Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ADM KUA

“JENIS JENIS FORMULIR PERSYARATAN PERNIKAHAN DAN


RUJUK”

Disusun Oleh : Kelompok 4


Ayu Triani (21111100
Siti Ulil Mutmainah (2111110042)
Angki Sapriwal (21111100

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UIN FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini meskipun dalam prosesnya banyak sekali halangan
dan hambatan. Namun demikian, saya sadari dengan sepenuh hati bahwa ini
adalah benar-benar pertolongan Allah SWT.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi


Muhammad SAW. sebagai teladan dalam dunia pendidikan yang patut dicontoh.
Penyusunan makalah merupakan pemaparan singkat tentang “Karakteristik
Hukum Islam”. Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan pemahaman saya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati saya banyak mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bengkulu, 18 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. . .........................................................................................
B. .........................................................................................
C. .. .........................................................................................6
D. . .........................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nikah atau perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia,
demi terwujudnya suatu rumah tangga yang teratur, harmonis, dan sejahtera,
serta terpeliharanya keturunan. Untuk dapat melaksanakan perkawinan harus
dipenuhi syarat- syarat sahnya perkawinan bagi calon mempelai laki-
lakimaupun perempuan.

Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)


dimna memiliki sifat it yang saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia
telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup dengan orang lain.
Naluri untuk hidup bersama dengan orang-orang lain mengikatkan hasrat yang
kuat untuk hidup teratur. Allah SWT menjadikan makhluk-Nya berpasang-
pasangan, menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan
jantan dan betina begitu pula tumbuh tumbuhan dan lain sebagainya. Dalam
menjalankan kehidupan manusia tentu ingin melanjutkan keturunan. Oleh
karena itu manusia harus mengikatkan diri dengan pasangannya melalui suatu
ikatan yaitu Perkawinan. Islam memandang pernikahan adalah salah satu
syariat yang harus dilakukan oleh umat Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW
menegaskan "bukanlah golonganku bagi umatnya yang tidak menyen angi
"pernikahan".
Di Indonesia, dengan Undang-undang No. 22 Tahun 1946 negara sejak awal
kemerdekaan telah memberikan perhatian cukup terhadap pernikahan ini.
Artinya bahwa negara telah mengambil peran aktif dan berkepentingan untuk
menertibkan pelaksanaan perkawinan. Sejak Sejak terbentuk terbentuknya
Undang-undang No. 22 Tahun Tabun 1946 dan peraturan perundang-
undangan dan sesudahnya sampai saat ini bahwa PPN mempunyai kedudukan
yang jelas dan tegas sebagai satu-satunya pejabat yang berwenang mencatat

1
dan mengawasi perkawinan yang dilangsungkan menurut agama Islam dalam
wilayahnya masing-masing (Depag RI, 1991/1992:1).

PPN itu sendiri dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan, maka keberadaan
Kantor Urusan Agama (KUA) dengan peran dan fungsinya menjadi sangat
penting bagi umat Islam. Artinya ia ada bukan semata-mata pemenuhan
tuntutan birokrasi tetapi secara substansial bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan kewajiban yang berkenaan dengan pengabsahan. sebuah
perkawinan (Imam Syaukani, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu jenis jenis formulir persyaratan pernikahan ?
2. Apa itu jenis jenis formulir persyaratan rujuk ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jwnisjenis formulir persyaratan pernikahan
2. Untuk mengetahui jenis jenis formulir persyartan rujuk

BAB II
PEMBAHASAN

D. Pengertian Hukum Islam

2
Sahnya sebuah perkawinan sebagaimana juga tercantum dalam pasal 2
Undang-undang No. 1 Tahun 1974, memiliki dua sisi mata uang yang tidak
boleh ter pisahkan, yaitu pertama sah apabila dilakukan menurut hukum
agama. Kedua, sah apabila dicatat menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Artinya sebuah perkawinan dianggap sah apabila memenuhi
ketentuan dan persyaratan agama dan juga secara administrasi layak dan
memenuhi ketentuan untuk dicatat. Guna melindungi dan menjamin
keabsahan pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat, maka kegiatan yang
berkaitan dengan perkawinan hendaknya disertai dengan bukti administrasi
yang lengkap dan diproses melalui pencatatan yang tertib. Tertib administrasi
tersebut meliputi kelengkapan formulir dan tertib prosesnya. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi jika pernikahan di KUA (Kantor Urusan Agama) sebagai
berikut :
A. Perkawinan Sesama WNI
1. Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) untuk calon Penganten (caten)
masing masing 1 (satu) lembar.
2. Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di atas
segel/materai bernilai minimal Rp.6000,- (enam ribu rupiah) diketahui RT,
RW dan Lurah setempat.
3. Foto copy piagam masuk Islam (jika mualaf).
4. Surat keterangan untuk nikah dari Kelurahan setempat yaitu Model N1,
N2, N4, baik calon Suami maupun calon Istri.
5. Pas photo caten ukuran 2×3 masing-masing 4 (empat) lembar ukuran 4×6
masing-masing 1 lembar, bagi anggota ABRI/TNI/POLRI berpakaian dinas.
6. Bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Surat Talak/Akta Cerai
dari Pengadilan Agama, jika Duda/Janda mati harus ada surat kematian dan
surat Model N6 dari Lurah setempat.
7. Harus ada izin/Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi :
a. Caten Laki-laki yang umurnya kurang dari 19 tahun;
b. Caten Perempuan yang umurnya kurang dari 16 tahun;
c. Laki-laki yang mau berpoligami.

3
8. Ijin Orang Tua (Model N5) bagi caten yang umurnya kurang dari 21 tahun
baik caten laki-laki/perempuan.
9.Bagi anggota TNI/POLRI dan Sipil TNI/POLRI harus ada Izin Kawin dari
Pejabat Atasan/Komandan.
10. Bagi caten yang akan melangsungkan pernikahan ke luar wilayah
Kecamatan tempat tinggalnya (berdasarkan KTP) harus ada Surat
Rekomendasi Nikah dari KUA setempat.
11. Kedua caten mendaftarkan diri ke KUA yang mewilayahi tempat
dilangsungkannya akad nikah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja
dari waktu melangsungkan Pernikahan. Apabila kurang dari 10 (sepuluh) hari
kerja, harus melampirkan surat Dispensasi Nikah dari Camat setempat.
12. Bagi WNI keturunan, selain syarat-syarat tersebut dalam poin 1 s/d 10
harus melampirkan foto copy Akte kelahiran dan status kewarganegaraannya
(K1).
13. Surat Keterangan tidak mampu dari Lurah/Kepala Desa bagi mereka
yang tidak mampu.

B. Syarat-Syarat Perkawinan Campuran (Menikah Dengan WNA/Beda


Kewarganagaraan) : Bagi WNA (warga negara asing) yang akan
melangsungkan
pernikahan di Indonesia harus membawa persyaratan administrasi sebagai
berikut:
1. Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di atas
segel/materai bernilai Rp.6000,- (enam ribu rupiah) diketahui 2 orang saksi.
Bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Akta Cerai/ surat
keterangan cerai yang asli dan salinan putusannya.
a. Akte Kelahiran/Kenal Lahir
b. Surat tanda melapor diri (STMD) dari kepolisian
c. Surat Keterangan Model K II dari Dinas Kependudukan (bagi yang
menetap lebih dari satu tahun)
2. Tanda lunas pajak bangsa asing (bagi yang menetap lebih dari satu tahun)

4
a. Keterangan izin masuk sementara (KIMS) dari Kantor Imigrasi
b. Foto Copy Pas Port
c. Surat Keterangan atau izin menikah dari Kedutaan/perwakilan Diplomatik
yang bersangkutan.
d. Foto copy piagam masuk Islam (jika mualaf).
e. Semua surat-surat yang berbahasa asing harus diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia oleh penterjemah resmi.
Keterangan: Jika wali nikah tidak setuju calon pengantin bisa mengajukan
permohonan ke Pengadilan Agama karena wali nikah tidak bersedia menjadi
wali,
jika dikabulkan nantinya akan menggunakan wali hakim adhol, dalam hal ini
walinya pihak KUA (Kepala KUA), tapi sebelum ke Pengadilan Agama
alangkah
baiknya jika ditempuh jalan musayawarah.
Menurut Keputusan Menteri Agama (KMA) No 298 Tahun 2003, ada 16
formulir pencatatan pernikahan yang dapat dikategorikan menjadi tiga jenis,
yaitu
Formulir Pokok, Formulir Pelengkap dan Formulir Mutasi. Sedangkan tata
cara

E. Sifat Dari Karakeristik Hukum Islam


Hakikat hukum Islam itu tiada lain

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai