ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV Universitas Indonesia, yang diselenggarakan
pada tanggal 8 Mei 30 Mei 2012 di PT. Abbott Indonesia, Jl. Raya Bogor Km.
37, Cimanggis, Depok.
Proses PKPA ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Julvizar Prihardono, Apt selaku Plant Director dan Ibu Dra. Triyanti
Huniyati, Apt selaku Head of Quality PT. Abbott Indonesia.
2. Ibu Vera Meliala, S.Si., Apt., selaku Manajer Produksi dan pembimbing dari
PT. Abbott Indonesia.
3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA
UI.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
5. Bapak Sutriyo, M.Si., Apt. selaku pembimbing PKPA dari Departemen
Farmasi, FMIPA UI.
6. Ibu Ratih Firukhsyia Sjukri, Apt selaku Product Compliance yang telah banyak
membantu dan memberi masukan pada penyusunan laporan ini.
7. Seluruh Supervisor, Analis dan Pegawai PT. Abbott Indonesia.
8. Teman-teman Program Profesi Apoteker Angkatan 74 Universitas Indonesia.
9. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat kelak untuk semua pihak
yang berkepentingan. Penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
laporan ini.
Penulis
iv
Laporan praktek..., Irma Aprinita, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
v
Laporan praktek..., Irma Aprinita, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
vi
Laporan praktek..., Irma Aprinita, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
dan fungsi Apoteker di industri farmasi. Oleh sebab itu Program Profesi Apoteker
Universitas Indonesia menjalin kerjasama dengan PT. Abbott Indonesia untuk
memberikan kesempatan kepada calon Apoteker memperoleh pengalaman praktek
kerja dengan menyelenggarakan PKPA yang dilaksanakan tanggal 8-30 Mei 2012.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui penerapan CPOB di PT. Abbott Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami gambaran umum kegiatan di PT. Abbott
Indonesia.
3. Mengetahui peran dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapansistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar.Olehsebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksiyang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke
bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Bab peralatan
menjelaskan mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan
penempatan peralatan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan
dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan
bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi,
adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian.
Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan satu sama
lain ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari penumpukan serta
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk. Peralatan dirawat
sesuai jadwal untuk mencegah malfungsiatau pencemaran yang bisa
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telahditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan
dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan.
Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan
fisik,kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik (tidak
berkhasiat). Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi
dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan
laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah
keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki
dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut
dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa
tiappersonil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur tetap, metode dan instruksi, laporan dan
catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Area kerja adalah jika terdapat tiga alat/mesin dalam satu ruangan dan
proses produksi tersebut memerlukan ketiga mesin tersebut, maka jika satu mesin
digunakan untuk pengolahan, maka dua mesin lainnya tidak boleh digunakan
untuk pengolahan produk apapun selain produk tersebut (kapasitasnya sudah
dihitung sebagai satu area kerja). Tetapi jika mesin berbeda ruangan, masih
memungkinkan digunakan untuk pengolahan produk lain dan tidak dianggap
sebagai satu area kerja.Jika persediaan bahan baku tidak dapat memenuhi
kebutuhan untuk produksi yang direncanakan, bagian PPIC akan mengajukan
Permintaan Pembelian (Purchase Request/PR) kepada bagian pembelian untuk
dilakukan pemesanan bahan baku.
c. Mengendalikan Persediaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian PPIC dalam mengendalikan
persediaan yaitu menentukan jumlah persediaan, mengatur, dan mengawasi
pengadaan bahan-bahan yang diperlukan selama proses produksi; mengawasi dan
memeriksa ketersediaan bahan baku; mengatur jadwal pemesanan kembali bahan
baku, yaitu jumlah yang dipesan untuk tiga bulan ke depan.
Dalam mengendalikan persediaan barang, setiap bahan baku memiliki
persediaan pengaman untuk mengantisipasi peningkatan jumlah permintaan atau
pemesanan yang datang terlambat. Persediaan pengaman produk jadi biasanya
disediakan untuk kebutuhan sepuluh hari. Untuk kebutuhan ekspor tidak
disediakan persediaan pengaman karena sistem produksinya dibuat berdasarkan
pesanan dengan waktu tunggu pemesanan tiga bulan, sedangkan untuk kebutuhan
lokal sistem produksinya dibuat berdasarkan persediaan, sehingga disediakan
persediaan pengaman. Pengendalian persediaan barang dilakukan dengan sistem
komputerisasi BPCS.
3.4.1.2 Gudang
Bagian gudang bertanggung jawab dalam hal penerimaan, penyimpanan,
dan penyaluran barang berupa bahan baku, bahan pengemas, dan produk jadi.
Berdasarkan statusnya gudang dibagi menjadi gudang karantina, gudang produk
disetujui, dan gudang produk ditolak. Sementara berdasarkan fungsinya, gudang
di PT. Abbott Indonesia dibedakan menjadi lima yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengeluaran Barang
Pengeluaran barang dari gudang dilakukan jika ada permintaan dari bagian
produksi atau distributor. Pengeluaran barang untuk keperluan produksi
didasarkan pada Permintaan Produksi (Manufacturing Order/MO) dan
Permintaan Pengemasan (Finishing Order/FO) yang diterima dari bagian
produksi. Bila ada permintaan pengeluaran barang di luar MO atau FO atau ada
Universitas Indonesia
Pengembalian Barang
Barang yang dikembalikan dari distributor harus diperiksa oleh bagian
pengawasan mutu untuk diketahui apakah barang tersebut harus dimusnahkan atau
tidak. Barang yang dikembalikan dapat berupa barang dengan kemasan rusak
(Dented) atau mendekati masa kadaluarsa (tiga bulan sebelum masa kadaluarsa).
3.4.1.3 Ekspor-Impor
Bagian ekspor-impor bertugas menyiapkan dokumen-dokumen yang
diperlukan terkait produk ekspor maupun impor. Dokumen yang disiapkan sesuai
Universitas Indonesia
dengan keperluann di bea cukai dalam rangka mengeluarkan barang dari bea cukai
atau mengirimkan barang ke negara lain.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ruangan) dilakukan setelah kegiatan produksi dan alat-alat yang digunakan selalu
dibersihkan agar dapat digunakan kembali untuk proses produksi selanjutnya dan
diberikan identitas masing-masing. Suhu ruangan selalu dipantau dan diatur oleh
sarana penunjang seperti Unit Tata Udara (Air Handling Unit/AHU). Udara yang
dialirkan ke ruangan produksi dengan sistem ini merupakan udara kering dengan
tingkat kelembapan tertentu. Sistem AHU ini juga mengatur tekanan udara dalam
ruangan produksi. Tekanan udara dalam koridor lebih besar daripada tekanan
udara dalam ruang produksi, sedangkan tekanan udara dalam ruang produksi lebih
besar dari tekanan udara dalam ruang pengemasan sekunder. Hal ini ditujukan
untuk menghindari kontaminasi antar produk yang terdapat pada masing-masing
ruang produksi. Tekanan udara tersebut diukur dengan alat pengukur perbedaan
tekanan yang diletakkan di atas setiap pintu ruang produksi sehingga dapat terus
terkendali.
Setiap personel yang terlibat secara langsung harus memahami ketentuan
yang telah ditetapkan dalam BOP seperti mengenakan pakaian khusus, pelindung
yang telah disediakan seperti masker, penutup telinga, tidak mengenakan
perhiasan dan komestik secara berlebihan untuk mencegah pencemaran terhadap
produk, menerapkan sanitasi dan higiene dalam ruangan produksi serta proses
dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam laporan bets. Personel
masuk ke dalam ruang lokerkemudian melalui ruang Air Lock untuk mengurangi
cemaran udara dari luar lalu mengambil bahan yang telah disiapkan oleh Gudang
dari ruang penyimpanan sementarasehingga ada pemisahan antara jalur personel
dengan alur barang masuk.
ruang pencetakan untuk diberi nomor lot dan tanggal kadaluarsa menggunakan
mesin pencetak label dan mesin pencetak karton. Kegiatan di bagian pengemasan
meliputi:
a. Pengemasan Primer
Pengemasan primer yaitu pengemasan produk ruahan ke dalam wadah
pertama (pengemas primer). Pengemasan primer dilakukan pada grey areayang
meliputi pengemasan dalam strip, blister, dan pengisian ke dalam botol.
Pengemasan ke dalam strip dilakukan terhadap tablet dengan menggunakan
alat Uhlmann Stripping. Dalam proses ini dilakukan tes kebocoran tiap satu jam
sekali untuk 30 tablet.
Sedangkan pengisian dilakukan terhadap pengemasan primer yang
dilakukan pada produk sediaan cair dan ditutup dengan alat Capping. Produk jadi
selanjutnya dilakukan uji kebocoran.
b. Pengemasan Sekunder
Pengemasan sekunder yaitu pengemasan produk ruahan yang sudah dalam
kemasan primer menjadi obat jadi dan dilakukan pada black area. Meskipun
pengemasan sekunder dilakukan di black area namun kebersihan udara dan
ruangannya harus tetap dipelihara. Kegiatan kemasan sekunder meliputi:
penempelan label, pengemasan ke dalam karton, dan pengemasan karton ke dalam
dus besar.
Penempelan label adalah proses dimana botol-botol yang telah terisi dan
ditutup, diberi label. Letak label yang ditempel harus diperhatikan. Botol-botol
yang telah diberi label atau strip tablet/kapsul dengan jumlah tertentu dimasukkan
ke dalam karton dan diberi brosur. Botol atau karton-karton yang berisi
blister/strip dimasukkan ke dalam dus besar lalu ditimbang.
Semua dokumen proses produksi diserahkan ke bagian pengawasan mutu
beserta contoh obat jadi yang telah dikemas untuk pemeriksaan dan pengecekan
kelengkapan dokumen. Obat jadi yang telah dikemas disimpan di gudang
karantina obat jadi untuk menunggu pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu.
3.4.3 Departemen Teknik Mesin
Departemen teknik mesindipimpin oleh seorang Manajer yang mempunyai
tugas menjaga dan memelihara lingkungan perusahaan, bangunan, peralatan, dan
Universitas Indonesia
sarana penunjang. Departemen teknik mesin terdiri dari empat bagian yaitu sarana
penunjang, pemeliharaan, kalibrasi, serta bagian lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan yang saat ini berada di bawah Departemen Teknik Mesin. Bagian
sarana penunjang menangani masalah instalasi listrik, udara bertekanan, uap
panas, HVAC (sistem tata udara), dan air bersih.
Universitas Indonesia
3.4.3.2 Pemeliharaan
Bagian pemeliharaan bertugas memelihara dan merawat perlengkapan,
mesin-mesin, dan peralatan untuk proses produksi dan pengemasan. Sistem
pemeliharaan di PT Abbott menggunakan work order yang digunakan untuk
pemeliharaan sarana penunjang dan alat produksi, tidak termasuk alat
laboratorium. Isi work order mencakup BOP pemeliharaan masing-masing alat
sebagai langkah baku prosedur pelaksanaan pemeliharaan, jadwal pemeliharaan,
dan form khusus yang harus diisi bagian sarana penunjang ketika melakukan
perawatan.
Pemeliharaan dilakukan dengan dua cara yaitu:
Universitas Indonesia
3.4.3.3 Kalibrasi
Bagian kalibrasi bertugas untuk mengkalibrasi semua alat ukur, mesin, dan
peralatan produksi agar tetap memiliki pengukuran sesuai standar. Kalibrasi
adalah kegiatan membandingkan alat atau sistem yang sudah diketahui (standar)
dengan alat atau sistem yang belum diketahui agar diperoleh informasi
penyimpangan yang ada sehingga dapat dilakukan koreksi.
Kegiatan bagian kalibrasi antara lain menginventarisasi alat dan mesin
yang harus dikalibrasi, membuat jadwal kalibrasi dalam satu tahun, bulan, minggu
dan hari, melakukan kalibrasi alat atau mesin sesuai jadwal berdasarkan BOP
danprosedur kalibrasi produksi, serta membuat laporan kalibrasi setiap satu bulan,
tiga bulan, dan satu tahun.
Kalibrasi dilakukan melalui dua cara yaitu secara in situ dan eks situ.
Kalibrasi alat secara in situ dilakukan di tempat, contohnya alat laser, sedangkan
secara eks situ dilakukan oleh KIM LIPI (Kantor Instrumentasi Metrologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), contohnya anak timbangan. Interval
kalibrasi dilakukan selama enam bulan atau satu tahun tergantung dari alat yang
akan dikalibrasi. Alat yang sudah dikalibrasi harus diberi label sebagai tanda
untuk membuktikan bahwa alat sudah dikalibrasi.
Proses kalibrasi dilakukan melalui tahapan berikut ini :
Universitas Indonesia
a. Mendata alat-alat yang akan dikalibrasi misalnya nama, tipe alat, lokasi, dan
informasi lainnya tentang alat tersebut.
b. Mendata parameter-parameter apa saja yang akan diukur/dikalibrasi pada
masing-masing alat.
c. Memberikan nomor kode pada masing-masing alat sesuai panduan cara
penulisan nomor kode dalam BOP.
d. Membuat data parameter misalnya merk, skala terkecil alat (resolusi), toleransi
alat, dan unit alat.
e. Melihat program kalibrasi, apakah perlu dikalibrasi atau tidak, alat termasuk
kelas A (kritis, berhubungan dengan kualitas yang sangat penting, misalnya
alat produksi) atau kelas B (tidak berhubungan dengan kualitas yang sangat
penting, misalnya alat untuk lingkungan).
f. Data alat yang akan dikalibrasi kemudian dimasukkan ke dalam Daftar Induk
Peralatan, kemudian dibuat jadwal kalibrasi tahunan, bulanan, dan mingguan
untuk memudahkan pengaturan jadwal. Jadwal alat yang akan dikalibrasi
kemudian diinformasikan ke masing-masing departemen.
g. Alat yang sudah dikalibrasi kemudian dipasang stiker yang berisi informasi
tentang tanggal kalibrasi dan jadwal kalibrasi selanjutnya serta paraf petugas
yang mengkalibrasi, dibuat laporan kalibrasi bulanan, dan dilaporkan ke
manajer bagian teknik mesin dan bagian pemastian mutu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Limbah cair dari bagian produksi padat dan laboratorium, septictank akan
masuk ke dalam tangki penampungan 1 (jalur 1). Limbah cair dari produksi cair,
pedialyte,cuci botol, toilet, pengemasan akan masuk ke dalam tangki
penampungan 2 (jalur 2). Limbah dari sisa regenerasi campuran anion-kation dan
sampah lain akan ditampung pada bak netralisasi(jalur 3). Semua limbah akan
dialirkan ke bak penampungan utama (Collected Chamber).
Pengaliran limbah ke bak penampungan utama melewati bak-bak kecil
yang bersekat dengan tujuan memisahkan padatan agar mengendap dalam bak
tersebut sebelum mencapai bak penampungan utama.Dalam bak penampungan
utama limbah akan diaduk menggunakan pengaduk yang terdapat pada bagian
bawah agar padatan terhomogenisasi dalam campuran limbah, kemudian
diberikan nutrisi untuk bakteri yang ada dalam bak penampungan utama
tersebut.Limbah dari bak penampungan utama dipompa ke bak aerasi selama
waktu tertentu. Dalam tangki ini limbah ditampung sampai ketinggian 2,5m dan
dilakukan proses aerasi dimana udara dipompa dari bawah ke dalam campuran
limbah, sehingga berfungsi juga sebagai pengaduk. Pada bak aerasi ini
ditambahkan urea dan NPK secara otomatis melalui pompa sebagai sumber nutrisi
bagi bakteri pengurai. Dalam bak aerasi ini pH limbah harus 6-8, jika belum
ditambahkan kalsium karbonat atau HCl hingga pH-nya tercapai. Limbah
kemudian dialirkan ke dalam bak klarifier untuk memisahkan endapan dan bagian
yang cair, dimana endapan akan ditampung ke dalam bak sedimentasi,
dikeringkan, dan dimasukkan ke dalam drum plastik untuk di kirim ke PPLI,
sedangkan bagian cair akan dialirkan ke bak pengolahan air dan kemudian
dialirkan ke dalam tangki yang berisi karbon aktif untuk menjernihkan limbah
cair.
Limbah yang telah jernih dialirkan melalui dua pipa. Satu ke dalam bak
kontrol yang berisi ikan dan dialirkan juga ke bak penampungan lain untuk
diklorinasi, dilewatkan ke penyaring karbon aktif masuk bak penampungan air
untuk digunakan menyiram taman, sehingga limbah cair tidak dibuang ke sungai.
Pemeriksaan limbah cair dilakukan pada bagian dalam dan luar, meliputi
pemeriksaan pH, TSS (Total Solid Suspension/Total Suspensi Padat), COD
(Chemical Oxygen Demand/Nilai Oksigen Kimia), BOD (Biological Oxygen
Universitas Indonesia
Demand/Nilai Oksigen Biologi), Nitrogen, bahan organik, dan bakteri oleh bagian
pengawasan mutu.
b. Kesehatan
Departemen EHS bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan karyawan
dengan program kesehatan antara lain pemeriksaan umum (medical surveillance
campaign) yang dilakukan rutin sekali dalam setahun untuk pegawai tetap,
pelatihan sanitasi dan higiene,pemberian asuransi kesehatan, pemantauan sanitasi
dan higiene karyawan pada saat bekerja, serta penanganan kecelakaan kerja..
Sementara sarana kesehatan yang terdapat dalam pabrik adalah sebuah
klinik kesehatan yang dikepalai oleh seorang suster yang selalu ada setiap hari dan
dilengkapi dengan perlengkapan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
c. Keselamatan dan Keamanan
Dalam penerapan keselamatan dan keamanan kerja, departemen EHS
melatih karyawan untuk menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja sesuai
dengan lokasi kerja dan menggunakan alat pemadam kebakaran. APAR (Alat
Pemadam Api Ringan), detektor kebakaran, alat pemadam kebakaran(sprinkler),
dan tersedia kotak P3K pada tempat tertentu.
PT. Abbott Indonesia menggalang moto dan program zero accident atau
bebas kecelakaan kerja.
Blender menjadi High Speed Mixer. Validasi proses dilakukan dengan jumlah bets
bets normal sebanyak tiga lot berurutan. Validasi alat baru menggunakan bets
produksi normal dengan parameter terkait, misalnya kecepatan pengadukan mixer,
lamanya pengadukan/waktu, suhu pengadukan, dan parameter terkait lainnya,
kemudian dinilai perubahan yang terjadi pada produk.
Kualifikasi alat oleh departemen TS meliputi kualifikasi alat baru maupun
rekualifikasi. Kualifikasi dilakukan terhadap alat maupun ruangan produksi
meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan
kualifikasi kinerja.Rekualifikasi dilakukan tergantung peralatan dan dilakukan
secara periodik.Penilaian dapat dilakukan dengan mengevaluasi dokumen
kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan, sehingga rekualifikasi bisa tidak
dilakukan jika alat masih memenuhi spesifikasi.
Untuk produk ekspor, departemen TS merencanakan tahapan mulai dari
produk dipesan hingga produk dikirim ke negara tujuan, memastikan seluruh
proses berjalan sesuai rencana. Bagian TS bekerja sama dengan bagian pemastian
mutu juga menyiapkan data-data terkait keperluan registrasi produk di negara lain
dimana produk akan dijual.
3.4.5 Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA)
Departemen Pemastian MutuPT. Abbott Indonesia dipimpin oleh seorang
Kepala Mutuyang membawahi empat bagian, yaitu Pemastian Mutu Operasional,
Pengawasan Mutu, Pemenuhan Sistem Mutu, dan Pelatihan serta Pengawasan
Dokumen. Departemen ini dipimpin oleh seorang Apoteker dan bertanggung
jawab untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan memenuhi syarat yang telah
ditetapkan oleh Badan POM maupun standar Abbott Internasional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kegiatan yang dilakukan dalam hal manajemen mutu adalah audit internal,
penilaian terhadap pemasok, peninjauan ulang manajemen, mengeluarkan
kebijakan, peninjauan ulang catatan bets, dan penarikan kembali produk.Audit
internal dilakukan oleh tim internal yang mewakili masing-masing departemen
atau bagian yang akan diaudit dengan periode setahun sekali untuk tiap
departemen, biasanya awal tahun. Hal-hal yang diaudit terdapat dalam BOP.
Laporan hasil audit kemudian dibuat rencana tindakan, dan ditindak lanjuti untuk
mengetahui status tindakan tersebut sudah dilakukan atau belum.
Penilaian terhadap pemasok meliputi sertifikat analisis bahan yang
diberikan pemasok, sampel setiap bahan, kualifikasi pemasok, dan pemenuhan
pemesanan.Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk
dilakukan sesuai dengan BOP, yaitu : keluhan yang datang dari pelanggan masuk
ke pelayanan konsumen dan dimasukkan ke dalam form khusus. Kemudian
dilakukan investigasi yang mencakup catatan bets, contoh pertinggal, produk yang
dikeluhkan,dan riwayat keluhan dari produk dengan mengacu pada dokumen
kontrol. Untuk produk impor, investigasi dilakukan olehbagian pemastian
mutumasing-masing negara. Kemudian dilakukan penilaian oleh tim CAPA
(Corrective Action and Preventive Action) terhadap hasil investigasi. Hasilnya ada
dua, yaituconfirmed (produk terbukti seperti yang dikeluhkan)dan unconfirmed
(keluhan tidak terbukti disebabkan oleh produk). Jika hasilnya adalah
confirmed,dilihat risiko terhadap keluhan tersebut (tinggi, menengah, rendah).
Jika risiko tinggi, hingga dilakukan penarikan produk, maka dilakukan
rekonsiliasi dan bekerja sama dengan bagian distribusi untuk menarik semua
produk yang beredar. Setelah itu dilakukan pengkajian tahunan atas produk,
validasi, dan kualifikasi.Kegiatan validasi yang dilakukan terdiri dari validasi
proses, validasi pembersihan, validasi metode pengujian serta kualifikasi fasilitas
dan peralatan penunjang.
b. Pelatihan
Bagian pemenuhan sistem mutu dan pelatihan menyusun program
pelatihan tahunan mengenai hal apa saja yang harus didapat oleh personel dan
memantau pelaksanaan pelatihan sesuai jadwal. Personel yang telah mengikuti
pelatihan akan mendapat tugas sesuai bidang pelatihannya sehingga tidak ada
Universitas Indonesia
personel yang mendapat tugas tertentu tapi belum terlatih. Hasil pelatihan
dievaluasi, dinilai departemen pemastian mutu, dan didokumentasikan oleh bagian
pengawasan dokumen.
Universitas Indonesia
45 Universitas Indonesia
4.2 Personalia
PT. Abbott Indonesia memiliki struktur organisasi yang sesuai dengan
CPOB dimana bagian produksi dan bagian pemastian mutu terpisah.Keduanya
tidak saling bertanggung jawab namun memiliki tanggung jawab bersama
Universitas Indonesia
terhadap aspek yang berkaitan dengan mutu. PT. Abbott Indonesia memiliki dua
Departemen yaitu Departemen Manufaktur yang dipimpin oleh Direktur dan
Departemen Mutu yang dipimpin oleh Kepala Mutu. Bagian Produksi dan
Pemastian Mutu masing-masing dipimpin oleh seorang Apoteker yang terlatih dan
berpengalaman di bidangnya masing-masing serta mempunyai keterampilan
dalam memimpin sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional.
PT. Abbott Indonesia menyediakan personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman untuk melaksanakan tugas sesuai bidangnya masing-masing.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diutamakan melalui program-
program pelatihan yang berkesinambungan dan efektifitas penerapannya dinilai
secara berkala.PT. Abbott Indonesia memberikan pelatihan awal dan
berkesinambungan mengenai CPOB kepada personel sehingga setiap personel
memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang CPOB, memahami prinsip CPOB
dan memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya masing-masing.Untuk
meningkatkan efektifitas kerja, setiap personil tidak diberikan pekerjaan yang
berlebihan untuk menghindari timbulnya risiko terhadap mutu obat dan
menghasilkan personil yang berkualitas.
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan obat di PT. Abbott
Indonesia memiliki rancangan, konstruksi, serta ukuran yang memadai dan telah
terkualifikasi. Semua alat produksi terbuat dari stainless steelsehingga tidak
menimbulkan kontaminasi jika bersentuhan dengan bahan dalam proses produksi
dan tidak mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk. Satu produk
memiliki alatnya masing-masing dan ditempatkan serta dipasang pada tempat
yang sesuai sehingga kontaminasi silang dapat dihindari dan resiko kekeliruan
tidak terjadi.Kalibrasi secara berkala dilakukan pada peralatan yang digunakan
untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan mencatat.
Pemeriksaan dilakukan setiap hariatau sebelum peralatan tersebut akan
digunakan sehingga dapat dipastikan bahwa peralatan dalam keadaan baik.
Tanggal kalibrasi, perawatan, dan kalibrasi ulang dicantumkan secara jelas pada
peralatan tersebut.Perawatan pada peralatan dilakukan sesuai jadwal untuk
mencegah terjadinya pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian peralatan dicatat dalam
Universitas Indonesia
buku besaralat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor
bets atau nomor lot produk yang sedang diolah.
4.6 Produksi
PT. Abbott Indonesia melakukan produksi dengan mengikuti pedoman
CPOB dan Abbott Laboratories. Proses produksi dilakukan oleh bagian produksi
dan diawasi oleh bagian pemastian mutu. Hal ini bertujuan agar produk yang
dihasilkan selalu terjaga dan terjaminmutunya dalam setiap tahap pembuatannya
serta memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Proses produksi obat yang dilakukan pada ruangan yang berbeda sesuai
dengan tahap pengerjaannya. Peralatan yang digunakanuntuk produksi oabt tidak
dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruangan kerja yang sama. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pencampuran bahan atau produk dan
kontaminasi silang sehingga produk-produk yang dihasilkan memiliki mutu,
khasiat dan keamanan yang baik dan secara konsisten telah memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
oleh produk). Jika hasilnya adalah conformed, maka dilihat resiko terhadap
keluhan tersebut (high, medium,atau low). Jika beresiko tinggi, maka dilakukan
penarikan produk dengan cara rekonsiliasi dan bekerja sama dengan bagian
distribusi untuk menarik semua produk yang beredar.
Pada produk kembalian maka tindakan yang dilakukan adalah penahanan,
penyelidikan, dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi.Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu :
1. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat
dikembalikan ke dalam persediaan,
2. Produk kembalian yang dapat diproses ulang,
3. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang sehingga harus dimusnahkan.
4.10 Dokumentasi
PT. Abbott Indonesia telah mendokumentasikan seluruh kegiatan
produksi, bahan baku hingga obat jadi yang meliputi prosedur, metode dan
instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh
rangkaian kegiatan pembuatan obat secara sistematis. Hal ini berguna untuk
memastikan bahwa setiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara
jelas dan rinci sehingga resiko kesalahan dan kekeliruan akibat komunikasi lisan
dapat diminimalisir. Dokumentasi juga berguna untuk memudahkan penelusuran
kembali jika terdapat produk yang tidak memenuhi syarat atau sebagai antisipasi
jika terjadi kesalahan di masa selanjutnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. PT. Abbott Indonesia telah menerapkan seluruhaspek CPOB dengan baikdalam
tiap rangkaian proses produksinya yang meliputi aspek manajemen mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
produk, penarikan kembali produk, dan produk kembalian, dokumentasi,
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2. Kegiatan di PT. Abbott Indonesia meliputi manufaktur (produksi dan
pengemasan) dan pemastian mutu.
3. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam industri farmasi, yaitu
sebagai kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu.
5.2 Saran
1. Tetap menjaga dan mempertahankan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
CPOB dan pedoman Abbott Laboratories.
2. Meningkatkan kerjasam aantara PT Abbott Indonesia denganUniversitas Indonesia
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
farmasi.
55 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta
Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Kefarmasian.
Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.245/Menkes/SK/V1990 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pelaksanaan dan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta
56 Universitas Indonesia
Abbott Indonesia
Plant Director
Head of
Quality
Plant Director
Plant Secretary
PPIC Production
Manager Supervisor Engineering
Supervisor Technical
(Process) Service
Warehouse Officer
Manager Production Utility
Supervisor Supervisor
Exp & Imp (Packaging)
Manager Calibration
Coordinator
Purchasing
Supervisor
EHS
Manager
Distribution
Supervisor
Head of Quality
ASEAN - TPM
QA Regulatory QA (Regional HC)
Liaison
QA Production QC Supervisor
Inspector QS Ass. Manager
QA Finishing Microbiologist
Material Laboratory Analyst
Inspector
Chemical
Laboratory Analyst
Scrubber
Ruang produksi
AHU non RH
(20-27oC)
Cooling tower
Booster Fan
Softener
(menghilangkan resin)
RO 01 (Filter)
Hot Loop
Main Tank Mix Bed Polisher
Distribution
Jalur 1
nutrien
Jalur 2 t
Antifoaming
Oxidator chemical
agent
Jalur 3
Clarifier tank
Bar screen
Collected chamber Equalization tank Aerator tank
(existing) by other
Treated
water tank
To sewer
Active carbon
Sludge drying chamber Sludge collector filter
ANGKATAN LXXIV
ii
Gambar Halaman
2.2. Oven......................................... .. 12
iii
Tablet dibuat dengan tiga cara, yakni dengan metode granulasi basah,
metode granulasi kering, dan metode cetak langsung. granulasi basah merupakan
metode terluas yang digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Salah satu
tahap yang menentukan hasil dari produksi tablet dengan metode granulasi basah
adalah tahap pengeringan. Proses pengeringan pada metode granulasi basah
merupakan suatu tahap proses yang penting karena akan sangat mempengaruhi
kualitas granul yang akan melalui tahap proses produksi tablet selanjutnya. Granul
yang dihasilkan untuk proses selanjutnya haruslah memiliki tingkat pengeringan
yang merata di semua bagian.
1 Universitas Indonesia
1.1 Tujuan
Penyusunan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam validasi proses pengeringan granul.
2.1 Validasi
Universitas Indonesia
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Efek terapi relatif lebih lambat dibanding bentuk sediaan yang lain,
seperti larutan dan injeksi (Lachman, 1994).
Universitas Indonesia
2.4 Pengeringan
Pengeringan merupakan operasi pemindahan panas maupun massa. Panas
harus dipindahkan kepada bahan yang akan dikeringkan untuk memasok panas
yang diperlukan untuk penguapan dari lembap. Perpindahan massa dilibatkan
dalam difusi air melalui bahan ke permukaan, dalam penguapan air berikutnya
dari permukaan, dan dalam difusi dari uap kedalam aliran udara yang lewat.
Pengeringan didefinisikan sebagai penghilangan cairan dari bahan dengan
menggunakan panas, dan dilakukan dengan pemindahan panas dari permukaan ke
dalam fase uap yang belum jenuh. Tujuan pengeringan terutama digunakan dalam
produksi farmasi sebagai suatu unit proses pada pembuatan granul, yang dapat
dijual dalam bentuk bulk atau diubah menjadi tablet atau kapsul.
Karakteristik proses pengeringan suatu bahan bergantung pada waktu yang
diperlukan, sehingga kurva kandungan air bahan terhadap waktu yang diperlukan
untuk mengeluarkan air dari bahan tersebut dapat digambarkan seperti dalam
gambar 1, yang dinamakan kurva pengeringan. Pada proses pengeringan berlaku
dua proses, yaitu pada permulaan proses air dipermukaan bahan akan diuapkan,
seperti yang digambarkan pada kurva pengeringan yang berkemiringan rendah,
kemudian barulah berlaku proses pemindahan air dari bagian dalam bahan ke
Universitas Indonesia
permukaaannya. Semakin lama semakin sedikit air yang diuapkan. Proses ini
berlangsung sampai air yang terikat saja yang tinggal di dalam bahan tersebut,
seperti digambarkan oleh kurva asimptot di sebelah kanan grafik.
a. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan bahan maka akan semakin cepat bahan menjadi
kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong-potong untuk
mempercepat pengeringan, karena perlakuan tersebut dapat menyebabkan
permukaan bahan semakin luas, dimana permukaan yang luas dapat memberikan
lebih banyak permukaan yang dapat berhubungan dengan medium pemanas serta
lebih banyak permukaan tempat air keluar.
b. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan
pangan) maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga
Universitas Indonesia
mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu
udara pengering maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara
yang akan menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah
massa akan berlangsung juga dengan cepat.
c. Kecepatan Udara
Udara yang bergerak adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang
tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air dari
permukaan bahan yang dikeringkan, sehingga dapat mencegah terjadinya udara
jenuh yang dapat memperlambat penghilangan air.
d. Kelembaban Udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya maka
akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga
sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air.
e. Tekanan Atmosfir dan Vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (= 1 atm), air akan mendidih pada
suhu 100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih
pada suhu lebih rendah dari 100oC.
f. Waktu
Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature Short
Time), short time dapat menekan biaya pengeringan.
Pengering yang biasa digunakan oleh industri farmasi adalah pengering
sistem bidang statis dan dinamis. Oven merupakan contoh pengering bidang statis.
sedangkan pengering bidang dinamis adalah Fluidized Bed Drying. Berikut
penjelasan mengenai Oven dan Fluidized Bed Drying.
2.4.1 Sistem Bidang Statis
pengering nampan dan truk (dorong) merupakan pengering yang paling
banyak digunakan di pabrik-pabrik farmasi. Pengering nampan kadang-kadang
disebut pengering rak, lemari atau kamar. Pengering ini terdiri dari suatu lemari
dimana bahan yang akan dikeringkan ditebarkan pada nampan-nampan. Jumlah
nampan bervariasi tergantung pada ukuran pengering. Pengering ukuran
labolatorium dapat terdiri dari paling banyak tiga nampan, sedangkan pengering
yang lebih besar sering sampai dua puluh nampan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5. Laju perpindahan kalor dan laju perpindahan massa uap air antara udara
pengering dan bahan sangat tinggi dibandingkan dengan pengering metode
kontak yang lain.
6. Pindah kalor dengan menggunakan pengering tipe fluidisasi membutuhkan
area permukaan yang relatif kecil.
7. Sangat ideal untuk produk panas sensitif dan non-panas sensitif
Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang
berlangsung secara simultan yaitu :
16 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Irma Aprinita, FMIPA UI, 2012
18
4. Kelembaban Udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya,
maka proses pengeringan semakin lama, begitu juga sebaliknya.
Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap
bahan khususnya bahan pangan mempunyai keseimbangan
kelembaban udara masingmasing, yaitu kelembaban pada suhu
tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir
atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem Fluidized Bed Dryer adalah
pengaturan yang baik antara: tekanan udara, tingkat perpindahan panas dan waktu
pengeringan, sehingga tidak timbul benturan atau gesekan bahan/material pada
saat proses pengeringan berlangsung. Untuk bahan yang lengket atau berkadar air
tinggi sangat beresiko mengaplikasikan sistem ini, situasi seperti ini perlu
dilakukan pengkondisian awal yaitu mencampurnya dengan bahan/material
keringnya terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan masalah pada unit siklon,
demikian pula halnya untuk produk akhir yang halus dan ringan, sangat perlu
menggunakan pulse jet bag filter, dikarenakan siklon penangkap produk
umumnya tidak mampu berfungsi dengan baik, bahkan dapat menimbulkan polusi
udara. Penentuan dimensi ruang bakar, suhu yang diaplikasikan serta volume dan
tekanan udara sangat menentukan keberhasilan proses pengeringan, sehingga
perlu diketahui data pendukung untuk merancang sistim ini diantaranya kadar air
input, kadar air output, densiti material, ukuran material, maksimum panas yang
diizinkan, sifat fisika/kimia, kapasitas output/input dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Irma Aprinita, FMIPA UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Irma Aprinita, FMIPA UI, 2012
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi validasi proses pengeringan granul
adalah:
a. Pengeringan dengan Fluid Bed Dryers ialah: tekanan udara, tingkat
perpindahan panas, waktu pengeringan, suhu, kedalaman bed, ukuran
partikel, dan kadar air yang terkandung pada bahan.
b. Pengeringan dengan oven pengering ialah luas permukaan bahan, suhu,
kecepatan dan arah aliran udara, kelembaban udara, kadar air pada bahan,
dan ketebalan lapisan granul pada rak oven.
4.2 Saran
Perlu dilakukan pre validation seperti kualifikasi mesin, peralatan dan
sarana penunjang sebelum dilakukan validasi proses. Selain itu juga perlu
pelatihan secara berkala terhadap operator yang tugasnya berkaitan dengan
pembuatan obat seperti operator mesin pengering.
20 Universitas Indonesia
21 Universitas Indonesia