Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM KI203

KIMIA DASAR

GRAVIMETRI-02 PENENTUAN KADAR Cu SEBAGAI CuO


Hari/Tanggal: Jum’at, 1 Oktober 2021

Dosen Pengampu:

Dr. Soja Siti Fatimah, S.Si., M.Si.

Drs. Hokcu Suhanda, M.Si

Nama : Valensia

NIM : 2009444

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum gravimetri dalam penentuan kadar Cu sebagai
CuO agar mahasiswa dapat :
a. Mengidentifikasi prinsip-prinsip penentuan kadar Fe secara
gravimetri
b. Menentukan kadar Cu sebagai CuO

2. Dasar Teori
Garam tembaga yang paling dikenal adalah terusi atau kaprisulfat pentahidrat,
CuSO4.5H2O. Penentuan tembaga secara gravimetri dapat dilakukan dengan cara
menambahkan asam ke dalam larutan kupri dari larutan tembaga dalam suasa asam,
yang akan menghasilkan endapan biru pucat yaitu kupri hidroksida. Endapan ini
tidak melarut lagi dalam pereaksi berlebih. Bila campuran yang mengandung
endapan tersebut dididihkan, kupri hidroksida akan diubah menjadi kupri oksida
yang berwarna hitam.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlmah zat yang paling tua dan yang
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis
gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya.
Tahap pengukuran dalam mode gravimetri adalah penimbangan. Analitnya secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya.
Selain itu Analisa gravimetri merupakan suatu cara Analisa kimia k uantitatif yang
didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang didapat dari proses pemisahan
analit dari zat-zat lain dengan metode pengendapan.

Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan


dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase berat analit A terhadap sampel
dinyatakan dengan persamaan :
.

Untuk menetapkan berat analit dan berat endapan sering dihitung melalui faktor
gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1
gram berat endapan. Hasil kali berat endapan P dengan faktor gravimetri sama
dengan berat analit (Ibnu, 2005: 126).
Umumnya pengendapan dilakukan terhadap larutan asam sehingga pertikel
koloid akan bermuatan positif dan kation-kation akan kurang kuat teradsorpsi.
Karena oksida itu dapat larut dengan mudah dalam asam, pengendapan-ulang
dimanfaatkan untuk membersihkan endapan dari pengotoran yang teradsorpsi.

3. Alat dan Bahan


No. Alat Bahan
1. Cawan krus Larutan Cu2+
2. Tang krus H2SO4 1 M
3. Neraca analitik Larutan NaOH 1 M
5. Gelas kimia 400 mL Larutan BaCl2
6. Kaki tiga Kertas saring bebas abu
7. Pipet tetes
8. Segitiga porselen
9. Pembakar Bunsen
10. Desikator
11. Pipet volume 10 mL
12. Gelas ukur 10 mL
13. Kasa
14. Plat tetes
15. Batang pengaduk
16. Furnische
17. Botol semprot
18. Corong
19. Ball pipet
20. Furnische

4. Prosedur, Hasil dan Pengamatan

Prosedur Persamaan Reaksi Kimia


Panaskan cawan krus,sampai pijar


Dinginkan dalam desikator


Timbang


Ulangi sampai beratnya konstan.


Pipet 10 mL Cuplikan ke dalam gelas
kimia dan encerkan sampai 150 mL

Bila kurang jernih tambahkan beberapa tetes
H2SO4

+ tetes demi tetes NaOH sampai Cu
mengendap

Panaskan campuran sambil diaduk dan
warnanya berubah menjadi hitam


Lakukan dekantasi, lalu endapannya
disaring


Cuci endapan dengan aquades


Teteskan 2-3 air hasil pencucian ke atas
plat ttetes, lalu uji air tersebut dengan
BaCl2


Teteskan 2-3 aquades yang digunakan
untuk mencuci endapan


Jika muncul endapan putih maka dalam
endapan masih tersapat SO42-


Cuci kembali endapan hingga bebas dari
ion SO42-


Keringkan kertas saring dan endapan


Abukan dan pijarkan dalam cawan yang
telah diketahui beratnya tadi di atas bunsen

Lakukan pemijaran dalam furnace
(T=400oC)


Lakukan pendinginan dalam desikator dan
penimbangan beberapa kali hingga
beratnya konstan

5. Diagram Alir Prosedur Praktikum


6. Tabel Pengamatan
NO. Kegiatan Hasil Pengamatan

1. Pemipetan cuplikan dan


setelah diencerkan

2. Penambahan beberapa tetes


H2SO4 bila larutan kurang
jernih

3. Penambahan NaOH

4. Pencucian endapan hingga


bebas dari ion SO42-

5. Pendinginan dalam desikator


dan penimbangan beberapa
kali sampai beratnya konstan

7. Pra Lab
1. Mengapa proses pendinginan dilakukan dalam desikator?
Jawab : karena desikator merupakab alat untuk menghilangkan kadar air
dalam suatu bahan lalu pada bagian atas desikator terdapat tempat yang
menjadi pengering dari bahan yang akan diuapkan

2. Mengapa larutan cuplikan harus diencerkan?


Jawab : agar dapat menjamin keseragaman dosis dam memiliki ketelitian yang
baik jika larutan diencerkan atau dicampur
3. Mengapa ke dalam larutan cuplikan ditambah H2SO4?
Jawab : Sebagai pengubah suasana dalam larutan menjadi suasana asam

4. Senyawa apa yang berwarna hitam pada proses pengendapan?


Jawab : Senyawa CuO

5. Bagaimana menguji keberadaan ion SO42-?


Jawab : Pada saat pencucian endapan menggunakan aquades air bekas
pencucian di uji dengan cara meneteskan beberapa tetes larutan BaCl2 jika
muncul endapan maka endapan tersebut masih mengandung ion SO42- jika
tidak maka endapan sudah bebas dari ion SO42-

6. Apa fungsi penambahan NaOH? Bagaimana kalau diganti dengan NH4OH?


Jawab : Fungsi NaOH adalah sebagai pereaksi agar terbentuk endapan bitu
tembaga(II)hidroksida (Cu(OH)2) . Jika diganti dengan NH4OH kurang bisa
dapat digunakan untuk mengendapkan Cu, karena NH4OH merupakan basa
lemah.

7. Bagaimana mengetahui bahwa Cu2+ sudah mengendap semua?


Jawab : terbentuk endapan biru Cu(OH)2, tidak larut dalam reagensia
berlebihan, dan jika dipanaskan endapan berubah menjadi hitam dari CuO

8. Suatu cuplikan mengandung 9,20% timah; 5,45% timbal; 4,30% seng dan
81,05% tembaga. Unsur-unsur ini ditetapkan secara gravimetri dengan
menimbang endapan SnO2, PbSO4, CuO dan Zn2P2O7. Cuplikan yang
dianalisa beratnya 0,600 g, berapa berat masing-masing?
Jawab :

Diketahui ;

Kandungan dalam cuplikan


Timah = 9,2%

Timbal = 5,45%

Seng = 4,3%

Tembaga = 81,05%

Cuplikan beratnya 0,600 gram

endapan SnO2, PbSO4, CuO dan Zn2P2O7

Ditanya berat masing-masing ?

SnO2 ; Timah = 9,2%

%𝑇𝑖𝑚𝑎ℎ
Berat timah = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%

9,2
= 100 × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,0552 gram

PbSO4 ; Timbal = 5,45%

%𝑇𝑖𝑚𝑏𝑎𝑙
Berat timbal = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%

5,45
= × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

= 0.0327 gram

Zn2P2O7 ; Seng = 4,3%

%𝑆𝑒𝑛𝑔
Berat seng = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%

4,3
= 100 × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,0258 gram

CuO ; Tembaga = 81,05%

%𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
Berat tembaga = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%
81,05
= × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

= 0,4863 gram

9. Pembahasan
10. Kesimpulan
11. Daftar Pustaka
Ibnu, M.Shodiq. 2005. Kimia Analitik I. Malang : Universitas Negeri Malang.

Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta:
PT. Kalman Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai