Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil produksi suatu artikel kulit harus sesuai dengan permintaan customer maupun

standar yang telah ditetapkan diperusahaan, selain dari permintaan costumer aspek seperti

dari pegangan, tampilan akhir, sifat fisis dan organoleptis kulit. Pada artikel nappa garment

kambing di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan kurang memenuhi standar customer yakni

tingkat kelemasan (softness) sehingga untuk memperbaiki kekurangan tersebut dilakukan

trial dengan sedikit mengubah dan menambahkan persentase dan dengan penambahan bahan

Cationik Fat, perubahan atau penambahan bahan fat pada formulasi proses pasca tanning

khususnya pada proses fatliquoring.

Tabel 5 menunjukkan formulasi awal dan tabel 6,7, dan 8 menunjukkan formulasi

perbaikan serta penambahan. Bahan baku (raw material) yang digunakan saat trial sama

dengan sebelumnya yakni kulit kambing wet blue kualitas I-IV dengan tebal shaving 0,6 mm

sesuai dengan permintaan customer. Bahan kimia pembantu yang digunakan sama dengan

produksi, tidak ada perubahan bahan kimia yang digunakan, namun pada pesentase

penggunaan bahan fatliquor yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kelemasan

yang sesuai dengan permintaan costumer.

Perbaikan formulasi dilakukan pada proses fatliquoring. Pada formulasi awal di

Proses fatliquoring menggunakan Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester

with feel improver (Nouvol SR) dan Lecithin (Nouvol LS55) sebanyak 11%. Sedangkan

pada formulasi perbaikan dan penambahan, menggunakan bahan fat jenis Comination of

sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel improver (Nouvol SR) dan Lecithin

(Nouvol LS55) sebanyak 16%, 21%, dan 26%.


Hasil kulit trial untuk persentase 16% tingkat softnessnya hanya sedikit berubah

dan fullnessnya masih belum sesuai. Untuk uji organoleptis penulis meminta pendapat dari

pembimbing lapangan dan dinyatakan lebih baik dibanding 11%. Pada sampel 21% untuk

hasil tingkat softness nya sedikit dapat dari pada sampel 16%, hal ini dikarenakan pada

sampel 21% penggunaan bahan fat jenis Comination of sulphited & Phospated fatty

alchohol ester with feel improver (Nouvol SR) lebih banyak dari pada Lecithin (Nouvol

LS55). Untuk uji organoleptis penulis meminta pendapat dari pembimbig lapangan dan

dinyatakan lebih baik dari yang 16%, sedangkan pada sampel 26% hasil dari trial tersebut

telah sesuai, dari ketiga sampel menurut costumer tingkat softnessnya dan fullnessnya yang

sesuai yaitu pada penggunaan 26% fatliquor. Kemudian untuk mengetahui nilai uji fisis baik

kulit sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan, kulit ini seharusnya diuji di Balai Besar

Kulit, Karet dan Plastik maupun di kampus. Namun dengan adanya pandemi COVID-19 ini

membuat uji fisis tidak dilakukan karena untuk meminimalisir terjadinya terpapar terhadap

penulis maupun yang lainnya dan terkendala dengan biaya.

Namun untuk mengetahui uji organoleptis secara manual dilakukan dengan

menurut responden yang berpengalaman dalam bidang proses pengolahan kulit. Para

responden mengisi quisioner uji organoleptis yang dibuat oleh penulis. Pengujian tersebut

dengan menggunakan feeling touch / pegangan kulit. Hasil dari ketiga percobaan tersebut

diuji dengan responden ± 3-5 responden untuk menyakinkan cotumer bahwa tingkat

kelemasan (Softness) yang dilakukan dengan persentase 26% telah memenuhi standar

costumer.
Berdasarkan iju organoleptis yang dilakukan penulis terhadap para teknisi maupun

seorang yang ahli pada bidang penyamakan kulit yang ada di Magetan, berikut ini hasil uji

organoleptis kulit kambing artikel nappa garment.

Table 1. Hasil uji organoleptis para responden


No Pernyataan SS S TS TSS
1. Bagaimana tingkat softnessnya??   √      
2. Bagaimana tingkat fullnessnya?   √    
Bagaimana pengaruh kelemasannya
terhadap pengguna fatliquor 16%,
3.   √     
apakah sudah memenuhi tingkat
kelemesan yang dituju?
Bagaimana pengaruh kelemasannya
terhadap pengguna fatliquor 21%,
4.   √     
apakah sudah memenuhi tingkat
kelemesan yang dituju?
Bagaimana pengaruh kelemasannya
terhadap pengguna fatliquor 26%,
5. √       
apakah sudah memenuhi tingkat
kelemesan yang dituju?
Sumber: Para responden
Keterangan :
SS = Sangat Sesuai
S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
TSS = Tidak Sangat Sesuai

Berdasarkan tabel 10 yang telah dilakukan uji organoleptis dengan menggunakan

metode quisioner diisi oleh para responden ini menunjukkan bahwa tingkat kelemasan

(Softness) yang digunakan pada artikel nappa garment kulit kambing adalah 26%, sedangkan

pada softness dan fullness diketahui masih sesuai atau standartnya sama dengan artikel

nappa garment seperti yang lain. Pada penggunaan 26% fatliquor yang digunakan bahan fat

dengan 2 jenis minyak yaitu Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with

feel improver dan Lecithin, serta ditambahkan cationik fat 1% untuk menambahkan

pegangan di akhir.
B. Pembahasan
Kulit nappa garment adalah kulit garment yang dibuat dari kulit sapi, domba,

kambing dan lain-lain yang setelah selesai masih secara utuh memiliki grain. Kulit jenis ini

yang sering disebut sebagai nappa garment (istilah lapangan). Kulit garmen ini dapat

digunakan sebagai baju, jaket, tas, rompi, dan celana pendek/panjang atau busana lainnya.

Mengingat hasil akhirnya tetap memiliki grain, maka keutuhan grain sangat diperlukan

artinya bahan baku yang digunakan untuk garment harus mempunyai grain yang cukup baik,

dapat berasal dari kulit awet pikel kualitas I, II, III, IV dan V.

1. Karakteristik bahan kimia fatliquor yang digunakan untuk meningkatkan

kelemasan.

Proses fatliquoring pada artikel nappa garment kambing ini menggunakan 2

jenis minyak, yakni Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel

improver dan Lecithin. Perbedaan dari fomulasi awal dan perbaikan dititik beratkan pada

penggunaan Nouvol SR.

a. Jenis minyak yang digunakan pada proses fatliquoring.

i. Nouvol SR (Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel

improver)

Berdasarkan Technical Data Sheet (terlampir) karakteristik bahan

Nouvol SR adalah memiliki pentrasi menembus hingga kedalam untuk kelemasan

(Softness) yang luar biasa, serta memiliki pegangan yang lembut dan sentuhan

yang menyenangkan. Berdasarkan karakteristik tersebut, Nouvol SR memberikan

efek kulit yang lebih soft, tidak mengandung minyak atau pelarut alami, sehingga

kulit tidak berbau dan juga memiliki fogging yang rendah. Produk ini memiliki

sifat tahan cahaya dan penuaan yang sangat baik, sedikit pemutihan dan dapat
digunakan untuk kulit wet white. Meskipun NOUVOL SR umumnya

direkomendasikan sebagai fatliquor utama, namun dapat dikombinasikan. Produk

ini tahan terhadap asam, garam, dan elektrolit yang biasanya digunakan dalam

penyamakan kulit.

ii. Nouvol LS55 (lecithin)

Berdasarkan Technical Data Sheet (terlampir) karakteristik bahan

Nouvol LS55 adalah jenis lecithin yang sangat soft yang membutuhkan fullness

dan pegangan yang bisa dihancurkan. Membuat kulit terasa sangat ringan, penuh,

halus, dan halus saat disentuh pada Flesh serta pada grain. Minyak tersebut untuk

upholstery dan garment karena bahan fat ini juga dapat menunjukkan ketahanan

pada uji tarik, sobek, lipatan, dan jahitan lebih baik. Nouvol LS55 memiliki sifat

tahan panas dan tahan cahaya yang baik. Bahan ini dapat digunakan sendiri

sebagai fatliquor tunggal untuk artikel yang sangat lembut dan ringan tetapi lebih

sering sebagai fatliquor pendamping untuk mencapai properti yang diinginkan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi fatliquoring sebagai berikut.

i. Metode peminyakan

Metode peminyakan dapat dilakukan dengan tiga tahapan proses yakni

pra fatliquoring, main fatliquoring dan top fatliquoring. Metode peminyakan yang

digunakan saat proses artikel garment ini menggunakan metode main fatliquoring

dan top fatliquoring. Menurut Hermawan dkk (2014), main fatliquoring memiliki

tujuan utama lubrikasi serat untuk mencapai derajat kelemasan, elongasi tertentu.

Sedangkan top fatliquoring dilakukan untuk mendapatkan efek tertentu pada

permukaan kulit / grain seperti slippery, greasy, tacky dan lain-lain. Top fat juga
dilakukan apabila dirasa kulit kurang kelemasannya sehingga perlu tambahan

minyak.

Oleh karena itu, minyak yang semulanya ditambahkan pada proses

fatliquoring menggunakan 11% bahan fatliquor dilakukan kembali menggunakan

perbandingan 3 label/sampel. Untuk mengetahui hasil akhir tingkat kelemasan

pada ketiga label, dilakukannya perbandingan untuk melubrikasi serat sehingga

didapat kelemasaan sesuai yang diinginkan costumer.

ii. Efek rasio antara minyak terhadap kulit wet blue

Jumlah minyak yang digunakan untuk artikel nappa garment di PT. Insan

Makmur Sejahtera Magetan adalah 26% dari berat kulit wet blue. Sedangkan

jumlah ideal minyak yang digunakan untuk kulit nappa garment adalah 19%

(Purnomo, 2020). Jumlah minyak yang berlebih 7% tersebut tidak menutup

kemungkinan bahwa penggunaannya harus selalu 19% sesuai dengan teori.

Namun, jumlah tersebut menjadi acuan untuk membuat artikel nappa garment

dengan kelemasan sesuai artikel tersebut membutuhkan minyak sebesar 19% dari

kulit wet blue.

iii. Pengaruh konsentrasi minyak terhadap penetrasi

Penggunaan jumlah air untuk peminyakan terbagi dalam 3 metode yakni

short float, medium float dan long float. Short float menggunakan air 0-50%,

medium float penggunaan air 50-100%, sedangkan long float penggunaan air 100-

200% dari berat kulit wet blue. Semakin sedikit air yang digunakan maka

konsentrasi minyak semakin besar. Jumlah air yang digunakan untuk peminyakan
di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan adalah 100% untuk main fatliquoring

dan 50% untuk top fatliquoring.

Penggunaan jumlah air yang jumlahnya lebih sedikit dibanding jumlah

minyak maka menyebabkan kulit memiliki pengangan yang lebih lemas, karena

penetrasi minyak masuk lebih dalam ke dalam penampang kulit sehingga efek

lubrikasi semakin merata diantara serat kulit, sehingga menyebabkan pegangan

kulit semakin lemas.

iv. Proses emulsi yang dilakukan

Proses emulsi bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka minyak

dan air sehingga minyak dan air dapat tercampur dengan penambahan emulgator

atau pengelmusi. Selain pengemulsi, cara mengemulsikan juga memegang peran

penting. Kesalahan dalam pembentukan emulsi menyebabkan ukuran partikel dan

homogenitas emulsi tidak stabil sehingga menyebabkan efek peminyakannya

berkurang. Emulsifikasi yang dilakukan di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan

yakni dengan memasukkan air panas ke dalam minyak yang telah dicampur,

sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai terbentuk emulsi sempurna.

v. Pengaruh waktu putar terhadap proses fatliquoring

Waktu ideal yang digunakan untuk fatliquoring yaitu 45-60 menit.

Apabila kurang dari 45 menit akan menyebabkan distribusi minyak tidak merata

dan penetrasi minyak ke dalam kulit tidak akan diperoleh, karena penetrasi

minyak diiringi dengan adanya jumlah bantingan dan rpm drum. Apabila waktu

yang terlalu lama akan menyebabkan minyak keluar lagi sehingga permukaan

kulit akan menjadi lengket dan licin. Waktu yang digunakan saat main
fatliquoring pada artikel nappa garment di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan

yakni 60 menit dan saat top fatliquoring selama 45 menit.

vi. Pengaruh pH kulit pada proses fatliquoring

pH kulit setelah netralisasi untuk artikel garment di PT. Insan Makmur

Sejahtera Magetan 5,7. pH kulit yang tinggi tersebut, minyak yang digunakan

untuk main fatliquoring adalah minyak yang bermuatan anionik supaya minyak

dapat terpenetrasi sehingga melubrikasi serat dengan baik dan didapat pegangan

kulit seperti yang diinginkan.

Menurut John (1997), minyak anionik digunakan untuk kulit yang

disamak chrome dengan nilai pH tinggi >4,5 akan meningkatkan penetrasi dari

minyak tersebut, walaupun jumlah air yang digunakan dikurangi. Nilai pH yang

rendah <4,0 meningkatkan peminyakan dipermukaan dan jumlah air yang

digunakan berkurang.

2. Persentase penggunaan fatliquor yang digunakan untuk meningkatkan kelemasan

pada proses fatliquoring

Berdasarkan Tabel 10, maka kulit kambing dengan penggunaan fatliquor

sebanyak 26% kelemasan (Softness) kulit lebih baik dari 16% dan 21%, pada sampel

awal yang menggunkan 11% tingkat kelemasannya masih kurang sesuai dengan

permintaan costumer, untuk yang 21% tingkat kelesamasannya sedikit memenuhi akan

tetapi untuk fullness nya belum sesuai dengan permintaan costumer, untuk softness dan

fullness nya pada sampel 26% hampir sama seperti artikel nappa garment pada

umumnya. Hanya saja bahan fat seperti synthetic fish oil tidak menggunakan

menyebabkan softness nya masih kurang lemas.


Proses fatliquoring pada artikel nappa garment kambing ini menggunakan 2

jenis minyak, yakni Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel

improver dan Lecithin. Penambahan persentase Nouvol SR mampu meningkatkan

kelemasan (softness) pada artikel nappa garment kulit kambing berdasarkan hasil uji

pada kulit hasil perbaikan pada tabel 8. Hal tersebut dikarenakan Nouvol SR memiliki

kemampuan mengemulsi yang sangat tinggi karena termasuk dalam golongan fatty

alcohol sufate yang mampu mengurangi tegangan permukaan antara campuran bahan

minyak dengan air sehingga minyak dapat terpenetrasi ke dalam kulit dengan maksimal

kemudian melubrikasi serat-serat dalam kulit. Parameter uji organoleptis pada hasil kulit

nappa garment mengacu pada permintaan dari customer. kulit menunjukkan kelemasan

(Softness) yang tinggi dan pegangan sedikit mengisi.

Menurut Purnomo (2008), Kulit garment memerlukan kelemasan seperti kain

sehingga diperlukan penetrasi minyak sampai ke penampang kulit. Selain mengatur

kedalaman proses netralisasi juga diperlukan fatliquoring agent yang mempunyai

kestabilan emulsi yang baik, partikel molekul emulsi yang lebih halus serta diperlukan

penstabil emulsi. Berikut ini penggunaan minyak pada beberapa jenis artikel:

Table 2. Penggunaan minyak pada beberapa jenis artikel


Sumber: Eddy. P. (2008). Pasca Tanning.

Berdasarkan tabel 11. pada artikel nappa garmnet jenis fatliquor yang

digunakan adalah sulphited syntetic oil, sulphited fish/ natural oil, sulphoclorinat oil,

mineral oil, dan sulphated fatty oil. Yang harusnya artikel nappa garment menggunakan

jenis fatliquor tersebut, akan tetapi costumer hanya menggunakan jenis sulphated fatty

oil dan lecithin. Dengan begitu penulis diharuskan membuat sama seperti pada jenis

fatliquor yang ada di tabel 11. Setelah dilakukan konsultasi dilakukanlah trial untuk

mendapatkan hasil dari sampel yang sesuai dengan costumer. Akan tetapi penulis

diharuskan membuat sampel A, B, dan C. Hanya menggunakan 2 jenis fat serta

menggunakan metode perbandingan yang diharapkan hasil akhir nya sama dengan

permintaan costumer. Menurut Sharphouse (1989), Sulphated fatty alcohol mengandung

pengion yang kuat, gugus sulfat yang sangat hidrofilik dan mempunyai rantai panjang

hidrokarbon yang hidrofobik. Antarmuka antara minyak dan air akan cenderung
berorientasi sehingga kelompok hidrofilik berada dalam air, dan ujung hidrofobik dalam

lapisan minyak, sehingga mengurangi ketegangan antarmuka.

Menurut Covington (2009), kekuatan penetrasi tergantung pada stabilitas

emulsi, distribusi ukuran partikel emulsi mempengaruhi stabilitas dan penetrasi, softness

tergantung pada rasio fraksi pengemulsi terhadap fraksi minyak pada kulit. Berdasarkan

sifat tersebut, Nouvol SR memiliki kemampuan mengemulsi yang sangat baik

mengakibatkan penetrasi ke dalam kulit secara maksimal. Namun hanya mampu

terpenetrasi ± 50%. Berikut ini adalah tingkat penetrasi jenis minyak pada kulit.

Gambar 1. Tingkat penetrasi minyak pada penampang kulit

Dari gambar 19 menunjukkan bahwa tingkat penetrasi jenis minyak berbeda-

beda, untuk itu dalam setiap artikel penggunaan minyak tidak sama. Karena pada setiap

artikel harus mendapatkan tingkat softness masing-masing. Pada artikel nappa garment

kulit kambing diharuskan menggunakan sulphited syntetic oil, sulphited fish/ natural oil,

sulphoclorinat oil, mineral oil, dan sulphated fatty oil karena pada jenis sulphited oil

tingkat penetrasinya sangat dalam sampai ke penampang, sedangkan untuk


sulphoclorinat hanyak 50%. Untuk efek penggunaan minyak pada setiap artikel

ditunjukkan pada gambar 20. Berikut ini gambar pengaruh penetrasi minyak .

Gambar 2. Pengaruh minyak pada tingkat softness

Pada gambar 20 jenis sulphoclorinat dan mayonaise (lecithin) tidak begitu

penuh grafiknya, hal ini menandakan bahwa kedua minyak hanya mampu mengisi serta

pelumas pada artikel nappa garment kulit kambing. Untuk itu pengggunaan bahan fat

pada artikel nappa garment harus ditambahkan jenis fat yang mampu menembus hingga

penampang, supaya tidak menggunakan bahan fat yang terlalu banyak persentasenya.

3. Hasil kulit dari penggunaan fatliquor pada proses fatliquoring

Mengingat keterbatasan luas kulit terutama untuk kulit kecil domba/kambing

dan fungsi garment yang memerlukan desain dan metoda potong/gunting tertentu, maka

syarat kulit untuk garment pada umumnya berkisar antara 5.5 square feet sampai 7.5

square feet tiap lembar. Di bawah 5.5 square feet tidak efisien dan di atas 7.5 square feet

mempunyai grain yang kasar dan tidak cukup baik untuk garment. Selain kualitas dan

luas kulit, pertimbangan lain yang tidak boleh kalah penting adalah ketebalan kulit. Kulit

garment mempunyai ketebalan standar 0.7 – 0.8 mm. Oleh karena itu dibutuhkan kulit
domba/kambing yang memiliki ketebalan pikel minimal 0.7 mm. Sebab setelah proses

penyamakan (wet blue) akan terjadi penambahan tebal sebesar 10 -20% dari tebal awal,

kemudian diketam (shaving). Oleh karena itu saat diproses shaving sebaiknya dibuat

lebih rendah yaitu 0.65 mm (Purnomo, 2008).

Kulit kambing memiliki struktur serat yang lebih rapat dibanding domba dan

memiliki lebih sedikit lemak, sehingga kuat sobek kulit kambing lebih baik dibanding

domba. Proses fiksasi menjadi bagian yang penting dalam proses fatliquoring supaya

terjadi ikatan antara minyak dengan kolagen, yakni ikatan elektrostatik (Covington,

2009). Ikatan ini terjadi ketika kolagen diasamkan, sehingga tercipta gugus kationik

yang akan berikatan dengan gugus anionik pada minyak. Diasamkan dalam hal ini

adalah dilakukan fiksasi dengan asam yakni HCOOH atau asam formiat berdasarkan

fiksasi yang dilakukan dalam pembuatan artikel nappa garment kulit kambing di PT.

Insan Makmur Sejahtera Magetan.

Berdasarkan hasil pengamatan kulit crusting kambing artikel nappa garment

pada sampel C dengan penggunaan fatliquor 26%, tingkat kelemasan (Softness) kulit

lebih baik dari sampel A dan B, karena pada sampel C persentase fatliquor

menggunakan hingga 26% fat. Untuk itu hasil tersebut membuat yakin costumer dan

telah sesuai dengan permintaan. Sedangkan pada sampel awal yang menggunkan 11%

fat kelemasan yang dihasilkan masih kurang sesuai, terlihat dari penggunaannya yang

hanya menggunakan 11% fat pada artikel nappa garment karakteristik kulit crusting

menjadi kaku, kencang, dan kosong. Disebabkan oleh jenis fat yang digunakan yag

hanya mampu menembus ke penampang sebesar 50% untuk itu diubah formulasinya

menggunakan 26% fat, kulit crusting nappa garment jadi lebih lemas dan berisi. untuk
softness dan fullness nya pada sampel C (26%) hampir sama seperti artikel nappa

garment pada umumnya. Hanya saja bahan fat seperti synthetic fish oil dan yang lainnya

yang sesuai dengan artikel nappa garment tidak digunakan menyebabkan softness nya

masih kurang lemas dan membuat penggunaan fatliquor nya jadi lebih banyak hingga

26%. Untuk itu sebaiknya pada artikel nappa garment harus menggunakan beberapa

jenis fatliquor supaya penggunaannya tidak sampai 26%, ditambah lagi penggunaan

fatliquor sebanyak 26% menyebabkan nilai cost menjadi semakin banyak.

Berdasarkan tujuan fatliquoring salah satunya bukanlah untuk membuat kulit

lemas, Namun fungsi utamanya adalah untuk mencegah serat kulit tidak merekat satu

sama lain saat kering atau tidak basah (Covington, 2009). Proses retanning I

menggunakan produk chromosal B. menurut Covington (2009), keuntungan retanning

menggunakan chrome salah satunya adalah untuk memodifikasi sifat dari kulit yakni

tingkat kepadatan dan kelemasan dapat tercapai.

Dari hasil trial yang telah dilakukan dengan menggunakan 3 metode

persentase, untuk menyakinkan costumer harus dilakukan Pengujian organoleptis untuk

menunjukkan atau mengetahui hasil kulit yang diharapkan kelemasan (Softness) dan

pegangan (fullness) yang sesuai standar untuk kulit kambing artikel nappa garment.

Dengan dilakukannya pengujian organoleptis menggunakan metode menurut responden,

dapat membandingkan setiap responden yang ada, bagaimana kondisi organoleptis kulit

kambing artikel nappa garment yang telah dilakukan trial menurut para responden

seperti (supervisor, teknisi bagian finishing dan retanning, serta karyawan) dari

kelemasan (Softness) dan pegangan (fullness) kulit kambing yang menggunakan 16%,

21%, dan 26% fat. Dari hasil sampel A (16%) menunjukkan masih kurang lemas pada
setiap bagian yaitu krupon, dan setelah ditambahkan menggunakan pada sampel B

(21%) pegangan kulit menunjukkan kelemasan kulit jadi sedikit lebih lemas dan kulit

sedikit terisi karena menggunakan fatliquor yang bersifat mengisi yaitu Comination of

sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel improver (Nouvol SR). Sedangkan

pada sampel C (26%) penggunaan bahan fatliquor tingkat softness dan fullness nya

sudah sesuai dengan permintaan costumer. Dimana pihak costumer menginginkan

kelemasan yang sangat lemas serta pegangannya yang terisi ditambah lagi dengan jenis

cationik fat yang memberi pegangan diakhir proses.

Dari ke 5 responden lebih mengacu ke sampel C (26%) dikarenakan tingkat

kelemasan (Softness) hasil dari responden menunjukkan 85% dan menyatakan SS

(sangat sesuai) untuk artikel nappa garment, sedangkan pada pegangan (fullness) hasil

dari responden menunjukkan 80-85% dan menyatakan SS (sangat sesuai). Untuk itu

penulis menggunakan metode pengujian menurut responden supaya lebih jelas dipahami

oleh pihak costumer.

Adapun kendala yang dialami oleh perusahaan PT. Insan Makmur Sejahtera

Magetan terhadap hasil akhir penggunaan fatliquor kulit kambing yaitu : 1). Alat untuk

kontrol proses seperti, BCG dan thermometer, 2). Lab ataupun peralatan untuk pegujian

organoleptis dan fisis, 3). Bahan kimia fatliquor yang digunakan masih terbilang baru

dan belum banyak yang menggunakannya, 4). Penggunaan bahan kimia pembantu yang

masih belum paham fungsi secara khusus, 5). Control in process yang jarang dilakukan,

6). Peralatan dan mesin yang kurang memadahi untuk standar pengolahan kulit, 7). Alat

Pelindung Diri (APD) ketika melakukan proses belum diterapkan. Dari beberapa kendala

tersebut, penulis mencoba untuk melakukan perbaikan proses pada proses fatliquoring
dengan menggunakan metode perbandingan. Secara umum, dari setiap tahapan proses

memiliki fungsi masing – masing tergantung dari artikel yang akan dituju / digunakan.

Anda mungkin juga menyukai