Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

GRAVIMETRI I – PENENTUAN KADAR Cu SEBAGAI CuO


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia Analitik Dasar
Dosen Pengampu:
Abraham Mora, M. Si.
Dra. Hj. Zackiyah, M.Si.

Tanggal Praktikum:
Awal: 9 Maret 2023
Akhir: 16 Maret 2023

Disusun oleh:
Khalisa Nisrina Rayhan NIM 2202250

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
A. TUJUAN
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar penentuan kadar Cu secara gravimetri.
2. Menentukan kadar Cu dalam CuO.

B. DASAR TEORI
Analisis kuantitatif adalah suatu metode komputasi dan statistik yang berfokus pada
analisis statistik, matematik, atau numerik dari kumpulan data.
(Ascarya, 2022)
Gravimetri merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran
massa atau perubahan massa, yang diukur dengan menimbang hasil reaksi setelah analit
direaksikan dengan suatu reagen. Hasil reaksi dapat berupa gas, endapan, atau sisa bahan
yang tak bereaksi.
(Alauhdin, 2020)
Analisis gravimetri memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
instrumen modern, tetapi alat yang digunakan sehingga biaya analisis menjadi lebih
ekonomis.
(Wiji, 2019)
Metode Analisa kuantitatif dengan grafimetri didasarkan pada stoikiometri reaksi
pengendapan
aA + pP → AaPp
dengan “a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi
setara untuk reaktan pengendap (P), dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia yang
bereaksi. Massanya ditentukan setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan
reaktan pengendap umumnya dilakukan secara berlebih untuk mencapai pengendapan yang
sempurna.
(Lukum, 2022)
Pada gravimetri metode pengendapan, hasil endapan murni yang ditimbang
didapatkan dari reaksi analit dengan reagen pengendap. Endapan yang dihasilkan merupakan
endapan tak larut.
(Alauhdin, 2020)
Dalam gravimetri, analit yang diendapkan harus memenuhi beberapa syarat.
a. Endapan mudah disaring dan dicuci hingga bebas pengotor.
b. Kelarutan zat yang dibuat endapan harus rendah sehingga tidak hilang ketika pengendapan
dan pencucian.
c. Tidak reaktif dengan konstituen atmosfir.
d. Diketahui komposisi kimianya setelah pengeringan atau pemijaran.
(Wiji, 2019)
Digunakan faktor gravimetri untuk menetapkan massa analit dari massa endapan.
Faktor gravimetri adalah jumlah massa analit dalam 1 gram endapan. Massa analit dapat
diketahui dari hasil kali massa endapan dengan faktor gravimetrinya.
(Lukum, 2022)
Proses nukleasi dan pembentukan nukleus menentukan partikel hasil proses
pengendapan. Pembentukan partikel endapan terjadi dalam larutan lewat jenuh. Langkah
pertama, terjadi partikel-partikel nukleus. Kation dan anion dalam larutan bertambah dengan
nukleus dan melekat pada permukaannya denga ikatan kimia. Sehingga, terbentuk suatu
kristal berdimensi tiga. Penambahan pereaksi diusahakan dilakukan dengan jumlah yang
sedikit sehingga nukleasi atau inti-inti hablur yang tera=jadi jumlahnya tidak terlalu besar dan
selanjutnya menjadi partikel-partikel endapan yang mudah disaring.
(Lukum, 2022)
Endapan bulky adalah endapan dengan volume atau massa dari analit yang sedikit.
Endapan spesifik adalah endapan yang terbentuk dari pereaksi khusus yang hanya
mengendapkan komponen yang akan dianalisis.
(Rohmah & Rini, 2020)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Cawan krus 30mL : 1 buah
b. Tang krus : 1 buah
c. Neraca analitik : 1 unit
d. Kaki tiga : 1 buah
e. Pipet tetes : 3 buah
f. Segitiga porselen : 1 buah
g. Pembakar Bunsen : 1 unit
h. Desikator : 1 unit
i. Pipet volume 10mL : 1 buah
j. Ball pipet : 1 buah
k. Gelas ukur 100mL : 1 buah
l. Alas keramik : 1 buah
m. Plat tetes : 1 buah
n. Batang pengaduk : 1 buah
o. Corong pendek : 1 buah
p. Furnace : 1 unit

2. Bahan
a. Larutan Cu2+ : Secukupnya
b. Larutan H2SO4 1M : Secukupnya
c. Larutan NaOH 1M : Secukupnya
d. Larutan BaCl2 : Secukupnya
e. Kertas saring bebas abu : 1 lembar
f. Aquades : Secukupnya
D. SPESIFIKASI BAHAN
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
.
1. Aquades (H2O) Stabil secara kimiawi di
Bentuk: Cair bawah kondisi ruangan
Warna: TB standar (suhu kamar).
Bau: Tak berbau
pH: Netral, pada 20oC
Titik lebur: 0oC
Titik didih: 100 oC
Densitas: 1,00 g/cm3

Bahaya Penanggulangan
Bahan ini tidak Tidak ada bahaya yang
diklasifikasikan sebagai memerlukan tindakan
berbahaya menurut pertolongan khusus.
undang-undang Uni
Eropa.

Mr: 18 g/mol
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
.
2. Tembaga Sulfat Reaksi eksotermik dengan
(CuSO4•5H2O) Bentuk: Padat oksidator kuat,
Warna: Biru hidroksilamin, magnesium.
Bau: Tak berbau
pH: 3,5—4,5 pada 20oC
Titik lebur: 147 oC
Titik didih: -
Densitas: 2,284 g/cm3

Bahaya Penanggulangan
Berbahaya jika tertelan, Bila terkena mata: Bilas
merusak mata secara dengan air mengalir
Mr: 249,69 g/mol serius, sangat toksik pada Bila terkena kulit: Bilas
kehidupan perairan. dengan air mengalir
Bila terhirup: Hirup udara
segar
Bila tertelan: Beri air
minum
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
.
3. Asam Sulfat (H2SO4) Korosif, pengoksidasi kuat,
Bentuk: Cair reaksi hebat dengan logam
Warna: TB basa, senyawa alkali,
Bau: Tak berbau ammonia, aldehid, halogen.
pH: 0,3 pada 25oC
Titik lebur: -20oC
Titik didih: -270oC
Densitas: 1,84 g/cm3

Bahaya Penanggulangan
Dapat korosif terhadap Bila terkena mata: Bilas
logam, menyebabkan kulit dengan air mengalir
Mr: 98,08 g/mol terbakar parah dan Bila terkena kulit: Bilas
kerusakan mata. dengan air mengalir
Bila terhirup: Hirup udara
segar
Bila tertelan: Basuh mulut,
jangan merangsang muntah
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
.
4. Natrium Hidroksida Higroskopis, terurai cepat
(NaOH) Bentuk: Padat dengan zat organik,
Warna: Putih hydrogen sulfide.
Bau: Tak berbau
pH: >14 pada 20oC
Titik lebur: 319—322oC
Titik didih: 1390oC
Densitas: 2,139 g/cm3

Bahaya Penanggulangan
Dapat korosif terhadap Bila terkena mata: Bilas
logam, menyebabkan kulit dengan air mengalir
Mr: 40 g/mol terbakar parah dan Bila terkena kulit: Bilas
kerusakan mata. dengan air mengalir
Bila terhirup: Hirup udara
segar
Bila tertelan: Basuh mulut,
jangan merangsang muntah
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
.
5. Barium Klorida (BaCl2) Melepaskan air kristal bila
Bentuk: Padat dipanaskan, berisiko
Warna: Putih meledak dengan furan-2-
Bau: Tak berbau percarbonic acid, reaksi
pH: 5,2—8,0 pada 25oC hebat dengan halogen,
Titik lebur: 962oC oksidator kuat, asam-asam.
Titik didih: 1560oC
Densitas: 3,86 g/cm3

Bahaya Penanggulangan
Toksik bila tertelan, Bila terkena mata: Bilas
berbahaya jika terhirup. dengan air mengalir
Mr: 244,28 g/mol Bila terkena kulit: Bilas
dengan air mengalir
Bila terhirup: Hirup udara
segar
Bila tertelan: Beri air
minum
No Nama Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
.
6. Tembaga Oksida (CuO) Berisiko meledak dengan
Bentuk: Padat aluminum, reaksi hebat
Warna: Hitam dengan boron, hydrazine
Bau: Tak berbau dan turunannya,
pH: 7 pada 20oC hydroxylamine, sodium,
Titik lebur: 1326oC magnesium.
Titik didih: Tak berlaku
Densitas: 6,48 g/cm3

Bahaya Penanggulangan
Berbahaya jika tertelan, Bila terkena mata: Bilas
sangat toksik pada dengan air mengalir
Mr: 79,55 g/mol kehidupan perairan. Bila terkena kulit: Bilas
dengan air mengalir
Bila terhirup: Hirup udara
segar
Bila tertelan: Beri air
minum

PT Smartlab Indonesia. (2019). Lembar Data Keselamatan Bahan. (online). Diakses melalui
smartlab.co.id
Supelco. (2022). Lembaran Data Keselamatan. (online). Diakses melalui
www.sigmaaldrich.com
E. SET ALAT

Gambar 1. Set Alat Analisis Gravimetri Kadar Cu dalam CuO


F. BAGAN ALIR

Bagan 1. Analisis Gravimetri Kadar Cu dalam CuO


G. LANGKAH KERJA DAN PENGAMATAN
P Ruang: 705 mmHg T Ruang: 26 oC
Langkah Kerja Pengamatan
Kondisi awal:
CuSO4 (aq): cair, biru, tak berbau
H2SO4 (aq): cair, TB, tak berbau
NaOH (aq): cair, TB, tak berbau
BaCl2 (aq): cair, TB, tak berbau
Massa cawan krus: 33,2670 gr
Massa cawan porselen: 41,8457 gr

Setelah diberikan perlakuan:


+ H2SO4: Tak tampak perubahan fisik
+ NaOH: Terbentuk endapan berwarna biru
Pemanasan larutan: Perubahan warna
endapan menjadi hitam
Dekantasi: Terpisah antara endapan dan air
Uji BaCl2: sebelum pencucian, terdapat
endapan putih

Pengarangan: Kertas saring menjadi arang


Pengabuan: Kertas saring menjadi abu
Pemijaran: Tersisa serbuk berwarna hitam

Cawan krus pecah setelah satu kali proses


pemijaran, proses pemijaran dihentikan
kemudian digunakan cawan porselen
sebagai wadah untuk pecahan cawan krus
dan padatan CuO yang telah diabukan

Massa cawan krus + cawan porselen +


endapan CuO: 75,6499 gr
H. DATA PENGAMATAN
Massa cawan krus kosong 33,2670 gr

Massa cawan porselen kosong 41,8457 gr

Penambahan larutan H2SO4 pada larutan Tak terdapat perubahan fisik


CuSO4

Penambahan larutan NaOH pada larutan Terbentuk endapan berwarna biru


CuSO4 Cu2+ (aq) + NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na+
(aq)
Cu(OH)2 merupakan endapan berwarna biru
Pemanasan Larutan Perubahan warna endapan menjadi hitam
Cu(OH)2 (s) → CuO (s) + H2O (l)
CuO merupakan endapan berwarna hitam

Dekantasi Pemisahan antara endapan hitam dengan air


tak berwarna

Uji BaCl2 pada air hasil pencucian endapan Terbentuk endapan putih
BaCl2 (aq) + SO42- (aq) → BaSO4 (s) + 2Cl-
(aq)
BaSO4 merupakan endapan berwarna putih

Proses pengarangan dan pengabuan Kertas saring menjadi arang, kemudian


terabukan hingga tidak terdapat kertas saring.

Proses pemijaran (hanya dilakukan 1 kali Tersisa padatan berwarna hitam (CuO)
pemijaran dalam tanur bersuhu 400oC
selama 50 menit)

Massa cawan krus + cawan porselen + 75,6499 gr


endapan CuO

I. PERSAMAAN REAKSI
1. Reaksi ion Cu2+ dengan NaOH
Cu2+ (aq) + NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na+ (aq)
TB TB endapan biru TB
2. Reaksi pemanasan Cu(OH)2
Cu(OH)2 (s) → CuO (s) + H2O (l)
endapan biru endapan hitam TB
3. Reaksi ion sulfat dengan BaCl2
BaCl2 (aq) + SO42- (aq) → BaSO4 (s) + 2Cl- (aq)
TB TB endapan putih TB

J. PERHITUNGAN
1. Menghitung massa CuO
(Massa cawan krus + cawan porselen + endapan CuO)
– (Massa cawan krus kosong + massa cawan porselen kosong)
= 75,6499 gr – (33,2670 gr + 41,8457gr )
= 0,5375 gr
2. Menghitung massa Cu dalam CuO
Ar Cu
× MassaCuO
Mr CuO

63 ,5
×0,5375
79 ,55
= 0,4290 gr
3. Menghitung massa larutan CuSO4
M × Mr × Volume(mL)
1000

1× 249 ,69 ×10


1000

= 2,4969 gr
4. Menghitung faktor gravimetri
Mr CuO
Mr Tembaga sulfat

63 ,5
79 ,55
= 0,798
5. Menghitung kadar Cu dalam sampel
Faktor gravimetri × Massa Cu
×100 %
Massa sampel

0,798 ×0,4290
×100 %
2,4969
= 13,7%

K. PEMBAHASAN
Praktikum yang telah dilakukan adalah analisis kuantitatif kadar Cu dalam endapan
CuO dengan metode gravimetri endapan. Praktikum ini memiliki dua tujuan yaitu untuk
menjelaskan prinsip-prinsip dasar penentuan kadar Cu secara gravimetri dan untuk
menentukan kadar Cu dalam CuO.
Penentuan kadar Cu dalam CuO ini menggunakan prinsip pengendapan CuO dengan
menambahkan larutan pengendap NaOH yang menghasilkan endapan biru Cu(OH)2
kemudian proses pemanasan yang menghasilkan endapan hitam CuO dengan rumus kimia
yang tetap sehingga perhitungan massa akan lebih mudah dilakukan. Endapan yang telah
dipijarkan akan ditimbang massanya untuk dihitung kadarnya dalam larutan.
Analisis kadar Cu dalam CuO menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan
beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah persiapan cawan krus, yaitu pemijaran cawan krus
yang akan menjadi wadah dari endapan CuO. Pemijaran ini dilakukan dengan api biru untuk
mengeringkan cawan dan memastikan bahwa cawan bebas dari kontaminan yang mungkin
terdapat pada cawan. Setelah dipijarkan, cawan krus didinginkan dalam desikator.
Pendinginan dalam desikator dilakukan untuk mengoptimalkan penimbangan massa cawan
krus pada neraca analitik, karena suhu cawan yang tinggi akan mengakibatkan tidak stabilnya
hasil pengukuran pada neraca analitik. Desikator digunakan sehingga proses pendinginan
dapat berlangsung lebih cepat dan menghindarkan cawan krus dari kontaminan yang terdapat
di udara atau ruangan dan uap air. Selanjutnya, massa cawan krus kosong diukur dengan
neraca analitik beberapa kali hingga menunjukkan massa yang konstan. Didapatkan hasil
pengukuran massa cawan krus kosong adalah 33,2670 gr.
Tahapan kedua adalah proses pengendapan. Dipipet larutan sampel CuSO4 sebanyak
10mL dalam gelas kimia, kemudian diencerkan hingga 150mL. Pengenceran ini bertujuan
untuk memperbesar luas permukaan reaksi pada CuSO4 sehingga pembentukan endapan akan
lebih cepat. Ditambahkan pula larutan H2SO4 untuk menjernihkan sampel (meningkatkan
kelarutan sampel). Larutan yang sudah encer kemudian ditambahkan larutan reagen
pengendap NaOH sehingga dihasilkan endapan biru.
Cu2+ (aq) + NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s) + Na+ (aq)
TB TB endapan biru TB
Penambahan NaOH dilakukan perlahan dan terus menerus hingga dicapai kondisi
tidak terbentuknya endapan baru pada supernatan ketika ditambahkan kembali reagen.
Setelah mencapai kondisi ini, larutan dan endapannya dipanaskan di atas hot plate. Proses
pemanasan ini akan menghasilkan endapan CuO berwarna hitam. Proses pemanasan
dilakukan sambil diaduk dengan batang pengaduk sehingga reaksi terjadi secara merata.
Cu(OH)2 (s) → CuO (s) + H2O (l)
endapan biru endapan hitam TB
Setelah seluruh larutan berubah warna menjadi hitam, proses pemanasan dihentikan
dan kemudian didekantasi sehingga terpisah lapisan fasa padat endapan CuO dengan
supernatan. Proses dekantasi ini akan memudahkan tahapan filtrasi endapan.
Tahapan ketiga adalah penyaringan, endapan yang telah didekantasi disaring dengan
kertas saring pada corong tangkai panjang. Penyaringan dilakukan untuk menangkap endapan
CuO sehingga dapat ditimbang massanya. Endapan yang masih tersisa pada gelas kimia
dicuci dengan air panas sebelum disaring agar tidak terdapat endapan yang menempel pada
dinding gelas kimia. Supernatan hasil penyaringan ditampung dalam gelas kimia kemudian
diuji dengan larutan BaCl2, terbentuknya endapan putih menandakan keberadaan pengotor
ion sulfat sehingga endapan perlu dicuci kembali dengan aquades hingga bersih dari
pengotornya.
BaCl2 (aq) + SO42- (aq) → BaSO4 (s) + 2Cl- (aq)
TB TB endapan putih TB
Endapan yang sudah bersih dan tersaring dipindahkan ke dalam cawan krus yang
sebelumnya telah disiapkan. Endapan dipindahkan bersama dengan kertas saring yang
digunakan dalam proses filtrasi. Endapan dan kertas saring ini masih basah sehingga perlu
dikeringkan terlebih dahulu dengan meletakkannya dalam desikator selama 1 minggu.
Setelah endapan kering, dilakukan tahap keempat yaitu pengarangan dan pengabuan.
Pengarangan dan pengabuan dilakukan di atas pembakar Bunsen yang berfungsi untuk
mengarangkan kertas saring kemudian mengabukannya sehingga tidak terdapat kertas saring
lagi dalam cawan krus. Kertas saring perlu diabukan sehingga massa akhir yang ditimbang
adalah massa padatan CuO-nya saja.
Tahapan kelima adalah pemijaran cawan krus berisi endapan CuO dalam tanur dengan
suhu 400oC. Pemijaran dilakukan untuk menghilangkan sisa abu dari kertas saring atau
pengotor lain, dan mengeringkan endapan menjadi senyawa serbuk padatan CuO. Pada
proses ini, ditemukan bahwa cawan krus yang digunakan pecah setelah pemijaran pertama
selama 50 menit sehingga proses pemijaran dihentikan. Terdapat padatan yang terjatuh dalam
tanur sehingga hasil pengukuran massa akhir menjadi kurang akurat. Pecahan cawan krus dan
padatan CuO yang tersisa dipindahkan dalam cawan porselen bersih yang telah diketahui
massanya (41,8457 gr).
Tahapan keenam adalah pengukuran massa CuO dan perhitungan kadar Cu dalam
sampel. Hasil pengukuran total massa pecahan cawan krus, cawan porselen, dan sisa padatan
CuO adalah 75,6499 gr. Sehingga, dengan perhitungan didapatkan bahwa massa sisa padatan
CuO adalah 0,5375 gr. Massa Cu dalam CuO dihitung dengan mengalikan massa CuO
dengan hasil bagi massa molekul Cu dan massa molekul CuO, didapatkan hasil 0,4290 gr.
Kadar Cu dihitung dengan mengalikan faktor gravimetri (Ar CuO/Mr CuSO4) dengan hasil
bagi massa Cu dengan massa sampel kemudian dikali dengan 100%. Didapatkan hasil kadar
Cu dalam sampel CuSO4 adalah 13,7% atau 4,29 ppm.
Hasil perhitungan kadar Cu dalam sampel CuSO4 tersebut tidak menunjukkan angka
yang akurat dengan kadar sebenarnya karena terdapat faktor kesalahan berkurangnya massa
padatan CuO ketika cawan krus pecah dalam tanur. Kesalahan ini dapat diantisipasi
sebelumnya dengan memastikan kualitas cawan krus dalam kondisi yang baik dan melakukan
pemanasan cawan krus dengan pembakar Bunsen sehingga perubahan suhu cawan krus tidak
terlalu besar yang mengakibatkan pecahnya cawan krus.

L. KESIMPULAN
Analisis gravimetri pengendapan penentuan kadar Cu menggunakan prinsip
penimbangan massa endapan CuO yang mengandung analit Cu yang terbentuk ketika larutan
sampel CuSO4 ditambahkan reagen pengendap NaOH. Endapan yang terbentuk harus
memiliki rumus kimia yang diketahui tetap dan sederhana sehingga perhitungan massa analit
dapat dilakukan. Dari hasil analisis gravimetri Cu dalam endapan CuO dari sampel CuSO 4
yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar Cu adalah 13,7% atau 4,29 ppm dengan faktor
kesalahan berkurangnya massa padatan CuO akibat pecahnya cawan krus dalam tanur.

M. DAFTAR PUSTAKA
Alauhdin, M. (2020). Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang: UNNES Press.
Ascarya Academia. (2022). Macam-Macam Metode Analisis Kuantitatif. (online). Diakses
melalui ascarya.co.id
Lukum, Astin. (2022). Dasar-Dasar Kimia Analitik. Jurusan Kimia FPMIPA Universitas
Negeri Gorontalo. (online). Diakses melalui ung.ac.id
PT Smartlab Indonesia. (2019). Lembar Data Keselamatan Bahan. (online). Diakses melalui
smartlab.co.id
Rohmah, Jamilatur & Rini, Chylen Setiyo. (2020). Buku Ajar Kimia Analisis. Sidoarjo:
UMSIDA Press.
Supelco. (2022). Lembaran Data Keselamatan. (online). Diakses melalui
www.sigmaaldrich.com
Wiji. (2019). Modul 4 Dasar-Dasar Kimia Analisis. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. (online). Diakses melalui scribd.com

N. LAMPIRAN
1. PRALAB
1. Mengapa proses pendinginan dilakukan dalam desikator?
2. Mengapa larutan cuplikan harus diencerkan?
3. Mengapa kedalam larutan cuplikan ditambah H2SO4?
4. Senyawa apa yang berwarna hitam pada proses pengendapan?
5. Bagaimana menguji keberadaan ion SO42-?
6. Apa fungsi penambahan NaOH? Bagaimana kalau diganti dengan NH4OH?
7. Bagaimana mengetahui bahwa Cu2+ sudah mengendap semua?
8. Suatu cuplikan mengandung 9,20% timah; 5,45% timbal; 4,30% seng dan 81,05%
tembaga. Unsur-unsur ini ditetapkan secara gravimetri dengan menimbang endapan SnO2,
PbSO4, CuO dan Zn2P2O7. Cuplikan yang dianalisa beratnya 0,600 g, berapa berat masing-
masing?
Jawaban
1. Pendinginan dalam desikator bertujuan untuk mempercepat pendinginan dengan
keberadaan silica gel serta untuk menghindari perubahan massa dari kontaminasi zat yang
berada di udara/ruangan.
2. Pelarutan larutan cuplikan dengan air bertujuan untuk mengionkan partikel yang akan
diendapkan.
3. Penambahan H2SO4 bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dari sampel.
4. Senyawa yang berwarna hitam pada proses pengendapan merupakan CuO padat, yang
terbentuk dalam larutan ketika dipanaskan.
5. Keberadaan ion sulfat diuji dengan menambahkan larutan BaCl2 pada air hasil pencucian
endapan. Adanya ion sulfat ditandai dengan terbentuknya endapan putih.
6. Penambahan NaOH berfungsi sebagai reagen pengendap yang mengendapkan analit. Jika
disubstitusi dengan NH4OH proses pengendapan menjadi tidak optimal karena endapan akan
larut kembali.
7. Tanda bahwa seluruh ion Cu2+ telah mengendap adalah dengan menambahkan larutan
NaOH pada larutan sampel yang telah diendapkan dan didekantasi. Jika tidak terlihat
endapan baru yang terbentuk, maka seluruh ion Cu2+ telah mengendap.
8. %A =
Massa endapan × Ar A
×100 %
Massa sampel × Mr senyawa
Massa endapan =
%A × Mr senyawa × Massa sampel
Ar A × 100 %
a. Sn 9,20% dengan Ar = 118,71 dan Mr SnO2 = 150,71
Massa endapan =
9 , 20 % ×150 , 71× 0,600
118 ,71 ×100 %
= 0,0700 gr
b. Pb 5,45% dengan Ar = 207,2 dan Mr PbSO4 = 303,26
Massa endapan =
5 , 45 % ×207 ,2 ×0,600
303 , 26× 100 %
= 0,0478 gr
c. Zn 4,30% dengan Ar = 65,38 dan Mr Zn2P2O7 = 304,72
Massa endapan =
4 ,30 % × 65 , 38× 0,600
304 , 72 ×100 %
= 0,120 gr
d. Cu 81,05% dengan Ar = 65,546 dan Mr CuO = 79,546
Massa endapan =
81 ,05 % ×65,546 × 0,600
79,546 ×100 %
= 0,608 gr

2. DOKUMENTASI
Gambar 2. Proses Penimbangan Massa Cawan Krus dan Cawan Porselen

Gambar 1. Pemijaran Cawan Krus

Gambar 1. Larutan Tembaga Sulfat

Gambar 1. Penambahan Larutan NaOH pada Larutan Tembaga Sulfat


Gambar 1. Proses Pemanasan Larutan untuk Menghasilkan Endapan CuO

Gambar 1. Proses Dekantasi Endapan dari Larutan

Gambar 1. Proses Penyaringan Endapan CuO

Gambar 1. Pendinginan Endapan CuO dalam Cawan Krus pada Desikator

Gambar 1. Proses Pengarangan Kertas Saring dalam Cawan Krus


Gambar 1. Proses Pemijaran dalam Tanur

Gambar 1. Pecahan Cawan Krus dalam Cawan Porselen

Gambar 1. Penimbangan Massa Padatan CuO

3. POST LAB
1. Hitung kadar Cu pada cuplikan dalam miligram per liter (ppm)!
Jawaban

1. ppm = (massa analit (mg)) (volume sampel (liter))

= (429) (0,01)

= 4,29 ppm

Anda mungkin juga menyukai