ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Puji syukur atas segala rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma
No. 2, Senen Jakarta Pusar.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat profesi pada Program Profesi
Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia untuk
menyelesaikan masa studi dan memperoleh gelar apoteker. Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 2 berlangsung selama periode 1
Mei – 8 Juni 2012.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih tak terhingga kepada:
1. Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2. Ibu Astrid Dwiastuti, S.Si., Apt., selaku Pembimbing yang telah
memberikan kesempatan, bimbingan dan pengarahan selama PKPA dan
penyusunan laporan PKPA.
3. Ibu Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc., Apt selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI.
6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 2 Senen yang telah
memberikan bantuan, sikap yang ramah, kerja sama yang baik, serta
kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan pelayanan
kefarmasian di apotek selama masa PKPA.
7. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil sehingga
pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar.
iv
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................... 2
vi
vii
viii
Halaman
Lampiran 1. Alur Pelayanan Penerimaan Resep......................................... 55
Lampiran 2. Surat Pemesanan Narkotika ………………........................... 56
Lampiran 3. Surat Pemesanan Psikotropika................…………................ 56
Lampiran 4. Laporan Narkotika……………...……………....................... 57
Lampiran 5. Laporan Psikotropika……….................................................. 58
Lampiran 6. Plastik Klip dengan Etiket……..…………………................ 58
Lampiran 7. Kertas Pembungkus Puyer....……………………….............. 59
Lampiran 8. Etiket Obat Dalam................................................................... 59
Lampiran 9. Etiket Obat Luar...................................................................... 59
Lampiran 10. Label Obat............................................................................... 60
Lampiran 11. Kwitansi Pembayaran Resep Tunai........................................ 60
Lampiran 12. Kopi Resep.............................................................................. 61
Lampiran 13. Kartu Stok Obat...................................................................... 62
Lampiran 14. Lay Out Apotek Kimia Farma No.2....................................... 63
ix
1 Universitas Indonesia
memberikan keputusan yang tepat untuk setiap masalah di apotek serta dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, misalnya dalam hal
memberikan pelayanan informasi obat yang tepat, aman, dan rasional. Oleh sebab
itu seorang apoteker harus terus memperluas ilmunya terutama tentang obat yang
terus menerus berkembang dengan pesat, sehingga dapat memperoleh hasil yang
maksimal dalam memberikan pelayanan informasi obat yang saat ini telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien (patient oriented) dan mengacu kepada
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
Selain itu, seorang apoteker pengelola apotek juga harus memahami
manajemen pengelolaan apotek dengan baik. Sehingga sebagai calon Apoteker
tidak cukup hanya belajar dari teori akan tetapi perlu mengetahui dan memahami
secara langsung. Oleh karena itu, profesi Apoteker perlu dibekali pengetahuan,
pemahaman dan aplikasinya.
Menyadari pentingnya hal tersebut, mahasiswa Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi Universitas Indonesia Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Kimia Farma yang bertempat di Apotek Kimia Farma 2 Jl.
Senen Raya No. 66 Jakarta Pusat. Pelaksanaannya berlangsung mulai tanggal 1
mei – 8 Juni 2012. Dengan harapan calon Apoteker mampu menerapkan ilmu
yang diperolehnya setelah pelaksanaan PKPA dalam dunia kerja nantinya.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek Kimia Farma ini
bertujuan untuk:
1. Memberikan pemahaman akan fungsi dan peranan apoteker dalam
mengelola apotek secara profesional.
2. Menambah dan memperluas pengetahuan serta wawasan calon apoteker
agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan mengamati
secara langsung kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan pelayanan
kesehatan di apotek.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Apotek baru yang akan beroperasi harus mempunyai Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia
kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek berlaku untuk
seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
2.4.1 Bangunan
Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Bangunan apotek harus memiliki
ruangan khusus diantaranya ruang penerimaan dan penyerahan resep, ruang
tunggu (dibuat seluas dan senyaman mungkin, tenang, bersih, segar, terang, tidak
ada nyamuk atau serangga lain yang mengganggu sehingga para pembeli merasa
betah dan tidak lelah menunggu. Ruang tunggu dilengkapi dengan ventilasi udara
segar atau jika memungkinkan memakai pendingin udara, penerangan yang baik
tapi tidak menyebabkan panas, televisi atau musik yang enak didengar supaya
para pembeli betah menunggu, jam dinding di tempat yang mudah terlihat oleh
pembeli, rak atau lemari etalase yang berisi obat bebas atau produk lainnya dan
rak brosur obat atau majalah yang bisa dibaca para pembeli, ruang peracikan
sebagai tempat peracikan obat yang telah diresepkan oleh dokter harus tenang,
bersih, dan nyaman, ruang administrasi, ruang apoteker sebagai tempat
dilaksanakannya konseling dan pelayanan informasi obat bagi pasien, konter kasir
dan ruang penjualan obat bebas, serta gudang sebagai tempat penyimpanan obat-
obatan.
Universitas Indonesia
antara lain juru resep yang membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat
untuk diracik, pemegang kas/kasir dan petugas kebersihan.
2.4.3 Perlengkapan
Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek
diberikan oleh Menteri yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah
sebagai berikut:
1) Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.
2) Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
3) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan formulir APT-3.
4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (nomor 2) dan
(nomor 3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat
pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
g. Konseling
Konseling didefinisikan sebagai proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan
konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan
lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah
sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran
dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat
dikenali oleh penderita sendiri. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat
bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru
yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.
Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan
penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar
bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa,
nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan
cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan
dibuat dengan dasar hitam, tulisan putih.
Universitas Indonesia
2.10.4 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Universitas Indonesia
Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk
menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci yang kuat.
Universitas Indonesia
Menurut Undang Undang 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu:
a. Psikotropika golongan I
Yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: lisergida dan meskalina.
b. Psikotropika golongan II
Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi,
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin dan metamfetamin.
c. Psikotropika golongan III
Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi,
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Memeriksa salinan faktur dan kebenaran harga pada faktur tersebut yang
kemudian di paraf sebagai tanda bahwa faktur tersebut telah diperiksa.
3) Setiap transaksi pembelian dicatat di Buku Pembelian Apotek dan di entry
datanya ke komputer berdasarkan nama distributornya. Dalam pencatatan
harus tercantum nama distributor, nomor faktur, nama dan jumlah barang,
harga, besarnya potongan harga dan tanggal pembelian. Setelah itu catatan
diberikan kepada petugas administrasi utang dagang.
Setiap akhir buku pembelian dijumlahkan total nilainya untuk mengetahui
transaksi pembelian yang berlangsung pada bulan tersebut.
b. Administrasi penjualan, mempunyai tugas:
1) Setiap hari menerima dan memeriksa kebenaran Laporan Penjualan Harian
Apotek per tanggal yang dibuat oleh apotek pelayanan berdasarkan bukti-
bukti pembayaran dari hasil penjualan tunai maupun kredit serta
pemakaian obat intern. Petugas mencatat hasil penjualan total yang
diperoleh. Bukti pembayaran dari penjualan tunai berupa bukti setoran kas
sedangkan dari penjualan kredit berupa alat tagih, kwitansi dan tanda
terima faktur.
2) Mencatat hasil penjualan kredit ke kartu piutang per pelanggan. Kartu ini
berisi transaksi total penjualan kredit setiap hari dan fungsi sebagai kontrol
atas penagihan bagian inkasso. Sedangkan penjualan tunai dicatat pada
buku kas.
3) Setiap akhir bulan dibuat laporan peredaran kredit atau laporan sisa
piutang berdasarkan nama debitur dan perincian sisa piutang untuk
mengetahui berapa jumlah tagihan yang sudah dan belum dibayar.
c. Administrasi penagihan/inkasso, mempunyai tugas:
1) Membuat nota inkasso dan tanda terima faktur
2) Mencatat kwitansi di buku registrasi dan menyerahkannya kepada
penanggung jawab TU untuk diperiksa kemudian diteruskan ke pimpinan
apotek untuk ditandatangani.
3) Menyerahkan nota inkassso dan berkas penagihan (tanda terima faktur dan
lampiran resep kredit) kepada petugas penagihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
45 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bebas dipisahkan pada rak berbeda. Obat psikotropik dan narkotik disimpan
dalam lemari khusus yang memiliki dua pintu dan terkunci. Suppositoria, sirup
kering, hormon, serta tablet yang tidak stabil dalam suhu ruangan disimpan
dalam lemari es. Dari masing-masing kategori tersebut disusun secara abjad
dan farmakologi untuk lebih memudahkan dalam proses pencarian obat.
g. Ruang peracikan Apotek Kimia Farma No. 2 Senen terletak di bagian dalam
dan terhalang oleh rak-rak obat. Namun, ruang peracikan ini ukurannya tidak
terlalu besar sehingga kegiatan peracikan obat seringkali terganggu saat
pegawai lain mengambil obat yang disimpan di sekitar ruang peracikan. Untuk
mengatasi hal tersebut sebaiknya obat-obatan yang jarang diracik tidak
disimpan di dekat ruang peracikan.
h. Sarana penunjang lainnya seperti toilet, dapur, musholla dan tersedia juga
fasilitas ATM sehingga menjadi nilai tambah apotek.
Apotek Kimia Farma No. 2 Senen menyediakan swalayan farmasi, dengan
adanya swalayan farmasi dapat memberikan beberapa keuntungan diantaranya
pelanggan dapat memilih dan mengambil sendiri obat atau barang yang mereka
bututhkan dan dengan melihat obat atau barang yang dipajang diswalayan farmasi
dapat menimbulkan keinginan pelanggan untuk membeli obat atau barang
tersebut. Namun selain itu swalayan farmasi mempunyai beberapa kerugian
diantaranya resiko kehilangan obat atau barang cukup besar dan untuk informasi
harga obat atau barang tetap harus menanyakan kepada kasir.
Kegiatan pengadaan barang di apotek mengikuti sistem yang telah
diterapkan oleh PT. Kimia Farma. Pemesanan barang dilakukan melalui Bisnis
Manajer (BM). Apotek Kimia Farma No. 2 Senen membuat Bon Permintaan
Barang Apotek (BPBA) yang kemudian dikirimkan ke BM. Jika barang tersedia
di gudang BM, maka akan langsung dikirim ke apotek beserta bukti droppingnya.
Apabila barang yang dipesan oleh apotek tidak ada di BM, maka BM melakukan
pemesanan ke PBF. Untuk jumlah pemesanan barang dalam jumlah besar maka
dari PBF akan langsung dikirim ke BM dan dari BM langsung dikirim ke apotek.
Dalam dua minggu sekali, apotek hanya membuat BPBA satu kali. Namun
ini tidak berarti bahwa semua kebutuhan apotek atas ketersediaan obat dapat
teratasi. Jika terdapat kekosongan barang maka apotek dapat melakukan
Universitas Indonesia
pengadaan barang dengan cara meminta barang antar apotek Kimia Farma melalui
bon permintaan barang, baik dalam satu wilayah ataupun antar wilayah bisnis
manager. Hal inilah yang disebut dengan dropping. Jika pada apotek Kimia Farma
yang lain tidak tersedia obat yang dicari dan kondisinya sangat mendesak, maka
Apotek Kimia Farma 2 Senen dapat membeli barang dari apotek lain di luar
jaringan Apotek Kimia Farma tetapi jumlah obat yang dipesan hanya sebanyak
permintaan saja.
Dengan adanya sistem BM ini, maka apotek pelayanan dapat lebih focus
dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih berkualitas karena fungsi-
fungsi administrasi seperti pembelian dan keuangan hanya dilakukan oleh BM.
Selain itu, sistem BM juga meningkatkan daya tawar (bargaining power) dengan
pemasok untuk memperoleh barang dagangan yang lebih murah, karena dengan
pembelian barang dalam jumlah besar memungkinkan para pemasok memberikan
diskon yang cukup tinggi atau memberikan bonus – bonus khusus sehingga dapat
meningkatkan laba apotek.
Penerimaan produk obat yang dikirimkan dari BM disesuaikan dengan
BPBA kemudian diperiksa jumlah dan jenis obatnya. Produk obat yang sudah
diperiksa, kemudian disimpan di kotak obat dan dicatat dikartu stok dengan
menuliskan nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Produk obat yang sudah
diterima, dimasukkan saldonya ke komputer, sehingga apabila terdapat ketidak
sesuaian jumlah fisik dan kartu stok dapat dicek dalam komputer.
Penyimpanan produk obat di apotek Kimia Farma 2 dilakukan berdasarkan
sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) artinya
produk atau obat yang datang lebih dahulu, harus dikeluarkan lebih dahulu
sedangkan produk atau obat yang terakhir datang diletakkan di belakang atau jika
produk atau obat yang memiliki expired date paling dekat dikeluarkan terlebih
dahulu, begitu seterusnya. Sistem ini dilakukan agar perputaran produk obat dapat
berjalan, sehingga dapat menghindari terdapatnya produk obat yang kadaluarsa.
Di apotek Kimia Farma 2 dilakukan pemeriksaan stok opname secara rutin, yaitu
setiap 3 bulan sekali sehingga dengan adanya pemeriksaan stok opname ini dapat
diketahui kondisi produk atau obat yang ada secara fisik disesuaikan dengan
kondisi produk atau obat yang ada di komputer, jika terjadi selisih jumlah maka
Universitas Indonesia
dapat segera dilakukan evaluasi, selain itu dapat mengetahui obat atau barang
yang akan kadaluarsa sehingga dapat dilakukan penanggulangan dengan meretur
kepada pemasok atau dilakukan tukar guling dengan obat atau barang yang masa
expirenya lebih lama.
Untuk obat-obat narkotika dan psikotropika, tempat penyimpanannya
terpisah yaitu di dalam lemari berkunci ganda. Hal ini sesuai dengan tata cara
penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang tertulis dalam Permenkes RI
No.28/I/Per/Menkes/1978. Pemasukan dan pengeluaran narkotika dibuat dalam
suatu laporan untuk diarsipkan dan dilaporkan kepada Dinkes kabupaten
setempat.
Pada setiap pemasukan dan pengeluaran obat, kartu stok harus selalu diisi
sehingga dapat dikontrol persediaan obatnya. Untuk produk atau obat OTC (Over
The Counter) pemasukan dan pengeluarannya dicatat dalam kartu stok dan dalam
komputer. Namun pada kenyataannya, masih ada yang berbeda antara jumlah
pada kartu stok dengan jumlah obat secara fisik. Hal ini dikarenakan masih
kurang ketelitian dalam melakukan pencatatan di kartu stok, Sehingga terjadi
kekeliruan data pada kartu stok. Hal ini dapat segera diatasi dengan melakukan
cek mutasi obat dan saldo komputer.
Pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 2 Senen diantaranya
yaitu:
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan kebijakan
pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan
pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek. Disamping
itu, apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang
berkualitas untuk menjamin penggunaan obat yang rasional guna
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Pengelolaan Apotek mencakup administrasi, manajemen pengadaan,
penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan, dan
etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
6.2. Saran
1. Kebersihan alat peracikan perlu diperhatikan guna menjamin keamanan,
efektifitas, dan kualitas obat. Perlu adanya prosedur tertulis mengenai cara
pembersihan alat racik yang dapat dibaca oleh petugas yang meracik. Bila
perlu alat racik untuk meracik obat yang mengandung beta laktam
sebaiknya mempunyai alat racik sendiri.
2. Tanggung jawab petugas terhadap masing-masing lemari obat perlu
diingatkan kembali, terutama mengenai kontrol persediaan termasuk
kontrol expired date obat, kerapihan, dan kebersihan kotak dan lemari
obat. Kotak obat yang sudah rusak dan kartu stok yang sudah penuh/rusak
sebaiknya diganti dengan yang lebih baik.
3. Setiap karyawan perlu diberikan pemahaman dan pelatihan mengenai
Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan di apotek. Pengawasan
terhadap pelaksanaan SPO yang telah ditetapkan harus terus ditingkatkan
untuk memastikan bahwa pelayanan yang baik dapat tercapai setiap saat.
51
Universitas Indonesia
Penerimaan Resep
Pemberian harga
Pasien membayar di
kasir dan diberi
Pemberian nomor urut nomor resep
Pemberian etiket
Pemeriksaan kesesuaian
obat
TUGAS KHUSUS
ANALISIS KINERJA KATEGORI PRODUK OTC
DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 PADA BULAN APRIL 2012
ANGKATAN LXXIV
TUGAS KHUSUS
ANALISA KINERJA KATEGORI PRODUK OTC
DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 PADA BULAN APRIL 2012
ANGKATAN LXXIV
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv
1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 2
iii
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah untuk mengidentifikasi
kategori produk OTC Apotek Kimia Farma no. 2 Senen yang memiliki nilai jual
paling tinggi berdasarkan pareto bulan April 2012.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6 Universitas Indonesia
Tabel pareto penjualan OTC yang didapatkan dari bagian administrasi berisi
data berupa ±400 produk yang dipajang pada gondola swalayan apotek yang memiliki
nilai penjualan terbesar. Pareto penjualan pada bulan April 2012 ini kemudian
dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori pada gondola, dan ditentukan
total nilai penjualannya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 – 19.
Total nilai penjualan dari masing–masing kategori kemudian disatukan dalam
sebuah tabel sehingga dapat dibandingkan total nilai jual dan nilai persentasenya.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
NILAI JUAL
NO KATEGORI NILAI %
(Rp)
17 Soap and Body wash 286.120 0,23
18 Hair Care 203.114 0,17
19 Majalah 70.000 0,06
Total 122.025.914 100,00
Data pada tabel 4.1 kemudian digambarkan dalam bentuk pie chart dengan
tujuan mempermudah perbandingan nilai penjualan antar kategori. Selengkapnya
dapat dilihat pada diagram 4.1.
Berdasarkan data pada tabel dan diagram didapatkan bahwa 5 kategori dengan
nilai penjualan terbesar adalah kategori suplemen (35%), kategori medicine (12%),
kategori alat kesehatan (11%), kategori topical (9%%), dan kategori vitamin dan
mineral (9%). Dengan tercapainya nilai penjualan yang tinggi, berarti keuntungan
yang didapatkan oleh apotek dari penjualan kategori ini juga tinggi.
Kategori suplemen menduduki peringkat teratas sebagai kategori produk
dengan nilai penjualan terbesar, bahkan lebih besar dari nilai penjualan obat. Hal ini
dapat menggambarkan bahwa kesadaran sebagian masyarakat indonesia sudah
Universitas Indonesia
meningkat. Masyarakat pergi ke apotek tidak hanya membeli obat sebagai terapi
penyembuhan penyakit, tetapi juga membeli suplemen sebagai terapi pencegahan
penyakit. Ini berarti masyarakat telah menyadari betapa pentingnya kesehatan dan
menganut prinsip lebik baih mencegah daripada mengobati. Selain itu, banyaknya
informasi yang diberikan oleh para SPG juga dapat mendorong pelanggan apotek
yang meskipun awalnya datang tidak dengan niat membeli suplemen, pada akhirnya
tertarik dan membeli.
Kategori produk suplemen memiliki nilai penjualan tertinggi. Ini berarti
apotek mendapatkan keuntungan tertinggi dari penjualan produk kategori ini. Produk-
produk yang terdapat pada kategori ini adalah suplemen antara lain seperti Spartax,
Nature Pristine, Hezzel, dan lain-lain. Produk produk pada kategori suplemen ini
merupakan produk premium yang memiliki harga mahal. Dengan tingginya nilai
penjualan suplemen, berarti apotek memiliki banyak pelanggan dengan kemampuan
ekonomi menengah ke atas dan tidak sensitif terhadap harga. Hal ini dapat
menentukan langkah apa yang dapat diambil untuk pengembangan kategori suplemen
selanjutnya.
Pengembangan produk yang dapat diambil untuk pelanggan yang tidak
sensitif terhadap harga adalah dengan menambah varian atau jenis suplemen dan
memberikan pelayanan jasa konsultasi atau informasi produk dan kesehatan. Hal ini
dapat menambah nilai dari produk suplemen yang dijual, serta meningkatkan loyalitas
pelanggan sehingga tetap membeli suplemen di apotek Kimia Farma Senen.
Dilihat dari data, produk yang berkaitan dengan kesehatan seperti suplemen,
obat, alat kesehatan, topikal, vitamin dan mineral, susu dan nutrisi, serta perbekalan
P3K masih menjadi primadona penjualan apotek. Sementara kategori lainnya seperti
kosmetik, makanan dan minuman nilai penjualannya jauh di bawah produk
kesehatan. Ini mengisyaratkan bahwa tujuan masyarakat ke apotek memang untuk
mencari produk penunjang dan peningkat kesehatan. Akan tetapi produk-produk lain
juga tetap perlu disediakan sebagai pelengkap sehingga bisa menjadi impulse product
yang merupakan sumber pemasukan tambahan bagi apotek.
Universitas Indonesia
Analisis terhadap kategori produk ini perlu dilakukan di apotek karena apotek
merupakan bisnis retail yang memiliki tujuan utama menjual produk dan jasa
semaksimal mungkin sehingga memperoleh keuntungan yang juga maksimal. Dengan
tingginya nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh, maka pengembangan
pelayanan OTC di swalayan apotek dapat terus dilakukan.
Pengembangan swalayan apotek tidak hanya dari segi penambahan varian
produk, tapi juga perlu diperhatikan display atau tata letak tiap produk dalam gondola
kategori, serta tata letak gondola dalam ruangan. Untuk gondola kategori produk yang
menjadi product destination seperti suplemen, medicine, alat kesehatan, topical, serta
vitamin dan mineral dapat diletakkan pada bagian ujung atau pojok. Sementara untuk
gondola kategori produk lainnya, sebaiknya diletakkan pada wilayah yang mudah
tertangkap oleh mata. Hal ini bertujuan agar ketika pelanggan menuju produk
tersebut, dapat sembari melihat-lihat gondola dari kategori produk lain, sehingga
diharapkan terjadi penjualan impulse product.
Seperti kategori produk dengan penjualan tinggi, kategori produk yang
memiliki nilai penjualan rendah pun perlu mendapatkan perhatian yang sama.
Pemilihan item produk yang dijual harus dipilih seselektif mungkin, disesuaikan
dengan target pasar swalayan apotek yang pada umumnya adalah menengah dan
menengah ke atas.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Kategori produk dengan nilai penjualan tertinggi adalah kategori suplemen
dengan nilai penjualan total sebesar Rp.42.989.754 dan persentase
penjualan sebesar 35,23% dari total penjualan.
5.2 Saran
Setelah mengetahui kategori produk dengan penjualan tertinggi, maka
perlu dilakukan pengembangan kategori tersebut seperti penambahan
variansi, pelayanan jasa informasi obat dan kesehatan, pemberian
pelayanan cek kesehatan, promosi dan diskon, dan sebagainya.
Pengembangan kategori produk sebaiknya tidak hanya dilakukan pada satu
kategori produk dengan nilai penjualan tertinggi saja, tapi pada setidaknya
lima kategori produk dengan nilai penjualan tertinggi.
Analisis kinerja kategori produk ini perlu dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.
11 Universitas Indonesia
Keputusan Presiden RI. (2009). Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 13. Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
PT. Kimia Farma Apotek. 2012. Merchandise structure and Display Manual. PT.
Kimia Farma Apotek. Jakarta.
PT. Kimia Farma Apotek. 2012. Panduan Analisa Kinerja Category Produk. PT.
Kimia Farma Apotek. Jakarta.
12 Universitas Indonesia
13
16
17
20
21
23
25
26
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Lampiran 14. Daftar Pareto Kategori Feminine Care Bulan April 2012
NO NAMA OBAT SATUAN NAMA PABRIK QTY NILAI JUAL
1 LACTACYD FEMIN HYG 60ML PINK FLS COMBIPHAR 14 309,932
2 LACTACYD FEMIN HYG 150ML PINK FL COMBIPHAR 5 265,650
3 CHARM BF SUPER COMFORT@36 BH UNI-CHARM INDONESIA 10 172,490
TOTAL 748,072
37
Lampiran 16. Daftar Pareto Kategori Paper Product & Feminine Care Bulan April 2012
NO NAMA OBAT SATUAN NAMA PABRIK QTY NILAI JUAL
1 DR P ADULT DIAPERS XL BH EVERBEAUTY CORP 2 134,550
2 CERTAINTY ADULT DIAPERS L@10 SAK BUMKINS 1 77,228
3 MAMY POKO PANTS STD M@20 BH UNI-CHARM INDONESIA 2 77,198
TOTAL 288,976
Lampiran 17. Daftar Pareto Kategori Soap & Body Wash Bulan April 2012
NO NAMA OBAT SATUAN NAMA PABRIK QTY NILAI JUAL
1 SEBAMED CLEANSING BAR 100GR BH SEBAPHARMA 3 138,000
2 SABUN HIJAU 100GR BH BRATACO 13 74,750
3 ACNE AID BAR SOAP 100GR BH STIEFEL 2 73,370
TOTAL 286,120
38
39