Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

METODE FISIKO KIMIA


“PENENTUAN KADAR SIRUP PARASETAMOL MENGGUNAKAN
METODE HPLC”

Dosen Pengampu : 1. Zaldy Rusli, M.Farm.,Apt.


2. Sri Wardatun, M.Farm.,Apt.

Disusun oleh : Marsella


Npm :066118303

LABORATURIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................. 1
1.3 Hipotesis ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
BAB III METODE PERCOBAAN ......................................................................... 6
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................................... 6
3.1.1 Alat ............................................................................................. 6
3.1.2 Bahan .......................................................................................... 6
3.2 Cara Kerja ............................................................................................ 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8
4.1 Data Pengamatan .................................................................................. 8
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 8
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 10
LAMPIRAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum Metode Fisika Kimia tentang High Perfomance Liquid
Chromatography (HPLC). Saya dengan sangat berharap laporan praktikum ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kuliah Metode
Fisika Kimia.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yakni untuk mempelajari
tentang High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC). Dengan laporan ini
diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca dapat memilki pengetahuan yang
lebih luas mengenai High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC).
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan kami sendiri khususnya.

Bogor, 25 Oktober 2020

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Parasetamol merupakat derifat asetilnilida yang biasanya digunakan sebagai
obat analgetik dan antipiretik serta banyak digunakan oleh masyarakat. Parasetamol
juga digunakan sebagai obat anit nyeri paling aman digunakan serta tersedia dalam
beberapa bentuk sehingga dapat diminum dengan baik berdasarkan kebutuhan baik
dewasa maupun anak-anak (Sudjadi, 2015).
Kromatografi adalah alat yang digunakan untuk pada teknik pemisahan yang
didasarkan atas partisi sampel pada suatu rasa gerak berupa gas atau cairan dan fasa
diam berupa cairan ataupun padatan. Penemuan kromatografi pada tahun 1903 oleh
Tswet dimana ketika dia mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan
menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO4). Pada saat itu juga D.T Day
menggunakan kromatografi unruk memisahkan fraksi fraksi petroleum, tetapi
Tswett lah yang diakui sebagai penemu kromatografi (Gandjar & Rohman, 2007).
HPLC merupakan kromatografi cair yang digunakan dengan menggunakan
fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang didistribusi
ukurannya sempit dan fase gerak dipaksa mengalir dengan laju alir yang terkendali
dengan memakai tekanan tinggi, sehingga menghasilkan pemisahan dengan
resolusi tinggi dan waktu yang relatif singkat. Sehingga pada praktikum kali ini
ingin melihat pemisahan senyawa parasetamol dengan menggunakan alat HPLC
(Cupritabu, 2010).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui prinsip kerja HPLC
2. Untuk mengetahui penerapan HPLC dalam analisis senyawa obat
sirup parasetamol
1.3 Hipotesis
Menganalisis senyawa parasetamol dan acetaminophen dengan
menggunakan alat HPLC.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

High performance liquid chromatography (HPLC) merupakan suatu jeni


kromatografi yang penggunaannya palingluas. HPLC digunakan untuk
memisahkan dan pemurnian senyawa obat serta untuk analisis kuantitatif senyawa
obat dalam farmasetika. Selain itu HPLC digunakan untuk identifikasi kualitatif
senyawa obat berdasarkan parameter waktu retensi senyawa obat standar serta
senyawa obat pada sampel (Gandjar dan Rohman,2012)
Adapun kegunaan HPLC sebagai berikut:
1. Untuk pemisahan senyawa baik senyawa organik,anorganik maupun
biologis.
2. Menganalisis ketidakmurnian
3. Menganalisi senyawa yang tidak mudah menguap
4. Menentukan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion
5. Mengisolasi dan pemurnian senyawa
Parameter untuk mengetahui kualitas suatu kromatogram adalah Resolusi
(R), Faktor Retensi (k), Faktor selektifitas (α), Efisien dan jumlah lempeng teoritis
(N).
1. Resolusi (R)
Resolusi adalah pengoptimalan resolusi dalam waktu yang minimum.
Jika nilai resolusi melebihi 1,5 diantara dua puncak maka akan memberikan
nilai pemisahan yang baik. Resolusi dipengaruhi oleh: Selectivity,
Effieciency dan Retention.
2. Faktor Retensi (k)
Fakto retensi adalah waktu yang diperlukan untuk membawa keluar
suatu komponen dari dalam kolom kromatografi.
3. Faktor selektifitas (α)
Selektifitas adalahkemampuan instrumen dalam mengenal senyawa-
senyawa dalam campuran untuk mendapat selektifitas yang maksimum
diperlukan interaksi yang sesuai.

2
3

4. Efisiensi
Efisiensi adalah kempuan kolom mengeluarkan hasil yang diinginkan
dengan memuaskan dan dalam waktu yang singkat.
5. Lempeng teoritis (N)
Parameter yang menghitung efisiensi kromatografi. Yang dapat
menyatakan jumlah peristiwa partisi yang dialami oleh analit pada setiap saat
yang dibawa oleh fase gerak selama elusi. Semakin besar harga N maka
memberikan puncak yang lebih efisien (Crawford, 2011).
Instrumen

a. Pompa
Terdapat dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan dan
pemindahan konstan. Pemindahan konstan ini terbagi menjadi dua yaitu:
pompa reciprocating, pompa ini menghasilkan suatu aliran yang berdenyut
teratur (pulsating) serta ukuran reservoirnya tidak terbatas dan pompa syringe
memberikan aliran yang tidak berdenyut. Pompa syringe memberikan aliran
yang tidak berdenyut tetapi reservoirnya terbatas.
b. Injektor
Terdapat tiga tipe injektor yang dapat digunakan:
1) Stop-flow : aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir,
sistem tertutup dan aliran dilanjutkan lagi.
2) Septum: Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70
atmosfir. Namun, septum ini tidak tahan terhadap semua pelarut
kromatografi gas.
3) Loop Valve : Tipe ini digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar
dari 10 μL dan dilakukan secara otomatis
4

c. Kolom
Kolom diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Kolom analitik: diameter dalam 2-6 mm, panjang kolom tergantung
pada jenis material pengisi kolom.
2) Kolom preparatif: diameter 6mm ataupun lebih besar, panjang kolom
25-100 cm.
d. Detektor
Detektor dapat dibagi menjadi beberapa macam,yaitu:
1) Detektor Spektofotometri UV-Vis
Detektor ini merupakan detektor yang paling banyak digunakan
dan sangat berguna untuk bidang analisis farmasi dikarenakan banyak
senyawa obat yang mempunyai struktur yang dapt menyerap sinar UV-
Vis.
2) Detektor Indeks Bias
Detektor ini adalah suatu ditektor urniversal yang memberi tanggap
pada setiap zat terlarut, asalkan indeks bias jauh berbeda dengan indeks
bias fase gerak.
3) Detektor Elektrokimia
Banyak molekul organik dapat dioksidasi atau direkdusi secara
elektrokimia pada elektrode yang cocok. Arus yang dihasilkan pada
proses ini dapat diperkuat untuk menghasilkan tenaga yang sesuai.
4) Detektor Photodiode-Array (PDA)
Detektor PDA merupakan detektor UV-Vis dengan berbagai
keistimewaan. Detektor ini dapat memberikan kumpulan kromatogram
secara stimulan pada panjang gelombang yang berbeda dalam sekali
proses (single -run). Pada saat proses berjalan suatu kromatogram pada
panjang gelombang yang diinginkan (biasanya antara 190-400) dapat
ditampilakan. Maka demikian PDA memberikan lebih banyak
informasi komposisi sampel dibanding dengan detektor UV-Vis (Putra,
2004).
5

Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan


untuk menjami bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan
tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Harmita, 2004). Validasi
metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk
penggunaanya (Gandjar & Rohman, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Alumunium doil
2. Beaker glass
3. Bulp
4. Corong
5. Erlenmeyer
6. Gelas ukur
7. Labu ukur
8. Mikro pipet
9. Pipet gondok
10. Pipet tetes
11. Timbangan analitik
12. Seperangkat alat HPLC
3.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Methanol
3. Paracetamol

3.2 Cara Kerja


1. Tahap preparasi sampel
1) Tahapan fase gerak air : methanol (3:1) sebanyak 600ml.
2) Dicampurkan air sebanyak 450 ml dan methanol sebanyak 150
ml.
3) Dihomogenkan fase gerak menggunakan sonicator.
4) Dilakukan penyaringan fase gerak dengan menggunakan
penyaring vakum, dengan membrane filter 0.2 mikro dengan
diameter 47 mm.
5) Dilakukan pembilasan penampung hasil penyaringan fase gerak.

6
7

6) Kembali dilakukan penyaringan fase gerak.


7) Dilakukan pembilasan penampung eluen.
8) Degassing fase gerak.
2. Tahap pembuatan larutan uji
1) Ditimbang asetaminopen sebanyak 52 mg
2) Dilarutkan dengan fase gerak dalam labu ukur 50 ml, karena
terdapat partikel yang masih besar maka dibantu menggunakan
sonikator kemudian di add fase gerak.
3) Dilakukan pemipetan 500 mikro kedalam 50 ml kemudian di
add dengan fase gerak.
4) Dilakukan penyaringan dengan syringe filter 0.45 mikro, untuk
10 ml diawal dibuang dan untuk sisanya disaring.
5) Kemudian lakukan degassing larutan sampel.
3. Tahap pembuatan larutan sampel
1) Diketahui pada sirup parasetamol bahwa tiap 5 ml
menggandung 120 mg parasetamol.
2) Dipipet 2ml sampel sirup parasetamol kedalam labu ukur 50 ml,
kemudian diadd dengan menggunakan fase gerak dan
dihomogenkan.
3) Dipipet 500 mikro pada labu ukur 50 ml dan di add
menggunakan fase gerak ad homogen.
4) Disaring dengan menggunakan syringe filter 0.45 mikro, untuk
10 ml awal dibuang dan sisanya dilakukan penyaringan.
5) Lakukan degassing larutan sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Data Peak standar
Peak tR Area Height Widhu
Parasetamol 4,358 765242 49043 0,230
Parasetamol 4,350 737000 47873 0,230
Parasetamol 4,350 763425 48488 0,230
Parasetamol 4,342 765031 46897 0,237
Parasetamol 4,342 764375 48972 0,277
Parasetamol 4,333 761726 49358 0,222

4.1.2 Data Peak sampel


Peak tR Area Height Widhu
Unknown 4,358 692547 45727 0,223
Unknown 4,333 746210 48598 0,216
Unknown 4,358 753579 50248 0,212
Unknown 4,350 725918 48696 0,217
Unknown 4,342 694986 46966 0,216
Unknown 4.342 718698 48300 0,219

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengidentifikasi sampel sirup parasetamol dengan
menggunakan metode HPLC. Prinsip kerja HPLC yaitu pemisahan antara analit-
analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom sebagai fase diam dan
larutan sebagai fase geraknya. Bedanya HPLC dengan kromatografi yaitu HPLC
digunakan dengan tekanan tinggi untuk mendorong fase geraknya, sedangkan
kromatografi yaitu pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel pada suatu fasa
gerak berupa gas atau cairan dan rasa diam berupa cairan ataupun padatan.
Penggunaan bahan bahan praktikum pada kali ini yaitu Air : methanol dengan
perbandingan 3 : 1, Pemilihan air sebagai fase gerak karena merupakan pelarut yang

8
9

universal serta dapat mengelusi senyawa yang bersifat polar, hal ini disebabkan
karena struktur dari metanol memiliki susunan yang unik dimana gugus OH dan
metil berdekatan yang menjadikan metanol bersifat semipolar sehingga bila dipakai
fase gerak, methanol dapat mengelusi senyawa baik polar maupun nonpolar.
Sebelum analisis parasetamol, dilakukan proses pengkondisian kolom. Proses
ini dilakukan untuk meningkatkan kepekaan kolom dan menghindari pengotor
ataupun sisa dari analit yang masih menempel pada kolom, sehingga tidak
mengganggu pada proses analisis.
Injeksi larutan standar dan sampel kedalam HPLC dilakukan hati-hati agar
tidak ada gas yang terinjeksi karena gas dapat menimbulkan gelembung dan
pengumpulan gas pada komponen lain, terutama pada pompa dan detektor yang
akan mengganggu hasil analisis.
Persyaratan kadar parasetamol sirup dalam monografi Farmakope Indonesia
edisi V yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%, sehingga pada
praktikum kali ini dengan sampel parasetamol masih dalam rentang standar yaitu
102,987 %.
BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :


1. Prinsip kerja HPLC yaitu memisahkan solute karena ada perbedaan
kecepatan elusi yang melewati kolom HPLC.
2. Pelarut yang digunakan air dan methanol
3. Persentase kadar parasetamol 102,987 %

10
DAFTAR PUSTAKA

Crawford, Lieuking. 2011. Synthetic Inorganic Chemistry. Newyork : John and


Willey Sons.
Gandjar, I. G., Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Harmita, M. 2004. Kromatoghrafi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Putra, Andika. 2004. Introduction to Chromatoghrafy. Sauders College.
Philadelphia.

11
L
A
M
P
I
R
A
N

12
13

Lampiran 1. Perhitungan
1. Eluen
Air : Methanol (3 : 1)
Air : 3/1 x 600 = 450 ml
Methaol : 1/3 x 600 = 150 ml
2. Standar
52 mg : 50 ml x 1000 = 1040 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
50 ml x N1 = 0,5 ml x 1040 ppm
0,5 𝑥 1040 10,4 𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑔
N1 = = = 0,0104 ⁄𝑚𝑙
50 10000

Fp = 1 x 100 x 50 = 5000 ml
3. Sampel
0,0104 𝑚𝑔/𝑚𝑙 721989,67 𝑚𝑔
5000 ml ( ) (759466,54) = 24, 717 ⁄𝑚𝑙
2 𝑚𝑙
𝑚𝑔
Ct = 1⁄5 x 120 mg = 24 ⁄𝑚𝑙
4. Kadar
24,717 𝑚𝑔/𝑚𝑙
Persentase kadar = = 102,987%
24 𝑚𝑔/𝑚𝑙

Range Sirup = 90% - 110%


90⁄
100 x 24 mg =21,6 mg
110⁄
100 x 24 mg = 26,4 mg
Kadar sampel masuk dalam rentang 21,6 – 26,4 mg

Anda mungkin juga menyukai