Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

TEKNIK PEMBUATAN BAHAN PROSES KULIT

PROSES REDUCE CHROME

Nama : Divia Susanto Putri

NIM : 1801054

Kelas : TPK B

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI INI DISUSUN GUNA MEMENUHI PERSYARATAN


UJIAN MATA KULIAH PRAKTIKUM TEKNIK PEMBUATAN BAHAN
PROSES KULIT

PRAKTIKAN:

Nama : Divia Susanto Putri

NIM : 1801054

Kelas : TPK B

Yogyakarta, 7 Desember 2020


ASISTEN DOSEN
DOSEN PENGAMPU

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum Teknik Pembuatan Bahan
Proses Kulit. Penulisan laporan bertujuan untuk memenuhi persyaratan jian mata
kuliah praktikum Teknik Pembuatan Bahan Proses Kulit. Saya mengucapkan
terimkasih kepada :

1. Dosen Pengampu mata kuliah Teknik Pembuatan Bahan Proses Kulit.

2. Asisten dosen Teknik Pembuatan Bahan Proses Kulit.

3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.

Semoga dengan membaca laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menambah ilmu kita mengenai praktikum Teknik Pembuatan Bahan
Proses Kulit. Laporan ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu saya
meminta kritik dan saran pembaca untuk perbaikan yang lebih baik lagi.

Blora, 7 Desember 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
C. Manfaat........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
BAB III METODE KERJA..................................................................................3
A. Alat dan Bahan............................................................................................3
B. Prosedur Kerja............................................................................................4
BAB IV HASIL DAN PERHITUNGAN..............................................................6
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................7
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................8
A. KESIMPULAN............................................................................................8
B. SARAN.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu jenis industri yang menggunakan bahan berbahaya dan
beracun (B3) pada proses produksinya adalah industri penyamakan kulit yang
menggunakan senyawa kromium (Cr). Kromium termasuk dalam senyawa
kulit berat yang dikenal memiliki daya racun yang tinggi. Ciri-ciri kromium
diantaranya mempunyai; spesifikasi graviti yang sangat besar (lebih dari 4),
mempunyai nomor atom 22-34, dan mempunyai respon biokimia spesifik
pada organisme hidup. Berbeda dengan kulit biasa, kulit berat biasanya
menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup (Palar,1994).
Senyawa kromium (Cr) dalam limbah cair industri penyamakan
kulit berasal dari proses produksi penyamakan kulit, dimana dalam
penyamakan kulit yang menggunakan senyawa kromium sulfat antara 60 %-
70 % dalam bentuk larutan kromium sulfat tidak semuanya dapat terserap
oleh kulit pada saat proses penyamakan sehingga sisanya dikeluarkan dalam
bentuk cairan sebagai limbah cair. Keberadaan kromium dengan kadar yang
tinggi dalam limbah cair industri penyamakan kulit tentunya dapat
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan (Wahyuningtyas,2001).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahapan proses reduce krom menggunakan rekduktor
molases.
2. Untuk mengetahui nilai basisitas krom hasil dari reduce krom
menggunakan molases.
C. Manfaat
1. Mampu memahami cara terjadinya proses reduce krom.
2. Mampu menganalisa tahapan proses reduce krom menggunakan rekduktor
molases.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromium (Cr)
Salah satu logam yang termasuk dalam golongan transisi adalah kromium.
Kata kromium berasal dari bahasa Yunani (= Chroma) yang berarti warna. Dalam
struktur kimia, kromium dilambangkan dengan simbol “Cr”. Sebagai salah satu
unsur logam berat, kromium mempunyai nomor atom (NA) 24 dan berat atom
(BA) 51,996. Ion Cr pertama kali ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797.
Satu tahun setelah unsur ini ditemukan, diperoleh cara untuk mendapatkan ion Cr
(Palar,1994)
Logam Cr murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini ditemukan
dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur- unsur lainnya.
Sebagai bahan mineral, Cr paling banyak ditemukan dalam bentuk chromite
(FeO,Cr2O3). Kadang-kadang pada batuan mineral chromite juga ditemukan
logam-logam Mg, Al, dan senyawa SiO3. Logam-logam dan senyawa silikat
tersebut dalam mineral chromite bukanlah merupakan penyusun pada chromite
melainkan berperan sebagai pengotor (impurities) (Palar,1994).

2
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan

a. Alat b. Bahan
1) Natrium
1) Gelas ukur (1 buah)
Dikromat
2) Gelas beaker 500 ml (1 buah) 2) Molases
3) Pengaduk (1 buah) 3) H2O
4) Gelas arloji (1 buah) 4) H2SO4
5) Corong kaca (1 buah) 5) Indikator PP
6) Erlemenyer 30 ml (1 buah)
7) Gelas beaker 50 ml (1 buah)
8) Pipet Volume (1 buah)
9) Penangas air (1 buah)
10) Neraca analitik (1 buah)
11) Botol semprot (1 buah)
12) pH meter (1 buah)

3
B. Prosedur Kerja

Menimbang 20 gr Penambahan es batu pada


Natrium Dikromat dan Menambahkan H2O saat proses pemberian
dimasukkan pada Sebanyak 30 ml pada Menimbang molases H2SO4 dan Molases.
erlenmeyer dengan erlenmeyer yang berisi sebanyak 7 gram. penambahan H2SO4
menggunakan corong Natrium Dikromat. dilakukan secara hati-
kaca. harti.

Dilakukan proses
Setelah reaksi selesai Perubahan warna Terdapat perubahan setelah
titrasi dengan
diamkan selama 2 hari sebelumya kuning
perubahan warna penmbahan 20 ml H2SO4
dan amati perubahan menjadi hijau dengan
menjadi kuning menjadi warna kuning.
warnanya. penambahan molases.
keorangean.

Kemudian pengukuran Melakukan


dengan menggunakan pengenceran Dilakukannya Uji
pH meter dan Basisitas
menunjukkan pH 2. sebanyak 200 ml.
4
1. Uji Basisitas

Mengambil air suling dari proses


Menambil lautan contoh uji Masukkan pada erlenmeyer dan
air suling panas yang netral
sebanyak 25 ml. ditambah PP.
terhadap indikator PP.

Titrasi dengan NaOH 0,1 N Tambahkan 300 ml air suling Dilakukan proses titrasi kembali
sampai bewarna merah muda. panas yang netral terhadap PP. sampai bewarna merah muda.

Bila warna merah muda hilang


Setelah dilakukan uji basisitas
Panaskan sampai mendidih. dilakukan titrasi sampai warna
warna menjadi bening.
merah muda tidak hilang.

5
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN

A. HASIL
1. Reduce Krom
a. pH = 2
b. Perubahan Warna

Penambahan Penambahan Setelah Titrasi


H2SO4 Molases
Warna kuning Warna kuning
Warna Hijau
kemerahan keorangean

B. PERHITUNGAN

( A X N 1) – ( B X N 2)
Basisitas = X 100 %
( A X N 1)
Keterangan :
A = V natrium thiosulfit
N1 = Normalitas natrium thiosulfit
B = V NaOH
N2 = Normalitas NaOH
( 3,6 ml X 0,1 N ) – ( 1,6 ml X 0,1 N )
Basisitas = X 100 %
( 3,6 ml X 0,1 N )
0,36 – 0,16
= X 100 %
0,36
= 55,55%.

6
BAB V
PEMBAHASAN
Bahan penyamak mineral yang yang berasal dari logam kromium yang
disebut krom. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom mutunya
ditentukan oleh kadar krom (yang biasa dinyatakan sebagai krom oksidasi).
Metode penyamakan krom sangat berbeda dengan metode penyamakan nabati.
Demikian pula hasilnya.
Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemes, dan lebih
tahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi dan hasilnya akan
lebih baik bila dilakukan pengecatan. Karena sifat-sifat tersebut, kulit tersamak
krom lebih cocok untuk dijadikan kulit atasan.
Bahan penyamak krom dibuat dengan jalan mereaksikan beberapa bahan
tertentu seperti kalium bikhromat, gula pasir, dan asam sulfat. Bahan penyamak
krom ini dapat berbentuk tepung (powder),padat atau cairan.
Warna bahan penyamak krom adalah hijau tua, yang merupakan warna
dari krom kompleks bervalensi 3+. Garam kompleks dibuat dari Natrium Dikromat
(Na2Cr2O7) atau Kalium Dikromat (K2Cr2O7) yang direduksi dengan glucose atau
gula pasir dalam suasana asam. Hal juga berpengaruh dengan penambahn reduktor
pada tetes tebu yang biasa disebut molases. Dengan menghasilkan pH 2 yang
mengandung asam.
Basisitas adalah perbandingan ekivalen Cr yang terikat pada OH dengan
Cr yang terdapat pada bahan penyamak krom dengan dinyatakan persen. Pada
pengujian reduce krom ini menunjukkan kadar basisitas yaitu 55,55%

7
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Perubahan warna sama antara menggunakan glukosa dan molase
perubahan warna menjad hijau pekat.
2. Kadar pengujian basisitas pada reduce chrom menunjukkan basisitas
55,55%.

B. SARAN
Dalam penulisan laporan ini, tentu masih banyak kesalahan.  Oleh karena
itu, praktikan sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan penulisan laporan ini.

8
DAFTAR PUSTAKA
Palar, Heryando, 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, PT. Reneka
Cipta, Jakarta.
Wahyuningtyas, Nursetyati, 2001, Pengolahan Limbah Cair Khromium Dari
Proses Penyamakan Kulit Menggunakan Senyawa Alkali Natrium
Karbonat (Na2CO3), STTL, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai