ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker)
di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan menyelesaikan
penulisan laporan ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat guna
menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi
Universitas Indonesia.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Deden Muliadi, S.Si, Apt., selaku pembimbing selama pelaksanaan
PKPA di lembaga pemerintahan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan yang dengan sabar telah membimbing, memotivasi, dan
memberikan dukungan kepada penulis hingga tersusunnya laporan ini.
2. Ibu Dr. Katrin, M.S., Apt., selaku pembimbing atas segala saran, ilmu,
bimbingan, dan arahan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan
laporan.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., sebagai Ketua Departemen Farmasi
FMIPA-UI.
4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu, didikan,
bantuan, dan saran yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
6. Seluruh staf pegawai di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan, Bapak Yoserizal, Ibu Nuril, Ibu Ida, dan Ibu Halida atas segala
bantuan, informasi, dan saran yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA.
7. Kedua orangtua tercinta, Ayah Abdul Hamid dan Umak Syafridah yang telah
membesarkan, mendidik, dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dan pengorbanan yang tak terbalaskan. Tak lupa rasa sayang dan bangga
Penulis
2012
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
vi Universitas Indonesia
terdiri dari lima seksi, yaitu Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat,
Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Seksi
Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman. Posisi tersebut menjadi salah satu ruang bagi apoteker dalam
menjalankan tugas profesinya di tingkat pemerintahan agar turut berperan dalam
pelayanan masyarakat (Pemerintah Republik Indonesia, 2009b).
Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui peranannya di lingkup
pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas profesinya
kelak. Praktek kerja profesi apoteker merupakan salah satu sarana bagi calon
apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran, dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang peran apoteker di lingkup
pemerintahan. Oleh karena itu, Departemen Farmasi Universitas Indonesia
bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung
sejak tanggal 12 Maret hingga 5 April 2012.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa program
profesi apoteker Depart emen Far mas i FMIPA UI dapat:
a. Memahami gambaran umum Suku Dinas Kesehatan beserta peran dan
fungsinya.
b. Memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).
c. Memahami pelaksanaan tugas dan fungsi Koordinator Farmasi Makanan dan
Minuman (Farmakmin) di lapangan, baik yang terkait dengan perizinan
maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala Suku Dinas Kesehatan. Seksi
Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan lingkup
tugasnya.
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas Kesehatan
sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan,
memanfaatkan, data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan masyarakat.
f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana
pelayanan kesehatan.
g. Memberikan rekomendasi/ perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.
i. Melaksanakan siaga 24 jam per Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan
(Pusdaldukkes).
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pelayanan Kesehatan.
l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan
Kesehatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3.1 Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah
apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah
surat yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI sebagai tanda registrasi bagi
apoteker yang berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang apabila
memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
a. Ijazah apoteker.
b. Sertifikat kompetensi profesi.
c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktek.
e. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, Apoteker Pengelola Apotek
(APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek
yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan, APA dapat melaksanakan
tugasnya, dan masih memenuhi persyaratan yang berlaku.
Untuk mendapatkan SIA, APA mengajukan surat permohonan SIA kepada
kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat (khusus provinsi DKI
Jakarta) atau Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. SIA diberikan oleh Menteri
Kesehatan RI yang mendelegasikan wewenangnya kepada kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi (khusus provinsi DKI Jakarta) atau Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten (Departemen Kesehatan RI, 2002b). Pemberlakuan pedoman
pelayanan kefarmasi di apotek oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Segala
bentuk perubahan dalam pengelolaan apotek diharuskan memperbaharui izin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dipimpin oleh dr.
H. Kurnianto Amien, MM. selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Secara teknis administrasi, Kasudin bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengenai
segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan, baik berupa pelayanan kepada masyarakat maupun
pembinaan kepada sarana kesehatan yang tersedia. Secara teknis operasional,
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan bertanggung
jawab langsung kepada Walikota Jakarta Selatan mengenai segala bentuk
pembiayaan, baik yang dikeluarkan maupun yang diperoleh Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam melakukan kegiatan sehari-
hari.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan terbagi menjadi
lima seksi, yaitu Subbagian Tata Usaha (TU), Seksi Kesehatan Masyarakat
(Kesmas), Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes), Seksi Sumber Daya Kesehatan
(SDK), dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan (Pemkes). Struktur organisasi
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dilihat pada
Lampiran 1. Masing-masing seksi/subbagian dipimpin oleh seorang kepala
seksi/subbagian yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tiap seksi membawahi beberapa
bagian dimana masing-masing bagian dipimpin oleh seorang koordinator yang
memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh masing-masing
kepala seksi.
Sumber Daya Kesehatan (SDK) memiliki beberapa tugas pokok,
diantaranya menerbitkan izin bagi sarana dan tenaga pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar, spesialistik, tradisional, serta farmasi, makanan, dan
minuman. Untuk sarana pelayanan kesehatan, penanggung jawab sarana terlebih
dahulu harus memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi. Jika persyaratan
tersebut telah terpenuhi, petugas Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan akan
22 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Suku Dinas Kesehatan dibentuk berdasarkan pada Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No.150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Kesehatan, yaitu merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Suku Dinas Kesehatan
memiliki tugas pokok dan fungsi dalam upaya pelaksanaan, pembinaan, dan
pengembangan kesehatan masyarakat.
b. Seksi Sumber Daya Kesehatan membawahi tiga koordinator yaitu,
Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standarisasi Mutu
Kesehatan, dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).
c. Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman
(Farmakmin) masih menghadapi beberapa kendala yang menyebabkan
kinerjanya kurang maksimal. Meski demikian, pelayanan Koordinator
Farmakmin Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan tetap
dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan peraturan, baik dalam segi
administratif maupun pelaksanaan di lapangan.
5.2 Saran
a. Penerapan sistem teknologi informasi yang lebih memadai untuk
memperlancar sistem pelaporan obat-obat narkotika dan psikotropika, serta
pengiriman Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari
masing-masing puskesmas tingkat kecamatan.
b. Pengoptimalan kegiatan Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan, dan
Pengendalian) untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga
kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan,
dan minuman serta meminimalisasi pelanggaran yang terjadi.
c. Perlunya meningkatkan pengawasan terhadap laporan yang diserahkan ke
Suku Dinas Kesehatan, baik pelaporan narkotika dan psikotropika maupun
30 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
32 Universitas Indonesia
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009a). Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta:
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009b). Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Otonom. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
SUB BAGIAN
TATA USAHA
PUSKESMAS
KECAMATAN
PUSKESMAS
KELURAHAN
No. : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Surat Izin Apotek. Kepada
Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta
Selatan
di
Jakarta
I PEMOHON :
Nama Apoteker : ..............................................................................
No. SIK / SP : ..............................................................................
No. KTP : ..............................................................................
Alamat & No. Telp : ..............................................................................
..............................................................................
Pekerjaan sekarang : ..............................................................................
No NPWP : ..............................................................................
II APOTEK
Nama : ..............................................................................
Alamat : ..............................................................................
Kelurahan/Kecamatan : ..............................................................................
No Telpon : ..............................................................................
Provinsi : DKI Jakarta
Fotocopy KTP
Surat Pernyataan Bersedia Bekerja Diatas Materai Rp 6000 ,-
16. Daftar peralatan peracikan Obat
17. Daftar Buku Pustaka
18. Perlengkapan Administrasi
Contoh Etiket Kartu Stock Copy resep,
Blanko SP &blanko faktur Form Laporan Narkotika
Pemohon,
Apoteker Pengelola Apotek
Materai
6000
(......................................................)
Nama : ……………………………………………………………………….
Apotek
Alamat : Jl. ………………………………………… No … RT/RW……….
Apotek
Kel …………………………… Kec ………………………………
Kodya Jakarta Selatan. Telp. ……………….
1 Permohonan Izin
2 Data Apoteker :
Fotocopy KTP Jabodetabek
Fotocopy NPWP
Fotocopy Surat Izin Kerja / Surat Penugasan
Pas foto berwarna uk 4 x 6 (1 lembar)
Fotocopy Surat Lolos butuh dari Dinas
Kesehatan Provinsi bagi APA dari luar
Provinsi DKI Jakarta./ Surat Keterangan
berhenti dari sarana Farmasi lain bagi yang
bekerja di DKI Jakarta
Surat Izin dari Atasan bagi PNS/ABRI
3 Data-data Pemilik Sarana Apotek (PSA) / Pimpinan
Perusahaan
Fotocopy KTP
Fotocopy NPWP
Pasfoto berwarna uk 4 x 6 ( 1 lembar )
4 Fotocopy Akte Perusahaan bila berbentuk badan
hukum yang telah terdaftar di Depkeh dan HAM RI
5 Akte Perjanjian kerjasama Antara APA dan PSA /
SK Pengangkatan bagi Perusahaan BUMN (Salinan /
Fotocopy yang sudah dilegalisir
6 Fotocopy IMB yang telah dilegalisir (kecuali bagi
sarana yang berada di Perkantoran, Pertokoan, Mall,
Pasar ) dan perjanjian sewa menyewa / kontrak
7 Fotocopy Undang-undang Gangguan(UUG) dari
Dinas Trantib Propinsi DKI Jakarta yang telah
dilegalisir (kecuali bagi sarana yang berada
diperkantoran, Pertokoan, Mall, Pasar)
( ) ( )
Pada hari ..................... tanggal ................ bulan ........................ tahun ................. kami
yang bertandatangan di bawah ini sesuai dengan Surat Tugas Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kota Adminitrasi Jakarta Selatan No. ................................. telah melakukan
pemeriksaaan setempat terhadap:
I. DATA APOTEK
Nama Apotek : .......................................................................
Alamat : .......................................................................
Kel. .............................................................................
Kec. ............................................................................
Telp. ...........................................................................
Kotamadya/Provinsi : Jakarta Selatan/DKI Jakarta
Nama APA : .......................................................................
Nama PSA : .......................................................................
Pemeriksaan ini dilakukan adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan
Apotek dengan hasil sebagai berikut:
II. DATA ADMINISTRASI
1. Fc Akte Perusahaan : sesuai asli / tidak
2. Fc KTP Apoteker Pengelola Apotek (APA) : sesuai asli / tidak
3. Fc NPWP dari APA : sesuai asli / tidak
4. Fc Surat Izin Kerja/Surat Penugasan APA : sesuai asli / tidak
5. Fc KTP Pemilik Sarana Apotek (PSA) : sesuai asli / tidak
6. Fc NPWP dari PSA : sesuai asli / tidak
7. Fc UUG dari Dinas Tramtib Provinsi DKI Jakarta : sesuai asli / tidak
8. Fc IMB/Surat Sewa : sesuai asli / tidak
9. Fc Surat Keterangan Domisili : sesuai asli / tidak
10. Peta lokasi : sesuai / tidak
11. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya : sesuai / tidak
HASIL PEMERIKSAAN
Penilaian
Rincian Persyaratan Kenyataan
TMS MS
I. BANGUNAN
1. Sarana Apotek Sarana apotek dapat didirikan
pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan dan
komoditi lainnya diluar sediaan
farmasi
2. Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk:
a) Ruang peracikan Ada/Tidak
b) Penyerahan resep Ada/Tidak
c) Ruang administrasi Ada/Tidak
d) Kamar kerja Ada/Tidak
Apoteker
e) WC Ada/Tidak
f) Ruang tunggu Ada/Tidak
3. Kelengkapan bangunan calon Apotek:
a) Sumber air Harus memenuhi persyaratan Sumur/PAM/sum
kesehatan ur pompa, dll
b) Perorangan Harus cukup terang, sehingga PLN/generator
dapat menjamin pelaksanaan Petromak, dll
tugas dan fungsi apotek
c) Alat pemadam Harus berfungsi dengan baik …… buah dengan
kebakaran sekurang-kurangnya dua buah ukuran ………lb
d) Ventilasi Yang baik serta memenuhi jendela ……buah
persyaratan hygiene lainnya AC
e) Sanitasi Harus baik serta memenuhi Ada/Tidak
persyaratan hygiene lainnya:
Saluran pembuangan limbah: Ada/Tidak
Tempat pembuangan sampah: ……… buah
4. Papan nama Berukuran minimal: Berukuran:
panjang: 60 cm Panjang: ….. cm
lebar: 40 cm Lebar: …… cm
dengan tulisan Dengan tulisan:
- hitam diatas dasar putih ………………
- tinggi huruf minimal: 5 cm
- tebal: 5 cm
II. PERLENGKAPAN
1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan
Demikianlah Berita Acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung
jawab.
Jakarta, / /2012
1. Nama :
NIP :
2. Nama :
NIP :
( )
3. Nama :
NIP :
Hormat kami,
AA Penanggung Jawab
Materai
Cap / Stempel.
6.000
(............................................)
Nomor : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Persetujuan Kepada
Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan
di J a k a r t a
Dengan Hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan
Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional dengan data – data sebagai berikut :
1. Pemohon.
a. Nama Pemohon :
b. Alamat dan Nomor Telp :
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :
2. Perusahaan
a. Nama Industri Kecil Obat Tradisional :
b. Alamat dan Nomor Telp :
c. Nomor Akte pendirian perusahaan :
(yang telah disahkan oleh Depkeh atau Akte Koperasi yang telah disahkan
oleh Dep.Koperasi)
d. Luas Tanah tersedia : m2
e. Lahan tersebut diperuntukkan Industri: Ya/ Tidak/ Belum ditetapkan
4. Rencana Produksi
Hormat Kami
Materai
6000
( __________________ )
Direktur
Nomor : Jakarta,
Lamp :
Hal : Permohonan Izin Usaha Industri Kepada
Kecil Obat Tradisional Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan
di J a k a r t a
Dengan Hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin
UsahaIndustri Kecil Obat Tradisional dengan data–data sebagai berikut:
I. UMUM
1. Nama Pemohon
2. Jabatan
3. Alamat dan Nomor Telp
4. Nama Badan Hukum ( bagi yang berstatus Badan Hukum )
5. Nama Industri Kecil Obat Tradisional
6. Alamat perusahaan dan Nomor Telp
7. Nama Penanggung Jawab Teknis
8. No SIK / SP
V. PEMASARAN
1. Dalam Negeri :
2. Luar Negeri :
3. Merek Dagang ( Jika ada ) :
Hormat Kami,
Materai
6000
( ________________ )
Direktur
1. PEMOHON
Nama Direktur UPAK Pusat :
Alamat dan no. telp :
No Izin Usaha PAK Pusat :
9. Fotocopy IMB yang telah dilegalisir ( Kecuali Bagi sarana yang berada
di Perkantoran,Pertokoan ,Mall dan Pasar ) dan perjanjian sewa
menyewa
10. Fotocopy KTP Pemohon/ Pimpinan Cabang/Sub PAK.
11. Surat Pernyataan bersedia bekerja sebagai penanggung jawab teknis di
atas Materai Rp 6000,-
12. Fotocopy Ijazah dari Penanggung Jawab teknis
13. Fotocopy KTP Penanggung Jawab Teknis (Jabodetabek).
Cap Perusahaan
Materai
6000
_____________________
Direktur Sub/ Cabang PAK Direktur UPAK Pusat
KODE NAMA OBAT SATUAN STOK AWAL PENERIMAAN PERSEDIAAN PEMAKAIAN JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
0101 AIR RAKSA DENTAL USE BTL 20 20 - 20
0103 ALAT SUNTIK SEKALI PAKAI 2,5 ML SET 650
0104 ALAT SUNTIK SEKALI PAKAI 5 ML SET 38 38 10 28
0105 ALBENDAZOL TABLET 400 MG TAB - - - -
0106 ALOPURINOL TABLET 100 MG TAB 42.282 42.282 2.763 39.519
0108 AMINOFILIN INJEKSI 24 MG/ML -10 ML AMP 2.707 2.707 7 2.700
0107 AMINOFILIN TABLET 200 MG TAB 114.975 114.975 2.450 112.525
0109 AMITRIPTILIN HCL TABLET SALUT TAB 5.156 5.156 1.000 4.156
0111 AMOKSILIN KAPSUL 250 MG KAP 3.986 3.986 628 3.358
0110 AMOKSILIN SIRUP KERING 125 MG/ BTL 11.187 11.187 903 10.284
0112 AMPISILIN KAPLET 500 MG KAPL 29.344 29.344 - 29.344
0113 AMPISILIN SIRUP KERING 125 MG/5 ML BTL 287 287 - 287
54
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
Lampiran 10. Contoh Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Kecamatan Tebet Periode September 2011 (lanjutan)
0119 ANTIFUNGI DOEN KOMBINASI POT 120 120 9 111
0118 ANTIHEMOROID DOEN KOMBINASI SUP 894 894 240 654
0120 ANTIMIGRAIN DOEN KOMBINASI TAB 12.500 12.500 - 12.500
0121 ANTIPARKINSON DOEN TAB.KOMB. TAB - - - -
55
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIV
ii Universitas Indonesia
iv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Tingginya beban kerja dan keterbatasan ilmu yang dimiliki tenaga teknis
kefarmasian seringkali menjadi alasan pemberian obat yang tidak tepat di
puskesmas. Hal ini tentunya sangat merugikan pasien, baik dari segi biaya
maupun waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan. Apoteker sebagai bagian
dari tenaga kefarmasian harus mampu menganalisa kesesuaian penyakit yang
diderita dengan obat yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan uraian tersebut,
dilakukan analisis kesesuaian hasil rekapitulasi LB1 dengan LPLPO Puskesmas
se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan pada periode Juni 2011–Februari
2012 sebagai langkah pengawasan apabila terjadi kesalahan pengobatan
(medication error).
1.2 Tujuan
a. Mengetahui sepuluh kasus penyakit terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan
Tebet dan Mampang Prapatan berdasarkan hasil rekapitulasi data LB 1 masing-
masing kecamatan pada periode Juni 2011-Februari 2012.
b. Mengetahui sepuluh jenis obat dengan jumlah pemakaian terbanyak di
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan berdasarkan hasil
rekapitulasi data LPLPO masing-masing kecamatan pada periode Juni 2011-
Februari 2012.
c. Mengetahui hasil analisis kesesuaian rekapitulasi data LB1 dengan LPLPO
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan pada periode Juni
2011- Februari 2012.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Informasi yang dapat diperoleh dari LPLPO adalah jenis dan jumlah sisa
stok atau stok awal obat, jenis dan jumlah persediaan obat, perbandingan antara
jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan, perbandingan antara
pemakaian obat dengan resep, dan perbandingan antara jumlah persediaan dengan
jumlah pemakaian obat perbulan. Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO
ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat,
serta kegiatan pengendalian persediaan obat, khususnya di puskesmas. Fungsi
LPLPO antara lain sebagai berikut:
a. Laporan pemakaian obat bulanan,
b. Surat permintaan obat dari rumah sakit/ puskesmas,
c. Laporan jumlah kunjungan resep,
d. Dokumen bukti atau sumber informasi tentang pengeluaran obat,
e. Dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat dan perencanaan
kebutuhan obat di puskesmas,
f. Sebagai sarana monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat,
g. Sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan
h. Sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Puskesmas Kecamatan Tebet melayani kurang lebih 400 resep setiap harinya
dengan jam pelayanan 24 jam. Hal ini dikarenakan berlakunya sistem satu pintu
pada pendistribusian obat untuk semua poliklinik, termasuk pemakaian obat di
ruang UGD.
Berdasarkan Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1) Puskesmas se-
Kecamatan Tebet, diperoleh sepuluh kasus penyakit terbanyak pada periode Juni
2011 - Februari 2012. Secara berurutan dari yang terbesar adalah infeksi akut lain
pernafasan atas, penyakit lain pada saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan
jaringan periapikal, penyakit kulit alergi, penyakit pada sistem otot dan jaringan
pengikat, penyakit darah tinggi, diare (termasuk kolera), penyakit kulit infeksi,
ginggivitis dan penyakit periodental, dan penyakit mata lainnya. Data kesakitan
melaporkan bahwa infeksi akut lain pernafasan atas sebagai penyakit yang paling
banyak diderita penduduk wilayah Kecamatan Tebet dengan jumlah keluhan
kurang lebih sebanyak 2.436 setiap bulannya. Hasil rekapitulasi data secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 sedangkan grafik distribusi penyakit dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Universitas Indonesia
bayi dan balita (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Secara umum penyebab ISPA
adalah berbagai mikroorganisme, namun yang banyak terjadi diakibatkan oleh
virus dan bakteri (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai suatu
penyakit infeksi pada hidung, telinga, tenggorokan (faring), trakhea, bronkhioli
dan paru yang kurang dari dua minggu (14 hari). Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan berlangsungnya proses akut, meskipun beberapa proses penyakit
yang dapat digolongkan ISPA dapat berlangsung lebih lama (Wati, 2005; World
Health Organization, 2009). Penyakit ISPA ditandai dengan gejala batuk, sakit
tenggorokan, pilek, bersin, dan sulit bernapas. Gejala-gejala tersebut juga sering
disertai dengan demam dan rasa nyeri pada tubuh. Penatalaksanaan ISPA dapat
dihubungkan dengan data pemakaian obat terbanyak yang diperoleh dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas se-Kecamatan
Tebet untuk melihat secara garis besar kesesuaian antara kasus penyakit yang
terjadi dengan pengobatan yang diberikan.
Berdasarkan data LPLPO Puskesmas se-Kecamatan Tebet, diperoleh
sepuluh jenis obat dengan jumlah pemakaian terbanyak pada periode Juni 2011–
Februari 2012. Hasil rekapitulasi data secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 4 sedangkan grafik distribusi obat dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Distribusi 10 Jenis Obat yang Paling Banyak Dipakai di Puskesmas
se-Kecamatan Tebet Periode Juni 2011 – Februari 2012.
Universitas Indonesia
Secara berurutan dari yang terbesar adalah Parasetamol tablet 500 mg,
Klorfeniramin Maleat (CTM) tablet 4 mg, Amoksisilin kapsul 500 mg, Gliseril
Guayakolat tablet 100 mg, Vitamin B Kompleks tablet, Piridoksin HCl tablet 10
mg, Tablet Tambah Darah Kombinasi, Tablet Antasida DOEN Kombinasi,
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg, dan Asam Askorbat tablet 50 mg.
Obat dengan pemakaian terbanyak di puskesmas wilayah Kecamatan
Tebet selama bulan Juni 2011 – Februari 2012 adalah parasetamol tablet 500 mg
sebanyak 641.289 tablet dengan rata-rata pemakaian sebanyak 71.254 tablet setiap
bulannya. Parasetamol diindikasikan sebagai analgesik dan antipiretik (Wilmana
dan Gan, 2007). Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan ISPA yang seringkali
disertai gejala demam dan rasa nyeri pada tubuh. Selain untuk pengobatan ISPA,
dalam buku pedoman pengobatan puskesmas disebutkan bahwa parasetamol juga
diindikasikan untuk abses gigi, bronkhitis akut, filariasis, gangren pulpa,
influenza, varisella (cacar air), dan migrain (Departemen Kesehatan RI, 2007)
yang termasuk ke dalam sepuluh kasus penyakit terbanyak di Puskesmas Wilayah
Kecamatan Tebet pada periode Juni 2011-Februari 2012.
Berdasarkan data sepuluh obat dengan pemakaian terbanyak di Puskesmas
Wilayah Kecamatan Tebet selama bulan Juni 2011–Februari 2012, empat
diantaranya yaitu parasetamol, CTM, amoksisilin, dan gliseril guaiakolat
merupakan jenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati gejala ISPA. Selain
itu, vitamin B kompleks, piridoksin HCl (vitamin B6), dan asam askorbat (vitamin
C) biasa digunakan sebagai terapi pendukung ISPA, yakni untuk meningkatkan
daya tahan tubuh pasien dalam melawan penyebab infeksi. Umumnya, gejala
penyakit ISPA yang ditangani di puskesmas masih tergolong ringan. Jika penyakit
semakin memburuk, tenaga medis puskesmas akan merujuk pasien untuk
memeriksakan diri ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain dengan fasilitas yang
lebih lengkap.
Universitas Indonesia
Bangka. Jumlah rata-rata kunjungan pasien setiap bulan kurang lebih mencapai
10.548 kunjungan. Perbedaan jumlah puskesmas kelurahan yang dibawahi oleh
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan dengan Kecamatan Tebet
mempengaruhi perbedaan jumlah kunjungan dan pemakaian obat yang dapat
dilihat dari LB 1 dan LPLPO.
Berdasarkan LB 1 Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan,
diperoleh sepuluh kasus penyakit terbanyak pada periode Juni 2011-Februari
2012. Secara berurutan dari yang terbesar adalah infeksi akut lain pernafasan atas,
penyakit lain pada saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan jaringan periapikal,
penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, penyakit kulit alergi, diare
(termasuk kolera), penyakit darah tinggi, penyakit kulit infeksi, ginggivitis dan
penyakit periodental, serta gangguan gigi dan jaringan penyangga lain. Data
kesakitan melaporkan bahwa infeksi akut lain pernafasan atas sebagai penyakit
yang paling banyak diderita penduduk wilayah Kecamatan Mampang Prapatan
dengan jumlah keluhan kurang lebih sebanyak 1.875 setiap bulannya. Hasil
rekapitulasi data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3 sedangkan grafik
distribusi penyakit dapat dilihat pada Gambar 4.3.
pada periode Juni 201 -Februari 2012, terdapat perbedaan dalam pemilihan jenis
obat yang digunakan. Hal ini terlihat dari hasil rekapitulasi data penggunaan obat
yang diperoleh dari LPLPO Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan periode
Juni 2011–Februari 2012. Sepuluh jenis obat dengan jumlah pemakaian terbanyak
di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan secara berurutan dari yang
terbesar adalah Vitamin B Kompleks tablet, Parasetamol tablet 500 mg,
Klorfeniramin Maleat (CTM) tablet 4 mg, Amoksisilin kapsul 500 mg, Gliseril
Guayakolat tablet 100 mg, Vitamin B12 tablet 50 mcg, Asam Askorbat (Vitamin
C) tablet 50 mg, Thiamin HCl (Vitamin B1) tablet 50 mg, Piridoksin HCl tablet
10 mg, dan Tablet Antasida DOEN Kombinasi. Perbedaan ini dapat dipengaruhi
oleh tingkat keparahan penyakit, ketersediaan obat, pengetahuan dokter, dan
tingkat kesejahteraan penduduk sekitar. Hasil rekapitulasi data secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 5 sedangkan grafik distribusi obat dapat dilihat pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Distribusi 10 Jenis Obat yang Paling Banyak Dipakai di Puskesmas
se-Kecamatan Mampang Prapatan Periode Juni 2011 – Februari 2012.
Universitas Indonesia
66.067 tablet setiap bulannya. Vitamin B Kompleks yang terdiri dari vitamin B1,
B2, B3. B6, dan B12 biasa digunakan sebagai terapi penunjang yang diperlukan
untuk meningkatkan sistem imun tubuh dalam melawan penyebab infeksi
(Dewoto, 2007). Dalam buku pedoman pengobatan puskesmas disebutkan bahwa
vitamin B kompleks diindikasikan untuk penyakit hiperemesis gravidarum,
keilosis, dan sirosis hati (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Pada proses penyembuhan, vitamin diberikan dalam dosis yang lebih besar
dibanding dosis yang diperuntukkan untuk pencegahan. Namun demikian, jumlah
penggunaan vitamin di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan terlalu besar
bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan. Hal ini mungkin disebabkan adanya
kerusakan barang seperti kadaluarsa atau perubahan warna obat akibat terpajan
cahaya berlebihan yang mengharuskan adanya pemusnahan obat. Selain itu,
tingginya jumlah penggunaan vitamin di Puskesmas se-Kecamatan Mampang
Prapatan mungkin disebabkan adanya permintaan dari pasien sendiri. Terlihat
adanya lonjakan penggunaan vitamin pada bulan Agustus dan September 2011
khususnya vitamin B kompleks, dimana sebagian besar pasien melakukan ibadah
puasa sehingga memerlukan asupan vitamin untuk menjaga imunitas tubuhnya.
Berdasarkan data LB 1 dan LPLPO yang diperoleh dari Puskesmas se-
Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan, secara garis besar pemilihan obat yang
diberikan kepada pasien telah sesuai dengan kasus penyakit yang terjadi di
puskesmas. Namun untuk mengetahui kerasionalan pengobatan diperlukan
penelitian lebih lanjut, seperti analisa peresepan atau rekam medik pasien.
Perbedaan jumlah pemakaian obat pada masing-masing puskesmas kecamatan
dapat dipengaruhi oleh perbedaan tingkat keparahan penyakit yang terjadi di
setiap kecamatan, jenis obat yang dipilih dokter di wilayah tersebut, tingkat
kesejahteraan penduduk, dan banyaknya penduduk yang sakit di wilayah tersebut.
Kendala yang ditemui saat melakukan rekapitulasi LB 1 dan LPLPO
adalah keterlambatan pengiriman, baik di puskesmas tingkat kelurahan maupun di
puskesmas tingkat kecamatan. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan di
puskesmas tingkat kelurahan sehingga pengelolaan pelaporan obat sering kali
tertunda. Selain itu, pelaporan LPLPO di beberapa puskesmas masih dalam
bentuk hardcopy dan bukan dalam bentuk softcopy. Hal tersebut menjadi kendala
Universitas Indonesia
tersendiri bagi petugas Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
dalam proses rekapitulasi data LPLPO. Perlu adanya tindakan tegas dari Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan kepada puskesmas yang tidak
disiplin dalam menyerahkan LB 1 dan/atau LPLPO untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang lebih tinggi.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil rekapitulasi data Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB 1)
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan periode Juni 2011-
Februari 2012, diantara sepuluh kasus penyakit terbanyak terdapat sembilan
kasus yang sama, yaitu infeksi akut lain pernafasan atas, penyakit lain pada
saluran pernafasan atas, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, penyakit kulit
alergi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, penyakit darah tinggi,
diare (termasuk kolera), penyakit kulit infeksi, ginggivitis, dan penyakit
periodental. Penyakit yang berbeda adalah penyakit mata lainnya di
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan gangguan gigi dan jaringan penyangga
lain di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan.
b. Berdasarkan hasil rekapitulasi data Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang
Prapatan periode Juni 2011-Februari 2012, diantara sepuluh jenis obat dengan
jumlah pemakaian terbanyak terdapat delapan obat yang sama yaitu
Parasetamol tablet 500 mg, Klorfeniramin Maleat (CTM) tablet 4 mg,
Amoksisilin kapsul 500 mg, Gliseril Guayakolat tablet 100 mg, Vitamin B
Kompleks tablet, Piridoksin HCl tablet 10 mg, tablet Antasida DOEN
Kombinasi, dan Asam Askorbat (Vitamin C) tablet 50 mg. Dua obat yang
berbeda adalah tablet tambah darah kombinasi dan Kalsium Laktat (Kalk)
tablet 500 mg di Puskesmas se-Kecamatan Tebet, sedangkan Vitamin B12
tablet 50 mcg dan Thiamin HCl tablet 50 mg di Puskesmas se-Kecamatan
Mampang Prapatan.
c. Hasil analisis kesesuaian rekapitulasi data Laporan Bulanan Data Kesakitan
(LB1) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Puskesmas se-Kecamatan Tebet dan Mampang Prapatan periode Juni 2011–
Februari 2012 diketahui bahwa pemilihan obat yang digunakan telah sesuai
dengan kasus penyakit yang terjadi di puskesmas wilayah tersebut.
22 Universitas Indonesia
5.2 Saran
a. Data yang tercantum dalam LPLPO hendaknya disesuaikan dengan jumlah
fisik sediaan. Apabila terdapat kejadian luar biasa seperti obat kadaluarsa atau
pemberian hibah kepada puskesmas lain, hendaknya dicantumkan dalam
kolom keterangan sehingga kegiatan dokumentasi dapat berjalan dengan baik.
b. Perlunya tindakan tegas dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Selatan kepada puskesmas yang tidak disiplin dalam menyerahkan
LB 1 dan/atau LPLPO serta peningkatan pengawasan agar dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang
lebih tinggi dan.
c. Perlu adanya peningkatan jumlah tenaga farmasi di puskesmas tingkat
kelurahan agar pelaporan LB 1 dan LPLPO dapat berjalan efektif dan tepat
waktu.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Lampiran 2. Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan Tebet Jakarta Selatan Berdasarkan Laporan Bulanan Data
Kesakitan (LB1) pada Periode Juni 2011 – Februari 2012
Bulan
No. Nama Penyakit Jumlah
Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas 3239 3159 2419 2824 2948 467 2705 616 3548 21925
Peny. Lain pada Saluran Pernafasan
2 1390 1398 1114 1353 1126 783 1311 763 1050 10288
Atas
3 Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal 1126 1069 586 878 740 307 683 297 749 6435
4 Penyakit Kulit Alergi 895 751 578 776 700 325 724 353 894 5996
Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan
5 789 948 722 644 882 79 860 90 921 5935
Pengikat
6 Penyakit Darah Tinggi 648 869 633 735 697 159 716 149 834 5440
7 Diare (termasuk Kolera) 641 564 432 614 542 194 512 129 465 4093
8 Penyakit Kulit Infeksi 637 506 442 430 540 164 678 152 488 4037
9 Ginggivitis dan Peny. Periodental 472 510 254 466 485 173 481 131 375 3347
10 Peny. Mata Lainnya 522 403 248 320 351 344 344 175 321 3028
Total Kunjungan 29945 28990 20872 25961 25461 25747 25197 27024 26450 235647
28
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
29
Lampiran 3. Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Puskesmas se-Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Berdasarkan Laporan
Bulanan Data Kesakitan (LB1) pada Periode Juni 2011 – Februari 2012
Bulan
No. Nama Penyakit Jumlah
Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas 1994 2106 1908 1955 1881 1425 429 2659 2525 16882
Peny. Lain pada Saluran Pernafasan
2 387 368 303 327 728 4530 301 293 612 7849
Atas
3 Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal 266 374 172 344 427 321 184 292 417 2797
Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan
4 274 315 201 302 318 364 125 268 322 2489
Pengikat
5 Penyakit Kulit Alergi 301 330 219 219 318 316 107 290 307 2407
6 Diare (termasuk Kolera) 248 210 210 318 321 299 35 316 305 2262
7 Penyakit Darah Tinggi 200 206 178 159 239 178 44 241 228 1673
8 Penyakit Kulit Infeksi 178 201 161 179 185 166 59 182 269 1580
9 Ginggivitis dan Peny. Periodental 99 138 67 107 146 150 45 118 109 979
10 Gangguan Gigi dan Jar. Penyangga Lain 107 96 94 115 116 153 86 112 93 972
Total Kunjungan 10032 10141 8308 10154 10654 11093 10956 11360 12241 94939
29
Laporan praktek..., Sri Wulandah Fitriani, FMIPA UI, 2012
30
Lampiran 4. Sepuluh Jenis Obat dengan Jumlah Pemakaian Terbanyak di Puskesmas se-
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan pada Periode Juni 2011–Februari 2012
(Berdasarkan Hasil Rekapitulasi Data LPLPO)
Pemakaian
No Nama Obat Satuan Jumlah
Rata-Rata /Bulan
Pemakaian
No. Nama Obat Satuan Jumlah
Rata-Rata/ Bulan