MELA MILANI
1406545056
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JULI 2019
UNIVERSITAS INDONESIA
MELA MILANI
1406545056
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JULI 2019
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan praktik kerja ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Penyusun,
Mela Milani
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktik Kerja Profesi ini adalah hasil karya saya sendiri,
iv
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBIMBING
Mengetahui :
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : Juni 2019
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi ini.
Penulisan laporan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari
tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Stella Reynelda, S.Si., Apt. sebagai Head Research and Development PT.
Bintang Toedjoe selaku pembimbing dan Pak Ryan Adi Candra, S.Farm., Apt.
sebagai Supervisor Formulation Development yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan serta membimbing penulis selama
melakukan Praktik Kerja Profesi di PT. Bintang Toedjoe;
2. Dr. Sutriyo, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang telah membimbing,
mengarahkan, memberi saran dan dukungan kepada penulis selama Praktik
Kerja Profesi dan selama penyusunan laporan ini;
3. Seluruh karyawan PT. Bintang Toedjoe departemen Product Development
(Pak Syarif, Pak Joseph, Pak Zufri, Pak Dodo, Mba Reni, Mba Ersa, Mba
Angger, Mba Yeyen, Mba Irene, Mba Rani, Mba Wulan, Pak Aan, Pak Yoko,
Mba Winda, Kak Tama, Pak Jay, Anang, Kak Raka, Pak Dori, Mba Putri, atas
bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan Praktik Keja Profesi di PT.
Bintang Toedjoe;
4. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas waktu, dukungan,
semangat, dan ilmu yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di
Program Studi Profesi Apoteker;
5. Keluarga tercinta atas doa, dukungan, dan perhatian sehingga pelaksanaan dan
penulisan laporan ini berjalan dengan baik;
6. Rekan Praktik Kerja di PT. Bintang Toedjoe, Adinda, Nazila dan Ida yang
telah berbagi ilmu dan pengalaman selama pelaksanaan Praktik Kerja;
vi
7. Teman-teman Apoteker UI angkatan LXXXVIII dan sahabat-sahabat yang
telah membantu, memberikan perhatian dan semangat selama proses
penyusunan dan penulisan laporan ini;
8. Seluruh pihak, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya selama Praktik Kerja Profesi dan
penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata,
penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama
menjalani Praktek Kerja Profesi ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja ......................... Error! Bookmark not defined.
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xi Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
1 Universitas Indonesia
2
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker di PT. Bintang Toedjoe
ini adalah :
a. Memahami ruang lingkup tugas dan tanggung jawab profesi sehingga dapat
memperoleh gambaran yang nyata mengenai peranan profesi apoteker di
industri farmasi.
b. Mengetahui dan memahami pelaksanaan penerapan CPOB di industri farmasi
dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan.
c. Memahami rangkaian kegiatan yang dilakukan di industri farmasi dalam
menghasilkan suatu produk
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan setiap tahun perusahaan yang
bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya
kepada Kepala Badan pengawas Obat dan Makanan. Bagi industri farmasi yang
melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak
memerlukan izin perluasan. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama
perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Izin usaha industri
farmasi yang diberikan dapat berlaku untuk seterusnya selama perusahaan industri
farmasi yang bersangkutan berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu industri farmasi memperoleh
izin usaha industri adalah sebagai berikut:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
f. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan
sertifikat CPOB yang berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi
persyaratan yang diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
g. Pengajuan permohonan persetujuan prinsip untuk pendirian usaha industri
farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal. Permohonan persetujuan prinsip
dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal
Dalam Negeri, harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari
instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan setelah
pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari
kepala BPOM.
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
2.2.1.2 CPOB
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk (BPOM, 2012).
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaannya (BPOM, 2012).
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah
tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko
terhadap mutu obat. Industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi.
Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab
hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh
didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi
yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan
ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas
(BPOM, 2012).
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)/kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain (BPOM, 2012).
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),
dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di
samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah
mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan
berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya
Universitas Indonesia
9
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk (BPOM, 2012).
Universitas Indonesia
10
pengemas, bahan yang sedang diproses atau produk jadi. Prosedur pembersihan,
sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi serta dievaluasi secara berkala untuk
memastikan efektivitas prosedur dan selalu memenuhi persyaratan (BPOM,
2012).
2.2.6 Produksi
Proses produksi harus memenuhi ketentuan CPOB, mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan, dan diawasi oleh personil yang kompeten, sehingga
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Aspek produksi mencakup perlakuan
terhadap bahan awal; validasi proses; pencegahan pencemaran silang; sistem
penomoran bets atau lot; penimbangan dan penyerahan serta pengembalian;
pengolahan; bahan dan produk kering; bahan pengemas; kegiatan pengemasan;
pengawasan selama proses; bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan
dikembalikan; karantina dan penyerahan produk jadi; penyimpanan bahan awal;
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; pengiriman dan
pengangkutan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012).
Ketentuan pada bahan awal antara lain pengadaan bahan awal hendaknya
dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua
penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaknya dicatat. Pada saat
penerimaan, terhadap setiap kiriman dilakukan pemeriksaan secara visual tentang
kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, kebocoran dan kemungkinan
adanya kerusakan bahan. Bahan awal yang diterima hendaknya dikarantina
sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian. Pada validasi proses, prosedur
produksi hendaknya divalidasi dengan tepat. Tingkat validasi yang dilakukan
tergantung dari sifat dan kerumitan produk serta proses yang bersangkutan.
Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan hendaknya disertai
dengan tindakan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan
tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tiap tahap proses, produk, dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran
mikroba dan pencemaran lain. Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
15
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting (CPOB, 2012).
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
Universitas Indonesia
19
obat yang dibuat dan setiap aspek kegiatan yang terlibat di dalamnya. PT. Bintang
Toedjoe juga menerapkan sistem CPOB, SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), ISO
9001, ISO 14001, OHSAS (Occupational Health and Safety Asessment Series),
dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
[Sumber: www.google.com]
Gambar 3.1. Logo PT. Bintang Toedjoe
PT. Bintang Toedjoe berlokasi di Jakarta Timur dan terletak di dua lokasi
yang berbeda yaitu di Pulomas dan kawasan industri Pulogadung (dua plant). PT.
Bintang Toedjoe plant Pulomas terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani No.2, berfungsi
sebagai Head Office dan bertanggung jawab terhadap produksi produk-produk
effervescent (seperti Extra Joss). PT. Bintang Toedjoe plant Pulogadung berlokasi
di Kawasan Industri Pulogadung Jl. Rawa Sumur Barat II/K-9, bertanggung jawab
terhadap produksi produk-produk liquid (seperti Komix) dan produk-produk
puyer (seperti Puyer 16, Waisan).
PT. Bintang Toedjoe baik plant Pulomas maupun Pulogadung memiliki 3
kelas pembagian ruang yaitu black area (pada area ini jumlah partikel, suhu dan
kelembaban udara tidak diatur namun tetap dipantau secara berkala meliputi ruang
packaging sekunder, gudang Raw Material atau Packaging Material atau finished
goods dan ruang office), grey area (pada area ini jumlah partikel, suhu,
kelembaban dan aliran udaranya diatur dan dipantau meliputi ruang compounding,
ruang filling atau kemas primer, ruang sampling, ruang penimbangan atau
weighing dan white area (meliputi ruang laboratorium analisis mikrobiologi di
dalam ruang Quality Anssurance – Quality Control), sebelum masuk white area
tersebut diharuskan memakai baju dan sepatu khusus bebas serat dan harus
melewati ruang buffer khusus yang memiliki air blower untuk menghilangkan
partikel yang menempel pada baju.
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
3.4.2 Manufacturing
Divisi manufacturing terdiri dari Site Pulogadung dan Site Pulomas
(Production, Engineering dan Warehouse & Penimbangan), Research and
Development (Product development Pulogadung, Product development Pulomas,
Analytical development), Quality Operational (Quality Assurance - Quality
Control, Quality System), Purchasing, Project Management, purchasing SCM,
PPIC. Setiap bagian dari divisi manufacturing bekerja sama dalam menghasilkan
produk yang bermutu, aman dan acceptable serta sesuai dengan ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Struktur organisasi manufacturing dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Universitas Indonesia
25
3.4.2.2 Plant
a. Produksi
Departemen produksi bertanggung jawab atas semua kegiatan pembuatan
produk yaitu mulai dari penerimaan bahan awal dari bagian pengolahan
(compounding), pengisian (filling), pengemasan (packaging), hingga
menghasilkan produk jadi (finished goods). Pelaksanaan proses produksi
dilakukan berdasarkan rencana produksi mingguan dari bagian PPIC (Production
Universitas Indonesia
29
Planning & Inventory Control) yang diturunkan lagi menjadi rencana produksi
harian. Proses produksi juga harus sesuai dengan prosedur tetap seperti yang
tertulis pada WI sehingga dapat menjamin mutu produk sesuai spesifikasi yang
ditetapkan.
Departemen produksi di PT. Bintang Toedjoe dibagi dalam dua plant, yakni
plant Pulogadung dan plant Pulomas. Plant pulogadung terbagi dalam tiga line
produksi, yaitu line puyer, effervescent, dan cair, sedangkan plant Pulomas line,
yaitu line effervescent.
b. Teknik (Engineering)
Departemen teknik merupakan departemen yang bertanggung jawab
memberikan bantuan teknik kepada semua departemen yang membutuhkan
bantuan terkait alat, mesin, sistem penunjang dan lain-lain.
c. Warehouse (Gudang) dan Penimbangan
Warehouse (gudang) merupakan salah satu bagian penting yang berperan
dalam pengelolaan RM (Raw Material), PM (Packaging Material) dan FG
(Finished Goods) pada kondisi yang tepat untuk menjamin kualitasnya. Bidang
warehouse menjalin hubungan internal kepada bagian PPIC, produksi, QA, QC,
Produk Development (R&D), FA (Finance) dan hubungan eksternal kepada
distributor, supplier. Berdasarkan fungsinya gudang di PT. Bintang Toedjoe
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
i. IMC (Incoming Material Control)
Tugas dan tanggung jawab IMC adalah:
Menerima raw materials (RM) /packaging materials (PM), general items
dan Manufaturing items, finished good return dari cabang
Mutu barang tetap terjaga, dimana penyimpanan material disesuaikan
dengan kondisi penyimpanan tiap-tiap material.
Menjaga kerapian dan kebersihan, dimana salah satu tujuannya adalah
untuk menghindari kontaminasi.
Kelengkapan dan kebenaran dokumen
Melayani RM/PM ke produksi
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
pembelian sesuai perencanaan dengan harga baik, mutu dan jumlah yang sesuai
dengan spesifikasi yang diminta serta delivery time yang tepat.
Fungsi umum dari purchasing mengkoordinasikan dan merencanakan
pelaksanaan pembelian berbagai keperluan sesuai standar manajemen mutu,
lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dengan harga terbaik,
mutu dan jumlah yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta serta delivery time
yang tepat. Purchasing mengurusi pemesanan dan pembelian barang ke supplier,
meliputi keperluan promosi, general item atau alat rumah tangga (ART), alat
pelindung diri (APD), bahan-bahan kebutuhan analisis Quality Assurance-
Quality Control dan mesin-mesin untuk produksi dan lain-lain.
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA
36 Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
40
BAB 5
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
43
untuk digunakan. Pada lab scale research dicari titik kritis dalam proses
pembuatan produksi dan spesifikasi yang diharapkan sehingga tahap-tahap kritis
tersebut dapat dikontrol dan produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Hasil
dari lab scale research dan stability test adalah spesifikasi finished good,
formulasi, dan expired date. Apabila produk pada skala laboratorium sudah
terbukti stabil dan memenuhi spesifikasi maka produk siap dilakukan stability
test. Pada tahap ini akan memperoleh batch record produksi, master formula, dan
spesifikasi finished good. Setelah tahap ini dilanjutkan dengan proses scale up
yang dikerjkan oleh pihak R&D. Selanjutnya bisa dilakukan registrasi ke BPOM,
jika nomor registrasi sudah diperoleh, maka produk dapat diproduksi dalam skala
industri.
Bagian bahan pengemas bertugas untuk memeriksa bahan kemas yang akan
digunakan dalam proses produksi atau pembuatan produk. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk bahan pengemas menggunakan metode analisis tertentu yang
telah ditetapkan oleh departemen R&D bagian Packaging Development. Contoh
pemeriksaan bahas pengemas, yaitu kesesuaian kode material, warna, ukuran,
kelengkapan lapisan foil, bagian yang tidak tercetak, adanya kerusakan seperti
noda dan kerutan.
c. Bagian Produk Antara dan Produk Ruahan (Semi-Finished Good)
Bagian produk antara dan ruahan bertugas untuk memeriksa kualitas dari
produk yang dihasilkan sesuai dengan syarat uji. Contoh produk antara adalah
citric acid dan sodium bicarbonate dimana bahan tersebut masih membutuhkan
proses yang lebih lanjut sebelum ke proses berikutnya. Produk ruahan adalah
produk sudah dilakukan proses mixing, hanya tunggu proses filling. Pengambilan
sampel produk ruahan dan antara dilakukan oleh operator produksi, yang
kemudian dikirim ke laboratorium QC untuk diperiksa. Produk yang masih
menunggu keputusan rilis atau tolak dari QC disimpan di gudang bahan.
d. Bagian Mikrobiologi (Microbiology)
Bagian mikrobiologi bertugas untuk memeriksa mikrobiologi pada bahan
baku, bahan pengemas, atau produk ruahan atau mendukung bagian lain yang
memerlukan uji mikrobiologi. Contoh uji mikroboba seperti kapang kamir.
e. Bagian Stabilita (Stability)
Bagian stabilita yang dilakukan oleh QC yaitu stabilita pada suhu kamar dan
stabilita dipercepat. Bagian stabilita bertugas untuk memeriksa data stabilita post-
marketing dari produk untuk klaim tanggal kadaluwarsa.
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
Audit proses dilakukan oleh inspector QA. Audit proses ini memprioritaskan
untuk bidang yang sedang banyak masalah. Jika ada penyimpangan diadukan
kepada supervisor atau manager terkait.
7. Recall
Recall dilakukan apabila ada kerusakan parah (menurunkan kualitas produk),
adanya teguran BPOM. Mock recall dilakukan setiap 3 tahun sekali dalam
bentuk data sebagai simulasi untuk mengetahui sebaik apa kemampuan
recall.
8. Toll Development
Toll development adalah pemeriksaan terhadap produk-produk toll
9. SMF (Site Master File)
SMF berisi informasi perusahaan yang diperbarui setiap satu tahun sekali
oleh QA.
10. RIV (Rencana Induk Validasi)
RIV dilakukan setiap setahun sekali. Laporan ini berisi ada tidaknya yang
tidak sesuai jadwal atau ada masalah pada validasi.
11. Knowledge Management
Knowledge management merupakan sharing knowledge setelah habis training
12. Validasi
Validasi terbagi atas validasi proses, validasi cleaning, validasi umum.
Validasi proses bertujuan untuk memastikan prosedur dan sumber daya selalu
menghasilkan produk kualitas yang sama. Validasi cleaning bertujuan untuk
memastikan prosedur pembersihan dan hasilnya konsisten tidak menyisakan
kontaminan yang berarti. Validasi umum bertugas maping suhu gudang
(300C cek setiap 14 hari) dan penggantian sanitizer lab.
13. Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan untuk alat yang sudah mendekati waktu expire date, alat
baru yang belum pernah dipakai atau saat diganti sparepart contohnya heater.
14. Kualifikasi
Universitas Indonesia
49
adalah Extra Joss Active. Setelah melalui tahap final mixing maka produk
dikarantina oleh QC untuk pengecekan parameter-parameter tertentu seperti kadar
dan mikrobiologi.
b. Filling
Proses filling sering disebut sebagai packaging primer. Tahap ini dilalui
setelah melalui proses compounding. Parameter kritis dalam tahap filling
diantaranya kebocoran kemasan saset, sealing strength test, pengukuran bobot
kemas.
c. Packaging
Proses packaging sering disebut sebagai packaging sekunder. Pada proses
ini dilakukan pengemasan produk yang telah dikemas primer. Packaging sekunder
terdiri dari beberapa macam diantaranya dalam box dan karton. Ada pula yang
dengan dilengkapi dengan wrapping.
Area produksi di plant Pulogadung dibagi menjadi 2 area yaitu black area
dan grey area. Yang membedakan 2 area tersebut adalah aliran udara, tekanan
udara, suhu, RH, dan jumlah partikel.
a. Black area
Jumlah partikel pada daerah black area > 100.000. Sedangkan untuk RH,
suhu, tekanan udara tidak diatur namun tetap dipantau secara berkala. Yang
termasuk daerah black area pada ruang produksi adalah ruang packaging
sekunder. Pakaian yang digunakan di ruang black area berupa baju black area all
in bewarna biru dan menggunakan sepatu khusus.
b. Grey area
Grey area dikenal dengan kawasan bersih. Pada ruang grey area syarat
jumlah partikelnya maksimal 100.000 partikel. Ruang-ruang grey area dijaga
suhunya antara 20-27°C dan RH ≤ 70%. Namun khusus untuk ruang produksi
effervescent dengan dehumidifier dijaga suhunya ≤ 25°C dan RH ≤ 30%. Yang
termasuk grey area pada ruang produksi adalah ruang compounding dan ruang
filling (kemas primer). Untuk pakaian yang digunakan di ruang grey area berupa
Universitas Indonesia
51
terusan baju grey area all in, APD meliputi masker, sarung tangan, dan penutup
telinga khusus (untuk area tertentu) serta sepatu khusus berwarna putih.
Universitas Indonesia
52
logistik dan produksi sesuai dengan Jadwal Produksi Harian yang telah diatur oleh
departemen PPIC.
Untuk bagian toll yang mengerjakan proses produksi dibagi atas dua bagian
yaitu toll in dan toll out. Toll in merupakan proses produksi produk oleh pihak
luar PT. Bintang Toedjoe yang dilakukan di pabrik PT. Bintang Toedjoe. Toll out
merupakan proses produksi produk PT. Bintang Toedjoe yang dilakukan diluar
pabrik PT. Bintang Toedjoe seperti pengerjaan di tempat lain.
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dengan mengikuti Praktik Kerja Profesi Apoteker, maka calon Apoteker:
a. Memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di Industri
Farmasi. Apoteker di PT. Bintang Toedjoe dapat berperan sebagai
penanggung jawab pemastian mutu (Quality Assurance), penanggung
jawab pengawasan mutu (Quality Control), dan penanggung jawab
produksi. Selain personil kunci, apoteker juga dibutuhkan untuk untuk
bertanggung jawab pada kegiatan lain yang memerlukan keahlian dan
pengetahuan di bidang kefarmasian, seperti Research and Development
(R&D), Manufacturing System Development (MSD), Logistik, Production
Planning and Inventory Control (PPIC), dan Purchasing.
b. Mendapatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Industri Farmasi.
c. Memahami penerapan CPOB di Industri Farmasi, mulai dari proses awal,
penerimaan bahan awal hingga penyimpanan produk jadi.
6.2 Saran
Masukan yang dapat penulis berikan pada PT. Bintang Toedjoe dalam
pelaksanaan PKPA yang berikutnya, antara lain adalah jika memungkinkan, akan
lebih baik bila dilakukan rotasi penempatan mahasiswa praktik ke seluruh
departemen sehingga mahasiswa berkesempatan melihat secara langsung
pekerjaan apoteker pada departemen lain dan mendapat wawasan yang lebih
beragam.
55 Universitas Indonesia
56
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2015). Materi Edukasi
Tentang Peduli Obat dan Pangan Aman. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
57
LAMPIRAN
58
President Director
QO Head
Consumer
Finance
Site Insight
Pulomas
Head
Site
Product
Pulugadung
Innovation Accounting
Head
R&D Head
Purchasing
Manager Regulatory Information
Affair Technology
Project
Management
Manager
Purchasing Legal
SCM
Manager
PPIC Manager
Internal
Audit
59
Manufacturing Director
Head
Site
Site
Purchasing Pulgadung Project
QO Head R&D Head Purchasing Pulomas
SCM Head Management
Head
QA PM
Manager
QA PG
Manager
QC PM
Manager
QC PG
Manager
QS
Manager
60