1
ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEDIAAN FARMASI
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
I. Tujuan Percobaan
1. Melakukan analisis kualitatif sediaan farmasi dengan metode kromatografi
kinerja tinggi
2. Melakukan analisis kuantitatif sediaan farmasi dengan metode kromatografi
kinerja tinggi
Teknik pendeteksian sekali injeksi untuk sebuah sampel seperti ini penting
untuk dilakukan karena tentunya mempunyai sejumlah kelebihan dibanding
pemisahan terpisah. Sebagaimana telah diulas diatas, beberapa kelebihan di
antaranya dapat menekan biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat
analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
Pada dasarnya instrumen HPLC terdiri dari tandon (reservoir) cairan fase
gerak, pompa, injector, kolom, detektor dan rekorder (Day,2002) :
1. Tandon (Reservoir)
Reservoir yang baik disertai degessing system yang berfungsi untuk
mengusir gas-gas terlarut dalam solvent. Degassing dilakukan dengan
mengalirkan gas inert dengan kelarutan yang sangat kecil, misalnya helium.
Degassing dapat juga dibuat sendiri dengan erlermeyer yang dilengkapi dengan
pengaduk magnet, pemanas dan pompa vacum.
2. Pompa
Fungsi pompa adalah untuk memompa fase gerak (solvent) ke dalam
kolom dengan aliran yang konstan dan reproducible. Pompa harus memenuhi
persyaratann seperti dapat memberi tekanan sampai 6000 psi (360 atm), tekanan
yang dihasilkan bebas pulsa, dapat mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 0,1
sampai 10 ml/ menit, dapat mengalirkan fase gerak dengan reprodusibilitas yang
tinggi, tahan terhadap korosi (biasanya terbuat dari baja atau teflon). Ada beberapa
jenis pompa, antara lain :
a. Reciprocating pump
b. Displacement Pump
c. Pneumatic Pump
1. Katup Injector
Bagian ini merupakan tempat dimana sampel diinjeksikan untuk
selanjutnya dibawa oleh fase gerak ke dalam kolom.
2. Kolom (Column)
Kolom merupakan jantung dari HPLC, sebab kunci keberhasilan analisis
sangat tergantung pada efisiensi kolom sebagai alat untuk memisah-misahkan
senyawa dalam campuran yang kompleks. Kolom terbuat dari stainless steel yang
dibor halus atau dari gelas. Ada dua jenis packing kolom yang telah digunakan
dalam kromatografi cair. yaitu berupa partikel porous dan partikel pelliculer.
3. Detektor
Setelah sampel melewati kolom maka komponen-komponennya akan
terpisah-pisah dan keluar dari kolom dengan waktu yang berbeda-beda.
Komponen yang sudah terpisah ini secara berturut-turut akan melewati suatu
detektor dan akan dibaca kadarnya. Detektor yang digunakan harus sesuai dengan
jenis zat yang dianalisis.
a. Detektor UV
Prinsip kerja detektor ini adalah spektrophotometri abssorbsi. Sampel yang
dianalisis harus menyerap sinar UV. Panjang gelombang sinar UV yang biasa
digunakan adalah 254 nm.
b. Detektor Fluoresensi
Prinsip kerja detektor ini adalah spektrophotometri. Detektor ini lebih sensitif
daripada detektor UV. Pemakaian sumber sinar laser akan memberikan sensitivitas
yang sangat tinggi. Derivatisasi sering dilakukan terhadap asam amino.
c. Detektor Indeks Refraksi (Refraksi Index Detector = RID)
Detektor ini bekerja atas dasar perbedaan indeks refraksi sampel dengan
solvent. Semua larutan suatu zat mempunyai indeks bias yang spesifik, oleh
karena itu detektor ini dapat digunakan untuk hampir semua zat.
1. Recorder
Hasil pembacaan detektor kemudian diolah oleh suatu processor kemudian
dikirim ke recorder. Recorder akan membuat suatu tampilan. Dalam kromatografi
tampilan ini disebut chromathogram. Untuk HPLC dilengkapi seperangkat
software yang dapat menghitung luas kromatogram dan bahkan sekaligus
menghitung kadarnya.
V. Prosedur
Diagram percobaan
Uji kesesuain
sistem
Kurva kalibrasi
Prosedur percobaan
One point
Uji kesesuaian sistem
Analisis Kualitatif
a. Larutan standar
b. Larutan uji
Analisis kuantitatif
a. Larutan standar
b. Larutan uji
= 1,15 %
= 0,88 %
Pengenceran:
V1 × N1 = V2 × N2
1 mL × 500 ppm = 10 mL × N2
N2 = 50 ppm
Penimbangan =
= 58,86 mg ~ 59 mg
Jadi parasetamol yang diambil ± 59 mg
Konsentrasi =
Pengenceran : V1 × N1 = V2 × N2
2 mL × 590 ppm = 25 mL × N2
N2 = 47,2 ppm
N2 =
N2 = 10 ppm
Diambil 0,4
V1 . N1 = V2 . N2
0,4 . 500 = 10 . N2
N2 =
N2 = 20 ppm
Diambil 0,6
V1 . N1 = V2 . N2
0,6 . 500 = 10 . N2
N2 =
N2 = 30 ppm
Diambil 0,8
V1 . N1 = V2 . N2
0,8 . 500 = 10 . N2
N2 =
N2 = 40 ppm
Diambil 1,0
V1 . N1 = V2 . N2
1,0 . 500 = 10 . N2
N2 =
N2 = 50 ppm
Diambil 1,2
V1 . N1 = V2 . N2
1,2 . 500 = 10 . N2
N2 =
N2 = 60 ppm
5.4 Cara Kurva Kalibrasi
Tabel 5.4 Larutan Standar
Konsentrasi (X) Luas Area (Y)
10 ppm 9482251
20 ppm 15669960
30 ppm 23801638
40 ppm 31332845
50 ppm 40401171
60 ppm 46521263
Luas Area Uji = 32192164
a = 3576148
b = 736194
r = 0,9677
y =bx+a
y = luas area uji
32192164 = 736194 x + 3576148
x = 3883,144
% Kadar = x 100 %
= x 100 %
= 82,27 %
5.5 Cara One Point
Konsentrasi standar = 40 ppm
Ls = 313328245
Lu = 32192164
Cs = x Cs
40 = x Cs
1253313800 = 32192164 Cs
Cs = 38,93226314 ppm
% Kadar = x 100 %
= 82,48360835 %
VII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
parasetamol dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Sebelum
melakukan analisis, terlebih dahulu melakukan uji kesesuaian sistem. Tujuan
dilakukan uji kesesuaian sistem adalah untuk menilai apakah sistem kromatografi
yang di set sudah memenuhi syarat atau tidak. Uji kesesuaian sistem dinyatakan
memenuhi syarat apabila nilai SBR <2.0%, sedangkan nilai SBR pada luas area
adalah 0.88% dan nilai SBR pada waktu retensi adalah 1.15%.
Analisis sediaan farmasi yang digunakan adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Menurut buku kimia farmasi yang ditulis oleh Harpolia Cartika,
analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi semua
pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Dalam melakukan
analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik
maupun sifat-sifat kimianya. Teknik analisis obat secara kualitatif didasarkan pada
golongan obat menurut jenis senyawanya secara kimia, dan bukan berdasarkan
efek farmakologinya. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang suatu obat dengan
struktur kimia yang sama, mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh
berbeda. Sedangkan Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah
atau kadar dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Analisis
kuantitatif dalam kimia farmasi secara spesifik bertujuan untuk mengetahui kadar
suatu senyawa obat dalam sampel, misalnya dalam sediaan tablet, atau untuk
mengetahui tingkat kemurnian suatu bahan obat.
Menurut khopkar, tujuan analisis kualitatif bahan farmasi ini adalah untuk
mengidentifikasi zat-zat terutama obat yang berupa sediaan kimiawi atau sediaan
galenis dalam bentuk bubuk, tablet, larutan, emulsi, salep, suppositoria atau
bentuk sediaan lain yang berupa campuran an atau zat tunggal. Menurut Harjadi,
selain itu tujuan analisis kualitatif yang lainnya adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur. Analisis kualitatif diperuntukkan untuk analisa
komponen atau jenis zat yang ada dalam suatu larutan. Analisa kualitatif
merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan
unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Selang waktu yang diperlukan oleh analit mulai saat injeksi sampai keluar
dari kolom dan sinyalnya secara maksimal ditangkap oleh detektor disebut
sebagai waktu retensi (retention time) atau waktu tambat. Waktu retensi yang
didapat rata-rata adalah 3,73857143
Menurut Harpolia Cartika analisis kuantitatif dalam kimia farmasi secara
spesifik bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa obat dalam sampel,
misalnya dalam sediaan tablet, atau untuk mengetahui tingkat kemurnian suatu
bahan obat.
Pada cara kuantitatif terdapat dua cara yang dilakukan yaitu dengan cara
kurva kalibrasi dan cara one point. Keduanya memiliki masing masing kelebihan
dan kekurangan.
Pada cara kurva kalibrasi masing-masing serangkaian konsentrasi larutan standar
dan larutan uji diinjeksikan ke dalam instrumen KCKT. Luas area masing-masing larutan
standar dan larutan uji kromatogram dicatat kemudian dibuat persamaan garis dengan
kurva kalibrasi. Kadar larutan sampel dihitung.
Menurut Ghalib, teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair
yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau
area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan
standar. Pada prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila
hanya melibatkan satu standar, oleh karena itu maka perbandingan dilakukan dengan
menggunakan teknik kurva kalibrasi. Kadar kurva kalibrasi paracetamol yang diuji
adalah 82,27 %. Sedangkan seharusnya antar 90-110%. Maka dari itu, angkanya
beda sedikit yang seharunya 90%.
Luas kromatogram salah satu larutan pembanding diambil kemudian
dihitung kadar larutan sampelnya menggunakan metode one point. Kadar larutan
sampel yang digunakan yaitu 82,48360835 %.
Untuk fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dengan air.
Untuk solut yang bersifat asam lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial
karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau
protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya
dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies
yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi
lebih cepat.
VIII. Kesimpulan
1. Uji kesesuaian sistem dinyatakan memenuhi syarat apabila nilai SBR <2.0%,
sedangkan nilai SBR pada luas area adalah 0.88% dan nilai SBR pada waktu
retensi adalah 1.15%.
2. Kualitas obat parasetamol yang dilakukan uji kadar itu kurang baik karena
dilihat dari hasil penetapan kadarnya yaitu hasilnya 82,48360835% tidak sesuai
dengan ketentuan dari Farmakope Indonesia Edisi 4 yaitu 90%-110% namun
sedikit mendekati.
IX. Daftar Pustaka
Damayanti.S., Ibrahim,S., Firman.K., Tjahjono.D.H., 2003, Simultaneous
Determination of Paracetamol and Ibuprofene Mixture By High
Performance Liquid Chromatography. Indonesian Journal of Chemistry,
Vol.3, No.1, Hal. 9-13.
Dirjen POM. 1997. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depker RI.
Cartika, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Kimia Farmasi. Jakarta :
Kementrian Kesehatn Republik Indonesia
Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. (Alih bahasa:
A.Saptorahardjo). Jakarta: UI Press.
Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Ghalib, I. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Acun., Sodiyc. 2010, Kromatografi Gas, Jakarta
Underwood, Day, R.A., A.L, 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.