KROMATOGRAFI KERTAS
Disusun Oleh:
Kelompok 9
FAKULTAS TEKNIK
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 2
A. Latar Belakang......................................................................................................... 2
B. Tujuan Praktikum.................................................................................................... 2
A. Kromatografi kertas................................................................................................. 3
B. Nilai Rf.................................................................................................................... 3
C. Pigmen dan polaritas............................................................................................... 4
D. Kertas HVS.............................................................................................................. 4
A. Bahan ...................................................................................................................... 6
B. Alat.......................................................................................................................... 6
C. Prosedur Percobaan ................................................................................................ 6
A. Hasil Pengamatan.................................................................................................... 8
B. Pembahasan............................................................................................................. 8
BAB V KESIMPULAN.....................................................................................................
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah kromatografi berasal dari bahasa latin chroma yang berarti warna dan grafhien
yang berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest
(1930) seorag ahli botani dari rusia. Michel Tswest dalam percobaannya ia berhasil
memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan
menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum
eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan
pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter.
Hasilnya berupa pita-pita berwarna tersebut yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil
pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Berdasarkan pita-pita
berwarna tersebut muncul istilah kromatografi.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum kromatografi ini yaitu untuk memahami prinsip dasar
kromatografi kertas, dan memahami bagaimana proses pemisahan campuran menjadi
komponennya dengan menggunakan metode kromatografi kertas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kromatografi Kertas
B. Nilai Rf
Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak
yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu yang sama. Nila Rf yang identik
suatu senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa
system pelarut yang berbeda memberikan bukti yang kuat bahwa nilai untuk kedua
senyawa tersebut adalah identil, terutama jika senyawa tersebut dijalankan secara
berdampingan di seluruh pita kertas yang sama.13 Bilangan Rf adalah jarak yang
3
ditempuh kromatografi nisbi terhadap garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan
mengukur jarak antara titik awal dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa dan jarak ini
kemudian dibagi dengan jarak antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak yang
ditempuh cairan pengembang). Bilangan ini selalu berupa pecahan dan terletak antara
0,01 dan 0,99.14.
Jika sampel mengandung lebih dari satu warna, artinya terdapat lebih dari satu macam
molekul di dalamnya. Oleh karena perbedaan struktur kimia untuk masing-masing
molekul, probabilitas perbedaan polaritas sekecil apapun pasti ada, yang akhirnya
berujung pada perbedaan kelarutannya dalam pelarut. Ketidaksamaan kelarutan dalam
pelarut dan afinitas adsorpsi pada fasa diam akan menghasilkan perbedaan letak noda
masing-masing warna. Semakin tinggi kelarutan molekulnya, semakin jauh migrasinya
pada kertas. Jika suatu bahan kimia bersifat sangat non-polar, ia tidak akan larut dalam
pelarut yang sangat polar. Begitu pula sebaliknya untuk bahan kimia yang sangat polar
dalam pelarut yang sangat non-polar. Hal yang sangat penting untuk dicatat adalah ketika
menggunakan air (suatu bahan yang sangat polar) sebagai pelarut, warna yang lebih polar
akan berada pada posisi yang lebih tinggi pada kertas.
D. Kertas HVS
Komposisi kertas HVS sebagian besar terdiri dari selulosa dibandingkan dengan
kandungan lignin atau hemiselulosa. Kandungan selulosa pada kertas HVS mampu
mencapai 90% berat. Makin tinggi kandungan selulosa pada kertas maka jumlah glukosa
yang dihasilkan pada proses hidrolisis enzimatis akan lebih besar. Perlu diketahui bahwa
kertas yang baik digunakan sebagai kertas kromatografi adalah kertas yang kecepatan
perasapannya terhadap zat cair besar, sehingga zat cair mudah meresap pada kertas
tersebut. Sebenarnya pada pemisahan warna (kromatografi) selain kecepatan peresapan
tinta (zat cair) pada medium kertas juga ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi,
salah satunya adalah kemampuan kertas dalam menguraikan warna, banyak mengandung
serat selulosa yang mampu menyerap zat cair lebih banyak dibandingkan dengan kertas
lain, sehingga zat cair juga lebih cepat naik (peristiwa kapilaritas) ke arah ujung atas
kertas.
4
5
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
Gelas
Gelas ukur
Solatip
Alat tulis : - Pensil
- Penggaris
- Gunting
B. Bahan
Kertas HVS
Spidol warna (biru dan hijau)
Ekstrak kunyit
Pewarna makanan (merah,hijau)
Eluen (Air Putih/AMDK)
C. Prosedur Percobaan
1. Siapkan gelas yang sudah diisi air ±2,5 cm dari permukaan gelas.
2. Potong kertas denga ukuran yang sesuai dengan memberikan jarak 1 cm pada
tiap kertas pada ujung bawah dan ujung atas kertas.
3. Tandai (berupa garis) bagian bawah kertas (1,5 cm dari permukaan bawah)
dengan menggunakan pensil.
4. Totolkan pewarna makanan pada garis di bagian bawah kertas.
5. Jepit kertas dengan menggunakan solatip yang ditempelkan pada pensil, lalu
masukan kedalam gelas (bagian yang ditotolkan pewarna makanan tidak
terendam) dengan posisi tegak lurus.
6. Tunggu selama 5-6 menit.
7. Angkat kertas saring dari gelas dan dihitung jarak tempuh eluen.
8. Diamkan selama beberapa menit sampai cukup kering, kemudian identifikasi
warna apa saja yang terbentuk darn jarak tempuh dari masing-masing warna.
9. Ulangi langkah tersebut untuk percobaan pada ekstrak kunyit dan spidol.
10. Hitung nilai Rf dari masing-masing eluen.
6
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
No Objek Sampel
Pewarna Makanan Spidol Berwarna Ekstak
Identifikasi
Kunyit
Merah Tua Hijau Biru Hijau
1 Jumlah warna 2 3 2 2
yang terbentuk
(spot/noda)
2 Warna spot/noda Merah tua; Hijau tua; Biru; Hijau;
Merah muda Hijau muda; Ungu Putih
kuning
3 Jarak tempuh Merah Hijau tua: Biru : 1,4 Hijau : 1,1
spot/noda (cm) tua:1,9 ; 1,4 ; Ungu : Putih : 0,7
Merah Hijau muda: 0,6
muda: 1,1 1,0
Kuning :0,8
4 Jarak tempuh 2,2 2,2 1,9 1,8
pelarut (cm)
2. Analisis Data
a) Pewarna makanan
I. Warna Merah Tua
- Merah tua
jarak yang ditempuh zat terlarut
→ Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
1,9 cm
→ Rf = =0,8636 cm
2,2 cm
- Merah muda:
1,1 cm
→ Rf = =0,5 cm
2,2 cm
7
II. Warna Hijau
- Hijau Tua
1 , 4 cm
→ Rf = =0,6363 cm
2,2 cm
- Hijau Muda
1 ,0 cm
→ Rf = =0,4545 cm
2,2 cm
- Kuning
0,8 cm
→ Rf = =0,3636 cm
2,2 cm
b) Spidol Berwarna
I. Warna Biru
- Biru
1 , 4 cm
→ Rf = =0,7368 cm
1,9 cm
- Ungu
0,6 cm
→ Rf = =0,3157 cm
1,9 cm
8
jarak yang ditempuh zat terlarut
→ Rf =
jarak yang ditempuh pelarut
1 ,1 cm
→ Rf = =0,6111 cm
1 ,8 cm
- Putih
0,7 cm
→ Rf = =0,3888 cm
1,8 cm
c) Ekstrak Kunyit
- Kuning
cm
→ Rf = =cm
cm
B. Pembahasan
Setelah melakukan percobaan diatas dapat diketahui bahwa kertas HVS berperan
sebagai fase diam, sedangkan fase geraknya yaitu air. Air yang mengalir melalui pori-pori
kertas akan menyerap dan mendorong pemisahan zat warna pada sampel berdasarkan
massa jenisnya, hal tersebut akan mengakibatkan warna pada sampel tampak terpisah
menjadi beberapa warna. Penggunaan pensil pada percobaan ini dikarenakan senyawa
karbon yang terdapat dalam pensil bersifat inert, maksudnya senyawa ini tidak akan larut
ataupun ikut terlarut saat air melarutkan sampel, maka dengan sifat inert inilah pensil
digunakan sebagai pembatas tepi pada fase diam yaitu kertas HVS.
9
Dapat dilihat pada percobaan ini menggunakan 5 sampel yaitu warna hijau dan merah
tua dari pewarna makanan, warna hijau dan biru dari spidol berwarna, dan warna kuning
dari ekstrak kunyit dengan menggunakan pelarut berupa air putih (AMDK). Setelah
mengikuti prosedur percobaan yang ada, diperoleh warna yang berbeda dalam setiap 1
tetes warna dalam setiap kertasnya, perbedaan jarak antara noda yang ada dalam pelarut
dan setelah dihitung, harga Rf untuk pewarna makanan warna merah tua yang
menghasilkan 2 spot warna yaitu, merah tua dan merah muda adalah 0,8363 cm dan 0,5
cm. Untuk pewarna makanan hijau yang menghasilkan 3 spot warna diperoleh Rf sebesar
0.6363 cm untuk spot hijau tua, 0,4545 cm untuk spot hijau tua, 0,3636 cm untuk spot
berwarna kuning. Untuk spidol berwarna biru diperoleh Rf sebesar 0,7368 cm, dan 0,3157
dengan warna noda biru dan ungu. Pada spidol berwarna hijau diperoleh 2 spot warna
dengan harga Rf sebesar 0,6111 cm untuk spot berwarna hijau, dan 0,3888 cm untuk spot
berwarna putih.
Semakin besar nilai Rf maka nilai Rf yang besar berarti memiliki tingkat kepolaran
yang rendah , begitu pula sebaliknya hal tersebut dikarenakan fasa diam berarti polar.
Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga mengasilkan nilai
Rf yang rendah. Sehingga urutan kepolaran sampel dari yang tertinggi hingga terendah
adalah pigmen ungu (Spidol biru), pigmen kuning (Pewarna Makanan Hijau), pigmen
putih (spidol hijau), hijau muda (pewarna makanan hijau), merah muda (pewarna makanan
merah tua), pigmen hijau (hijau spidol), pigmen hijau tua (pewarna makanan hijau),
pigmen biru (spidol biru), pigmen merah tua (pewarna makanan merah tua).
Pada kromatografi nilai Rf yang baik yaitu berkisar pada 0,2 cm – 0,8 cm, jika kita
bandingkan dengan nilai Rf pada percobaan yang sudah kita lakukan dengan literatur yang
ada nilai Rf dari sampel-sampel tersebut sudah memenuhi standar. Besarnya jarak yang
ditempuh noda tergantung pada beberapa hal antara lain kelarutan antara noda dan
pelarutnya, jika noda dan pelarutnya bekerja dengan prinsip likedissolves like (saling
melarut karena memiliki sifat yang sama) maka noda tersebut akan lebih mudah bergerak.
Noda yang baik bergerak dari bawah ke atas secara vertikal, dan tidak memiliki
cabang. Namun pada percobaan kali ini noda yang dihasilkan memiliki cabang, hal
tersebut dikarenakan kurang telitinya praktikum dalam melakukan percobaan.
10
BAB V
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Kromatografi kertas. (2018, november 26). Retrieved from Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas: https://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_kertas
Riskayanti. (2014, mei 12). Kromatografi Kertas. Retrieved from Slide Share:
https://www.slideshare.net/RiskayantiChemistry/kromatografi-kertas-kk
Sari, I. R. (2020, November 10). Laporan Praktikum Kimia. Retrieved from researchget:
https://www.researchgate.net/publication/346474485_LAPORAN_PRAKTIKUM_KI
MIA_KROMATOGRAFI_LAPIS_TIPIS
12
LAMPIRAN
Alat dan bahan
Hasil pengamatan
a) Pewarna makanan
Sebelum di
masukan ke dalam pelarut Sesudah dimasukan kedalam pelarut
b) Spidol berwarna
13
Sebelum di masukan ke dalam pelarut Sesudah dimasukan kedalam pelarut
14