LAPORAN
Disusun Oleh :
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Belajar Lapangan di PT. Linico Indonesia.
1. Bapak Dr. Ir. Osman Syarief, M.KM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bandung
2. Bapak Teguh Budi Prijanto, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung
3. Ibu Yosephina Ardiani Septiati, SKM., M.Kes., selaku Ketua Prodi Sarjana
Terapan Sanitasi Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung
4. Seluruh Dosen Pembimbing Praktik Belajar Lapangan Prodi Sarjana Terapan
Sanitasi Lingkungan Poltekkes Bandung
5. Direktur PT. Linico Indonesia
6. Bapak Siswanto selaku Personalia PT. Linico Indonesia
7. Bapak Kartama selaku Kepala Bagian Produksi PT. Linico Indonesia
8. Seluruh staff dan karyawan PT. Linico Indonesia
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 5 Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan
yang telah saling memberikan dukungan dan membantu terlaksananya Praktik
Belajar Lapangan
10. Kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang
tidak bisa kami sebutkan satu persatu
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat masih belum dapat dikatakan
sempurna karena keterbatasan kami baik dari segi pengetahuan dan kemampuan. Oleh
karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran demi kebaikan
dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................vii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................4
ii
2.3.2 Ahli Keselamatan Kerja......................................................................................8
BAB III..............................................................................................................................17
PROFIL PERUSAHAAN..................................................................................................17
iii
3.5 Jumlah Tenaga Kerja dan Waktu Kerja PT. Linico Indonesia................................20
BAB IV..............................................................................................................................22
BAB V...............................................................................................................................45
PENUTUP.........................................................................................................................45
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................45
5.2 Saran........................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................vii
iv
LAMPIRAN.......................................................................................................................ix
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat setiap tahun nya maka kebutuhan penduduk akan semakin banyak selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat dan berbanding lurus dengan
pembangunan industri guna memenuhi kebutuhan penduduk untuk mendukung
keberlangsungan hidup serta kepuasan penduduk.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja
dan penyakit kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang
nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan
penyakit.
1
PT. Linico Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
konstruksi baja, permesinan, rekayasa dan jasa industri. Jenis produksi PT. Linico
Indonesia diantaranya yaitu pintu air baja, pintu air stainlessteel, pintu air karet untuk
pelengkap pintu air, pintu air irigasi, serta konstruksi jembatan, gedung, dan gudang.
Kegiatan praktik belajar lapangan mahasiswa jurusan kesehatan lingkungan bertujuan
untuk mengidentifikasi masalah dan penyebab masalah kesehatan lingkungan yang ada
di industri, sehingga bisa ditentukan alternatif apa saja yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui kondisi Kesehatan Lingkungan di PT. Linico Indonesia
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Kegiatan Praktik Belajar Lapangan diharapkan menjadi pengalaman yang
dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta Mahasiswa dapat menerapkan
ilmu yang telah dipelajari mengenai Komponen Kesehatan Lingkungan dan
Keselamatan Kesehatan Kerja di Industri
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Sanitasi Industri
2.1.1 Pengertian Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu upaya manusia untuk mewujudkan lingkungan
bersih dan sehat dengan cara melakukan upaya pembersihan, pemeliharaan dan
perbaikan terhadap kondisi lingkungan yang bermasalah akibat tumpukan kotoran,
sampah dan genangan air limbah yang dapat dijadikan media tumbuh kembangnya
serangga dan binatang pengerat sebagai perantara penular penyakit dan terjadinya
celaka.
4
2.1.2 Pengertian Industri
Industri merupakan salah satu lokasi, tempat orang banyak melakukan
aktivitas bekerja untuk menghasilkan berbagai jenis produk dan jasa. Namun perlu
diketahui untuk menunjang aktivitas manusia di lokasi tersebut, ketersediaan sarana
sanitasi menjadi hal yang penting, untuk mewujudkan lingkungan kerja menjadi
bersih dan sehat yang dapat mendukung aktivitas bekerja (Jamaludin dan
Sumihardi, 2018).
1) Tersedianya sarana bersih dengan kualitas dan kuantitas air yang memenuhi
syarat sehingga aman digunakan untuk membersihkan badan, mencuci pakaian,
mencuci peralatan dan menyiram tanaman.
2) Sarana jamban yang selalu dalam kondisi bersih sehingga nyaman digunakan
dan tidak menjadi tempat bersarangnya serangga dan binatang pengerat.
3) Sarana pembuangan sampah yang mudah dijangkau, aman digunakan dan
selalu dalam kondisi bersih sebelum dan sesudah digunakan sehingga tidak
menjadi tempat bagi serangga dan binatang pengerat untuk mencari makanan
dan bersarang.
4) Sarana air limbah yang dapat menyalurkan, menampung, mengolah dan
membuang air limbah dengan benar sehingga aman bagi badan air dan biota
air.
5
sehat, tidak kurang suatu apapun.
6
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan para pekerja atau masyarakat pekerja
dimana kondisi jasmani dan rohani dalam keadaan bebas dari berbagai macam
penyakit yang diakibatkan oleh berbagai macam faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
1) Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko
yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran
radioaktif.
2) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
3) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
4) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari
pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.
7
2.3.1 Tugas P2K3
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Untuk melaksanakan tugas tersebut, P2K3 mempunyai fungsi:
8
2.3.2 Ahli Keselamatan Kerja
Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan
Kerja harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri seperti berikut :
Disadari, ukuran yang dipakai untuk mengukur dan menilai kegiatan usaha
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja selalu menggunakan tingkat kekerapan
kecelakaan, tingkat keparahan kecelakaan, jumlah kerugian yang ditimbulkan dan
statistik kecelakaan. Metode tersebut hingga saat ini masih dipergunakan, namun hal itu
hanya untuk mengukur peristiwa kecelakaan yang terjadi dan bersifat reaktif.
1) Tenaga manusia meliputi kemampuan dan sikapnya dalam kaitannya dengan K3.
2) Perangkat keras meliputi sarana atau peralatan proses produksi dan operasi,
sarana pemadam kebakaran, kebersihan dan tata lingkungan dan perangkat lunak
(manajemen) yang meliputi sikap manajemen, organisasi, prosedur, standar dan
9
hal lain yang terkait dengan pengaturan manusia serta perangkat keras unit
operasi.
3) Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan telah dilaksanakan sesuai
ketentuan pemerintah, standar teknis, standar K3 yang berlaku dan kebijakan
yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
4) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun
gangguan operasi serta rencana respon (tanggap) terhadap keadaan gawat
darurat, sehingga mutu pelaksanaan K3 dapat meningkat.
1) Audit Internal
2) Audit Eksternal
1
perkembangan pertumbuhan serta peningkatan kualitas SMK3 yang ada di
perusahaan. Pada audit eksternal ini, pemerintah akan memberikan sertifikat
penerapan bagi perusahaan yang telah memenuhi standar pemenuhan. Kegiatan
audit SMK3 ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tapi
bagaimanapun juga kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi perusahaan tersebut.
Adapun tujuan audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur besarnya
keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja. Sistem manajemen
K3 di tempat kerja dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap tiga tahun.
1
2.5 Kecelakaan kerja
Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan
kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang
mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan.
Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat berupa banyak hal yang
mana telah dikelompokkan menjadi 5, yaitu :
1) Kerusakan
2) Kekacauan organisasi
3) Keluhan, kesakitan dan kesedihan
4) Kelainan dan cacat
5) Kematian
Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh
kecelakaan, Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi yang biasanya terjadi pada
proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan
keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang
berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang kecelakaan
merenggut nyawa dan berakibat kematian.
1
1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli
2) Radiasi sinar-sinar radio aktif, yang mnyebabkan penyakit antara lain penyakit
susunan darah dan kelainan kulit.
3) Suhu yang tinggi menyebabkan heat stroke, atau hyperperexia, sedangkan suhu-
suhu yang rendah antara lain menimbulkan frosbite.
4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson desease.
5) Penerangan lampu yang kurang baik biasanya menyebabkan kelainan pada indera
pengelihatan atau kesilauan yang mempermudah terjadinya kecelakaan.
1
tersebut dapat diterapkan dan dapat memberikan manfaat pada masing-masing
tempat kerjanya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1) Pendekatan long term gain yaitu pengendalian berorientasi jangka panjang dan
bersifat permanen dimulai dari pengendalian subsitusi, eliminasi, rekayasa
teknis, isolasi atau pembatasan, administratif, dan terakhir jatuh pada pilihan
penggunaan alat pelindung diri.
2) Pendekatan short term gain yaitu pengendalian berorientasi jangka pendek dan
bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian ini
diemplementasikan selama pengendalian yang bersifat lebih permanen belum
dapat diterapkan. Pilihan pengendalian resiko ini dimulai dari alat pelindung diri
menuju ke atas sampai dengan subsitusi.
1) Eliminasi (Elimination)
1
terjadinya kecelakaan dan
1
sakit akibat potensi bahaya ditiadakan. Namun pada prakteknya pengendalian
dengan cara eliminasi banyak ditemukan kendala karena keterkaitan antara sumber
bahaya dan potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi sebab dan akibat.
2) Subsitusi (Subsitution)
4) Isolasi (Isolation)
1
2.8 Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri secara umum adalah sarana pngendalian jangka pendek dan
bersifat sementara manakala sistem pengendalian yang permanen belum bisa
diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir pengendalian risiko di tempat
kerja. Hal ini disebabkan karena penggunaan APD mempunyai beberapa kelemahan
yaitu APD hanya membatasi dan tidak menghilangkan risiko yang ada dan juga
penggunaan APD dirasakan tidak nyaman.
1
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
1. Kontruksi Baja
2. Permesinan
3. Rekayasa dan Jasa Industri
2
3.2.3 Misi PT. Linico Indonesia
Menyediakan produk kontruksi baja dan permesinan dengan berorientasi pada
kendala mutu, pengembangan dan kerjasama sinergis serta senantiasa memberikan
jaminan terhadap kepuasan pelanggan.
DOCUMENT
MANAGEMENT
REPRESENTATI TIM AUDITOR
M.Kartama
VE (Koordinator)
Aas S
Asmara
Siswanto
Nico
Suhardi
Dedi K
SAFETY KEUANGAN
DIREKTUR UTAMA OFFICER Tini Supriatin
CORINES W. WATTIMENA
KEUANGAN &
STAF
AHLIADM
Aas Sri Asmara
Driver
SAFETY COMMITE Administra Sunarto
- Corines W. Wattimena si
- Kartama
- Endang MARKETING Security
PERSONAL Dede.K
Corines WIAWattimena UMUM
Siswanto Wida.N
K3MAINTENANCE
& PENGENDALIAN UNIT POTONG &
Tri S
Endang BOR
UNIT SANBLASTING
Andi
LOGISTIK/GUDANG
PRODUKSI Dedi Kurnia
M. Kartama Surveyor UNIT LAS
SKB Deni.K
PERENCANAAN & GAMBAR
Reeno
Ka.G.Wattimena
Pelaksana
WASEKTERN Skb UNIT STEL
Suhardi Yayat
Quality Control
Suhardi
2
3.4 Deskripsi Jabatan
3.4.1 Direktur Utama
Mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
1. Memimpin perusahaan
2. Menandatangani kontrak kerja dan surat-surat penting lainnya
3. Memberikan suatu kebijakan-kebijakan
4. Mengontrol jalannya proyek
5. Memimpin rapat
6. Mengontrol Manajemen Perusahaan
7. Memberikan wewenang dan keputusan
8. Membuat laporan tentang pertanggungjawaban hasil kontrak proyek yang ada di
perusahaan
2
3.4.4 Kepala Bagian Produksi
Mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
3.5 Jumlah Tenaga Kerja dan Waktu Kerja PT. Linico Indonesia
Jumlah tenaga kerja PT. Linico Indonesia yaitu sebagai berikut :
Table 3.1
Tabel Jumlah Pekerja PT. Linico Indonesia
No. Bagian Jumlah (Orang)
1 Staf Administrasi 3
2 Staf Produksi 2
3 Staf Gudang 2
4 Staf Gambar 1
5 Staf Teknisi 2
6 Staf Estimasi Harga 1
7 Teknisi Workshop 35
8 Free Line Workshop 15
9 Satpam 3
10 Supir 1
Sumber : Data Sekunder
2
Sedangkan waktu kerja dan jam operasional PT. Linico yaitu sebagai berikut :
Table 3.2
Tabel Waktu Operasional PT. Linico Indonesia
No. Hari Waktu
1 Senin s/d Jumat 08.00 – 16.00
2 Sabtu, Minggu, dan Hari Libur 08.00 – 15.00
Sumber : Data Sekunder
Pengangkutan Bahan
Worksho
Pemilahan Bahan
Pemantauan dan Pengukuran Bahan Bak
Pengiriman dan Verifikasi QC
Pemasangan Pemotongan Bahan
Produk
Pengelasan dan Setting
Gambar 3.3
Alur Proses Produksi
Gambar 3.4
Alur Proses Produksi
2
BAB IV
Tanki Air I
Sumur Bor
Tanki Air II
Mushola
(Keran Wastafel
Kamar
Wudhu) Kamar
Man Septic Tank
Mand
di I i II
Gambar 4.6 Bagan Alir Distribusi Air Bersih PT. Linico Indonesia
Septic Tank
Gambar 4.7 Bagan Alir Distribusi Air Bersih PT. Linico Indonesia
2
Berdasarkan hasil identifikasi, lokasi sumur bor terletak pada area bebas
banjir, jet-pump diletakan pada suatu ruangan tertutup. Letak sumur bor
sebagai sumber air bersih dengan tanki septic berjarak <10 meter sehingga
jarak pipa distribusi air bersih berdekatan dengan pipa distribusi air kotor.
Perawatan yang dilakukan pada tanki air bersih (toren) yaitu dilakukan
pengurasan setiap 2 bulan. Tanki air (toren) dalam keadaan tertutup,
dilengkapi dengan lubang pengontrol dan pipa penguras.
Table 4.3
Tabel Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik, Kimia, dan Bakteriologis Air Bersih PT. Linico Indonesia
No Parameter Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Kategori
Kualitas Fisik
1 TDS 219 mg/L (ppm) 1000 mg/L MS
±3 C dari suhu ruangan
o
2 Suhu 26,8o C MS
(30,3o C)
3 Warna 517 TCU 50 TCU TMS
172,4 NTU
4 Kekeruhan 186,9 NTU 25 NTU TMS
189,0 NTU
5 Bau Berbau Tidak Berbau TMS
6 Rasa Berasa Tidak Berasa TMS
Kualitas Kimia
7 pH 6,9 6,5 – 8,5 MS
1,47 mg/L
8 Fe 1,79 mg/L 1 mg/L TMS
2,90 mg/ L
0,377 mg/L
9 Mn 0,5 mg/L MS
0,10 mg/L
10 Nitrat 1,292 mg/L 10 mg/L MS
11 Nitrit 0,628 mg/L 1 mg/L MS
2
No Parameter Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Kategori
Kualitas Bakteriologis
12 E. coli Negatif 0 CFU/100 mL MS
13 Total Coliform Negatif 50 CFU/100 mL MS
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas fisik air bersih, pada paremeter suhu
dan TDS (Total Dissolved Solid) air bersih di PT. Linico Indonesia sudah
memenuhi standar baku mutu. Sedangkan untuk parameter warna, kekeruhan,
bau, dan rasa pada air bersih masih belum memenuhi standar baku mutu. Hasil
pemeriksaan kimia air bersih untuk parameter pH, Mn, Nitrat dan Nitrit pada
air bersih di PT. Linico Indonesia sudah memenuhi standar baku mutu.
Sedangkan untuk parameter besi (Fe) pada air bersih masih belum memenuhi
standar baku mutu. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas bakteriologis
air bersih untuk parameter E. coli dan total Coliform pada air bersih PT. Linico
Indonesia sudah memenuhi standar baku mutu, yaitu negatif mengandung E-
coli dan total Coliform.
Tingginya kadar besi (Fe) pada air bersih di PT. Linico Indonesia
berpengaruh terhadap kualitas fisik air bersih tersebut seperti warna,
kekeruhan, bau dan rasa pada air bersih. Karakteristik air bersih yang
digunakan oleh PT. Linico Indonesia memiliki ciri-ciri keruh, berwarna
kuning, berbau karat, serta menimbulkan noda kuning-kecoklatan pada
keramik kamar mandi dan ember tempat penampungan air. Pemeriksaan kadar
besi (Fe) pada air bersih dilakukan sebanyak tiga kali, dengan hasil kadar Fe
yaitu sebesar 1,47 mg/L, 1,79 mg/L, dan 2,90 mg/L.
2
Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut merupakan hasil pemeriksaan kualitas
bakteriologis air minum PT. Linico Indonesia :
Table 4.4
Tabel Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologis Air Minum PT. Linico Indonesia
No Parameter Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Kategori
1 APM Coliform 686,7 0 APM/100 mL TMS
2 APM E. coli 103,1 0 APM/100 mL TMS
Sumber : Data Primer
2
2) Sampah Sisa Produksi
Sampah sisa produksi yang dihasilkan yaitu berupa potongan-potongan besi
dan baja dari hasil kegiatan produksi dan pembuatan pintu air, konstruksi
bangunan, gedung, jembatan, dan lain sebagainya. Potongan besi dan baja
tersebut dikumpulkan di dalam gudang. Setelah terkumpul, potongan besi dan
baja tersebut akan diangkut dan dijual kepada pihak ketiga.
3) Timbulan Sampah
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan timbulan sampah yang
dihasilkan dari kegiatan industri PT. Linico Indonesia, diperoleh hasil sebagai
berikut :
Table 4.5
Tabel Timbulan Sampah PT. Linico Indonesia
Timbulan Timbulan
Hari Jumlah Volume Berat Berat Jenis Sampah Sampah
Karyawan (m3) (Kg) (Kg/m3/hari) Volume Berat
(m3/org/hari) (Kg/org/hari)
1 66 0,05 8,93
2 66 0,03 1,99
3 66 0,02 1,22
4 66 0,03 3,40
5 66 0,04 7,38 19,69 0,0005 0,073
6 66 0,03 6,81
7 66 0,02 5,11
8 66 0,02 3,59
Total 66 0,24 38,43
Sumber : Data Primer
2
4.1.3 Penyehatan Udara
Komponen penyehatan udara diantaranya yaitu suhu udara, kelembaban
udara, intensitas kebisingan, pencahayaan ruangan, dan kualitas mikrobiologi
udara. Hasil pengukuran kualitas komponen penyehatan udara tersebut mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan RI (KEPMENKES RI) Nomor 1405 Tahun
2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Berikut merupakan hasil pengukuran komponen penyehatan udara di PT. Linico
Indonesia :
1. Suhu
Udara
Table 4.6
Tabel Hasil Pengukuran Suhu Udara di PT. Linico Indonesia
Hasil Pengukuran Baku Mutu Suhu
No. Ruangan Kategori
Suhu (o C) (o C)
1 Pos Satpam 29,4 MS
2 Bengkel 1 30,5 TMS
3 Bengkel 2 30,8 TMS
4 Mushola 29,5 MS
18 - 30
5 Ruang Teknisi 30,2 TMS
6 Office 30,7 TMS
7 Ruang Fotocopy 30,5 TMS
8 Ruang Meeting 29,8 MS
Sumber : Data Primer
2. Kelembaban Udara
Table 4.7
Tabel Hasil Pengukuran Kelembaban Udara di PT. Linico Indonesia
2
Hasil Pengukuran Baku Mutu
No. Ruangan Kategori
Kelembaban (%) Kelembaban (%)
1 Pos Satpam 64 TMS
2 Bengkel 1 60 40-60 MS
3 Bengkel 2 57 MS
2
Hasil Pengukuran Baku Mutu
No. Ruangan Kategori
Kelembaban (%) Kelembaban (%)
4 Mushola 60 MS
5 Ruang Teknisi 59 MS
6 Office 63 40-60 TMS
7 Ruang Fotocopy 57 MS
8 Ruang Meeting 59 MS
Sumber : Data Primer
3. Pencahayaan Ruangan
Table 4.8
Tabel Hasil Pengukuran Pencahayaan Ruangan PT. Linico Indonesia
Hasil Pengukuran Baku Mutu
No. Ruangan Kategori
(Lux) (Lux)
1 Pos Satpam 215 100 MS
2 Bengkel 1 49 100 TMS
3 Bengkel 2 138 100 MS
4 Mushola 625 100 MS
5 Ruang Teknisi 65 100 TMS
6 Office 209 100 MS
7 Ruang Fotocopy 95 100 TMS
8 Ruang Meeting 282 100 MS
Sumber : Data Primer
2
4. Intensitas
Kebisingan
Table 4.9
Tabel Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di PT. Linico Indonesia
5. Mikrobiologi
Udara
Table 4.10
Tabel Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Udara di PT. Linico Indonesia
Baku Mutu
Ruangan Hasil Pemeriksaan Kategori
Mikrobiologi Udara
Ruang Meeting 2 koloni/m3 <700 koloni/m3 MS
Sumber : Data Primer
3
jentik, kepadatan kecoa, dan kepadatan tikus. Berikut merupakan hasil pengukuran
komponen pengendalian vektor dan binatang pengganggu di PT. Linico Indonesia :
1) Kepadatan Jentik
Pengukuran kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypty dilakukan dengan
menggunakan perhitungan pada pengukuran Container Indeks (CI), yaitu
persentase tempat penampungan air yang ditemukan adanya jentik dari seluruh
tempat penampungan air yang diperiksa. Berikut merupakan hasil pemeriksaan
Container Indeks (CI) yang dilakukan di PT. Linico Indonesia :
Table 4.11
Tabel Hasil Pengukuran Container Indeks di PT. Linico Indonesia
No Jenis Cintainer +
1 Dispenser 1
2 Limpasan kulkas 0
3 Tempat minum hewan 0
4 Kolam ikan 0
5 Selokan 1
6 Talang air hujan 1
Jumlah 3
Sumber : Data Primer
3
2) Kepadatan Tikus
Pengukuran kepadatan tikus di bengkel PT. Linico Indonesia dilakukan
selama 6 (enam) hari dengan metode success trap menggunakan umpan kelapa
bakar. Berikut merupakan hasil pengukuran kepadatan tikus di PT. Linico
Indonesia :
Table 4.12
Tabel Hasil Pengukuran Kepadatan Tikus di PT. Linico Indonesia
Jumlah
Jumlah Tikus
No Tanggal Pengukuran Perangkap
Terperangkap
Terpasang
1 24 Mei 2021 5 2
2 25 Mei 2021 5 4
3 26 Mei 2021 5 3
4 27 Mei 2021 5 2
5 28 Mei 2021 5 5
6 31 Mei 2021 5 3
Jumlah 30 19
Sumber : Data Primer
19 𝑒𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠
𝑆𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑝 = 𝑥 100% = 63,3 %
30 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 𝑡𝑖𝑘𝑢𝑠
3
Perkantoran
3
dan Industri, setiap ruang kerja industri harus bebas tikus. Sedangkan
berdasarkan hasil pengukuran, masih terdapat keberadaan tikus di lingkungan
kerja PT. Linico Indonesia, maka lingkungan kerja di PT. Linico Indonesia
masih belum memenuhi syarat.
3) Kepadatan Kecoa
Pengukuran kepadatan kecoa di PT. Linico Indonesia dilakukan pada
tanggal 24 Mei 2021. Berikut merupakan hasil pengukuran kepadatan kecoa di
PT. Linico Indonesia :
Table 4.13
Tabel Hasil Pengukuran Kepadatan Kecoa di PT. Linico Indonesia
Jumlah Perangkap Jumlah Kecoa
No Titik Pemasangan
Terpasang Terperangkap
1 Bengkel I 1 0
2 Bengkel II 1 1
3 Pos satpam 1 0
4 Gudang 1 1
5 Kamar mandi I 1 1
6 Kamar mandi II 1 0
Jumlah 6 3
Sumber : Data Primer
Kepadatan kecoa dapat dilihat dari indeks populasi kecoa. Indeks populasi
kecoa adalah angka rata-rata populasi kecoa yang dihitung berdasarkan jumlah
kecoa terperangkap menggunakan perangkap lem (sticky trap) dibagi dengan
jumlah perangkap yang dipasang per malam. Berdasarkan hasil pengukuran
keadatan kecoa, jumlah kecoa yang terperangkap yaitu sebanyak 3 ekor dan
jumlah total perangkap yang dipasang yaitu sebanyak 6 perangkap. Maka
kepadatan kecoa dapat dihitung menggunakan rumus indeks populasi kecoa
sebagai berikut :
3 𝑒𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑐𝑜𝑎
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑐𝑜𝑎 = = 0,5
6 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
3
Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya, yaitu nilai baku mutu
indeks populasi kecoa <2. Maka kepadatan kecoa di PT. Linico Indonesia
dapat dikategorikan memenuhi syarat.
3
1) Identifikasi hazard dan sumber bahaya, dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Patrol kondisi lingkungan dan kondisi pekerjaan yang berisiko bahaya di
bengkel PT. Linico Indonesia
b. Sosialisasi mengenai paparan bahaya di lingkungan kerja
c. Inspeksi kelengkapan APD bagi para pekerja
d. Inspeksi prosedur dan sistem pemeliharaan mesin-mesin dan sarana kerja
2) Sosialisasi SMK3 bagi seluruh pekerja, dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Pelatihan K3 untuk teknisi
b. Pelatihan dan berbagi pengetahuan mengenai K3 di lingkungan kerja
c. Pelatihan inspeksi bagi teknisi mengenai sarana kerja yang berpotensi bahaya
3) Pemeriksaan APAR (Alat Pemadam Kebakaran Ringan)
3
1) Mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja di Lingkungan kantor, bengkel,
dan lapangan
2) Mematuhi Peraturan Perundangan dan Persyaratan K3 yang berlaku
3) Melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang berisiko terjadinya kecelakaan
kerja
4) Memelihara lingkungan kerja yang nyaman dan sehat
5) Memelihara sarana dan prasarana yang memadai dan aman
6) Memeriksakan kesehatan pekerja secara berkala
Data Sekunder: Dokumen PT. Linico Indonesia
Pada tahap peninjauan ulang dan peningkatan dalam penerapan SMK3, PT.
Linico Indonesia melakukan penyusunan terhadap pencatatan dan pelaporan
kegiatan K3. Sedangkan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, PT.
Linico Indonesia melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi para
pekerja.
3
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan pendokumentasian dalam penerapan
SMK3 di PT. Linico Indonesia yaitu berupa instruksi kerja penanganan bahaya
3
kebakaran, layout evakuasi tanggap darurat, panduan daftar bahaya yang potensial,
instrumen untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko, penetapan sasaran dan target
K3, serta tabel konsekuensi/ severity dan peluang terjadinya risiko.
1) Tinggi badan
2) Berat badan
3) Tekanan darah
4) Denyut nadi
5) Tes buta warna
6) Tes pengelihatan
7) Tes pendengaran
3
Kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Linico Indonesia tidak dilakukan pencatatan
kejadian, tetapi langsung diberikan penanganan dan pengobatan bagi para pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja tersebut. Jika kejadian kecelakaan kerja tergolong parah,
PT. Linico Indonesia telah bekerjasama dengan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah)
Kota Bandung sebagai rumah sakit rujukan bagi pekerja PT. Linico Indonesia untuk
melakukan pengobatan.
4
4.7 Analisis Hazard dan Risiko di PT. Linico Indonesia
Analisis hazard pada setiap tahapan proses produksi di PT. Linico Indonesia dilakukan menggunakan pendekatan HIRADC sebagai berikut :
1) Percikan Api alat 1) Bagian tubuh (jari 1) Terluka pada bagian tubuh
pemotong saat tangan) ada yang yang tergores ujung besi
digunakan tergores bila tidak 2) Terjadinya luka bakar
2) Getaran dari alat menggunakan APD pada bagian tubuh yang
pemotong saat 2) Bagian tubuh terkena terkena percikan api.
Pemotongan Proses pemotongan digunakan percikan api 3) Menyebabkan tremor pada
Menggunakan APD
4. bahan baku besi 3) Kebisingan dari 3) Terganggunya fungsi tangan
alat pemotong saat Pendengaran 4) Terluka akibat sengatan
digunakan 4) Adanya rasa getaran arus listrik
4) Debu besi hasil berlebihan pada tangan 5) Terjadi ketulian, gangguan
pemotongan besi 5) Tersengat arus listrik pernapasan, dan gangguan
dari kabel yang penglihatan
bermasalah
4
No Kegiatan Sumber Hazard Hazard Risiko Dampak Pengendalian
4
2. Penilaian Risiko
Table 4.15
Tabel Penialian Risiko di PT. Linico Indonesia
Kalkulasi Risiko
No Kegiatan Bahaya Risiko Jumlah Karyawan Jenis Risiko Tingkat Risiko
Konsekuensi Frekuensi Murni
4
Kalkulasi Risiko
No Kegiatan Bahaya Risiko Jumlah Karyawan Jenis Risiko Tingkat Risiko
Konsekuensi Frekuensi Murni
1) Radiasi alat 1) Terkena sinar radiasi
pengelasan saat dan percikan api
digunakan 2) Postur Tubuh dapat
2) Percikan api alat berubah.
pengelasan saat 3) Terganggunya fungsi
digunakan Pendengaran
Pengelasan
5. 3) Ergonomis 4-5 H 4 5 20
pekerja saat
melakukan
pengelasan
4) Kebisingan alat
pengelasan saat
digunakan
Gangguan pernapasan
Uap cat dan solven
saat uap cat dan solven
6. Pengecatan saat dilakukan proses 2-3 H 2 2 4
terhirup
pengecatan besi
4
3. Penentuan Kontrol Risiko
Table 4.16
Tabel Penentuan Kontrol Risiko di PT. Linico Indonesia
4
4
1) Menyediakan ruangan atau tempat
khusus dengan sirkulasi udara yang
baik untuk kegiatan pengecatan, agar
uap cat tidak mudah terhirup oleh
6 4 H Penyediaan APD 0% 4
pekerja
2) Pekerja menggunakan sarung tangan
dan masker yang telah disediakan
untuk digunakan pada saat proses
pengecatan
4
4.8 Identifikasi Pengelolaan Program K3
Program K3 yang dilakukan oleh PT. Linico Indonesia diantaranya yaitu :
Program kerja identifikasi hazard dan sumber bahaya bertujuan untuk mengenali
serta mengatahui adanya potensi bahaya di lingkungan kerja PT. Linico Indonesia,
sehingga dapat mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja di PT. Linico Indonesia
Program kerja pelatihan K3 untuk teknisi bertujuan agar pekerja bagian teknisi
dan produksi di PT. Linico Indonesia dapat mengetahui dan memahami perihal
keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan industri
4
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Berdasarkan hasil identifikasi kondisi kesehatan lingkungan industri di PT. Linico
Indonesia, didapatkan hasil identifikasi sebagai berikut :
a. Kualitas fisik dan kimia air bersih yang digunakan tidak memenuhi syarat.
Diantaranya yaitu warna, kekeruhan, bau, rasa, dan kadar besi (Fe) pada air
bersih
b. Kualitas bakteriologis air minum yang digunakan oleh PT. Linico Indonesia
tidak memenuhi syarat dengan parameter total Coliform dan E. coli yang masih
di atas baku mutu
c. Penanganan sampah di PT. Linico Indonesia masih belum sesuai
d. Terdapat sebanyak lima ruangan di PT. Linico Indonesia dengan suhu udara
tidak memenuhi syarat. Diantaranya yaitu ruangan bengkel 1, bengkel 2, ruang
teknisi, office, ruang fotocopy, dan ruang meeting
e. Terdapat dua ruangan di PT. Linico Indonesia dengan kelembaban udara tidak
memenuhi syarat. Diantaranya yaitu pos satpam dan office
f. Sebanyak tiga ruangan di PT. Linico Indonesia memiliki pencahayaan di
bawah baku mutu. Diantaranya yaitu bengkel 1, ruang teknisi, dan ruang
fotocopy
g. Terdapat tiga ruangan di PT. Linico Indonesia dengan intensitas kebisingan
tidak memenuhi syarat. Diantaranya yaitu bengkel 1, bengkel 2, dan mushola
h. Kepadatan jentik dan kepadatan tikus di PT. Linico Indonesia dikategorikan
tinggi dan tidak memenuhi syarat. Sedangkan untuk kepadatan kecoa masih
dikategorikan memenuhi syarat.
2) PT. Linico Indonesia sudah memiliki Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3). Tetapi belum terdapat struktur organisasi khusus terkait P2K3 di PT.
Linico Indonesia. Bagian K3 dan Pengendalian berada di bawah bagian Produksi
3) PT. Linico Indonesia telah menerapkan SMK3 (Sistem Manajemen K3) yang terdiri
dari tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, pengukuran, dan
evaluasi, tahap peninjauan dan peningkatan serta Standar Operasional Prosedur
(SOP) dan pendokumentasian. Tetapi PT. Linico Indonesia belum melakukan audit
eksternal maupun audit internal secara khusus yang bertujuan untuk meninjau dan
4
menilai kinerja serta efektivitas K3 di suatu industri
5
4) Pemeriksaan kesehatan bagi para pekerja yang dilakukan di PT. Linico Indonesia
diantaranya yaitu pemeriksaan kesehatan umum yang dilakukan pada proses
rekrutmen pekerja dan pemeriksaan penyakit akibat kerja yang rutin dilakukan
setiap 6 bulan sekali, dengan tujuan untuk mengetahui kejadian penyakit akibat
kerja serta untuk memantau dampak lingkungan kerja terhadap kesehatan pekerja
5) Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Linico Indonesia tidak dilakukan
pencatatan, tetapi langsung diberikan penanganan dan pengobatan bagi para pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja tersebut. PT. Linico Indonesia telah bekerjasama
dengan RSUD Kota Bandung sebagai rumah sakit rujukan bagi pekerja PT. Linico
Indonesia untuk melakukan pengobatan jika terjadi kecelakaan kerja yang cukup
parah
6) Berdasarkan hasil analisis hazard yang dilakukan menggunakan pendekatan
HIRADC, pengelasan merupakan kegiatan yang berpotensi memiliki tingkat
bahaya tinggi, dengan nilai tingkat risiko murni yaitu 20. Kontrol yang telah
disediakan oleh industri hanya berupa penyediaan APD bagi para pekerja
7) Program K3 yang dilakukan oleh PT. Linico Indonesia diantaranya yaitu identifikasi
hazard dan sumber bahaya, pelatihan K3 untuk teknisi, dan pemeriksaan APAR
5
5.2 Saran
1) Saran yang dapat diberikan kepada pihak industri untuk mengatasi permasalahan
kondisi kesehatan lingkungan di PT. Linico Indonesia, diantaranya yaitu :
a. Membuat unit aerasi atau filtrasi untuk menurunkan kadar warna, kekeruhan,
bau, rasa, dan kadar besi (Fe) yang tinggi pada air bersih yang digunakan
sehingga kualitas fisik dan kimia air bersih tersebut memenuhi syarat
b. Melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap unit dispenser yang
digunakan, dan bila perlu mengganti DAMIU sebagai sumber air minum yang
biasa digunakan
c. Melakukan tahapan penanganan sampah yang sesuai, dimulai dari tahapan
pemilahan dan pewadahan sampah sesuai dengan jenis organik atau anorganik
d. Memanfaatkan ventilasi alami seperti membuka jendela dan pintu pada pagi
hari sehingga pertukaran oksigen di dalam ruangan menjadi lancar dan sinar
matahari dapat masuk ke dalam ruangan, atau menggunakan ventilasi mekanik
saat siang hari pada ruangan dengan suhu dan kelembaban yang masih di atas
baku mutu, seperti AC atau kipas angin.
e. Menggunakan genting kaca atau atap tembus cahaya pada ruangan dengan
pencahayaan yang masih di bawah baku mutu atau menambah pencahayaan
buatan dengan penempatan yang sesuai
f. Menggunakan karet atau bantalan peredam pada lubang atau celah pintu dan
jendela sebagai peredam kebisingan di dalam ruangan
g. Melakukan pest control untuk mengendalikan hama, terutama untuk
pengendalian kepadatan jentik nyamuk dan tikus yang tinggi di PT. Linico
Indonesia. Pest control dilakukan secara rutin dan berkala serta pihak pest
control harus memberikan laporan rutin terkait perkembangan dan hasil dari
pengendalian hama yang telah dilakukan
2) PT. Linico Indonesia diharapkan membuat struktur organisasi khusus terkait P2K3
serta melakukan audit internal dan eksternal untuk meninjau dan menilai kinerja
serta efektivitas K3 di PT. Linico Indonesia
3) Mencatat setiap kejadian kecelakaan kerja yang terjadi sebagai bahan evaluasi
untuk industri melakukan perbaikan terhadap lingkungan kerja agar tidak terulang
kembali
5
kecelakaan kerja terhadap karyawan PT. Linico Indonesia serta menjadikan
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi seluruh pekerja
5
DAFTAR PUSTAKA
Adzim, Hebbie Ilma. 2013. Pengertian dan Elemen Sistem Manajemen K3 (Keselamatan
Budiyono dan sumardino. 2013 “Teknik Pengolahan Air”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dinas Pekerjaan Umum. 1996. “Kriteria Perencanaan Pengolahan Air”. Ditjen Cipta
Ismiyati, d. 2014. “Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor”.
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, Volume. 01, No. 03.
Kodoeatie dan sjarief. 2005. “Pengolaan Sumber daya air terpadu”. Yogyakarta.
Nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum”.
Nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta
Pengendaliannya”.
Pemerintah Republik Indonesia. 2000. “Peraturan Pemerintah RI Nomor 150 Tahun 2000
vi
tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa”.
Ramlan, Jamaludin dan Sumihardi. 2018. “Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan : Sanitasi
Industri dan K3”. Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Badan Pengembangan dan Permberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Taufiq mashuri. 2017 “Teknik Pengolahan Air Sederhana”. Sleman: Budi Utama.
Wulandari. K, Ratih. 2017. “Sanitasi Kapal, Kualitas Air Bersih, dan Keberadaan Tikus
Dalam Kaitannya dengan Status Kesehatan Anak Buah Kapal (Studi Pada Kapal
dengan Berat Antara 6-30 Grosston Yang Sandar Di Pelabuhan
Tegal). Undergraduate Thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.
vi
LAMPIRAN
1. Instruksi Kerja Penanganan Bahaya Kebakaran
ix
2. Layout Evakuasi Tanggap Darurat
x
3. Panduan Daftar Bahaya Potensial
xi
4. Tabel Konsekuensi/ Severity dan Peluang yang Terjadi
xi
5. Tabel Identifikasi Bahaya, Penailan Risiko, serta Penetapan Sasaran
dan Target K3
xi
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN