Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANALITIK II

PERCOBAAN III
TITRASI PERMANGANOMETRI

Disusun Oleh :
Dian Nurhalifah (190621012)
Nama Kelompok :
Anita Fatimatuzzahra
Susanti
Dosen Pengampu :
Tania Avianda Gusman, M.Sc Ph.D

PROGRAM STUDI STRATA 1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2023
I. Judul Percobaan : Permanganometri

II. Tujuan Percobaan : Menentukan kadar FeSO4 di dalam sampel


padatan.

III. Teori Dasar


Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan prinsipoksidasi
reduksi dan digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana
asam sulfat encer. Larutan bakuyang digunakanadalah larutan KMnO4
(Raymond, 2007).
Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang
menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan
suatu metode yang sering digunakan karena permanganometri memiliki
kelebihan antara lain Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak
memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau. Adapun
kekurangan dari metode ini adalah larutan ini tidak stabil dalam
penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Mursyidi, 2006
dalam Putra, 2016).
Kelemahan dari kalium permananganat adalah dalam medium HCI
CI dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang
terbatas, biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O E-151 v

Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur


ruang. Untuk mempercepat perlu pemanasan. (Khophar, 2007:53)
Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (
70°C) untuk mempercepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah
mantap untuk beberapa saat yang menandakan reaksi berlangsung lambat.
Pada pembuatan titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat
karena ion mangan (11) yang terjadi berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi Selanjutnya titran dapat ditambahkan lebih cepat
sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai pada tetesan dimana warna
merah menjadi warna merah jambu.
Satu tetes 0.1 N permanganat memberikan warna merah muda yang
jelas pada volume. dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna mi dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen
tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan
dapat ludir dalam kondisi kondisi oksidasi +2:++3, +4; to dan 7. Reaksi yang
paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan larutan yang bersifat amat asam, 0.1 N atau lebih. MnO4
+8H+ +5e- ↔ Mn2+ +4H2O E° = -+ 1.51V (Underwood, 2002)
Asam Sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai
pelanatnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan akan
terjadi reaksi seperti di bawah ini: 2MnO4- + 16H+ +10Cl ↔ -2Mn+ + 5Cl2;+
8H2O. Dengan demikian, sebagian permanganatnya digunakan untuk
pembentukan klorin. Reaksi ini tentana terjadi dengan garam-garam besi.
Adanya mangan dioksida dapat mempercepat peruraian permanganat
karena mangan dioksida tersebut memperbanyak pembentukan mangan
dioksida sehingga peruraian bertambah cepat. Ton-ion mangan juga dapat
beraksi dengan permanganate membentuk mangan dioksida menurut
reaksi: 2MnO4-+ 2H2O ↔ 4MnO2 + 3O2 + 4OH Dan sebagaimana dijelaskan
diatas, reaksi ini dikatalisis pleh MnQ, padut. Kalium permanganit jika
digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkali kuat, maka adu 2
kemungkinan reaksi yaitu pertama: reaksi yang berjalan relatif cepat 2MnO4
+ e- ↔ MnO2 + 4OH potensial standar renkasi yang pertama E° = 0.56 volt,
sedangkan pada reaksi kedua sebesar 0,60 voll. Dengan mengatur sisama
sebaik-baiknya (misalnya menambah son barium yang dapat membentuk
endapan barium manganat) maka reaksi pertama dapat berjalan baik sekali
(Syarif, 2012)

IV. Prinsip Percobaan : titrasi permanganometri adalah salah satu bagian


dari titrasi redoks. Reaksinya adalah merupakan serah terima elektron
yatu elektron diberikan oleh pereduksi dan diterima oleh pengoksidasi.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai autoindikator. Perlu
diketahui kalium permanganat sebelum digunakan harus distandarisasi
dulu dengan suatu zat reduktor seperti asam oksalat.Terjadinya reaksi
redoks antara ion permanganat dengan ion ferro (Fe 2+) dimana selain
sebagai oksidator, kalium permanganat juga merupakan indikator titik
akhir titrasi.

V. Alat dan Bahan


V.1. Bahan

a. Larutan standar primer Asam Oksalat (H2C2O4) 0,1 N


b. Larutan standar sekunder KMnO4 0,1 N
c. Larutan H2SO4 4 N (22,22 mL dalam 100 mL)
d. Sampel yang mengandung FeSO4

V.2. Alat
d. Karet penghisap
a. Buret 50 ml
e. Batang pengaduk
b. Labu ukur 50 ml f. Rantang
c. Pipet tetes

VI. Cara Kerja


VI.1 Pembuatan Larutan Standar Primer

Menyiapkan alat dan bahan


yang akan digunakan Menimbang 0,63
seperti : Labu ukur, gram Asam Oksalat
timbangan, serbuk Asam dihidrat (CH2C2O4.
Oksalat dihidrat (CH2C2O4. 2H2O)
2H2O), dan Aquades.

Dilarutkan dengan
aquades ke dalam
labu ukur 100 mL
lalu homogenkan.

VI.2 Pembuatan Larutan Standar Sekunder

Menyiapkan alat dan bahan Menimbang serbuk KMnO4


yang akan digunakan sebanyak 0, 316 gram lalu
seperti : Labu ukur, ditambahkan 20 mL
timbangan, serbuk KMnO4, aquades lalu didihkan
Botol Cokelat, pemanas, selama 15 menit
dan Aquades.

Larutan tersebut diangkat


lalu diencerkan dengan
aquades panas sampai 100
mL. diamkan selama satu
malam.
Saring dengan gelas
woll, disimpan pada
botol cokelat.

VI.3 Pembuatan Larutan Sampel

Menyiapkan alat dan bahan


Menimbang serbuk FeSO4
yang akan digunakan
sebanyak 2,5 gram lalu
seperti : Labu ukur,
diencerkan dengan aquades
timbangan, serbuk FeSO4,
dalam labu ukur 100 mL.
dan Aquades.

VI.4 Standarisasi Larutan


VI.5 Penetapan Kadar Sampel

Keterangan : Kotak = Alat dan bahan


Tanda panah = Arah pengerjaan selanjutnya
Oval = Langkah Kerja

VII. Data Hasil Percobaan Titrasi dan Pembahasan


a. Penentuan Konsentrasi KMnO4

I II III Rata-rata

Titik akhir 14,1 mL 18,5 mL 19,25 mL 17,2 mL

Titik awal 0 14,1 mL 18,5 mL 12,5 mL


selisih 14,1 mL 9,7 mL 0,1 mL 7,2 mL

b. Penentuan Kadar FeSO4

I II III Rata-rata

Titik akhir 12,9 mL 9,7 mL 12 mL 11,5 mL

Titik awal 0 12,9 mL 0 12,9 mL

selisih 12,9 mL 3,2 mL 12 mL 9,3 mL

 Standarisasi larutan KMnO4


V KMnO4 = 7,2 Ml
Mr KMnO4 = 158 gr/mol
N H2C2O4 = 0,1 N
𝑉 𝐻2𝐶2𝑂4 𝑋 𝑁 𝐻2𝐶2𝑂4
N KMnO4 =
𝑉 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑀𝑛𝑂4
10 𝑚𝐿 𝑋 01 𝑁
N KMnO4 = = 0,1388 N
7,2 𝑚𝐿

 Penetapan [FeSO4]
Diketahui :
N KMnO4 = 0,138 N
V FeSO4 = 9,3 Ml
N Fe2+ = ?
𝑉 𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 𝑁𝐾𝑀𝑛𝑂4
N Fe2+ = 𝑉 𝐹𝑒2+
7,2 𝑚𝐿 𝑥 0,1388 𝑁
N Fe2+ = = 0,1068 N
9,3 𝑚𝐿

 Penetapan kadar Fe2+


N Fe → M Fe x 2e
FeSO4 → Fe2+ + SO42-
N Fe2+ = 0,1068 N → 2 x 0,1068 = 0,336 M
𝑀𝑜𝑙
M Fe2+ = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝑜𝑙
0,336 N = 0,1 𝐿

Mol = 0,0336
Gram = mol x Mr
Gram = 0,0336 x 56
Gram = 1,88 gram
Jadi massa Fe adalah 1,88 gram
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% Fe2+ = x 100 %
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1,88 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 %
2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,75 %

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat


dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai titrat dan biasanya diletakkan di dalam
erlenmeyer sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai titran atau larutan standar dan biasanya diletakkan di dalam buret.
Baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan (Basset, 1991).

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan tentang titrasi


permanganometri. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pembakuan/
standarisasi kalium permanganat dan yang kedua penentuan kadar FeSO
Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.
Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indicator, karena mampu
bertindak sebagai indikator. Permanganat dengan asam oksalat, dengan
adanya asam sulfat, menghasilkan gas karbon dioksida:

2MnO4 - + 5(COO)2 ²- + 16 H+ → 10CO2 + + 2Mn2+ + 8H2O

Reaksi ini lambat pada suhu kamar, tetapi menjadi cepat pada 60°C.
maka diperlukan pemanasan pada saat dititrasi, dalam praktikum ini
praktikan memanaskan air terlebih dahulu yang nantinya diletakkan
dibawah erlenmeyer pada saat proses titrasi berlangsung
Ion mangan(II) mengkatalisis reaksi ini; jadi, reaksi ini adalah otokatalitik;
sekali ion mangan(II) telah terbentuk, reaksi menjadi semakin cepat. Pada
proses titrasi permanganometri tidak perlu ditambahkan indikator untuk
mengatahui terjadinya titik ekivalen, karena MnO4 yang berwarna ungu
dapat berfungsi sebagai indikator sendiri (auto indikator). Titik akhir titrasi
adalah saat larutan berwarna merah bata.

Pada saat titrasi yang melibatkan kalium permanganat sebaiknya


digunakan alat gelas (buret, botol penyimpanan larutan) yang berwarna
gelap. karena dikhawatirkan kalium permanganat yang sedang digunakan,
terurai oleh cahaya, sehingga apabila tidak ada botol ataupun alat gelas
yang gelap. sebaiknya digunakan penutup (bisa berupa alumunium foil
ataupun plastik hitam) untuk membungkus alat gelas bening tersebut agar
kedap cahaya.
Pada saat penentuan konsentrasi kalium permanganat, digunakan
asam oksalat sebagai zat baku primer. Asam oksalat dikatakan zat baku
primer dikarenakan asam oksalat merupakan zat yang stbil, memiliki Mr
tinggi dan memiliki kriteria lainnya sebagai standar primer. Asam oksalat
dapat bereaksi dengan kalium permanganat dengan reaksi:

Karena asam oksalat merupakan asam organik, asam oksalat


bereaksi lambat dengan kalium permanganat, sehingga dalam proses
titrasinya harus dalam keadaan panas, agar lebih mudah melakukan titrasi
dan mencegah kesalahan penentuan Titik Akhir yang diakibatkan oleh
lamanya reaksi antara asam oksalat dan kalium permanganat.

Penentuan kadar Fe dalam FeSO4 dilakukan dengan pembuatan


larutan terlebih dahulu. Larutan kemudian dipanaskan untuk
menghilangkan adanya ion-ion pengganggu atau pengotor yang dapat
mempengaruhi hasil yang akan dicapai.

Selanjutnya dilakukan titrasi dengan KMnO4 hingga mencapai


volume tertentu yang dapat ditandai dengan perubahan warna. Titrasi
dilakukan sampai warna larutan yang awalnya tidak berwarna menjadi
merah bata.
VIII. Kesimpulan

Setelah dilakukan percobaan maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa :


1. Proses permanganometri dilakukan dengan titrasi antara H2S2O4 dan
H2SO4 pada laruan baku KMnO4 serta titrasi antara FeSO4 dan H2SO4
pada larutan baku KMnO4.
2. Pada titrasi permanganometri tidak dibutuhkan indikator karena
KMnO4 berperan sebagai larutan baku sekaligus sebagai indikator yang
berfungsi dalam tanda titik akhir titrasi.
3. Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil dari nilai
normalitas rata-rata KMnO4 sebesar 0,1388 N.
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatakan hasil dari
nilai kadar sampel FeSO4 rata-rata sebesar 0,75 %
IX. Daftar Pustaka

Basset, J. (1991). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif


Anorganik.Diterjemahkan dari Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic
AnalysisIncluding Elementary Instrumental Analysis Fourth Edition Oleh
Hadyana.
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:
Jakarta.
Mursyidi, Ibnu., dan Rohman, Abdul. 2006. Pengantar Kimia Farmasi
Analisis Volumetri dan Gavimetri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pitaloka, Vidya Pegi. 2017. (Online). Laporan Praktikum Kiminal
(Permanganometri). Tersedia : https://www.scribd.com . diakses pada 20
Februari 2023.
Raymond. 2007. Kimia Dasar: Erlangga: Jakarta
Syarif, Hamdani. Dkk. 2012. Panduan Praktikum Kimia Analitis. Universitas
Negeri Makasar. Makasar.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga: Jakarta.
X. Dokumentasi :

Pengambilan Larutan Sebelum dititrasi


Pemberian Indikator

Proses Titrasi Sesudah dititrasi

Cirebon, 21 Februari 2023

Dosen Pengampu Praktikan

Tania Avianda Gusman, M.Sc Ph.D Dian Nurhalifah

Anda mungkin juga menyukai