Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN RESMI

PEMBUATAN BAHAN KIMIA KULIT

Disusun Oleh:
Nama : Zanuar Fadhil Romadhoni
NIM : 1801067
Kelas : Tpk C

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2020
PRAKTIKUM PEMBUATAN REDUCED CHROME

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan resmi ini disusun untuk memenuhi  tugas  mata kuliah pilihan yaitu


pembuatan bahan kimia tentang pembuatan senyawa reduce chrome.

Yogyakarta, 5 desember 2020


Dosen Pengampu Praktikan:

Wahyu Fajar Winata, M.Eng. Zanuar Fadhil Romadhoni


………………………………… ……………………………………
…… …….

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan
Resmi pembuatan bahan kimia ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Tujuan dari penulisan  laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah pilihan yaitu pembuatan bahan kimia.

Laporan ini tidak dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya tanpa bantuan


dari berbagai pihak.  Untuk itu, dalam kesempatan ini disampaikan terimakasih
kepada :
1. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan dalam penyelesaian laporan  ini.
2. Bapak Dr. Prasetyo Hermawan dan Wahyu Fajar Winata, M.Eng. selaku dosen mata
kuliah pembuatan bahan kimia yang senantiasa memberi dorongan dan bantuan atas
keberhasilan penulisan laporan ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Namun demikian, laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan


saran sangat diharapkan untuk perbaikan lebih lanjut, sehingga laporan ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 05 desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PRAKTIKUM PEMBUATAN REDUCED CHROME..........................................................i


HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
A. Dasar Teori.............................................................................................................3
BAB III METODE KERJA.....................................................................................................7
A. Pembuatan fatliquor..............................................................................................7
B. Pengujian Suhu Pecah dan Waktu Pecah Emulsi..............................................7
C. Pengujian Kadar Air.............................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PERHITUNGAN................................................................................8
A. Hasil........................................................................................................................8
a) Pembuatan fatliquor..............................................................................................8
b) Pengujian suhu pecah dan waktu pecah..............................................................8
c) Pengujian kadar air...............................................................................................8
B. Perhitungan............................................................................................................8
BAB V PEMBAHASAN..........................................................................................................9
A. Pembuatan fatliquor..............................................................................................9
B. Pengujian Suhu Pecah dan Waktu Pecah Emulsi..............................................9
C. Pengujian Kadar Air.............................................................................................9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
LAMPIRAN............................................................................................................................12

iv
DAFTAR TABEL

Table 1. Data standar kualitas minyak fatliquoring...........................................................11

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Retakan kulit.....................................................................................................8


Gambar 2. Minyak hasil setelah overnight 1 malam......................................................18
Gambar 3. Minyak uji pecah............................................................................................18

vi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penyamakan kulit menggunakan berbagai macam proses kimiawi
maupun mekanis untuk menghasilkan kulit tersamak. Penyamakan dengan krom
merupakan yang paling populer, lebih dari 80% aktivitas penyamakan
menggunakan metode ini (Hauber, 1999). Akan tetapi, kulit samak krom ketika
dikeringkan cenderung menjadi kaku, warna menjadi lebih gelap dan
penampakannya kurang baik (Megahed, 2010). Hal ini menunjukan bahwa, pada
saat air dihilangkan ada proses pengeringan, kohesi dari serat kolagen berperan
dan menyebabkan hard-intractable leather yang sulit untuk di rehidrasi (Burgess,
1993). Dengan demikian, penggunakan minyak pada kulit melalui proses
fatliquoring akan menurunkan efek oksidasi udara dan memperbaiki karakteristik
kulit (Kronick, 1998).
Proses fatliquoring mempengaruhi karakteristik fisik kulit seperti: break,
stretch, stitch tear, tensile strength dan comfort. Kulit tersamak memiliki struktur
fisis yang sangat bervariasi tidak hanya antar kulit, akan tetapi dalam satu kulit itu
sendiri juga. Untuk mendapatkan nilai yang seragam pada produk, maka
diperlukan perlakuan pelumasan yang hati-hati. Pelumasan yang terlalu banyak
akan menghasilkan kelembutan kulit yang berlebihan dan raggy pada bagian
perut dan pinggir. Sebaliknya, pelumasan yang terlalu kurang akan menghasilkan
kulit yang kaku dan mengalami crack saat digunakan.

Gambar 1. Retakan kulit


Pada gambar 1 di atas, terlihat bahwa proses penyamakan serta pelumasan
serat yang baik dapat membuat serat-serat kulit bergerak secara mudah dan
seragam. Lebih lanjut, kulit juga akan mengalami fine break yang memberikan
tambahan nilai keindahan dan keawetan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki industri

1
penyamakan kulit. Sangat disayangkan bahwa sebagian bahan kimia yang
digunakan pada proses di industri ini masih mengalami ketergantungan terhadap
pasokan luar negeri. Padahal, sebagian bahan kimia tersebut, secara khusus
adalah fatliquor, dapat dibuat dari bahan baku yang jumlahnya melimpah di
Indonesia. Sampai saat ini, indonesia merupakan salah satu negara penghasil
minyak sawit terbesar di dunia. Dari tahun ke tahun, luas lahan perkebunan
kelapa sawit terus bertambah, pada tahun 2009 yaitu 48.880.000 ha, tahun 2010
yaitu 51.616.000,
tahun 2011 yaitu 53.498.000 ha, tahun 2012 yaitu 59.957.000 ha dan
pada tahun 2013 seluas 61.707.000 (BPS, 2013). Oleh karena itu, dalam
rangka menopang kemandirian industri dalam negeri, sangat penting
melakukan riset terhadap minyak sawit indonesia untuk dioleh menjadi
produk turunan yang dapat menopang industri, termasuk fatliquor untuk
industri pengolahan kulit.
Proses fatliquoring adalah suatu proses dimana minyak dimasukan ke
dalam kulit tersamak dalam bentuk emulsi sebelum kulit tersebut dikeringkan
(O’Flaherty, 1978). Pada saat ini terdapat kesepakatan yang cukup umum
bahwa fungsi utama dari penggunaan minyak fatliquor adalah untuk
mempengaruhi tingkat kohesi dari serat pada saat proses pengeringan (Das,
1956). Terdapat dua tipe fatliquor yang dominan digunakan di industri
pengolahan kulit. Pertama, fatliquor mayonaisse-type dimana minyak berada
di emulsi air dimana emulsifier bisanya berupa sabun dan protective koloid.
Kedua, Minyak tersulfatasi dengan beragam jenisnya. Sebagai tambahan. Juga
terdapat beberapa tipe emulsifiers sintetis tipe kationik, anionik dan non-ionik
yang juga digunakan untuk penggunaan khusus.

B. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan pembuatan fatliquor

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Penyamakan kulit merupakan proses untuk mengubah kulit mentah (hides atau
skins) menjadi kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak agar
sifat-sifat baik secara organoleptis, fisis, maupun kimiawi menjadi lebih baik. Proses
penyamakan yang secara umum dapat digolongkan menjadi empat tahap, yaitu:

o pengerjaan rumah basah (Beam House Operation/BHO)


o penyamakan (tanning)
o pasca tanning
o finishing
Apabila dijabarkan lagi penyamakan memiliki banyak proses lagi salah
satunya adalah proses fatliquoring. Fatliquoring merupakan proses peminyakan pada
kulit dengan menggunakan minyak anionic agar kulit lebih lunak dan lemas.
Fatliqoring telah dikembangkan pada abad yang lalu. Awal fatliqouring didasarkan
campuran minyak alami dan sabun, bahan pencair lainya yang mampu membentuk air
dalam emulsi minyak. Bahan utama yang digunakan pada proses ini adalah minyak
yang disebut dengan fatliquor. Jenis-jenis minyak yang dapat digunakan sebagai
bahan dasar pada proses fatliquoring adalah minyak hewani, minyak nabati, dan
minyak ikan.
Fatliquor adalah bahan kimia yang dapat diemulsikan dalam air yang
berfungsi sebagai pelumas, yang mempunyai kemampuan untuk menghaluskan kulit
dengan mereduksikan gaya gesek antar serat. Fatliquor terdiri dari ikatan parsial dari
bahan emulsi dan minyak didalam substratnya.
Proses yang dikenal sebagai fatliquoring adalah proses dimana minyak
disatukan ke dalam kulit dari emulsi sebelum kulit dikeringkan. Penerapan minyak
dalam bentuk emulsi ini berbeda antara proses fatliquoring dan alat-alat lain untuk
menyatukan minyak, seperti stuffing, currying, dan sebagainya.
Fatliquoring adalah metode pembuatan pelumasan yang paling umum
digunakan, dimana kulit diperlukan dengan emulsi minyak pelumas dalam media air.
Sebuah simpanan emulsi fatliquoring khusus minyak dalam kulit, dan ini diserap ke
dalam serat dan fibril. Ketika air kemudian dihilangkan. Minyak tetap dilumasi dan

3
memperbaiki sifat fisik kulit, seperti kerekatan, peregangan, jahitan sobek, kekuatan
tarik dan kenyamanan. Emulsi adalah dispersi dari suatu cairan dalam cairan lainnya
dimana kedua cairan dibawah keadaan normal cukup bercampur. Pengemulsi adalah
senyawa anion yang sama aktif, mengorientasikan dirinya di dalam lapisan antarmuka
tipis sekitar gelembung-gelembung lemak terdispersi larut dalam air.
Fatliquor bisa diperoleh dari bahan baku mentah yang berasal dari bahan
alami dan bahan tambang (petrokimia berbasis). Fatliquoring yang bahan dasarnya
dari alam, dibuat dari triglisserida unsaturated dengan asam lemak bebas tak jenuh
satu sampai tiga ikatan rangkap, atau asam lemak jenuh. Sumber utama dari
triglisserida unsaturated adalah minyak ikan, minyak neatfoot, minyak hewani, dan
lilin/malam. (lemak alkohol + ester asam lemak). Lanolin, alkohol berlemak dan
tallow, dll. Bisa juga di hidrolisa.
Fatliquor juga bisa diperoleh dari bahan baku mentah;

o Minyak nabati : linseed oil, minyak kacang tanah, minyak kayu yang juga
termasuk dalam golongan dry oil. Minyak jagung, minyak kacang kedelai,
dll.

o Lemak tumbuhan : lemak kelapa, minyak biji sawit, dan lemak minyak sawit.
o Minyak hewan : marine animal ooil, seal oil, whale oil, dolphin oil, fish oil,
dll. o Lemak hewan : beef and mutton tallow, lard, butterfat, bonefat and
horse grease.

o Lilin/malam : carnauba wax, bee’s wax, and wool grea o Parafin wax,
minyak mineral, olefins, proses hydrocarbon, minyak asam ester sintetis, dan
lilin, minyak alkohol, alkali benzene.

Hasil reaksi fatliquor:

 Sulfatasi

Minyak substansi + asam sulfat R-O-


SO3H

 Sulfitasi

4
Minyak substansi + O2 + NaHSO3 R-
SO3Na
 Sulfoklorinasi
Minyak substansi + SO3 +Cl2 + H2 R-CHSO3H

SULFATASI

Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral


(anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan
utama termasuk pemrosesan biji mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan
pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan.
Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini
disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan
cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium :

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4–

Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering
yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila
gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai
asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-jarang sekali, asam nordhausen. Di atmosfer,
zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam. Asam sulfat
dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9. Sulfatasi adalah
proses perlakuan minyak dengan asam sulfat pekat untuk mendapatkan minyak yang
dapat teremulsi dalam air. Minyak sulfat ini mempunyai sifat aktif permukaan dan dapat
mengemulsikan minyak bebas. Minyak mineral yang disulfonasi juga banyak digunakan
karena harganya yang relatif murah dan daya emulsinya yang sangat kuat.
Minyak yang disulfitasikan juga semakin banyak digunakan karena sifatnya yang
khas, yaitu emulsinya tahan terhadap asam dan elektrolit. Sulfitasi dikerjakan dengan
larutan Natriun bisulfit dengan sirkulasi udara. Minyak kationik bermuatan positif, karena
itu bereaksi dengan zat bermuatan negatif sehingga terjadi netralisasi. Minyak kationik ini
diperoleh dengan cara mengemulsikan minyak bebas dengan bahan kationik aktif

5
permukaan yang sangat kuat. Minyak kationik ini digunakan untuk meminyaki
permukaan kulit yang sudah diminyaki dengan minyak anionik, juga digunakan untuk
meminyaki permukaan kulit corrected grain, hal ini untuk mengurangi kemungkinan
mudahnya retaknya nerf. Minyak dengan muatan ganda merupakan campuran secara
marata dari minyak anionik dan kationik dengan pemantap anionik. Digunakan untuk
menghasilkan kulit yang lembut atau soft. Sulfatasi adalah suatu proses dimana suatu
grup pengemulsi (SO3H) direaksikan dangan minyak.

Table 1. Data standar kualitas minyak fatliquoring

Analisa Data Referensi (Sumarni, 2005)

Kadar Air 18,22 %

Kadar SO3 3,45 %

6
BAB III METODE KERJA

A. Pembuatan fatliquor

1. Cuci alat yang akan digunakan

2. Timbang minyak kelapa 100, 23 gram, kemudian dimasukkan kedalam gelas


beaker

3. Gelas beaker dimasukkan ke dalam miixer yang terdapat es di dalamnya

4. Mixer dinyalakan setelah suhu minyak dibawah 25o C

5. Ditambahkan asam sulfat perlahan – lahan kedalam minyak kelapa dengan diukur
suhu. Volume asam sulfat yaitu 17 ml

6. Selesaikan penambahan asam sulfat selesai. Diaduk lagi hingga 1 jam

7. Diamkan 1 malam minyak sulfat tersebut

8. PMinyak sulfat dipisahkan dari hasil sampingnya

9. Minyak sulfat dicuci dengan larutan garam jenuh sebanyak 2 kali 300 ml selama
5 menit menggojog.

10. pH awal di cek. Setelah pH awal di cek, menetralkan minyak sulfat dengan
larutan NaOH hingga pH 6,5 – 7

B. Pengujian Suhu Pecah dan Waktu Pecah Emulsi

1. Minyak dan air dipanaskan

2. Amati thermometer sampai minyak pecah pada suhu berapa dan waktu pecahnya

C. Pengujian Kadar Air

1. Dicuci alat yang akan digunakan


2. Ditimbang gelas arloji kososng seberat 33,698 gram
3. Ditimbang minyak 0,156 gram
4. Ditimbang selama 3 jam sekali. Setiap 1 jam di timbang ( berat konstan )

7
BAB IV HASIL DAN PERHITUNGAN

A. Hasil
a) Pembuatan fatliquor

 Warna minyak menjadi coklat setelah diovernight satu malam


 Terjadi pemisahan antara minyak tersebut
 Minyak diatas lebih muda warnanya
 Minyak dibawah lebih pekat warnanya
 Yang digunakan minyak bagian atas
b) Pengujian suhu pecah dan waktu pecah

 Waktu pecah membentuk cairan


 Suhu pecah nya yaitu 65°
 Warna menjadi putih susu
c) Pengujian kadar air

 Berat awal penimbangan minyak kelapa sawit 0,156 gr


 Suhu 80° dan dilakukan selama 3 jam, setiap 1 jam dihitung beratnya
 Tujuan menghitung berat pada waktu 1 jam untuk menghitung jumlah air yang
menguap
 Didalam video tersebut dilakukan satu kali penimbangan dan didapatkkan
0,1555gr

B. Perhitungan

8
BAB V PEMBAHASAN

A. Pembuatan fatliquor
B. Pengujian Suhu Pecah dan Waktu Pecah Emulsi
C. Pengujian Kadar Air

9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Aplikasi fatliquor pada kulit memberikan perbaikan nilai pada parameter tensile
strength, elongation dan stitch tears. Kulit yang diberikan fatliquor memiliki nilai
tensile strength, elongation dan stitch tears yang lebih tinggi dibandingkan kulit
tanpa penggunaan fatliquor.

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA
Burgess, D., 1993, ”General Aspect of Fatliquoring: An Introduction To The
Application and Chemistry of Fatliquoring”, J. Soc. Leather Techno &
Chemists, 78: 39-43
Kronick, P.L., 1998, “Use of Polymerizable Oil for Leather Fat Liquor”, US. Patent
5, 853, 427
Megahed, M.G., Nashy, E.H.A., 2010, “Ester Phosphate of Discarded Palm Oil
from Potato Chip Factories as Fat-Liquoring Agent”, Journal of American
Science, 6(12): 617-626
O’Flaherty, F., Rodd, W.T., Lollar, R.M., 1978, “The Chemistry and Technology of
Leather”, Reinhold Publishing Corporation, New York
Quadery, A.H., Uddin, M.T., Azad, A.K., Chowdhury, M.J., Deb, A.K., Hassan,
M.N., 2014, “Fatliquor Preparation from Karanja Seed Oil (Pongamia pinnata
L.) and Its Application for Leather Processing”, IOSR Journal of Applied
Chemistry, 8(1): 54-58
Thorstensen, T.C., 1993, “Practical Leather Technology”, Krieger Publishing
Company, Florida

11
LAMPIRAN

Gambar 2. Minyak hasil setelah overnight 1 malam

12
Gambar 3. Minyak uji pecah

13

Anda mungkin juga menyukai