KIMIA DASAR
Acara : 5
Disusun oleh :
2. Tisha Theone
JUDUL PERCOBAAN 5 5
TUJUAN PRAKTIKUM 5 5
HASIL DAN
II 60 59,9
PEMBAHASAN
Mengetahui,
Asisten Praktikan
A. Judul 5
Penyaringan dan Titrasi
B. Tujuan 5
1. Mengetahui cara penyaringan suatu larutan menggunakan kertas saring.
2. Mengetahui cara melakukan titrasi.
3. Mengetahui perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah penyaringan.
4. Mengetahui perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah titrasi.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Filtrasi merupakan suatu proses pemisahan solid dan liquid dengan cara
meletakkan liquid melalui suatu media berpori atau bahan berpori untuk
menghilangkan atau menyingkirkan butiran-butiran halus solid dari larutan solid-
liquid (Widyastuti dan Sari, 2011). Prinsip filtrasi yaitu penyaringan zat padat dari
fluida (cairan atau gas) menggunakan suatu medium berpori. Fluida akan
melewati media dan zat padat halus yang tersuspensi dan koloid akan tertinggal
(Setiawan dkk., 2015).
Filtrasi seringkali digunakan dalam percobaan laboratorium. Tujuan
filtrasi adalah untuk melakukan pemisahan zat padat, baik yang tersuspensi
maupun koloid dari fluida dengan menggunakan media berpori. Filtrasi juga dapat
menghilangkan zat padat, kandungan bakteri, warna, rasa, dan bau (Widyastuti
dan Sari, 2011).
Kegiatan filtrasi dilakukan dengan alat filtrasi dengan urutan filter yang
dipasangkan kertas saring, selanjutnya kapas, kain kasa, dan kawat saring (Murad
dkk., 2019). Peralatan lain yang digunakan adalah beaker glass, stirrer, pipet, dan
timbangan digital (Setiawan dkk., 2015). Menurut Mubarok dan Yahya (2018),
reaksi antara Pb-asesat dan asam sulfat dapat menyebabkan Pb-asetat menjadi Pb-
sulfat dengan reaksi sebagai berikut:
Pb(CH3COO)2(s) + H2SO4(aq) PbSO4(s) + 2CH3COOH(aq)
Percobaan pada laboratorium seringkali memerlukan data molaritas
larutan. Contohnya, ketika ilmuwan lingkungan mengambil sampel air sungai
untuk mengetahui keamanan air tersebut untuk diminum, konsentrasi Pb2+, Hg2+,
ataupun logam berat lainnya harus diketahui. Konsentrasi tersebut dapat
ditentukan melalui proses titrasi. Tritrasi memang bertujuan untuk mendapatkan
data konsentrasi larutan yang belum diketahui (Malone, 2011).
Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi larutan yang molaritasnya
belum diketahui dengan penambahan larutan lain yang molaritasnya telah
diketahui. Prinsip titrasi adalah dengan menambahkan asam ke basa atau
sebaliknya secara bertahap sedikit demi sedikit hingga reaksi antara kedua larutan
selesai. Titran merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan
yang dititrasi dan belum diketahui konsentrasi disebut titrat (Hren dan Mikulecky,
2017).
Titrasi memerlukan penambahan indikator berupa senyawa yang berfungsi
untuk memberikan petunjuk visual, seperti perubahan warna pada indikator
phenolphthalein. Jika indikator berubah warna, maka titrasi telah berada pada titik
akhirnya. Titik akhir adalah keadaan ketika keseimbangan stoikiometri terjadi
antara larutan atau keadaan ketika reaksi telah berakhir (Malone, 2011). Menurut
Chandra (2016), jenis-jenis titrasi ada 4, yaitu:
1. Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa menggunakan metode yang didasarkan pada reaksi asam
basa. Indikator yang biasa digunakan adalah yang dapat menunjukkan
perubahan warna pada pH tertentu. Contoh titrasi basa kuat dengan asam kuat
adalah titrasi NaOH dengan HCl. Menurut Tansil dkk. (2016) reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(s)
2. Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri digunakan dalam reaksi pengendapan. Secara umum,
metode titrasi argentometri ada tiga macam. Metode Mohr menandai titik
akhir titrasi adalah tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Metode Volhard
menggunakan indikator yang akan bereaksi dengan kelebihan larutan standar
membentuk ion kompleks dengan warna tertentu. Metode Fajans
menggunakan indikator adsorpsi.
3. Titrasi Redoks
Titrasi redoks memanfaatkan reaksi redoks dalam proses titrasi. Secara
umum, terdapat 3 jenis reaksi redoks. Titrasi iodometri menggunakan I 2 dan
merupakan jenis reaksi tidak langsung. Titrasi iodimetri menggunakan I2
dengan reaksi langsung. Titrasi permanganometri memanfaatkan ion Mn2+.
4. Titrasi Kompleksasi
Titrasi kompleksasi adalah titrasi dengan pembentukan ion kompleks.
Indikator yang digunakan akan bereaksi dengan kelebihan titran dan
menunjukkan perubahan warna. Dalam titrasi ini ada banyak hal yang harus
ditimbang dan diperhatikan karena pembentukan ion kompleks bersifat
spesifik pada kondisi tertentu.
Proses titrasi dapat divisualisasikan menggunakan grafik dengan kurva
titrasi yang menunjukkan interaksi konsentrasi antara kedua larutan. Pada titik
ekuivalen, jumlah basa yang ada sama dengan jumlah asam yang ada dalam
larutan. Titik ekuivalen pada indikator seperti fenolftalein akan ditandai dengan
perubahan warna yang terjadi (Hren dan Mikulecky, 2017). Contoh kurva titrasi
diperlihatkan pada Gambar 1.
media berpori, lalu filtrasi juga dapat menghilangkan zat padat, kandungan
bakteri, warna, rasa, dan bau.
Cara kerja untuk titrasi adalah NaOH 0,1 N dituang ke dalam buret hingga
tanda batas 50 mL. NaOH 0,1 N berfungsi sebagai titran. HCl diambil sebanyak
10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Percobaan titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan. Indikator phenolphthalein dimasukkan ke dalam
erlenmeyer sebanyak 4 tetes, kemudian digojog hingga homogen. Larutan tersebut
dititrasi hingga terbentuk warna merah muda. Reaksi saat titrasi adalah sebagai
berikut.
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(s)
(Tansil dkk., 2016)
Volume titran yang digunakan dicatat dan normalitas HCl dihitung. HCl
berfungsi sebagai titrat dan indikator phenolphthalein berfungsi sebagai penunjuk
saat titrasi mencapai titik akhir titrasi. Erlenmeyer digoyang-goyangkan selama
proses titrasi untuk menghomogenkan larutan agar titik akhir titrasi dapat diamati.
Jenis titrasi yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah titrasi alkalimetri, yaitu
titrasi yang menggunakan basa sebagai titrannya. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Titrasi HCl dengan NaOH
Ulangan Warna Warna Volume Normalitas
Sebelum Setelah Titran (mL) HCl (N)
Titrasi Titrasi
1 Bening Merah muda 13,2 0,132
2 Bening Merah muda 13,3 0,133
3 Bening Merah muda 13,4 0,134
Rata-rata 13,3 0,133
Normalitas HCl dapat dicari dengan cara titrasi, hal ini sesuai dengan
pernyataan Hren dan Mikulecky (2017). Mereka menyatakan bahwa titrasi adalah
proses penentuan konsentrasi larutan yang molaritasnya belum diketahui dengan
penambahan larutan lain yang molaritasnya telah diketahui. Titrasi bertujuan
untuk mendapatkan data konsentrasi larutan yang belum diketahui (Malone,
2011).
Indikator yang digunakan dalam praktikum ini adalah indikator
phenolphthalein. Indikator ini berfungsi untuk menunjukkan perubahan warna
saat titrasi mencapai titik akhir titrasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Malone
(2011), bahwa fungsi indikator phenolphthalein adalah untuk memberikan
petunjuk visual, seperti perubahan warna. Jika indikator berubah warna, maka
titrasi telah berada pada titik akhirnya.
LABORATORIUM TEKNOBIO-PANGAN
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
III. KESIMPULAN
Mubarok, Z. dan Yahya, Y. 2018. Studi perilaku pelindian timbal dari bijih galena
nanggung Kabupaten Bogor dalam larutan asam asetat dan oksidator
hidrogen peroksida. Metalurgi 29 (1): 51-62.
Murad, M., Sukmawaty, S., dan Sabani, R. 2019. Introduksi teknologi tepat guna
teknik filtrasi pada pembuatan minyak kelapa tradisional (minyak jeleng) di
Desa Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ilmiah
Abdi Mas TPB Unram 1 (2): 28-32.
Setiawan, D. A., Argo, B. D., dan Hendrawan, Y. 2015. Pengaruh konsentrasi dan
preparasi membran terhadap karakterisasi membran kitosan. Jurnal
Keteknikan pertanian tropis dan Biosistem 3 (1): 95-99.
Tansil, Y., Belina, Y., dan Widjaja, T. 2016. Produksi garam farmasi dari garam
rakyat. Jurnal Teknik ITS 5 (2): 80-84.
Widyastuti, S. dan Sari, A. S. 2011. Kinerja pengolahan air bersih dengan proses
filtrasi dalam mereduksi kesadahan. WAKTU 9 (1): 43-54.
LAMPIRAN +1
Rata-rata Normalitas