BAB I
PENDAHULUAN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mentah dari kulit sapi, anak sapi, atau kerbau yang disamak krom, digemuk
sedang dan diberi warna hitam, coklat atau warna-warna lain. Kulit Box
digunakan untuk atasan sepatu biasa atau sepatu kerja, tebal kulit Box rata-rata
dari 1,6 – 2,2 mm, menurut keperluan dari sifat kulit box / atasan sepatu yang
baik adalah lemas, pegangan penuh, struktur kuat, nerf harus tidak lepas dan
tidak mudah pecah-pecah, gambar nerf harus tidak boleh kelihatan, dan ini hanya
bisa diperoleh dari kulit hewan muda ( Balai Penelitian Kulit, 1987 ).
Untuk kulit atasan sepatu yang lain adalah Nappa UpperShoe. Nappa
Leather adalah kulit lemas dengan rajah asli yang dibuat dari kulit domba,
kambing atau sapi. Biasanya jenis kulit ini sangat lembut, tipis, dan disamak
dengan bahan penyamak krom untuk atasan sepatu, busana dan kulit mebel . Kulit
Nappa banyak peminatnya karena keindahan rajah dan kerataan warnanya. Rajah
yang diimaksud adalah kencang ( tidak bergelombang ) untuk semua area
terutama pada bagian perut dan punggung , namun tetap lembut (Anonim, 1986).
Untuk membentuk karakter suatu jenis kulit, dalam hal ini seperti kulit atasan
(Upper Leather) ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah peminyakan
(Fatliquoring) . Peminyakan merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan karakteristik kulit jadi, baik dari sudut pandang keindahan maupun
keenakan pakainya. Peminyakan memiliki efek yang cukup besar pada sifat-sifat
fisik kulit jadinya seperti kepecahan, kemuluran, kelemasan, ketahanan sobek,
ketahanan air dan keenakan pakai . Tujuan dari peminyakan yaitu untuk melapisi
serat-serat kulitnya hingga tidak lengket satu dengan lainnya, memberikan
kelemasan yang baik dan meningkatkan daya tahan terhadap air.
Menurut Rohm dan Haasw (1996), Fatliquoring dilakukan untuk
mengganti lemak netral yang dihilangkan sewaktu proses pengapuran. Tujuan
utamanya adalah melindungi serat yang longgar setelah pengikisan protein
(Batting) , serta mengikatkan minyak dengan kulit sehingga kulit menjadi kuat
dan tidak mudah sobek serta mulur atau fleksibel ketika ditarik. Tujuan kedua
adalah lubrikasi agar serat kulit satu dengan lainnya bergesekan dengan baik.
Minyak yang digunakan antara lain : minyak hewani, minyak nabati, dan minyak
mineral. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penetrasi minyak adalah
faktor-faktor yang mengendalikan kestabilan emulsi, antara lain :
1. Jenis minyak dan emulsifier.
Maksudnya adalah jenis minyak yang digunakan, apakah jenis
minyak Anionik, Kationik, Amphoteric atau Non Ionik. Sebagai
contoh jenis minyak yang digunakan pada peminyakan Nappa Upper
Shoe di CV. Lengtat Leathers adalah jenis minyak Anionik yang
berarti minyak dengan gugus bermuatan negatif sebagai
emulsifiernya.
2. Jumlah minyak, air
Maksudnya adalah perbandingan minyak dengan air, makin sedikit air
makin banyak minyak yang terserap demikian pula sebaliknya.
3. Ukuran partikel tetes minyak
Maksudnya kekentalan jenis minyak yang digunakan.
4. Temperatur
Maksudnya adalah suhu air yang digunakan saat mengemulsikan
minyak.
5. Rentang waktu pengemulsian dalam penggunaan.
Maksudnya adalah jarak waktu pengemulsian dengan penggunaan
jangan terlalu lama karena suhu akan turun dan mempengaruhi
kestabilan minyak.
6. pH dan kesadahan air.
Maksudnya adalah pH air netral dan tidak mengandung Ca Mg
bikarbonat, Ca Mg nitrat, Ca Mg chloride, Ca Mg sulfida atau
kesadahan air kurang dari 10º jerman. Sebagai contoh pada
penyamakan nabati bila kesadahan air lebih dari 10 jerman maka
warna kulit akan menjadi tua dikarenakan adanya Calcium tannat.
7. pH kulit dan jenis penyamakan kulit.
Maksudnya adalah pH penampung kulit pada saat netralisasi dan jenis
artikel kulit yang ingin dituju.
Menurut Bienkiewicz (1983), emulsi minyak dapat dibagi dua yaitu oil in
water (O/W) dan water in oil (W/O). Selain itu berdasarkan muatannya minyak
dapat dibagi menjadi :
1. Anionik yaitu : minyak dengan gugus bermuatan negatif sebagai
emulsifiernya.
2. Kationik yaitu : minyak dengan gugus bermuatan positif sebagai
emulsifiernya.
3. Amphoterik, minyak yang mempunyai dua jenis muatan akan
bermuatan positif atau negatif sesuai dengan suasana muatan
medianya.
4. Non ionik, yaitu minyak yang tidak terdisosiasi, mengandung gugus
Hidroksil atau ethoksil.
Pengikatan minyak pada kulit terjadi dengan terdisosiasinya , emulsifier
minyak dan berikatan dengan muatan ionic kulit.
Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk memilih
judul “PROSES PENGOLAHAN KULIT SEPATU WET BLUE DI CV.
LENGTAT LEATHERS, TANGERANG, BANTEN”.