Oleh
A. Latar Belakang
Secara umum, anion dan kation selalu dipisahkan dan dideteksi secara terpisah
dengan menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems) pula. Padahal
sangat penting dilakukan pendeteksian secara serempak(simultaneous) antara anion
dan kation dalam sekali injeksi (injection) untuk sebuah contoh sampel. Beberapa
kelebihan pendeteksian secara serempak di antaranya dapat menekan biaya
operasional (operational cost), memperkecil jumlah limbah (waste) saat analisis
berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time analysis) serta dapat
memaksimalkan hasil yang diinginkan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan teknik pemisahan yang memiliki
tingkat efektifitas dan keberhasilan yang tinggi. Akhir-akhir ini, untuk pemurnian
(misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar, teknik kromatografi
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) lebih sering digunakan. Beberapa
kelebihan yang dimiliki kromatografi HPLC sehingga menjadikan-nyasebagai “the
best choice” dalam dunia penentuan/pemisahan ion.
HPLC merupakan perangkat peralatan yang penting dalam perkembangan dunia
analisis bahan baku maupun bahan pencemar. Fungsi utama HPC pada dasrnya
adalah kemampuannya dalam memisahkan berbagai komponen penyusun dalam
suatu sampel. Kinerja tinggi dari kromatografi pada awalnya ditentukan oleh
ketinggian tekanannya, namun perkembangan teknologi telah menghasilkan produk
kromatografi cair berkinerja tinggi dengan tekanan yang tidak teralu tinggi.
HPLC merupakan teknik pemisahan yang masih menjadi idola di dunia analisis saat
ini. HPLC juga digunakan secara luas dalam pemisahan dan pemurnian berbagai
sampel dalam berbagai bidang seperti farmasi, lingkungan, industri makanan dan
minuman, industri poimer, dan berbagai bahan baku lainnya. HPLC saat ini lebih
banyak digunakan untuk keperluan identifikasi (analisis kualitatif).
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang kromatografi High
Performance Liquid Chromatographi beserta aplikasinya.
II. ISI
A. Pengetian Kromatografi
Pada kolom kromatografi terdapat fasa diam yang umumnya terbuat dari material
padatan yang dapat mengabsorpsi komponen-komponen dalam sampel. Fasa diam ini
dapat berupa cairan yang melarutlkan komponen-komponen dalam sampel.
Komponen-komponen dalam sampel masuk ke dalam kolom kromatografi yang
mengandung fasa diam, dan terjadi interaksi antara komponen-komponen yang
terbawa oleh fasa gerak dan fasa diam. Interaksi ini berbeda-beda untuk masing-
masing komponen yang terdapat dalam campuran tersebut, sehingga terjadi proses
pemisahan. Setelah komponen-komponen dalam sampel terpisah, masing-masing
komponen tersebut dideteksi oleh detektor yang terdapat pada peralatan kromatografi.
Signal yang keluar dari detektor kromatografi dapat di plot terhadap waktu. Plot
signal terhadap waktu ini disebut “kromatogram”.
Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan suatu metode pemisahan canggih dalam
analisis farmasi yang dapat digunakan sebagai uji identitas, uji kemurnian dan
penetapan kadar. Titik beratnya adalah untuk analisis senyawa-senyawa yang tidak
mudah menguap dan tidak stabil pada suhu tinggi, yang tidak bisa dianalisis dengan
metode KG. Banyak senyawa yang dapat dianalisis dengan KCKT mulai dari
senyawa ion anorganik sampai senyawa organik makromolekul. Untuk analisis dan
pemisahan obat/bahan obat campuran rasemis optis aktif dikembangkan suatu fase
pemisahan kiral yang mampu menetukan rasemis dan isomer aktif. Walaupun
disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun
metode ini tetap dipilih untuk digunakan menganalisis 277 obat / bahan obat karena
hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi dalam waktu analisis
yang cepat.
Prinsip dasar dari HPLC adalah memisahkan setiap komponen dalam sample untuk
selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-
masing komponen tersebut (kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama yang
menjadi krusial point dalam metode HPLC. Yang pertama adalah proses
separasi/pemisahan dan yang kedua adalah proses identifikasi. Dua hal ini mejadi
faktor yang sangat penting dalam keberhasilan proses analisa.
Menurut JULIA K., 1996 dalam ISMAIL HENDRA, 2007, prinsip kerja dari HPLC
adalah pemisahan absoprsi dan desorpsi yang berulang kali dari komponen yang
dipisahkan. Pada saat komponen tersebut dibawa oleh fase gerak mengalir sepanjang
kolom. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan kecepatan migrasi dari
masing-masing komponen yang didasarkan oleh adanya perbedaan koofisien
distribusi dari komponen tersebut antara kedua fasa.
Prinsip dasar HPLC sebenarnya adalah dinamika dan migrasi dengan menggunakan
dua fasa. HPLC biasanya digunakan untuk senyawa untuk yang berberat molekul
tinggi dan tidak menguap, dimana penyerapan semakin baik jika molekul berada pada
bentuk terkecil sehingga pemisahan pun juga akan semakin baik. Setelah pemisahan
ini, selanjutnya diidentifikasikan secara kualitatif dan dihitung berapa konsentrasi
dari masing-masing komponen tersebut secara kuantitatif.
Penentuan Kualitatif
HPLC digunakan untuk analisa kualitatif didasarkan pada waktu retensi untuk
identifikasi. Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi sampel dibandingkan
dengan larutan standar.
Penentuan Kuantitatif
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar HPLC dapat dipergunakan untuk
penentuan secara kuantitatif adalah:
1. Parameter percobaan sama antara standar dan sampel
2. Penentuan berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
3. Penentuan kadar dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan
menggunakan larutan standar seri pada waktu retensi tertentu.
4. Berdasarkan area kromatogram
5. Berdasarkan tinggi puncak kromatogram
Umumnya hasil analisis HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam
kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis
komponen dalam sample.
Sample yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai
kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling bertumpuk
(overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi.
Oleh karena itu biasanya untuk sample jenis ini dilakukan tahapan preparasi sample
yang lebih rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih
dari impuritis.
Pada prinsipnya kerja HPLC adalah sama yaitu pemisahan analit-analit berdasarkan
kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu
sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya
adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran
analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya dan kecepatannya untuk sampai
kedektetor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spectrum yang
puncak-puncaknya terpisah. Ukuran skala polaritas : golongan fluorocarbon <
golongan hidrokarbon < senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester <
golongan keton < golongan alcohol < golongan asam.
1. Injeksi sampel
Injeksi sample seluruhnya dilakukan secara otomatis sehingga tidak bisa mengetahui
yang terjadi pada keadaan tingkat dasar. Karena proses ini meliputi tekanan, tidak
sama halnya dengan kromatografi gas.
2. Waktu retensi
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor
disebut sebagai waktu retensi.Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana
sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum
dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang
berbeda pula. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan
bergantung pada:
Tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut).
Kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada
ukuran partikel).
Komposisi yang tepat dari pelarut.
Temperatur pada kolom
3. Detector
Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode
umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-
violet.Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang
gelombang.
Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang
melewati melalui berkas pada waktu itu
.
Area yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui
detektor, dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer.Area
dihitung sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana).
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah satu
dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada
solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat
disukai, yaitu rasa gerak harus :
a) Murni, tidak terdapat kontaminan
b) Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
c) Sesuai dengan defektor
d) Melarutkan sampel
e) Memiliki visikositas rendah
f) Bila diperlukan, memudahkan “sample recovery”
g) Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur
pemumiannya kembali sangat membosankan dan mahal biayanya. Dari semua
persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.
b. Pompa
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua
tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan
pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
Pompa reciprocating.
Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),
oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif
terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe
Memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
c. Injektor (injector)
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi
yang minimum dari material kolom. Sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke
dalam kolom secara otomatis atau manual melalui injeksi. Volume injeksi sangat
tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel volume (misalnya 20 – 500
μL).
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
1. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di
dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
2. Septum: Septum yang digunakan pada HPLC sama dengan yang digunakan pada
Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70
atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut
Kromatografi Cair. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum
injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
3. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume
lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan
adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual).
Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila
VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
Berikut digambarkan sampel injektor pada HPLC yaitu
Jika anda menginjeksi suatu larutan yang mengandung senyawa murni X yang telah
diketahui jumlahnya pada instrumen, anda tidak hanya dapat merekam waktu retensi
dari senyawa tersebut, tetapi anda juga dapat menghubungkan jumlah dari senyawa X
dengan puncak dari senyawa yang dihasilkan.
Area yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui
detektor, dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area
dihitung sebagai bagian yang berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana). Jika
larutan X kurang pekat, area dibawah puncak akan berkurang meskipun waktu retensi
akan sama. Misalnya,
Dalam gambar, area di bawah puncak Y lebih kecil dibanding dengan area dibawah
puncak X. Ini mungkin disebabkan oleh karena Y lebih sedikit dari X, tetapi dapat
sama karena Y mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang lebih sedikit
dibanding dengan X. Ini mungkin ada jumlah besar Y yang tampak, tetapi jika
diserap lemah, ini akan hanya memberikan puncak yang kecil.
F. Aplikasi dari HPLC
Tumbuhan genus Aconitum (Ranunculaceae) tersebar luas di seluruh Asia Utara dan
Amerika Utara. Disebutkan bahwa ada 167 spesies Aconitum yang tumbuh di
Tiongkok dan 44 jenis di antaranya telah digunakan dalam pengobatan tradisional
untuk mengobati nyeri rematik, kelumpuhan karena stroke, dan bisul. Akar aconitum
mengandung banyak alkaloid-diterpenoid yang memiliki sifat analgesik, antipiretik,
dan bius lokal, tetapi sangat toksik dan ada batas keselamatan yang sempit antara
dosis terapi dan toksik. Kematian akibat menelan Aconitum sering terjadi dan banyak
terjadi di Asia Timur. Di Cina sendiri, 878 kasus dilaporkan dari 1977 hingga 1985.
Karena alkaloid-diterpenoid adalah konstituen aktif dan toksik utama dalam
Aconitum, jumlahnya dapat menjadi indeks penting dalam evaluasi kualitas obat
herbal ini. Dalam makalah sebelumnya, beberapa metode kromatografi cair kinerja
tinggi (HPLC) dan metode elektroforesis kapiler telah digunakan untuk penentuan
aconitine, mesaconitine dan hypaconitine dalam bumbu dan sediaan obat Cina.
Namun, tidak satu pun dari metode ini yang mampu memisahkan alkaloid ini,
sehingga hasil kuantitatifnya tidak akurat. Sampai saat ini, belum mungkin untuk
secara simultan menentukan dan jumlah benzoylmesaconine, mesaconitine, aconitine,
hypaconitine dan deoxyaconitine dalam Aconitum spp. Metode HPLC sederhana
disajikan untuk kuantifikasi lima alkaloid utama dalam empat spesies Aconitum,
yang sebagian besar sering digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.
Percobaan
Bahan
Dalam penelitian ini digunakan standar sampel mesaconitine (2), aconitine (3) dan
hypaconitine (4) diperoleh dari National Institute for Control of Pharmaceuticals and
Biological Products (Beijing, PR China). Benzoylmesaconine (1) dan deoxyaconitine
(5) dibuat dari Aconitum carmichaeli Debx di laboratorium (dengan ekstraksi, fraksi
kromatografi dan kristalisasi, kemurnian 99,5%).
Preparasi Sampel
Sampel serbuk (100 mesh, 0,1 g) diekstraksi tiga kali dengan 0,2M HCl (2 ml)
menggunakan ultrasonik batch pada suhu kamar selama 30 menit. Fase cair disaring
dan residu dicuci dua kali dengan 0,2M HCl (1 ml). Fase cair digabungkan dan
dimuat ke kartrid ekstraksi Oasis®MCX yang sebelumnya dikondisikan dengan
metanol 3ml dan air 3ml. Setelah mencuci cartridge dengan 3ml 0,1M HCl, 1ml
metanol dan 3ml 1% NH4OH secara berturut-turut, alkaloid dielusi dengan larutan 3
ml yang mengandung 5% trietilamina dalam metanol. Eluat dikeringkan di bawah
nitrogen pada 35 ◦C dan residu didasari dengan 1 ml 0,1M HCl. Larutan yang
diperoleh sebelumnya disaring melalui filter membran (0,45 mm) untuk injeksi.
Studi Linieritas
Untuk larutan standar, senyawa referensi 1 (5,3 mg), 2 (4,7 mg), 3 (4,9 mg), 4 (6,5
mg) dan 5 (5,1 mg) dilarutkan dalam aktonitril dan diencerkan dengan 0,1M HCl
untuk memberikan lima konsentrasi berbeda . Setiap konsentrasi dianalisis lima kali
menggunakan kondisi HPLC yang sama seperti yang dijelaskan di atas.
Meskipun kelima alkaloid dapat dipisahkan dengan elusi HPLC isokratis (A: B,
50:50, v/v), menurut spektra serapan UV, selain lima senyawa yang diketahui,
sebagian besar puncak lainnya pada kromatogram juga merupakan jenis lain dari
alkaloid Aconitum; gradien elusi dilakukan untuk mendapatkan kromatogram yang
baik untuk semua alkaloid yang terkandung dalam obat-obatan mentah dan dapat
menggunakan kondisi percobaan yang sama untuk mempelajari lebih lanjut
fingerprint alkaloid Aconitum.
Persamaan Regresi
Dari Tabel 1. Dapat terlihat bahwa kelima alkaloid memberikan regresi linier yang
baik dengan g = 0.9999 dengan rentang konsentrasi yang relatif luas. Rentang limit
deteksi dari 15-30 ng/mL dideteksi pada 233 nm.
Aplikasi
Gambar 1. Kromatogram dari (a) standar sampel, (b) Aconitum carmichaeli, (c)
Aconitum pendulum (d) Aconitum hemsleyanum, dan (e) Aconitum transseltum.
Benzoylmesaconine (BMA), mesaconitine (MA), aconitine (AC), hypaconitine (HA),
deoxyaconitine (DA).
Dari Gambar 1 terlihat bahwa waktu retensi dari parameter 1 (BMA), 2 (MA), 3
(AC), 4 (HA), dan 5 (DA) secara berurutan adalah 10.23, 31.98, 46.97, 49.20 dan
63.26 menit. Pengukuran kandungan alkaloid di dalam sampel terlihat pada Tabel 3.
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan lima alkaloid yang ditentukan
dalam Aconitum sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Karena
alkaloid adalah metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis penting dan
senyawa toksik utama Aconitum spp., Diindikasikan bahwa kualitas obat-obatan
mentah ini dapat bervariasi secara signifikan. Ini mungkin salah satu alasan paling
utama mengapa kematian akibat menelan obat-obatan Aconitum sering terjadi.
III. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. HPLC merupakan alat yang dapat diandalkan dalam pemisahan dan pemurnian
senyawa organik dengan resolusi pemisahan yang tinggi dengan waktu
pengoprasian yang lebih singkat
2. HPLC dapat digunakan dalam penentuan kadar senyawa organik didalam suatu
sampel yang kompleks seperti kandungan alkaloid dalam Aconitum spp.