KIMIA DASAR
Dosen Pengampu:
Nama : Valensia
NIM : 2009444
2. Dasar Teori
Garam tembaga yang paling dikenal adalah terusi atau kaprisulfat pentahidrat,
CuSO4.5H2O. Penentuan tembaga secara gravimetri dapat dilakukan dengan cara
menambahkan asam ke dalam larutan kupri dari larutan tembaga dalam suasa asam,
yang akan menghasilkan endapan biru pucat yaitu kupri hidroksida. Endapan ini
tidak melarut lagi dalam pereaksi berlebih. Bila campuran yang mengandung
endapan tersebut dididihkan, kupri hidroksida akan diubah menjadi kupri oksida
yang berwarna hitam.
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlmah zat yang paling tua dan yang
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis
gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya.
Tahap pengukuran dalam mode gravimetri adalah penimbangan. Analitnya secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya.
Selain itu Analisa gravimetri merupakan suatu cara Analisa kimia k uantitatif yang
didasarkan pada prinsip penimbangan berat yang didapat dari proses pemisahan
analit dari zat-zat lain dengan metode pengendapan.
Untuk menetapkan berat analit dan berat endapan sering dihitung melalui faktor
gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1
gram berat endapan. Hasil kali berat endapan P dengan faktor gravimetri sama
dengan berat analit (Ibnu, 2005: 126).
Umumnya pengendapan dilakukan terhadap larutan asam sehingga pertikel
koloid akan bermuatan positif dan kation-kation akan kurang kuat teradsorpsi.
Karena oksida itu dapat larut dengan mudah dalam asam, pengendapan-ulang
dimanfaatkan untuk membersihkan endapan dari pengotoran yang teradsorpsi.
↓
Dinginkan dalam desikator
↓
Timbang
↓
Ulangi sampai beratnya konstan.
↓
Pipet 10 mL Cuplikan ke dalam gelas
kimia dan encerkan sampai 150 mL
↓
Bila kurang jernih tambahkan beberapa tetes
H2SO4
↓
+ tetes demi tetes NaOH sampai Cu
mengendap
↓
Panaskan campuran sambil diaduk dan
warnanya berubah menjadi hitam
↓
Lakukan dekantasi, lalu endapannya
disaring
↓
Cuci endapan dengan aquades
↓
Teteskan 2-3 air hasil pencucian ke atas
plat ttetes, lalu uji air tersebut dengan
BaCl2
↓
Teteskan 2-3 aquades yang digunakan
untuk mencuci endapan
↓
Jika muncul endapan putih maka dalam
endapan masih tersapat SO42-
↓
Cuci kembali endapan hingga bebas dari
ion SO42-
↓
Keringkan kertas saring dan endapan
↓
Abukan dan pijarkan dalam cawan yang
telah diketahui beratnya tadi di atas bunsen
↓
Lakukan pemijaran dalam furnace
(T=400oC)
↓
Lakukan pendinginan dalam desikator dan
penimbangan beberapa kali hingga
beratnya konstan
3. Penambahan NaOH
7. Pra Lab
1. Mengapa proses pendinginan dilakukan dalam desikator?
Jawab : karena desikator merupakab alat untuk menghilangkan kadar air
dalam suatu bahan lalu pada bagian atas desikator terdapat tempat yang
menjadi pengering dari bahan yang akan diuapkan
8. Suatu cuplikan mengandung 9,20% timah; 5,45% timbal; 4,30% seng dan
81,05% tembaga. Unsur-unsur ini ditetapkan secara gravimetri dengan
menimbang endapan SnO2, PbSO4, CuO dan Zn2P2O7. Cuplikan yang
dianalisa beratnya 0,600 g, berapa berat masing-masing?
Jawab :
Diketahui ;
Timbal = 5,45%
Seng = 4,3%
Tembaga = 81,05%
%𝑇𝑖𝑚𝑎ℎ
Berat timah = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%
9,2
= 100 × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0552 gram
%𝑇𝑖𝑚𝑏𝑎𝑙
Berat timbal = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%
5,45
= × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
= 0.0327 gram
%𝑆𝑒𝑛𝑔
Berat seng = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%
4,3
= 100 × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0258 gram
%𝑇𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
Berat tembaga = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100%
81,05
= × 0,600 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
= 0,4863 gram
9. Pembahasan
10. Kesimpulan
11. Daftar Pustaka
Ibnu, M.Shodiq. 2005. Kimia Analitik I. Malang : Universitas Negeri Malang.
Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta:
PT. Kalman Pusaka.