?
4. Kapankah hukum itu harus ditaati?
5. Mengapa hukum itu punya subjek dan objek?
6. Bagaimana fungsi hukum sebagai “a tool of social control”?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat memahami pengertian hukum
2. Agar dapat memahami asal usul dari penggunaan hukum
3. Agar dapat memahami perbedaan dan kesamaan PIH dan PHI
4. Agar dapat memahami sebagaimana hukum itu terlaksana

PENGANTAR ILMU HUKUM 5


5. Agar dapat memahami subjek dan objek hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang
dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia,
menjaga ketertiban, keadilan, mencegah,terjadinya kekacauan.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya
kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap
masyarakat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum.
Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/
ketentuan yang tertulis ataupun tidak tertulis untuk mengatur
kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi untuk orang yang
melanggarnya.
Hukum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Hukum berdasarkan bentuknya: Hukum tertulis dan tidak
tertulis
 Hukum berdasarkan wilayah berlakunya: Hukum local, hukum
nasional, dan hukum Internasional.
 Hukum berdasarkan fungsinya: Hukum materil dan hukum
formal.
 Hukum berdasarkan waktunya: Ius constitutum, Ius
constituendum, Lex naturalis/hukum alam.
 Hukum berdasarkan isinya: Hukum publik, hukum antar waktu,
dan hukum private. Hukum public sendiri dibagi menjadi
hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, Hukum pidana,
dan hukum acara. Sedangkan hukum privat dibagi menjadi
hukum pribadi, hukum keluarga, hukum kekayaan, dan hukum
waris.
 Hukum berdasarkan pribadi: Hukum satu golongan, hukum
semua golongan, dan hukum antar golongan.

PENGANTAR ILMU HUKUM 6


 Hukum berdasarkan wujudnya: Hukum obyektif, dan hukum
subyektif.
 Hukum berdasarkan sifatnya: Hukum yang memaksa dan
hukum yang mengatur.

B. Pertama kali Hukum di Indonesia


Tata hukum di Indonesia ditetapkan oleh masyarakat Hukum
Indonesia, ditetapkan oleh Negara Indonesia. Lahirnya tata Hukum
di Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, dibentuklah tata
hukumnya itu dinyatakan dalam :
1. Proklamasi Kemerdekaan: “Kami Bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia”,
2. Pembukaan UUD-1945: “Atas berkat Rahmat Allah yang maha
kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Kemudian daripada
itu untuk membentuk suatu kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu susunan Undang-undang dasar Negara
Indonesia…”
Pernyataan itu mengandung arti:
1. Menjadikan Indonesia suatu Negara yang merdeka dan berdaulat
2. Pada saat itu menetapkan tata hukum Indonesia, sekedar
mengenai bagian yang tertulis.
C. Pemisahan Pengantar Ilmu Hukum(PIH) dan Pengantar Hukum
Indonesia(PHI).
Perbedaan dan hubungan antara PIH dengan pengantar hukum
Indonesia (PHI) adalah sebagai berikut.
1. Keduanya memiliki objek kajian yang berbeda, yaitu objek
kajian PIH adalah pengertian-pengertian dasar dan teori-teori
ilmu hukum serta membahas hukum pada umumnya, dan tidak
terbatas pada hukum yang berlaku di tempat atau di Negara

PENGANTAR ILMU HUKUM 7


tertentu saja, tetapi juga hukum yang berlaku di tempat atau
Negara lain pada waktu kapan saja (ius constitutum dan ius
constituendum). Sedangkan objek kajian PHI adalah mempelajari
atau menyelidiki hukum yang sekarang sedang berlaku atau
hukum positif di Indonesia (ius constitutum).
2. PIH berfungsi sebagai dasar bagi setiap orang yang akan
mempelajari hukum secara luas beserta berbagai hal yang
melingkupinya, sedangkan PHI berfungsi untuk mengantarkan
setiap orang yang akan mempelajari hukum yang sedang berlaku
atau hukum positif Indonesia.
Akan tetapi, antara PIH dan PHI tetap merupakan dua mata kuliah
yang memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat itu, dapat
mengantar bagi yang mempelajarinya pada suatu kesimpulan, bahwa
PIH menelaah hukum secara luas dan komprehensif, tetapi dalam
PHI secara khusu mempelajari hukum yang sedang, atau akan
diberlakukan pada waktu tertentu di Indonesia. Adapun hubungan
antara PIH dengan PHI dapat dilihat pada dua hal, sebagai berikut.
1. Keduanya merupakan mata kuliah dasar keahlian yang
mempelajari atau menyelidiki hukum sebagai ilmu.
2. PIH merupakan dasar atau penunjang dalam mempelajari PHI,
artinya PIH harus dipelajari terlebih dahulu sebelum PHI.
D. Alasan hukum harus ditaati

E. Subjek dan objek hukum


 Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat
menjadi pendukung(dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek
hukum ini, dalam kamus ilmu hukum disebut juga “orang” atau
“pendukung hak dan kewajiban”. Dengan demikian, subjek hukum
memilki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara yang
ditentukan atau dibenarkan hukum.

PENGANTAR ILMU HUKUM 8


Adapun subjek hukum (orang) yang dikenal dalam ilmu hukum
adalah manusia dan badan hukum.
1. Manusia (natuurlijk persoon) menurut hukum adalah setiap orang
yang mempunyai kedudukan yang sama, selaku pendukung hak
dan kewajiban. Pada prinsipnya, orang sebagai subjek hukum
dimulai sejak ia lahir dan berakhir setelah meninggal dunia.
Namun ada pengecualian menurut pasal 2 KUHPerdata, bahwa
bayi yang masih dalam kandungan ibunya dianggap telah lahir dan
menjadi subjek hukum, apabila kepentingan menghendaki (dalam
hal menerima pembagian warisan). Apabila bayi tersebut lahir
dalam keadaan meninggal dunia, menurut hukum ia dianggap tidak
pernah ada, sehingga ia bukan subjek hukum (tidak menerima
pembagian warisan).
Akan tetapi, ada golongan manusia yang dianggap tidak cakap
bertindak atau melakukan perbuatan hukum, golongan ini disebut
personae miserabile, sehingga mengakibatkan mereka tidak dapat
melaksanakan sendiri hak-hak dan kewajibannya. Jadi, untuk
menjalankan hak-hak dan kewajibannya, harus diwakili oleh orang
tertentu yang ditunjuk, yaitu walinya.
Golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek
hukum(personae miserabile) tersebut, dalam arti tidak dapat
melakukan perbuatan hukum di bidang keperdataan atau harta
benda, adalah sebagai berikut.
a. Anak yang masih di bawah umur atau belum dewasa (belum
berusia 21 tahun), dan belum kawin/nikah.
b. Orang dewasa yang berada di bawah pengampuan (curatele),
disebabkan oleh sebagai berikut.
1) Sakit ingatan: gila, orang dungu, penyakit suka mencuri
(kleptomania), khususnya penyakitnya.
2) Pemabuk dan pemboros (ketidakcakapannya khusus dalam
peralihan hak di bidang harta kekayaan)

PENGANTAR ILMU HUKUM 9


3) Isteri yang tunduk pada pasal 110 BW/KUH-Perdata.
Namun berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung
(SEMA) Nomor 3 tahun 1963, setiap isteri sudah dianggap
cakap melakukan perbuatan hukum. Isteri yang yang
ditempatkan di bawah pengampuan berdasarkan penetapan
hakim yang disebut “kurandus”.
2. Badan hukum (rechts person), suatu perkumpulan atau lembaga
yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu. Badan
hukum terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Badan hukum privat, seperti perseroan terbatas(PT), firma, CV,
badan koperasi, yayasan, dan sebagainya.
b. Badan hukum public, seperti Negara (mulai dari pemerintah
pusat, sampai pemerintah desa), dan instansi pemerintah.
Keberadaan suatu badan hukum, menurut teori ilmu hukum
ditentukan oleh empat teori yang menjadi syarat suatu badan
hukum agar tergolong sebagai subjek hukum, yaitu sebagai berikut.
a. Teori fictie, yaitu badan hukum dianggap sama dengan manusia
(orang) sebagai subjek hukumn dan hukum juga member hak
dan kewajiban.
b. Teori kekayaan bertujuan, yaitu harta kekayaannya dari suatu
badan hukum mempunyai tujuan tertentu, dan harus terpisah
dari harta kekayaan para pengurusnya atau anggotanya.
c. Teori pemilikan bersama, yaitu semua harta kekayaan badan
hukum menjadi milik bersama para pengurusnya atau
anggotanya.
d. Teori organ, yaitu badan hukum itu harus mempunyai
organisasi atau alat untuk mengelola dan melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan, yaitu para pengurus dan aset
(modal) yang dimiliki.
 Objek Hukum
Objek hukum adalah “segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek
hukum, dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum”.

PENGANTAR ILMU HUKUM 10


Menurut terminology (istilah) ilmu hukum, objek hukum disebut
pula “benda atau barang”, sedangkan “benda atau barang” menurut
hukum adalah “segala barang dan hak yang dapat dimiliki dan
bernilai ekonomis”, dan dibedakan atas berikut ini.

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud (pasal 503 KUH-


Perdata).
a. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat
dicapai atau dilihat dan diraba oleh panca indera.
Contohnya rumah, meja, kuda, pohon kelapa, dan
sebagainya.
b. Benda tidak berwujud, yaitu segala macam benda yang
tidak berwujud, berupa segala macam hak yang melekat
pada suatu benda. Contoh, hak cipta, hak atas merek, hak
atas tanah, hak atas rumah, dan sebagainya.
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak (Pasal 504 KUH-
Perdata).
a. Benda bergerak, yaitu setiap benda yang bergerak, karena:
1) Sifatnya dapat bergerak sendiri, seperti hewan (ayam,
kerbau, kuda, ayam, kambing dan sebagainya);
2) Dapat dipindahkan, seperti kursi, meja, sepatu, buku,
dan sebagainya;
3) Benda bergerak karena penetapan atau ketentuan
undang-undang, yaitu hak pakai atas tanah dan rumah,
hak sero, hak bunga yang dijanjikan, dan sebagainya.
b. Benda tidak bergerak, yaitu setiap benda yang tidak dapat
bergerak sendiri atau tidak dapat dipindahkan, karena:
1) Sifatnya tidak bergerak, seperti gunung, kebun, dan apa
yang didirikan di atas tanah, termasuk apa yang
terkandung dalamnya;
2) Menurut tujuannya, setiap benda yang dihubungkan
dengan benda yang karena sifatnya tidak bergerak,

PENGANTAR ILMU HUKUM 11


seperti wastafel di dalam kamar mandi, tegel (ubin), alat
percetakan yang ditempatkan di gudang, dan
sebagainya;
3) Penetapan undang-undang, yaitu hak atas benda tidak
bergerak dan kapal yang tonasenya/beratnya 20m3.
Urgensi pembedaan atas “benda bergerak” dan “benda tidak
bergerak” yang diberikan oleh hukum, adalah dalam kaitannya
dengan pengalihan hak, yaitu terhadap benda bergerak, cukup
dilakukan dengan penyerahan langsung saja. Sedangkan benda
tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan surat atau akta
balik nama.
F. Fungsi Hukum sebagai “a tool of social control”
Fungsi hukum sebagai sarana social control bertujuan untuk
memberikan suatu batasan tingkah laku masyarakat yang
menyimpang dan akibat yang harus diterima dari penyimpangan itu.
Misalnya, membuat larangan-larangan, tuntutan, pemberian ganti
rugi, dan sebagainya. Penggunaan hukum sebagai sarana social
control dapat berarti hukum mengontrol tingkah laku masyarakat.
Maksudnya, hukum berfungsi memberikan suatu batasan tingkah
laku warga masyarakat yang dianggap menyimpang dari aturan
hukum, serta apa akibat (sanksi) dari penyimpangan itu. Misalnya,
menentukan larangan-larangan, tuntutan, pemberian ganti rugi, dan
sebagainya, dengann maksud agar warga masyarakat tidak tergoda
untuk berperilaku yang dilarang oleh hukum atau bagi yang terlanjur
melakukannya akan dasar dengan adanya penerapan sanksi hukum
tadi.

PENGANTAR ILMU HUKUM 12


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari rangkaian dan analisa diatas, dimana telah dijelaskan awal
mulanya hukum di Indonesia, kemudian perbedaan dan hubungan
antara PIH dan PHI, yang dimana kedua-duanya adalah mata kuliah
yang mempunyai hubungan erat. Hubungan yang erat itu, dapat
mengantar bagi yang mempelajarinya pada suatu kesimpulan, bahwa
PIH menelaah hukum secara luas, tetapi PHI secara khusus
mempelajari hukum yang sedang, atau akan diberlakukan pada
waktu tertentu di Indonesia.
Hakikat subjek dan objek hukum begitu penting bagi peninjauan
fungsi hukum sendiri. Hukum juga sangat penting di masyarakat
karena tujuan hukum sendirii tidak hanya melindungi kepentingan
masyarakat namun mewujudkan masyarakat yang terlindungi
kepastian hukum sehingga terwujud masyarakat yang aman, damai,
dan sentosa.

PENGANTAR ILMU HUKUM 13


B. DAFTAR PUSTAKA
 http://temukanpengertian.blogspot.com/pengertian-
hukum.html
 http://gunawansriguntoro.wordpress.com/2011/12/19/tata-
hukum-di-indonesia
 Mas Marwan. 2014, Pengantar Ilmu Hukum. Edisi ketiga.
Ghalia Indonesia, Makassar

PENGANTAR ILMU HUKUM 14

Anda mungkin juga menyukai