Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK PASCA TANNING


KULIT DOMBA WET BLUE DENGAN ARTIKEL DRESSED GLOVE

Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. Deviana Dwi Astuti (1801002)
2. Triana Rezeki Rambe
(1801031)
3. M Wahyu Arfiansyah
(1801045)
4. Divia Susanto Putri (1801054)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Pasca Tanning kulit domba dressed glove ini disusun untuk
memenuhi syarat dalam menempuh mata kuliah Pasca Tanning kulit domba dressed
glove Program Studi Teknologi Pengolahan Kulit Politeknik ATK Yogyakarta.
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pengampu dan asisten
pembimbing
pada ___________________2020.

Yo
gyakarta, 28 Februari 2020
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing

Emiliana Anggriyani Dila


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Formulasi...................................................................................................................................30
Tabel 2. Sortasi dan Grading wet blue....................................................................................................34
Tabel 3.Sortasi dan Grading crust...........................................................................................................36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wet blue 1.............................................................................................................................34
Gambar 2. Wet blue 2.............................................................................................................................34
Gambar 3. Wet blue 3.............................................................................................................................34
Gambar 4. Wet blue 4.............................................................................................................................35
Gambar 5.Wet blue 5..............................................................................................................................35
Gambar 6. Crust 1...................................................................................................................................36
Gambar 7. Crust 2...................................................................................................................................36
Gambar 8. Crust 3...................................................................................................................................36
Gambar 9. Crust 4...................................................................................................................................36
Gambar 10. Crust 5.................................................................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penyamakan kulit adalah proses pengolahan kulit
binatang melalui beberapa tahapan proses sehingga kulit
binatang yang masih utuh dirubah menjadi kulit yang siap
digunakan untuk pembuatan produk-produk jadi seperti
sepatu, dompet, ikat pinggang, jok kursi dan sebagainya. Kulit
di Indonesia merupakan bahan eksport nonmigas yang penting
sebagai penyumbang devisa ke 4 setelah produk-produk: (i)
makanan, minuman dan rokok, (ii) peralatan transportasi,
mesin dan alat mesin, dan (iii) pupuk.
Penyamakan adalah proses pengolahan untuk mengubah
kulit mentah menjadi kulit tersamak. Penyamakan kulit
biasanya digunakan hampir semua jenis kulit, antara lain kulit
sapi, kambing, domba, ular, biawak, ikan pari, kelinci, dan lain-
lainnya. Penyamakan kulit merupakan cara untuk mengubah
kulit yang bersifat tidak stabil dan mudah rusak oleh pengaruh
fisik, kimia dan biologi menjadi kulit yang stabil terhadap
pengaruh tersebut. Proses penyamakan kulit terdiri dari proses
beam house operation, tanning, pasca tanning dan finishing,
dimana proses tersebut menggunakan berbagai macam bahan
kimia. Proses yang paling berperan untuk menentukan
kematangan kulit adalah proses tanning atau penyamakan.
Pada proses kali ini semester 4 yaitu Pasca Tanning atau
tahapan proses setelah proses penyamakan. Terdapat
berbagai macam jenis artikel tersamak seperti: upper glaze,
dressed glove, dan nappa garment.
Kulit merupakan hasil samping yang dihasilkan dari proses
pemotongan dan pengulitan hewan. Seiring berkembangnya
zaman, kulit hewan dapat digunakan sebagai fashion. untuk
menjadikan kulit hewan menjadi sebuah produk harus
melewati beberpa tahapan, diantaranya BHO, Tanning, Pasca
tanning, dan Finishing. Tujuan utama dari proses-proses
tersebut adalah agar kulit yang awalnya sangat rentan dengan
pengaruh mikrobia dapat lebih tahan terhadap mikrobia dan
pengaruh cuaca atau suhu, serta agar kulit tersebut memiliki
daya tarik dipasaran. Proses-proses tersebut sangat
berpengaruh terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan.
Apabila tahapan pada setiap proses tersebut tidak sempurna,
tentu akan menghasilkan defect baru yang akan berpengaruh
terhadap kualitas produk kulit.
Secara umum, proses Pasca tanning terdiri dari proses
netralisasi, retanning, fatliquoring, dyeing, dan fiksasi. Apabila
pada Proses Pasca tanning tidak dilakukan secara maksimal,
tentu saja kulit yang diharapkan dapat lebih tahan terhadap
panas dan mikrobia tidak terwujud. Oleh karena itu, praktikum
ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses
Pasca tanning dan kontrol prosesnya sehingga kita dapat
mengerti dan dapat membuat sebuah produk sesuai dengan
artikel yang diinginkan.
Kulit sarung tangan olahraga atau yang dikenal dengan
dressed glove banyak digunakan untuk sarung tangan olahraga
sepeda, motorcycle, sepak bola (keeper), cricket dan lain-lain.
Kulit sarung tangan dressed glove bisa dibuat dari kulit
kambing maupun domba. Namun karena persyaratan tebal
sarung tangan olahraga berkisar antara 0,65-0,8 mm, maka
kebanyakan dibuat dari kulit kambing yang relatif lebih tebal,
dibandingkan domba disamping rajahnya lebih kasar sehingga
lebih nyaman untuk memegang. Pertimbangan lain kulit domba
mempunyai struktur yang lebih longgar dan harganya jauh
lebih mahal maka kebanyakan kulit domba diarahkan untuk
kulit sarung tangan busana, namun ada sebagian yang tebal
dibuat untuk dressed glove.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahan baku kulit
domba wet blue (kualitas, luas, tebal, maupun kondisi)
yang digunakan untuk dressed glove.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menyebutkan bahan-
bahan kimia maupun bahan produk paten yang digunakan
dalam proses pasca tanning kulit dressed glove.
3. Mahasiswa dapat mengatur kondisi-kondisi proses, pH,
temperatur, kecepatan, putaran drum yang sesuai untuk
proses pasca tanning kulit dressed glove.
4. Mahasiswa dapat memformulasikan dengan tepat
jumlah bahan kimia dengan kombinasinya dalam formula
proses pasca tanning kulit dressed glove dari bahan baku
kulit domba wet blue.
BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan Dressed Glove
1. Alat 2. Bahan
Gunting Air
Ember Peramit MLN
Gayung Asam formiat (HCOOH)
Meteran CH3COOH
Pisau HCOONa
Sendok NaHCO3
Sumpit NaCH2COO
Gelas Chromosal B
Literan Greibotan TFS
Thickness Amoniak
pH meter Red BG
Orange BL2
Preventol Cr
Lipoderm liquid SAF
Pellan 802
Pellan GLH
Sedaflor LC13
Syncal DRA
B. Formulasi

Tabel 1. Formulasi
Tanggal : 12 Februari 2020
PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
Mempersiapkan kulit ntuk proses
1. Sammying - - - - - - - Mengurangi kadar air.
shaving.
Memperoleh ketebalan Artikel Dressed Glove Domba
2. Shaving - - - - - - -
kulit yang diinginkan. standart shaving 0,5 mm
Membantu pencampuran
1740 ml 200 H 2O Air
bahan. Cek penampang = sudah terbasahi,
11.00- Membantu meratakan licin dan lemas.
3. Washing 4,3 gram 0,5 CH3COOH Asam asetat 4,2 -
12.00 muatan. BCG = hijau, Kulit dibilas agar
Peramit Mempercepat sisa prose shaving hilang.
4,3 gram 0,5 Surfaktan
MLN pembasahan
4. D/W/D - - - - - - - - -
Membantu pencampuran
652,5 ml 75 H 2O Air 12.15-
bahan.
12.45 Kondisi kulit lemas, licin dan
5. Re-tanning 26,1 gram 3 Glutaraldehyd Novaltan PF - - Memberikan efek spongy
pegangannya spongy juga lembut.
Chromosal 12.45- Memberikan efek
34,8 gram 4 Cr(OH)SO4
B 13.45 softness.
6. D/W/D - - - - - - - - -
Membantu pencampuran pH 5;BCG = biru kehijauan
1260 ml 150 H 2O Air 13.45-
bahan. Ph 6,5; BCG = biru terang
14.00
10,44 gram 1,2 CH3COONa Na-Asetat Dilakukan run karena pH terlalu
14.00- tinggi. Agar tepenetrasi sempurna.
10,44 gram 1,2 NaHCOO Na-Formiat Dan pH turun. Kemudian
7. Netralisasi 14.15 -
Mengikat sisa asam dan dilakukan overnight dengan
14.15-
4,3 gram 0,5 NaHCO3 Soda kue 5 menaikkan pH. kondisi kulit terendam sempurna.
14.35
14.35-
4,3 gram 0,5 NaHCO3 Soda kue 6,5
14.55
8. Run - - - - 15.00- - -
15.20
15.20-
9. Run - - - - 6 -
15.40
Tanggal: 13 Februari 2020
PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
Setelah di overnight dilakukan
08.30-
1. Run - - - - 6 - - pemutaran drum tetapi terdapat
08.40
perubahan BCG = biru kehijauan.
08.40- BCG = biru kehijauan, dilakukan
2. Run - - - - 5,5 - -
08.50 penambahan soda kue
08.50- Mengikat sisa asam dan Masih tidak ada perubahan BCG
3 If 4,3 gram 0,5 NaHCO3 Soda kue 6 -
09.05 menaikkan pH. belum mencapai biru light.
09.05- -
4. Run - - - - 6 - BCG = biru kehijauan
09.20
09.20- -
5. Run - - - - 6 - BCG = biru kehijauan
09.35
BCG = biru kehijauan, Masih
09.35- -
6. Run - - - - 6 - tidak ada perubahan. Dan untuk
09.50
melanjutkan proses selanjutnya.
Fatliquoring 1260 ml 150 H 2O Air hangat - - 80 Mempercepat reaksi Mengkondisikan drum panas
Drain - - - - - - - - -
Water resisten dan
16,8 gram 2 Mayonaise Oil Pellan 802
melubrikasi serat.
Penambahan minyak pertama,
Lipoderm 10.00- Mempunyai efek
25,2 gram 3 Sintetic Oil - - dimana londisi kulit sedikit lemas,
7. liquid SAF 11.00 melemaskan.
masih kaku dan agak lembut.
Peramit Membantu menstabilkan
117,6 gram 14 Emulsifier
MLN emulsi.
630 ml 75 H 2O Air hangat - - 70
Lipoderm 11.10- - - Mempunyai efek Kemudian setelah penambahan
16,8 gram 2 Sintetic Oil
liquid SAF 12.10 melemaskan. minyak yang kedua kondisi kulit
Ester Membantu menstabilkan lebih lembut dan lebih lemas
33,6 gram 4 Pellan GLH
Sulphonat emulsi. sudah tidak kaku pada kulit
25,2 gram 3 Lecitin Oil Sedaflor LC Membuat kulit lembut, tersebut.
13 licin.
Greibotan 12.10- Kulit sangat lemas penambahan
25,2 gram 3 Auxilary syntan - - Sebagai pendispersi.
TFS 12.30 dyestuff pertama sudah tembus
7 gram Red BG pada kulit sehingga tidak ada
8. Dyeing penambahan amonia. Kemudian
2,5 12.30- Untuk memberikan
Dyestuff agent - - dilakukan fiksasi. Setelah dyeing
14 gram 1:2 Orange GL 13.00 warna pada kulit.
pewarnaan pada kulit tidak rata.
Kulit bewarna orange.
840 ml 100 H 2O Air hangat Mempercepat reaksi
13.00-
Asam - -
4,2 gram 0,5 HCOOH 13.15
formiat
Asam 13.15-
4,2 gram 0,5 HCOOH 4,17 - Untuk meratakan zat
formiat 13.30 pH sudah sesuai optimal = 3,5
pewarna sampai ke
Asam 13.30- dengan penambahan HCOOH 2%,
4,2 gram 0,5 HCOOH 3,8 - dalam kulit.
9. Fixing formiat 13.45 dengan cairan warna jernih.
Asam 13.55- Kemudian ditambahkan fixing
4,2 gram 0,5 HCOOH 3,5 -
formiat 14.05 agent dan anti jamur.
Retingan 14.05- Memaksimalkan fiksasi
2,5 gram 0,3 Fixing agent - -
R4B 14.20 di permukaan.
14.20-
1,5 gram 0,2 TCMTB Preventol Cr - - Anti jamur.
14.30
Dilakukan hanging untuk
Menyempurnakan
10. Hanging - - - - - - - mengurangi kandungan air pada
muatan
kulit.
Tanggal : 17 Februari 2020
PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
Mengkondisikan kulit lembap dan
1. Conditioning - - - - - - - Melembapkan kulit. mempersiapkan kulit untuk di
staking.
Tanggal : 18 Februari 2020
PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
1. Staking - - - - - - - Melemaskan kulit Diatur pada angka 8. Kondisi kulit
lemas.
2. Hand staking - - - - - - - Melemaskan kulit. Kulit menjadi lemas.

Tanggal : 19 Februari 2020


PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
1. Menjahit Kulit - - - - - - - Menjahit kulit jadi satu. Mempersiapkan kulit untuk
2. Milling - - - - - - - Melemaskan kulit. dimilling.
Tanggal : 20 Februari 2020
PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
Dilakukan pementanga, agar
1. Togling - - - - - - - Memperluas permukaan.
luasan kulit maksimal.
Tanggal : 21 Februari 2020
PRODUK KONTROL
No PROSES JUMLAH % GENERIK FUNGSI KETERANGAN
PATEN WAKTU pH o
C
Memotong kulit yang Kulit Dressed glove domba siap
1. Triming - - - - - - -
tidak rata. disimpan.
2. Measuring - - - - - - - Mengetahui luasan kulit.
3. Packing - - - - - - - Menjaga kondisi kulit.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dressed Glove Domba
1. Sortasi dan Grading wet blue
Total kulit : 5 kulit domba wet blue
Berat total : 870 gram

Tabel 2. Sortasi dan Grading wet blue


Kulit Foto Keterangan
1. Panjang = 72 cm
lebar = 50 cm
Luas = 33 sqft
Kualitas = 1-3
Tebal :
Belly = 0,9 mm
krupon = 1 mm
leher =1,3 mm
Defek = terdapat krom yang masih
menempel dikulit.

Gambar 1. Wet blue 1

2. Panjang = 72 cm
lebar =57 cm
Luas = 5 sqft
Kualitas = 1-3
Tebal :
Belly = 1 mm
krupon = 1,2 mm
leher = 1,6 mm
Defek = terdapat kutu di bagian
perut, goresan luka di daerah belly dan
ada lubang di area perut.

Gambar 2. Wet blue 2

3. Panjang = 65 cm
lebar = 53 cm
Luas = 42 sqft
Kualitas = 1-4
Tebal :
Belly = 1 mm
krupon = 1,6 mm
leher = 1,2 mm
Defek = terdapat kerut dibagian leher,
terdapat bulu area krupon dan asam di
area ekor.
4. Panjang = 65 cm
lebar = 43 cm
Luas = 32 sqft
Kualitas = 1-3
Tebal :
Belly = 1 mm
krupon = 1,3 mm
leher = 1,2 mm
Defek = terdapat lubang di area belly,
kerut merata dan bekas noda asam.

Gambar 4. Wet blue 4

5. Panjang = 57 cm
Lebar = 37 cm
Luas = 42 sqft
Kualitas = 1-3
Tebal :
Belly = 1 mm
Krupon = 1 mm
Leher = 1,3 mm
Defek = Tidak ada

Gambar 5.Wet blue 5

2. Sortasi dan Grading Crust


Tabel 3.Sortasi dan Grading crust
Kulit Foto Keterangan
1. Panjang = 61 cm
lebar = 44 cm
Luas = 2,8 sqft
Kualitas = B
Tebal :
Belly = 0,5 mm
krupon = 0,6 mm
leher = 0,5 mm
Defek =-
Gambar 6. Crust 1
2. Panjang = 70 cm
lebar = 69 cm
Luas = 6 sqft
Kualitas =D
Tebal :
Belly = 0,6 mm
krupon = 0,6 mm
leher = 0,6 mm
Defek = warna tidak merata

Gambar 7. Crust 2

3. Panjang = 58 cm
lebar = 53 cm
Luas = 4,1 sqft
Kualitas = B
Tebal :
Belly = 0,5 mm
krupon = 0,6 mm
leher = 0,6 mm
Defek = terdapat sayatan di area
Gambar 8. Crust 3 belly.
4. Panjang = 66 cm
lebar = 58 cm
Luas = 4,8 sqft
Kualitas = D
Tebal :
Belly = 0,5 mm
krupon = 0,6 mm
leher = 0,6 mm
Defek = warna tidak merata karena

Gambar 9. Crust 4
masih terdapat warna putih di area
krupon dan belly.

5. Panjang = 63 cm
Lebar = 55 cm
Luas = 3,8 sqft
Kualitas = D
Tebal :
Belly = 0,5 mm
Krupon = 0,5 mm
Leher = 0,6 mm
Defek = warna tidak merata dan
terdapat luka di area belly.

Gambar 10. Crust 5

B. PEMBAHASAN

Nama : Deviana Dwia Astuti


NIM : 1801002
Kelas : TPK A

Pada praktikum pasca tanning kali ini memproses kulit domba wet blue untuk
artikel dressed glove. Pemilihan kulit domba untuk pembuatan artikel dressed glove
karena persyaratan tebal artikel dressed glove berkisar sekitar 0,55-0,65 mm dan
membutuhkan rajah yang lebih halus karena hasil dari artikel dressed glove ini akan
digunakan untuk sarung tangan fashion. Selain itu luas kulit domba wet blue yang
digunakan juga berkisar antara 5-7 sqft dengan tebal 0,55-0,65 mm. Kualitas bahan
baku kulit wet blue adalah sekitar I-III. Digunakan kualitas bahan baku kulit yang
bagus karena hasil jadi produk artikel yang akan dibuat ini dikemudian hari akan
dibuat untuk fashion, jadi grain harus mulus dan tidak terdapat defek diarea krupon.
Tetapi dalam prosesnya bahan baku kulit domba wet blue yang kelompok kami
dapatkan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah dibuat. Bahan baku kulit domba
wet blue yang didapatkan kelompok kami mempunyai luas sekitar 4 sqft. Walaupun
kualitas bahan baku kulit telah sesuai dengan ketentuan, tetapi luas bahan baku kulit
domba wet blue tidak sesuai dengan apa yang sudah ditentukan. Karena penentuan
luas bahan baku kulit untuk artikel dressed glove adalah 5-7 sqft.
Sebelum dilakukan rangkaian proses pasca tanning, hal penting yang harus
dilakukan adalah proses shaving untuk memperoleh ketebalan yang diinginkan sesuai
dengan artikel yang diinginkan. Selain untuk memperoleh ketebalan kulit yang
diinginkan, shaving juga dilakukan agar bahan kimia yang digunakan dapan
terpenetrasi kedalam kulit secara maksimal. Shaving untuk artikel dressed glove
disetting sekitar 0,55-0,65 mm, shaving untuk artikel dressed glove ini ukurannya
beda dengan shaving untuk artikel upper glaze yang sudah dipraktekkan sebelumnya.
Kulit domba setelah dishaving akan mudah sobek, karena kondisi kulit yang lebih
tipis daripada sebelum kulit dishaving, sehingga harus lebih berhati-hati saat
melakukan proses selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah washing yang mempunyai fungsi membasahkan
kembali kulit setelah proses penyimpanan yang begitu lama, selain itu agar bahan
kimia yang akan digunakan pada proses netralisasi dapat terpenetrasi kedalam kulit
secara maksimal. Kontrol proses untuk memastikan kulit sudah terbasahi secara
sempurna adalah dengan cara memegang bagian flash kulit. Jika bagian flash kulit
sudah licin, maka kulit sudah terbasahi secara sempurna. Kulit kelompok kami pada
saat proses wetting back sudah terbasahi secara sempurna.
Setelah itu dilanjutkan dengan proses retanning. Proses retanning bertujuan
untuk menyempurnakan proses penyamakan, menciptakan karakter khusus pada
setiap artikel kulit yang berbeda, yang berhubungan dengan kelemasan, kepadatan,
elongasi, fleksibilitas, run, dan lain-lain, serta memperbaiki sifat alami kulit yang
kurang menguntungkan seperti area yang tidak berisi dan padat. Bahan retanning
yang digunakan untuk artikel dressed glove agar kulit menjadi lebih soft adalah
chromosal, sedangkan bahan kimia yang digunakan untuk membuat kulit menjadi
lebih spongy adalah Novaltan PF. Kontrol proses untuk proses retanning adalah cek
BCG, pH, dan pegangan. Hasil BCG yang didapat adalah berwarna biru gelap, pH
akhir sekitar 6,5, serta pegangan kulit bagian flank dan belly sudah mulai padat terisi.
Proses selanjutnya adalah netralisasi atau biasa disebut deacidifikasi.
Netralisasi bertujuan untuk menghilangkan sisa asam bebas yang terdapat pada kulit
wet blue baik yang berasal dari proses pengasaman atau yang terbentuk selama reaksi
olasi dan oksilasi selama masa penyimpanan. Proses netralisasi ini sangat perlu untuk
dilakukan karena penghilangan asam akan berpengaruh dengan kelemasan kulit yang
sesuai dengan artikel yang akan dibuat. Selain itu proses netralisasi juga harus
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, karena apabila sampai terjadi over netralisasi
dapat merusak kulit. Pada saat proses netralisasi diinginkan pH 6 karena jumlah asam
yang akan dihilangkan berkisar antara 90-100%, yang akan membuat kulit menjadi
lemas, elongasi, dan run. Kontrol proses yang dilakukan untuk proses ini adalah cek
BCG dan pH. Hasil BCG yang didapatkan adalah warna biru sedikit ada hijau, dan
pH yang didapat adalah 6.
Setelah hasil BCG dan pH yang didapatkan sudah sesuai dengan ketentuan,
maka dilanjutkan ke proses fatliquoring dengan menggunakan air hangat sebagai
bahan yang akan mempermudah minyak terpenetrasi hingga ke penampang kulit.
Karena dibutuhkan tingkat kelemasan yang tinggi, pada saat proses kami
menggunakan metode peminyakan short float. Yang artinya pada saat proses
fatliquoring tidak ada penambahan air sama sekali. Pada saat akan memasukkan kulit
kedalam drum, drum harus dalam kondisi hangat dan kulit juga harus dalam kondisi
hangat, agar bahan minyak akan lebih mudah terpenetrasi hingga ke penampang kulit.
Proses fatliquoring dilakukan secara dua kali, karena kondisi kulit pada fatliquoring
pertama masih belum terlalu lemas, oleh karena itu dilakukan fatliquoring yang
kedua.
Proses selanjutnya adalah proses dyeing. Dyestuff yang digunakan adalah red
BG dan orange 2 GL dengan perbandingan 1:2. Kondisi kulit saat penambahan
dyestuff sangat lemas, oleh karena itu dyestuff mudah tembus hingga penampang
kulit. Tetapi warna kulit bagian flash dan grain tidak sama. Karena perbandingan dari
dyestuff yang tidak sesuai dan penggunaan dyestuff yang tidak sesuai juga
mengakibatkan warna kulit bagian flash dan grain menjadi tida sama. Selaim itu,
karena banyak defek yang terdapat pada permukaan kulit juga mengakibatkan warna
kulit menjadi tidak merata.
Proses terakhir adalah proses fiksasi. Bahan yang digunakan untuk proses
fiksasi adalah HCOOH (asam formiat) yang bertujuan untuk meratakan semua
pewarna dalam kulit sampai kedalam kulit, dan retigan R4B untuk meratakan
pewarna pada permukaan kulit. Setelah proses fiksasi selesai, dilanjutkan dengan
penambahan Preventol CR sebagai anti jamur. Setelah itu kulit dihanging hingga kulit
dirasa kering.
Setelah proses hanging dilanjutkan dengan proses conditioning, untuk
mengondisikan kulit agar sedikit basah. Setelah proses conditioning selesai,
dilanjutkan dengan proses toogling. Pada proses toogling ini, pementangan tidak
dilakukan pentang mati seperti artikel upper glaze, tetapi pentang biasa yang
membuat kulit sedikit flat.

Nama : Triana Rezeki Rambe


NIM : 1801031
Kelas : TPK A

Pada praktikum kali ini menggunakan kulit Domba Wet blue untuk artikel
dressed glove. Kulit sarung tangan menggunakan kulit domba karena rajahnya lebih
halus dibandingkan dengan kulit kambing. Kulit domba juga mempunyai kelemasan
yang bagus karena struktur protein pada kulit domba lebih longgar dari pada kulit
kambing sehingga, jika digunakan untuk sarung tangan akan mempunyai karakter
kulit yang soft dan nyaman saat digunakan. Kulit kambing dan domba bisa diproses
menjadi artikel drees glove, tetapi pada intinya karena karakteristik yang diminta
diartikel ini harus lemas jadi lebih bagus memakai kulit domba yang akan digunakan
untuk sarung tangan dengan kualitas I-III, hal ini dikarenakan kulit sarung tangan
umumnya akan dilakukan aniline finish yaitu kulit akan dilapisi dengan lapisan tanpa
pigmen atau transparent coat dan penampilan grain natural khusus untuk kulit
berkualitas bagus. Syarat kedua yaitu luas kulit domba yang digunakan 5-7 sqft, hal
ini dikarenakan apabila kulit domba lebih dari 7 sqft umumnya kulit akan mempunyai
rajah yang lebih kasar karena struktur protein kulit lebih kompleks. Syarat ketiga
yaitu ketebalan kulit crust adalah 0,65 mm, hal ini dikarenakan agar saat kulit
digunakan dapat menyesuaikan ruas-ruas jari, jika kulit terlalu tebal maka sarung
tangan akan kurang nyaman saat digunakan. Untuk mendapatkan kulit dengan
ketebalan 0,65 mm, maka pada saat shaving kulit diatur dengan ketebalan 0,5 mm,
hal ini dikarenakan pada saat proses pasca tanning kulit akan mengalami kenaikan
ketebalan ±0,05 mm. Kulit juga harus mempunyai sifat water repellency yang baik
karena kulit sarung tangan akan selalu kontak dengan cairan air ataupun keringat.
Water repellency adalah kemampuan kulit untuk menahan kebasahan.
Hal pertama yang dilakukan adalah sortasi dan grading raw material yaitu
kulit domba. Raw material yang digunakan banyak terdapat defek yang menyebar di
bagian krupon berupa bekas gigitan kutu. Setelah selesai sortasi grading kulit
kemudian di sammying untuk mengurangi kadar air dalam kulit wet blue menjadi
20% - 25% dan kulit menjadi tidak licin pada saat shaving. Setelah di sammying, kulit
akan di shaving untuk memperoleh ketebalan kulit yang diinginkan sesuai dengan
artikel yang dikehendaki. Standar shaving kulit wet blue untuk artikel dressed glove
memerlukan ketebalan 0,5 mm. Setelah kulit di shaving kemudian dilakukan wetting
back atau pembasahan kembali agar bahan kimia dapat terpenetrasi dengan maksimal
kedalam kulit. Bahan yang digunakan adalah CH3COOH (asam asetat) berfungsi
untuk meratakan muatan di dalam kulit dan surfaktan anionik (Peramit MLN) yang
berfungsi untuk mempercepat proses pembasahan pada kulit. Kontrol proses wetting
back adalah cek kebasahan kulit hingga kadar air dalam kulit kembali sempurna,
BCG bewarna hijau kekuningan, dan pH 3,5.
Selanjutnya adalah drain/ wash/ drain, hal ini dilakukan untuk
membersihkan sisa shaving yang masih menempel pada kulit. Tahapan proses
selanjutnya adalah Retanning dengan menggunakan bahan glutaraldehyd (Novaltan
PF). Keuntungan menggunakan bahan retanning dengan glutaraldehyde adalah
memberikan efek yang sangat lemas dan lunak, memberikan efek rata pada cat dasar
tanpa mengurangi ketajaman warna, meningkatkan ketahanan keringat. Bahan
retanning berikutnya adalah Cr(OH)SO4 (Chromosal B), pemberian krom sebelum
glutaraldehyde maka kulit mempunyai handle yang solid dan grain yang lebih halus,
tetapi apabila glutaraldehyde dimasukkan lebih awal akan menghasilkan kulit dengan
karakter kelembutan, levelling dyeing yang baik, tetapi pori yang agak kasar.
Tahapan proses selanjutnya adalah netralisasi yaitu proses untuk
menghilangkan sebagian sisa asam bebas yang terdapat pada wet blue yang berasal
dari proses pengasaman atau yang terbentuk selama reaksi olasi dan oksolasi selama
masa penyimpanan. Proses netralisasi perlu dilakukan dengan hati-hati dengan bahan
kimia bersifat basa lemah mengingat over netralisasi dapat merusak kulitnya. Bahan
netralisasi yang digunakan adalah NaCH3COO (sodium asetat) yang berfungsi
sebagai buffering agent agar kenaikan pH kulit secara perlahan dan tidak langsung
drastis. Selanjutnya digunakan NaCOOH (natrium format) yang berfungsi untuk
menaikkan pH secara perlahan, dan NaHCO3 (natrium bikarbonat/soda kue)
merupakan basa lemah untuk menaikkan pH secara perlahan. Kontrol proses
netralisasi adalah pH kulit 5,8-6 dan BCG berwarna light blue. pH netralisasi
disetting 5,5-6 karena sisa asam yang perlu dihilangkan banyak agar mempunyai
karakter yang lebih lemas karena tahapan proses selanjutnya (fatliquoring) banyak
menggunakan bahan anionik. Jika muatan kulit banyak kationik maka bahan anionik
yang akan digunakan akan terpenetrasi dengan baik kedalam kulit sehingga kulit akan
lebih lemas. Sebelum kulit diovernight harus dipastikan kulit terendam dengan
sempurna di dalam drum agar kulit tidak bereaksi dengan udara. Selain itu perlu
dilakukan uji temperatur susut untuk menentukan batas susut kulit saat akan masuk
tahapan proses fatliquoring.
Sebelum masuk ke bahan fatliquoring drum harus dalam kondisi hangat,
kulit juga harus dalam kondisi hangat. Air yang digunakan bersuhu 80ᵒC.
Fatliquoring berfungsi untuk mencegah serat menempel kembali pada saat proses
pengeringan dan menjadikan kulit lebih lemas. Bahan yang digunakan adalah syntetic
oil (Lipoderm SAF) yang berfungsi untuk melemaskan kulit karena penetrasinya
lebih dalam pada penampang kulit, mayonnaise oil (Pellan GLH) yang juga berfungsi
untuk memberikan efek water repellency pada kulit sehingga mempunyai efek oil
atau waxy. Bahan selanjutnya adalah Lechitin oil (Sedaflor LC 13) yang berfungsi
untuk memberikan efek silky touch. Kontrol proses fatliquoring adalah cek kelemasan
kulit dengan cara memotong sedikit penampang kulit lalu dikeringkan dengan hair
dryer.
Proses selanjutnya adalah dyeing yaitu pewarnaan dasar pada kulit
menggunkan dyestuff. Sebelum masuk dyestuff perlu ditambahkan auxiliaries syntan
(Greibotan TFS) yang berfungsi untuk membantu distribusi/penetrasi supaya tidak
terjadi reaksi di permukaan sehingga penetrasi semakin rata. Dyestuff yang
digunakan yaitu Red BG dengan Orange 2 GL dengan perbandingan 1:2. Setelah itu
cek tembus apabila cairan belum keruh dan dyestuff belum terpenetrasi dengan
sempurna ke penampang kulit maka perlu ditambahkan ammonia. Setelah itu
dilakukan fixing yang berfungsi untuk mengikat pewarna yang ada di dalam kulit agar
tidak luntur. Fixing menggunakan HCOOH (asam formiat) hingga pH cairan 3,5 dan
larutan sudah tidak keruh/clear. Setelah itu ditambahkan resin kationik (Sincal DRA/
Retingan R4B) yang berfungsi untuk membantu fiksasi dan meratakan muatan yang
ada di dalam kulit. Selanjutnya ditambahkan anti jamur (Preventol CR) untuk
mencegah timbulnya jamur selama proses penyimpanan.
Selanjutnya kulit di hanging dalam 2 hari. Setelah air didalam kulit sudah
berkurang kemudian di staking dengan menggunakan mesin staking yang tekanannya
8 agar kulit lemas karena kulit akan dibuat dressed glove. Pada proses ini, serat-serat
kulit akan terpisah sehingga kulit menjadi lebih lemas serta permukaannya menjadi
rata. Setelah di staking menggunakan mesin, selanjutnya kulit di staking manual agar
menambah kelemasan pada kulit. Setelah di staking kemudian kulit di toggling untuk
memaksimalkan luas kulit dengan suhu. Setelah di toggling kulit di sortasi grading
kemudian di meansuring agar dapat mengetahui kualitas akhir kulit dan dapat
menjadikan evaluasi agar kedepannya dapat memproses kulit lebih baik. Kulit dari
kelompok 6 terdapat banyak defek yang mengakibatkan warna tidak rata di bagian
krupon dan banyak defek karena kutu. Untuk artikel dressed glove kulit sudah lemas
sesuai dengan keinginan.

Nama : Muh. Wahyu Arfiansyah


NIM : 1801045
Kelas : TPK B

Pada praktikum pasca tanning artikel ke 2 yaitu dressed glove domba wet
blue. Pada proses kali ini menggunakan kulit sebanyak 5 kulit domba pickle. Kualitas
yang digunakan untuk kulit domba pickle yaitu rata-rata kualitas 1-3. Kulit artikel
dressed glove merupakan kulit sarung tangan biasanya digunakan untuk sarung
tangan motor/olahraga golf atau yang lainya. Kulit sarung tangan dressed bisa dibuat
dari kulit kambing maupun domba. Namun karena persyaratan tebal sarung tangan
olah raga berkisar antara 0,65-0,8 mm, maka kebanyakan dibuat dari kulit
kambing yang relatif lebih tebal, dibandingkan domba disamping rajahnya lebih
kasar sehingga lebih nyaman untuk memegang. Pertimbangan lain kulit domba
mempunyai struktur yang lebih longgar dan harganya jauh lebih mahal maka
kebanyakan kulit domba diarahkan untuk kulit sarung tangan busana, namun ada
sebagian yang tebal dibuat untuk bating glove.
Walaupun keduanya dapat dibuat kulit sarung tangan batting, untuk
mendapatkan hasil yang sama dan memadai metoda dan teknik penyamakannya
dilakukan dengan cara yang berbeda, mengingat struktur serat kulit kambing berbeda
dengan struktur serat kulit domba. Kulit kambing berpenampilan lebih kaku, grain
atau rajah yang kasar (apabila dipegang terasa di tangan), pori-pori lebih besar,
susunan serat lebih kompak terutama daerah garis punggung (backbone) sehingga
terasa lebih keras. Susunan atau kandungan zat penyusun kulit kambing dan domba
juga berbeda. Yang mencolok adalah kandungan fat. Kulit kambing mengandung 3-
5% fat sedangkan kulit domba bervariasi, kulit domba lokal berkisar 6-8%, sedang
kulit domba New Zealand dapat mencapai 25%.
Pada proses pasca tanning kulit domba dengan artikel dressed glove, sebelum
masuk ke proses kulit terlebih dahulu untuk di sortasi dan grading guna untuk
mengetahui ketebalan, luas, Panjang,lebar dan kualitas, kulit kelompok kami yang
dihasilkan yaitu rata-rata kualitas 1-3 dan luas rata-rata 4 feet. Padahal luas yang
seharusnya untuk artikel kulit dressed glove adalah diatas 5 feet. Setelah itu masuk
proses shaving fungsinya yaitu untuk untuk mengurangi ketebalan kulit dan juga
untuk agar bahan mudah terpenetrasi lebih mudah. Shaving pada proses ini dengan
target ketebalan min. 0,5-0,6 mm agar target ketebalan kulit crust menjadi 0,7 mm
karena pasti ada penambahan ketebalan akibat bahan kimia yang masuk dalam kulit.
Kulit domba setelah dishaving sangatlah tipis sekali dengan ketebalan 0,5 mm
kulit tersebut lebih mudah sobek dan juga mudah berlubang sehingga harus berhati-
hati pada saat proses. Setelah itu masuk ke proses washing/wetting back fungsinya
yaitu untuk pembasahan kembali/pembasahan ulang agar kulit untuk disiapkan pada
saat proses netralisasi. Bahan yang digunakan pada saat proses washing yaitu
menggunakan asam asetat (CH3COOH) guna untuk meratakan muatan dan bahan
non-ionic peramit MLN sebagai mempercepat pembasahan. Kemudain di cek pH
sekitar 4,2 dan BCG=Hijau dan kulit juga sudah basah dan sedkit lemas.
Masuk ke proses re tanning yaitu untuk membuat artikel yang diinginkan atau
bisa juga untuk membuat karakter pada kulit tersebut. Pada proses retanning yaitu
menggunakan bahan glutaraldehyde (novaltan PF) yaitu agar kulit memberikan efek
spongy dan juga bahan CrOHSO4+H2O (chromosal B) yaitu untuk memberikan efek
kelemasan atau agar kulit lebih soft peganganya. Keadaan kulit lebih soft dan sangat
lemas. Setelah itu masuk ke proses netralisasi yaitu untuk menetralkan semua muatan
bahan yang digunakan yaitu NaCH3COO (sodium asetat) untuk mengikat asam,
NaHCOO (natrium formiat), NaHCO3 (soda kue) untuk menaikan pH. Kondisi kulit
BCG= berwarna biru gelap pH akhir 6,5 kemudian di over night agar bahan lebih
terpenentrasi.
Pada hari ke 2 dilakukan run terlebih dahulu guna untuk menghomogenkan
semua bahan yang ada pada drum setelah iyu di cek pH turun menjadi 6 BCG= biru
kehijauan kemudian dilanjut run selama 15 menit pH masih tetap turun menjadi 5.
Setelah itu da penambahan soda kue 0,5% guna untuk menaikan pH, kondisi kulit pH
naik menjadi 6 BCG= biru sedikit hijau. Setelah di run terus akhirnya pH akhir yang
didapat yaitu 6 BCG=biru. Setelah masuk ke proses fatliquoring dengan
menggunakan air hangat agar bahan mudah masuk ke dalam kulit karena air hangat
juga bahan yang digunakan mudah terpenetrasi. Setelah itu bahan yang digunakan
mayonnaise oil (pellan 802) untuk memberikan efek lebih lentur. Syntetic oil
(lipoderm liquid SAF), emulsifier agent (peramit MLN) agar membantu bahan
terpenetrasi. H2O hangat (air hangat). Ester sulphonat (pellan GLH), lecitin oil
(sedaflor LD3). Kondisi kulit pada saat penambahan minyak pertama kondisi kulit
sedikit lemas, tetapi masih kaku, kemudian pada saat penambahan minyak kedua
kondisi kulit lebih lembut dan lemas sudah tidak kaku lagi.
Pada proses selanjutnya yaitu proses dyeing, menggunakan bahan auxiliary
syntan (greibotan TFS ) sebagai dispersing agent. Dyestuff yang digunakan yaitu red
BG dan orange 2 GL sebagai zat pewarna. Kondisi kulit sangat lemas penambahan
dyestuff kulit udah tembus akan tetapi area permukaan terlalu pudar sehingga tidak
ada penambahn amoniak. Setelah itu di proses fiksasi menggunakan bahan air hangat,
HCOOH (asam formiat) total 2% yaitu guna untuk meratakan semua pewarna dalam
kulit sampai kedalam dan juga untuk mengoptimalkan pH, pH akhir yaitu 3,5, bahan
fixing agent lainya menggunakan retigan R4B untuk meratakan pewarna dibagian are
permukaan. Setelah langsung dilakukan bahan anti jamur (preventol Cr) sebagai anti
jamur. Setelah di hanging guna untuk menyempurnakan muatan.

Nama : Divia Susanto Putri


NIM : 1801054
Kelas : TPK B

Pada praktikum ini membahas artikel dressed glove dari kulit domba wet
blue. Penggunaan material domba wet blue ini bertujuan dimana kondisi rajah domba
yang longgar dan pori-pori kulitnya pun tidak besar. Tepat untuk artikel-artikel kulit
yang memiliki tingkst kelemasan yang tinggi. Berbanding terbalik menggunakan kulit
kambing wet blue. Dressed glove dimana jenis kulit sarung tangan yang digunakan
untuk fashion. Proses yang dilalui untuk mengolah kulit menjadi karakter dressed
glove adalah meliputi proses wetting back, washing, retanning (rechrome),
netralisasi, dyeing, fatliquoring, fiksasi, ageing. Kemudian setelah di ageing selama
satu malam kulit masuk ke dalam dry proses yang meliputi, proses hanging,
stacking, milling, toggling.
Pada hari pertama dilakukan sampai proses washing disini bertujuan untuk
untuk membersihkan kulit dari sisa proses sebelumnya, agar pada saat masuk pada
proses berikutnya tidak mempengaruhi ikatan kimia kulit dan bahan kimia pada saat
proses lainnya. Dengan penambahan surfactan non ionic untuk mempercepat
pembasahan. Retanning atau biasanya disebut dengan rechrome di sini bertujuan
untuk menyempurnakan proses tanning dan juga menyeragamkan kulit wet blue agar
muatan kulit wet blue dengan yang lainnya sama. Proses ini disebut rechrome karena
menggunakan bahan kimia chrome pada proses retanningnya. Bahan kimia yang
digunakan pada proses retanning ini biasanya adalah bahan kimia yang mempunyai
karakteristik bekerja pada pH asam sekitar pH 3,5 – 4 seperti bahan glutaraldehyd
dan chrome basisitas 33,3%.

Retanning disini bertujuan untuk:


1. Menyempurnakan proses penyamakan.
2. Menciptakan karakter khusus pada setiap artikel kulit yang berbeda, yang
berhubungan dengan kelemasan, kepadatan, elongasi, fleksibilitas, maupun run.
3. Memperbaiki sifat alami kulit yang kurang menguntungkan seperti area yang
tidak berisi untuk menjadi lebih berisi dan padat.
4. Menghasilkan standart kulit yang diinginkan.

Menurut Miller (1979) proses netralisasi merupakan proses yang penting dan
dijadikan control processing karena sangat berpengaruh terhadap hasil dari proses
penyamakan ulang. Sedangkan menurut Sharphouse (1989), proses netralisasi selalu
mempertimbangkan TIE (Titik Iso Elektrik), dikatakan kulit dalam keadaan TIE jika
muatan kationik (+) sama dengan muatan anionik (-). Kulit bersifat kationik saat pH
dibawah TIE dan bersifat anionik saat pH diatas TIE. Hal ini berhubungan dengan
bahan - bahan kimia yang digunakan sesudah proses netralisasi yaitu pengecatan
dasar (dyeing), peminyakan (fatliquoring), dan penyamakan ulang (retanning).
Bahan kimia yang digunakan disamping yang bersifat alkali juga
digunakan lightly neutralizing syntan seperti garam Na dari auxiliaries syntan. Over
netralisasi (pH diatas TIE kulit wet blue) harus dihindari karena selain menghasilkan
permukaan yang kasar pada rajah dan juga akan menyebabkan pegangan kulit tidak
berisi (BASF, 2007). Untuk artikel dressed glove pada tahapan netralisasi ini perlu
diperhatikan karena butuh waktu cukup lama untuk menyesuaikan pH (5,8-6), dengan
BCG biru. Kendala pada praktikum ini dimana kelompok kami sangat sulit merubah
BCG menjadi biru, tetap pada warna BCG biru terdapat hijau. Dilakukan sampai
pemutaran drum berulang-ulang. Dilakukan overnight. Setelah overnight dilakukan
pemutaran drum kembali untuk mengetahui kondisi pH dan BCG setelah di overnight
tetap saja tidak ada perubahan. Kemudian dilanjutkan langsung proses fatliquoring.
Fatliquoring bertujuan untuk menempatkan zat atau bahan yang berfungsi untuk
memisahkan serat kulit agar tidak merekat satu sama lain sehingga kulit menjadi
lemas, fleksibel, dan mempunyai kemuluran sesuai dengan standar dan tujuan artikel
yang akan dibuat. Pada pengaplikasian proses fatliquoring, bahan
kimia fatliquoring yang akan digunakan pertama-tama harus diemulsikan terlebih
dahulu semuanya dengan menggunakan air hangat dengan suhu 60-70° C. Pada saat
penambahan bahan fat pertama digunakan metode perminyakan short float tidak
menggunakan air sama sekali tapi mengkondisikan drum pada suasan panas.

Dyeing
Menurut Covington (2009), Pewarnaan dasar adalah salah satu tahapan
penting dalam penyamakan kulit yang merupakan sifat pertama dalam kulit untuk
menjadi taksiran pelanggan dan ketika warna terpentrasi ke dalam kulit, hasilnya
tergantung pada parameter diantaranya yaitu kimiawi warna dan mekanisme fiksasi,
afinitas relatif antara warna dengan substrat kulit, sifat dasar substrat termasuk
warnanya, pewarnaan dasar merupakan salah satu proses dalam penyamakan kulit
yang memberikan warna kulit agar mempunyai nilai keindahan karena proses ini
sangat menentukan hasil kulit jadi yang diinginkan.
Dyeing bertujuan untuk memberikan warna dasar pada kulit sesuai standart
yang berhubungan dengan karakteristik uji fisik, organoleptis, maupun kimia,
termasuk persyaratan yang berhubungan dengan penggunaan dyestuffnya.
Pengaplikasian dyestuff pada saat proses dyeing yaitu, apabila dyeing dilakukan
menggunakan 1 warna tunggal saja seperti warna hitam maka dyestuff langsung
dimasukkan tanpa melakukan pengenceran terlebih dahulu. Namun apabila
proses dyeing menggunakan dyestuff sebanyak 2-3 warna berbeda maka proses
pengaplikasiannya yaitu harus mencampurkan terlebih dahulu dengan air biasa
sampai menjadi pasta, baru kemudian menambahkan air hangat dengan perbandingan
1:2 dengan zat warna Red BG : Orange 2 GL hingga tidak terdapat gumpalan warna
yang masih tertinggal pada larutan. Hal ini dilakukan agar mengurangi terjadinya
belang pada kulit keringnya nanti. Terdapat penambahan auxilary syntan (Greibotan
TFS) sebagai pendispersi dan memepercepat penetrasi. Penambahan pasta pewarna
dilakukan 2x agar bahan pewarna masuk secara bertahap dan terpenetrasi sempurna.
Apabila zat pewarna belum terpenetrasi sempurna digunakan bahan tambahan seperti
amonia. Dengan warna yang dihasilkan orange.
Fiksasi
Fiksasi disini berfungsi untuk untuk mengikat secara sempurna bahan-bahan
kimia agar masuk ke dalam kulit secara maksimal. Bahan yang digunakan asam
formiat untuk meratakan zat pewarna, Retingan R4B sebagai fixing agent, dan Anti
jamur.

Hanging
Hanging bertujuan untuk mengurangi sisa kadar air dalam kulit hingga
mencapai 8 - 20%, proses pengeringan dengan menggunakan ruangan yang diatur
kelembapannya.

Stacking
Stacking berfungsi untuk melemaskan kulit sesuai dengan tingkat kelemasan
yang ingin dicapai. Terdapat 2 macam mesin stacking, yaitu manual
stacking dan molissa. Molissa adalah jenis mesin stacking dengan sistem vibrasi
dengan menggunakan tekanan dan kecepatan pada conveyor bandnya dengan angka 8
karena untuk artikel dressed glove yang diinginkan lemas. Kulit yang akan distaking
sebaiknya sudah dalam keadaan kering, karena jika terlalu lembab akan memberikan
efek negatif, yaitu setelah dipentang kulit cenderung menjadi kaku dan loose
grain/gembos.

Milling
Mesin milling disini berfungsi untuk meningkatkan tingkat kelemasan kulit
dengan cara kulit dimasukkan dalam drum milling dan memutarnya selama ± 5 jam
sampai mendapatkan tingkat kelemasan yang diinginkan.

Toggling
Fungsi dari mesin toggling adalah untuk membuka kulit crust, untuk
mendapatkan area luas kulit yang lebih luas, mengurangi kerut-kerut pada permukaan
kulit, dan juga untuk menjaga agar produk barang jadi kulit nantinya tidak terlalu
mulur atau berubah bentuk.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
 Kulit artikel dressed glove seharusnya menggunakan kulit domba, karena
struktur antara kulit domba kambing berbeda.
 Pada saat proses harus berhati-hati menggunakan kulit domba karena kulitnya
sangat tipis dan kecil sehingga mudah untuk sobek dan berlubang.
 Artikel dressed glove harus memiliki tingkat elongasi yang tinggi dan juga
tingkat kelemasan yang tinggi.

B. Daftar Pustaka

BASF, 2007, Pocket Book for the Leather Technologist, BASF


Aktiengesellschaft Ludwigshafen, Germany.
Covington, A. D. 2009. Tanning Chemistry of Leather. Cambridge UK: The
Royal Society of Chemistry.
Eddy. P. 2008. Pasca tanning. Akademi teknologi kulit. Yogyakarta.
Miller. 1979. Retannage and Influence on Various Properties. BASF
Aktiengesellschaft D-6700 Ludwigshafen.
Sharphouse,J.H. 1989, Leather Technician’s Handbook, Leather Producers
Association, St. Thomas Sstreet, London.

Anda mungkin juga menyukai