Anda di halaman 1dari 87

UNIVERSITAS INDONESIA

PRAKTIK KERJA PROFESI DI DIREKTORAT


PENGAMANAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
PERIODE BULAN MARET TAHUN 2019

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

MELA MILANI
1406545056

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
2019
i
UNIVERSITAS INDONESIA

PRAKTIK KERJA PROFESI DI DIREKTORAT


PENGAMANAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
PERIODE BULAN MARET TAHUN 2019

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

MELA MILANI
1406545056

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
2019
ii Universitas Indonesia
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

laporan ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku di

Universitas Indonesia.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung

jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia

kepada saya.

Penyusun,

Mela Milani

iii Universitas Indonesia


PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Mela Milani

NPM : 1406545056

Tanda Tangan :

Tanggal : Juni 2019

iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan PKPA ini. Penulis sangat
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tentunya sulit
untuk menyelesaikan laporan PKPA ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
(1) Fauqi Elfarabi, S.Farm., Apt. selaku pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan
ini;
(2) Baitha Palanggatan Maggadani, M. Farm., Apt. selaku pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan laporan ini;
(3) Dekan Fakultas Farmasi dan Ketua Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia atas kesempatan dan dukungan yang diberikan untuk
mengikuti program studi ini;
(4) Pimpinan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan praktek kerja;
(5) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(6) Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Depok, 2019

Penulis

vi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. iii


PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
2.1 Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ..................... 4
2.2 Kedudukan Badan POM RI ............................................................................ 4
2.3 Visi, Misi, dan Tujuan Badan POM RI .......................................................... 4
2.4 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Badan POM RI ................................ 5
2.5 Struktur Organisasi Badan POM RI ............................................................... 7
2.6 Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) ...................................... 19
2.7 Strategi BPOM ............................................................................................. 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 22
3.1 Deputi Penindakan ........................................................................................ 22
3.2 Tujuan Deputi Penindakan ........................................................................... 22
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Deputi Penindakan ............................................... 22
3.4 Struktur Organisasi Deputi Penindakan ....................................................... 23
BAB 4 PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ............. 30
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ................................................... 30
4.2 Kegiatan ........................................................................................................ 30
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 34
5.1 Pengenalan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ......................... 30
5.2 Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat
Adiktif .......................................................................................................... 34
5.3 Subdirektorat Pengamanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
Kosmetik dan Pangan Olahan....................................................................... 35
5.4 Proses Bisnis Direktorat Pengamanan .......................................................... 37
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 38
6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 38
6.2 Saran ............................................................................................................. 38
DAFTAR ACUAN .................................................................................................... 39
LAMPIRAN ............................................................................................................ 41

vii Universitas Indonesia


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kegiatan PKPA di BPOM ......................................................................... 30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi BPOM .................................................................. 42


Lampiran 2. Tugas Khusus....................................................................................... 43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Deputi Penindakan.................................................. 23


Gambar 2. Struktur Organisasi Deputi Pengamanan ................................................ 26

viii Universitas Indonesia


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat dan makanan telah menjadi salah satu kebutuhan primer masyarakat.
Berkembang pesatnya perubahan dan kemajuan terutama di bidang teknologi pada
era globalisasi ini memicu perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat,
salah satunya terhadap obat dan makanan. Perkembangan teknologi informasi
mempermudah distribusi dan pemasaran obat dan makanan (Arief, Mansyur M,
Gultom E, 2005). Hal ini menyebabkan tingginya permintaan pasar (masyarakat)
terhadap obat dan makanan. Revolusi industri 4.0 menempatkan masyarakat untuk
memasuki era digital dimana setiap kegiatan produksi, distribusi, maupun pemasaran
yang dilakukan berbasis cyber. Perkembangan ini dapat dimanfaatkan dalam
penjualan produk obat dan makanan melalui daring, baik itu oleh apotek, toko obat,
atau perorangan (Setiawan W,2017).
Seiring dengan majunya teknologi, era globalisasi, dan revolusi industri 4.0
yang menyebabkan tingginya permintaan terhadap obat dan makanan, tantangan yang
diterima juga semakin besar. Pada era globalisasi dimana batas-batas informasi antar
negara sudah tidak ada lagi (borderless), obat dan makanan dapat dengan mudah
diperoleh sehingga meningkatkan peluang bagi pelaku tindak kejahatan dalam
produksi dan distribusi obat dan makanan. Pemenuhan terhadap permintaan obat dan
makanan harus diimbangi dengan pengawasan yang ketat agar masyarakat dapat
memperoleh obat dan makanan yang aman dan berkualitas (Arief, Mansyur M,
Gultom E, 2005)
Kemajuan teknologi informasi digital ini juga menuntut pemerintah untuk
menyesuaikan proses birokrasi terhadap perubahan yang ada. Paket kebijakan
ekonomi sebagai salah satu bentuk dari reformasi birokrasi menuntut adanya
percepatan birokrasi dan perizinan sehingga pengawasan pre market menjadi lebih
singkat. Hal ini berdampak pada pengawasan post market yang harus diperkuat

1 Universitas Indonesia
2

melalui optimalisasi pengawasan dari tiga pilar sistem pengawasan obat dan
makanan, antara lain masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha (Kepala BPOM,
2017).
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, era globalisasi, dan adanya
revolusi industri 4.0 yang menyebabkan borderless-nya batas antar negara, distribusi
dan pemasaran obat dan makanan lebih mudah, serta percepatan birokrasi dan
perizinan menjadi tantangan bagi pemerintah khususnya Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dalam melakukan pengawasan post market
terhadap obat dan makanan yang beredar. Maka dari itu, BPOM sendiri secara
kelembagaan diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 2017
tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan sehingga dibentuklah suatu deputi baru,
yaitu Deputi IV Bidang Penindakan. Deputi Penindakan memiliki salah satu
Direktorat yaitu Direktorat Pengamanan yang melakukan fungsi pengamanan dan
pencegahan kejahatan obat dan makanan. fungsi pengamanan dilakukan dengan
pengamanan terhadap kegiatan intelijen dan penyidikan dalam penindakan, sementara
fungsi pencegahan dilakukan dengan penyusunan kajian atau analisis data tren atau
potensi kejahatan obat dan makanan (Kepala BPOM, 2017).
Mengingat akan pentingnya hal tersebut, maka calon apoteker selain dibekali
dengan ilmu pengetahuan dan teori kefarmasian, calon apoteker juga perlu diberikan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
pemerintahan. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para calon apoteker untuk dapat
mengetahui tugas, fungsi, serta ruang lingkup kegiatan dari Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Badan Pengawasan Obat dan
Makanan RI bagi mahasiswa program profesi apoteker diantaranya:
Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker bertujuan untuk:

Universitas Indonesia
3

a. Memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di instansi


pemerintahan, khususnya Badan POM.
b. Mendapatkan pengetahuan tentang tupoksi dan struktur organisasi Badan
POM.
c. Memahami peran dan struktur organisasi Direktorat Pengamanan.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1 Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


Pengawasan terhadap obat dan makanan di Indonesia telah dilakukan sejak
lama. Terjadi perubahan nama dan institusi pemerintahan yang menaunginya hingga
pada tahun 2000, dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, pengawasan terhadap obat dan
makanan resmi dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Peraturan tersebut kemudian dinyatakan tidak berlaku setelah Keputusan Presiden
Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen diterbitkan.
Selanjutnya terbit 8 Peraturan Presiden yang mengubah dan memperbarui Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Tahun 2017, terbit Peraturan Presiden Nomor 80
Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan yang secara resmi mencabut
dan menyatakan tidak berlaku Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 beserta
dengan Peraturan Presiden sebelumnya yang mengubah Keputusan Presiden tersebut
yang mengatur tentang BPOM.

2.2 Kedudukan Badan POM RI


Berdasarkan pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017, BPOM
merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang bergerak di bidang
pengawasan Obat dan Makanan. BPOM dipimpin oleh Kepala Badan dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Kesehatan.

2.3 Visi, Misi, dan Tujuan Badan POM RI


BPOM memiliki visi “Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”, dengan 3 misi, yaitu:
4 Universitas Indonesia
5

a. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk


melindungi masyarakat;
b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan
Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku
kepentingan;
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

2.4 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Badan POM RI


2.4.1 Tugas Pokok Badan POM RI
BPOM mengemban tugas untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, di mana Obat dan Makanan yang dimaksud adalah terdiri dari
obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan, sesuai dengan yang tertera pada
pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017.

2.4.2 Fungsi Badan POM RI


Dalam melaksanakan tugasnya, pada pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 80
Tahun 2017, BPOM melaksanakan fungsi sebagai berikut.
a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan;
c. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengawasan sebelum beredar (pre-marketing) dan pengawasan selama beredar
(post-marketing);
d. Pelaksanaan pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar;
e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan obat dan
makanan;
g. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
Universitas Indonesia
6

h. Koordinasi pelaksanaan tugas,pembinaan, dan pemberian dukungan


administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
i. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BPOM;
j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
k. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.

Pengawasan Sebelum Beredar merupakan tindakan pencegahan untuk


menjamin Obat dan Makanan yang beredar memenuhi standard dan persyaratan
keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan. Sedangkan
Pengawasan Selama Beredar merupakan tindakan untuk memastikan Obat dan
Makanan yang beredar memenuhi standard dan persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.

2.4.3 Kewenangan Badan POM RI


Berdasarkan pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017, dalam
melaksanakan tugasnya, BPOM memiliki kewenangan sebagai berikut.
a. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan obat dan makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Universitas Indonesia
7

2.5 Struktur Organisasi Badan POM RI


Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, struktur organisasi
BPOM terdiri atas Kepala; Sekretariat Utama; Inspektorat Utama; Deputi Bidang
Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif (Deputi I);
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik
(Deputi II); Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan (Deputi III); Deputi Bidang
Penindakan (Deputi IV); Pusat; dan Unit Pelaksana Teknis.

2.5.1 Kepala Badan POM


Dalam Pasal 6 Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Kepala
BPOM bertugas untuk memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas,
fungsi, dan kewenangan BPOM. Kepala BPOM adalah Ibu Dr. Ir. Penny Kusumastuti
Lukito, MCP yang resmi menjabat sejak 20 Juli 2016.

2.5.2 Inspektor Utama


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Inspektorat
Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala untuk
menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan BPOM. Fungsi yang dijalankan
oleh Inspektorat Utama adalah menyusun kebijakan teknis pengawasan intern;
melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan serta pengawasan
untuk tujuan tertentu atas penugasan Kepala; menyusun laporan hasil pengawasan;
dan melaksanakan administrasi Inspektorat Utama. Inspektorat Utama dipimpin oleh
Inspektur Utama, yaitu Ibu Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si. yang resmi menjabat sejak
9 Februari 2018. Inspektorat Utama membawahi:
2.5.2.1. Inspektorat I
Inspektorat I yang bertugas dalam pengawasan intern dan penyusunan laporan
hasil pengawasan di lingkup Deputi I, Sekretariat Utama, Pusat, Inspektorat II, dan
UPT BPOM di Provinsi Aceh, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa

Universitas Indonesia
8

Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, NTB,


NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan.
2.5.2.2 Inspektorat II
Inspektorat II yang bertugas dalam pengawasan intern dan penyusunan
laporan hasil pengawasan di lingkup Deputi II, Deputi III, Deputi IV, Inspektorat I,
dan UPT BPOM di Provinsi Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara, Papua, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.

2.5.3 Sekretaris Utama


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Sekretaris
Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala dengan tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPOM.
Sekretaris Utama menjalankan fungsi sebagai berikut:
a. Koordinasi kegiatan BPOM;
b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran di lingkungan
BPOM;
c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi;
d. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

Universitas Indonesia
9

Sekretaris Utama membawahi Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Hukum


dan Organisasi, Biro Kerja Sama, Biro Umum dan Sumber Daya Manusia, serta Biro
Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan. Sekretariat Utama
dipimpin oleh Sekretaris Utama, yaitu Ibu Dra. Elin Herlina, Apt., MP. yang resmi
menjabat sejak 9 Februari 2018.

2.5.3.1 Biro Perencanaan dan Keuangan


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, disebutkan bahwa
Biro Perencanaan dan Keuangan bertugas melaksanakan koordinasi perencanaan,
penyusunan anggaran, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja, dan pengelolaan
keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dengan fungsi
yang dijalankan adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana strategis dan rencana tahunan;
b. Penyiapan koordinasi dan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
negara;
c. Penyiapan koordinasi monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja;
d. Penyiapan koordinasi dan pengelolaan tata laksana keuangan,
perbendaharaan, akuntansi, dan pelaporan keuangan; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

2.5.3.2 Biro Hukum dan Organisasi


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, disebutkan bahwa
Biro Hukum dan Organisasi bertugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan
peraturan perundang-undangan, pelaksanaan advokasi hukum, serta pembinaan dan
penataan organisasi dan tata laksana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dengan fungsi yang dijalankan adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta
rumusan perjanjian;
b. Penyiapan koordinasi dan penyusunan dokumentasi, analisis, dan evaluasi
hukum;

Universitas Indonesia
10

c. Pelaksanaan advokasi hukum;


d. Penataan organisasi dan tata laksana;
e. Fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

2.5.3.3 Biro Kerja Sama


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, disebutkan bahwa
Biro Kerja Sama bertugas melaksanakan pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kerja sama dalam dan luar negeri di bidang pengawasan Obat dan
Makanan. Dengan fungsi yang dijalankan adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama dalam negeri dan kerja sama
luar negeri di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
b. Penyiapan koordinasi dan fasilitasi hubungan kerja sama dalam negeri dan
kerja sama luar negeri di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
c. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

2.5.3.4 Biro Umum dan Sumber Daya Manusia


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, disebutkan bahwa
Biro Umum dan Sumber Daya Manusia bertugas melaksanakan koordinasi
pengelolaan Barang Milik Negara, kerumahtanggaan, perencanaan dan pengelolaan
karier dan kinerja sumber daya manusia, dan urusan persuratan dan kearsipan.
Dengan fungsi yang dijalankan adalah sebagai berikut.
a. Pengelolaan Barang Milik Negara dan layanan pengadaa barang/jasa;
b. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan
c. Perencanaan dan pengelolaan karier sumber daya manusia;
d. Pengelolaan kinerja sumber daya manusia; dan
e. Pengelolaan persuratan dan kearsipan.

2.5.3.5 Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, disebutkan bahwa
Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan bertugas

Universitas Indonesia
11

melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, komunikasi, publikasi, pengaduan


masyarakat, koordinasi dan pemberian dukungan strategis kepada pimpinan,
keprotokolan, dan urusan kesekretariatan pimpinan. Dengan fungsi yang dijalankan
adalah sebagai berikut.
a. Pengelolaan hubungan masyarakat, komunikasi, dan publikasi;
b. Pengelolaan pengaduan masyarakat;
c. Pengelolaan informasi dan dokumentasi di bidang pengawasan obat dan
makanan;
d. Penyiapan koordinasi dan pemberian dukungan strategis kepada pimpinan;
dan
e. Pelaksanaan urusan protokol dan kesekretariatan pimpinan.

2.5.4 Deputi I Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat
Adiktif

Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Deputi I berada di


bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPOM. Deputi I dipimpin oleh Ibu
Dra. Nurma Hidayati, Apt., M. Epid. yang resmi menjabat sejak Mei 2017. Deputi I
bertugas menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengawasan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
Fungsi yang dilaksanakan oleh Deputi I meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi, dan pengawasan distribusi di bidang Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar, yaitu sebagai berikut.
a. Penyusunan kebijakan;
b. Pelaksanaan kebijakan;
c. Penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

Universitas Indonesia
12

2.5.5 Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan


Kosmetik

Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Deputi II berada di


bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPOM. Deputi II bertugas
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
obat tradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan. Fungsi yang dilaksanakan oleh
Deputi II meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi, dan pengawasan
distribusi di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar,
yaitu sebagai berikut.
a. Penyusunan kebijakan;
b. Pelaksanaan kebijakan;
c. Penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan


Kosmetik memiliki empat direktorat, antara lain :

2.5.5.1 Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan


Kosmetik

Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat


Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik memiliki tugas
dan fungsi yang sama dengan Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Zat Adiktif. Perbedaannya adalah fokus dari Direktorat ini adalah pada
bidang standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.

2.5.5.2 Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik

Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat Registrasi


Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik memiliki tugas dan fungsi
yang sama dengan Direktorat Registrasi Obat. Perbedaannya adalah fokus dari
Universitas Indonesia
13

Direktorat ini adalah di bidang registrasi produk dan iklan obat tradisional dan
suplemen kesehatan, registrasi kosmetik, serta penilaian uji pra klinik/klinik obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan dokumen informasi produk kosmetik

2.5.5.3 Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan

Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat Pengawasan


Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan bertugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan
obat tradisional dan suplemen kesehatan. Fungsi yang dilaksanakan di bidang
pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi, promosi,
keamanan, dan mutu obat tradisional dan suplemen kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan penyusunan kebijakan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, serta kriteria;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi;
e. Pelaksanaan inspeksi dan penilaian sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi obat tradisional dan suplemen kesehatan;
f. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi
obat tradisional dan suplemen kesehatan;
g. Pelaksanaan pengawasan informasi dan promosi obat tradisional dan
suplemen kesehatan;
h. Pelaksanaan surveilan obat tradisional dan suplemen kesehatan;
i. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
j. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat

2.5.5.4Direktorat Pengawasan Kosmetik


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Pengawasan Kosmetik memiliki tugas dan fungsi yang sama dengan Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan. Perbedaannya adalah fokus

Universitas Indonesia
14

dari Direktorat ini adalah pada bidang pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi, informasi, promosi, keamanan, dan mutu kosmetik.

2.5.6 Deputi III Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Deputi III berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPOM. Deputi III dipimpin oleh
Bapak Dra. Suratmono, MP. yang resmi menjabat sejak 2004. Deputi III bertugas
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
pangan olahan. Fungsi yang dilaksanakan oleh Deputi III meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi, dan pengawasan distribusi di bidang Pengawasan
Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar, yaitu sebagai berikut.
a. Penyusunan kebijakan;
b. Pelaksanaan kebijakan;
c. Penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

2.5.6.1 Direktorat Standardisasi Pangan Olahan


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Standardisasi Pangan Olahan memiliki tugas dan fungsi yang sama dengan Direktorat
Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif.
Perbedaannya adalah fokus dari Direktorat ini adalah pada bidang standardisasi mutu
pangan olahan, pangan olahan tertentu, dan keamanan pangan.

2.5.6.2 Direktorat Registrasi Pangan Olahan


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat Registrasi
Pangan Olahan memiliki tugas dan fungsi yang sama dengan Direktorat Registrasi
Obat. Perbedaannya adalah fokus dari Direktorat ini adalah pada bidang registrasi
pangan olahan risiko tinggi, pangan olahan risiko sedang, pangan olahan risiko
rendah, dan bahan tambahan pangan.

Universitas Indonesia
15

2.5.6.3 Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang memiliki tugas yang sama dengan
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan. Perbedaannya
adalah fokus dari Direktorat ini adalah pada bidang pengawasan pangan risiko rendah
dan sedang. Fungsi yang dijalankan dalam bidang inspeksi pangan risiko rendah,
risiko sedang, bahan tambahan pangan, ekspor impor, dan iklan pangan adalah
sebagai berikut.
a. Penyiapan penyusunan kebijakan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi;
e. Pelaksanaan inspeksi dan penilaian sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi pangan risiko rendah dan sedang;
f. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi pangan risiko rendah dan sedang;
g. Pelaksanaan surveilan pangan risiko rendah dan sedang;
h. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
i. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

2.5.6.4 Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru memiliki tugas dan fungsi
yang sama dengan Direktorat Pangan Risiko Rendah dan Sedang. Perbedaannya
adalah fokus dari Direktorat ini adalah pada bidang pengawasan pangan risiko tinggi
dan teknologi baru. Fungsi yang dijalankan adalah dalam bidang inspeksi pangan
olahan tertentu, pangan steril komersial, dan pangan teknologi baru.

2.5.6.5 Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha bertugas melaksanakan penyusunan
Universitas Indonesia
16

dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria,


pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha di bidang pangan olahan. Fungsi yang
dijalankan adalah pada bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan
pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan.

2.5.7 Deputi IV Bidang Penindakan


Dalam Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Deputi IV berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPOM. Deputi IV bertugas
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penindakan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan. Fungsi yang dilaksanakan oleh Deputi IV meliputi cegah tangkal,
intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang pengawasan Obat dan
Makanan, yaitu sebagai berikut.
a. Penyusunan kebijakan penindakan;
b. Pelaksanaan kebijakan penindakan;
c. Penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria penindakan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penindakan; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

2.5.7.1 Direktorat Pengamanan


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Pengamanan bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengamanan dan pencegahan tindak
pidana Obat dan Makanan. Fungsi dilaksanakan dalam bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan penyusunan kebijakan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan;

Universitas Indonesia
17

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;


d. Pelaksanaan pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat dan makanan;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

2.5.7.2 Direktorat Intelijen Obat dan Makanan


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Intelijen Obat dan Makanan bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang intelijen Obat dan Makanan. Fungsi dilaksanakan dalam bidang
intelijen obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan penyusunan kebijakan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
d. Pelaksanaan intelijen di bidang obat dan makanan;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

2.5.7.3 Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Direktorat
Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi
dan pelaporan di bidang penyidikan Obat dan Makanan. Fungsi dilaksanakan dalam
bidang penyidikan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan adalah sebagai berikut.
a. Penyiapan penyusunan kebijakan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
d. Pelaksanaan penyidikan di bidang obat dan makanan;
e. Pelaksanaan pengelolaan barang bukti;
Universitas Indonesia
18

f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan


g. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

2.5.8 Pusat Data dan Informasi Obat & Makanan


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Pusat Data dan
Informasi Obat dan Makanan bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan data dan
informasi Obat dan Makanan, dengan fungsi yang dijalankan adalah dalam bidang
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, sistem informasi, dan tata kelola
data dan informasi serta pelaksanaan administrasi Pusat.

2.5.8.1 Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengawasan Obat & Makanan
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Pusat
Pengembangan SDM Pengawasan Obat dan Makanan bertugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pengembangan SDM pengawasan Obat dan Makanan, dengan fungsi yang
dijalankan adalah dalam bidang standardisasi dan penilaian kompetensi, perencanaan,
dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM serta pelaksanaan administrasi
Pusat.
2.5.8.2 Pusat Pengembangan Pengujian Obat & Makanan Nasional
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Pusat
Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional bertugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pengembangan pengujian Obat dan Makanan, dengan fungsi yang dijalankan
adalah dalam bidang pengembangan pengujian kimia obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, pangan dan air,
serta mikrobiologi, biologi molekuler, dan baku pembanding. Fungsi yang dijalankan
juga ditambah dengan pelaksanaan urusan administrasi Pusat.

Universitas Indonesia
19

2.5.8.3 Pusat Riset dan Kajian Obat & Makanan


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 26 Tahun 2017, Pusat Riset dan
Kajian Obat dan Makanan bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang riset dan kajian Obat dan
Makanan, dengan fungsi yang dijalankan adalah dalam bidang riset dan kajian obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan, serta pelaksanaan administrasi Pusat.

2.5.9 Unit Pelaksana Teknis


Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Unit Pelaksana Teknis berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala BPOM, yang dibina secara teknis oleh Deputi dan secara administratif
oleh Sekretaris Utama. Unit Pelaksana Teknis bertugas untuk melaksanakan
kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas
produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,
produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.
Unit Pelaksana Teknis terdiri dari Balai Besar POM dan Balai POM.

2.6 Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM)


2.6.1 Prinsip Dasar SisPOM
Dalam menjalankan tugasnya, BPOM berpegang pada prinsip dasar Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang terdiri dari:
a. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional.
b. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti
ilmiah.
c. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses.
d. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.
e. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

Universitas Indonesia
20

f. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang


berkolaborasi dengan jaringan global
g. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.

2.6.2 Kerangka Konsep SisPOM


Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan yang
beredar di Indonesia, BPOM menganut kerangka konsep SISPOM, di mana
pengawasan dilakukan oleh produsen, konsumen, dan pemerintah sehingga tercipta
sistem pengawasan yang menyeluruh. Produsen bertugas melaksanakan Good
Manufacturing Practices (GMP) sehingga meminimalisir penyimpangan mutu serta
bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkan. Konsumen
bertugas untuk bertindak hati-hati dalam memilih produk Obat dan Makanan yang
akan dikonsumsi melalui peningkatan kesadaran dan pengetahuan terkait kualitas
produk dan cara penggunaan produk yang rasional, serta melaporkan ke BPOM bila
menemukan produk yang tidak aman dan tidak berkualitas. Pemerintah bertugas
untuk membuat peraturan dan standardisasi; menilai keamanan, khasiat, dan mutu
produk sebelum diizinkan beredar; melakukan inspeksi, pengambilan sampel, dan
pengujian laboratorium produk yang beredar; serta pemberian sanksi untuk setiap
pelanggaran yang terjadi.

2.7 Strategi BPOM


BPOM menjalankan 2 strategi, yaitu strategi eksternal dan strategi internal.
Strategi eksternal yang dilaksanakan adalah penguatan kemitraan dengan lintas sektor
terkait pengawasan Obat dan Makanan serta peningkatan pembinaan dan bimbingan
melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di
bidang Obat dan Makanan. Strategi internal yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut.
a. Penguatan regulatory system pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
b. Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja individu
atau pegawai;

Universitas Indonesia
21

c. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan
untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
d. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah
secara lebih proporsional dan akuntabel;
e. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam
mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Deputi Penindakan


Deputi Bidang Penindakan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala. Deputi Bidang Penindakan dipimpin oleh Deputi. Deputi Penindakan terdiri
dari Direktorat Pengamanan, Direktorat Intelijen Obat dan Makanan, Direktorat
Penyidikan Obat dan Makanan.

3.2 Tujuan Deputi Penindakan


Bidang Penindakan BPOM RI yang mencakup tiga strategi simultan, yaitu
prediksi dan pencegahan, deteksi, serta respons. Prediksi dan pencegahan
menjalankan fungsi analisis terhadap tren/data intelijen, kajian risiko kejahatan,
analisa potensi kejahatan, dampak kejahatan, analisis situasi global, serta monitoring
pelaksanaan penegakan hukum.

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Deputi Penindakan


Deputi Bidang Penindakan mempunyai tugas menyelenggarakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Dalam menjalani fungsinya, Deputi Penindakan melakukan:
a. Penyusunan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen, dan
penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen, dan
penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penindakan meliputi cegah
tangkal, intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
22 Universitas Indonesia
23

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penindakan meliputi cegah tangkal,


intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.

3.4 Struktur Organisasi Deputi Penindakan

Gambar 3.1 Struktur organisasi deputi penindakan

3.4.1 Direktorat Pengamanan


Tingginya ancaman kejahatan makanan dan obat di Indonesia. Salah satu
kasus mengenai peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia. Jumlah
pengedaran dan pemakai narkotika di Indonesia tercatat sangat tinggi yang
menjadikan Indonesia sebagai sasaran peredaran gelap narkotika dan obat-obatan
terlarang. Indonesia sebagai negara berkembang di Asia Tenggara, menjadi salah satu
negara tujuan jalur perdagangan narkotika internasional karena luas dan letak wilayah
yang strategis membuat negara Indonesia dijadikan tempat pengedaran narkoba.
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang secara ilegal menurut laporan
Badan Narkotika Nasional (BNN) dari tahun 2003-2013 penyalahgunaan narkoba di
Indonesia semakin meningkat, pada tahun 2003 terjadi 3.929 kasus, tahun 2004
menjadi 3.874, tahun 2005 menjadi 8.171 kasus, tahun 2006 menjadi 9.422, 36 tahun
2007 menjadi 11.380, tahun 2008 menjadi 10.006 kasus ,29 Tahun 2009 menjadi
11.135, tahun 2010 menjadi 17834, tahun 2011 menjadi 19.045, tahun 2012 menjadi
18.977, tahun 2013 menjadi 21.119 (BNN, 2015).
Selain itu, penggunaan internet yang meluas dapat mempengaruhi beberapa
aspek kehidupan. Salah satunya yaitu berkembangnya penjualan produk yang
Universitas Indonesia
24

dibutuhkan oleh konsumen melalui internet. Bahkan melalui internet memungkinkan


seseorang untuk membeli obat resep. Pembelian obat melalui internet dapat dilakukan
melalui apotek online (Montoya & Jano, 2007).
Kejahatan di bidang obat dan makanan sangat merugikan keuangan negara
akibat hilangnya potensi pemasukan negara dari pajak, bea masuk serta menekan
daya saing dunia usaha. Selain itu kejahatan bidang obat dan makanan mengancam
keamanan dan ketertiban masyarakat serta dapat mengancam ketahanan bangsa bila
tidak dilakukan langkah antisipasi.
Berdasarkan permasalahan diatas, dikeluarkanlah peraturan pemerintah Inpres
No 3/2017 Tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan, Perpres
No 80/2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan BPOM No
26/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM. Langkah BPOM RI dalam
menangani kasus kejahatan makanan dan obat yang terus meningkat dengan
melakukan restrukturisasi organisasi dengan merekrut tiga direktur di Kedeputian
Bidang Penindakan. Salah satunya adalah Direktorat Pengamanan untuk percepatan
penanganan kasus kejahatan obat dan makanan.
3.4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Pengamanan
Tugas pokok Direktorat Pengamanan yaitu melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengamanan
dan pencegahan tindak pidana Obat dan Makanan.
Fungsi Direktorat Pengamanan adalah :
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengamanan dan pencegahan
tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat aktif adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengamanan dan pencegahan
tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat aktif adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengamanan dan pencegahan, tindak pidana obat, anrkotika, psikotropika,
Universitas Indonesia
25

prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan


pangan olahan
d. Pelaksanaan pengamanan dan pencegahn tindak pidana obat dan makanan
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif,
obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan pangan olahan
f. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat

3.4.1.2 Struktur Organisasi Direktorat Pengamanan


Direktorat Pengamanan terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat
Adiktif;
b. Subdirektorat Pengamanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik,
dan Pangan Olahan;
c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Universitas Indonesia
26

Direktur
Pengamanan

Kepala Subdirektorat Kepala Subdirektorat


Pengamanan Obat dan Pengamanan OT, SK, Kosmetik
NAPPZA dan Pangan Olahan

Kepala Seksi Kepala Seksi


Pengamanan Obat
Pengamanan Obat
Tradisional dan
Suplemen
Kesehatan

Kepala Seksi Kepala Seksi


Pengamanan Pengamanan
NAPPZA Kosmetik

Kepala Seksi
Kepala Seksi Tata Pengamanan
Operasional Kelompok Pangan Olahan
Jabatan
Fungsional

Gambar 3.2 Struktur organisasi Direktorat Pengamanan


3.4.1.3 Aktivitas Direktorat Pengamanan
Direktorat Pengamanan melaksanakan fungsi pengamanan dan pencegahan
kejahatan obat dan makanan melalui beberapa kegiatan, diantaranya penyusunan
kajian dan analisis tren dan potensi kejahatan, penggalangan stakeholders dalam
rangka pencegahan kejahatan obat dan makanan, penyusunan peta rawan kasus
kejahatan obat dan makanan di seluruh Indonesia, serta melakukan upaya
pengamanan terhadap kegiatan intelijen dan penyidikan obat dan makanan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengamanan yang
disajikan dalam pemberian materi pengantar PKPA adalah penyusunan peta rawan
kasus kejahatan obat di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan peran Badan POM RI
terhadap perlindungan kepada masyarakat khususnya dari perdaran obat ilegal
diperlukan intensifikasi pengawasan. Dalam hal ini, untuk menindaklanjuti temuan
Universitas Indonesia
27

gudang produksi, penyimpanan dan distribusi obat ilegal di Komplek Pergudangan


Surya Balaraja, maka Kepala Badan POM memberikan instruksi dengan No.
HK.05.01.1.3.09.16.3475 tentang Pemberantasan Peredaran Obat Ilegal kepada Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia untuk melakukan pemetaan dan penelusuran
terhadap peredaran produk ilegal di wiayah kerja masing-masing. Berdasarkan
instruksi Kepala Badan POM RI tersebut, Pusat Penyidikan Obat dan Makanan telah
melakukan inisiasi untuk membuat peta rawan kasus obat dan makanan ilegal kepada
17 (tujuh belas) Balai Besar/Balai POM, antara lain Balai Besar POM di Mataram,
Balai POM di Kupang, Balai Besar POM di Jayapura, Balai Besar POM di Bandar
Lampung, Balai Besar POM di Palembang, Balai Besar POM di Semarang, Balai
POM di Jambi, Balai Besar POM Samarinda, Balai Besar POM Bandung, Balai POM
Ambon, Balai Besar POM di Jakarta, Balai POM di Serang, Balai POM di Bengkulu,
Balai Besar POM di Banda Aceh, Balai POM di Palangkaraya, Balai Besar POM di
Manado, dan Balai POM di Sofifi. berdasarkan data laporan kemajuan penyidikan
serta laporan investigasi awal dari masing-masing Balai Besar/Balai POM tersebut
untuk kemudian dilakukan konfirmasi dan verifikasi dengan Balai Besar/Balai POM
terkait (BPOM RI, 2017).
Pada tahun 2018, Direktorat Pengamanan melakukan pemetaan kasus dan
potensi rawan kasus obat dan makanan pada 33 wilayah provinsi di Indonesia.
Penyusunan peta rawan kasus tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi
kasus kejahatan obat dan makanan yang terjadi di seluruh provinsi di Indonesia.
Selain itu, penyusunan peta rawan kasus juga bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi wilayah sumber obat dan makanan ilegal, wilayah peredarannya,
dan modus operandi baik produksi maupun distribusi obat dan makanan ilegal. Peta
rawan kasus diharapkan dapat membuat pemberantasan obat dan makanan ilegal oleh
Balai Besar dan Balai POM lebih terarah, serta sebagai informasi bagi Deputi, Balai
Besar dan Balai POM untuk melakukan operasi penindakan obat dan makanan ilegal.

Universitas Indonesia
28

3.4.1 Direktorat Intelijen Obat dan Makanan


3.4.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Intelijen Obat dan Makanan
Tugas pokok yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
intelijen Obat dan Makanan.
Fungsi Direktorat Intelijen Obat dan Makanan yaitu:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang intelijen obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang intelijen obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
intelijen obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat radisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
d. Pelaksanaan intelijen di bidang obat dan makanan;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang intelijen obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

3.4.2.2 Struktur Organisasi Direktorat Intelijen Obat dan Makanan


a. Subdirektorat Intelijen Obat, Narkotika, Psikotropika,Prekursor, dan Zat
Adiktif;
b. Subdirektorat Intelijen Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan
b. Pangan Olahan; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.

Universitas Indonesia
29

2.4.3 Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan


2.4.3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan
Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
kriteria, serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyidikan Obat dan Makanan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 346,
Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penyidikan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyidikan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyidikan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
d. Pelaksanaan penyidikan di bidang obat dan makanan;
e. Pelaksanaan pengelolaan barang bukti;
f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyidikan obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

2.4.3.2 Struktur Organisasi Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan


a. Subdirektorat Penyidikan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat
Adiktif;
b. Subdirektorat Penyidikan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik,
dan Pangan Olahan;
c. Subdirektorat Barang Bukti; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu mulai
tanggal 11 Maret 2019 sampai dengan 28 Maret 2019 di Direktorat Pengamanan
BPOM RI
4.2 Kegiatan
Seluruh kegiatan yang dilakukan selama Praktik Kerja Profesi di Direktorat
Pengamanan BPOM RI, termasuk pelaksanaan tugas khusus dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Kegiatan PKPA di BPOM
Hari Tanggal Uraian Kegiatan
Senin 11 Maret 2019 - Pretest
- Kuliah umum:
1. Kuliah Umum PKPA Maret 2019
2. Direktorat Standardisasi Obat
Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik
3. Biro Hubungan Masyarakat dan
Dukungan Strategis Pimpinan
(HDSP)
4. Direktorat Intelijen Obat dan
Makanan
5. Direktorat Registrasi Obat
6. Direktorat Pengawasan Produksi
Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor

30 Universitas Indonesia
31

7. Direktorat Pengawasan Distribusi dan


Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor
8. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko
Rendah dan Sedang
Selasa 12 Maret 2019 Kuliah umum:
1. Direktorat Pengawasan Keamanan,
Mutu dan Ekspor Impor Obat,
Narkotika, Psikotropika,
Prekursor,dan Zat Aktif
2. Direktorat Registrasi Obat
Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik
3. Direktorat Pengawasan Obat
Tradisional dan Suplemen Kesehatan
4. Direktorat Pengawasan Kosmetik
5. Direktorat Standardisasi Obat,
Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif (NAPZA)
6. Direktorat Standardisasi Pangan
Olahan
7. Pusat Pengembangan Pengujian Obat
dan Makanan Nasional (PPPOMN)
BPOM
8. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko
Tinggi dan Teknologi Baru
Rabu 13 Maret 2019 Kuliah umum:
1. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat
dan Pelaku Usaha (PMPU)

Universitas Indonesia
32

2. Direktorat Pengamanan
3. Direktorat Penyidikan
4. Direktorat Registrasi Pangan Olahan
5. Pusat Riset dan Kajian Obat dan
Makanan
Kamis 14 Maret 2019 1. Pelaksanaan kegiatan PKPA di
Direktorat Pengamanan BPOM
(Gedung F)
2. Pengenalan mengenai Direktorat
Pengamanan (kegiatan, kepala
subdirektorat dan seksi, staff dan
karyawan)
3. Rekapitulasi laporan investigasi awal
seluruh balai besar dan balai POM
Jumat 15 Maret 2019 1. Rekapitulasi laporan investigasi awal
seluruh balai besar dan balai POM
Senin 18 Maret 2019 1. Rekapitulasi laporan investigasi awal
seluruh balai besar dan balai POM
2. Pemberian tugas khusus
kajian/analisis tren penjualan obat
ilegal dan obat yang sering
disalahgunakan melalui daring
Selasa 19 Maret 2019 1. Melakukan patroli siber terkait tugas
khusus Pengerjaan laporan PKPA
Rabu 20 Maret 2019 1. Melakukan patroli siber terkait tugas
khusus
Kamis 21 Maret 2019 1. Melakukan analisis data terkait hasil
patroli siber
Jumat 22 Maret 2019 1. Melakukan analisis data terkait hasil

Universitas Indonesia
33

patroli siber
2. Diskusi dengan pembimbin terkahit
tugas khusus
3. Penyusunan presentasi dan laporan
akhir
Senin 25 Maret 2019 1. Presentasi laporan akhir dan tugas
khusus
2. Revisi presentasi dan laporan akhir
Selasa 26 Maret 2019 1. Melengkapi laporan akhir
Rabu 27 Maret 2019 1. Presentasi Peserta PKPA
Kamis 28 Maret 2019 1. Presentasi Peserta PKPA

Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengenalan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


Di hari pertama hingga hari ketiga, diberikan pengenalan dan penjelasan
struktur organisasi BPOM serta tugas pokok dan fungsi dari masing-masing
Direktorat yang ada di BPOM agar peserta PKPA dapat mengetahui dan mengenal
Direktorat-direktorat yang ada di BPOM.

5.2 Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor


dan Zat Adiktif

Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat


Adiktif mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif;
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif;
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif;

34 Universitas Indonesia
35

d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengamanan dan


pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif;
e. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat


Adiktif terdiri atas:
5.2.1 Seksi Pengamanan Obat
Seksi Pengamanan Obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
kriteria, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat.
5.2.2 Seksi Pengamanan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
Seksi Pengamanan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan pengamanan dan pencegahan tindak pidana narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
5.2.3 Seksi Tata Operasional
Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan urusan tata operasional
pengamanan dan pencegahan tindak pidana Obat dan Makanan.

5.3 Subdirektorat Pengamanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,


Kosmetik, dan Pangan Olahan
Subdirektorat Pengamanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik,
dan Pangan Olahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi
dan pelaporan di bidang pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan. Subdirektorat Pengamanan Obat

Universitas Indonesia
36

Tradisional,Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan Pangan Olahan menyelenggarakan


fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
pangan olahan;
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
pangan olahan;
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan
pangan olahan.

Subdirektorat Pengamanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetik,


dan Pangan Olahan terdiri atas:
5.3.1 Seksi Pengamanan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Seksi Pengamanan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat tradisional
dan suplemen kesehatan.
5.3.2 Seksi Pengamanan Kosmetik
Seksi Pengamanan Kosmetik mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
kriteria, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengamanan dan
pencegahan tindak pidana kosmetik.
5.3.3 Seksi Pengamanan Pangan Olahan

Universitas Indonesia
37

Seksi Pengamanan Pangan Olahan mempunyai tugas melakukan penyiapan


bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
kriteria, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pengamanan dan
pencegahan tindak pidana pangan olahan.

5.4 Proses Bisnis Direktorat Pengamanan


Informasi terkait produk obat dan makanan ilegal dari pihak ULPK, Deputi I,
II, III, UPT BPOM, PPPOMN yang mengeluarkan form pengaduan, laporan hasil
pengawasan, laporan pemetaan, dan laporan hasil uji laboratorium. Setelah dokumen
sudah terkumpul, maka direktorat pengamanan akan membuat keputusan bentuk
respon terhadap informasi terkait produk obat dan makanan ilegal dapat berupa
feedback laporan, kajian/ potensi kejahatan obat dan makanan, rencana tindakan
pengamanan, pemutakhiran peta rawan kasus. Setelah itu, melakukan tindak lanjut
respon, untuk kajian/potensi kejahatan obat dan makanan dilakukan patroli siber dan
penggalangan pelaku usaha/komunitas dalam rangka pencegahan. Selain itu hasil dari
pemeriksaan dokumen rencana tindakan pengamanan, dilakukan tindakan
pengamanan. Untuk pemutakhiran peta rawan kasus dilakukan verifikasi terkait peta
rawan kasus. Setelah semua sudah dilakukan, dapat melakukan evaluasi dari kegiatan
yang sudah dilakukan.
Peran apoteker di Direktorat Pengamanan yaitu ilmu kefarmasian yang
dikuasai oleh apoteker menjadikan dasar dalam mengetahui infromasi produk obat,
penemuan kasus dan keputusan respon. Selain itu, pengetahuan apoteker mengenai
kode etik kefarmasian merupakan dasar dalam mengetahui adanya penyimpangan.
Salah satu kasus yang ditangani Direktorat Pengamanan yaitu obat illegal.

Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Direktorat Pengamanan BPOM ini adalah sebagai berikut.
a. Apoteker di instansi pemerintahan harus dapat menjamin Obat dan Makanan
yang beredar adalah yang bermutu, aman, berkhasiat dan bermanfaat bagi
masyarakat.
b. BPOM bertugas untuk melakukan pengawasan Obat dan Makanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dengan berkoordinasi
dengan Menteri Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Presiden.
c. Direktorat Pengamanan merupakan salah satu direktorat dalam Kedeputian IV
yang bertugas untuk melakukan melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
pengamanan dan pencegahan tindak pidana Obat dan Makanan.

6.2 Saran
Waktu penempatan di unit teknis masing-masing peserta PKPA terlalu singkat
sehingga pendalaman materi terkait tugas dan peran apoteker di Badan POM
khususnya Direktorat Pengamanan menjadi kurang sehingga perlu dilakukan
perpanjangan waktu PKPA di unit teknis masing-masing.

38 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN

Arief, M Mansyur & Gultom E. (2005). Cyber Law Aspek Hukum Teknologi
Informasi. Bandung : Refika Aditama

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2017). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan.
Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Profil Badan POM. < http://pom.go.id >
diakses pada 5 Maret 2019.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2017). Peraturan Kepala BPOM
Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.

Montoya, I. D., & Jano, E. (2007). The Pharmaceutical Industry Online Pharmacies :
Safety and Regulatory Considerations. International Journal of Health
Services, 37(2), 279–289.

Presiden Republik Indonesia. (2000). Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan

39 Universitas Indonesia
40

Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta: Badan Pengawas


Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2001). Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2017). Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017


tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.

Setiawan W. (2017). Era Digital dan Tantangannya. Seminar Nasional Pendidikan


2017. Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Indonesia
41

LAMPIRAN

41
42

Lampiran 1. Struktur Organisasi BPOM

Universitas Indonesia
Lampiran 2. Tugas Khusus

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS TREN PENJUALAN OBAT ILEGAL MELALUI DARING

LAPORAN TUGAS KHUSUS


PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA

MELA MILANI
1406545056

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
2019

i Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1 Obat Ilegal ...................................................................................................... 3
2.2 Revolusi Industri............................................................................................. 5
2.3 Penjualan Online ............................................................................................ 5
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................................. 6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ..................................................... 6
3.2 Metode Pelaksanaan ....................................................................................... 6
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 7
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 21
5.2 Saran ............................................................................................................. 21
DAFTAR ACUAN .................................................................................................... 22
LAMPIRAN ............................................................................................................ 24

ii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel hasil rekapitulasi data situs/akun/toko obat ilegal dan obat yang
disalahgunakan melalui daring ...................................................................................... 7

iii Universitas Indonesia


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Persentase penggunaan media daring dalam penjualan obat ilegal ......... 7
Gambar 4.2 Rincian Persentase penggunaan media daring dalam penjualan obat
ilegal ....................................................................................................... 8
Gambar 4.3 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk ....................................... 9
Gambar 4.4 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan website .................................... 10
Gambar 4.5 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk melalui website........... 10
Gambar 4.6 Tren penjualan obat ilegal melalui e-commerce .................................... 11
Gambar 4.7 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk melalui e-commerce ... 12
Gambar 4.8 Tren penjualan obat ilegal melalui media sosial.................................... 13
Gambar 4.9 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk melalui media sosial ... 13
Gambar 4.10 Penggunaan bank dalam penjualan obat illegal ................................... 14
Gambar 4.11 Penggunaan jasa kirim dalam penjualan obat illegal ........................... 15

iv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel daftar situs website penjual obat ilegal dan obat yang sering
disalahgunakan .................................................................................... 25
Lampiran 2 Tabel daftar akun e-commerce penjual obat ilegal dan obat yang
sering disalahgunakan ......................................................................... 26
Lampiran 3 Tabel daftar akun media sosial penjual obat ilegal dan obat yang
sering disalahgunakan ......................................................................... 27
Lampiran 4 Tabel rekapitulasi berdasarkan jenis media daring ............................... 28
Lampiran 5 Tabel rincian rekapitulsi setiap media daring ....................................... 28
Lampiran 6 Tabel rekapitulasi berdasarkan jenis produk ........................................ 28
Lampiran 7 Tabel rincian rekapitulasi setiap produk ............................................... 29
Lampiran 8 Tabel data bank yang digunakan dalam penjualan obat ilegal dan
obat yang disalahgunakan ..................................................................... 30
Lampiran 9 Tabel data jasa pengiriman yang digunakan dalam penjualan obat
ilegal dan obat yang disalahgunakan .................................................... 30
Lampiran 10 Contoh website yang menjual obat ilegal ............................................ 31
Lampiran 11 Contoh website yang menjual obat yang sering disalahgunakan ........ 31
Lampiran 12 Contoh akun media sosial yang sudah tidak aktif lagi......................... 32
Lampiran 13 Penjual dengan nomor rekening yang sama dan beberapa akun
website yang sudah tidak bisa dibuka lagi .......................................... 33
Lampiran 14 Penjual dengan nomor rekening sama dan menjual produk berbeda... 34
Lampiran 15 Contoh akun e-commerce penjual obat ilegal ...................................... 34

v
iv Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi informasi, era globalisasi, dan hadirnya revolusi industri
4.0 menyebabkan dunia informasi sudah tidak memiliki batasan lagi (borderless).
Internet sudah sangat dekat dengan masyarakat dan seolah menjadi hal yang harus
dimiliki oleh setiap orang (Arief, Mansyur M, Gultom E, 2005). Saat ini, hampir
seluruh aspek kehidupan manusia telah memasuki era digital. Survey Hootsuite pada
Januari 2018 mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7
juta orang (50%), dimana lebih dari 90%-nya adalah pengguna aktif media sosial.
Penggunaan internet di era digital ini mempermudah transaksi jual beli sehingga
menyebabkan pergeseran pasar konvensional menjadi non konvensional (melalui
daring), salah satunya diikuti oleh obat dan makanan. Pergeseran ini tentunya harus
diikuti dengan pengawasan obat dan makanan oleh BPOM menjadi lebih ketat.
Pergeseran ini juga menjadi tantangan bagi BPOM untuk menyikapi
perubahan yang ada. Sebagai salah satu bentuk upaya pengawasan BPOM dalam
peredaran obat dan makanan melalui daring, BPOM telah melakukan patroli siber dan
bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
untuk memblokir situs yang menjual obat-obatan ilegal dan obat yang sering
disalahgunakan. Pada 2017, sebanyak 370 situs website teridentifikasi
mempromosikan dan menjual sediaan farmasi ilegal dan telah dilaporkan kepada
Kemenkominfo untuk selanjutnya dapat dilakukan pemblokiran. Pada 2018, BPOM
melaporkan 2.217 situs/akun yang menjual obat yang tidak sesuai dengan ketentuan
dan merekomendasikan untuk di take down atau diblokir oleh Kemenkominfo
(BPOM, 2019). Penjualan obat dengan zat aktif misoprostol dengan merk dagang
Gastrul dan Cytotec yang sering disalahgunakan sebagai obat aborsi (BPOM, 2015a).
Penemuan terbaru oleh BPOM yaitu penemuan 291item (552.177 pieces) obat ilegal,
diantaranya obat disfungsi ereksi seperti Viagra, Cialis, Levitra, dan MaxMan. Selain

1 Universitas Indonesia
2

itu, juga ditemukan suplemen pelangsing, obat tradisional penambah stamina pria,
krim kosmetika ilegal, dan alat perangsang seks dengan total nilai mencapai 17,4
miliar rupiah (BPOM, 2018b).
Akan tetapi, pemblokiran situs atau akun oleh Kemenkominfo ini tidak
membuat situs/akun penjual obat ilegal hilang seluruhnya. Kemudahan dalam
membuat website, akun media sosial, dan akun e-commerce menyebabkan para
pelaku kejahatan obat dan makanan melalui daring muncul kembali dengan
situs/akun yang baru. Oleh karena itu, sebagai upaya pencegahan dan pengurangan
penjualan dan peredaran obat ilegal dan obat yang sering disalahhgunakan melalui
daring, maka perlu dilakukan kajian atau analisis tren penjualan obat ilegal dan obat
yang sering disalahgunakan melalui daring.

1.2 Tujuan
Menganalisis tren penjualan dan peredaran obat ilegal yaitu (obat disfungsi
ereksi, obat aborsi) dan Obat-Obat Tertentu yang sering disalahgunakan (seperti
Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol dan
Dekstrometorfan) melalui daring.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Ilegal


Obat ilegal merupakan obat yang tidak memiliki nomor izin edar (tidak
terdaftar di Badan POM) sehingga tidak terjamin keamanan, mutu dan khasiatnya
karena beredar di Indonesia secara Ilegal. Obat palsu termasuk dalam obat illegal
merupakan obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berwenang (tidak
bertanggung jawab) dimana kemasannya meniru kemasan obat asli. Dampak
menggunakan Obat palsu membuat kondisi tidak membaik dan menyebabkan pasien
bertambah parah (BPOM, 2015b). BPOM RI yang memberi wewenang pemberian
nomor izin edar obat sesuai dengan indikasi yang seharusnya. Adanya
penyalahgunaan obat biasanya terjadi karena mekanisme kerja suatu obat membuat
suatu obat dapat menghasilkan efek selain indikasi utamanya, salah satunya dari efek
samping. BPOM RI tidak pernah memberikan persetujuan izin edar dengan indikasi
yang tidak sesuai. Sehingga dapat dikatakan penyalahgunaan obat merupakan obat
ilegal (BPOM, 2018b).
Modus pelaku dalam mengedarkan sediaan farmasi ilegal yang berhasil
terungkap antara lain (BPOM, 2016):
1. Memasukkan obat ilegal dari sumber ilegal di luar negeri melalui jalur
logistik lokal tidak resmi
2. Mengedarkan obat ilegal melalui sarana kesehatan dan jalur distribusi illegal
3. Memasukkan sediaan farmasi ilegal dalam paket kiriman pribadi yang diduga
untuk diedarkan secara online
4. Mengedarkan suplemen kesehatan ilegal secara online dan melalui jaringan
outlet-nya
5. Mengiklankan sediaan farmasi ilegal di website dan mengedarkan dengan
identitas penjual fiktif

3 Universitas Indonesia
4

6. Tidak melayani pengantaran barang secara langsung (menggunakan kurir/jasa


pengiriman barang.
Obat illegal hasil temuan BPOM salah satunya yaitu obat disfungsi ereksi dan
obat aborsi. Selain itu, adanya Obat-Obat Tertentu yang penggunaannya
disalahgunakan. Obat disfungsi ereksi termasuk kelompok obat ilegal terbesar yang
menjadi temuan BPOM RI dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Obat disfungsi
ereksi sering disalahgunakan sebagai obat kuat. Padahal BPOM RI tidak pernah
memberikan persetujuan izin edar dengan indikasi sebagai obat kuat. Penggunaan
obat disfungsi ereksi tanpa pengawasan tenaga kesehatan memiliki risiko terhadap
kesehatan, antara lain gangguan jantung, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi
ginjal dan gangguan perdarahan (BPOM, 2018b).
Selain obat disfungsi ereksi, obat lain yang ditemukan illegal oleh BPOM RI
termasuk penjualan obat dengan zat aktif misoprostol dengan merk dagang Gastrul
dan Cytotec yang sering disalahgunakan sebagai obat aborsi. Penggunaan obat yang
mengandung zat aktif misoprosol yang disetujui BPOM adalah untuk pengobatan
tukak lambung dan tukak duodenum (BPOM, 2015a).
Terdapat Obat-Obat Tertentu yang penggunaannya disalahgunakan.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 7 tahun
2016 hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau ilmu
pengetahuan. Obat-Obat Tertentu, adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf
pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi
dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Berdasarkan hasil operasi terpadu yang dilakukan oleh BPOM RI
ditemukan masih adanya peredaran OOT di toko obat, toko kosmetik, dan toko
kelontong sejumlah 13 item (925.919 pieces) dengan total dengan nilai keekonomian
mencapai 3,1 miliar rupiah. Padahal dalam menyerahkan Obat-Obat Tertentu harus
berdasarkan resep atau salinan resep. Dalam kasus diatas, dapat mengakibatkan
penjualan obat-obat tertentu dijual bebas dan ditempat yang tidak seharusnya.
Sehingga penggunaannya tidak dapat dipantau (BPOM, 2018b).

Universitas Indonesia
5

2.2 Revolusi Industri


Revolusi industri merupakan perubahan cara hidup dan proses kerja manusia
secara fundamental, dimana dengan kemajuan teknologi informasi dapat
mengintregrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat memberikan
dampak bagi seluruh disiplin ilmu. Dengan perkembangan teknologi informasi yang
berkembang secara pesat mengalami terobosan dimana teknologi komputer suatu
disiplin ilmu yang mengadopsi keahlian seseorang kedalam suatu aplikasi yang
berbasis teknologi dan melahirkan teknolologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis (Hamdan, 2018).
Dunia industri selalu mengalami revolusi dari tahun ke tahun, dan sudah
empat kali mengalami revolusi industri sampai saat ini. Dengan lahirnya teknologi
digital saat ini pada revolusi industri 4.0 berdampak terhadap kehidupan manusia
diseluruh dunia. Revolusi industri 4.0 semua proses dilakukan secara sistem
otomatisasi didalam semua proses aktivitasi, dimana perkembangan teknologi
internet semakin berkembang tidak hanya menghubungkan manusia seluruh dunia
namun juga menjadi suatu basis bagi proses transaksi perdagangan dan transportasi
secara online. Revolusi Industri 4.0, yaitu sebuah revolusi industri di abad 21 di mana
terjadi perubahan besar–besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang
mengurangi atau bahkan menghilangkan sekat–sekat antara dunia fisik, digital, dan
biologi (Hamdan, 2018).
Revolusi industri ini turut mempengaruhi pola distribusi produk secara online,
sehingga peredaran produk semakin masif dan luas ke seluruh negeri. Sekitar 40%
pengguna internet di Indonesia melakukan pembelian jasa maupun produk secara
online (praktik e-commerce). Hal ini membuat risiko peredaran produk palsu dan
ilegal di jalur offline dan online semakin meningkat (BPOM, 2018a).

2.3 Penjualan Online


E-Commerce adalah pembelian, penjualan dan pemasaran barang serta
jasa melalui sistem elektronik, seperti televisi, radio dan jaringan komputer atau
Universitas Indonesia
6

internet (Wong J, 2010). E-Commerce merupakan transaksi bisnis yang terjadi


dalam jaringan elektronik seperti internet. Siapapun yang mempunyai perangkat
yang mampu mengakses jaringan internet dapat berpartisipasi dalam kegiatan E-
Commerce (Vermaat, 2007) .
Kehadiran E-Commerce adalah salah satu bentuk perubahan sosial dalam
proses interaksi dalam bertransaksi jual beli. Jika sebelumnya masyarakat harus
menuju pasar konvensional (pasar yang tidak menggunakan internet sebagai
penghubung) untuk mendapat-kan suatu kebutuhan, maka dengan kemudahan yang
ditawarkan oleh sistem E-Commerce masyarakat hanya perlu mengunjungi situs
belanja dan memesan barang atau jasa melalui perangkat elektronik mereka.
Online Shop merupakan bentuk populer dari Perdagangan Elektronik (E-
Commerce adalah akronim dari Electronic Commerce) yang merupakan bagian
dari E-lifestyle yang memungkinkan transaksi jual beli dilakukan secara online
dari sudut tempat mana pun (Hidayat, 2008). E-Commerce juga diartikan sebagai
suatu proses berbisnis dengan menggunakan teknologi elektronik yang
menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk
transaksi elektronik dan pertukaran/penjualan barang, services, dan informasi
secara elektronik (Wong J, 2010).

Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan tugas khusus dilakukan selama masa Praktik Kerja Profesi
Apoteker di Badan Pengawas Obat dan Makanan yang dilaksanakan pada tanggal 11
Maret 2019 sampai dengan 28 Maret 2019.

3.2 Metode Pelaksanaan


Kajian dilakukan dengan melakukan patrol siber pada website, e-commerce
(Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, JD.ID, dan Elevania), dan media sosial
(Instagram, Facebook, dan Twitter). Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis
tren penjualan obat ilegal berdasarkan grafik dan dikaji saran yang tepat untuk
mencegah atau mengurangi penjualan obat ilegal melalui daring.

6 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN

Patroli siber dilakukan terhadap tiga jenis kanal online, yaitu website, e-
commerce, dan media sosial. Portal e-commerce yang diamati merupakan situs
belanja online yang paling banyak dikunjungi, yaitu Tokopedia, Bukalapak, Lazada,
Shopee, JD.ID, dan Elevenia. Ada tiga media sosial yang diamati yang merupakan
media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat, antara lain Facebook,
Instagram, dan Twitter. Obat-obatan yang diamati dalam patroli siber adalah obat-
obat yang paling sering disalahgunakan dan dijual bebas di pasar gelap, yaitu obat
penggugur kandungan (Cytotec dan Gastrul), obat kuat (Viagra, Levitra, dan Cialis),
dan obat-obat tertentu (tramadol, triheksifenidil, klorpromazin, amitriptilin,
haloperidol, dan dekstrometorfan).
Tabel 4.1 Tabel hasil rekapitulasi data situs/akun/toko obat ilegal dan obat yang
disalahgunakan melalui daring
Obat Aborsi Obat Kuat OOT Jumlah
Website 48 29 2 79
E-Commerce 31 45 1 77
Media Sosial 8 30 0 38
Total 87 104 3 194

Data tabel hasil pengamatan terhadap website, e-commerce, dan media sosial
dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 9.

Gambar 4.1 Persentase penggunaan media daring dalam penjualan obat ilegal

7 Universitas Indonesia
8

Berdasarkan hasil pencarian jika dilihat dari jenis kanal online-nya, dari total
194 situs/akun/toko yang aktif (website, e-commerce, dan media sosial), website
menduduki peringkat pertama yang paling banyak digunakan sebagai kanal jual beli
obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan, yaitu sebanyak 41% atau 79 situs
website aktif. Sedangkan yang paling sedikit adalah media sosial. Hal ini mungkin
disebabkan karena pengawasan pada media sosial lebih ketat dibandingkan
pengawasan pada kanal online lainnya. Kanal e-commerce juga memiliki sistem
pengawasan terhadap penjualan yang tidak sesuai dengan aturan. Kanal tersebut
(seperti Lazada dan Tokopedia) dapat menonaktifkan secara sepihak akun atau toko
yang dianggap mencurigakan atau terdapat laporan dari pihak lain. Meskipun
demikian, masih banyak aktivitas jual beli obat ilegal dan obat yang sering
disalahgunakan melalui daring pada kanal e-commerce.

Gambar 4.2 Rincian persentase penggunaan media daring dalam penjualan obat
illegal

Dibandingkan dengan situs e-commerce lainnya, Lazada menjadi situs jual


beli melalui daring yang paling banyak dijadikan situs jual beli obat ilegal yaitu
sebanyak 11% atau 21 dari total 77 situs e-commerce yang aktif yang diamati.
Sedangkan untuk situs e-commerce yang paling sedikit yaitu Bukalapak (5% atau 9
dari 77 situs e-commerce). Penjualan obat ilegal di media sosial paling banyak terjadi
melalui Twitter, yaitu 10% atau 19 dari 194 situs/toko/akun aktif. Sedangkan yang

Universitas Indonesia
9

paling sedikit terjadi melalui Facebook, yaitu sebesar 4% atau 7 dari 194
situs/toko/akun aktif.

Gambar 4.3 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk

Jika dilihat dari jenis produk yang dijualnya, obat penggugur kandungan
dengan merk dagang Cytotec dan obat kuat dengan merk dagang Viagra menjadi obat
ilegal yang paling banyak diperjualbelikan secara daring. Sebanyak 32% atau 85 dari
total 267 produk yang diperjualbelikan melalui kanal online adalah Cytotec, dan 29%
atau 79-nya adalah Viagra. Sedangkan untuk obat-obat tertentu (OOT) sudah sulit
ditemukan pada kanal online.
Patroli siber terhadap obat penggugur kandungan pada kanal website
dilakukan dengan keyword jual obat aborsi, jual cytotec, jual gastrul, dan jual cytotec
gastrul. Keyword yang digunakan dalam patroli siber terhadap obat kuat yaitu jual
obat kuat, jual viagra, jual cialis, dan jual levitra. Sedangkan keyword yang digunakan
dalam mencari situs web penjual OOT adalah jual tramadol, jual triheksifenidil, jual
hexymer, jual klorpromazin, jual amitriptilin, jual haloperidol, jual dekstrometorfan,
jual pil LLL, dan jual pil dewa.

Universitas Indonesia
10

Gambar 4.4 Tren penjualan obat ilegal melalui website

Jika dilakukan breakdown lagi untuk masing-masing kanal online, Obat aborsi
atau obat penggugur kandungan menjadi produk yang paling banyak diperjualbelikan
melalui website. Jumlah situs web yang memperjualbelikan obat aborsi sebanyak
61% atau 48 situs dari 79 situs web aktif. Sedangkan yang paling sedikit adalah OOT,
hanya 2 situs web aktif yang menjual OOT. Jika dilakukan pencarian dengan keyword
yang telah disebutkan sebelumnya, hanya berita mengenai penangkapan oknum
penjual OOT atau berita lain terkait OOT yang muncul. Penjualan obat kuat pada
situs web ada sebanyak 37% atau 29 dari 79 situs web yang ditemukan.

Gambar 4.5 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk melalui website
Jika dilihat dari masing-masing produk yang dijual melalui website, Cytotec
dan Viagra menjadi produk obat ilegal terbanyak yang diperjualbelikan melalui
Universitas Indonesia
11

daring. Sebanyak 47 situs memperjualbelikan Cytotec dan 27 situs web


memperjualbelikan Viagra melalui daring. OOT menjadi produk yang paling sulit
ditemukan. Dua situs yang menjual OOT hanya memperjualbelikan tramadol,
triheksifenidil, dan dekstrometorfan. Sementara itu, tidak ditemukan situs web aktif
yang menjual klorpromazin, amitriptilin, dan haloperidol.

Gambar 4.6 Tren penjualan obat ilegal melalui e-commerce

Berdasarkan diagram Gambar 6 bahwa obat ilegal yang paling banyak dijual
di e-commerce adalah obat kuat dengan total 59% atau 45 dari 77 situs e-commerce.
Jenis obat kuat yang dijual di e-commerce yang dicari adalah Viagra, Cialis, dan
Levitra. Obat ilegal kedua yang paling banyak dijual adalah obat aborsi dengan total
40% atau 31 dari 77 toko e-commerce dengan jenis produk yaitu Cytotec dan Gastrul.
Obat ilegal yang paling sedikit dijual adalah obat-obat tertentu yaitu tramadol,
triheksifenidil, haloperidol, dekstrometorfan, klorpromazin, dan amitriptilin. Toko e-
commerce yang menjual OOT hanya berjumlah satu buah saja.

Universitas Indonesia
12

Gambar 4.7 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk melalui e-commerce

Tren penjualan obat ilegal yang terjadi di e-commerce paling banyak terdapat
pada produk cytotec sejumlah 31 dari 77 toko e-commerce. Obat cytotec ini diperjual
belikan sebagai penggugur kandungan. Produk ini dijual bebas di e-commerce.
Produk kedua yang dijual di e-commerce adalah Viagra dengan total 27 toko. Viagra
merupakan obat yang diindikasikan untuk disfungsi ereksi. Masyarakat banyak
mengenalnya dengan sebutan obat kuat. Produk obat yang paling sedikit
penjualannya yaitu obat-obat tertentu kecuali Tramadol. Penjualan Tramadol masih
ada di e-commerce walaupun hanya satu toko. Tidak banyak toko e-commerce yang
masih aktif melakukan aktivitas jual beli obat ilegal dan obat yang sering
disalahgunakan. Sebagian besar toko yang ada pada e-commerce tersebut sudah
berstatus tidak aktif, baik itu dinonaktifkan oleh pengelola e-commerce atau oleh
pemiliknya sendiri. Selain itu, banyak pula toko e-commerce yang produknya
berstatus sudah habis sehingga hanya ditemukan 77 toko e-commerce yang masih
aktif.
Jika dilihat dari penggolongan obatnya, walaupun Cytotec menjadi produk
yang paling banyak ditemukan melalui daring, tetapi obat kuat secara keseluruhan
lebih banyak dibandingkan golongan obat aborsi. Obat aborsi lebih mudah ditemukan
melalui website, tetapi apabila dilihat dari e-commerce dan media sosial, obat kuatlah
yang paling banyak ditemukan dalam jual beli obat ilegal melalui daring.

Universitas Indonesia
13

Gambar 4.8 Tren penjualan obat ilegal melalui media sosial

Jika dilihat dari jenis produknya, obat kuat menjadi obat yang paling banyak
dijual melalui daring melalui media sosial, yaitu sebanyak 85% atau 30 dari 38 akun
media sosial yang aktif. Akun yang menjual obat aborsi melalui media sosial hanya
berjumlah 8 akun aktif. Sedangkan pada media sosial sudah tidak ditemukan lagi
akun yang menjual OOT. Dibandingkan kanal online lainnya, media sosial menjadi
kanal online yang paling sedikit ditemukan aktivitas jual beli obat ilegal dan obat
yang sering disalahgunakan. Banyak dari akun jual beli obat ilegal dan obat yang
sering disalahgunakan sudah tidak aktif lagi seperti yang dapat dilihat pada Lampiran
12, sehingga hanya ditemukan 38 akun yang masih aktif yang menjual obat-obatan
tersebut.

Gambar 4.9 Tren penjualan obat ilegal berdasarkan produk melalui media sosial

Jika dilihat dari produk yang dijual, semua obat kuat (Viagra, Cialis, dan
Levitra) menjadi produk yang paling banyak terdapat pada akun jual beli online
Universitas Indonesia
14

melalui media sosial, yaitu masing-masing sebanyak 25, 16, dan 9 akun media sosial
yang aktif. Hanya sedikit dari akun media sosial tersebut yang memperjualbelikan
obat aborsi. Akun yang menjual Cytotec hanya berjumlah 7 akun aktif, sedangkan
hanya ada 2 akun aktif yang menjual Gastrul. Untuk OOT, tidak ditemukan satupun
akun aktif yang menjual golongan obat-obat tertentu.
Penjualan obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan secara online tidak
lepas dari penggunaan bank sebagai media transaksi untuk aktivitas jual beli online,
oleh karena itu dilakukan pengamatan terhadap bank yang sering digunakan dalam
transaksi jual beli obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan. Hal ini dilakukan
agar dapat dijadikan data bagi BPOM dan BPOM dapat melakukan kerjasama dengan
pihak bank terkait jika ditemukan aktivitas mencurigakan terkait jual beli obat ilegal
dan obat yang sering disalahgunakan.

Gambar 4.10 Penggunaan bank dalam penjualan obat illegal

Dari 14 bank yang digunakan dalam jual beli online obat-obatan tersebut,
Bank BCA dan Bank Mandiri menjadi bank yang paling banyak digunakan oleh
penjual dalam transaksi, yaitu masing-masing sebanyak 114 dan 108 penjual
menggunakan bank tersebut. Sedangkan untuk bank yang paling sedikit digunakan
dalam transaksi adalah BNI Syariah dan Mandiri Syariah, yaitu masing-masing
sebanyak 9 dan 10 penjual. Namun, hasil ini tidak efektif untuk pengamatan pada e-
commerce karena penjual obat-obatan tersebut melakukan transaksi obat ilegal dan

Universitas Indonesia
15

obat yang sering disalahgunakan melalui rekening penyedia dari e-commerce itu
sendiri. Data ini juga masih kurang karena tidak semua penjual memberikan akun
bank atau nomor rekening mereka.
Selain dilakukan pencarian menggunakan keyword yang telah disebutkan
sebelumnya, penulis juga mencari dengan keyword nomor rekening yang telah
didapatkan sebelumnya untuk mengetahui kemungkinan penjual tersebut memiliki
lebih dari satu akun. Berdasarkan hasil pencarian, ada beberapa penjual yang
memiliki dua situs website berbeda yang menjual produk yang sama, yaitu Cytotec
dan Viagra. Selain itu juga ditemukan satu penjual yang sama yang memiliki empat
situs website yang menjual Viagra.
Selain ditemukan penjual yang sama dengan akun yang lebih dari satu,
ditemukan juga penjual dengan nomor rekening yang sama tetapi menjual obat yang
bukan ketiga golongan obat tersebut, tetapi menjual produk pelangsing atau alat bantu
seks. Ada juga penjual yang memiliki beberapa situs website, tetapi situs website
lainnya sudah tidak dapat diakses lagi, hanya satu website yang masih bisa diakses.
Hanya ada sedikit penjual yang memiliki lebih dari satu website, selebihnya setiap
penjual dengan pemilik rekening tersebut hanya memiliki satu situs website.

Gambar 4.11 Penggunaan jasa kirim dalam penjualan obat illegal

Jasa kirim juga memegang peranan penting dalam aktivitas jual beli obat
ilegal dan obat yang sering disalahgunakan. Karena aktivitas jual beli dilakukan

Universitas Indonesia
16

secara online, maka penjual memerlukan jasa pengiriman untuk mengantarkan


produknya kepada pembeli. Berdasarkan hasil analisis, Pos, JNE, dan TIKI menjadi
tiga jasa kirim yang paling banyak digunakan dalam jual beli online tersebut. Ketiga
jasa kirim ini memang jasa kirim terkemuka yang tidak hanya sering digunakan
dalam jual beli obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan, tetapi juga
digunakan dalam kegiatan jual beli online biasa.
Saat dilakukan aktivitas pembicaraan dengan salah satu penjual obat ilegal
melalui chat WhatsApp, diketahui bahwa ada satu penjual yang bekerja sama dengan
salah satu pegawai J&T untuk mengantarkan pesanan obat ilegal tersebut sehingga
lebih aman dan tidak dicurigai. Hal ini menjadi warning bagi perusahaan jasa
pengiriman untuk lebih berhati-hati dalam memilih pegawainya agar tidak menjadi
oknum yang bekerja sama dengan penjual obat ilegal dan obat yang sering
disalahgunakan tersebut. BPOM dalam hal ini juga dapat bekerja sama dengan
perusahaan jasa pengiriman untuk memantau pengiriman barang yang terlihat
mencurigakan.
Hal yang menarik perhatian adalah salah satu aplikasi ojek online yaitu Go-
Jek sudah dijadikan sebagai salah satu fasilitas perantara jual beli obat ilegal dan obat
yang sering disalahgunakan. Fitur Go-Send yang ada pada aplikasi ini dimanfaatkan
oleh oknum penjual untuk mengantarkan obat-obatan tersebut kepada pembeli yang
jaraknya tidak terlalu jauh. Saat ini, pengiriman obat-obatan tersebut tidak hanya
dapat dikirim melalui jasa pengiriman pada umumnya, tetapi juga bisa dikirim
melalui aplikasi ojek online.
Penjualan obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan secara daring
seperti yang terjadi saat ini menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh
pemerintah, khususnya Badan POM RI dan Kemkominfo (Kementerian Komunikasi
dan Informatika) RI karena terkait dengan obat-obatan dan cyber. Regulasi yang jelas
mengenai penjualan obat-obatan secara daring harus diperjelas. Undang-undang
maupun pasal yang mengatur penjualan obat secara online atau apotek online juga
harus dibentuk. Badan POM telah mengajukan Undang-Undang tentang Pengawasan
Obat dan Makanan untuk memperkuat pengawasan di bidang obat dan makanan,
Universitas Indonesia
17

salah satunya mengatur mengenai penjualan dan peredaran obat melalui daring.
Rancangan Undang-Undang POM yang masih berada dalam tahap pembahasan dan
belum disahkan menjadi Undang-Undang menjadi salah satu kendala dalam
penegakan hukum terkait penjualan obat secara online.
Selain bekerja sama dengan pihak bank dan jasa pengiriman, langkah yang
dilakukan oleh ketiga otoritas pengawasan ini dapat menjadi pertimbangan bagi
BPOM untuk dilakukan dalam rangka mencegah atau paling tidak mengurangi
penjualan obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan. Pembentukan suatu
lembaga khusus yang mengawasi penjualan obat secara online dan patroli kanal
online secara rutin dapat dijadikan opsi pencegahan atau pengurangan jual beli obat-
obatan tersebut. Regulasi yang mengatur mengenai penjualan obat secara online
harus diperjelas, hukuman yang diberikan kepada pelaku usaha juga harus seberat
mungkin untuk memberikan efek jera bagi penjual obat-obat ilegal dan obat yang
sering disalahgunakan.

Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penjualan obat melalui daring masih ditemukan dengan produk yang
paling banyak ditemukan adalah Cytotec (obat aborsi) dan Viagra (obat
kuat). Sementara itu, obat-obat tertentu (OOT) menjadi produk yang
paling sulit ditemukan.

5.2 Saran
a. BPOM menetapkan regulasi penjualan obat dan makanan melalui daring.
b. BPOM terus meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya
obat ilegal dan obat yang sering disalahgunakan.
c. Direktorat Pengamanan melakukan kerja sama dengan pihak yang terlibat,
dalam hal ini merupakan jasa keuangan (bank) dan jasa pengiriman.
d. Direktorat Pengamanan melakukan patroli siber rutin dan membentuk tim
khusus pengamanan dan pengawasan penjualan dan peredaran obat dan
makanan melalui daring.

21 Universitas Indonesia
22

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2015a). Badan POM Tentang Pemberitaan
Penjualan Obat yang Digunakan Untuk Aborsi Secara Online Diakses dari
http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/klarifikasi/18/Klarifikasi-
Tentang--Pemberitaan-Penjualan-Obat-yang-Digunakan-Untuk-Aborsi-
Secara-Online.html pada 21 Maret 2019

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2015b). Materi Edukasi Tentang Peduli
Obat Dan Pangan Aman. Jakarta: Gerakan Nasional Peduli Obat dan
Pangan Aman.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2016). Laporan Tahunan BPOM RI 2016.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2018a). BPOM Bersiap Hadapi Revolusi
Industri 4.0. Diakses dari
https://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/15240/BPOM-
Bersiap-Hadapi-Revolusi-Industri-4-0.html pada 21 Maret 2019

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2018b). Siaran Pers Badan POM tentang
Penjualan Obat Ilegal Online. Diakses dari
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/438/BPOM-Ungkap-Kasus-
Pelanggaran-Tindak-Pidana-Penjualan-Obat-Ilegal-Online.html pada 21
Maret 2019

Conway J.R.C. & Pacaud D. (2006). An Undisclosed Affair: Sexual Dysfunction


in Diabetes. Canada: Canadian Diabetes Association 2006.

Hamdan. (2018). Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri Pada Kewirausahaan


Demi Kemandirian Ekonomi. Jurnal Nusamba, 3(2), 1-8.

Hidayat, Taufik. (2008). Panduan Membuat Toko Online dengan


OSCommerce, Mediakita. Jakarta.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2017). Peraturan Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Varmaat, Shelly Cashman. (2007). Discovering Computers:Menjelajah Dunia


Komputer Fundamental Edisi 3. Jakarta: Salemba Infotek.

Universitas Indonesia
23

Wong, Jony. (2010). Internet Marketing for Beginners. Jakarta: Elex Media
Komputindo

Universitas Indonesia
24

LAMPIRAN

Universitas Indonesia
25

Lampiran 1. Tabel daftar situs website penjual obat ilegal dan obat yang
disalahgunakan

Nama
Nomor Atas Jasa
Alamat Website Pemilik/ Kontak Produk Bank
No Rekening Nama Pengirim
Toko
https://jualobata Go-Jek
borsiamancytote JNE
casli4jamgugurc 0822- TIKI
0609-01-
1 oddi.business.sit NA 7884- Cytotec BRI PTA Pos
005259xxx
e/?utm_source= 4433
gmb&utm_medi J&T
um=referral
https://klinik- Klinik JNE
0813-
fira-rahma- Fira Pos
2 5353- Cytotec BCA 803-0401xxx RA
spog.business.sit Rahma,
5559 TIKI
e/ SPOG
BCA 031-9655xxx RI Pos
https://works.be 0822-
Airin BRI NA NA TIKI
3 press.com/airin- 2345- Cytotec
Maria JNE
maria/1/ 6702 Mandiri NA NA
Go-Jek
https://works.be
Dj
press.com/dj- 0822-
Beauty
4 beauty/6/ dan 2531- Cytotec BCA 271-1158xxx W Pos
(Apotek
aborsimanjur.co 2225
K24)
m
Klinik J&T
https://works.be 0853- BNI 071-8274xxx EPA
Aborsi Pos
5 press.com/solusi 7777- Cytotec
Bandun 184-00- JNE
anda/2/ 7894 Mandiri S
g 00361xxx TIKI
Dr. 0813-
https://sahabatib
6 Kuncoro 4307- Cytotec NA NA NA NA
uhamil.com/
, Sp.OG 4776
https://www.aca
demia.edu/3784
9882/Jual_Obat
_Aborsi_Jambi_
7
082146015578_
0821-
Obat_Penggugu
Apotik 4601- Cytotec NA NA NA NA
r_Kandungan_D
5578
i_Jambi
https://klinikabo
rsiherbal.com/o
8
bat-aborsi-
jambi/
https://medium. Pos
com/@sitisumia JNE
ti869/klinik- TIKI
0822-
aborsi- Siti 5885-01-
9 4225- Cytotec BRI ST
larantuka-wa- Sumiati 019292xxx
6616
082242256616- J&T
jual-obat-aborsi-
389ef934fdc9

Universitas Indonesia
26

Lampiran 2. Tabel daftar akun e-commerce penjual obat ilegal dan obat yang
disalahgunakan
Jenis E- Jasa
No Akun/Toko Produk Bank No Rekening Atas Nama
Commerce Pengirim
BCA
Mandiri
Mandiri
Syariah
BNI
BNI
1 Bukalapak Lumba Market Cytotec NA NA JNE
Syariah
BRI
Permata
Danamon
CIMB
Niaga
BCA
Mandiri TIKI
Mandiri
Syariah
BNI
BNI
2 Bukalapak Mc Leod Shop Cytotec NA NA JNE
Syariah
BRI
Permata
Danamon Pos
CIMB
Niaga
BCA
Mandiri
Mandiri
Syariah
BNI
BNI
3 Bukalapak Adisty Store Cytotec NA NA JNE
Syariah
BRI
Permata
Danamon
CIMB
Niaga
BCA
Mandiri J&T
Mandiri
Syariah
4 Bukalapak Kios Ridho Cytotec BNI NA NA
BNI
JNE
Syariah
BRI
Permata Pos

Universitas Indonesia
27

Lampiran 3. Tabel daftar akun media sosial penjual obat ilegal dan obat yang
disalahgunakan
Jenis Kota / Atas Jasa
No Akun / Toko Produk Bank No. Rek
Sosmed Alamat Nama Pengiriman
Viagra 05600- JNE
Jakarta
1 Twitter Navil_15 BRI 1041943xx HS
Barat Cialis JNT
x
0312-575
Viagra BCA MH JNE
xxx
90000-
Cialis MANDIRI MH
2 Twitter Jakarta obatkuatpasutri 22365 xxx
58860- JNT
Maximum
BRI 10000374 MH
Powerful
xxx
Viagra
Maximum 37970-
3 Twitter Yogyakarta obat_kuatjogja Powerful BRI 1009727 SA JNE
Levitra xxx
Cialis
45910- JNE
Jakarta
4 Twitter miakhaliffa5 Viagra BRI 1003282 AN
Utara JNT
xxx
7955-117
5 Twitter CialisEngland Cialis BCA HEC JNT
xxx
42350-
6 Twitter Malang Obatviagra_asli Viagra BRI 1004783 AC JNT
xxx
Cialis JNE
Gunawan71729 4109-691
7 Twitter Yogyakarta Levitra PERMATA HPG TIKI
942 xxx
Viagra POS
05870-
8 Twitter kepoinfonews Viagra BRI 1000277 YP JNT
xxx
Semarang Viagra 0953-155 JNE
9 Twitter Apotikdiva1 BCA AA
Barat Cialis xxx POS
Maximum 88030-
Tangerang, Powerful
10 Twitter obatkuat78 PERMATA 02008235 DP JNT
Banten
Viagra xxx
0476-686
Levitra BNI MJ
XXX
13500-
11 Twitter Yogyakarta obatkuatjogja Viagra MANDIRI MJ JNE
14914xxx
8915-198
Cialis BCA MJ
xxx
Cytotec
(Misiprostol 08940- JNE
12 Twitter Bandung jualobatpelunt1 ) BRI 1035969 PV
xxx
Gynaecosid POS
Cytotec JNE
1310-333
13 Twitter Bandung obatgynaecosid (Misiprostol BNI AA
xxx JNT
)
Cytotec 00290-
14 Twitter NA AmpuhAborsi (Misiprostol BRI 1096871 PJP JNT
) xxx
15 Twitter Surabaya iwanobataborsi Gastrul Mandiri NA NA JNE

Universitas Indonesia
28

Lampiran 4. Tabel rekapitulasi berdasarkan jenis media daring


Produk Persentase
No Media Daring Jumlah
Obat Aborsi Obat Kuat OOT (%)
1 Website 48 29 2 79 40,72
2 E-Commerce 31 45 1 77 39,69
3 Media Sosial 8 30 0 38 19,59
Total 87 104 3 194 100

Lampiran 5. Tabel rincian rekapitulasi setiap media daring


Produk Persentase
No Media Daring Jumlah
Obat Aborsi Obat Kuat OOT (%)
1 Website 48 29 2 79 40,72
2 Tokopedia 10 1 1 12 6,19
3 Bukalapak 7 2 0 9 4,64
4 Lazada 0 21 0 21 10,82
5 Shopee 14 0 0 14 7,22
6 JD.ID 0 10 0 10 5,15
7 Elevania 0 11 0 11 5,67
8 Facebook 0 7 0 7 3,61
9 Twitter 8 11 0 19 9,79
10 Instagram 0 12 0 12 6,19
Total 87 104 3 194 100

Lampiran 6. Tabel rekapitulasi berdasarkan jenis produk


Media Daring Persentase
No Produk Jumlah
Website E-Commerce Media Sosial (%)
1 Cytotec 47 31 7 85 31,84
2 Gastrul 13 2 2 17 6,37
3 Viagra 27 27 25 79 29,59
4 Levitra 9 19 9 37 13,86
5 Cialis 4 22 16 42 15,73
6 Tramadol 2 1 0 3 1,12
7 Triheksifenidil 2 0 0 2 0,75
8 Klorpromazin 0 0 0 0 0,00
9 Amitriptilin 0 0 0 0 0,00
10 Haloperidol 0 0 0 0 0,00
11 Dekstrometorfan 2 0 0 2 0,75
Total 106 102 59 267 100

Universitas Indonesia
29

Lampiran 7. Tabel rincian rekapitulasi setiap produk


Media Daring Persen
No Produk E-Commerce Media Sosial Jumlah tase
W (%)
T B S L JD.ID E F Tw I
1 Cytotec 47 10 7 14 0 0 0 0 6 0 84 38,01
2 Gastrul 13 1 0 0 0 0 0 0 2 0 16 7,24
3 Viagra 27 1 2 0 10 6 3 5 7 9 70 31,67
4 Levitra 9 0 0 0 3 1 4 1 1 1 20 9,05
5 Cialis 4 0 0 0 8 3 4 1 2 2 24 10,86
6 Tramadol 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1,36
Triheksif
7 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
enidil 0 0,90
Klorprom
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
azin 0 0,00
Amitriptil
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
in 0 0,00
Haloperid
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ol 0 0,00
Dekstrom
11 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
etorfan 0 0,90
Total 106 13 9 14 21 10 11 7 18 12 221 100

Keterangan:
W = Website
T = Tokopedia
B = Bukalapak
S = Shopee
L = Lazada
E = Elevania
F = Facebook
Tw = Twitter
I = Instagram

Universitas Indonesia
30

Lampiran 8. Tabel data bank yang digunakan dalam penjualan obat ilegal dan
obat yang disalahgunakan
Media Daring
No Jenis Bank Jumlah Persentase (%)
Website E-Commerce Media Sosial
1 BCA 24 76 14 114 18,39
2 Mandiri 24 76 8 108 17,42
3 BRI 37 45 19 101 16,29
4 BNI 13 53 10 76 12,26
5 CIMB Niaga 0 43 0 43 6,94
6 Permata 0 30 2 32 5,16
7 Mandiri Syariah 0 9 1 10 1,61
8 Alto 0 21 0 21 3,39
9 BNI Syariah 0 9 0 9 1,45
10 Danamon 0 19 0 19 3,06
11 Hana Bank 0 11 0 11 1,77
12 Maybank 0 11 0 11 1,77
13 Prima 0 21 0 21 3,39
14 Visa 0 21 0 21 3,39
15 NA 6 0 17 23 3,71
Total 104 445 71 620 100

Lampiran 9. Tabel data jasa pengiriman yang digunakan dalam penjualan obat
ilegal dan obat yang disalahgunakan
Media Sosial
No Jasa Kirim Jumlah Persentase (%)
Website E-Commerce Media Sosial
1 Pos 33 14 16 63 20,19
2 JNE 56 35 24 115 36,86
3 J&T 12 5 13 30 9,62
4 TIKI 28 7 13 48 15,38
5 Go-Jek 7 0 0 7 2,24
6 Wahana 0 3 1 4 1,28
7 Sicepat 0 1 0 1 0,32
8 COD 0 3 0 3 0,96
9 By WhatsApp 0 4 0 4 1,28
10 JD.ID 0 10 0 10 3,21
11 Lazada 0 21 0 21 6,73
12 NA 4 0 2 6 1,92
Total 140 103 69 312 100

Universitas Indonesia
31

Lampiran 10. Contoh website yang menjual obat ilegal

Lampiran 11. Contoh website yang menjual obat yang sering disalahgunakan

Universitas Indonesia
32

Lampiran 12. Contoh akun media sosial yang sudah tidak aktif lagi

Universitas Indonesia
33

Lampiran 13. Penjual dengan nomor rekening yang sama dan beberapa akun
website yang sudah tidak bisa dibuka lagi

Universitas Indonesia
34

Lampiran 14. Penjual dengan nomor rekening sama dan menjual produk berbeda

Lampiran 15. Contoh akun e-commerce penjual obat ilegal

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai