Disusun Oleh:
Nama : Zanuar Fadhil Romadhoni
NIM : 1801067
Kelas : Tpk C
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2020
PRAKTIKUM PEMBUATAN REDUCED CHROME
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan
Resmi pembuatan bahan kimia ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah pilihan yaitu pembuatan bahan kimia.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penyamakan kulit menggunakan berbagai macam proses kimiawi
maupun mekanis untuk menghasilkan kulit tersamak. Penyamakan dengan krom
merupakan yang paling populer, lebih dari 80% aktivitas penyamakan
menggunakan metode ini (Hauber, 1999). Akan tetapi, kulit samak krom ketika
dikeringkan cenderung menjadi kaku, warna menjadi lebih gelap dan
penampakannya kurang baik (Megahed, 2010). Hal ini menunjukan bahwa, pada
saat air dihilangkan ada proses pengeringan, kohesi dari serat kolagen berperan
dan menyebabkan hard-intractable leather yang sulit untuk di rehidrasi (Burgess,
1993). Dengan demikian, penggunakan minyak pada kulit melalui proses
fatliquoring akan menurunkan efek oksidasi udara dan memperbaiki karakteristik
kulit (Kronick, 1998).
Proses fatliquoring mempengaruhi karakteristik fisik kulit seperti: break,
stretch, stitch tear, tensile strength dan comfort. Kulit tersamak memiliki struktur
fisis yang sangat bervariasi tidak hanya antar kulit, akan tetapi dalam satu kulit itu
sendiri juga. Untuk mendapatkan nilai yang seragam pada produk, maka
diperlukan perlakuan pelumasan yang hati-hati. Pelumasan yang terlalu banyak
akan menghasilkan kelembutan kulit yang berlebihan dan raggy pada bagian
perut dan pinggir. Sebaliknya, pelumasan yang terlalu kurang akan menghasilkan
kulit yang kaku dan mengalami crack saat digunakan.
1
penyamakan kulit. Sangat disayangkan bahwa sebagian bahan kimia yang
digunakan pada proses di industri ini masih mengalami ketergantungan terhadap
pasokan luar negeri. Padahal, sebagian bahan kimia tersebut, secara khusus
adalah fatliquor, dapat dibuat dari bahan baku yang jumlahnya melimpah di
Indonesia. Sampai saat ini, indonesia merupakan salah satu negara penghasil
minyak sawit terbesar di dunia. Dari tahun ke tahun, luas lahan perkebunan
kelapa sawit terus bertambah, pada tahun 2009 yaitu 48.880.000 ha, tahun 2010
yaitu 51.616.000,
tahun 2011 yaitu 53.498.000 ha, tahun 2012 yaitu 59.957.000 ha dan
pada tahun 2013 seluas 61.707.000 (BPS, 2013). Oleh karena itu, dalam
rangka menopang kemandirian industri dalam negeri, sangat penting
melakukan riset terhadap minyak sawit indonesia untuk dioleh menjadi
produk turunan yang dapat menopang industri, termasuk fatliquor untuk
industri pengolahan kulit.
Proses fatliquoring adalah suatu proses dimana minyak dimasukan ke
dalam kulit tersamak dalam bentuk emulsi sebelum kulit tersebut dikeringkan
(O’Flaherty, 1978). Pada saat ini terdapat kesepakatan yang cukup umum
bahwa fungsi utama dari penggunaan minyak fatliquor adalah untuk
mempengaruhi tingkat kohesi dari serat pada saat proses pengeringan (Das,
1956). Terdapat dua tipe fatliquor yang dominan digunakan di industri
pengolahan kulit. Pertama, fatliquor mayonaisse-type dimana minyak berada
di emulsi air dimana emulsifier bisanya berupa sabun dan protective koloid.
Kedua, Minyak tersulfatasi dengan beragam jenisnya. Sebagai tambahan. Juga
terdapat beberapa tipe emulsifiers sintetis tipe kationik, anionik dan non-ionik
yang juga digunakan untuk penggunaan khusus.
B. Tujuan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Penyamakan kulit merupakan proses untuk mengubah kulit mentah (hides atau
skins) menjadi kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak agar
sifat-sifat baik secara organoleptis, fisis, maupun kimiawi menjadi lebih baik. Proses
penyamakan yang secara umum dapat digolongkan menjadi empat tahap, yaitu:
3
memperbaiki sifat fisik kulit, seperti kerekatan, peregangan, jahitan sobek, kekuatan
tarik dan kenyamanan. Emulsi adalah dispersi dari suatu cairan dalam cairan lainnya
dimana kedua cairan dibawah keadaan normal cukup bercampur. Pengemulsi adalah
senyawa anion yang sama aktif, mengorientasikan dirinya di dalam lapisan antarmuka
tipis sekitar gelembung-gelembung lemak terdispersi larut dalam air.
Fatliquor bisa diperoleh dari bahan baku mentah yang berasal dari bahan
alami dan bahan tambang (petrokimia berbasis). Fatliquoring yang bahan dasarnya
dari alam, dibuat dari triglisserida unsaturated dengan asam lemak bebas tak jenuh
satu sampai tiga ikatan rangkap, atau asam lemak jenuh. Sumber utama dari
triglisserida unsaturated adalah minyak ikan, minyak neatfoot, minyak hewani, dan
lilin/malam. (lemak alkohol + ester asam lemak). Lanolin, alkohol berlemak dan
tallow, dll. Bisa juga di hidrolisa.
Fatliquor juga bisa diperoleh dari bahan baku mentah;
o Minyak nabati : linseed oil, minyak kacang tanah, minyak kayu yang juga
termasuk dalam golongan dry oil. Minyak jagung, minyak kacang kedelai,
dll.
o Lemak tumbuhan : lemak kelapa, minyak biji sawit, dan lemak minyak sawit.
o Minyak hewan : marine animal ooil, seal oil, whale oil, dolphin oil, fish oil,
dll. o Lemak hewan : beef and mutton tallow, lard, butterfat, bonefat and
horse grease.
o Lilin/malam : carnauba wax, bee’s wax, and wool grea o Parafin wax,
minyak mineral, olefins, proses hydrocarbon, minyak asam ester sintetis, dan
lilin, minyak alkohol, alkali benzene.
Sulfatasi
Sulfitasi
4
Minyak substansi + O2 + NaHSO3 R-
SO3Na
Sulfoklorinasi
Minyak substansi + SO3 +Cl2 + H2 R-CHSO3H
SULFATASI
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering
yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila
gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai
asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-jarang sekali, asam nordhausen. Di atmosfer,
zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam. Asam sulfat
dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9. Sulfatasi adalah
proses perlakuan minyak dengan asam sulfat pekat untuk mendapatkan minyak yang
dapat teremulsi dalam air. Minyak sulfat ini mempunyai sifat aktif permukaan dan dapat
mengemulsikan minyak bebas. Minyak mineral yang disulfonasi juga banyak digunakan
karena harganya yang relatif murah dan daya emulsinya yang sangat kuat.
Minyak yang disulfitasikan juga semakin banyak digunakan karena sifatnya yang
khas, yaitu emulsinya tahan terhadap asam dan elektrolit. Sulfitasi dikerjakan dengan
larutan Natriun bisulfit dengan sirkulasi udara. Minyak kationik bermuatan positif, karena
itu bereaksi dengan zat bermuatan negatif sehingga terjadi netralisasi. Minyak kationik ini
diperoleh dengan cara mengemulsikan minyak bebas dengan bahan kationik aktif
5
permukaan yang sangat kuat. Minyak kationik ini digunakan untuk meminyaki
permukaan kulit yang sudah diminyaki dengan minyak anionik, juga digunakan untuk
meminyaki permukaan kulit corrected grain, hal ini untuk mengurangi kemungkinan
mudahnya retaknya nerf. Minyak dengan muatan ganda merupakan campuran secara
marata dari minyak anionik dan kationik dengan pemantap anionik. Digunakan untuk
menghasilkan kulit yang lembut atau soft. Sulfatasi adalah suatu proses dimana suatu
grup pengemulsi (SO3H) direaksikan dangan minyak.
6
BAB III METODE KERJA
A. Pembuatan fatliquor
5. Ditambahkan asam sulfat perlahan – lahan kedalam minyak kelapa dengan diukur
suhu. Volume asam sulfat yaitu 17 ml
9. Minyak sulfat dicuci dengan larutan garam jenuh sebanyak 2 kali 300 ml selama
5 menit menggojog.
10. pH awal di cek. Setelah pH awal di cek, menetralkan minyak sulfat dengan
larutan NaOH hingga pH 6,5 – 7
2. Amati thermometer sampai minyak pecah pada suhu berapa dan waktu pecahnya
7
BAB IV HASIL DAN PERHITUNGAN
A. Hasil
a) Pembuatan fatliquor
B. Perhitungan
8
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembuatan fatliquor
B. Pengujian Suhu Pecah dan Waktu Pecah Emulsi
C. Pengujian Kadar Air
9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Aplikasi fatliquor pada kulit memberikan perbaikan nilai pada parameter tensile
strength, elongation dan stitch tears. Kulit yang diberikan fatliquor memiliki nilai
tensile strength, elongation dan stitch tears yang lebih tinggi dibandingkan kulit
tanpa penggunaan fatliquor.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Burgess, D., 1993, ”General Aspect of Fatliquoring: An Introduction To The
Application and Chemistry of Fatliquoring”, J. Soc. Leather Techno &
Chemists, 78: 39-43
Kronick, P.L., 1998, “Use of Polymerizable Oil for Leather Fat Liquor”, US. Patent
5, 853, 427
Megahed, M.G., Nashy, E.H.A., 2010, “Ester Phosphate of Discarded Palm Oil
from Potato Chip Factories as Fat-Liquoring Agent”, Journal of American
Science, 6(12): 617-626
O’Flaherty, F., Rodd, W.T., Lollar, R.M., 1978, “The Chemistry and Technology of
Leather”, Reinhold Publishing Corporation, New York
Quadery, A.H., Uddin, M.T., Azad, A.K., Chowdhury, M.J., Deb, A.K., Hassan,
M.N., 2014, “Fatliquor Preparation from Karanja Seed Oil (Pongamia pinnata
L.) and Its Application for Leather Processing”, IOSR Journal of Applied
Chemistry, 8(1): 54-58
Thorstensen, T.C., 1993, “Practical Leather Technology”, Krieger Publishing
Company, Florida
11
LAMPIRAN
12
Gambar 3. Minyak uji pecah
13