KROMATOGRAFI KERTAS
I.
Tujuan Percobaan
II.
Dasar Teori
besar terhadap air atau pelarut polar lainnya. Cairan fase gerak yang
biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air akan
mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas
dengan kecepatan berbeda.
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran,
dimana
adsorbsi
didasarkan
pada
panjang
komponen
dalam
cara
yaitu
teknik
ascending
dan
descending.
Ascending
kondisi
tetap
merupakan
besaran
karakteristik
dan
Adapun jarak yang diukur adalah jarak dari garis awal sampai
dengan ujung depan noda analit. Walaupun demikian, karena noda
biasanya memanjang, yang diperhitungkan adalah jarak dari awal
sampai ke tengah noda karena kerapatan analit paling besar. Jarak
pelarut dapat terlihat dengan jelas setelah sistem mengering.
III.
Bahan :
IV.
HCl 6M
Aseton
Larutan
Larutan
Larutan
Larutan
Etanol
Fe(III) 0,5M
Cu(II) 0,5M
Co(II) 0,5M
Ni(II) 0,5M
Prosedur Kerja
Model I
1. Menyiapkan gelas kimia sebagai bejana kromatografi. Diisi terlebih
dahulu dengan 7 mL HCl dan 25 mL aseton. Ditutup dengan
plastik, supaya terjadi kejenuhan ruang.
2. Menyipakan kertas saring (halus/kasar) berukuran 11x18 cm.
Membuat garis yang berjarak 2 cm tepi bawah dan 2 cm dari tepi
atas dengan menggunakan pensil. Untuk penotolan cuplikan
dilakukan pada garis tepi bawah. Dari sisi kanan dan kiri, diberi
jarak 2 cm dan tiap titik diberi jarak 2 cm juga.
3. Cara penotolan : menggunakan pipa kapiler, menotolkan di tiap
titik larutan sebanyak 10 kali penotolan. Tiap menotolkan larutan,
ditunggu hingga kering dengan mengangin-anginkan kertas.
Dilakukan ditempat/titik yang sama (jenis larutan tetap) hingga 10
kali penotolan. Urutan titik adalah : (1) standar Fe(III), (2) sampel
A, (3) standar Cu(II), (4) sampel A, (5) standar Co(II), (6) sampel A,
(7) standar Ni(II), (8) sampel A. Pipa kapiler tidak dicampur.
Setelah
digunakan,
pipa
kapiler
tidak
dibuang
melainkan
reagen
digunakan,
pipa
kapiler
tidak
dibuang
melainkan
per
bagian,
reagen
disemprotkan
Hasil Pengamatan
Model I
N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
Warna
Warna
Jarak
Sampel
Stand
Noda
Fe3+
ar
Kuning
migrasi
Kasar Halus
Cu2+
Co2+
Ni2+
Sampel
A
Biru
Merah
Hijau
Hijau
Kuning
Kuning
Biru
Kuning
Kuning
7,3
6,0
cm
cm
5,8
4,7
cm
cm
7,2
3,4
cm
cm
7,3
4,9
cm
cm
7,0
5,9 cm
cm
Harga Rf
Kasar
Rf =
7,3
9
Halus
Rf =
6
9
= 0,81
5,8
Rf = 9
0,67
4,7
Rf =
9
= 0,64
7,2
Rf = 9
= 0,52
3,4
Rf =
9
= 0,80
7,3
Rf = 9
= 0,38
4,9
Rf =
9
= 0,81
7,0
Rf = 9
= 0,54
5,9
Rf = 9
= 0,78
Sampe
o.
1.
2.
3.
Fe3+
Cu2+
Co2+
Warna
Stand
ar
Kuning
Biru
Merah
Jarak
Warna Noda
Harga Rf
migrasi
Kasar Halus
Fe3+ +
7,8
6,5
K4Fe(CN)6
Biru
cm
cm
Kuning
5,5
4,8
cm
cm
Biru
6 cm
5.
Ni2+
Sampel
Hijau
Kuning
Ni2+ + DMG
Merah Muda
Kuning
6,7
Halus
Rf =
Rf =
6,5
9
0,87
Rf =
5,5
9
= 0,72
Rf =
4,8
9
0,61
Rf =
4,2
6
9
= 0,53
Rf =
4,2
9
0,67
Rf =
7 cm
cm
5,4
Kasar
7,8
9
cm
4.
= 0,66
6,7
9
= 0,47
Rf =
7
9
0,74
Rf =
6,2 cm
cm
5,4
9
0,78
Rf =
6,2
9
0,6
= 0,69
Model II
N
o.
Warna
Sampel
Stand
ar
Warna
Noda
Jarak
migrasi
Kasar Halus
Harga Rf
Kasar
Halus
1.
2.
3.
Fe3+
Cu2+
Co2+
Kuning
Biru
Merah
Kuning
Kuning
Biru
7,5
7,3
cm
cm
5,5
4,9
cm
cm
5,0
3,8
cm
cm
4.
Ni2+
Hijau
Tidak
5.
Campur
Coklat
tampak
Biru-
7,5
6,1
kuning
cm
cm
an
6.
Sampel
Hijau
Kuning
7,2
6,0 cm
cm
Rf =
7,5
9
N
o.
1.
2.
3.
Sampel
= 0,81
4,9
Rf =
9
= 0,61
5
Rf = 9 =
= 0,54
3,8
Rf =
9
0,56
-
Rf =
7,5
9
= 0,87
7,2
Rf = 9
Fe3+
Cu2+
Co2+
Jarak
Warna
Stand
Noda
ar
Kuning Kuning
Biru
Merah
Kuning
Biru
5.
Ni2+
Campur
an
Hijau
Tidak
Coklat
= 0,42
-
Rf =
6,1
9
= 0,68
6
Rf = 9 =
0,67
Harga Rf
migrasi
Kasar Halus
6,8
6,1
cm
cm
5,7
5,1
cm
cm
5,2
4 cm
cm
4.
7,3
9
= 0,83
5,5
Rf = 9
= 0,8
Warn
Rf =
tampak
Biru-
7,2
6 cm
kuning
cm
Kasar
Rf =
6,8
9
Halus
Rf =
6,1
9
= 0,76
5,7
Rf =
9
= 0,68
5,1
Rf = 9
= 0,63
5,2
Rf = 9
= 0,57
4
Rf = 9 =
= 0,58
-
Rf =
7,2
9
0,44
-
Rf =
6
9
6.
Sampel
B
VI.
Kuning Tidak
= 0,8
0,67
tampak
telah
membasahi
seluruh
bawah dan warna kuning pada bagian atas. Begitu pula sampel A dan
sampel B juga memberikan noda berwarna kuning. Pada penentuan
dengan menggunakan model II ion Ni(II) dan sampel B tidak
memberikan noda pada kertas saring meskipun telah disemprotkan
larutan NaOH sebagai larutan pengidentifikasi. Hal ini mungkin
dikarenakan
kurang
maksimal
pada
proses
penotolan
sampel
sehingga sampel yang menempel pada kertas saring sedikit dan tidak
memberikan noda. Kemudian diukur panjang masing-masing noda
sehingga didapatkan jarak migrasi masing-masing komponen yang
kemudian
dibandingkan
dengan
jarak
migrasi
pelarut
untuk
Sampel
Fe3+
Cu2+
Co2+
Ni2+
Sampel A
Sampel B
Harga Rf
Kasar
Halus
0,84
0,63
0,74
0,78
0,78
0,60
0,70
0,53
0,43
0,66
0,66
0,69
Model II
N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sampel
Fe3+
Cu2+
Co2+
Ni2+
Campuran
Sampel A
Sampel B
Harga Rf
Kasar
Halus
0,80
0,62
0,57
0,84
0,80
-
0,75
0,56
0,43
0,68
0,67
-
saring
kasar
sehingga
komponen
yang
dipisahkan
Kesimpulan
Berdasarkan pada data hasil pengamatan di atas, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sampel A diduga mengandung ion Ni(II)
2. Sampel B diduga mengandung ion Cu(II)
3. Kertas saring halus lebih selektif dalam memisahkan komponenkomponen dibandingkan dengan kertas saring kasar.