Anda di halaman 1dari 52

PERBEDAAN SPESIFIKASI HASIL UJI EMULSIFIKASI

MINYAK DALAM AIR DAN AIR DALAM MINYAK PADA


PEMBUATAN PRODUK KONDISIONER RAMBUT
DI PT CEDEFINDO

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:
Desi Fitriana
105116023

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019

1
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Kerja Praktik dengan baik dan
menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja Praktik ini tepat pada waktunya.

Kerja praktik ini merupakan salah satu mata kuliah wajib setiap mahasiswa Program Studi
Kimia di Universitas Pertamina. Laporan Pelaksanaan Kerja Praktik ini disusun sebagai salah satu
syarat pelengkap Kerja Praktik yang telah dilaksanakan selama 2 bulan di PT Cedefindo.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan petunjuk, bimbingan dan pengetahuan dalam menyusun Laporan Pelaksanaan Kerja
Praktik ini kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan selama kegiatan Kerja Praktik dan
pembuatan laporan ini.
2. Bapak Haryo Satria Oktaviano selaku Ketua Program Studi Kimia Universitas Pertamina.
3. Ibu Suharti Sastroredjo selaku Dosen Pembimbing.
4. Bapak Mulyatmojo selaku Manager HRD PT CEDEFINDO.
5. Ibu Diah Permana selaku Staff HRD.
6. Ibu Nurul Maulida selaku Manager PDV.
7. Ibu Sestinia Indah Sari selaku Supervisor PDV.
8. Staff karyawan PT CEDEFINDO.
9. Staff pengajar dan karyawan Universitas Pertamina.
10. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam menulis laporan
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna membangun kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Bekasi, Juli 2019

Penyusun,

Desi Fitriana

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK ............................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................ 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik ................................................................... 2
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ..................................................................................................... 3
2.1 Sejarah Perusahaan ............................................................................................................. 3
2.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................................... 4
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan .......................................................................................... 5
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK .......................................................................................... 6
3.1 Ruang Lingkup Perusahaan ............................................................................................... 6
3.2 Kegiatan Kerja Praktik ....................................................................................................... 7
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK .................................................................................................. 9
4.1 Formula Dasar .................................................................................................................... 9
4.2 Alat dan Bahan ................................................................................................................... 9
4.3 Cara Kerja ......................................................................................................................... 10
4.4 Hasil Uji ............................................................................................................................ 12
BAB V TINJAUAN TEORITIS ...................................................................................................... 14
5.1 Rambut .............................................................................................................................. 14
5.2 Kondisioner Rambut ......................................................................................................... 17
5.3 Emulsi ............................................................................................................................... 19
BAB VI PENUTUP .......................................................................................................................... 21
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 21
6.2 Saran .................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 22
LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji pH pada Produk Kondisioner Rambut ................................................................... 12

Tabel 4.2 Hasil Uji Kekentalan (Viskositas) pada Produk Kondisioner Rambut ................................. 12

Tabel 4.3 Hasil Uji Berat Jenis pada Produk Kondisioner Rambut ...................................................... 13

Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptik pada Produk Kondisioner Rambut ................................................... 13

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Cedefindo ....................................................................................... 5

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen PDV PT Cedefindo ......................................................... 7

Gambar 4.1 Alur Cara Kerja Pembuatan Kondisioner Rambut ............................................................ 11

Gambar 5.1 Anatomi Rambut Manusia ................................................................................................. 15

Gambar 5.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Batang Rambut .................................................................... 16

Gambar 5.3 Emulsi Minyak Dalam Air (a) dan Emulsi Air Dalam Minyak (b) ................................... 20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan produk kosmetik sudah menjadi hal yang penting bagi setiap
kalangan masyarakat. Penggunaan kosmetik pun sudah tidak lagi dimonopoli oleh kaum wanita
saja, banyak kaum pria yang sudah mulai peduli dengan penampilannya. Kosmetik adalah segala
bahan-bahan yang diaplikasikan pada tubuh. Kosmetik dapat digunakan untuk merawat,
membersihkan, mempercantik, memperbaiki penampilan, mengubah warna kulit, rambut dan gigi.
Kosmetik dapat diaplikasikan pada beberapa bagian anggota badan seperti kulit, kuku, mata, bibir
dan rambut.
Rambut merupakan salah satu bagian tubuh yang penting untuk dijaga. Rambut dapat
mengubah penampilan seseorang, oleh karena itu rambut merupakan salah satu investasi yang
penting untuk dirawat. Produk perawatan rambut adalah produk yang membantu mengendalikan
sifat dan perilaku rambut sehingga dapat dipertahankan dengan cara yang terkontrol dan
diinginkan. Produk perawatan rambut mencakup pencuci rambut, pelurus rambut, semprotan
rambut, penumbuh rambut, pewarna rambut dan lain-lain. Salah satu jenis pelurus rambut yang
sering digunakan adalah kondisioner rambut. Kondisioner rambut merupakan salah satu produk
perawatan rambut yang digunakan seletah keramas dan berfungsi untuk meluruskan, memperindah
dan memudahkan pengaturan rambut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Kondisioner rambut
bekerja dengan cara mengganti bahan, seperti minyak alami rambut, yang hilang selama proses
pencucian rambut.
Kondisioner rambut dibuat dengan menggunakan dua fasa yang berbeda yaitu fasa air dan
fasa minyak yang dicampur menggunakan teknik emulsi. Emulsi merupakan suatu campuran dari
dua atau lebih bahan yang tidak larut satu sama lain. Emulsi terdiri dari dua jenis yaitu emulsi
minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Dalam pembuatan produk kondisioner rambut ini,
jenis emulsi yang digunakan yaitu emulsi minyak dalam air dengan jumlah fasa minyak yang lebih
sedikit dari fasa air. Teknik emulsi yang digunakan dalam pembuatan kondisioner harus benar, jika
tidak maka bahan yang digunakan akan pecah atau gagal, tidak tercampur satu sama lain, dan
mempengaruhi sifat produknya. Hal inilah yang mendasari penulis untuk mengetahui perbedaan
yang diakibatkan dari cara emulsi yang berbeda agar produk kondisioner yang diproduksi di PT
Cedefindo dapat dikembangkan, stabil dan dipasarkan.

1
1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari program Kerja Praktik yang dilakukan di PT Cedefindo
anatara lain :
1. Mengetahui proses dan formula dasar pembuatan kondisioner rambut.
2. Membandingan hasil uji dari proses pembuatan kondisioner rambut dengan menggunakan
dua teknik emulsi yang berbeda.
3. Menentukan teknik emulsi yang baik untuk digunakan dalam proses pembuatan
kondisioner rambut.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

1.3.1 Waktu

Kerja Praktik ini dilaksanakan selama dua bulan dimulai sejak tanggal 2 Mei 2019 sampai
dengan 2 Juli 2019. Pelaksanaan praktik kerja industri dilakukan mulai hari Senin sampai
dengan Jumat pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB.

1.3.2 Tempat

Pelaksanaan Kerja Praktik dilakukan di PT Cedefindo yang terletak di Jalan Raya


Narogong Km. 4, Kelurahan Bojong Rawa Lumbu, Bekasi, Indonesia.

2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT Cedefindo adalah salah satu perusahaan kontrak manufaktur yang bergerak di bidang
industri kosmetik yang didirikan pada 11 Maret 1981. Awal berdirinya perusahaan ini beralamat di
Jalan Cokroaminoto No.115, Menteng, Jakarta. Usaha pertama yang dikembangkan yaitu sebagai
agen atau distributor produk-produk kosmetik asal Prancis. Pada 23 Agustus 1985, jenis usaha
perusahaan ini berkembang dibidang ekspor dan impor serta mengubah nama perusahaan menjadi
Cedef Indo.

Pada tanggal 9 Februari 1988, pabrik dan kantor PT Cedefindo diresmikan oleh Menaker dan
Memperindag. Pabrik dan kantor tersebut terletak di Jalan Raya Narogong KM. 4 Bekasi, Jawa
Barat. Tahun 1989 nama perusahaan kembali diubah menjadi PT Cedefindo dan seluruh saham
adalah milik PT Infusol Utama yang kemudian pada tahun 1990 beralih ke PT Kalbe Farma.
Akhirnya pada tahun 1999, perusahaan ini mulai bergabung dengan perusahaan Martha Tilaar
Group dan menjadi anak usaha dari PT Martina Berto Tbk. Martha Tilaar Group merupakan
perusahaan yang memanfaatkan pengalamannya dalam bekerja dengan produk kosmetik lokal dan
internasional.

PT Cedefindo telah berhasil menembus pasar kosmetik di negara ini selama sudah lebih dari
tiga dekade. Sebagai pelopor dalam kosmetik kelas atas, jajaran produk yang diproduksi di PT
Cedefindo meliputi rias dekoratif, perawatan tubuh, perawatan kulit, aerosol, perawatan rambut,
dan wewangian. PT Cedefindo selalu menjunjung tinggi prinsip inovasi untuk tetap mengikuti
perubahan dinamis dalam tren industri kecantikan. Lingkup layanan PT Cedefindo mulai dari
pengembangan formula hingga posisi sumber paket in-house perusahaan sebagai produsen
kosmetik tepercaya. Selain itu, PT Cedefindo juga berdedikasi terhadap inovasi produk dan
kemampuan produksi kosmetiknya yang luas. Hal ini menjadikan PT Cedefindo sebagai mitra
yang ideal bagi perusahaan yang ingin meningkatkan nama merek mereka ke basis konsumen yang
cerdas secara lokal, regional, dan internasional.

Penelitian dan pengembangan salah satu ujung tombak sumber daya manusia yang terampil
dari perusahaan mendorong banyak kemajuan dalam kemampuan manufaktur. PT Cedefindo
termasuk optimalisasi teknologi mikronisasi dan ekstraksi bahan-bahan asli Indonesia yang
tergabung dalam berbagai produk perawatan pribadi. PT Cedefindo mematuhi pedoman kontrol

3
kualitas yang ketat serta standar produksi internasional setelah menerima beberapa sertifikasi
diantaranya :

1. Sertifikasi GMP dari BPOM pada tahun 2000.

2. Sertifikasi Quality Management ISO 9001: 2008 pada tahun 2001.

3. Sertifikasi Sistem Jaminan Halal pada tahun 2013.

4. Sertifikasi ISO GMP 22716 pada tahun 2014

5. Sertifikasi ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007 pada tahun 2015.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi Perusahaan

Visi dari PT Cedefindo adalah menjadi salah satu perusahaan jasa manufaktur produk
kosmetik terkemuka di dunia melalui pemanfaatan teknologi modern, sebagai sarana peningkatan
nilai tambah bagi pelanggan.

2.2.2 Misi Perusahaan

Misi yang dikembangkan oleh PT Cedefindo adalah mengembangkan dan memproduksi


produk kosmetik yang sesuai dengan standar mutu internasional untuk memenuhi kepuasan
pelanggan.

4
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi PT Cedefindo dapat dilihat pada Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT
Cedefindo.

Direktur

Sekretaris

Plant Manager ADM Manager

R&D Accounting
Department Department

PPIC Finance
Department Department

Production
Department HRD
Department

QC
Department

Contract MFG

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Cedefindo

5
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK

3.1 Ruang Lingkup Kerja

Selama menjalankan Kerja Praktik di PT Cedefindo, penulis ditempatkan di Product


Development (PDV) tepatnya pada bagian Formula Development. Departemen ini merupakan
R&D dari PT Cedefindo yang terdiri dari dua bagian yaitu Packaging Development dan Formula
Development. Packaging Development bertugas menganalisis kemasan produk sebelum di
pasarkan. Pada divisi lainnya, Formula Development bertugas menemukan dan mengembangkan
formula produk sesuai dengan keinginan pelanggan. Di sini penulis berkesempatan untuk
mempelajari cara menjadi seorang formulator yang mengembangkan formula dari suatu produk.
Hal lain yang dapat dipelajari yaitu mengetahui cara pembuatan produk dari formula yang sudah
dikembangkan sampai menjadi produk yang stabil.

Formula Development dibagi menjadi empat bagian utama subdivisi yaitu skin care, hair
and body care, decorative makeup dan colouring cosmetics. Pada subdivisi skin care, formula yang
dikembangkan meliputi produk kecantikan dan perawatan untuk kulit seperti foundation dan lotion.
Subdivisi hair and body care mengembangkan berbagai produk untuk perawatan rambut dan
tubuh seperti hair conditioner, shampoo, hair mask, dan parfume. Subdivisi decorative makeup,
mengembangkan formula untuk berbagai jenis kosmetik dekoratif seperti eye shadow dan blush on.
Sedangkan subdivisi colouring cosmetic mengembangkan formula untuk produk lipstick, lipcream
dan lipbalm. Masing-masing subdivisi dipimpin oleh satu orang supervisor yang langsung
bertanggung jawab terhadap manajer. Struktur organisasi yang ada dalam Departemen PDV dapat
dilihat pada Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen PDV.

6
Manajer PDV

Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor


Colouring Hair and
Cosmetics Decorative Skin Care Body Care

Analis Analis Analis Analis

Laboran

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen PDV PT Cedefindo

3.2 Kegiatan Kerja Praktik

Departemen Product Development atau PDV adalah suatu departemen yang bertugas untuk
mengembangkan formula dari suatu produk hingga menjadi produk yang stabil. Setiap pelanggan
yang ingin membuat produk kecantikan akan mendatangi perusahaan dan meminta untuk
dibuatkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang mereka inginkan. Hal tersebut melibatkan
warna, bau, tekstur dan pada beberapa produk tertentu termasuk uji analisa produk seperti pH dan
kekentalan. Setelah kedua pihak setuju, kemudian akan dibuatkan formula oleh supervisor
subdivisi tertentu dari departemen PDV. Formula yang sudah dibuat akan dicoba oleh formulator
dan produk yang dihasilkan akan diuji sesuai dengan spesifikasinya.

7
Selama melakukan Kerja Praktik dibagian tersebut, penulis belajar menjadi seorang formulator.
Sejak awal, penulis ditempatkan dibagian subdivisi hair and body care sehingga sebagian besar
formula yang penulis pelajari meliputi produk-produk kecantikan untuk rambut dan tubuh seperti
sampo, pomade, parfum, kondisioner rambut, dan lain-lain. Selain trial formula suatu produk,
penulis juga berkesempatan mengamati proses pembuatan produk tersebut di ruang proses bahan
hingga menjadi produk yang siap dipasarkan. Selain belajar menjadi formulator subdivisi hair and
body care, penulis juga belajar menjadi formulator pada subdivisi lainnya. Saat belajar menjadi
formulator pada subdivisi colouring cosmetic, penulis belajar cara membuat foundation wajah.
Produk hasil trial akan dibandingkan dengan acuan, mulai dari tekstur dan warnanya. Saat
dibagian subdivisi decorative, penulis melakukan trial kompatibilitas yaitu uji stabilitas suatu
produk dengan menggunakan kemasan asli dari produk tersebut. Pada subdivisi skin care, penulis
belajar menjadi formulator produk foundation. Pada subdivisi adjust colour, penulis menentukan
jumlah bahan yang digunakan sendiri hingga sama dengan acuan produk dengan menggunakan
formula dasar yang sama.

Selama melakukan kegiatan kerja praktik di PT Cedefindo, sebagai bahan untuk menyusun
laporan penulis akan membahas tentang salah satu produk dari subdivisi ini yaitu kondisioner
rambut. Penulis akan membahas tentang formula atau bahan dasar yang digunakan untuk membuat
salah satu produk kondisioner rambut dan cara pembuatannya. Pembuatan kondisioner dilakukan
dengan cara emulsi. Teknik emulsi yang digunakan yaitu teknik emulsi minyak dalam air. Pada
kesempatan ini, penulis akan mencoba membuatnya dengan teknik emulsi air dalam minyak dan
membandingkan hasilnya dengan emulsi minyak dalam air. Penulis akan membandingkan
perbedaan spesifikasi dari produk kondisioner tersebut seperti uji pH, uji kekentalan, uji berat jenis
dan uji organoleptik.

8
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK

4.1 Formula Dasar

Produk kondisioner yang dibuat oleh penulis memiliki jumlah sebanyak 200 gram.
Dalam proses pembuatannya, ada tiga jenis bahan utama yang digunakan yaitu bahan untuk
fasa air dan fasa minyak serta bahan aktif. Bahan-bahan tersebut antara lain :

1. Air suling 8. Paraffinium Liquidum


2. Chlorphenesin 9. Phenoxyethanol
3. Centrimonium chloride 10. Argania Spinosa Oil
4. Polyquaternium-47 11. Isopropyl myristate
5. Ceteareth-20 12. Pewangi
6. Cetearyl alcohol 13. Pewarna
7. Cetyl Ester
Berdasarkan formula tersebut, bahan-bahan yang termasuk ke dalam fasa air antara lain air
suling, chlorphenesin, centrimonium chloride, dan polyquaternium-47. Bahan-bahan yang
termasuk ke dalam fasa minyak yaitu ceteareth-20, cetearyl akcohol, cetyl ester, dan
paraffinium liquidum. Sedangkan yang termasuk bahan aktif adalah phenoxyethanol,
isopropyl myristate dan Argana Spinosa oil. Pewangi dan pewarna merupakan bahan
tambahan yang digunakan utuk menambah nilai produk.

4.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan dan pengujian produk


kondisioner rambut ini antara lain gelas kimia 400 mL, gelas kimia 300 mL, gelas kimia 100
mL, spatula, sudip, cawan uap, neraca analitik, botol semprot, pemanas listrik, termometer,
pH meter, viskometer dan alat pengemulsi (Multimix). Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan sesuai dengan formula dasar pembuatan produk
kondisioner.

9
4.3 Cara Kerja

Proses pembuatan kondisioner rambut dilakukan dengan cara manual dengan


menggunakan teknik emulsi. Teknik emulsi yang digunakan ada dua jenis yaitu emulsi
minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Adapun cara kerja yang dilakukan dalam
pembuatan produk kondisioner rambut dengan metode emulsi antara lain :

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Ditimbang bahan-bahan untuk fasa minyak dan dimasukkan ke dalam gelas kimia.
3. Ditimbang bahan-bahan untuk fasa air kecuali air suling dan dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang lainnya.
4. Fasa minyak dipanaskan dengan menggunakan pemanas listrik.
5. Ditambahkan air suling panas ke dalam fasa air sesuai dengan formula dan
dipanaskan di atas pemanas listrik bersamaan dengan fasa minyak.
6. Dilakukan pengecekan suhu terhadap dua fasa tersebut menggunakan termometer.
Suhu dijaga agar tetap sama sebelum melakukan emulsi sekitar 70 – 80⁰C.
7. Setelah suhu kedua fasa sama, dilakukan pencampuran dengan menggunakan alat
multimix. Untuk emulsi minyak dalam air, pencampuran yang dilakukan yaitu
campurkan atau tuangkan fasa minyak ke dalam fasa air. Sedangkan untuk emulsi
air dalam minyak, pencampuran yang dilakukan yaitu campurkan atau tuangkan fasa
air ke dalam fasa minyak.
8. Kecepatan emulsi diatur pada kisaran 2000 – 2500 RPM dan dilakukan
pencampuran hingga terbentuk emulsi. Tanda terbentuknya emulsi adalah produk
menjadi kental.
9. Setelah emulsi terbentuk kecepatan pengadukan diturunkan menjadi 1500 – 2000
RPM dan suhu emulsi diturunkan menjadi ±40⁰C.
10. Ditambahkan bahan aktif dan parfum ke dalam produk dilakukan pengadukan
hingga homogen menggunakan multimix.
11. Ditambahkan zat warna ke dalam produk dan dilakukan pengadukan hingga
homogen menggunakan multimix.

Jika semua bahan sudah tercampur, alat multimix dimatikan dan dilakukan uji terhadap
produk meliputi uji pH, uji kekentalan, uji berat jenis dan uji organoleptik.

10
Mulai

Timbang fasa minyak dan fasa air


dalam wadah berbeda
Akhir

Fasa air Fasa


minyak
Produk
akhir

Panaskan pada suhu sekitar 70 – 80⁰C

Tambahkan bahan aktif, pewarna


dan pewangi

Lakukan proses emulsi sesuai jenis


emulsinya dengan kecepatan 2000 –
2500 rpm

Campur hingga semua bahan


homogen

Produk
emulsi

Ya

Turunkan kecepatan emulsi dan


Produk suhu produk menjadi 40⁰C
pecah?
Tidak

Gambar 4.1 Alur Cara Kerja Pembuatan Kondisioner Rambut

11
4.4 Hasil Uji

4.4.1 Uji pH

Tabel 4.1 Hasil Uji pH pada Produk Kondisioner Rambut

Parameter Emulsi Minyak Dalam Air Emulsi Air Dalam Minyak

t0 3,44 3,45

t1 3,48 3,50

t2 3,48 3,50

4.4.2 Uji Kekentalan

Tabel 4.2 Hasil Uji Kekentalan (Viskositas) pada Produk Kondisioner Rambut

Viskositas Viskositas
Kecepatan Emulsi Persentase Emulsi Persentase
Spindle
(RPM) Minyak Dalam (%) Minyak Dalam (%)
Air (cP) Air (cP)

100 3920 39,2 5480 54,8

6 60 5167 31 7400 44,4

50 5420 27,1 8120 40,6

100 Error Error Error Error

60 Error Error Error Error

5 50 7568 94,6 7360 92

30 9933 74,5 9867 74

20 12420 62,1 11760 58,8

12
4.4.3 Uji Berat Jenis

Tabel 4.3 Hasil Uji Berat Jenis pada Produk Kondisioner Rambut

Parameter Emulsi Minyak dalam Emulsi Air dalam


Air Minyak

Berat sampel dan botol (A) 42,7130 gram 43,6108 gram

Berat botol kosong (B) 19,8094 gram 19,8094 gram

Volume/isi air dan botol 31,8200 ml 31,820 ml


(C)

Perhitungan 𝐴−𝐵 𝐴−𝐵


𝐶 𝐶

42,7130 𝑔 − 19,8094 43,6108 − 19,8094


31,8200 31,8200

Hasil 0,7198 gram/ml 0,7481 gram/ml

4.4.4 Uji Organoleptik

Tabel 4.4 Hasil Uji Organoleptik pada Produk Kondisioner Rambut

Parameter Emulsi Minyak dalam Air Emulsi Air dalam Minyak

Warna Jingga Jingga

Bau Khas Khas

Rasa NA NA

Tekstur Seperti air Seperti minyak (licin)

Feeling Saat digunakan, produk Saat digunakan, produk


menghasilkan busa yang menghasilkan busa lebih
lebih banyak dan mudah sedikit, lebih licin dan susah
dibilas dibilas

13
BAB V
TINJAUAN TEORITIS

5.1 Rambut

5.1.1 Struktur dan karakteristik fisik rambut sehat

Rambut adalah salah satu bagian penting dari tubuh yang berasal dari ektoderm kulit.
Rambut merupakan pelengkap pelindung pada tubuh dan struktur aksesoris integumen bersama
dengan kelenjar sebaceous, kelenjar keringat dan kuku. Mereka juga dikenal sebagai turunan
epidermis karena mereka berasal dari epidermis selama perkembangan embriologis (Jadhav, V. M.,
Thorat, R. M., & Kadam, V. J, 2009). Rambut yang sehat digambarkan sebagai rambut yang
berpigmen, halus, mengkilap, dan fleksibel namun kuat, dengan kemampuan menahan gaya geser.
Kilau rambut bergantung pada lapisan halus kutikula, sedangkan kekuatannya tergantung pada
integritas korteks, yang terdiri dari 15% keratin keras (kulit mengandung 2% keratin) (Madhani,
N., & Khan ,K. 2013).

Rambut terdiri dari korteks yang dikelilingi oleh kutikula kompleks berlapis-lapis
dengan atau tanpa medula pusat. Kutikula memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur
masuk dan keluarnya bahan kimia atau air ke dan dari korteks Kutikula memiliki ketebalan enam
hingga delapan lapis dan sangat melekat pada lapisan kortikal dalam batang rambut. Kutikula
mudah rusak jika terdapat gangguan pada korteks, seperti, pemutihan, pewarnaan, dan
pengeritingan. Sel-sel kutikula terdiri dari protein, lipid, dan polisakarida. Sel-sel ini tidak
berwarna dan diatur dalam pola atap seperti tumpang tindih, suatu penghalang yang tidak bisa
ditembus oleh kerusakan lingkungan eksternal. Ujungnya yang terbuka akan tumpang tindih dan
menjauhi kulit kepala, menuju ujung yang tumbuh. Sistem inilah yang membantu memudahkan
pengangkatan kotoran (Wolfram, L. J, 2003). Sel-sel tersebut saling tumpang tindih sehingga
hanya seperenam permukaan yang terpapar. Lapisan sel terluar yang membentuk kutikula disebut
epicuticle, lapisan hidrofobik, yang menyediakan garis pertahanan pertama terhadap air. Tepat di
bawah ini adalah lapisan-A yang tinggi kandungan sistein. Kelompok tiol dari residu sistein yang
berdekatan mengalami oksidasi untuk membentuk ikatan disulfida. Sistem silang ini memberikan
kekuatan struktural dan kekakuan pada kutikula. Lapisan-lapisan selanjutnya memiliki kandungan
sistein yang semakin sedikit dan juga kekakuan yang kurang. B-layer atau exocuticle terletak tepat
di bawahnya, diikuti oleh endocuticle. Endocuticle memiliki kandungan sistein paling sedikit dan
jauh lebih lunak. S100A3 adalah komponen protein penting dari endocuticle dan dilepaskan saat
ada proses kimia keras yang mengakibatkan ketidakstabilan struktur rambut (Kizawa, K., et al,

14
2002). Lapisan inilah yang menyerap air dan mengakibatkan pembengkakan, memungkinkan
perubahan sifat fisik rambut. Asam 18-metyleicosanoic (18-MEA) adalah komponen lipid penting
dari lapisan hidrofobik ini. Kutikula yang utuh dan tertata rapi mewakili rambut sehat.

Korteks terletak tepat di bawah kutikula dan membentuk komponen utama rambut
manusia. Korteks terdiri dari sel-sel gelendong fusiformis sekitar 100 mikron panjangnya dan
tersusun memanjang. Setiap sel gelendong memiliki mikrofibril dan makrofibril dalam matriks
yang kaya sistein. Sel-sel disatukan oleh zat antar sel dan memiliki keratin kompleks yang
jumlahnya 1-17. Ikatan disulfida antara residu sistein di dalam korteks adalah ikatan terkuat dan
struktural yang paling penting yang menahan protein keratin. Hal inilah yang bertanggung jawab
atas bentuk utama rambut. Ikatan ini yang harus dihancurkan jika ingin mengubah bentuk rambut.
Ikatan hidrogen ada sebagai ikatan yang lebih lemah yang dapat meregang selama keramas.
Kekuatan Van-der-Waal dan interaksi Coulomb (ikatan garam) adalah ikatan yang lebih lemah.
Sel-sel korteks mengandung melanosom yang bertanggung jawab atas warna rambut. Warna
rambut hampir sepenuhnya ditentukan oleh kehadiran pheomelanins (merah) atau eumelanins
(coklat / hitam) di dalam melanosom.

Gambar 5.1 Anatomi Rambut Manusia

15
5.1.2 Kerusakan rambut

Permukaan rambut pada rambut yang tidak terawat memiliki pH asam sekitar 4,5 sampai
5,5. pH asam ini membantu menjaga sel-sel kutikula yang sangat dekat dengan korteks. Kerusakan
pada kutikula menyebabkan perubahan struktural pada batang rambut selama periode waktu
tertentu dan merupakan merupakan gejala kerusakan rambut. Ketika rambut kulit kepala wanita
tumbuh selama periode anagen, rambut akan mengalami kerusakan kumulatif dari faktor eksternal.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rambut rusak antara lain paparan ultraviolet kronis,
keramas berlebihan, perawatan dengan bahan kimia secara berulang, penggunaan hair-dryer, blow-
dryer, dan bahkan kegiatan sederhana, tetapi berulang, seperti menyisir rambut dengan kasar
(Dawber, 2002). Hilangnya kutikula atau terbukanya lempeng kutikularis membuat korteks terlihat
yang kemudian mudah mengalami kerusakan yang mengakibatkan ujung bercabang (trichoptilosis)
dan ujung berjumbai. Rambut yang rusak kehilangan kelembaban lebih cepat dari pada rambut
normal sehingga terlihat kusam dan kering. Kerusakan ini bukanlah hal yang biasa terjadi pada pria
(kecuali mereka yang memiliki gaya rambut panjang) karena rambut mereka terus-menerus
dipotong, yang membantu kerusakan rambut (jika ada) hilang. Debu lingkungan, kotoran,
penumpukan sebum, dan produk rambut yang menumpuk di rambut membuat rambut lengket,
kusam, dan sering kali tidak dapat diatur. Air sumur yang memiliki kandungan mineral yang sangat
tinggi dapat membuat rambut rusak. Hal ini disebabkan karena kandungan mineral tersebut
disimpan dalam batang rambut.

Gambar 5.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Batang Rambut

16
5.2 Kondisioner Rambut

5.2.1 Jenis-jenis kondisioner rambut

Kosmetik rambut bekerja pada bagian batang rambut yang menonjol di luar permukaan
kulit kepala. Kosmetik rambut dibagi menjadi dua kategori. Katerogi pertama yaitu kosmetik
rambut yang bekerja pada daerah eksokutikula seperti sampo, kondisioner dan serum. Kategori
kedua yaitu kosmetik rambut yang bekerja pada daerah korteks atau mengubah struktur batang
rambut seperti pewarna rambut. Titik isoelektrik rambut mendekati pH 3,5 (Robbins, 1988)
sehingga semua produk perawatan rambut harus berada pada rentang pH ini atau pun di atasnya.
Rambut terdiri dari protein yang disebut keratin dan protein ini bermuatan negatif.

Kondisioner merupakan salah satu kosmetik wajah yang digunakan untuk melindungi
batang rambut. Selain itu, kondisioner juga merupakan perawatan rambut yang dapat digunakan
dengan cara digabungkan dengan sampo atau digunakan tersendiri setelah keramas. Setelah proses
keramas, kutikula sedikit terangkat dan rambut berkembang menjadi muatan negatif yang
menyebabkan rambut saling tolak dan tampak kasar. Peran kondisioner adalah meratakan kutikula
dan menutup celah korteks untuk melindungi kerusakan eksternal. Rambut memiliki kondisioner
alami yaitu sebum. Sebum dapat diekskresikan sekitar 1,5 inchi pada batang rambut dengan
menggunakan gaya kapiler. Kondisioner yang ideal akan mengikuti komponen dan sifat alami dari
sebum. Oleh karena itu, kondisioner harus memiliki kombinasi asam lemak jenuh/tidak jenuh dan
trigliserida. Secara komersial, kondisioner tersedia dalam bentuk sebagai bilasan, kondisioner
instan atau tanpa bilas, deep conditioners dan anti-hair loss conditioners.

Kondisioner bilas diaplikasikan setelah proses keramas dan dikeringkan terlebih dahulu.
Saat proses pemakaian kondisioner ini perlu didiamkan 5 – 10 menit kemudian dibilas. Fungsi
kondisioner ini adalah untuk meningkatkan daya rias rambut. Sedangkan kondisioner tanpa bilas
diaplikasikan pada rambut sama seperti kondisioner bilas. Perbedaannya yaitu tidak diperlukan
proses pembilasan setelah menggunakan kondisioner ini. Kondisioner ini berfungsi untuk
menghaluskan kutikula dan melindungi rambut dari kerusakan. Penggunaan kondisioner ini
memiliki efek yang singkat. Kondisioner ini cocok untuk jenis rambut keriting atau yang tidak
dapat diatur sebelum pengeringan rambut dan rambut yang telah rusak karena bahan kimia. Deep
conditioners merupakan produk kondisioner yang sering digunakan di salon. Kondisioner jenis ini
digunakan dengan cara dioleskan dan dibiarkan selama 20 sampai 30 menit, dengan atau tanpa
streamer rambut, dan kemudian dibilas. Kondisioner ini mengandung protein dan garam amino
quartener yang lebih banyak sehingga membuat kutikula lebih halus dan terlihat lebih berkilau.
Anti-hair loss conditioners mengandung zat yang dapat menutup ujung rambut yang terbelah atau
berjumbai untuk mengurangi kerusakan atau kerapuhan sehingga akan mengurangi rambut yang

17
rontok (Jadhav, 2009). Produk kondisioner yang dibuat dalam percobaan ini merupakan salah satu
jenis kondisioner bilas dan memiliki nilai pH pada rentang 3,40 sampai 3,50.

5.2.2 Komposisi kondisioner rambut

Kondisioner rambut pada umumnya mimiliki formula dasar yang terdiri dari beberapa
bahan utama seperti surfaktan, bahan pengkondisi (quats), bahan pengental dan beberapa bahan
opsional lainnya seperti pearlizer, pewangi, dan pewarna. Dalam pembuatan kondisioner ini,
terdapat beberapa bahan utama dan bahan opsional yang memiliki fungsi antara lain :

1. Chlorphenesin adalah salah satu bahan anorganik turunan chlorophenol yang merupakan
organoklorida fenol yang mengandung satu atau lebih atom klor yang terikat secara kovalen.
Dalam pembuatan kondisioner ini, chlorphenesin berfungsi sebagai bahan pengawet untuk
fasa air karena sifatnya yang antimikroba.
2. Centrimonium chloride merupakan senyawa amonium kuaterner atau biasa disebut quat.
Senyawa ini termasuk ke dalam kelompok surfaktan kationik. Centrimonium chloride
memiliki muatan positif pada bagian kepalanya dan biasa digunakan sebagai zat pengemulsi
(emulsifier). Senyawa ini menyebabkan gaya tarik elektrostatis antara muatan positif dari
surfaktan kationik dengan muatan negatif pada helai rambut. Daya tarik elektrostatik ini
menyebabkan molekul surfaktan kationik mengendap di kutikula rambut. Endapan tersebut
membantu menciptakan permukaan yang lebih halus dan mengurangi rambut kusut statis.
3. Polyquaternium-47 adalah senyawa polimer ammonium klorida kuaterner. Senyawa ini
berfungsi sebagai humektan yaitu senyawa yang menjaga kelembaban. Semua senyawa
polikuaternium bermuatan positif sehingga mampu menetralkan muatan negatif dari
sebagian besar sampo dan protein rambut. Senyawa ini cocok untuk digunakan bagi rambut
yang terpapar alkalinitas tinggi untuk mengurangi kerusakan rambut. Senyawa ini mampu
menempel pada rambut dan memberikan kesan seperti kemudahan dalam menyisir,
meluruskan, elastisitas dan kilau pada rambut.
4. Ceteareth-20 dan cetearyl alcohol merupakan poliester etilena non-ionik dari alkohol yang
memiliki asam lemak jenuh tinggi. Bahan ini berfungsi sebagai emolien dan pengemulsi. Ini
biasanya digunakan bersamaan dengan alkohol dan asam lemak lainnya, bekerja untuk
mengentalkan suatu larutan dan membantu bahan-bahan lain larut dalam pelarut serta
berfungsi sebagai penstabil nonionik dalam emulsi minyak dalam air.
5. Cetyl ester merupakan wax sintesis yang biasa digunakan dalam emulsi minyak dalam air,
emulsi air dalam minyak dan formulasi tanpa air. Bahan ini berfungsi sebagai pelumas pada
permukaan kulit sehingga memberikan efek halus dan lembut. Bahan ini juga berfungsi
sebagai pelembab kondisioner.

18
6. Paraffinium liquidum adalah minyak mineral yang terbuat dari minyak bumi. Bahan ini
digunakan sebagai pelembab.
7. Phenoxyethanol dikenal juga sebagai ethylene glycol monophenyl ether yaitu suatu glikol
eter yang berfungsi sebagai bakterisida (desinfektan, antibakteri atau antibiotik). Dalam
pembuatan kondisioner ini, bahan ini digunakan sebagai bahan pengawet untuk fasa minyak
agar formulasi tetap stabil.
8. Isopropyl myristate merupakan senyawa minyak sintesis yang terdiri dari isopropil alkohol
dan asam miristat. Bahan ini digunakan untuk melindungi, melembabkan dan melumasi
kulit.
9. Argania Spinosa oil merupakan salah satu bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan
kondisioner ini. Bahan ini merupakan minyak yang kaya akan asam lemak esensial dan
vitamin E. Dalam kondisioner rambut, ini membantu menghaluskan rambut yang kusut dan
terbelah serta sebagai emolien yang memberikan efek lembut pada rambut. Sedangkan
pewangi dan pewarna merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk menambah nilai
produk.

5.3 Emulsi

Mayoritas produk kecantikan yang berupa sediaan krim dan lotion menggunakan teknik
emulsi dalam proses pembuatannya. Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem terdispersi
dan heterogen dari dua atau lebih fasa cair yang tidak bercampur satu sama lain (air dan minyak)
dimana salah satu fasa tersebar di fasa yang lain sebagai tetesan-tetesan mikroskopis atau koloid
(biasanya sekitar 1 μm) (Binks, 2007). Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan aktif
yang mampu menstabilkan permukaan dan tetesan-tetesan yang baru terbentuk. Bahan tersebut
dinamakan zat pengemulsi. Zat pengemulsi merupakan suatu surfaktan yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan sehingga fasa cair tersebut dapat bersatu. Emulsi terdiri dari dua
jenis yaitu emulsi minyak dalam air (w/o) dan emulsi air dalam minyak (w/o), tergantung pada
beberapa hal seperti rasio air dan minyak, campuran elektrolit, suhu, dan lain-lain (Binks, 2007).

Dalam percobaan ini pembuatan kondisioner dilakukan dengan dua tahap emulsi yaitu o/w
dan w/o dengan prosedur yang sama. Emulsi yang dilakukan merupakan jenis emulsi hot-cold
emulsion (memerlukan pemanasan) dan dengan bantuan alat yang disebut multimix. Sebelum
proses emulsi dimulai, fasa air dengan fasa minyak dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 75⁰C.
Pemanasan dalam proses emulsi menyebabkan fasa minyak mengembang, sehingga membuatnya
kurang padat (mencair), sementara air tetap memiliki kerapatan yang sama. Dengan membuat
perbedaan dalam kepadatan air dan minyak lebih besar, hal ini akan mempermudah proses
pemecahan dan lebih cepat. Selama proses emulsi dilakukan, kecepatan yang digunakan yaitu

19
rentang 2000 – 2500 rpm. Jika yang dilakukan adalah proses emulsi o/w, maka fasa minyak yang
ditambahkan ke dalam fasa air dan begitupun sebaliknya. Setelah proses emulsi berhasil, kecepatan
dan suhu diturunkan menjadi 1500 – 2000 rpm dan 40⁰C, kemudian ditambahkan bahan aktif dan
bahan lainnya seperti pewarna dan pewangi. Hal ini bertujuan supaya bahan tersebut tidak rusak.
Salah satu bahan yang mudah rusak pada suhu tinggi adalah phenoxyethanol.

Pada saat proses emulsi, tidak ada perbedaan yang terjadi pada dua teknik emulsi yang
berbeda. Emulsi berhasil dan tidak pecah. Perbedaan hasil emulsi dapat dirasakan pada saat uji
organoleptik. Untuk produk kondisioner dengan teknik emulsi o/w lebih bersifat watery, mudah
dibilas dan menghasilkan banyak busa. Sedangkan pada produk kondisioner yang dilakukan
dengan teknik emulsi w/o memiliki sifat oily, lebih licin, menghasilkan busa lebih sedikit dan lebih
susah dibilas. Setelah pemakaian, produk kondisioner dengan teknik emulsi w/o membuat rambut
lebih mudah disisir, lebih halus tetapi membuat rambut terlihat seperti berminyak. Sedangkan
kondisioner yang dibuat dengan teknik o/w membuat rambut mudah disisir dan tidak
berminyak.Hasil dari proses emulsi ini dapat dilihat pada lampiran 7.

Dalam percobaan pembuatan kondisioner rambut ini, teknik emulsi yang lebih baik
digunakan adalah emulsi minyak dalam air (o/w). Hal ini dikarenakan rasio fasa air lebih banyak
dibandingkan dengan fasa minyak yaitu sekitar 60 – 80%. Emulsi o/w akan terasa lebih ringan saat
pemakaian karena fasa terluarnya adalah fasa air sedangkan emulsi w/o akan memberikan
perlindungan yang lebih lama. Emulsi w/o lebih cocok digunakan untuk produk kecantikan kulit
kering dan cocok untuk produk yang tahan terhadap sinar matahari seperti foundation wajah. Hal
ini dikarenakan produk emulsi w/o tidak mudah dicuci seperti o/w dan beberapa bahkan bisa
sepenuhnya tahan air (Binks, 2007).

(a) (b)

Gambar 5.3 Emulsi Minyak Dalam Air (a) dan Emulsi Air Dalam
Minyak (b)

20
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan perbedaan spesifikasi hasil uji emulsifikasi
minyak dalam air dan air dalam minyak pada pembuatan produk kondisioner rambut di PT
Cedefindo ini yaitu :

1. Pembuatan kondisioner rambut dilakukan dengan menggunakan proses emulsi yang terdiri
dari dua jenis yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Formula dasar
pembuatan kondisioner antara lain surfaktan, bahan pengkondisi (quats), bahan pengental
dan beberapa bahan opsional lainnya seperti pearlizer, pewangi, dan pewarna.
2. Hasil uji fisik yang dilakukan pada kedua produk kondisioner tidak terlalu jauh. pH yang
dihasilkan untuk produk dengan emulsi o/w dan emulsi w/o secara berturut-turut yaitu 3,48
dan 3,50. Nilai viskositas untuk produk emulsi o/w yaitu 9933 cP dan 9867 cP untuk produk
emulsi w/o. Berat jenis untuk produk emulsi o/w yaitu 0,7198 gram/ml dan untuk produk
dengan teknik emulsi w/o memiliki berat jenis yaitu 0,7481 gram/ml. Hasil uji organoleptik
untuk produk emulsi o/w lebih bersifat watery, mudah dibilas, menghasilkan busa yang lebih
banyak dan tidak licin. Sedangkan untuk uji organoleptik produk emulsi w/o memiliki sifat
oily, sedikit berbusa, susah dibilas dan licin.
3. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, teknik emulsi yang sesuai untuk
pembuatan produk kondisioner rambut adalah menggunakan teknik emulsi o/w dikarenakan
hasilnya yang lebih mudah dibilas dan tidak membuat rambut terlihat seperti berminyak.

6.2 Saran

1. Diharapkan suasana kerja yang sehat, persahabatan yang terjalin, persatuan dan kesatuan
yang ada di dalam ruang lingkup PT Cedefindo dapat terus bertahan dan ditingkatkan.
2. Fasilitas yang digunakan dalam proses pengembangan produk yang ada di PT Cedefindo
dapat terus dilengkapi seiring dengan berjalannya kemajuan dibidang teknologi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Binks, B. P. 2007. Modern Aspects of Emulsion Scienc. United Kingdom:The Royal Society of
Chemistry.

Dawber, R. (2002). Cosmetic and Medical Causes of Hair Weathering. J Cosmet Dermatol, 1, 196-
201.

Hofbauer, G. F., Tsamboas, D., Spycher, M. A., & Trueb, R. M. (2001). Acquired Hair Fragility in
Pili Anulati: Causal Relationship with Androgenetic Alopecia. Dermatology, 2-60.

Jadhav, V. M., Thorat, R. M., & Kadam, V. J. (2009). Kesharaja: Hair Vitalizing Herbs.
International Journal of PharmTech Research, 1 (3), 454-467.

Kizawa, K., Troxler, H., Kleinert, P., Inoue, T., Toyoda, M., Morohashi, M., et al. (2002).
Characterization of The Cysteine-rich Calcium-Binding S100A3 Protein from Human Hair
Cuticles. Biochem Biophys Res Commun, 299 (8), 57-62.

Madhani, N., & Khan ,K. (2013). Hair Disorder. Indian Journal of Dermathology, Venereology
and Leprology, 79 (5), 654-667.

Robbins, C .R. (1988). Chemical and Physical Behaviour of Human Hair. Electrochem, 37, 374.

Wolfram, L. J. (2003). Human Hair: A Unique Physicochemical Composite. J Am Acad Dermatol,


48 (1), 06-40.

22
LAMPIRAN

23
Lampiran 4 – Cara Pengoperasian Alat Homogenizer Multimix
Lampiran 5 – Cara Pengoperasian Alat pH Meter
Lampiran 6 – Cara Pengoperasian Alat Viskometer
Lampiran7 – Proses Pembuatan dan Hasil Pembuatan Produk Kondisioner Rambut

Fasa minyak (kiri) dan fasa air Hasil emulsi o/w sebelum
(kanan) yang digunakan ditambahkan zat warna

Proses emulsi dengan menggunakan Hasil emulsi w/o sebelum


Multimix ditambahkan zat warna

Produk kondisioner rambut hasil emulsi o/w (kiri) dan emulsifikasi w/o (kanan)

Anda mungkin juga menyukai