Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1

PERCOBAAN 3 : GRAVIMETRI -1

Tanggal Praktikum:
Awal: 06 Maret 2023
Akhir: 07 Maret 2023

Dosen Pengampu :
Dra.
Drs.

Disusun Oleh :
Nabiila A D

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
PERCOBAAN 3 : GRAVIMETRI -1
Tanggal Praktikum :
Awal : 06-03-2023
Akhir : 07-03-2023

A. TUJUAN
Tujuan gravimetri adalah menentukan kuantitas suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara menimbang zat murni yang
telah melalui pemisahan. Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan
kadar Cu sebagai CuO dengan metode gravimetri.

B. DASAR TEORI
Gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat
sudah diketahui dengan cara mengunur berat komponen dalam keadaan
arau nomponen yang murni setelah pemisahan ( Khopkar, 2010). Dalam
analisis ini, suatu senyawa atau unsur dipisahkan dari sejumlah banan
yang dianalisis jadi senyawa lain yang murni, sehingga diketahui berat
tetapnya.
Pada dasarnya, pemisahan zat tersebut dilakukan dengan cara
melarutkan zat dalam pelarut yang sesuai lalu ditambahkan zat pengendap.
Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan, kemudian
ditimbang setelah dingin (Rivai, 1995). Pemisahan antara endapan dan
pengotor dilakukan dengan cara filtrasi. Filtasi adalah pembersihan
partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium
penyaringan, atau septum, dimana zat padat itu tertahan. Pada industri,
filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan sederhana
hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa
cairan atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan,
padatan, atau keduanya. Fluida mengalir melalui media penyaring karena
perbedaan tekanan yang melalui media tersebut (Sutherland, Ken, 2008).
Sebagian besar penetapan pada analisis gravimeti berkaitan
dengan pengubahan unsur yang akan diterapkan sadi senyawa murni yang
stabil yang dapat dengan mudah diubah jadi satu bentuk yang seruall
untuk ditimbang. Lalu dihitung dari pengetahuan rumus, senyawa serta
bobot atom unsur unsur penyusunya (Underwood, 2001).
Dalam praktikum kali ini akan dilakukan gravimetri, untuk
penentuan radar Cu Sebagai Cuo. Kaprisulfat pendhidrat atau CuSO4
5H₂O dikenal sebagai garam tembaga terusi. Untuk penentuan tembaga
secara gravimetri dapat dilakukan dengan cara penambahan asam kedalam
larutan Cu dari larutan tembaga dalam asam, yang selanjutnya akan
menghasilkan endapan biru pucat yaitu Cu hidroksida. Endapan tersebut
didihkan maka tak akan bereaksi lagi dalam pereaksi berlebih. Bila
endapan didihkan, akan berubah jadi CuO wrana hitam (W. siswaningsih,
et al, 2023). Senyawa tembaga memiliki (Cu2O) warna merah 2 deret,
yang berwarna hitam diturunkan dari senyawa tembaga (1) oksida dan
mengandung Cu+. Senyawa ini tak mudah larut dalam air. Senyawa
tembaga I (Cu+) dapat dioksidasilkan jadi CuO warna hitam. Garam
tembaga (II) umumnya warna biru, baik hidrat padat, maupun dalam
larutan. Sementara anhidrat biasanya warna putih / kekuningan. (Vogel.
Svehla, 1979).
Tidak semua analisis gravimetri berdasarkan pada pembentukan
endapan. Beberapa dapat dilakukan melalui pengusiran suatu komponen
sebagai gas. Kemudian reaksi ditimbang, salah satunya adalah penentuan
karbonat CO2. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis
gravimetri agar menunjukan keberhasilan. Unsur yang diuji harus
terendapkan sempurna. endapan yang ditimbang harus diketahui dengan
pasti rumus molekulnya. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah
ditimbang (Rivai, 2006).

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
 Cawan krus ( 1 buah)
 Tang krus (1 buah)
 Neraca Analitik (1 set)
 Gelas kimia (2 buah)
 Kaki tiga (1 buah)
 Pipet tetes (1 buah)
 Segitiga porselen (1 buah)
 Pipet volume 10 mL (1 buah)
 Gelas ukur 10 mL (1 buah)
 Wire Gauze (1 buah)
 Tabung reaksi (sesuai yang dibutuhkan)
 Batang pengaduk (1 buah)
 Corong (1 buah)
 Ball filler (1 buah)
 Furnace (1 buah)
 Bahan
 Larutan Cu2+ (10 mL)
 Larutan H2SO4 1M (beberapa tetes)
 Larutan NaOh 1M (100 mL)
 Larutan BaCl2 (secukupnya)
 Kertas saring bebas abu (1 buah)
 Aquades
D. SPESIFIKASI BAHAN
T. Handbook : 25oC P.Handbook : 760 mmHg
Nama Sifat Fisika Sifat Kimia
Bahan
Cu2+  Wujud : padat, hitam  Tidak reaktif
 T.Lebur : 1.326 C deg
 PH : 7
 Kelarutan dalam air pada
20 C deg

Bahaya Penanggulangan

 Bahaya jika tertelan  Jangan hirup debu


 Sangat toksik untuk  Hindari pelepasan ke
kehidupan perairan lingkungan

H2SO4 Sifat Fisika Sifat Kimia

 Wujud : cair, tak  Korosif terhadap


berwarna logam
 T. lebur : -20 C deg
 Kelarutan dalam air
pada 20 C deg

Bahaya Penanggulangan

 Menyebabkan  Gunakan pelindung


kerusakan kulit dan
mata
 Bahaya jika tertelan
BaCl2 Sifat Fisika Sifat Kimia

 Wujud : padat, putih  Oksidator kuat


 Densitas : 3,869 / cm3
pada 20 C deg

Bahaya Penanggulangan

 Toksik jika tertelan  Dapatkan penanganan


dan terhirup medis
 Berbahaya untuk  Gunakan alat
mata dan kulit pelindung
NaOH Sifat Fisika Sifat Kimia
 
 Wujud : Padat, putih  Higroskopis
 T.Lebur : 319 – 322 C
deg
 T.Didih : 1.390 C deg
pada 1.013 hPa

Bahaya Penanggulangan

 Menyebabkan  Gunakan pelindung


gangguan pada mata
dan kulit
Aquades Sifat Fisika Sifat Kimia

 Wujud : cair, tak  Memiliki ikatan


berwarna hydrogen
 T. Lebur : 0 C deg
 T.Didih : 100 C deg

Bahaya Penanggulangan

Akan meledak jika bertemu Jauhkan dari logam


logam reaktif reaktif

Smartlab-Lab Indonesia.(2017). Lembar Keselamatan Bahan. PT.Smartlab


Diakses: https://smartlab.co.id/assets/PDF MSDS (18-02-2023).
E. SET ALAT
1. Pemijaran cawan krus / pengabuan

2. Penimbangan

3. Larutan cuplikan

4. Pemanasan
5. Filtrasi

6. Pemijaran dalam furnace


F. PROSEDUR DAN PENGAMATAN
T. Ruang : 25o C P.Ruang : 703 mmHg
Prosedur Pengamatan
Cawan krus
Cawan Krus Keadaan awal, berbahan
keramik berwarna putih.
 Cawan krus dipijarkan. Setelah dilakukan pemijaran
 Didinginkan dalam selam kurang lebih 25 menit,
desikator. warnanya agak kemerahan.
 Ditimbang cawan krus Lalu didinginkan dalam
(diulangai hingga konstan). desikator sekitar 10-15 menit.
Kemudian ditimbang dengan
Larutan Cuplikan neraca analitik, dan dipatkan
berat konstan sebesar 32,7113
 Dipipet larutan Cu dengan g.
pipet volume secara  Larutan cuplikan
kuantitatif. Keadaan awal, CuSO4
 Diencerkan larutan berwarna biru tua dicampurkan
cuplikan hingga 150 mL. dengan aquades tak berwarna,
 Ditambahkan beberapa Hasilnya menjadi
tetes larutan H2SO4. CuSO4.5H2O berwarna biru
 Ditambahkan NaOH 1M, muda. Kemudian ditambahkan
hingga larutan Cu beberapa tetes H2SO4 agar
mengendap dan lewat larutan jernih. Selanjutnya
jenuh. penamabahan NaOH agar
 Larutan dipanaskan hingga larutan mengendap,
berubah jadi hitam. ditambahkan sebanyak 100 mL
hingga larutan lewat jenuh.
Endapan Endapan yang terbentuk adalah
endapan biru, kemudian
 Pertama larutan dan dilakukan pemanasan larutan
endapan didekantasi. sampel diatas Bunsen. Setelah
 Lalu dilakukan filtasi. pemanasan, larutan dan
 Setelah filtasi selsai, endapan berubah jadi warna
dilakukan pencucian hitam.
endapan dengan kertas  Kemudian dilakukan filtrasi
saring dengan penambahan dengan kertas saring bebas
kurang lebih 25 mL abu. Mul amula warna sampel
aquades hingga bebas ion hitam(endapan dan larutan,
SO4-. kertas saring bebas abu
Pengujian ion SO4- berwarna putih. Kemudian
setelah dilakukan filtrasi,
 Diambil sedikit sampel larutan agak kerush, sementara
hasil cucian ke tabung endapan berwarna hitam.
reaksi.  Selanjutnya dilakukan
 Diteteskan BaCl2, jika pencucian endapan dua kali
terbentuk endapan putih, dengan 25 mL aquades.
maka masih terdapat ion  Pengujian dengan BaCl2 (tak
SO4-. berwarna, cair). Pencucian
 Dicuci kembali endapan pertama masih menunjukan
(jika masih ada ion SO4-). bahwa sampel mengandung
 Dikeringkan endapan dan ion SO4- saat dites dengan
kertas saring. BaCl2. Setelah dicuci dua kali,
 Dilakukan pemijaran dan sampel bebas dari ion SO4-.
pengabuan sample.  Selanjutnya adalah pemijaran
 Lalu dilakukan pemijaran dan pengabuan sampel yang
dalam furnace dengan suhu dilakukan didalam cawan krus
400 C deg. dan dilakukan pemijaran diatas
 Abu didinginkan dalam Bunsen burner selama kurang
desikator. lebih 40 menit.
 Ditimbang beratnya.  Pemijaran dalam furnace
dilakukan selama 2 jam setelah
Hasil pengabuan selsai.
 Pendinginan sample didalam
desikator sekitar 25 menit.
 Dilakukan penimbangan
dengan hasil 33.4355g. Dan
didapat berat sampel sebanyak
0,7242g.

G. PERSAMAAN REAKSI
Saat ditambahkan H2SO4 :
Cu2+ + H2SO4 (aq) → CuSO4 (aq) + 2H+ (aq)
Saat ditambahkan NaOH :
CuSO4 (aq) + NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s)↓ + Na2SO4 (aq) Biru
Reaksi pembentukan CuO :
Cu(OH)2 (s) → CuO (s) + H2O (l) Hitam
Saat ditambahkan BaCl2 :
BaCl2 (aq) + SO4 2- (aq) → BaSO4- (s) + 2Cl- (aq) Putih

H. PERHITUNGAN
 Massa Sampel
= (massa cawan krus + massa tutup + endapan) – (massa cawan krus +
massa tutup)
33,4355 gram – 32,7113 gram = 0,7242g
 Massa Cu
= Faktor gravimetri x massa sample
= ArCu/ MrCuO x massa sample
= 63,5g/mol / 79,5g/mol x 0,7242g
 Kadar Cu
= Massa Cu/ v sample
=578,5 mg / 0,01 L
= 57.850 ppm

I. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul Gravimetri Penentuan Cu kadar Cu
dalam CuO dengan metode gravimetri. Pada dasarnya gravimetri adalah
analisis kuantitatif yang berdasarkan berat penimbangan endapan yang
kering dan murni. Analisis gravimetri termasuk kedalam anaslisis
kuantitatif dengan penimbangan berat zat setelah perlakuan, sehingga zat
tersebut diketahui rumus molekulnya secara pasti dengan keadaan yang
stabil.
Dalam analisis ini, pemisahan zat dilakukan melalui pelarutan zat
dalam pelarut yang sesuai sehingga dapat ditambahkan cat pengendap
Kemudian endapan disaring, dicuci, dikering- kan, kemudian ditimbang.
Setelah dingin kemudian kadar zar ditentukan dari perhitungan faktor
stoikiometrinya.
Pada percobaan kali ini akan dilakukan analisis gravimetri untuk
penentuan Cu sebagai Cuo. Pertama dilakukan pemisaran cawan krus
diatas bunsen burner dengan bantuan kasa kawat, dan segitiga Porselen.
Pemijaran dilakukan ± Sekitar 25-30 menit. Pemijaran dilakukan untuk
memastikan cawan krus steril. Dilakukan dengan api biru agar tak pecah
dan dipastikan telah benar-benar steril. Cawan krus kemudian diangkat,
dibiarkan telebih dulu dalam suhu udara lalu didinginkan dalam desikator,
hal ini dilakukan agar sebelum ditimbang, suhu cawan krus normal. Lalu
dilakukan penimbangan, didapatkan berat cawan krus konstan sebesar
32.7113g.
Selanjutnya dilakukan preparasi sample CuSO4.5H2O. Pertama
diambil larutan Cu2+ berwarna biru tua sebanyak 10 mL, kemudian
dilakukan pengenceran dengan aquades tak berwarna sebanyak 140 mL
dan membentuk larutan 150 mL berwarna biru muda. Pengenceran
dilakukan untuk memperluas permukaan larutan yang akan mempermudah
reaksi berlangsung. Selanjutnya dilakukan penjernihan dengan H2SO4.
Karena CuSO4 akan muda terhidrolisis ketikan dilakukan penambahan
H2SO4 yang bereaksi dengan aquades. Hasilnya akan tehidrolisis menjadi
Cu(OH)2 : Cu2+(aq) + H2SO4(aq)  CuSO4 (aq) + 2H+ (aq).
Hal selanjutnya adalah penambahan NaOH agar terbentuk endapan.
Ion Cu 2+ dalam larutan tersebut akan terendap hidroksidanya setelah
penambahan basa kuat (NaOH0. Penambahan NaOh ini dilakukan hingga
larutan lewat jenuh, tujuanya agar sampel yang dihasilkan lebih akurat.
Dari penambahan tersebut didapatkan endapan biru :
CuSO4 (aq) + NaOH (aq) → Cu(OH)2 (s)↓ + Na2SO4 (aq).
Kemudian dilakukan pemanasan sample yang mengahsilkan endapan
sekaligus larutan berwarna hitam : Cu(OH)2 (s) → CuO (s) + H2O (l),
menandai terbentuknya CuO. Fenomena tersebut terjadi disebakan adanya
reaksi dekomposisi saat pembakaran. Lalu dimasukan ke dalam penangas
air agar larutan dan endapan mudah terpisah. Kemudian dilakukan filtrasi
dengan media kertas saring bebas abu, agar endapan dan larutan terpisah.
Digunakan kertas saring bebas abu, agar sampel terbebas dari abu dan
pengotor lainya ketika proses pembakaran.
Selanjutnya dilakukan pencucian endapan dengan kurang lebih 25
mL aquades. Pencucian ini dilakukan sebanyak dua kali, setelah ion S)4-
benar benar hilang. Tujuanya agar sampel benar benar murni.
Pengujian ion SO4- didalam sampel, dilakukan dengan cara
penambahan BaCl2. Tujuanya agar sampel telah dipastikan benar benar
murni.
Kemudian adalah proses pemijaran dan pengabuan. Sebelumnya
endapan telah dibiarkan agar cukup kering. Selanjutnya endapan dan
kertas saring dimasukan kedalam cawan krus dan dilakukan pembakaran
dengan bunsen burner. Tujuanya agar menguapkan air yang tersisan dalam
endapan. Setlah pembakaran selsai, dilakukan pemijaran didalam furnace
selama 2 jam dengan suhu 400 C deg. Hal ini bermaksud untuk
mengeringkan endapan dan menghilangkan abu juga kotoran lain agar
sample dipastikan benar benar murni. Jika proses telah selsai, cawan krus
diangkat dan dibiarkan di suhu udara beberapa menit sebelum akhirnya
dimasukan kedalam desikator.
Lalu dilakukan proses penimbangan dan didapat berat sample beserta
cawan krus sebesar 33,4355 g dan berat sampel 0,7242g.
Faktor kesalahan dalam praktikum kali ini adalah penambahan
H2SO4 yang berlebihan yang dapat mengakibatkan kegagalan eksperimen.
Hal ini karena tak sesuai dengan factor factor stoikiometrinya.

J. KESIMPULAN
Praktikum kali ini berjudul Gravimetri Penentuan Cu kadar Cu
dalam CuO dengan metode gravimetri. Bertujuan untuk menentukan kadar
Cu pada CuO dengan metode gravimetri. Gravimetri dilakukan dengan
cara melarutkan zat dalam pelarut yang sesuai lalu ditambahkan zat
pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan,
kemudian ditimbang setelah dingin. Setelah melakukan perlakuan tersebut,
didapat kadar Cu pada CuO sebanyak 57,850 ppm dengan massa sampel
(endapan CuO) sebanyak 0,7242 g. Dimana massa endapan CuO dari
factor gravimetri 0,5786. Identifikasi lain dalam praktikum kali ini dimulai
dari pengenceran larutan cuplikan CuSO4, penjernihan larutan dengan
H2SO4, terjadi pengendapan dan larutan lewat jenuh setelah penambahan
NaOH, dan terjadinya dekomposisi saat pemanasan sampel berlangsung.

K. DAFTAR PUSTAKA
Kopkar. (2020). Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press ; Jakarta,
Indonesia.
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press ; Jakarta, Indonesia.
Smartlab -lab Indonesia. (2017). Lembar Keselamatan Bahan. Pt. Smartlab
: Tanggerang, Indonesia.
Underwood, A,L. (2001). Analisis Kimia Kualitatif. Erlangga ; Jakarta,
Indonesia.
Vogel.A. (1979). Vogel’s Textbook of Macro and Semimacro Qualitative
Inorganic Analysis 5th Ed Revised by Svehla. Longman Group : NY,
USA.
W.Siswaningsih., Zackiyah., Fatimah., Suryatna Asep., Suhanda Hokcu.,
A.Mora., dan A.Nurhadi. (2023). Panduan Praktikum Kimia Analitik
1. Universitas Pendidikan Indonesia.

L. POSTLAB
1. Hitung kadar Cu pada cuplikan dalam milligram per liter (ppm) !
Jawab :
Kadar Cu (ppm)
= massa Cu/ V sample
= 43,8 mg/ 0,15 L
= 292 ppm

M. LAMPIRAN
a. Pemijaran cawan krus

b. Penimbangan cawan krus setelah pemijaran


c. Persiapan larutan cuplikan

d. Penambahan NaOH kedalam sample

e. Pemanasan sample

f. Penyaringan dan pencucian endapan


g. Pengujian sampel dengan BaCl2

h. Proses pengabuan

i. Pemijaran didalam furnace


j. Setelah pendinginan di desikator

k. Penimbangan sample + cawan krus + tutup

Anda mungkin juga menyukai