Anda di halaman 1dari 98

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SRI WULANDAH FITRIANI, S.Farm.


(1106047386)

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SRI WULANDAH FITRIANI, S.Farm.


(1106047386)

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker)
di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan menyelesaikan
penulisan laporan ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat guna
menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi
Universitas Indonesia.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Deden Muliadi, S.Si, Apt., selaku pembimbing selama pelaksanaan
PKPA di lembaga pemerintahan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan yang dengan sabar telah membimbing, memotivasi, dan
memberikan dukungan kepada penulis hingga tersusunnya laporan ini.
2. Ibu Dr. Katrin, M.S., Apt., selaku pembimbing atas segala saran, ilmu,
bimbingan, dan arahan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan
laporan.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., sebagai Ketua Departemen Farmasi
FMIPA-UI.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu, didikan,
bantuan, dan saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
6. Seluruh staf pegawai di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan, Bapak Yoserizal, Ibu Nuril, Ibu Ida, dan Ibu Halida atas segala
bantuan, informasi, dan saran yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA.
7. Kedua orangtua tercinta, Ayah Abdul Hamid dan Umak Syafridah yang telah
membesarkan, mendidik, dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan pengorbanan yang tak terbalaskan. Tak lupa rasa sayang dan bangga

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


penulis sampaikan kepada adik Rizka Fadilah dan Nazhifah Salsabila yang
selalu menjadi pemantik semangat.
8. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXIV yang telah banyak membantu atas
terwujudnya laporan ini, khususnya teman-teman sekelompok PKPA, Yodifta
Astriningrum, Rr. Chrysna Winanda, Nancy Raissa, dan Wulan Permata Sari.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas segala
bantuan, baik secara langsung, maupun tidak langsung kepada penulis selama
penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan pelayanan kefarmasian di masa mendatang.

Penulis

2012

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ......................................................................... 3


2.1 Suku Dinas Kesehatan .............................................................. 3
2.2 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan ........................................ 4
2.3 Susunan Organisasi .................................................................. 5

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN


DAN MINUMAN ............................................................................ 12
3.1 Koordinator Sumber Daya Kesehatan ....................................... 12
3.2 Dasar Hukum ........................................................................... 14
3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan
Minuman.................................................................................. 15
3.4 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan
Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman ............................. 20

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 30


5.1 Kesimpulan .............................................................................. 30
5.2 Saran ........................................................................................ 30

DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 32

v Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi


Jakarta Selatan ............................................................................ 35
Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek ..................................... 36
Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek ........................... 39
Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek .................................... 41
Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat....................... 45
Lampiran 6. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat
Tradisional .................................................................................. 47
Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat
Tradisional .................................................................................. 49
Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat
Kesehatan.................................................................................... 51
Lampiran 9. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan ...................... 53
Lampiran 10. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September 2011 .................. 54

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera, baik secara fisik, mental spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan merupakan bagian penting dalam menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Pemerintah berupaya melakukan pembangunan
kesehatan dengan melakukan perencanaan, pengaturan, pembinaan, pengawasan,
dan penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat sebagai salah satu wujud pembangunan nasional (Pemerintah
Republik Indonesia, 2009a).
Pengesahan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom telah mengubah sistem
pemerintahan di Indonesia, yakni dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah.
Adanya perubahan tersebut mengakibatkan pelimpahan sebagian tugas dan
kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, termasuk dalam
masalah pelayanan kesehatan. Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan SK
Gubernur No. 58 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan
Propinsi DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Kesehatan di tingkat
kota administratif. Hal tersebut juga didasarkan pada Perda No. 10 tahun 2008
tentang Organisasi Perangkat Daerah Propinsi DKI Jakarta agar melaksanakan
tugasnya sesuai dengan sistem otonomi daerah.
Suku Dinas Kesehatan t urut berperan dalam menyukseskan
pembangunan kesehatan melalui perencanaan, penilaian, dan pengendalian
penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan cara pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya tersebut
1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


2

terdiri dari lima seksi, yaitu Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat,
Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman. Posisi tersebut menjadi salah satu ruang bagi apoteker dalam
menjalankan tugas profesinya di tingkat pemerintahan agar turut berperan dalam
pelayanan masyarakat (Pemerintah Republik Indonesia, 2009b).
Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui peranannya di lingkup
pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas profesinya
kelak. Praktek kerja profesi apoteker merupakan salah satu sarana bagi calon
apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran, dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang peran apoteker di lingkup
pemerintahan. Oleh karena itu, Departemen Farmasi Universitas Indonesia
bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung
sejak tanggal 12 Maret hingga 5 April 2012.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa program
profesi apoteker Depart emen Far mas i FMIPA UI dapat:
a. Memahami gambaran umum Suku Dinas Kesehatan beserta peran dan
fungsinya.
b. Memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).
c. Memahami pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman (Farmakmin) di lapangan, baik yang terkait dengan perizinan
maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Suku Dinas Kesehatan


Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala Suku Dinas
Kesehatan yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah kepala
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Secara operasional, kepala Suku Dinas
Kesehatan berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota (Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, 2009b). Suku Dinas Kesehatan yang pembentukannya
mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 merupakan gabungan dari
Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat.
Berdasarkan peran dan fungsinya, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berperan
sebagai regulator, sedangkan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berperan
sebagai auditor.
Suku Dinas Kesehatan bertugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan mempunyai fungsi
sebagai berikut (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b):
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan.
b. Pelaksanaan DPA Suku Dinas Kesehatan.
c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan,
khusus, tradisional, dan keahlian.
d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar
Biasa (KLB).
e. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/ tidak menular.
f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan perbekalan kefarmasian.
g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.
h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


4

i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan


kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas
Kesehatan.
k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi, serta perizinan/
rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan.
l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup
kota administrasi.
m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
gizi dan kesehatan masyarakat.
n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan
pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan,
khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup kota administrasi.
o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana Suku Dinas Kesehatan.
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang.
q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan.
r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas Kesehatan.
s. Penyiapan bahan laporan dinas kesehatan kota administrasi terkait dengan
tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan.
t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas
kesehatan.

2.2. Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan


Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah
masyarakat Jakarta Selatan yang mandiri untuk hidup sehat. Misi Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk mencapai visi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan dan sarana
pelayanan kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


5

b. Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk dan penyakit menular, penyakit


tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan.
c. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di
masyarakat.
d. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan kemajuan
teknologi.
e. Meningkatkan mutu sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif.

2.3 Susunan Organisasi


Susunan organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 150 Tahun 2009, terdiri dari :
2.3.1 Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kepala Suku Dinas Kesehatan selaku pimpinan memiliki tugas sebagai
berikut :
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas
Kesehatan.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi, dan subkelompok
jabatan fungsional.
c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD), dan/atau instansi
pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kesehatan.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas Kesehatan.

2.3.2 Subbagian Tata Usaha


Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan
dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata
Usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah
kepala Suku Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala Suku Dinas
Kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


6

Subbagian Tata Usaha memiliki tugas sebagai berikut:


a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan lingkup
tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan
sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan.
d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan.
e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas Kesehatan.
f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas Kesehatan.
g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas Kesehatan.
h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.
i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/ pertemuan Suku Dinas Kesehatan.
j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas
Kesehatan.
k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan
retribusi Suku Dinas Kesehatan.
l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Subbagian Tata Usaha.
m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan
akuntabilitas) Suku Dinas Kesehatan.
n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata
Usaha.

2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat


Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berkedudukan di bawah kepala Suku Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


7

kepada kepala Suku Dinas Kesehatan. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai


tugas sebagai berikut:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan sesuai ruang lingkup
tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan
sesuai dalam lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga
termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia
sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja
wanita, dan asuhan keperawatan.
d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan
dan pengendalian program kesehatan masyarakat.
e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.
f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan
masyarakat.
g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat
kota administrasi/ kabupaten.
h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi.
i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran
Serta Masyarakat (PPSM).
j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Kesehatan Masyarakat.
l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Kesehatan Masyarakat.

2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan


Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin
oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala Suku Dinas

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


8

Kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala Suku Dinas Kesehatan. Seksi
Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan lingkup
tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan
sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan,
memanfaatkan, data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan masyarakat.
f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana
pelayanan kesehatan.
g. Memberikan rekomendasi/ perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.
i. Melaksanakan siaga 24 jam per Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan
(Pusdaldukkes).
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pelayanan Kesehatan.
l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan
Kesehatan.

2.3.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan


Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi
pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berkedudukan di bawah kepala Suku Dinas Kesehatan dan bertanggungjawab

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


9

kepada kepala Suku Dinas Kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan


mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan
sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/
Kejadian Luar Biasa (KLB), dan kesehatan lingkungan.
d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.
e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit
menular/ tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis
peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan
pengendalian penyakit menular, dan tidak menular, serta kesehatan jiwa
masyarakat.
g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian
penyakit menular, dan tidak menular, serta kesehatan jiwa masyarakat dengan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD)
dan/ atau instansi pemerintah/ swasta/ masyarakat.
h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan
imunisasi.
i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan
memanfaatkan data, dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kabupaten/
kota administrasi.
j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB)
dan surveilans.
l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


10

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan


wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.
n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum/ air bersih, penyehatan makanan
dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi,
penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat
kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan
lingkungan/ upaya pemantauan lingkungan.
o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang
kesehatan lingkungan.
p. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi
pengendalian masalah kesehatan.

2.3.6 Seksi Sumber Daya Kesehatan


Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan
di bawah kepala Suku Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala
Suku Dinas Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan lingkup
tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan
sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan
minuman.
d. Memberikan rekomendasi/ perizinan praktek tenaga kesehatan.
e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


11

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas


kesehatan terhadap standar pelayanan.
h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem
manajemen mutu.
i. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan.
j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan
sistem manajemen mutu kepada puskesmas.
k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana
farmasi makanan minuman, yang meliputi industri kecil obat tradisional, sub
penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan
minuman rumah tangga.
n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan
persediaan cadangan obat esensial.
o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup kabupaten/ kota administrasi.
p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber
Daya Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi tiga koordinator untuk
memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan.
Koordinator yang terdapat pada Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah
Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standardisasi Mutu
Kesehatan, dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Setiap koordinator
memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan
Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN

3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman


Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator yang
membuat kebijakan, pedoman, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal
yang berkenaan dengan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan yang merupakan unit
kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai auditor terhadap
regulasi yang telah dibuat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk
dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut. Suku Dinas Kesehatan
dalam pelaksanaan peran dan fungsinya mempunyai struktur tertentu sebagaimana
diatur oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Suku Dinas
Kesehatan terdiri dari Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi
Kesehatan Masyarakat, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Seksi
Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) secara garis besar berperan dalam
lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan
minuman, yang dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan
pelaksanaan tugas dan fungsi. Koordinator yang terdapat pada Seksi Sumber Daya
Kesehatan adalah Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola
Standardisasi Mutu Kesehatan, serta Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman
(Farmakmin). Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang
mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi SDK. Koordinator pada seksi SDK
yang akan dipaparkan pada bab ini adalah koordinator Farmakmin.
Tugas pokok koordinator Farmakmin adalah:
a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Seksi Sumber
Daya Kesehatan.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Seksi Sumber Daya Kesehatan.

12 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


13

c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana


farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan,
Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga
(PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO).
d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat,
cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri
rumah tangga, dan pedagang eceran obat.
e. Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana
pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta.
f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan.
g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik.
h. Melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan.
i. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat
esensial.
j. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika,
makanan, dan minuman.
k. Memantau dampak lingkungan.
l. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) puskesmas.
m. Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika,
psikotropika dan zat aditif (NAPZA).
n. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan
sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman.
o. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika.
p. Pengelolaan terhadap hasil supervisi.
q. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya.
r. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran,
rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan
rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman.
s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan
masyarakat.
t. Mensosialisasikan perundangan dan program.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


14

u. Bekerja sama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan


koordinator tenaga kesehatan.
v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja.
w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.

3.2 Dasar Hukum


Dasar hukum yang yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi
dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa
Bakti dan Izin Kerja Apoteker.
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan
Narkotika.
h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur
Alat Kesehatan.
i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha
Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat.
k. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran
Psikotropika.
l. Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar
Obat Esensial Nasional.
m. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang
Pedagang Eceran Obat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


15

n. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan


Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
o. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan
Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.
p. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan
Penyelenggaraan Usaha PEO di Wilayah DKI Jakarta.

3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan


Minuman

Setiap orang dan/atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/atau


mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah
tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan
mendistribusikan makanan dan minuman wajib mengajukan perizinan. Perizinan
diajukan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Perizinan
yang dikelola oleh Suku Dinas Kesehatan mencakup izin apotek, izin pedagang
eceran obat, izin cabang penyalur alat kesehatan, izin industri kecil obat
tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri
kecil makanan dan minuman. Selain itu, terdapat apotek rakyat yang perizinannya
juga diajukan ke Suku Dinas Kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007.

3.3.1 Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah
apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah
surat yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI sebagai tanda registrasi bagi
apoteker yang berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang apabila
memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


16

a. Ijazah apoteker.
b. Sertifikat kompetensi profesi.
c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktek.
e. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, Apoteker Pengelola Apotek
(APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek
yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan, APA dapat melaksanakan
tugasnya, dan masih memenuhi persyaratan yang berlaku.
Untuk mendapatkan SIA, APA mengajukan surat permohonan SIA kepada
kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat (khusus provinsi DKI
Jakarta) atau Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. SIA diberikan oleh Menteri
Kesehatan RI yang mendelegasikan wewenangnya kepada kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten (Departemen Kesehatan RI, 2002b). Pemberlakuan pedoman
pelayanan kefarmasi di apotek oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Segala
bentuk perubahan dalam pengelolaan apotek diharuskan memperbaharui izin.

3.3.2 Apotek Rakyat


Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya
penyerahan obat dan perbekalan kesehatan lain, namun tidak melakukan
peracikan. Selain itu, apotek rakyat tidak menjual narkotika dan harus
mengutamakan penggunaan obat generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan
untuk:
a. Sebagai pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan
status usahanya menjadi apotek rakyat.
b. Sebagai pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan
apotek rakyat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


17

c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian


(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh kepala Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang
apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.
Permohonan izin pendirian apotek rakyat diajukan kepada kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten dan akan dikeluarkan oleh kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten (Departemen Kesehatan RI, 2007).

3.3.3 Pedagang Eceran Obat (PEO)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972,
PEO adalah orang atau badan hukum indonesia yang memiliki izin untuk
menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara
eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. PEO dapat
menjual obat-obat bebas dan bebas terbatas dalam kemasan pabrik yang dibuat
secara eceran dan harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan
berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat
izin dari Menteri Kesehatan RI. Obat-obat bebas terbatas harus disimpan dalam
lemari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain
(Departemen Kesehatan RI, 2002a).
Permohonan perizinan sarana PEO diajukan kepada kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten setempat. Permohonan izin PEO diajukan secara tertulis dan
disertai:
a. Alamat dan denah tempat usaha.
b. Nama dan alamat pemohon.
c. Nama dan alamat asisten apoteker.
d. Fotokopi ijazah, surat pengusaha, dan surat izin kerja asisten apoteker.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


18

e. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai penanggung


jawab teknis.
Penerbitan izin setiap PEO harus disampaikan tembusan oleh kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten kepada menteri, kepala dinas kesehatan propinsi, serta kepala
balai POM setempat (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Izin usaha PEO berlaku
selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan
sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan
izin PEO. Pencabutan izin PEO dilakukan oleh kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten sehingga pemilik izin harus menyerahkan surat izinnya kepada
kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta)
atau Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten (Departemen Kesehatan RI, 2002a).

3.3.4 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)


IKOT adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari 600
juta rupiah dan tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Usaha IKOT wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dilakukan oleh perorangan atau
badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), dan harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan
tidak mencemari lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Pemilik IKOT harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasaranayang
diterbitkan oleh Menteri Kesehatan RI. Penanggungjawab teknis IKOT adalah
seorang apoteker. IKOT wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI
(Departemen Kesehatan RI, 1990).
Sebelum izin IKOT diperoleh, terlebih dahulu pemohon harus mengajukan
izin prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan kepada pemohon untuk dapat
langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan
instalasi-instalasi peralatan, dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang
disetujui (Departemen Kesehatan RI, 1990).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


19

3.3.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)


CPAK adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah
mendapatkan izin. Apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin
melaksanakan distribusi atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah,
perusahaan atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat
kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI
Jakarta) atau Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.
Sebagian besar usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan
oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya usaha ini
dilakukan oleh perorangan saat mendapatkan suatu tender proyek peralatan
kesehatan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap CPAK ini harus dilakukan
dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi, baik fisik, maupun non fisik
wajib dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan untuk mengurus izin perubahan
tersebut.

3.3.6 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)


PIRT adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi
pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.
PIRT harus mempunyai Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau
SPP-IRT. Sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan RI
Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003, antara lain menjelaskan tentang
tujuan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yaitu
untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan
pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang
pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap
keselamatan konsumen.
c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan PIRT.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


20

3.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan


Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman
Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan
dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran,
serta memberikan bimbingan teknis secara langsung maupun tidak langsung. Hal
tersebut bertujuan untuk menjaga konsistensi petugas dalam memenuhi
persyaratan yang berlaku. Pemerintah pusat dan daerah melakukan pembinaan
terhadap masyarakat dan penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan
sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan. Pembinaan
diarahkan untuk (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a):
a. Memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan.
b. Menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan.
c. Memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
d. Memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan,
termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman.
e. Memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan.
f. Melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain sebagai
berikut (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a):
a. Komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.
b. Pendayagunaan tenaga kesehatan.
c. Pembiayaan.
Tujuan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk
melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan.
Menteri Kesehatan RI dapat mendelegasikan wewenang tersebut kepada pihak
lain, misalnya lembaga pemerintah non-kementerian, kepala dinas provinsi, dan
kepala dinas kabupaten/kota yang berperan di bidang kesehatan, sedangkan
pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang
dapat berupa sanksi administrasi, teguran, peringatan, sampai pencabutan izin.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


21

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi melaksanakan kebijakan teknis


yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yaitu melaksanakan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan upaya kesehatan
di kota administrasi setempat, misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dapat memberikan teguran dan
pencabutan izin pada sarana yang tidak memenuhi ketentuan. Pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produk-
produk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien sehingga kepuasan
masyarakat sebagai pengguna jasa dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan
sumber daya yang ada.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 4
PEMBAHASAN

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dipimpin oleh dr.
H. Kurnianto Amien, MM. selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Secara teknis administrasi, Kasudin bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengenai
segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan, baik berupa pelayanan kepada masyarakat maupun
pembinaan kepada sarana kesehatan yang tersedia. Secara teknis operasional,
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan bertanggung
jawab langsung kepada Walikota Jakarta Selatan mengenai segala bentuk
pembiayaan, baik yang dikeluarkan maupun yang diperoleh Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan terbagi menjadi
lima seksi, yaitu Subbagian Tata Usaha (TU), Seksi Kesehatan Masyarakat
(Kesmas), Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes), Seksi Sumber Daya Kesehatan
(SDK), dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan (Pemkes). Struktur organisasi
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dilihat pada
Lampiran 1. Masing-masing seksi/subbagian dipimpin oleh seorang kepala
seksi/subbagian yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tiap seksi membawahi beberapa
bagian dimana masing-masing bagian dipimpin oleh seorang koordinator yang
memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh masing-masing
kepala seksi.
Sumber Daya Kesehatan (SDK) memiliki beberapa tugas pokok,
diantaranya menerbitkan izin bagi sarana dan tenaga pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar, spesialistik, tradisional, serta farmasi, makanan, dan
minuman. Untuk sarana pelayanan kesehatan, penanggung jawab sarana terlebih
dahulu harus memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi. Jika persyaratan
tersebut telah terpenuhi, petugas Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan akan
22 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


23

melakukan tinjauan ke lapangan. Apabila seluruh persyaratan telah terpenuhi,


Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan akan menerbitkan izin untuk pendirian
sarana pelayanan kesehatan tersebut.
SDK membawahi tiga koordinator, yaitu Koordinator Tenaga Kesehatan
(Nakes), Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan, dan Koordinator Farmasi
Makanan dan Minuman (Farmakmin). Koordinator Nakes berperan dalam
mengelola, membina, mengatur, dan mendidik tenaga kesehatan dan calon tenaga
kesehatan. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan berperan dalam pembuatan
standarisasi mutu pelayanan kesehatan, baik dalam tataran internal Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, maupun tataran eksternal yang
diimplementasikan kepada masyarakat. Koordinator Farmakmin berperan dalam
perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, baik yang dikelola
oleh pemerintah, maupun perorangan.
Beberapa kegiatan yang diatur oleh koordinator Farmakmin adalah
pengelolaan izin apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK),
Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO); pelaksanaan supervisi dan pengolahan
hasil supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana Farmakmin; serta
pelaksanaan Binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) terhadap
sarana pelayanan kesehatan kefarmasian, baik pemerintahan maupun swasta.
Selain itu, koordinator Farmakmin juga melaksanakan penyuluhan keamanan
pangan dimana peserta penyuluhan akan mendapatkan sertifikat sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh izin pendirian PIRT. Koordinator Farmakmin juga
melakukan pengelolaan laporan narkotika dan psikotropika; pengelolaan Gudang
Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan; pemantauan harga
obat narkotika dan persediaan cadangan obat esensial; serta penyusunan
rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari
puskesmas-puskesmas kecamatan se-Jakarta Selatan.
Kegiatan yang dilakukan selama periode Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) diantaranya adalah menyusun rekapitulasi LPLPO bulan Februari 2012
dari tiap puskesmas kecamatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan;
mempelajari alur proses pembuatan Surat Izin Apotek (SIA), surat izin PIRT,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


24

surat izin penyediaan depo farmasi, beserta memeriksa kelengkapan dokumen


yang diperlukan; berkunjung ke bagian Pelayanan Terpadu (Yandu) Kantor
Walikota Jakarta Selatan dan turut serta membantu kegiatan Yandu; mempelajari
alur pengadaan dan pelaksanaan pelayanan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas
Kecamatan Tebet; inventarisasi daftar PIRT, PEO, dan Apotek yang baru
didirikan periode Januari–Maret 2012 di wilayah Kota Administrasi Jakata
Selatan; melakukan pendataan sisa stok dan tanggal kadaluarsa dari obat program,
obat Kementrian Kesehatan, dan obat Suku Dinas Kesehatan yang disimpan di
Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Adminsitrasi Jakarta Selatan; dan
membuat Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan sebagai salah satu persyaratan
yang harus dilengkapi dalam pembuatan izin PIRT.
Proses perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan dilaksanakan dengan
sistem satu atap di bagian Yandu Kantor Walikota Jakarta Selatan. Alur proses
yang dilalui oleh tiap jenis permohonan izin pendirian sarana hampir sama.
Pemohon terlebih dahulu datang ke bagian Yandu dengan mengutarakan maksud
pemohon pada petugas di bagian Yandu. Pemohon dapat bertanya langsung
mengenai proses perizinan untuk apotek, apotek rakyat, CPAK, IKOT, P-PIRT,
ataupun PEO. Kemudian pemohon akan mendapatkan formulir yang berisi daftar
kelengkapan yang harus dilengkapi sebagai persyaratan, baik kelengkapan
dokumen maupun kelengkapan sumber daya sarana kesehatan. Setelah
persyaratan terpenuhi, pemohon datang kembali ke bagian Yandu Kantor
Walikota Jakarta Selatan untuk menyerahkan berkas persyaratan yang diminta.
Apabila terdapat berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki
atau melengkapinya. Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan yang
diperlukan dalam pembuatan surat izin dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3
(untuk SIA), Lampiran 5 (untuk PEO), Lampiran 6 dan 7 (untuk IKOT),
Lampiran 8 (untuk CPAK), dan Lampiran 9 (untuk P-PIRT).
Selanjutnya, berkas yang telah diserahkan oleh pemohon di kantor Yandu
Jakarta Selatan kemudian dibawa ke kantor Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Berkas permohonan dengan persyaratan
administrasi yang telah lengkap dikirim ke Subbagian Tata Usaha untuk
pendaftaran surat masuk. Setelah didisposisi oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


25

Kota Administrasi Jakarta Selatan, kemudian berkas diserahkan ke koordinator


Farmakmin. Petugas Farmakmin akan memeriksa kembali dokumen tersebut
sebelum dilakukan pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan
dalam bentuk peninjauan lokasi (Penlok).
Melalui Penlok, petugas Farmakmin memeriksa kesesuaian persyaratan
dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di lapangan. Adapun
aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas Farmakmin pada proses perizinan apotek
mencakup sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan,
kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta
kelengkapan dokumen asli. Kelengkapan peralatan yang harus ada di sebuah
apotek mencakup neraca, mortar, alu, wadah, etiket, kartu stok, buku pelaporan,
serta peralatan administrasi lainnya. Dokumen yang harus disertakan diantaranya
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik
Sarana Apotek (PSA), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PSA, Surat Izin Kerja
Apoteker (SIKA) APA atau Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Undang-
Undang Gangguan (UUG), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), surat keterangan
domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan fungsi, dan akte
perusahaan jika berbentuk badan hukum.
Hasil pemeriksaan kemudian dibuat dalam bentuk berita acara
pemeriksaan sarana apotek untuk ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian izin.
Berita acara pemeriksaan sarana apotek dapat dilihat pada Lampiran 4. Apabila
selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/belum memenuhi
persyaratan, petugas Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan sebagaimana yang
diinginkan dalam jangka waktu maksimal satu bulan. Apabila seluruh persyaratan
sudah dilengkapi, Surat Keputusan (SK) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan tentang perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan
dapat diberikan kepada pemohon. Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat
dipenuhi dalam kurun waktu satu bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri.
Untuk melanjutkan perizinan, pemohon harus mengulang tahap-tahap perizinan
sedari awal dengan mengajukan kembali permohonan ke bagian Yandu Kantor
Walikota Jakarta Selatan seperti pada proses awal.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


26

Lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan


meliputi sepuluh kecamatan dimana pada masing-masing kecamatan terdapat satu
puskesmas tingkat kecamatan yang melayani masyarakat. Kesepuluh kecamatan
tersebut adalah Kecamatan Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Kebayoran
Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Jagakarsa, Mampang Prapatan, dan
Setiabudi. Puskesmas tersebut wajib membuat laporan pemakaian obat dan alat
kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang
tercantum dalam LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
setiap bulan. Fungsi LPLPO antara lain sebagai laporan pemakaian obat bulanan,
laporan jumlah kunjungan resep, dokumen bukti atau sumber informasi tentang
pengeluaran obat, dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat
dan perencanaan kebutuhan obat di puskesmas, sebagai sarana untuk monitoring
dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat, sumber informasi untuk melakukan
supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas
dalam menyampaikan laporan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2010). Contoh LPLPO dapat dilihat pada Lampiran 10.
Selama periode PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan kefarmasian di Puskesmas
Kecamatan Tebet. Puskesmas tersebut membawahi tujuh puskesmas tingkat
kelurahan, yaitu Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur, Manggarai, Manggarai
Selatan, Menteng Dalam, Bukit Duri, dan Kebon Baru. Puskesmas Kecamatan
Tebet terdiri dari beberapa unit pelayanan medis seperti Poli Umum, Poli Anak,
Poli Paru, Poli Kulit, Poli Konsultasi, Poli THT, Poli Neurologi/Mata, Poli
KIA/KB, Poli Gigi, serta Poli PTM (Penyakit Tidak Menular) yang mencakup
penyakit diabetes melitus dan komplikasinya. Pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat turut didukung dengan adanya unit penunjang pelayanan medis seperti
laboratorium, radiologi, dan apotek. Selain itu, untuk memberikan pelayanan
penuh kepada masyarakat, Puskesmas Kecamatan Tebet juga menyediakan
layanan UGD (Unit Gawat Darurat) yang selalu siaga selama 24 jam.
Berdasarkan data jumlah kunjungan puskesmas yang diperoleh, Puskesmas
Kecamatan Tebet menjadi puskesmas dengan jumlah kunjungan terbanyak se-
Jakarta Selatan dengan jumlah resep kurang lebih 400 resep setiap harinya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


27

Pelayanan pasien di Apotek Puskesmas Kecamatan Tebet berlangsung selama


24 jam. Hal ini dikarenakan berlakunya sistem satu pintu pada pendistribusian
obat, termasuk obat untuk pemakaian di ruang UGD. Tenaga kesehatan yang
terdapat di Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Tebet terdiri dari dua orang
apoteker, tiga orang asisten apoteker, dan satu orang juru resep.
Besarnya jumlah resep yang harus dilayani di Puskesmas Kecamatan
Tebet mengharuskan petugas apotek agar bekerja cepat dan tepat untuk memenuhi
kepuasan pasien. Apotek Puskesmas Kecamatan Tebet menyiasati hal tersebut
dengan meminta pasien untuk melakukan sendiri penyiapan obat suspensi kering
setelah sebelumnya diberikan penjelasan oleh apoteker/asisten apoteker. Hal lain
yang dilakukan adalah membuat beberapa kemasan puyer standar anak seperti
puyer panas, antibiotik, flu, kembung, dan batuk yang dibedakan berdasarkan
berat badan. Jumlah kemasan puyer yang dibuat sebanding dengan jumlah
pemakaian rata-rata per hari sehingga stabilitas obat dapat terjaga dengan baik.
Perencanaan perbekalan farmasi mempengaruhi ketersediaan obat di
puskesmas. Perencanaan obat harus dilakukan sesuai dengan jenis dan jumlah
obat yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kekosongan ataupun kelebihan obat. Perencanaan meliputi ketersediaan obat,
reagen untuk tes laboratorium, bahan radiolologi, dan alat kesehatan sesuai
dengan anggaran yang tersedia. Perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas
Kecamatan Tebet dibuat berdasarkan masukan dari dokter tiap poliklinik, data
pemakaian obat periode sebelumnya, dan masukan dari distributor obat mengenai
harga dan informasi ketersediaan obat.
Puskesmas Kecamatan Tebet membuat RKO (Rencana Kebutuhan Obat)
dengan mengelompokkannya berdasarkan kelas terapi obat. Perencanaan obat
dilakukan berdasarkan buku DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional) dan
Formularium Obat Puskesmas setiap tahunnya untuk persediaan obat di tahun
berikutnya. Puskesmas Kecamatan Tebet memberikan formulir kosong kepada
setiap puskesmas kelurahan di bawahnya untuk selanjutnya diisi dengan daftar
obat yang dibutuhkan oleh masing-masing puskesmas kelurahan. Perencanaan
dilakukan berdasarkan jumlah konsumsi, morbiditas, dan pola penyakit yang
berkembang di tiap lingkungan puskesmas. Pengalokasian obat dibuat

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


28

berdasarkan persentase jumlah kunjungan pasien di masing-masing puskesmas


tingkat kelurahan.
Setelah perencanaan selesai dibuat, dilakukan pengajuan anggaran kepada
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memperoleh dana. Puskesmas
Kecamatan Tebet akan mengadakan lelang dalam memenuhi kebutuhan obat.
Pihak pemenang lelang kemudian menyediakan dan mengirimkan barang yang
telah disepakati secara berkala.
Pengadaan obat di tiap puskesmas kecamatan di Provinsi DKI Jakarta,
dilakukan sendiri oleh masing-masing puskesmas. Begitu pula dengan Puskesmas
Kecamatan Tebet yang melakukan sendiri pengadaan obat untuk kebutuhan obat,
baik di puskesmas kecamatan, maupun kebutuhan obat di puskesmas kelurahan.
Apabila jumlah persediaan obat tidak mencukupi, Puskesmas Kecamatan Tebet
dapat berkoordinasi dengan puskesmas kelurahan di bawahnya atau puskesmas
kecamatan lain apabila terdapat persedian obat yang berlebih. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan permintaan ke Gudang Obat Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Pengaturan penyimpanan obat di Puskesmas Kecamatan Tebet dibedakan
berdasarkan kelas terapi dan bentuk sediaannya, dimana obat disusun secara
alfabetis. Untuk sediaan sera, vaksin, dan suppositoria disimpan dalam lemari
pendingin. Selain itu, penyimpanan obat dan alat kesehatan dilakukan dengan
sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dimana obat
yang lebih dahulu diterima dan memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat digunakan
terlebih dulu. Pada masing-masing karton kemasan terluar obat diberikan tanda
khusus berupa label warna yang dibedakan berdasarkan tahun kadaluarsa dan
tahun penerimaan barang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengawasan
obat-obat yang hampir mendekati waktu kadaluarsanya.
Setiap obat dan alat kesehatan yang tersedia di gudang perlu memiliki
kartu stok. Hal ini dapat mempermudah pengawasan jumlah obat yang keluar dan
masuk gudang. Apabila terjadi penyimpangan jumlah obat dalam LPLPO,
apoteker dapat dengan mudah melakukan penelusuran pada kartu stok. Obat-obat
yang dikeluarkan harus ditulis dalam Lembar Permintaan Barang. Setelah itu,
dilakukan pengecekan antara jumlah barang yang tertera pada kartu stok, dengan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


29

jumlah barang yang tersedia untuk memastikan bahwa tidak terjadi


penyimpangan.
Pendistribusian obat kepada pasien di Puskesmas Kecamatan Tebet hanya
dilakukan melalui apotek. Tata cara pengambilan obat di Puskesmas Kecamatan
Tebet sudah dilakukan dengan baik dan teratur sehingga dapat mengurangi
terjadinya kesalahan dalam penyerahan obat. Umumnya, sediaan racikan
membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit, sedangkan pelayanan sediaan obat
jadi membutuhkan waktu 3-10 menit bergantung pada berapa banyak resep yang
masuk.
Secara umum kegiatan pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan Tebet
sudah sangat baik. Adapun kendala yang ditemui pada pelayanan kefarmasian di
Instalasi Farmasi Puskesmas Kecamatan Tebet yaitu keterbatasan sumber daya
manusia. Besarnya beban kerja yang tidak sebanding dengan jumlah petugas
secara tidak langsung mengurangi keramahan petugas dalam melayani pasien.
Selain itu, tidak memadainya luas apotek dan gudang menjadi kendala tersendiri
bagi Puskesmas Kecamatan Tebet. Namun demikian, Puskesmas Kecamatan
Tebet telah memenuhi standar ISO dengan beberapa sasaran mutu, diantaranya
pengadaan penuh sepuluh obat dengan jumlah pemakaian terbanyak setiap saat,
penerapan sistem FEFO dan FIFO secara 100% dimana tidak terdapat obat
dengan tanggal kadaluarsa pada bulan berikutnya, dan waktu tunggu obat puyer
dan obat jadi kurang dari 25 menit.
.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Suku Dinas Kesehatan dibentuk berdasarkan pada Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No.150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kesehatan, yaitu merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Suku Dinas Kesehatan
memiliki tugas pokok dan fungsi dalam upaya pelaksanaan, pembinaan, dan
pengembangan kesehatan masyarakat.
b. Seksi Sumber Daya Kesehatan membawahi tiga koordinator yaitu,
Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standarisasi Mutu
Kesehatan, dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).
c. Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman
(Farmakmin) masih menghadapi beberapa kendala yang menyebabkan
kinerjanya kurang maksimal. Meski demikian, pelayanan Koordinator
Farmakmin Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan tetap
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan peraturan, baik dalam segi
administratif maupun pelaksanaan di lapangan.

5.2 Saran
a. Penerapan sistem teknologi informasi yang lebih memadai untuk
memperlancar sistem pelaporan obat-obat narkotika dan psikotropika, serta
pengiriman Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari
masing-masing puskesmas tingkat kecamatan.
b. Pengoptimalan kegiatan Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan, dan
Pengendalian) untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga
kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan,
dan minuman serta meminimalisasi pelanggaran yang terjadi.
c. Perlunya meningkatkan pengawasan terhadap laporan yang diserahkan ke
Suku Dinas Kesehatan, baik pelaporan narkotika dan psikotropika maupun

30 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


31

LPLPO untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat


koordinasi yang lebih tinggi.
d. Meningkatkan jumlah tenaga kerja di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
kinerja yang dihasilkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


DAFTAR REFERENSI

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2003). Keputusan


Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640
tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1972). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran
Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246 Tahun 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan
Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002a). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331 Tahun 2002 tentang:
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002b). Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1332 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 tentang: Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

32 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


33

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009a). Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009b). Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Otonom. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


LAMPIRAN

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


35

Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan

KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN


KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA SELATAN

SUB BAGIAN
TATA USAHA

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI


KESEHATAN PELAYANAN SUMBER PENGENDALIAN
MASYARAKAT KESEHATAN DAYA MASALAH
KESEHATAN KESEHATAN

PUSKESMAS
KECAMATAN

PUSKESMAS
KELURAHAN

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


36

Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (SIA)

No. Dokumen F-SD-001


No. Revisi 00

No. : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Surat Izin Apotek. Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta
Selatan
di
Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin


Apotek dengan data-data sebagai berikut :

I PEMOHON :
Nama Apoteker : ..............................................................................
No. SIK / SP : ..............................................................................
No. KTP : ..............................................................................
Alamat & No. Telp : ..............................................................................
..............................................................................
Pekerjaan sekarang : ..............................................................................
No NPWP : ..............................................................................

II APOTEK
Nama : ..............................................................................
Alamat : ..............................................................................
Kelurahan/Kecamatan : ..............................................................................
No Telpon : ..............................................................................
Provinsi : DKI Jakarta

III Dengan : milik sendiri / milik pihak lain.


menggunakan sarana
Nama Pemilik sarana : ..............................................................................
Alamat : ..............................................................................
..............................................................................
No telp. : ..............................................................................
No NPWP : ..............................................................................
Akta perjanjian :
kerjasama No ..............................................................................
Diibuat di hadapan :
Notaris ..............................................................................
di : ..............................................................................

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


37

Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (lanjutan)

No. Dokumen F-SD-001


Bersama permohonan ini kami lampirkan : No. Revisi 00
1. Data Apoteker
 Fotocopy KTP Apoteker Pengelola Apotek / APA (Jabodetabek)
 Fotocopy NPWP APA
 Pasfoto berwarna uk.4x6 cm 1 lembar
 F otocopy Surat Izin Kerja / Surat Penugasan
 Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas Kesehatan Provinsi bagi APA
yang berasal dari luar Provinsi DKI Jakarta/ Surat Berhenti dari sarana
farmakmin lain bila pernah bekerja di DKI
 Surat Izin dari Atasan bagi APA yang PNS/ABRI / POLRI
2. Data Pemilik Sarana Apotek ( PSA )
 Fotocopy KTP Pemilik Sarana Apotek ( PSA ) / Pimpinan Perusahaan
 Fotocopy NPWP
 Pasfoto berwarna uk.4x6 cm ( 1 lembar )
3. Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan hukum yang telah terdaftar di
Depkeh dan HAM RI
4. Salinan Akte Perjanjian kerjasama antara APA dan PSA / SK pengangkatan bagi
perusahaan BUMN.
5. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di
Perkantoran,Pertokoan ,Mall dan Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa/ Kontrak
6. Foto copy Undang-undang Gangguan (UUG) dari Dinas Tramtib yang telah
dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada di Perkantoran,Pertokoan ,Mall dan
Pasar )
7. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak bekerja pada perusahaan
Farmasi lain diatas Materai Rp 6000,-.
8. Surat pernyataan APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan
yang berlaku diatas materai Rp.6.000,-
9. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan penjualan
Narkotika, Obat Keras Tertentu tanpa resep di atas Materai Rp 6000,-
10. Surat Pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan
terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi / obat dan tidak ikut campur
dalam hal pengelolaan obat di atas Materai Rp 6000,-
11. Peta lokasi & Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya
12. Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana
13. Rencana jadwal buka Apotek
14. Daftar Ketenagaan berdasarkan pendidikan
15. Kelengkapan Asisten Apoteker / D3 Farmasi
 Surat Izin Asisten Apoteker

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


38

Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (lanjutan)

No. Dokumen F-SD-001


No. Revisi 00

 Fotocopy KTP
 Surat Pernyataan Bersedia Bekerja Diatas Materai Rp 6000 ,-
16. Daftar peralatan peracikan Obat
17. Daftar Buku Pustaka
18. Perlengkapan Administrasi
 Contoh Etiket Kartu Stock Copy resep,
 Blanko SP &blanko faktur Form Laporan Narkotika

19. Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuannya kami


ucapkan terima kasih.

Pemohon,
Apoteker Pengelola Apotek

Materai
6000

(......................................................)

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


39

Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek


No. Dokumen F-SD-002
No. Revisi 00
Persyaratan Permohonan Izin Apotek

Nama : ……………………………………………………………………….
Apotek
Alamat : Jl. ………………………………………… No … RT/RW……….
Apotek
Kel …………………………… Kec ………………………………
Kodya Jakarta Selatan. Telp. ……………….

No Jenis Persyaratan Ada Tidak Keterangan

1 Permohonan Izin
2 Data Apoteker :
 Fotocopy KTP Jabodetabek
 Fotocopy NPWP
 Fotocopy Surat Izin Kerja / Surat Penugasan
 Pas foto berwarna uk 4 x 6 (1 lembar)
 Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas
Kesehatan Provinsi bagi APA dari luar
Provinsi DKI Jakarta./ Surat Keterangan
berhenti dari sarana Farmasi lain bagi yang
bekerja di DKI Jakarta
 Surat Izin dari Atasan bagi PNS/ABRI
3 Data-data Pemilik Sarana Apotek (PSA) / Pimpinan
Perusahaan
 Fotocopy KTP
 Fotocopy NPWP
 Pasfoto berwarna uk 4 x 6 ( 1 lembar )
4 Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan
hukum yang telah terdaftar di Depkeh dan HAM RI
5 Akte Perjanjian kerjasama Antara APA dan PSA /
SK Pengangkatan bagi Perusahaan BUMN (Salinan /
Fotocopy yang sudah dilegalisir
6 Fotocopy IMB yang telah dilegalisir (kecuali bagi
sarana yang berada di Perkantoran, Pertokoan, Mall,
Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa / kontrak
7 Fotocopy Undang-undang Gangguan(UUG) dari
Dinas Trantib Propinsi DKI Jakarta yang telah
dilegalisir (kecuali bagi sarana yang berada
diperkantoran, Pertokoan, Mall, Pasar)

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


40

Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek (lanjutan)


No. Dokumen F-SD-002
No. Revisi 00

8 Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek


tidak bekerja pada perusahaan Farmasi lain diatas
Materai Rp 6000,-.
9 Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan
tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku
diatas materai Rp.6.000,-
Surat Pernyataan Pemilik Sarana Apotek tidak
pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam
10 pelanggaran peraturan di bidang Farmasi / obat dan
tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di
atas Materai Rp 6000,-
11 Peta lokasi dan denah ruangan serta fungsi dan
ukurannya
12 Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek
tidak melakukan penjualan Narkotika, Obat Keras
Tertentu tanpa resep di atas Materai Rp 6000,-
13 Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata Laksana
14 Rencana jadwal buka Apotek
15 Kelengkapan Asisten Apoteker / D3 Farmasi
 Fc Surat Izin Kerja / Surat Izin Asisten
Apoteker
 Fotocopy KTP
 Surat Pernyataan bersedia bekerja diatas
Materai Rp. 6000,-
16 Daftar peralatan peracikan obat
17 Daftar Buku Pustaka
18 Perlengkapan Administrasi
 Etiket,
 Kartu Stock,
 Copy resep
 Blanko SP
 Formulir Laporan Narkotika
 Kwitansi
19 Sertifikat Kompetensi Apoteker
20 Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan
Jakarta , …………………….
Yang Menyerahkan, Petugas Yang Menerima,

( ) ( )

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


41

Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek

No. Dokumen : F-SD-003


No. Revisi : 00

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA


JAKARTA
DINAS KESEHATAN
SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
Jl. Radio I No. 8 Kebayoran Baru Telp. 7395287, 7395344, Fax 7251373
JAKARTA KODE POS: 12130

BERITA ACARA PEMERIKSAAN SARANA APOTEK


SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

Pada hari ..................... tanggal ................ bulan ........................ tahun ................. kami
yang bertandatangan di bawah ini sesuai dengan Surat Tugas Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Adminitrasi Jakarta Selatan No. ................................. telah melakukan
pemeriksaaan setempat terhadap:
I. DATA APOTEK
Nama Apotek : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
Kel. .............................................................................
Kec. ............................................................................
Telp. ...........................................................................
Kotamadya/Provinsi : Jakarta Selatan/DKI Jakarta
Nama APA : .......................................................................
Nama PSA : .......................................................................
Pemeriksaan ini dilakukan adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan
Apotek dengan hasil sebagai berikut:
II. DATA ADMINISTRASI
1. Fc Akte Perusahaan : sesuai asli / tidak
2. Fc KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA) : sesuai asli / tidak
3. Fc NPWP dari APA : sesuai asli / tidak
4. Fc Surat Izin Kerja/Surat Penugasan APA : sesuai asli / tidak
5. Fc KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA) : sesuai asli / tidak
6. Fc NPWP dari PSA : sesuai asli / tidak
7. Fc UUG dari Dinas Tramtib Provinsi DKI Jakarta : sesuai asli / tidak
8. Fc IMB/Surat Sewa : sesuai asli / tidak
9. Fc Surat Keterangan Domisili : sesuai asli / tidak
10. Peta lokasi : sesuai / tidak
11. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya : sesuai / tidak

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


42

Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek (lanjutan)


No. Dokumen : F-SD-003
No. Revisi : 00

HASIL PEMERIKSAAN
Penilaian
Rincian Persyaratan Kenyataan
TMS MS
I. BANGUNAN
1. Sarana Apotek Sarana apotek dapat didirikan
pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan dan
komoditi lainnya diluar sediaan
farmasi
2. Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk:
a) Ruang peracikan Ada/Tidak
b) Penyerahan resep Ada/Tidak
c) Ruang administrasi Ada/Tidak
d) Kamar kerja Ada/Tidak
Apoteker
e) WC Ada/Tidak
f) Ruang tunggu Ada/Tidak
3. Kelengkapan bangunan calon Apotek:
a) Sumber air Harus memenuhi persyaratan Sumur/PAM/sum
kesehatan ur pompa, dll
b) Perorangan Harus cukup terang, sehingga PLN/generator
dapat menjamin pelaksanaan Petromak, dll
tugas dan fungsi apotek
c) Alat pemadam Harus berfungsi dengan baik …… buah dengan
kebakaran sekurang-kurangnya dua buah ukuran ………lb
d) Ventilasi Yang baik serta memenuhi jendela ……buah
persyaratan hygiene lainnya AC
e) Sanitasi Harus baik serta memenuhi Ada/Tidak
persyaratan hygiene lainnya:
Saluran pembuangan limbah: Ada/Tidak
Tempat pembuangan sampah: ……… buah
4. Papan nama Berukuran minimal: Berukuran:
panjang: 60 cm Panjang: ….. cm
lebar: 40 cm Lebar: …… cm
dengan tulisan Dengan tulisan:
- hitam diatas dasar putih ………………
- tinggi huruf minimal: 5 cm
- tebal: 5 cm
II. PERLENGKAPAN
1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


43

Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek (lanjutan)

No. Dokumen : F-SD-003


No. Revisi : 00

a. Timbangan miligram minimal 1 set Ada/Tidak


dengan anak timbangan Tgl tera:
yang sudah ditera
b. Timbangan gram dengan minimal 1 set Ada/Tidak
anak timbangan yang Tgl tera
sudah ditera
c. Perlengkapan lain Sesuai kebutuhan
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi:
a. Lemari & rak obat Sesuai kebutuhan ……….. buah
b. Lemari pendingin minimal 1 buah Ada/Tidak
c. Lemari narkotik minimal 1 buah Ada/Tidak
d. Lemari psikotropik minimal 1 buah Ada/Tidak
3. Wadah pengemas
a. Etiket Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
b. Wadah pengemas Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
4. Alat administrasi
a. Blangko pesanan obat Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
b. Blangko kartu stock obat Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
c. Blangko salinan resep Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
d. Blangko kwitansi Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
e. Blangko nota penjualan Sesuai kebutuhan Ada/Tidak

f. Buku pencatatan Sesuai kebutuhan Ada/Tidak


narkotika
g. Form laporan narkotika Sesuai kebutuhan Ada/Tidak
5. Buku Wajib - Farmakope Indonesia - Ada/Tidak
- Kumpulan Peraturan Per- - Ada/Tidak
UU yang berhubungan
dengan Apotek
III. TENAGA - -
KESEHATAN
1. Apoteker Pendamping ……………
orang
2. Asisten Apoteker ……………
orang

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


44

Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek (lanjutan)

Kesimpulan: No. Dokumen : F-SD-003


No. Revisi : 00

Demikianlah Berita Acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung
jawab.

Jakarta, / /2012

Pimpinan/Apoteker Pengelola Apotek Yang membuat berita acara,

1. Nama :
NIP :

2. Nama :
NIP :
( )
3. Nama :
NIP :

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


45

Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat

No. Dokumen F-SD-028


No. Revisi 00
Nomor : Jakarta ,
Lamp :
Hal : Permohonan Izin Kepada
Pedagang Eceran Obat Yth, Kepala Suku Dinas
Kesehatan
Kota Administarsi Jakarta Selatan
di Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan


izin,Pedagang Eceran Obatdengan data-data sebagai berikut :

Nama Pemilik : ...................................................................................


Alamat / Telepon : ...................................................................................
...................................................................................
Nama Toko Obat : ...................................................................................
Alamat Toko Obat : ...................................................................................
...................................................................................
Nama AA P. Jawab : ....................................................................................
Nomor S.I.K/ SIAA : ...................................................................................
Alamat / telepon : ...................................................................................
...................................................................................

Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai


berikut :
1. Foto Copy KTP Pemohon (Jabodetabek) / Pemilik Toko Obat
2. Akte pendirian perusahaan bila berbentuk badan hukum yang disahkan
terdaftar pada Menkeh HAM.
3. Gambar Denah Lokasi Tempat Usaha dan Denah ruangan [ Toko ]
4. Foto Copy Ijazah yang dilegalir &SIAA yang masih berlaku.
5. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerja sebagai A .A Penanggung Jawab
teknis pada Toko Obat diatas materai Rp 6.000,-
6. Fotocopy Tanda Bukti Pemilikan Tempat / status bangunan tempat usaha
milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal 2 (dua) tahun dengan
melampirkan surat sewa dan fotocopy KTP pemilik

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


46

Lampiran 5. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (lanjutan)

No. Dokumen F-SD-028


No. Revisi 00

7. Foto Copy SIUP [TDUP] ( Bila Bentuk Badan Hukum )


8. Fotocopy NPWP Pemilik
9. Surat Pernyataan Tidak Akan Menjual Obat Daftar G dan Tidak Melayani
Resep Dokter.
10. Pasphoto berwarna Pemohon dan AA Penanggung jawab (@ 2 Lembar),
uk 4 x 6

Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenarnya dengan harapan


dapat dikabulkan

Hormat kami,

AA Penanggung Jawab

Materai
Cap / Stempel.
6.000

(............................................)

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


47

Lampiran 6. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat


Tradisional

No. Dokumen F-SD-036


No. Revisi 00

Nomor : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Persetujuan Kepada
Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan
di J a k a r t a

Dengan Hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan
Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional dengan data – data sebagai berikut :

1. Pemohon.
a. Nama Pemohon :
b. Alamat dan Nomor Telp :
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :

2. Perusahaan
a. Nama Industri Kecil Obat Tradisional :
b. Alamat dan Nomor Telp :
c. Nomor Akte pendirian perusahaan :
(yang telah disahkan oleh Depkeh atau Akte Koperasi yang telah disahkan
oleh Dep.Koperasi)
d. Luas Tanah tersedia : m2
e. Lahan tersebut diperuntukkan Industri: Ya/ Tidak/ Belum ditetapkan

3. Penanggung Jawab Teknis


a. Nama :
b. No SIK/ SP :

4. Rencana Produksi

No Bentuk Sediaan Kapasitas Produksi Pertahun

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


48

Lampiran 6. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat


Tradisional (lanjutan)
No. Dokumen F-SD-036
No. Revisi 00

5 Total asset diluar harga bangunan dan tanah Rp ..........................................


(terbilang : .................................................................................................... )

Bersama permohonan ini disertai lampiran-lampiran diperlukan :


1. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan/Koperasi
2. Fotocopy KTP pemilik
3. Fotocopy KTP dari Apoteker dan Penanggungjawab
Teknis (Jabodetabek)
4. Fotocopy Ijasah Apoteker
5. Foto copy SIK/ SP Apoteker (bila telah ada )
6. Rekomendasi ISFI Jakarta Selatan
7. Foto copy surat lolos butuh bagi Apoteker dari luar provinsi DKI Jakarta.
8. Fotocopy surat Ijin Industri Kecil Obat tradisional dari Sudin Perindag
9. Surat pernyataan tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain diatas materei
Rp.6000.
10. Surat Perjanjian Kerjasama Antara Apoteker dengan Pihak Perusahaan diatas
materai Rp.6.000,-
11. Foto copy NPWP. Perusahaan
12. UUG yang telah dilegalisir untuk industri kecil obat tradisional
13. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir dan bila sewa lampirkan surat sewa
menyewa minimal 3 ( tiga ) tahun.
14. Surat pernyataan pengolahan limbah diatas materei Rp.6000.

Demikianlah keterangan tersebut diatas dibuat dengan sebenarnya, atas


Perhatiannya dan persetujuan Bapak kami sampaikan terima kasih.

Hormat Kami

cap/ Stempel perusahan

Materai
6000
( __________________ )
Direktur

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


49

Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional

No. Dokumen F-SD-033


No. Revisi 00

Nomor : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Izin Usaha Industri Kepada
Kecil Obat Tradisional Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan
di J a k a r t a

Dengan Hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin
UsahaIndustri Kecil Obat Tradisional dengan data–data sebagai berikut:

I. UMUM
1. Nama Pemohon
2. Jabatan
3. Alamat dan Nomor Telp
4. Nama Badan Hukum ( bagi yang berstatus Badan Hukum )
5. Nama Industri Kecil Obat Tradisional
6. Alamat perusahaan dan Nomor Telp
7. Nama Penanggung Jawab Teknis
8. No SIK / SP

II. INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL YANG DIMOHON :


1. Lokasi dan luas tanah
a. Lokasi Industri : ( ) Lahan Peruntukan
Industri
: ( ) Estate Industri
: ( ) Daerah Perumahan
: ( ) Daerah lainnya
b. Alamat Industri Kecil Obat Tradisional :
c. Luas tanah :

2. a. Bentuk Obat tradisional :


( ) Parem ( ) Rajangan ( ) Kapsul
( ) Tapel ( ) Pil ( ) Cairan Obat Dalam
( ) Salep ( ) Pastilles ( ) Cairan Obat Dalam
( ) Pilis ( ) Serbuk
b. Mesin dan peralatan/ perlengkapan : (dalam lampiran tersendiri)

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


50

Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional


(lanjutan)
No. Dokumen F-SD-033
No. Revisi 00

3. Jadwal waktu penyelesaian bangunan penanganan peralatan :


a. Bangunan Industri selesai pada bulan …….... Tahun ………......
b. Mulai Produksi bulan ………………….. ....... Tahun …...……...

III. TENAGA KERJA


Penggunaan tenaga kerja Indonesia :
Tenaga Apoteker :
Tenaga Asisten Apoteker :
Tenaga Produksi lainnya :
Tenaga Pemasaran / Administrasi :

IV. NILAI INVESTASI


Nilai Investasi : Rp......................
(Terbilang : ......................................................................................)

V. PEMASARAN
1. Dalam Negeri :
2. Luar Negeri :
3. Merek Dagang ( Jika ada ) :

VI. Sumber daya Energi Yang dipakai :

Bersama permohonan ini disertai lampiran-lampiran diperlukan :


1. Fotocopy persetujuan prinsip
2. Peta lokasi
3. Denah ruangan serta ukurannya
4. Tata Cara Pengolahan serta Pengemasan
5. Daftar Alat Laboratorium
6. Daftar Buku Peraturan Per-UU dibidang Farmasi dan lain-lain.
7. Daftar Mesin dan peralatan /perlengkapan.

Demikianlah keterangan tersebut diatas dibuat dengan sebenarnya, atas


perhatiannya dan persetujuan Bapak kami sampaikan terima kasih.

Hormat Kami,
Materai
6000

( ________________ )
Direktur

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


51

Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan

Jakarta, No. Dokumen F-SD-025


No : No. Revisi 00
Lamp :
Hal : Permohonan Persetujuan Pendirian Kepada
Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan
di J a k a r t a
.
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan
Persetujuan Pendirian Cab/Sub Penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sbb :

1. PEMOHON
Nama Direktur UPAK Pusat :
Alamat dan no. telp :
No Izin Usaha PAK Pusat :

2. CABANG / SUB PAK


Nama Cab / Sub PAK :
Alamat Kantor & No. telp. :
Alamat Gudang dan No. telp :
Nama Pimpinan Cab/Sub PAK :
Nama Penanggung Jawab teknis :

Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan sbb :


1. Surat Penunjukkan dari UPAK sebagai Sub/Cab PAK diatas Materai
Rp 6000,-.
2. Fotocopy Izin UPAK Pusat .
3. Fotocopy Akte Notaris Badan hukum dan fotocopy pengesahan dari
Dep Kehakiman dan HAM bila berbentuk badan hukum Cabang/Sub
PAK
4. Denah bangunan kantor /ruangan beserta ukuran dan fungsi
5. Peta Lokasi..
6. Fotocopy SIUP Cabang/Sub PAK atau Surat Pernyataan akan
melengkapi SIUP diatas materai Rp 6000,-
7. Fotocopy NPWP Perusahaan Cabang/Sub PAK.
8. Fotocopy Undang-undang Gangguan Cabang/Sub PAK yang telah
dilegalisir ( kecuali sarana yang berada didalam Pertokoan ,
Perkantoran , Mall, Pasar ).

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


52

Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan


(lanjutan)

No. Dokumen F-SD-025


No. Revisi 00

9. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada
di Perkantoran,Pertokoan ,Mall dan Pasar ) dan perjanjian sewa
menyewa
10. Fotocopy KTP Pemohon/ Pimpinan Cabang/Sub PAK.
11. Surat Pernyataan bersedia bekerja sebagai penanggung jawab teknis di
atas Materai Rp 6000,-
12. Fotocopy Ijazah dari Penanggung Jawab teknis
13. Fotocopy KTP Penanggung Jawab Teknis (Jabodetabek).

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami


sampaikan terima kasih.

Perusahaan Yang ditunjuk Pemohon,

Cap Perusahaan
Materai
6000
_____________________
Direktur Sub/ Cabang PAK Direktur UPAK Pusat

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


53

Lampiran 9. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan

No. Dokumen F-SD-038


No. Revisi 00
Nomor : Jakarta
Lampiran :
Hal : Permohonan Sertifikat Kepada
Produksi Pangan Yth.Kepala Suku Dinas Kesehatan
Industri Rumah Tangga Kota Administrasi Jakarta Selatan
di Jakarta
Yang bertanda tangan di bawah ini saya
Nama Pemilik : ……………………………………………….
Nama Perusahaan : ……………………………………………….
Alamat / telepon : ……………………………………………….
Nama Penanggung Jawab : ……………………………………………….
Alamat / telepon : ……………………………………………….
Sebagai pertimbangan bersama ini kami lampirkan surat-surat sebagai berikut :
1. Data Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga
2. Data Produk makanan/minuman
3. Peta Lokasi Tempat Usaha
4. Denah Ruangan beserta ukuran
5. Rancangan etiket / label
6. Foto Copy KTP Penanggung jawab / Pemilik (Jabodetabek)
7. Pasfoto berwarna Pemohon/ Penanggung Jawab 3 x 4 (2lembar)
8. Surat TandaPendaftaran Industri Kecil bagi perusahaan yang memiliki
Modal Peralatan lebih dari Rp.5.000.000/ Surat keterangan bila modal
peralatan kurang dari Rp.5.000.000
9. Surat Keterangan penunjukan , bila repacking
10. Copy Tanda Bukti Pemilik Tempat / status bangunan tempat usaha
milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal 2 (dua)
tahun dengan melampirkan surat sewa dan fotocopy KTP pemilik
11. Sertifikat Keamanan Pangan (Mengikuti Penyuluhan Keamanan
Pangan)
Demikianlah permohonan ini kami buat dengan sebenarnya dengan
harapan dapat dikabulkan.
Hormat kami
Cap Perusahaan
Materai
6000

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


39

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


Lampiran 10. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September 2011

LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT


KODE PUSKESMAS :
PUSKESMAS : TEBET
KECAMATAN : TEBET
KOTA ADMINISTRASI : JAK-SEL
PROPINSI : DKI JAKARTA
BULAN : Sep-11

KODE NAMA OBAT SATUAN STOK AWAL PENERIMAAN PERSEDIAAN PEMAKAIAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8
0101 AIR RAKSA DENTAL USE BTL 20 20 - 20
0103 ALAT SUNTIK SEKALI PAKAI 2,5 ML SET 650
0104 ALAT SUNTIK SEKALI PAKAI 5 ML SET 38 38 10 28
0105 ALBENDAZOL TABLET 400 MG TAB - - - -
0106 ALOPURINOL TABLET 100 MG TAB 42.282 42.282 2.763 39.519
0108 AMINOFILIN INJEKSI 24 MG/ML -10 ML AMP 2.707 2.707 7 2.700
0107 AMINOFILIN TABLET 200 MG TAB 114.975 114.975 2.450 112.525
0109 AMITRIPTILIN HCL TABLET SALUT TAB 5.156 5.156 1.000 4.156
0111 AMOKSILIN KAPSUL 250 MG KAP 3.986 3.986 628 3.358
0110 AMOKSILIN SIRUP KERING 125 MG/ BTL 11.187 11.187 903 10.284
0112 AMPISILIN KAPLET 500 MG KAPL 29.344 29.344 - 29.344
0113 AMPISILIN SIRUP KERING 125 MG/5 ML BTL 287 287 - 287

54
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
Lampiran 10. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September 2011 (lanjutan)
0119 ANTIFUNGI DOEN KOMBINASI POT 120 120 9 111
0118 ANTIHEMOROID DOEN KOMBINASI SUP 894 894 240 654
0120 ANTIMIGRAIN DOEN KOMBINASI TAB 12.500 12.500 - 12.500
0121 ANTIPARKINSON DOEN TAB.KOMB. TAB - - - -

0122 AQUA PROINJEKSI STERIL,BEBAS-PIROGEN AMP 457 457 - 457

0123 AQUADEST STERIL BTL 280 280 36 244


0124 ASAM ASKORBAT (VIT.C) TAB.250 MG TAB 27.682 27.682 10.490 17.192
0125 ASAM ASKORBAT (VIT.C)TAB.50 MG TAB 190.410 190.410 12.634 177.776
0126 ASAM KLORIDA 0,1 N BTL - - - -
0127 ASAM SULFOSALISILAT 20% BTL - - - -
0128 ASETOSAL TABLET 100 MG TAB - - - -
0129 ASETOSAL TABLET 500 MG TAB - - - -
0130 ATROPIN SULFAT INJEKSI 0,25 MG. AMP - - - -
0131 ATROPIN SULFAT TABLET 0,5 MG TAB - - - -
0132 ATROPIN SULFAT TETES MATA 0,5% BTL - - - -
0201 BENZATIN BENZIL PENISILIN INJEKSI VIAL - - - -
0202 BENZATIN BENZIL PENISILIN INJEKSI VIAL - - - -
0203 BESI SYRUP BTL - - - -
0204 BETAMETASON KRIM 0,1 % TUBE 2.977 2.977 525 2.452
0205 CATGUT/BENANG BEDAH NO.2/0 - SAK - - - -
0401 DAPSON TABLET 100 MG TAB - - - -
0402 DEKSAMETASON INJ.5 MG/ML-1 ML AMP 1.560 1.560 1 1.559
0403 DEKSAMETASON TABLET 0,5 MG TAB 192.057 192.057 5.201 186.856
0404 DEKSTRAN 70-LARUTAN 6% STERIL BTL - - - -
0405 DEKSTROMETORFAN HBR SIRUP BTL 345 345 237 108
0406 DEKSTROMETORFAN HBR TABLET TAB 148.888 148.888 3.037 145.851

55
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
PERIODE 12 MARET – 5 APRIL 2012

ANALISIS KESESUAIAN HASIL REKAPITULASI LAPORAN


BULANAN DATA KESAKITAN (LB 1) DAN LAPORAN
PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO)
PUSKESMAS SE-KECAMATAN TEBET DAN MAMPANG
PRAPATAN PERIODE JUNI 2011 – FEBRUARI 2012

SRI WULANDAH FITRIANI, S. Farm.


(1106047386)

ANGKATAN LXXIV

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3


2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat..................................................... 3
2.2 Suku Dinas Kesehatan .............................................................. 7
2.3 Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) .................................. 9
2.4 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)..... 10

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................... 12


3.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 12
3.2 Cara Kerja ................................................................................ 12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 14


4.1 Puskesmas di Wilayah Kecamatan Tebet .................................. 14
4.2 Puskesmas di Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan ............. 18

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 22


5.1 Kesimpulan .............................................................................. 22
5.2 Saran ........................................................................................ 23

DAFTAR REFERENSI .............................................................................. 24


LAMPIRAN ................................................................................................ 26

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Distribusi 10 Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-


Kecamatan Tebet Periode Juni 2011–Februari 2012 .................... 16
Gambar 4.2 Distribusi 10 Jenis Obat yang Paling Banyak Dipakai di
Puskesmas se-Kecamatan Tebet Periode Juni 2011–Februari
2012 ............................................................................................ 18
Gambar 4.3 Distribusi 10 Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-
Kecamatan Mampang Prapatan Periode Juni 2011–Februari
2012 ............................................................................................ 20
Gambar 4.4 Distribusi 10 Jenis Obat yang Paling Banyak Dipakai di
Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan Periode Juni
2011–Februari 2012 .................................................................... 21

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Puskesmas Kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan dan


Puskesmas Kelurahan yang berada dalam ruang lingkupnya ........ 27
Lampiran 2. Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan
Tebet Jakarta Selatan Berdasarkan Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB1) pada Periode Juni 2011–Februari 2012 ............. 28
Lampiran 3. Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan
Mampang Prapatan Jakarta Selatan Berdasarkan Laporan
Bulanan Data Kesakitan (LB1) pada Periode Juni 2011–
Februari 2012 .............................................................................. 29
Lampiran 4. Sepuluh Jenis Obat dengan Jumlah Pemakaian Terbanyak di
Puskesmas se-Kecamatan Tebet Jakarta Selatan pada Periode
Juni 2011–Februari 2012 (Berdasarkan Hasil Rekapitulasi Data
LPLPO)… ................................................................................... 30
Lampiran 5. Sepuluh Jenis Obat dengan Jumlah Pemakaian Terbanyak di
Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
pada Periode Juni 2011–Februari 2012 (Berdasarkan Hasil
Rekapitulasi Data LPLPO)… ...................................................... 31

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera, baik secara fisik, mental spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pentingnya kesehatan merupakan hak asasi manusia yang menjadi
salah satu cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah berupaya melakukan pembangunan
kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 2009). Oleh karena itu diperlukan
dukungan sumber daya kesehatan secara maksimal, salah satunya Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) sebagai sarana kesehatan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Sebagai unit
pelaksana kesehatan tingkat pertama (primary health care), pelayanan puskesmas
sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat. Pentingnya puskesmas bagi
masyarakat hendaknya didukung oleh pelayanan yang optimal, termasuk
pelayanan kefarmasian di dalamnya. Untuk memastikan kualitas pelayanan yang
diberikan telah sesuai dengan standar yang dibuat, maka dilakukan pengawasan
oleh pemerintah (Departemen Kesehatan RI, 2006b).
Pengawasan terhadap puskesmas yang berada di Jakarta Selatan dilakukan
oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pemantauan kasus
penyakit yang terjadi di puskesmas setiap bulannya dilakukan melalui Laporan
Bulanan Data Kesakitan (LB 1) yang menjadi tanggung jawab Seksi Kesehatan
Masyarakat (Kesmas). Sedangkan pengawasan terhadap persediaan obat di
puskesmas setiap bulan dilakukan melalui Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) yang menjadi tanggung jawab Seksi Sumber Daya
Kesehatan (SDK) Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).
Keduanya bertujuan untuk memonitoring dan mengevaluasi penggunaan obat di
puskesmas (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009).

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


2

Tingginya beban kerja dan keterbatasan ilmu yang dimiliki tenaga teknis
kefarmasian seringkali menjadi alasan pemberian obat yang tidak tepat di
puskesmas. Hal ini tentunya sangat merugikan pasien, baik dari segi biaya
maupun waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan. Apoteker sebagai bagian
dari tenaga kefarmasian harus mampu menganalisa kesesuaian penyakit yang
diderita dengan obat yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan uraian tersebut,
dilakukan analisis kesesuaian hasil rekapitulasi LB1 dengan LPLPO Puskesmas
se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan pada periode Juni 2011–Februari
2012 sebagai langkah pengawasan apabila terjadi kesalahan pengobatan
(medication error).

1.2 Tujuan
a. Mengetahui sepuluh kasus penyakit terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan
Tebet dan Mampang Prapatan berdasarkan hasil rekapitulasi data LB 1 masing-
masing kecamatan pada periode Juni 2011-Februari 2012.
b. Mengetahui sepuluh jenis obat dengan jumlah pemakaian terbanyak di
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan berdasarkan hasil
rekapitulasi data LPLPO masing-masing kecamatan pada periode Juni 2011-
Februari 2012.
c. Mengetahui hasil analisis kesesuaian rekapitulasi data LB1 dengan LPLPO
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan pada periode Juni
2011- Februari 2012.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat


Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan unit pelaksana teknis
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja suatu puskesmas adalah satu
kecamatan dengan target penduduk 30.000 jiwa. Apabila pada satu kecamatan
terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas dengan memperhatikan konsep wilayah seperti kelurahan atau
Rukun Warga (RW) (Departemen Kesehatan RI, 2006b).
Puskesmas termasuk fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama seperti
halnya praktek dokter, poliklinik, dan balai kesehatan masyarakat yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat (Menteri Kesehatan RI, 2004). Visi
pelayanan puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat dengan empat indikator
utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu, dan derajat kesehatan penduduk kecamatan. Untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian di puskesmas, pemerintah membuat pedoman standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas. Selain itu, pemerintah juga menyusun
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan pedoman pengobatan dasar di
puskesmas untuk mencapai keberhasilan terapi (Departemen Kesehatan RI,
2006b).
Salah satu fungsi puskesmas adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan
yang menyeluruh dan terpadu meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Program upaya pengobatan sebagai salah satu dari 18 kegiatan pokok
puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga tingkat
ketersediaan obat pada semua unit pelayanan yang ada di wilayahnya. Penilaian
dan pengevaluasian penggunaan obat di puskesmas dilakukan melalui suatu
prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan pedoman pencatatan dan
pelaporan yang digunakan sebagai standar bagi puskesmas untuk mencatat dan
melaporkan penggunaan obat-obatan. Pelaporan dan pencatatan dilakukan oleh
3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


4

setiap puskesmas di tingkat kelurahan dan kecamatan. Puskemas kelurahan


mengirimkan laporan penggunaan obat ke puskesmas kecamatan. Kemudian
puskesmas kecamatan merekapitulasi semua laporan puskesmas kelurahan yang
berada dibawahnya untuk selanjutnya dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi masing-masing.

2.1.1 Upaya Kesehatan Puskesmas (Kepmenkes No. 128 tahun 2004)


Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan
dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan
beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan, dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat
(Kementerian Kesehatan RI, 2011). Upaya kesehatan wajib menjadi komitmen
nasional untuk dijalankan pada pelayanan kesehatan di puskesmas. Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
b. Upaya promosi kesehatan.
c. Upaya kesehatan lingkungan.
d. Upaya perbaikan gizi.
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
f. Upaya pengobatan dasar.
Selain upaya kesehatan yang wajib, puskesmas juga dapat menjalankan
upaya pengembangannya. Upaya kesehatan pengembangan ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan masyarakat di sekitar puskesmas serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Berikut adalah upaya kesehatan
pengembangan yang telah tersedia:
a. Upaya kesehatan sekolah.
b. Upaya kesehatan olahraga.
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat.
d. Upaya kesehatan kerja.
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut.
f. Upaya kesehatan jiwa.
g. Upaya kesehatan mata.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


5

h. Upaya kesehatan usia lanjut.


i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional.
Pada pelaksanaannya, upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas terbagi
menjadi upaya kesehatan masyarakat dan perorangan yang saling terkait. Adanya
kesatuan konsep promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam setiap upaya
kesehatan perorangan diharapkan mampu mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2006b). Untuk itu,
puskesmas memberikan pelayanan pengobatan tingkat pertama kepada
masyarakat yang terbagi sebagai berikut:
a. Poli gigi melayani pengobatan terkait penyakit gigi dan gusi.
b. Poli umum melayani pengobatan penyakit selain penyakit gigi dan gusi untuk
pasien berusia 5-55 tahun.
c. Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) melayani pemeriksaan kehamilan,
penggunaan KB ataupun melayani pengobatan bagi ibu hamil.
d. Poli MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat) melayani pengobatan bagi anak
berusia di bawah 5 tahun.
e. Poli lansia (lanjut usia) melayani pengobatan pasien berusia > 55 tahun.
f. Pengendalian Penyakit Menular (P2M) melayani pemberian obat bagi pasien-
pasien yang tercatat sebagai penderita penyakit TBC dan kusta.
Umumnya poli umum memiliki jumlah pasien terbanyak bila dibandingkan
dengan poli lainnya. Pembagian tersebut tidak selalu sama di setiap puskesmas.

2.1.2 Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Selatan


Wilayah Jakarta Selatan terdiri dari 10 puskesmas kecamatan, yaitu
Kecamatan Tebet, Setia Budi, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Kebayoran
Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Jagakarsa, Pancoran, dan Pesanggrahan dengan
68 puskesmas kelurahan di bawahnya (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Setiap
puskesmas kelurahan bertanggung jawab kepada puskesmas kecamatan yang
membawahinya. Daftar lengkap puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Selatan
dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya puskesmas kecamatan bertanggung
jawab langsung kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


6

Umumnya puskesmas kecamatan memiliki jumlah pasien yang lebih


banyak dibandingkan puskesmas kelurahan. Puskesmas kecamatan di Kota
Administrasi Jakarta Selatan memiliki beban kerja yang berbeda-beda. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:
a. Perbedaan ruang lingkup wilayah kerja serta jumlah penduduk tiap wilayah
kecamatan.
b. Perbedaan ketersediaan sarana, prasarana, dan tenaga kerja di tiap puskesmas.
c. Adanya pasien-pasien luar wilayah kerja puskesmas yang sering datang
berobat ke puskesmas.
Pengadaan obat yang dilakukan merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN), daftar obat dan perbekalan kesehatan untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD), dan permintaan puskesmas. Untuk pengadaan obat di
luar DOEN dilakukan berdasarkan pertimbangan permintaan puskesmas. Sumber
pendanaan yang digunakan untuk pengadaan obat adalah dana APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah), dan Askes (Asuransi Kesehatan).
Pengadaan utama obat untuk puskesmas di Jakarta Selatan dilakukan
secara mandiri oleh masing-masing puskesmas dikoordinasi oleh puskesmas
tingkat kecamatan. Jika jumlah persediaan obat tidak mencukupi, puskesmas
kecamatan akan berkoordinasi dengan puskesmas kelurahan di bawahnya atau
puskesmas kecamatan lain untuk mengisi kekosongan barang. Apabila
memungkinkan, puskesmas dapat melakukan permintaan obat ke Gudang Obat
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pendistribusian obat ke
puskesmas kelurahan dilakukan berdasarkan jumlah permintaan obat yang tertera
dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang dibuat
oleh masing-masing penanggung jawab apotek di puskesmas kelurahan.

2.2 Suku Dinas Kesehatan


Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan
yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36, 2009). Adanya otonomi daerah mengharuskan pelimpahan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


7

sebagian tugas dan wewenang tersebut kepada pemerintah daerah. Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan SK Gubernur No. 58 tahun 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang mengawali
berdirinya Suku Dinas Kesehatan di tingkat Kota Administrasi. Hal tersebut juga
didasarkan pada Perda No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi DKI Jakarta agar melaksanakan tugasnya sesuai dengan sistem otonomi
daerah.
Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan
kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala Suku
Dinas Kesehatan yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Secara
operasional, Suku Dinas Kesehatan berkedudukan di bawah walikota dan
bertanggung jawab kepada walikota (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 150, 2009). Suku Dinas Kesehatan yang pembentukannya mengacu pada
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 merupakan
gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan
Masyarakat. Berdasarkan peran dan fungsinya Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta berperan sebagai regulator, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan
sebagai auditor. Suku Dinas Kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut
(Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009):
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) Suku Dinas
Kesehatan.
b. Pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran dan petunjuk pelaksanaan
kegiatan Suku Dinas Kesehatan.
c. Pelaksanaan koordinasi administrasi kesehatan pada lingkup wilayah kota
administrasi.
d. Pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan pemanfaatan data dan informasi
kesehatan pada lingkup kota administrasi.
e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan pada lingkup
kota administrasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


8

f. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup


kota administrasi.
g. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan.
h. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas Kesehatan.
i. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan Suku Dinas
Kesehatan.
j. Pembinaan dan pengendalian penyelengaraan kesehatan lingkungan.
k. Pembinaan dan pengendalian penyelengaraan kesehatan masyarakat.
l. Pembinaan dan pengendalian penyelenggaraan pelayanan kesehatan
perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian.
m. Pembinaan dan pengendalian penanggulan kegawatdaruratan, bencana dan
kejadian luar biasa.
n. Pembinaan dan pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular/ tidak menular.
o. Pembinaan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
p. Penyelengaraan surveilans kesehatan.
q. Pemungutan, penatusahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban
penerimaan retribusi dan denda administrasi pelayanan kesehatan.
r. Rekomendasi perizinan bidang kesehatan.
s. Pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan
kesehatan.
t. Pembinaan dan pengembangan sistem informasi kesehatan.
u. Pembinaan dan pengembangan sistem manajemen mutu kesehatan.
v. Pembinaan dan pengendalian pencapaian standarisasi sarana prasarana
pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
w. Pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada masyarakat.
x. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, dan barang.
y. Pelaporan dan pertanggungjawaban, penyiapan bahan laporan dinas kesehatan
dan kota administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas
Kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


9

z. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas


Kesehatan.
Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Selatan yang
berada di Jl. Radio I No.8 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dipimpin oleh dr. H.
Kurnianto Amien, MM. selaku Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan terbagi menjadi lima seksi, yaitu Tata Usaha (TU), Kesehatan Masyarakat
(Kesmas), Pelayanan Kesehatan (Yankes), Sumber Daya Kesehatan (SDK), dan
Pengendalian Masalah Kesehatan (Pemkes). Pemantauan kasus penyakit yang
terjadi di puskesmas setiap bulannya dilakukan melalui Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB 1) yang menjadi tanggung jawab Seksi Kesehatan Masyarakat
(Kesmas). Sedangkan pengawasan terhadap persediaan obat di puskesmas setiap
bulan dilakukan melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) yang menjadi tanggung jawab Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK)
bagian Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).

2.3 Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1)


Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) adalah laporan yang berisi data
jumlah kasus penyakit yang dilaporkan terjadi dalam wilayah kerja puskesmas
yang bersangkutan dalam setiap periode satu bulanan. Kasus penyakit dibedakan
menurut kategori penyakit dan kategori umur pasien. Laporan berisi keterangan
periode laporan, data kode penyakit, nama penyakit, kategori penyakit, dan
jumlah kasus yang terjadi per kategori umur pasien.
Setiap hari petugas menyalin catatan medis pasien yang berobat di
puskesmas ke dalam catatan jumlah penyakit yang terjadi untuk membuat laporan
penyakit. Catatan tersebut disalin ke dalam LB 1 dan dibuat laporan dalam format
Microsoft Excel setiap bulannya. LB 1 puskesmas kelurahan dilaporkan ke
puskesmas kecamatan dan dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi setempat. LB 1 dari masing-masing kota administrasi dikirimkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta setiap bulannya untuk dilaporkan
kepada Kementerian Kesehatan RI per enam bulan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


10

2.4 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) (Direktorat


Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010)
LPLPO adalah formulir terpadu yang digunakan dalam sistem informasi
obat di tingkat kabupaten/kota, puskesmas, dan puskesmas pembantu. LPLPO
digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat
puskesmas sekaligus sebagai lembar permintaan obat untuk bulan berikutnya.
LPLPO dibuat rangkap tiga untuk kepentingan berikut:
a. Asli untuk unit pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Dati
Kabupaten/ Kota.
b. Tindasan 1 dikirim untuk instansi penerima (rumah sakit/ puskesmas).
c. Tindasan 2 untuk arsip Dinas Kesehatan Dati Kabupaten/ Kota.
LPLPO berisikan:
a. Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan.
b. Nama puskesmas yang bersangkutan.
c. Nama kecamatan dari wilayah kerja puskesmas.
d. Nama kabupaten/ kota dari wilayah kecamatan yang bersangkutan.
e. Tanggal pembuatan dokumen.
f. Bulan bersangkutan untuk satuan kerja puskesmas.
g. Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat maka diisi dengan
nama bulan bersangkutan.
h. Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan data obat) diisi
dengan periode distribusi bersangkutan.
Untuk membuat LPLPO, setiap hari petugas farmasi menyalin catatan
resep yang dilayani ke dalam catatan pemakaian obat. Setiap akhir bulan petugas
menghitung dan mencocokkan laporan tersebut dengan stok yang ada. Catatan
tersebut disalin ke dalam LPLPO dalam format Microsoft Excel setiap bulannya.
Puskesmas kecamatan mengumpulkan LPLPO puskesmas kelurahan dan
mengirimkannya ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. LPLPO dari
masing-masing Suku Dinas Kesehatan dikirim kepada Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta setiap tiga bulan untuk dilaporkan ke Kementerian Kesehatan RI per
enam bulan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


11

Informasi yang dapat diperoleh dari LPLPO adalah jenis dan jumlah sisa
stok atau stok awal obat, jenis dan jumlah persediaan obat, perbandingan antara
jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan, perbandingan antara
pemakaian obat dengan resep, dan perbandingan antara jumlah persediaan dengan
jumlah pemakaian obat perbulan. Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO
ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat,
serta kegiatan pengendalian persediaan obat, khususnya di puskesmas. Fungsi
LPLPO antara lain sebagai berikut:
a. Laporan pemakaian obat bulanan,
b. Surat permintaan obat dari rumah sakit/ puskesmas,
c. Laporan jumlah kunjungan resep,
d. Dokumen bukti atau sumber informasi tentang pengeluaran obat,
e. Dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat dan perencanaan
kebutuhan obat di puskesmas,
f. Sebagai sarana monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat,
g. Sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan
h. Sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pengambilan data dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesmas) dan Seksi Sumber Daya
Kesehatan (SDK) bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman
(Farmakmin) sejak tanggal 28 Maret - 5 April 2012.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1)
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Laporan
Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang
Prapatan. LB 1 masing-masing puskesmas diperoleh dari Seksi Kesehatan
Masyarakat (Kesmas) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Selanjutnya dilakukan rekapitulasi data LB 1 masing-masing puskesmas sejak
bulan Juni 2011 sampai dengan Februari 2012. Data diolah menggunakan
program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
mendapatkan gambaran deskriptif mengenai distribusi 10 kasus penyakit
terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan pada
periode Juni 2011–Februari 2012.

3.2.2 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)


Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas se-Kecamatan
Tebet dan Mampang Prapatan. LPLPO masing-masing puskesmas tiap bulan
diperoleh dari Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) bagian Koordinator Farmasi
Makanan dan Minuman (Farmakmin) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan. Selanjutnya dilakukan rekapitulasi jumlah pemakaian tiap jenis
obat berdasarkan LPLPO masing-masing puskesmas sejak bulan Juni 2011
sampai dengan Februari 2012. Data diolah menggunakan program Microsoft
Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mendapatkan
12 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


13

gambaran deskriptif mengenai distribusi 10 jenis obat dengan pemakaian


terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan pada
periode Juni 2011–Februari 2012.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan obat secara rasional merupakan hal yang sangat penting


dalam mendukung pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas
sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care).
Penggunaan obat secara rasional menurut WHO adalah jika pasien menerima obat
yang sesuai dengan kebutuhannya untuk periode yang adekuat dengan harga yang
terjangkau untuknya dan masyarakat. Penggunaan obat dikatakan tidak rasional
jika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis (medically inappropriate),
baik menyangkut ketepatan jenis, dosis, dan cara pemberian obat. Penggunaan
obat yang tidak rasional merupakan masalah penting yang dapat menimbulkan
dampak cukup besar dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan, misalnya
peningkatan resistensi akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional
(Departemen Kesehatan RI, 2010).
Pengawasan terhadap kerasionalan penggunaan obat dilakukan oleh
pemerintah daerah, dalam hal ini Suku Dinas Kesehatan melalui Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB 1). Berdasarkan data dari kedua laporan tersebut, dapat diketahui
ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan jenis obat, dan ketepatan distribusi obat.
Sistem pelaporan LB 1 dan LPLPO puskesmas di DKI Jakarta dilakukan setiap
bulan ke Suku Dinas Kesehatan sehingga dapat diketahui jumlah dan jenis
persediaan obat dan alat kesehatan yang perlu diperhatikan oleh Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi yang bersangkutan.

4.1 Puskesmas di Wilayah Kecamatan Tebet


Wilayah Kecamatan Tebet memiliki satu puskesmas kecamatan dan tujuh
puskesmas kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur,
Kebon Baru, Bukit Duri, Manggarai Selatan, Manggarai, dan Menteng Dalam.
Jumlah rata-rata kunjungan pasien setiap bulan kurang lebih mencapai 26.183
kunjungan. Puskesmas Kecamatan Tebet sendiri menduduki peringkat pertama
puskesmas dengan jumlah kunjungan terbanyak di wilayah Jakarta Selatan.
14 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


15

Puskesmas Kecamatan Tebet melayani kurang lebih 400 resep setiap harinya
dengan jam pelayanan 24 jam. Hal ini dikarenakan berlakunya sistem satu pintu
pada pendistribusian obat untuk semua poliklinik, termasuk pemakaian obat di
ruang UGD.
Berdasarkan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Puskesmas se-
Kecamatan Tebet, diperoleh sepuluh kasus penyakit terbanyak pada periode Juni
2011 - Februari 2012. Secara berurutan dari yang terbesar adalah infeksi akut lain
pernafasan atas, penyakit lain pada saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan
jaringan periapikal, penyakit kulit alergi, penyakit pada sistem otot dan jaringan
pengikat, penyakit darah tinggi, diare (termasuk kolera), penyakit kulit infeksi,
ginggivitis dan penyakit periodental, dan penyakit mata lainnya. Data kesakitan
melaporkan bahwa infeksi akut lain pernafasan atas sebagai penyakit yang paling
banyak diderita penduduk wilayah Kecamatan Tebet dengan jumlah keluhan
kurang lebih sebanyak 2.436 setiap bulannya. Hasil rekapitulasi data secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 sedangkan grafik distribusi penyakit dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Distribusi 10 Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas


se-Kecamatan Tebet Periode Juni 2011–Februari 2012.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum


terjadi di masyarakat. Meski demikian, ISPA tidak boleh dianggap sebagai
penyakit ringan. Berdasarkan hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005
di 10 provinsi, diketahui bahwa ISPA menjadi penyebab kematian terbesar pada

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


16

bayi dan balita (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Secara umum penyebab ISPA
adalah berbagai mikroorganisme, namun yang banyak terjadi diakibatkan oleh
virus dan bakteri (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai suatu
penyakit infeksi pada hidung, telinga, tenggorokan (faring), trakhea, bronkhioli
dan paru yang kurang dari dua minggu (14 hari). Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa proses penyakit
yang dapat digolongkan ISPA dapat berlangsung lebih lama (Wati, 2005; World
Health Organization, 2009). Penyakit ISPA ditandai dengan gejala batuk, sakit
tenggorokan, pilek, bersin, dan sulit bernapas. Gejala-gejala tersebut juga sering
disertai dengan demam dan rasa nyeri pada tubuh. Penatalaksanaan ISPA dapat
dihubungkan dengan data pemakaian obat terbanyak yang diperoleh dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas se-Kecamatan
Tebet untuk melihat secara garis besar kesesuaian antara kasus penyakit yang
terjadi dengan pengobatan yang diberikan.
Berdasarkan data LPLPO Puskesmas se-Kecamatan Tebet, diperoleh
sepuluh jenis obat dengan jumlah pemakaian terbanyak pada periode Juni 2011–
Februari 2012. Hasil rekapitulasi data secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 4 sedangkan grafik distribusi obat dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Distribusi 10 Jenis Obat yang Paling Banyak Dipakai di Puskesmas
se-Kecamatan Tebet Periode Juni 2011 – Februari 2012.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


17

Secara berurutan dari yang terbesar adalah Parasetamol tablet 500 mg,
Klorfeniramin Maleat (CTM) tablet 4 mg, Amoksisilin kapsul 500 mg, Gliseril
Guayakolat tablet 100 mg, Vitamin B Kompleks tablet, Piridoksin HCl tablet 10
mg, Tablet Tambah Darah Kombinasi, Tablet Antasida DOEN Kombinasi,
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg, dan Asam Askorbat tablet 50 mg.
Obat dengan pemakaian terbanyak di puskesmas wilayah Kecamatan
Tebet selama bulan Juni 2011 – Februari 2012 adalah parasetamol tablet 500 mg
sebanyak 641.289 tablet dengan rata-rata pemakaian sebanyak 71.254 tablet setiap
bulannya. Parasetamol diindikasikan sebagai analgesik dan antipiretik (Wilmana
dan Gan, 2007). Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan ISPA yang seringkali
disertai gejala demam dan rasa nyeri pada tubuh. Selain untuk pengobatan ISPA,
dalam buku pedoman pengobatan puskesmas disebutkan bahwa parasetamol juga
diindikasikan untuk abses gigi, bronkhitis akut, filariasis, gangren pulpa,
influenza, varisella (cacar air), dan migrain (Departemen Kesehatan RI, 2007)
yang termasuk ke dalam sepuluh kasus penyakit terbanyak di Puskesmas Wilayah
Kecamatan Tebet pada periode Juni 2011-Februari 2012.
Berdasarkan data sepuluh obat dengan pemakaian terbanyak di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Tebet selama bulan Juni 2011–Februari 2012, empat
diantaranya yaitu parasetamol, CTM, amoksisilin, dan gliseril guaiakolat
merupakan jenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati gejala ISPA. Selain
itu, vitamin B kompleks, piridoksin HCl (vitamin B6), dan asam askorbat (vitamin
C) biasa digunakan sebagai terapi pendukung ISPA, yakni untuk meningkatkan
daya tahan tubuh pasien dalam melawan penyebab infeksi. Umumnya, gejala
penyakit ISPA yang ditangani di puskesmas masih tergolong ringan. Jika penyakit
semakin memburuk, tenaga medis puskesmas akan merujuk pasien untuk
memeriksakan diri ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain dengan fasilitas yang
lebih lengkap.

4.2 Puskesmas di Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan


Wilayah Kecamatan Mampang Prapatan memiliki satu puskesmas
kecamatan dan enam puskesmas kelurahan yaitu Kelurahan Kuningan Barat,
Mampang Prapatan, Pela Mampang I, Pela Mampang II, Tegal Parang, dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


18

Bangka. Jumlah rata-rata kunjungan pasien setiap bulan kurang lebih mencapai
10.548 kunjungan. Perbedaan jumlah puskesmas kelurahan yang dibawahi oleh
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan dengan Kecamatan Tebet
mempengaruhi perbedaan jumlah kunjungan dan pemakaian obat yang dapat
dilihat dari LB 1 dan LPLPO.
Berdasarkan LB 1 Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan,
diperoleh sepuluh kasus penyakit terbanyak pada periode Juni 2011-Februari
2012. Secara berurutan dari yang terbesar adalah infeksi akut lain pernafasan atas,
penyakit lain pada saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan jaringan periapikal,
penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, penyakit kulit alergi, diare
(termasuk kolera), penyakit darah tinggi, penyakit kulit infeksi, ginggivitis dan
penyakit periodental, serta gangguan gigi dan jaringan penyangga lain. Data
kesakitan melaporkan bahwa infeksi akut lain pernafasan atas sebagai penyakit
yang paling banyak diderita penduduk wilayah Kecamatan Mampang Prapatan
dengan jumlah keluhan kurang lebih sebanyak 1.875 setiap bulannya. Hasil
rekapitulasi data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3 sedangkan grafik
distribusi penyakit dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Distribusi 10 Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas


se-Kecamatan Mampang Prapatan Periode Juni 2011–Februari 2012.

Meski ditemui kesamaan tiga besar kasus penyakit terbanyak di


puskesmas wilayah Kecamatan Mampang Prapatan dengan Kecamatan Tebet
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


19

pada periode Juni 201 -Februari 2012, terdapat perbedaan dalam pemilihan jenis
obat yang digunakan. Hal ini terlihat dari hasil rekapitulasi data penggunaan obat
yang diperoleh dari LPLPO Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan periode
Juni 2011–Februari 2012. Sepuluh jenis obat dengan jumlah pemakaian terbanyak
di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan secara berurutan dari yang
terbesar adalah Vitamin B Kompleks tablet, Parasetamol tablet 500 mg,
Klorfeniramin Maleat (CTM) tablet 4 mg, Amoksisilin kapsul 500 mg, Gliseril
Guayakolat tablet 100 mg, Vitamin B12 tablet 50 mcg, Asam Askorbat (Vitamin
C) tablet 50 mg, Thiamin HCl (Vitamin B1) tablet 50 mg, Piridoksin HCl tablet
10 mg, dan Tablet Antasida DOEN Kombinasi. Perbedaan ini dapat dipengaruhi
oleh tingkat keparahan penyakit, ketersediaan obat, pengetahuan dokter, dan
tingkat kesejahteraan penduduk sekitar. Hasil rekapitulasi data secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 5 sedangkan grafik distribusi obat dapat dilihat pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Distribusi 10 Jenis Obat yang Paling Banyak Dipakai di Puskesmas
se-Kecamatan Mampang Prapatan Periode Juni 2011 – Februari 2012.

Obat dengan pemakaian terbanyak di puskesmas wilayah Kecamatan


Mampang Prapatan selama bulan Juni 2011 – Februari 2012 adalah vitamin B
kompleks tablet sebanyak 594.600 tablet dengan rata-rata pemakaian sebanyak

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


20

66.067 tablet setiap bulannya. Vitamin B Kompleks yang terdiri dari vitamin B1,
B2, B3. B6, dan B12 biasa digunakan sebagai terapi penunjang yang diperlukan
untuk meningkatkan sistem imun tubuh dalam melawan penyebab infeksi
(Dewoto, 2007). Dalam buku pedoman pengobatan puskesmas disebutkan bahwa
vitamin B kompleks diindikasikan untuk penyakit hiperemesis gravidarum,
keilosis, dan sirosis hati (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Pada proses penyembuhan, vitamin diberikan dalam dosis yang lebih besar
dibanding dosis yang diperuntukkan untuk pencegahan. Namun demikian, jumlah
penggunaan vitamin di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan terlalu besar
bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan. Hal ini mungkin disebabkan adanya
kerusakan barang seperti kadaluarsa atau perubahan warna obat akibat terpajan
cahaya berlebihan yang mengharuskan adanya pemusnahan obat. Selain itu,
tingginya jumlah penggunaan vitamin di Puskesmas se-Kecamatan Mampang
Prapatan mungkin disebabkan adanya permintaan dari pasien sendiri. Terlihat
adanya lonjakan penggunaan vitamin pada bulan Agustus dan September 2011
khususnya vitamin B kompleks, dimana sebagian besar pasien melakukan ibadah
puasa sehingga memerlukan asupan vitamin untuk menjaga imunitas tubuhnya.
Berdasarkan data LB 1 dan LPLPO yang diperoleh dari Puskesmas se-
Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan, secara garis besar pemilihan obat yang
diberikan kepada pasien telah sesuai dengan kasus penyakit yang terjadi di
puskesmas. Namun untuk mengetahui kerasionalan pengobatan diperlukan
penelitian lebih lanjut, seperti analisa peresepan atau rekam medik pasien.
Perbedaan jumlah pemakaian obat pada masing-masing puskesmas kecamatan
dapat dipengaruhi oleh perbedaan tingkat keparahan penyakit yang terjadi di
setiap kecamatan, jenis obat yang dipilih dokter di wilayah tersebut, tingkat
kesejahteraan penduduk, dan banyaknya penduduk yang sakit di wilayah tersebut.
Kendala yang ditemui saat melakukan rekapitulasi LB 1 dan LPLPO
adalah keterlambatan pengiriman, baik di puskesmas tingkat kelurahan maupun di
puskesmas tingkat kecamatan. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan di
puskesmas tingkat kelurahan sehingga pengelolaan pelaporan obat sering kali
tertunda. Selain itu, pelaporan LPLPO di beberapa puskesmas masih dalam
bentuk hardcopy dan bukan dalam bentuk softcopy. Hal tersebut menjadi kendala

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


21

tersendiri bagi petugas Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
dalam proses rekapitulasi data LPLPO. Perlu adanya tindakan tegas dari Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan kepada puskesmas yang tidak
disiplin dalam menyerahkan LB 1 dan/atau LPLPO untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang lebih tinggi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil rekapitulasi data Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1)
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan periode Juni 2011-
Februari 2012, diantara sepuluh kasus penyakit terbanyak terdapat sembilan
kasus yang sama, yaitu infeksi akut lain pernafasan atas, penyakit lain pada
saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, penyakit kulit
alergi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, penyakit darah tinggi,
diare (termasuk kolera), penyakit kulit infeksi, ginggivitis, dan penyakit
periodental. Penyakit yang berbeda adalah penyakit mata lainnya di
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan gangguan gigi dan jaringan penyangga
lain di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan.
b. Berdasarkan hasil rekapitulasi data Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang
Prapatan periode Juni 2011-Februari 2012, diantara sepuluh jenis obat dengan
jumlah pemakaian terbanyak terdapat delapan obat yang sama yaitu
Parasetamol tablet 500 mg, Klorfeniramin Maleat (CTM) tablet 4 mg,
Amoksisilin kapsul 500 mg, Gliseril Guayakolat tablet 100 mg, Vitamin B
Kompleks tablet, Piridoksin HCl tablet 10 mg, tablet Antasida DOEN
Kombinasi, dan Asam Askorbat (Vitamin C) tablet 50 mg. Dua obat yang
berbeda adalah tablet tambah darah kombinasi dan Kalsium Laktat (Kalk)
tablet 500 mg di Puskesmas se-Kecamatan Tebet, sedangkan Vitamin B12
tablet 50 mcg dan Thiamin HCl tablet 50 mg di Puskesmas se-Kecamatan
Mampang Prapatan.
c. Hasil analisis kesesuaian rekapitulasi data Laporan Bulanan Data Kesakitan
(LB1) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan periode Juni 2011–
Februari 2012 diketahui bahwa pemilihan obat yang digunakan telah sesuai
dengan kasus penyakit yang terjadi di puskesmas wilayah tersebut.

22 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


23

5.2 Saran
a. Data yang tercantum dalam LPLPO hendaknya disesuaikan dengan jumlah
fisik sediaan. Apabila terdapat kejadian luar biasa seperti obat kadaluarsa atau
pemberian hibah kepada puskesmas lain, hendaknya dicantumkan dalam
kolom keterangan sehingga kegiatan dokumentasi dapat berjalan dengan baik.
b. Perlunya tindakan tegas dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan kepada puskesmas yang tidak disiplin dalam menyerahkan
LB 1 dan/atau LPLPO serta peningkatan pengawasan agar dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang
lebih tinggi dan.
c. Perlu adanya peningkatan jumlah tenaga farmasi di puskesmas tingkat
kelurahan agar pelaporan LB 1 dan LPLPO dapat berjalan efektif dan tepat
waktu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


24

DAFTAR REFERENSI

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi


Saluran Pernapasan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2006b). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dewoto, H.R. (2007). Vitamin dan Mineral. Dalam: Gunawan, S.G., R.Setiabudy,
Nafrialdi, & Elysabeth. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5, hal. 772-775).
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2002). Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Directory Puskesmas Propinsi DKI Jakarta
Keadaan per 30 Desember 2011. http://www.depkes.go.id/index.php?
option=com_depkesdirectory. [Diakses 31 Maret 2012, pukul 16.15]
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 128/Menkes/Sk/Ii/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


25

Wati, E. K. (2005). Hubungan Episode Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


dengan Pertumbuhan Bayi Umur 3 sampai 6 Bulan di Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang. Tesis Magister Gizi Masyarakat Universitas
Diponegoro.
Wilmana, P. Freddy dan Gan, Sulistia. (2007). Analgesik – Antipiretik Analgesik
Anti – Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam:
Gunawan, S.G., R.Setiabudy, Nafrialdi, & Elysabeth. Farmakologi dan
Terapi (Edisi 5, hal. 237-239). Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
World Health Organization. (2009). Infection-Control Measures for Health Care
of Patients with Acute Respiratory Diseases in Community Settings.
Geneva: World Health Organization.

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


LAMPIRAN

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


27

Lampiran 1. Puskesmas Kecamatan di Kota Administrasi Jakarta Selatan dan


Puskesmas Kelurahan yang Berada dalam Ruang Lingkupnya

Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas


No. No.
Kecamatan Kelurahan Kecamatan Kelurahan
1. Jagakarsa Jagakarsa I 7. Pancoran Duren Tiga
Jagakarsa II Kalibata I
Lenteng Agung I Kalibata II
Lenteng Agung II Cikoko
Srengseng Sawah Pengadegan
2. Pasar Minggu Pejaten Timur Pancoran
Pejaten Barat I Rawajati I
Pejaten Barat II Rawajati II
Pejaten Barat III 8. Tebet Menteng Dalam I
Pasar Minggu I Tebet Barat
Pasar Minggu II Tebet Timur
Kebagusan Kebon Baru
Ragunan Bukit Duri
Cilandak Timur Manggarai Selatan
3. Cilandak Gandaria Selatan Manggarai
Cipete Selatan Menteng Dalam II
Cilandak Barat 9. Kebayoran Grogol Utara I
Lebak Bulus Lama Grogol Utara II
Pondok Labu Grogol Selatan
4. Pesanggrahan Petukangan Utara Cipulir I
Petukangan Selatan Cipulir II
Kebayoran Lama
Ulujami Utara
Kebayoran Lama
Bintaro Selatan
Pesanggrahan Pondok Pinang
Mampang
5. Prapatan Kuningan Barat 10. Kebayoran Senayan
Mampang Prapatan Baru Rawa Barat
Pela Mampang I Selong
Pela Mampang II Gunung
Tegal Parang Kramat Pela
Bangka Petogogan
6. Setia Budi Setiabudi Pulo
Gandaria Utara
Karet I/PLT
Gandaria Utara
Pasar Manggis II/MHT
Menteng atas Cipete Utara
[Sumber:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011]

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


28

Lampiran 2. Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan Tebet Jakarta Selatan Berdasarkan Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB1) pada Periode Juni 2011 – Februari 2012

Bulan
No. Nama Penyakit Jumlah
Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas 3239 3159 2419 2824 2948 467 2705 616 3548 21925
Peny. Lain pada Saluran Pernafasan
2 1390 1398 1114 1353 1126 783 1311 763 1050 10288
Atas
3 Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal 1126 1069 586 878 740 307 683 297 749 6435
4 Penyakit Kulit Alergi 895 751 578 776 700 325 724 353 894 5996
Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan
5 789 948 722 644 882 79 860 90 921 5935
Pengikat
6 Penyakit Darah Tinggi 648 869 633 735 697 159 716 149 834 5440
7 Diare (termasuk Kolera) 641 564 432 614 542 194 512 129 465 4093
8 Penyakit Kulit Infeksi 637 506 442 430 540 164 678 152 488 4037
9 Ginggivitis dan Peny. Periodental 472 510 254 466 485 173 481 131 375 3347
10 Peny. Mata Lainnya 522 403 248 320 351 344 344 175 321 3028
Total Kunjungan 29945 28990 20872 25961 25461 25747 25197 27024 26450 235647

28
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
29

Lampiran 3. Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Berdasarkan Laporan
Bulanan Data Kesakitan (LB1) pada Periode Juni 2011 – Februari 2012

Bulan
No. Nama Penyakit Jumlah
Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas 1994 2106 1908 1955 1881 1425 429 2659 2525 16882
Peny. Lain pada Saluran Pernafasan
2 387 368 303 327 728 4530 301 293 612 7849
Atas
3 Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal 266 374 172 344 427 321 184 292 417 2797
Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan
4 274 315 201 302 318 364 125 268 322 2489
Pengikat
5 Penyakit Kulit Alergi 301 330 219 219 318 316 107 290 307 2407
6 Diare (termasuk Kolera) 248 210 210 318 321 299 35 316 305 2262
7 Penyakit Darah Tinggi 200 206 178 159 239 178 44 241 228 1673
8 Penyakit Kulit Infeksi 178 201 161 179 185 166 59 182 269 1580
9 Ginggivitis dan Peny. Periodental 99 138 67 107 146 150 45 118 109 979
10 Gangguan Gigi dan Jar. Penyangga Lain 107 96 94 115 116 153 86 112 93 972
Total Kunjungan 10032 10141 8308 10154 10654 11093 10956 11360 12241 94939

29
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
30

Lampiran 4. Sepuluh Jenis Obat dengan Jumlah Pemakaian Terbanyak di Puskesmas se-
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan pada Periode Juni 2011–Februari 2012
(Berdasarkan Hasil Rekapitulasi Data LPLPO)

Pemakaian
No Nama Obat Satuan Jumlah
Rata-Rata /Bulan

1 Parasetamol 500 mg Tablet 641.289 71.254


2 Klorfeniramin Maleat (CTM) 4 mg Tablet 498.462 55.385
3 Amoksisilin 500 mg Kapsul 331.371 36.819
4 Gliseril Guayakolat 100 mg Tablet 311.189 34.577
5 Vitamin B Kompleks Tablet 307.828 34.203
6 Piridoksin HCl 10 mg Tablet 276.198 30.689
7 Tambah Darah Kombinasi Tablet 274.426 30.492
8 Antasida DOEN Kombinasi Tablet 238.610 26.512
9 Kalsium Laktat (Kalk) 500 mg Tablet 213.159 23.684
10 Asam Askorbat (vit.C) 50 mg Tablet 212.955 23.662

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012


31

Lampiran 5. Sepuluh Jenis Obat dengan Pemakaian Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan


Mampang Prapatan Jakarta Selatan pada Periode Juni 2011– Februari 2012
(Berdasarkan Hasil Rekapitulasi Data LPLPO)

Pemakaian
No. Nama Obat Satuan Jumlah
Rata-Rata/ Bulan

1 Vitamin B Kompleks Tablet 594.600 66.067


2 Parasetamol 500 mg Tablet 533.004 59.223
3 Klorfeniramin Maleat (CTM) 4 mg Tablet 432.115 48.013
4 Amoksisilin 500 mg Kapsul 431.431 47.937
5 Gliseril Guayakolat 100 mg Tablet 387.492 43.055
6 Vitamin B12 50 mcg Tablet 272.425 30.269
7 Asam Askorbat (Vit.C) 50 mg Tablet 251.861 27.985
8 Thiamin HCl (Vit.B1) 50 mg Tablet 225.235 25.026
9 Piridoksin HCl 10 mg Tablet 200.105 22.234
10 Antasida DOEN Kombinasi Tablet 120.231 13.359

Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai