A. Hasil
Hasil produksi suatu artikel kulit harus sesuai dengan permintaan customer maupun
standar yang telah ditetapkan diperusahaan, selain dari permintaan costumer aspek seperti
dari pegangan, tampilan akhir, sifat fisis dan organoleptis kulit. Pada artikel nappa garment
kambing di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan kurang memenuhi standar customer yakni
trial dengan sedikit mengubah dan menambahkan persentase dan dengan penambahan bahan
Cationik Fat, perubahan atau penambahan bahan fat pada formulasi proses pasca tanning
Tabel 5 menunjukkan formulasi awal dan tabel 6,7, dan 8 menunjukkan formulasi
perbaikan serta penambahan. Bahan baku (raw material) yang digunakan saat trial sama
dengan sebelumnya yakni kulit kambing wet blue kualitas I-IV dengan tebal shaving 0,6 mm
sesuai dengan permintaan customer. Bahan kimia pembantu yang digunakan sama dengan
produksi, tidak ada perubahan bahan kimia yang digunakan, namun pada pesentase
penggunaan bahan fatliquor yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat kelemasan
Proses fatliquoring menggunakan Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester
with feel improver (Nouvol SR) dan Lecithin (Nouvol LS55) sebanyak 11%. Sedangkan
pada formulasi perbaikan dan penambahan, menggunakan bahan fat jenis Comination of
sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel improver (Nouvol SR) dan Lecithin
dan fullnessnya masih belum sesuai. Untuk uji organoleptis penulis meminta pendapat dari
pembimbing lapangan dan dinyatakan lebih baik dibanding 11%. Pada sampel 21% untuk
hasil tingkat softness nya sedikit dapat dari pada sampel 16%, hal ini dikarenakan pada
sampel 21% penggunaan bahan fat jenis Comination of sulphited & Phospated fatty
alchohol ester with feel improver (Nouvol SR) lebih banyak dari pada Lecithin (Nouvol
LS55). Untuk uji organoleptis penulis meminta pendapat dari pembimbig lapangan dan
dinyatakan lebih baik dari yang 16%, sedangkan pada sampel 26% hasil dari trial tersebut
telah sesuai, dari ketiga sampel menurut costumer tingkat softnessnya dan fullnessnya yang
sesuai yaitu pada penggunaan 26% fatliquor. Kemudian untuk mengetahui nilai uji fisis baik
kulit sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan, kulit ini seharusnya diuji di Balai Besar
Kulit, Karet dan Plastik maupun di kampus. Namun dengan adanya pandemi COVID-19 ini
membuat uji fisis tidak dilakukan karena untuk meminimalisir terjadinya terpapar terhadap
menurut responden yang berpengalaman dalam bidang proses pengolahan kulit. Para
responden mengisi quisioner uji organoleptis yang dibuat oleh penulis. Pengujian tersebut
dengan menggunakan feeling touch / pegangan kulit. Hasil dari ketiga percobaan tersebut
diuji dengan responden ± 3-5 responden untuk menyakinkan cotumer bahwa tingkat
kelemasan (Softness) yang dilakukan dengan persentase 26% telah memenuhi standar
costumer.
Berdasarkan iju organoleptis yang dilakukan penulis terhadap para teknisi maupun
seorang yang ahli pada bidang penyamakan kulit yang ada di Magetan, berikut ini hasil uji
metode quisioner diisi oleh para responden ini menunjukkan bahwa tingkat kelemasan
(Softness) yang digunakan pada artikel nappa garment kulit kambing adalah 26%, sedangkan
pada softness dan fullness diketahui masih sesuai atau standartnya sama dengan artikel
nappa garment seperti yang lain. Pada penggunaan 26% fatliquor yang digunakan bahan fat
dengan 2 jenis minyak yaitu Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with
feel improver dan Lecithin, serta ditambahkan cationik fat 1% untuk menambahkan
pegangan di akhir.
B. Pembahasan
Kulit nappa garment adalah kulit garment yang dibuat dari kulit sapi, domba,
kambing dan lain-lain yang setelah selesai masih secara utuh memiliki grain. Kulit jenis ini
yang sering disebut sebagai nappa garment (istilah lapangan). Kulit garmen ini dapat
digunakan sebagai baju, jaket, tas, rompi, dan celana pendek/panjang atau busana lainnya.
Mengingat hasil akhirnya tetap memiliki grain, maka keutuhan grain sangat diperlukan
artinya bahan baku yang digunakan untuk garment harus mempunyai grain yang cukup baik,
dapat berasal dari kulit awet pikel kualitas I, II, III, IV dan V.
kelemasan.
jenis minyak, yakni Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel
improver dan Lecithin. Perbedaan dari fomulasi awal dan perbaikan dititik beratkan pada
i. Nouvol SR (Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel
improver)
(Softness) yang luar biasa, serta memiliki pegangan yang lembut dan sentuhan
efek kulit yang lebih soft, tidak mengandung minyak atau pelarut alami, sehingga
kulit tidak berbau dan juga memiliki fogging yang rendah. Produk ini memiliki
sifat tahan cahaya dan penuaan yang sangat baik, sedikit pemutihan dan dapat
digunakan untuk kulit wet white. Meskipun NOUVOL SR umumnya
ini tahan terhadap asam, garam, dan elektrolit yang biasanya digunakan dalam
penyamakan kulit.
Nouvol LS55 adalah jenis lecithin yang sangat soft yang membutuhkan fullness
dan pegangan yang bisa dihancurkan. Membuat kulit terasa sangat ringan, penuh,
halus, dan halus saat disentuh pada Flesh serta pada grain. Minyak tersebut untuk
upholstery dan garment karena bahan fat ini juga dapat menunjukkan ketahanan
pada uji tarik, sobek, lipatan, dan jahitan lebih baik. Nouvol LS55 memiliki sifat
tahan panas dan tahan cahaya yang baik. Bahan ini dapat digunakan sendiri
sebagai fatliquor tunggal untuk artikel yang sangat lembut dan ringan tetapi lebih
i. Metode peminyakan
pra fatliquoring, main fatliquoring dan top fatliquoring. Metode peminyakan yang
digunakan saat proses artikel garment ini menggunakan metode main fatliquoring
dan top fatliquoring. Menurut Hermawan dkk (2014), main fatliquoring memiliki
tujuan utama lubrikasi serat untuk mencapai derajat kelemasan, elongasi tertentu.
permukaan kulit / grain seperti slippery, greasy, tacky dan lain-lain. Top fat juga
dilakukan apabila dirasa kulit kurang kelemasannya sehingga perlu tambahan
minyak.
Jumlah minyak yang digunakan untuk artikel nappa garment di PT. Insan
Makmur Sejahtera Magetan adalah 26% dari berat kulit wet blue. Sedangkan
jumlah ideal minyak yang digunakan untuk kulit nappa garment adalah 19%
Namun, jumlah tersebut menjadi acuan untuk membuat artikel nappa garment
dengan kelemasan sesuai artikel tersebut membutuhkan minyak sebesar 19% dari
short float, medium float dan long float. Short float menggunakan air 0-50%,
medium float penggunaan air 50-100%, sedangkan long float penggunaan air 100-
200% dari berat kulit wet blue. Semakin sedikit air yang digunakan maka
konsentrasi minyak semakin besar. Jumlah air yang digunakan untuk peminyakan
di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan adalah 100% untuk main fatliquoring
minyak maka menyebabkan kulit memiliki pengangan yang lebih lemas, karena
penetrasi minyak masuk lebih dalam ke dalam penampang kulit sehingga efek
dan air sehingga minyak dan air dapat tercampur dengan penambahan emulgator
yakni dengan memasukkan air panas ke dalam minyak yang telah dicampur,
sedikit demi sedikit sambil terus diaduk sampai terbentuk emulsi sempurna.
Apabila kurang dari 45 menit akan menyebabkan distribusi minyak tidak merata
dan penetrasi minyak ke dalam kulit tidak akan diperoleh, karena penetrasi
minyak diiringi dengan adanya jumlah bantingan dan rpm drum. Apabila waktu
yang terlalu lama akan menyebabkan minyak keluar lagi sehingga permukaan
kulit akan menjadi lengket dan licin. Waktu yang digunakan saat main
fatliquoring pada artikel nappa garment di PT. Insan Makmur Sejahtera Magetan
Sejahtera Magetan 5,7. pH kulit yang tinggi tersebut, minyak yang digunakan
untuk main fatliquoring adalah minyak yang bermuatan anionik supaya minyak
dapat terpenetrasi sehingga melubrikasi serat dengan baik dan didapat pegangan
disamak chrome dengan nilai pH tinggi >4,5 akan meningkatkan penetrasi dari
minyak tersebut, walaupun jumlah air yang digunakan dikurangi. Nilai pH yang
digunakan berkurang.
sebanyak 26% kelemasan (Softness) kulit lebih baik dari 16% dan 21%, pada sampel
awal yang menggunkan 11% tingkat kelemasannya masih kurang sesuai dengan
permintaan costumer, untuk yang 21% tingkat kelesamasannya sedikit memenuhi akan
tetapi untuk fullness nya belum sesuai dengan permintaan costumer, untuk softness dan
fullness nya pada sampel 26% hampir sama seperti artikel nappa garment pada
umumnya. Hanya saja bahan fat seperti synthetic fish oil tidak menggunakan
jenis minyak, yakni Comination of sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel
kelemasan (softness) pada artikel nappa garment kulit kambing berdasarkan hasil uji
pada kulit hasil perbaikan pada tabel 8. Hal tersebut dikarenakan Nouvol SR memiliki
kemampuan mengemulsi yang sangat tinggi karena termasuk dalam golongan fatty
alcohol sufate yang mampu mengurangi tegangan permukaan antara campuran bahan
minyak dengan air sehingga minyak dapat terpenetrasi ke dalam kulit dengan maksimal
kemudian melubrikasi serat-serat dalam kulit. Parameter uji organoleptis pada hasil kulit
nappa garment mengacu pada permintaan dari customer. kulit menunjukkan kelemasan
kestabilan emulsi yang baik, partikel molekul emulsi yang lebih halus serta diperlukan
penstabil emulsi. Berikut ini penggunaan minyak pada beberapa jenis artikel:
Berdasarkan tabel 11. pada artikel nappa garmnet jenis fatliquor yang
digunakan adalah sulphited syntetic oil, sulphited fish/ natural oil, sulphoclorinat oil,
mineral oil, dan sulphated fatty oil. Yang harusnya artikel nappa garment menggunakan
jenis fatliquor tersebut, akan tetapi costumer hanya menggunakan jenis sulphated fatty
oil dan lecithin. Dengan begitu penulis diharuskan membuat sama seperti pada jenis
fatliquor yang ada di tabel 11. Setelah dilakukan konsultasi dilakukanlah trial untuk
mendapatkan hasil dari sampel yang sesuai dengan costumer. Akan tetapi penulis
menggunakan metode perbandingan yang diharapkan hasil akhir nya sama dengan
pengion yang kuat, gugus sulfat yang sangat hidrofilik dan mempunyai rantai panjang
hidrokarbon yang hidrofobik. Antarmuka antara minyak dan air akan cenderung
berorientasi sehingga kelompok hidrofilik berada dalam air, dan ujung hidrofobik dalam
emulsi, distribusi ukuran partikel emulsi mempengaruhi stabilitas dan penetrasi, softness
tergantung pada rasio fraksi pengemulsi terhadap fraksi minyak pada kulit. Berdasarkan
terpenetrasi ± 50%. Berikut ini adalah tingkat penetrasi jenis minyak pada kulit.
beda, untuk itu dalam setiap artikel penggunaan minyak tidak sama. Karena pada setiap
artikel harus mendapatkan tingkat softness masing-masing. Pada artikel nappa garment
kulit kambing diharuskan menggunakan sulphited syntetic oil, sulphited fish/ natural oil,
sulphoclorinat oil, mineral oil, dan sulphated fatty oil karena pada jenis sulphited oil
ditunjukkan pada gambar 20. Berikut ini gambar pengaruh penetrasi minyak .
penuh grafiknya, hal ini menandakan bahwa kedua minyak hanya mampu mengisi serta
pelumas pada artikel nappa garment kulit kambing. Untuk itu pengggunaan bahan fat
pada artikel nappa garment harus ditambahkan jenis fat yang mampu menembus hingga
penampang, supaya tidak menggunakan bahan fat yang terlalu banyak persentasenya.
dan fungsi garment yang memerlukan desain dan metoda potong/gunting tertentu, maka
syarat kulit untuk garment pada umumnya berkisar antara 5.5 square feet sampai 7.5
square feet tiap lembar. Di bawah 5.5 square feet tidak efisien dan di atas 7.5 square feet
mempunyai grain yang kasar dan tidak cukup baik untuk garment. Selain kualitas dan
luas kulit, pertimbangan lain yang tidak boleh kalah penting adalah ketebalan kulit. Kulit
garment mempunyai ketebalan standar 0.7 – 0.8 mm. Oleh karena itu dibutuhkan kulit
domba/kambing yang memiliki ketebalan pikel minimal 0.7 mm. Sebab setelah proses
penyamakan (wet blue) akan terjadi penambahan tebal sebesar 10 -20% dari tebal awal,
kemudian diketam (shaving). Oleh karena itu saat diproses shaving sebaiknya dibuat
Kulit kambing memiliki struktur serat yang lebih rapat dibanding domba dan
memiliki lebih sedikit lemak, sehingga kuat sobek kulit kambing lebih baik dibanding
domba. Proses fiksasi menjadi bagian yang penting dalam proses fatliquoring supaya
terjadi ikatan antara minyak dengan kolagen, yakni ikatan elektrostatik (Covington,
2009). Ikatan ini terjadi ketika kolagen diasamkan, sehingga tercipta gugus kationik
yang akan berikatan dengan gugus anionik pada minyak. Diasamkan dalam hal ini
adalah dilakukan fiksasi dengan asam yakni HCOOH atau asam formiat berdasarkan
fiksasi yang dilakukan dalam pembuatan artikel nappa garment kulit kambing di PT.
pada sampel C dengan penggunaan fatliquor 26%, tingkat kelemasan (Softness) kulit
lebih baik dari sampel A dan B, karena pada sampel C persentase fatliquor
menggunakan hingga 26% fat. Untuk itu hasil tersebut membuat yakin costumer dan
telah sesuai dengan permintaan. Sedangkan pada sampel awal yang menggunkan 11%
fat kelemasan yang dihasilkan masih kurang sesuai, terlihat dari penggunaannya yang
hanya menggunakan 11% fat pada artikel nappa garment karakteristik kulit crusting
menjadi kaku, kencang, dan kosong. Disebabkan oleh jenis fat yang digunakan yag
hanya mampu menembus ke penampang sebesar 50% untuk itu diubah formulasinya
menggunakan 26% fat, kulit crusting nappa garment jadi lebih lemas dan berisi. untuk
softness dan fullness nya pada sampel C (26%) hampir sama seperti artikel nappa
garment pada umumnya. Hanya saja bahan fat seperti synthetic fish oil dan yang lainnya
yang sesuai dengan artikel nappa garment tidak digunakan menyebabkan softness nya
masih kurang lemas dan membuat penggunaan fatliquor nya jadi lebih banyak hingga
26%. Untuk itu sebaiknya pada artikel nappa garment harus menggunakan beberapa
jenis fatliquor supaya penggunaannya tidak sampai 26%, ditambah lagi penggunaan
lemas, Namun fungsi utamanya adalah untuk mencegah serat kulit tidak merekat satu
sama lain saat kering atau tidak basah (Covington, 2009). Proses retanning I
menggunakan chrome salah satunya adalah untuk memodifikasi sifat dari kulit yakni
menunjukkan atau mengetahui hasil kulit yang diharapkan kelemasan (Softness) dan
pegangan (fullness) yang sesuai standar untuk kulit kambing artikel nappa garment.
dapat membandingkan setiap responden yang ada, bagaimana kondisi organoleptis kulit
kambing artikel nappa garment yang telah dilakukan trial menurut para responden
seperti (supervisor, teknisi bagian finishing dan retanning, serta karyawan) dari
kelemasan (Softness) dan pegangan (fullness) kulit kambing yang menggunakan 16%,
21%, dan 26% fat. Dari hasil sampel A (16%) menunjukkan masih kurang lemas pada
setiap bagian yaitu krupon, dan setelah ditambahkan menggunakan pada sampel B
(21%) pegangan kulit menunjukkan kelemasan kulit jadi sedikit lebih lemas dan kulit
sedikit terisi karena menggunakan fatliquor yang bersifat mengisi yaitu Comination of
sulphited & Phospated fatty alchohol ester with feel improver (Nouvol SR). Sedangkan
pada sampel C (26%) penggunaan bahan fatliquor tingkat softness dan fullness nya
kelemasan yang sangat lemas serta pegangannya yang terisi ditambah lagi dengan jenis
(sangat sesuai) untuk artikel nappa garment, sedangkan pada pegangan (fullness) hasil
dari responden menunjukkan 80-85% dan menyatakan SS (sangat sesuai). Untuk itu
penulis menggunakan metode pengujian menurut responden supaya lebih jelas dipahami
Adapun kendala yang dialami oleh perusahaan PT. Insan Makmur Sejahtera
Magetan terhadap hasil akhir penggunaan fatliquor kulit kambing yaitu : 1). Alat untuk
kontrol proses seperti, BCG dan thermometer, 2). Lab ataupun peralatan untuk pegujian
organoleptis dan fisis, 3). Bahan kimia fatliquor yang digunakan masih terbilang baru
dan belum banyak yang menggunakannya, 4). Penggunaan bahan kimia pembantu yang
masih belum paham fungsi secara khusus, 5). Control in process yang jarang dilakukan,
6). Peralatan dan mesin yang kurang memadahi untuk standar pengolahan kulit, 7). Alat
Pelindung Diri (APD) ketika melakukan proses belum diterapkan. Dari beberapa kendala
tersebut, penulis mencoba untuk melakukan perbaikan proses pada proses fatliquoring
dengan menggunakan metode perbandingan. Secara umum, dari setiap tahapan proses
memiliki fungsi masing – masing tergantung dari artikel yang akan dituju / digunakan.