KIMIA PEMISAHAN
PEMISAHAN KATION SECARA KROMATOGRAFI KERTAS
OLEH:
NAMA : M. DWI JEFRY ARDIANSYAH
NIM : K1A021065
SHIFT :A
HARI/TANGGAL : SELASA/14 MARET 2022
ASISTENSI : ZASKIA ALIFIA
ii
PEMISAHAN KATION SECARA KROMATOGRAFI KERTAS
I. TUJUAN
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Dapat membuat bercak sampel pada kertas kromatografi dengan
diameter maksimal 4 mm.
2. Dapat mengelusikan bercak sampel dalam ruang pemisah.
3. Dapat mengidentifikasi komponen-komponen pada kertas
kromatografi.
1
2
Fase diam dan fase gerak mempunyai arti masing-masing. Fase diam
merupakan salah satu fase komponen yang penting. Terjadinya perbedaan
kromatografi karena adanya interaksi dengan fase diam yang menyebabkan
terjadinya perbedaan waktu retensi (Rf) dan terpisahnya komponen-
komponen dari suatu senyawa. Fase gerak merupakan pembawa analit
dapat bersifat berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa
bahan cair dan berupa gas yang umumnya dapat dipakai sebagai gas
senyawa yang mudah menguap. Fase diam juga merupakan proses yang
dilalui oleh fase gerak untuk mengetahui jarak antara noda dengan jarak
pelarutnya (Basri, 2003).
Kromatografi kertas atau KKT pada hakekatnya adalah KLT pada
lapisan tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan jauh sebelum KLT dan
telah dipakai secara efektif selama bertahun-tahun untuk pemisahan
molekul biologi yang polar seperti asam amino, gula, dan nukleotida.
Metode ini merupakan KCC dengan fase dia cair biasanya air, berada pada
serabut kertas. KKT paling baik jika dibandingkan dengan KLT pada
lapisan tipis serbuk selulosa. KKT tidak memerlukan pelat pendukung, dan
kertas dapat dengan mudah diperoleh dalam bentuk murni sebagai kertas
saring. Lapisan selulosan harus dicetak atau dibeli khusus. Panjang serabut
pada kertas lebih panjang daripada serabut pada lapisan selulosa yang
lazim, menyebabkan lebih banyak terjadi difusi ke samping dan bercak
lebih besar. Akhirnya lapisan selulosa lebih rapat dan pelarut cenderung
mengalir melauinya lebih cepat dan menghasilkan pemisaha lebih tajam
(Gritter, et al, 1991).
Kromatografi kertas adalah metode pemisahan dengan kerja dua fase
yaitu fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa
rambatan warna yang dapta terlihat pada kertas kromatografi dan bercak
yang ada untuk membandingkan antara totolan dari smapel dan totolan dari
baku. Kromatografi lapis tipis maupun kertas, sedikit bahan ditaruh pada
daerah terbatas didekat ujung selembar kertas saring atau lapis tipis, dan
suatu pelarut dibiarkan berdifusi dari yang kertas atau lapis. Campuran akan
dijumpai telah berpindah dari penotolan dan telah berpisah seluruhnya atau
sebagian menjadi komponen-komponennya sebagai zona yang jelas.
Kriteria dalam memilih reagensia untuk kromatografi kertas berbeda
dengan kriteria biasa yang dipakai untuk memilih reagensia uji
(Triwahyuni, Endang, & Erna, 2003). Suatu atomisier umumnya digunakan
sebagai reagen penyemprot bila batas pemukaan pelarut dan zat terlarut
dalma kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomisier yang halus lebih disukai.
Gas-gas juga dapat digunakan sebagia penanda bercak, untuk karbohidrat
notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak
3
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan pemisahan kation
secara kromatografi kertas yaitu eluen campuran dari HNO3 dan
Metanol 24 : 76 , larutan sampel dari sistem campuran, larutan
standard Pb(NO3)2 5%, larutan standard Hg(NO3)2 5% , larutan
standard Bi(NO3)2 5%, dan larutan pewarna 0,5% KI.
4
5
larutan standar KI 5%
6
7
8
9
10
4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang
didasarkan pada perbedaan partisi zat pada fase diam dan fase gerak.
Tujuan kromatografi preparatif biasanya untuk memisahkan senyawa
dalam campuran dan kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui
perbandingan senyawa dalam suatu campuran (Sastroamidjojo, 1985).
Prinsipnya, semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses yang
sama yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan
fasa gerak dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan (Mulja & Suharman, 1995).
Kromatografi dibedakan menjadi beberapa jenis didasarkan pada
teknik kerja yang digunakan (Khopkar, 2008) :
1. Kormatografi Lapis Tipis
Merupakan suatu proses pemisahan yang di mana terdapat fase
gerak yang dapat berupa zat cair, sedangkan fase diamnya berupa
zat padat.
2. Kromatografi Kolom
Merupakan metode terbaik untuk melakukan pemisahan
campuran dalam jumlah yang besar di mana fase geraknya dapat
berupa zat cair dan fase diamnya berupa zat padat.
3. Kromatografi Kertas
Merupakan kromatografi yang teknik suatu pemisahan di mana
fase diamnya berupa zat cair. Salah satu zat padat dapat digunakan
untuk menyongkong fase diam contohnya bubuk selulosa.
4. Kromatografi Gas
Merupakan metode kromatografi yang dinamis untuk
memisahkan dan sebagai pendeteksi senyawa-senyawa yang mudah
menguap dalam suatu campuran.
Kromatografi kertas adalah metode pemisahan dengan kerja dua
fase yaitu fase diam dan fase gerak yang hasil kerja kedua fase ini berupa
rambatan warna yang dapta terlihat pada kertas kromatografi dan bercak
yang ada untuk membandingkan antara totolan dari smapel dan totolan
dari baku (Triwahyuni, Endang, & Erna, 2003). Berdasarkan
mekanismenya, perbedaan antara kromatografi lapis tipis dengan
kromatografi kertas yaitu untuk kromatografi kertas tergolong dalam
kromatografi partisi, dimana fasa diamnya adalah air yang terikat pada
selulosa kertas. Sedangkan fasa geraknya adalah pelarut organic yang
bersifat nonpolar. Berbeda dengan kromatografi kertas, kromatografi
lapis tipis (KLT) tergolong dalam kromatografi adsorpsi (Suhanda,
2011).
13
Ga,bar 4.1
Kertas kromatografi yang sudah terdapat bercak dimasukkan ke
dalam ruang pemisahan yang berisi eluen dan dijenuhi dengan uap eluen
dengan arah elusi keatas. Pada tahapan ini sedikit demi sedikit kertas
akan basah karena terjadinya arbsorbsi eluen yang akan naik sampai
dengan batas atas. Kertas kromatografi yang dimasukkan ke dalam
wadah tertutup berfungsi agar agar eluen dapat jenuh sehingga
pergerakan noda seimbang. Setelah eluen sampai batas atas, kertas
diangkat dan dikeringkan dengan pengering rambut.
13
Gambar 4.2
Kertas kromatografi yang sudah kering kemudian disemprot
dengan larutan KI 0,5%. Hal ini dilakukan untuk memunculkan warna
kuning pada titik pentotolan. Setelah warna kuning pada kertas
kromatografi muncul, penyemprotan dihentikan. Hal ini dilakukan agar
kertas kromatografi tidak rusak, kemudian kertas tersebut dikeringkan
kembali.
Reaksi yang terjadi:
Bi3+ + 3I- → BiI3
Hg2+ + 2I- → HgI2
Pb2+ + 2KI → PbI2
(Nuzul, 2012)
Gambar 4.5
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut
dari titik asal. Nilai Rf digunakan sebagai nilai pembanding relatif antar
sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam
fasa diam sehingga nilai Rf sering disebut juga faktor retensi
(Alegantina & Isnawati, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
Rf yaitu struktur kimia senyawa yang dipisahkan, polaritasfase diam,
tebal dan kerataan permukaan fase diam, polaritas fase gerak, kejenuhan
bejana kromatografi, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu, dan
kesetimbangan (Sastroamidjojo, 1985).
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan tadi diperoleh jarak
eluen dan juga jarak noda. Dari keempat jarak tersebut dapat dihitung
RFnya. RF didapatkan dengan membagi antara jarak noda dengan jarak
eluen yang didapatkan. Dari perhitungan tersebut diapatkan RF pada Pb
0,46 cm, Hg 0,82 cm, Bi 0,99 cm, dan sampel 0,6 cm.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1) Kromatografi kertas merupakan teknik pemisahan yang didasarkan
pada perbedaan distribusi komponen dalam sampel yang
dipisahkan antara fasa gerak dan fasa diamnya. Penotolan bercak
tidak boleh terlalu lebar dan dibuat tidak lebih dari 4 mm. Pipa
kapiler digunakan dalam pembuatan bercak agar diameter bercak
yang diperoleh ukurannya tidak terlalu lebar, karena jika kelebihan
akan menyebabkan tidak akan tercapai kesetimbangan partisi
selama bergerak sehingga mengakibatkan kedudukan atau lokasi
yang kabur dengan bentuk hasil yang mengekor.
2) Larutan Pb, Hg, dan Bi dapat dielusikan dalam ruang pemisah
(chamber). Bercak sampel dielusikan dalam ruang pemisahan
dalam keadaan tertutup agar eluen jenuh sehingga pergerakan
noda/bercak dapat seimbang dan merata.
3) Nilai Rf yang dihasilkan pada Pb adalah 0,46, Hg sebesar 0,82, Bi
0,99, dan pada sampel 0,6. Komponen ini dapat terlihat pada kertas
setelah disemprotkan dengan larutan KI.
5.2 Saran
Ketika menotolkan sampel harus dilakukan perlahan agar tidak
terlalu besar dengan posisi pipa kapiler tegak lurus dengan kertas.
Selain itu proses pengeringan dilakukan dengan pengering rambut agar
tidak terus merambat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Basri, S. (2003). Kamus Kimia. Jakarta: Kineka Cipta.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Gritter, R. J. (1991). Pengantar Kromatografi. Bandung: ITB.
Khopkar. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Mulja, M., & Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nuzul. 2012. Kromatografi Kertas. Diakses melalui
https://www.slideshare.net/nuzul05/kromotografi-kertas.
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. (2006). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Suhanda. (2011). Kromatografi Planar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Triwahyuni, Endang, & Erna. (2003). Identifikasi Zat Warna Sintesis Pada Agar - Agar
Tidak Bermerk yang Dijual di Pasar Doro Pekalongan Dengan Metode
Kromatografi Kertas. Jurnal Litbang, 2(1): 23-31.
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Pemula. Yogyakarta: Andi.
15
LAMPIRAN
16