Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Acara : 5

Penyaringan dan Titrasi

Disusun oleh :

Nama : Jessica Agustina

No. Mhs : 200802169

Hari/Tanggal : Kamis, 1 Oktober 2020

Asisten : 1. Maria Danis Oktaviani Rosari

2. Tisha Theone

LABORATORIUM TEKNOBIO PANGAN


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2020
KREDIT NILAI LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Acara : Penyaringan dan Titrasi

NILAI NILAI NILAI


NO KRITERIA MAKSIMAL REVISI I ACC
I PENDAHULUAN

JUDUL PERCOBAAN 5 5

TUJUAN PRAKTIKUM 5 5

HASIL DAN
II 60 59,9
PEMBAHASAN

III KESIMPULAN 10 9,5

IV DAFTAR PUSTAKA 20 19,6

JUMLAH 100+1 100

Nama Mahasiswa : Jessica Agustina


No Mhs : 200802169
Golongan :B

Mengetahui,

Asisten Praktikan

(Maria Danis Oktaviani Rosari) (Tisha Theone) (Jessica Agustina)


I. PENDAHULUAN

A. Judul 5
Penyaringan dan Titrasi

B. Tujuan 5
1. Mengetahui cara penyaringan suatu larutan menggunakan kertas saring.
2. Mengetahui cara melakukan titrasi.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah penyaringan.
4. Mengetahui perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah titrasi.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Filtrasi merupakan suatu proses pemisahan solid dan liquid dengan cara
meletakkan liquid melalui suatu media berpori atau bahan berpori untuk
menghilangkan atau menyingkirkan butiran-butiran halus solid dari larutan solid-
liquid (Widyastuti dan Sari, 2011). Prinsip filtrasi yaitu penyaringan zat padat dari
fluida (cairan atau gas) menggunakan suatu medium berpori. Fluida akan
melewati media dan zat padat halus yang tersuspensi dan koloid akan tertinggal
(Setiawan dkk., 2015).
Filtrasi seringkali digunakan dalam percobaan laboratorium. Tujuan
filtrasi adalah untuk melakukan pemisahan zat padat, baik yang tersuspensi
maupun koloid dari fluida dengan menggunakan media berpori. Filtrasi juga dapat
menghilangkan zat padat, kandungan bakteri, warna, rasa, dan bau (Widyastuti
dan Sari, 2011).
Kegiatan filtrasi dilakukan dengan alat filtrasi dengan urutan filter yang
dipasangkan kertas saring, selanjutnya kapas, kain kasa, dan kawat saring (Murad
dkk., 2019). Peralatan lain yang digunakan adalah beaker glass, stirrer, pipet, dan
timbangan digital (Setiawan dkk., 2015). Menurut Mubarok dan Yahya (2018),
reaksi antara Pb-asesat dan asam sulfat dapat menyebabkan Pb-asetat menjadi Pb-
sulfat dengan reaksi sebagai berikut:
Pb(CH3COO)2(s) + H2SO4(aq)  PbSO4(s) + 2CH3COOH(aq)
Percobaan pada laboratorium seringkali memerlukan data molaritas
larutan. Contohnya, ketika ilmuwan lingkungan mengambil sampel air sungai
untuk mengetahui keamanan air tersebut untuk diminum, konsentrasi Pb2+, Hg2+,
ataupun logam berat lainnya harus diketahui. Konsentrasi tersebut dapat
ditentukan melalui proses titrasi. Tritrasi memang bertujuan untuk mendapatkan
data konsentrasi larutan yang belum diketahui (Malone, 2011).
Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi larutan yang molaritasnya
belum diketahui dengan penambahan larutan lain yang molaritasnya telah
diketahui. Prinsip titrasi adalah dengan menambahkan asam ke basa atau
sebaliknya secara bertahap sedikit demi sedikit hingga reaksi antara kedua larutan
selesai. Titran merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan
yang dititrasi dan belum diketahui konsentrasi disebut titrat (Hren dan Mikulecky,
2017).
Titrasi memerlukan penambahan indikator berupa senyawa yang berfungsi
untuk memberikan petunjuk visual, seperti perubahan warna pada indikator
phenolphthalein. Jika indikator berubah warna, maka titrasi telah berada pada titik
akhirnya. Titik akhir adalah keadaan ketika keseimbangan stoikiometri terjadi
antara larutan atau keadaan ketika reaksi telah berakhir (Malone, 2011). Menurut
Chandra (2016), jenis-jenis titrasi ada 4, yaitu:
1. Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa menggunakan metode yang didasarkan pada reaksi asam
basa. Indikator yang biasa digunakan adalah yang dapat menunjukkan
perubahan warna pada pH tertentu. Contoh titrasi basa kuat dengan asam kuat
adalah titrasi NaOH dengan HCl. Menurut Tansil dkk. (2016) reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(s)
2. Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri digunakan dalam reaksi pengendapan. Secara umum,
metode titrasi argentometri ada tiga macam. Metode Mohr menandai titik
akhir titrasi adalah tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Metode Volhard
menggunakan indikator yang akan bereaksi dengan kelebihan larutan standar
membentuk ion kompleks dengan warna tertentu. Metode Fajans
menggunakan indikator adsorpsi.
3. Titrasi Redoks
Titrasi redoks memanfaatkan reaksi redoks dalam proses titrasi. Secara
umum, terdapat 3 jenis reaksi redoks. Titrasi iodometri menggunakan I 2 dan
merupakan jenis reaksi tidak langsung. Titrasi iodimetri menggunakan I2
dengan reaksi langsung. Titrasi permanganometri memanfaatkan ion Mn2+.
4. Titrasi Kompleksasi
Titrasi kompleksasi adalah titrasi dengan pembentukan ion kompleks.
Indikator yang digunakan akan bereaksi dengan kelebihan titran dan
menunjukkan perubahan warna. Dalam titrasi ini ada banyak hal yang harus
ditimbang dan diperhatikan karena pembentukan ion kompleks bersifat
spesifik pada kondisi tertentu.
Proses titrasi dapat divisualisasikan menggunakan grafik dengan kurva
titrasi yang menunjukkan interaksi konsentrasi antara kedua larutan. Pada titik
ekuivalen, jumlah basa yang ada sama dengan jumlah asam yang ada dalam
larutan. Titik ekuivalen pada indikator seperti fenolftalein akan ditandai dengan
perubahan warna yang terjadi (Hren dan Mikulecky, 2017). Contoh kurva titrasi
diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Titrasi larutan NaOH (Hren dan Mikulecky, 2017).


LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Cara kerja untuk penyaringan adalah Pb-asesat diambil sebanyak 5 mL


dengan propipet dan pipet ukur, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. H2SO4
0,1 N diambil sebanyak 5 mL dengan propipet dan pipet ukur, lalu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Warna, bau, dan keberadaan endapan pada larutan diamati
dan dicatat. Warna, bau, dan keberadaan endapan pada larutan terjadi karena
reaksi seperti berikut.
Pb(CH3COO)2(s) + H2SO4(aq)  PbSO4(s) + 2CH3COOH(aq)
(Mubarok dan Yahya, 2018)
Kertas saring dilipat menjadi seperempat bagian, corong kaca dibasahi
dengan akuades agar kertas saring dapat menempel di corong kaca. Kertas saring
diletakkan di atas corong kaca dan dibawahnya terdapat erlenmeyer sebagai
penampung. Corong kaca berfungsi untuk membantu memasukkan larutan ke
dalam erlenmeyer, sedangkan kertas saring berfungsi untuk memisahkan endapan
dengan cairan yang melewati kertas saring. Larutan Pb-asesat + H2SO4 dituang ke
dalam erlenmeyer melalui kertas saring, lalu warna, bau, dan keberadaan endapan
diamati dan dicatat. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Penyaringan Pb-asesat + H2SO4
Parameter Sebelum Penyaringan Setelah Penyaringan
Warna Putih keruh Bening
Bau Asam Asam tidak menyengat
Endapan Terdapat endapan Tidak terdapat endapan

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa sebelum penyaringan, larutan


Pb-asesat + H2SO4 berwarna putih keruh, berbau seperti asam, dan terdapat
endapan. Setelah disaring, larutan Pb-asesat + H2SO4 berwarna bening, bau asam
tidak menyengat, dan tidak terdapat endapan. Bau yang muncul disebabkan oleh
CH3COOH, sementara warna yang putih disebabkan karena adanya senyawa
PbSO4 hasil reaksi. Warna yang bening setelah disaring disebabkan karena larutan
Pb-asesat + H2SO4 telah disaring. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widyastuti
dan Sari (2011), bahwa tujuan penyaringan adalah untuk melakukan pemisahan
zat padat, baik yang tersuspensi maupun koloid dari fluida dengan menggunakan
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

media berpori, lalu filtrasi juga dapat menghilangkan zat padat, kandungan
bakteri, warna, rasa, dan bau.
Cara kerja untuk titrasi adalah NaOH 0,1 N dituang ke dalam buret hingga
tanda batas 50 mL. NaOH 0,1 N berfungsi sebagai titran. HCl diambil sebanyak
10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Percobaan titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan. Indikator phenolphthalein dimasukkan ke dalam
erlenmeyer sebanyak 4 tetes, kemudian digojog hingga homogen. Larutan tersebut
dititrasi hingga terbentuk warna merah muda. Reaksi saat titrasi adalah sebagai
berikut.
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(s)
(Tansil dkk., 2016)
Volume titran yang digunakan dicatat dan normalitas HCl dihitung. HCl
berfungsi sebagai titrat dan indikator phenolphthalein berfungsi sebagai penunjuk
saat titrasi mencapai titik akhir titrasi. Erlenmeyer digoyang-goyangkan selama
proses titrasi untuk menghomogenkan larutan agar titik akhir titrasi dapat diamati.
Jenis titrasi yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah titrasi alkalimetri, yaitu
titrasi yang menggunakan basa sebagai titrannya. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Titrasi HCl dengan NaOH
Ulangan Warna Warna Volume Normalitas
Sebelum Setelah Titran (mL) HCl (N)
Titrasi Titrasi
1 Bening Merah muda 13,2 0,132
2 Bening Merah muda 13,3 0,133
3 Bening Merah muda 13,4 0,134
Rata-rata 13,3 0,133

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa warna awal HCl sebelum


dititrasi adalah bening, setelah dititrasi dengan NaOH menjadi warna merah
muda. Warna akhir ini ditentukan oleh indikator phenolphthalein yang
menunjukkan titik akhir titrasi. Rata-rata volume titran yang digunakan adalah
13,3 mL dan rata-rata normalitas HCl adalah 0,133 N. Normalitas ini diperoleh
dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
V1N1 = V2N2
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Normalitas HCl dapat dicari dengan cara titrasi, hal ini sesuai dengan
pernyataan Hren dan Mikulecky (2017). Mereka menyatakan bahwa titrasi adalah
proses penentuan konsentrasi larutan yang molaritasnya belum diketahui dengan
penambahan larutan lain yang molaritasnya telah diketahui. Titrasi bertujuan
untuk mendapatkan data konsentrasi larutan yang belum diketahui (Malone,
2011).
Indikator yang digunakan dalam praktikum ini adalah indikator
phenolphthalein. Indikator ini berfungsi untuk menunjukkan perubahan warna
saat titrasi mencapai titik akhir titrasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Malone
(2011), bahwa fungsi indikator phenolphthalein adalah untuk memberikan
petunjuk visual, seperti perubahan warna. Jika indikator berubah warna, maka
titrasi telah berada pada titik akhirnya.
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

III. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh


kesimpulan, bahwa:
1. Cara penyaringan suatu larutan menggunakan kertas saring adalah kertas
saring dilipat menjadi seperempat bagian, lalu ditempelkan pada corong kaca
yang sudah dibasahi akuades. Kertas saring diletakkan di atas corong kaca dan
dibawahnya terdapat erlenmeyer sebagai penampung. Kertas saring berfungsi
untuk memisahkan endapan dengan cairan yang melewati kertas saring.
Larutan dituang ke dalam erlenmeyer melalui kertas saring, lalu warna, bau,
dan keberadaan endapan diamati dan dicatat.
2. Cara melakukan titrasi adalah NaOH 0,1 N sebagai titran dituang ke dalam
buret hingga tanda batas. HCl sebagai titrat diambil sebanyak 10 mL dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Percobaan titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan. Indikator phenolphthalein dimasukkan ke dalam erlenmeyer
sebanyak 4 tetes, kemudian digojog hingga homogen. Larutan tersebut
dititrasi perlahan-lahan hingga terbentuk warna merah muda yang
menunjukkan bahwa titrasi sudah mencapai titik akhir.
3. Perubahan yang terjadi pada proses penyaringan yakni sebelum penyaringan,
larutan Pb-asesat + H2SO4 berwarna putih keruh, berbau seperti asam, dan
terdapat endapan. Setelah disaring, larutan Pb-asesat + H2SO4 berwarna
bening, bau asam tidak menyengat, dan tidak terdapat endapan.
4. Perubahan yang terjadi pada proses titrasi adalah warna awal HCl sebelum
dititrasi adalah bening, setelah dititrasi dengan NaOH menjadi warna merah
muda. Warna ini ditentukan oleh indikator phenolphthalein yang
menunjukkan titik akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA 19,6

Chandra, C. 2016. Pengolahan air sumur di diploma teknik Universitas


Diponegoro menjadi air aquades dengan menggunakan teknologi sand filter
dan reverse osmosis. Disertasi S-3. Fakultas Teknik Universitas
Dipenogoro, Semarang.

Hren, C. dan Mikulecky, P. J. 2017. Chemistry Workbook For Dummies, 3rd


edition. Wiley Professional Development (P&T), Hokoben.

Malone, L. 2011. Basic Concepts of Chemistry, 9th edition. Wiley Global


Education US, Kendalville.

Mubarok, Z. dan Yahya, Y. 2018. Studi perilaku pelindian timbal dari bijih galena
nanggung Kabupaten Bogor dalam larutan asam asetat dan oksidator
hidrogen peroksida. Metalurgi 29 (1): 51-62.

Murad, M., Sukmawaty, S., dan Sabani, R. 2019. Introduksi teknologi tepat guna
teknik filtrasi pada pembuatan minyak kelapa tradisional (minyak jeleng) di
Desa Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ilmiah
Abdi Mas TPB Unram 1 (2): 28-32.

Setiawan, D. A., Argo, B. D., dan Hendrawan, Y. 2015. Pengaruh konsentrasi dan
preparasi membran terhadap karakterisasi membran kitosan. Jurnal
Keteknikan pertanian tropis dan Biosistem 3 (1): 95-99.

Tansil, Y., Belina, Y., dan Widjaja, T. 2016. Produksi garam farmasi dari garam
rakyat. Jurnal Teknik ITS 5 (2): 80-84.

Widyastuti, S. dan Sari, A. S. 2011. Kinerja pengolahan air bersih dengan proses
filtrasi dalam mereduksi kesadahan. WAKTU 9 (1): 43-54.
LAMPIRAN +1

Perhitungan Titrasi Pengulangan 1

Perhitungan Titrasi Pengulangan 2

Perhitungan Titrasi Pengulangan 3

Rata-rata Volume Titran

Rata-rata Normalitas

Anda mungkin juga menyukai