Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR MAGANG OBSERVASI

UPT. BENIH INDUK HORTIKULTURA GEDUNG JOHOR

TRY WAHYU ANDINI : 4193520024

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN MAGANG OBSERVASI
UPT. BENIH INDUK HORTIKULTURA GEDUNG JOHOR

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG


OBSERVASI OLEH :

TRY WAHYU ANDINI / 4193520024

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melengkapi Matakuliah Magang


Observasi Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan

Tanggal Persetujuan : 9 Maret 2021

Dosen Pembimbing Magang Observasi Pembimbing Lapangan

Khairiza Lubis, S.Si., M.Sc., Ph.D. Ir. Nuriman Tambunan

NIP. 198105242008012014 NIP. 196612121993032007

Mengetahui

Ketua Program Studi Biologi

i
Ahmad Shafwan S. Pulungan, S.Pd.,
M.Si NIP. 198410312010121003

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat, Hidayahdan
perlindungan yang di berikan keada penulis sehinnga penulisan laporan Magang 1 inidapat
di selesaikan tepat pada waktunya.
Rampungnya penulisan laporan magang 1 ini dapat di sadari tentunya tidakterlepas dari
dukungan, kerja sama dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulisanlaporan
magang
1 ini dapat tersusun, meskipun penulisan masih banyak kekurangan didalamnya maka
kritikan dan saran sangat di harapkan dari berbagai pihak yang bersangkutan. Sepantasnya
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasihyang sebanyak-banyaknya
kepada :
1. Ibu Khairiza Lubis, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pengampu yang telah
memantau, membimbing serta memberikan dukungan kepada penulis selama
melakukan observasi.
2. Ibu Ir. Nuriman Tambunan, selaku pembimbing lapangan yang telah mengarahkan
dan membina penulis dalam melaksanakan magang observasi di lapangan.
3. Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd. selaku ketua jurusan yang telah memberikan bimbingan
awal dan pembekalan magang 1.
4. Bapak dan Ibu guru serta staf/karyawan UPT. Benih Induk Hortikultura Gedung
Johor, yang telah membantu dan membimbing penulis selama melakukan kegiatan
magang 1 ini.
5. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuannya
6. Terima kasih atas semua pihak yang tidak sampai penulis sebutkan satu-persatu
dalam laporan ini. Semoga bantuan dan dukungan dari semua pihak mendapat Ridha
dan Rahmat di sisi Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap, laporan magang 1 ini dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis
dalam mempersiapkan dunia kerja walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Medan, 11 Mei 2021

Try Wahyu Andini

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Magang...................................................................................................2
1.4 Manfaat Magang.................................................................................................2
1.5 Tempat Magang..................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4


2.1 Bibit...................................................................................................................4
2.2 Tanaman Hortikultura........................................................................................7
2.3 Budidaya Tanaman Hortikultura.......................................................................8
BAB III PELAKSANAAN...........................................................................................10
3.1 Waktu dan Lokasi Magang Observasi................................................................10
3.2 Rencana Kegiatan...............................................................................................10
3.3 Metode Pelaksanaan Magang.............................................................................10

BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN................................................12


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................19
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................19
5.2 Saran...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................vi

LAMPIRAN ..................................................................................................................vii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 pasal 35 mengamanatkan bahwa kurikulum


pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan
kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2012 mengamanatkan bahwa kurikulum dalam
setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Dalam KKNI dibuat mekanisme penyandingan antara mutu lulusan yang
dihasilkan program pendidikan dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk
menangani masalah pengangguran yang disebabkan oleh tidak terakuinya kompetensi
seseorang maka mekanisme pengakuan hasil pembelajaran lampau (Recognition of Prior
Learning/RPL) maupun pengakuan kompetensi saat ini (Recoqnition of Current Competency)
sangat dibutuhkan. KKNI dapat menjadi landasan strategi penyetaraan kualifikasi seseorang
yang diperoleh melalui dari pendidikan formal, nonformal, informal, bahkan dari pengalaman
bekerja.

Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan


gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dankarbohidrat. Produk hortikultura
terbesar adalah buah-buahan dan sayuran. Produksi buah-buahan utama di tahun 2004
mencapai 9,1 juta ton diikuti sayuran 3,6 juta ton, dan tanaman biofarmaka sebesar 92,6 ribu
ton. Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang cerah di masa mendatang sekaligus
sebagai sumber perolehan devisa bagi Indonesia. Nilai ekspor hortikultura pada bulan
Februari 2007 mengalami peningkatan sebesar 34,46 persen dari bulan Januari 2007 dan
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk dan tingkat pendapatan.

UPT Benih Induk Holtikultura Gedung Johor dipilih sebagai tempat magang karena
memiliki UPT yang berhubungan dengan Biologi dan dapat membantu tugas akhir atau
skripsi mahasiswa sebagai syarat kelulusan strata I. Mata kuliah magang merupakan mata
kuliah universitas yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa di seluruh program studi yang

1
ada di lingkungan Unimed. Mata Kuliah Magang I merupakan kegiatan intrakurikuler (mata
kuliah) dalam rangka mencari pengalaman kerja sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu
yang dimiliki.Oleh karena itu, tema atau jenis pekerjaan yang dilaksanakan mahasiswa dalam
Magang harus mencerminkan kompetensi lulusan program studi S-1 Biologi FMIPA
Unimed.

Mata kuliah magang terdiri dari dua mata kuliah, yakni Magang I yang diberikan pada
semester IV, magang I ini disebut juga sebagai Magang Observasi. Magang II diberikanpada
semester VI, masing-masing berbobot 2 SKS.Magang dilakukan dengan cara melakukan
magang kerja di laboratorium, lembaga, instansi, perusahaan atau tempat lain yang sesuai
dengan bidang ilmunya untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur organisasi di UPT. BIH Gedung Johor?


2. Jenis tanaman hortikultura apa saja yang di budidayakan di UPT. BIH Gedung Johor?
3. Teknik pembibitan apa saja yang digunakan untuk pembudidayaan bibit tanaman
hortikultura di UPT. BIH Gedung Johor?
1.3 Tujuan Magang

Maksud dilakukannya magang :

1. Melihat dan memahami struktur organisasi di UPT. BIH Gedung Johor.


2. Mengetahui berbagai jenis tanaman hortikultura yang di budidayakan di UPT. BIH
Gedung Johor.
3. Memahami teknik pembibitan yang digunakan untuk pembudidayaan bibit tanaman
hortikultura di UPT. BIH Gedung Johor.
1.4 Manfaat Magang
1. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa selaku generasi
yang dididik untuk siap terjun di masyarakat khususnya di lingkungan kerja.
2. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang
telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di lapangan.
3. Mengolah diri sebagai insan akademis yang mempunyai identitas dan tetap mawas
diri terhadap perubahan zaman serta mempunyai dedikasi yang tinggi dalam

2
mengkaji, meneliti dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibidang
Sains.
4. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dan hubungan yang dinamis antara
Instansi dan Perguruan Tinggi.
5. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan saran/masukan kepada Instansi Pemerintah
dimana mahasiswa melaksanakan magang sebagai bentuk kontribusi dan umpan balik
dari mahasiswa kepada Instansi Pemerintah.
1.5 Tempat Magang

Magang observasi ini dilakukan di instansi UPT Benih Induk Hortikultura, Gedung Johor
yang beralamat lengkap di Jl. Karya Jaya V, Pangkalan Masyhur, Kec. Medan Johor, Kota
Medan, Sumatera Utara 20219.

Benih Induk Hortikultura, Gedung Johor merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) lingkup Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura provinsi Sumatera Utara yang
memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian khususnya dalam aspek
pengadaan benih hortikultura yang bermutu sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bibit

Sampai sekarang pengertian bibit masih sering dirancukan dengan pengertian benih
(seed) dan tanaman induk (parent stock). Banyak orang yang tertukar untuk mengistilahkan
bibit pada benih. Pengertian bibit juga sering tertukar dengan tanaman induk penghasil benih
atau bibit. Pengertian bibit yang dimaksud ialah tanaman kecil (belum dewasa) yang berasal
dari pembiakan generatif (dari biji), vegetatif, kultur jaringan, atau teknologi perbanyakan
lainnya. Selain itu, bibit juga dapat diperoleh dari kombinasi cara-cara perbanyakan tersebut
(Setiawan, 1999). Bibit merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya tanaman.
Budidaya tanaman sebenarnya telah dimulai sejak memilih bibit tanaman yang baik, karena
bibit merupakan obyek utama yang akan dikembangkan dalam proses budidaya selanjutnya.
Selain itu, bibit juga merupakan pembawa gen dari induknya yang menentukan sifat tanaman
setelah berproduksi. Oleh karena itu untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat tertentu
dapat diperoleh dengan memilih bibit yang berasal dari induk yang memiliki sifat tersebut
(Setiawan, 1999).

Pengertian bibit biasanya diterapkan bagi tanaman buah tahunan. Pada tanaman buah
tahunan, “calon tanaman” dijual dalam bentuk tanaman kecil (bibit). Lain halnya dengan
tanaman sayuran, hias, dan buah semusim yang sering dijual dalam bentuk biji hasil
penangkaran yang biasa disebut benih untuk perbanyakannya (Setiawan, 1999).

Berdasarkan cara perbanyakan, bibit dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Bibit Generatif
Bibit generatif diperoleh dari hasil perbanyakan secara kawin (sexual). Bibit generatif
lebih dikenal konsumen dengan bibit dari biji sebab bibit ini dikembangkan dari biji.
Anggapan seperti ini tidak selalu benar sebab ada bibit dari biji yang tidak diperoleh dari
hasil perkawinan (biji apomiktik). Namun, pada kebanyakan buah memang biji ini telah
dibuahi atau sebagai hasil perkawinan antara bunga jantan dan bunga betina. Mekanisme
perkawinan terjadi pada saat penyerbukan, yaitu kepala putik diserbuki dengan serbuk sari
yang berlanjut sampai pembentukan biji.

4
2. Bibit Vegetatif
Bibit vegetatif diperoleh dari pembiakan secara tak kawin (asexual). Alasan yang
utama sehingga banyak bibit yang diperbanyak secara vegetatif ialah untuk mendapatkan
bibit yang memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induknya. Pada perkembangan
selanjutnya, sistem pembiakan vegetatif memungkinkan penggabungan dua atau lebih induk
yang masing-masing memiliki sifat tertentu. Sebagai contoh pada bibit sambung atau okulasi,
bibit yang dihasilkan dapat memiiki sifat yang baik dari batang atas (misal kualitas buah
baik) dan sifat yang baik dari batang bawah (misal perakaran baik) (Setiawan, 1999).

Di pasaran dikenal berbagai macam jenis bibit. Konsumen sudah akrab dengan jenis
bibit biji, cangkokan, sambung, atau okulasi. Berdasarkan jenis perbanyakannya, bibit terbagi
enam jenis, yaitu :

1. Bibit dari biji

Manusia pertama kali mengenal cara perbanyakan tanaman yaitu dari biji. Cara
perbanyakan ini bahkan dapat terjadi secara alami. Biji tanaman yang jatuh ke tanah, baik
secara alami atau melalui tangan manusia (setelah buahnya dikonsumsi), akan tumbuh
menjadi tanaman jika mendapat kondisi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Kelebihan bibit
ini ialah perakarannya kuat, tetapi kelemahannya ialah sifat bibit belum tentu sama dengan
sifat induk dan pertumbuhan generatifnya lambat. Dengan demikian tidak mengherankan
kalau umur berbuahnya tidak secepat tanaman yang berasal dari bibit vegetatif. Bibit dari biji
dapat dikenali dari sosoknya yang lebih tinggi dan percabangannya lebih sedikit dari bibit
vegetatif. Selain itu pada bibit ini tidak ditemukan luka bekas okulasi atau sambungan.

2. Bibit Setek (cuttage)


Bibit setek diperoleh dengan memisahkan atau memotong beberapa bagian dari
tanaman, seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut
membentuk akar. Kelebihan dari cara perbanyakan ini ialah caranya sederhana (tidak
memerlukan teknik-teknik tertentu yang rumit) dan bibit yang diperoleh mewarisi sifat-sifat
yang dimiliki induknya. Kelemahannya ialah tidak banyak jenis tanaman yang dapat
diperbanyak dengan cara ini sehingga penggunaannya terbatas

3. Bibit cangkok (air layerage)


Bibit cangkokan termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui
proses perkawinan (aseksual). Pencangkokan lebih banyak digunakan pada tanaman buah

5
karena kebanyakan cabang tanaman ini tidak dapat dilengkungan seperti cara pembubunan
yang umum. Kelebihan cara pembiakan cangkokan ialah pohon dari bibit cangkokan lebih
cepat berbuah dan dapat mewarisi sifat baik dari tanaman induk karena induknya dapat dipilh
yang memiliki sifat baik. Sedangkan kelemahannya ialah perakaran cangkokan krang kuat
dan dangkal, bentuk pohon menjadi rusak, tidak dapat menyediakan bibit yang relatif banyak
dalam waktu yang cepat, cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan,
serta jika sering dilakukan pencangkokan, produksi buah pohon induk menjadi terganggu.
Jenis bibit dapat dikenali dengan memperhatikan percabangannya yang lebih banyak. Selain
itu, bibit cangkokan dapat dibedakan dari bibit biji dengan melihat sosoknya yang lebih
pendek pada umur dan kondisi yang sama dengan bibit dari biji, dapat juga dengan dilihat
dengan tidak adanya bekas luka tempelan atau sambungan.

4. Bibit okulasi (budding)


Bibit okulasi termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui
proses perkawinan (aseksual). Sebenarnya bibit ini tidak murni bibit vegetatif sebab batang
bawahnya berasal dari biji. Bibit ini diperoleh dengan menempel tunas pada batang bawah
yang telah disiapkan sebelumnya. Namun, batang bawahnya lebih banyak berfungsi sebagai
penopang tanaman dan menghasilkan perakaran yang baik. Setelah tunas tempelan (entris)
tumbuh dengan baik, kelebihan batang bawah yang berada di atas tunas dipotong. Untuk
pertumbuhan selanjutnya, pertumbuhan tunas tempelan lebih dominan dibandingkan dengan
batang bawahnya. Kelebihan dari pembibitan okulasi ialah dapat mewarisi sifat baik dari
induk entries (tempelan) karena induk dipilih memiliki sifat baik, perakaran bibit cukup kuat
karena batang bawahnya berasal dari biji, dapat mewarisi sifat baik dari batang bawah karena
batang bawah dipilih dari yang memiliki sifat baik, dan lebih cepat berbuah dibandingkan
bibit dari biji. Kelemahan dari pembibitan ini terutama dalam masalah teknis pengerjaannya
karena memerlukan keterampilan teknis yang baik melalui pengalaman dan latihan. Selain
dapat dikenali dari bekas tempelan, bibit okulasi mempunyai percabangan yang cukup
banyak dibandingkan bibit dari biji,. Hal ini dapat digunakan untuk membedakannya dari
bibit biji, tetapi perbedaannya tidak terlalu mencolok sehingga tidak semua orang dapat
membedakannya dengan cara ini.

5. Bibit sambung (detached scion grafting)


Bibit ini banyak dijumpai di pasaran, bibit ini sama dengan bibit okulasi yaitu
termasuk bibit vegetatif, walaupun sebenarnya tidak murni vegetatif karena batang bawahnya

6
berasal dari perbanyakan biji. Prinsip pembuatannya sama dengan biji okulasi, yang
membedakannya ialah, pada bibit okulasi yang disambungkan adalah mata tunas, sedangkan
pada bibit sambungan yang disambungkan adalah kumpulan mata tunas atau batang.
Kelebihan dan kekurangan dari cara pembibitan ini sama dengan cara pembibitan okulasi.

6. Bibit susuan (approach grafting)


Bibit susuan sebenarnya sama-sama merupakan bibit sambungan. Hal yang
membedakan antara bibit susuan dengan bibit sambungan ialah pada bibit susuan batang atas
maupun batang bawah masih berhubungan dengan batang sistem perakaranya. Bibit susuan
diperoleh dengan cara menyambungkan batang atas dan batang bawah yang masih
berhubungan dengan perakarannya dengan cara menempelkannya secara bersinggungan.
Setelah sambungan terbentuk, kelebihan batang atas dan batang bawah dipotong. Kelebihan
dan kekurangan cara pembibitan ini hampir sama dengan cara pembibitan sambungan
lainnya. Pada cara pembibitan ini, kemungkinan gagal karena kematian batang lebih kecil
karena masih tetap berhubungan dengan perakarannya dan mendapat suplai zat hara. Bibit
susuan dikenali dari adanya dua luka bekas pemotongan batang, yaitu luka bekas pemotongan
batang bawah dan luka bekas pemotongan batang atas (Setiawan, 1999).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usahatani penangkaran bibit buah ialah
antara lain luas lahan dan jarak tanam. Luas lahan akan jelas mempengaruhi jumlah bibit
yang dibutuhkan. Semakin luas lahan penanaman, maka semakin banyak pula jumlah bibit
yang dibutuhkan, dengan demikian semakin banyak pula biaya yang dikeluarkan untuk
membeli bibit. Demikian pula dengan jarak tanam, semakin lebar jarak tanam yang
digunakan maka semakin sedikit jumlah bibit yang dapat ditanam dalam luasan tertentu.
Sebaliknya dengan menggunakan jarak tanam yang lebih rapat, maka semakin banyak
populasi tanamannya (Setiawan, 1999).

2.2 Tanaman Hortikultura

Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus (kebun) dan colere
(menumbuhkan). Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan
kebun. Hortikultura merupakan cabang pertanian yang berurusan dengan budidaya intensif
tanaman yang di ajukan untuk bahan pangan manusia obat-obatan dan pemenuhan kepuasan
(Zulkarnain, 2009). Hortikultura adalah gabungan ilmu, seni, dan teknologi dalam mengelola
tanaman sayuran, buah, ornamen, bumbu-bumbu dan tanaman obat obatan. Hortikultura

7
merupakan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, dan berbagai tanaman hias, hortikultura
saat ini menjadi komoditas yang menguntungkan karena pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat maka pendapatan masyarakat yang juga meningkat. Peningkatan konsumsi
hortikultura disebabkan karena struktur konsumsi bahan pangan cenderung bergeser pada
bahan non pangan. Konsumsi masyarakat sekarang ini memiliki kecenderungan menghindari
bahan pangan dengan kolestrol tinggi seperti produk pangan asal ternak.

Hortikultura juga berperan sebagai sumber gizi masyarakat, penyedia lapangan


pekerjaan, dan penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini menunjukkan bahwa
pengembangan hortikultura terkait dengan aspek yang lebih luas yang meliputi tekno-
ekonomi dengan sosio-budaya petani. Ditinjau dari proses waktu produksi, musim tanam
yang pendek memungkinkan perputaran modal semakin cepat dan dapat meminimalkan
ketidakpastian karena faktor alam (Mubyarto, 1995).

2.3 Budidaya Tanaman Hortikultura

Secara umum perbanyakan dapat dilakukan dengan menggunakan organ seksual dan
aseksual dari tumbuhan. Perbanyakan seksual adalah perbanyakan dengan menggunakan biji.
Perbanyakan aseksual adalah perbanyakan tanaman dengan memisahkan bagian tanaman.
Perbanyakan tanaman seksual dengan biji memiliki kriteria biji harus dalam keadaan hidup,
tidak mengalami dormansi, dan ditanamam pada lingkungan yang baik. Adapun tahap yang
dilewati adalah proses imbibisi atau masuknya air, kemudian proses penguraian cadangan
makanan dan proses perkecambahan. Perbanyakan tanaman aseksual dilakukan dengan
beberapa cara yakni anakan, tunas, stek, cangkok, perundukan, penyambungan, okulasi, dan
kultur jaringan. Anakan tanaman merupakan tanaman muda yang tumbuh dari organ bawah
tanah tanaman yang memiiki seluruh organ vegetatif. Jika umur benih terlalu tua maka
tanaman tidak punya waktu menyelesaikan fase vegetatifnya dan lebih cepat memasuki fase
generatif dan hasil tidak optimal (shopa, et al., 2017).

Persemaian biji dapat dilakukan langsung atau dibibitkan terlebih dulu (hakim, et al.,
2015). Perbanyakan dengan bibit, umumnya dilakukan untuk tanaman hortikultura seperti
buah buahan yang terlebih dahulu dilakukan penyemaian biji pada lahan tertutup yang
kemudian akan dipindahkan kelahan yang terbuka setelah susunan akar, batang dan daun kuat
danlengkap.

8
Adapun suatu tumbuhan dapat tumbuh juga dipengaruhi oleh lingkungannya.
Diantaranya faktor air, sudu udara, media tanam, cahaya dan hara (Lakitan, 1995). Air
menentukan pertumbuhan tanaman selain sebagai komponen fotosintesis dapat juga
menentukan proses perkecambahan. Suhu udara mempengaruhi laju pertumbuhan tunas dan
perkecambahan. Cahaya menjadi komponenpenting dalam fotosintesis tumbuhan, unsur hara
adalah nutrisi bagi tanaman. Unsur hara N, P, K, berkaitan erat dalam mendukung proses
fotosintesis dan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman (syakir, et al., 2017). Media dari
suatu tanaman memiliki syarat cukup kompak, kapasitas penangas air yang baik, memiliki
aerasi yang baik terhindar dari gulma, bakteri, hama serta memiliki unsur hara yang baik.

9
BAB III

PROFIL TEMPAT MAGANG

3.1 Waktu dan Lokasi Magang

1. Waktu

Magang Observasi dilakukan selama 2 bulan, yaitu mulai dari 09 Maret


2021 sampai dengan 27 April 2021. Sebanyak 9 kali pertemuan
dilaksanakan setiap sekali seminggu yakni pada hari selasa ataupun hari
jum’at.

2. Lokasi

Magang Observasi dilakukan di UPT. Benih Induk Hortikultura Gedung


Johor, Jl. Karya Jaya V, Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor,
Kota Medan, Sumatera Utara.

3.2 Rencana Kegiatan

Kegiatan magang ini dilakukan dengan cara mengamati serta melakukan


wawancara terhadap salah satu pegawai di UPT. Benih Induk Hortikultura Gedung
Johor. Adapun penempatan Magang direncanakan pada bagian staf namun dapat
berubah sesuai dengan kebijakan institusi yang ditempati.
Prosedur untuk melaksanakan magang adalah sebagai berikut:

1) survei awal untuk menentukan waktu dan tempat magang;

2) mengajukan usulan tertulis;

3) melaksanakan magang setelah usulan disetujui

4) membuat laporan pelaksanaan setelah magang selesai.

3.3 Metode Pelaksanaan Magang

10
Metode pelaksanaan dalam kegiatan magang I ini meliputi ;

1. Pengumpulan data dilakukan dengan terjun langsung kelapangan, metode


ini meliputi:

 Metode Observasi adalah pengamatan langsung ke lapangan dengan


melakukan identifikasi terhadap objek, identifikasi dilakukan dengan
melihat proses dan hasil kerja dari pegawai di UPT. Benih Induk
Hortikultura Gedung Johor serta mendokumentasikannya.

 Metode wawancara yaitu dimana penulis mengadakan tinjauan


langsung kelokasi untuk mengadakan tanya jawab (wawancara) secara
langsung dengan pegawai di UPT. Benih Induk Hortikultura Gedung
Johor.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Benih Induk Hortikultura, Gedung Johor merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) lingkup Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura provinsi Sumatera Utara yang
memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian khususnya dalam aspek
pengadaan benih hortikultura yang bermutu sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur). Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Hortikultura adalah salah satu unit
pelayanan teknis lingkup Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. UPT BIH Gedung Johor
memiliki Struktur Organisasi sebagai berikut:

Struktur Manajemen UPT Balai Induk Hortikultura Gedung Johor

KEPALA UPT BIH


Ir. Muddin Dalimunthe MP

KASUBBAG
Ir. Sriwahyuni

KASI PRODUKSI
Ir. Lovie R. Purnama

KASI PELAKSANAAN TEKNIS


Ir. Nuriman Tambunan

PIMPINAN LAB. KULTUR JARINGAN


Herawati, SP

BENDAHARA
Suratmiati, SP

12
Saat ini Unit Pelaksana Teknis Benih Induk Holtikultura (UPT BIH) Gedung Johor,
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (Dinas TPH Sumut). BIH ini
menyediakan benih bermutu dan bersertifikasi, dengan sejumlah varietas. Bagi Petani atau
masyarakat yang membutuhkan bibit unggul tanaman buah-buahan, dapat memperolehnya.
Ada beberapa pengembangan bibit dengan jenis tanaman buah antara lain durian dengan
sejumlah varietas, rambutan varietas brahrang Binjai, kueni varietas Barus, sawo varietas
Asahan, duku Tembung, nangka cempedak, pisang barangan hasil kultur jaringan, guava
tanpa biji, manggis varietas idaman, jambu air varietas madu deli dan kesuma merah, dan lain
lain. Ada beberapa bibit tanaman durian memiliki beberapa varietas, di antaranya otong,
kane, matahari, bintana, dan sebagainya. Bibit durian pada umumnya sudah mulai berbuah
pada umur 4 tahun. (Dinas TPH sumut, 2020)

Beberapa tanaman yang dikembangkan maupun sebagai koleksi UPTD BIH Gedung
Johor antara lain buah kuini barus, sawo asahan, pisang barangan, pisang kepok, bawang
merah, buah naga merah hibrida yang bisa berbuah tanpa proses perkawinan. Kemudian ada,
belimbing pancur batu, alpukat idola, durian kani, durian bintana, durian otong, durian
matahari, durian sunan, mangga malaba dan mangga kelong, jambu air madu deli hijau dan
kesuma merah, jambu klutuk merah tanpa biji dari Thailand. Masih ada kelengkeng Itoh,
kelengkeng pingpong, kelengkeng merah, rambutan brahrang, duku tembung, cempedak
sumana, sirsak ratu, manggis, rambutan rapiah, jambu bol, manggis, kurma, kentang, bunga
krisan, berbagai jenis anggrek, dan lain sebagainya. (Medan bisnis daily, 2020.

Bibit buah durian varietas matahari merupakan jenis yang cukup langka. Pohonnya
tidak tinggi seperti durian, umumnya melainkan sangat rendah. Buahnya berukuran besar-
besar. dengan dagingnya menggiurkan karena tebal dan berwarna kuning. Pada bibit kuini
varietas Barus, buahnya terasa manis, seratnya tidak kasar dan wangi, untuk bibit mangga,
dengan varietas kelong, malabah, dan garivta. Mangga umur 3 tahun biasanya sudah mulai
berbuah, sementara bibit tanaman manggis yang agak lama berbuah. Selain itu ada bibit jeruk
nipis, lemon lokal, lengkeng, buah tine, dan sejumlah tanaman koleksi (plasma nutfah) seperti
tanaman buah khas Papua yaitu buah matoa, dan lain lain. (Dinas TPH sumut, 2020).

Teknik pembibitan dan perbanyakan tumbuhan yang digunakan di UPT. BIH Gedung
Johor yaitu Teknik Sambungan dan Okulasi

1. Teknik Sambungan

13
Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang
berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai
satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.

 Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut


batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
 Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan
sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa
tunas pucuk atau tunas samping.

Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua
varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar
varietas pada tanaman durian.Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua
tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga
(Mangifera indica) disambung denga tanaman kweni (Mangifera odorata).

a. Manfaat sambungan pada tanaman:


 Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru
yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat
mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta
menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya.
 Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan ini
dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman melinjo.
 Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan
menghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku sebaliknya.

b. Syarat batang bawah untuk sambungan:


 Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan” untuk menghasilkan batang bawah,
tetapi ada varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor
dan siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang
baik dan tahan terhadap busuk akar.
 Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
 Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya
aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel
ke batang bawah.

14
 Disarankan penyiraman cukup (media cukup basah).
 Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.
 Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur : tanah, pupuk kandang : sekam
padi (1:1:1).
 Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan dari biji sampai 3 bulan
siap tempel sampai dengan 3 bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag
harus diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag
30x40 cm tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan
tanaman maka ukuran polybag semakin besar. Kecuali untuk pengangkutan jarak jauh
dalam jumlah banyak maka gunakan polybag yang lebih kecil dari biasanya.

c. Syarat batang atas untuk sambungan


 Batang atas atau entres yang akan disambungkan pada batang bawah diambil dari
pohon induk yang sehat dan tidak terserang hama dan penyakit.
 Pengambilan entres ini dilakukan dengan menggunakan gunting setek atau silet yang
tajam (agar diperoleh potongan yang halus dan tidak mengalami kerusakan) dan
bersih (agar entres tidak terkontaminasi oleh penyakit).
 Entres yang akan diambil sebaiknya dalam keadaan dorman (istirahat) pucuknya serta
tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu).
 Panjangnya kurang lebih 10 cm dari ujung pucuk, dengan diameter sedikit lebih kecil
atau sama besar dengan diameter batang bawahnya.
 Entres dalam keadaan dorman ini bila dipijat dengan dua jari tangan akan terasa
padat, tetapi dengan mudah bisa dipotong dengan pisau silet. Selain itu bila
dilengkungkan keadaannya tidak lentur tetapi sudah cukup tegar.
 Entres sebaiknya dipilih dari bagian cabang yang terkena sinar matahari penuh (tidak
ternaungi) sehingga memungkinkan cabang memiliki mata tunas yang tumbuh sehat
dan subur.
 Bila pada waktunya pengambilan entres, keadaan pucuknya sedang tumbuh tunas
baru (trubus) atau sedang berdaun muda, maka bagian pucuk muda ini dibuang dan
bagian pangkalnya sepanjang 5-10 cm dapat digunakan sebagai entres.
 Pada durian bila entres yang digunakan berasal dari cabang yang tumbuh tegak
lurus,maka bibit sambungannya akan tumbuh tegak dengan percabangan ke semua
arah atau simetris.

15
 Namun bila diambil dari cabang yang lain,pertumbuhan bibitnya akan mengarah ke
samping, berbentuk seperti kipas.Bentuk ini berangsur-angsur hilang bila tanaman
menjelang dewasa.

2. Teknik Okulasi

Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang
berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai
satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.

 Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut


batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
 Bagian tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion) dan
merupakan potongan satu mata tunas (entres).

a. Syarat batang bawah untuk okulasi:


 Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan"untuk menghasilkan batang bawah,
tetapi ada varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor
dan siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang
baik dan tahan terhadap busuk akar.
 Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
 Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya
aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel
ke batang bawah.
 Disarankan penyiraman cukup (media cukup basah)
 Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.
 Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur :tanah,pupuk kandang :sekam
padi( 1:1:1).
 Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan dari biji sampai 3 bulan
siap tempel sampai dengan 3 bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag
harus diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag
30x40 cm tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan
tanaman harus diimbangi dengan ukuran besar polybag. Kecuali untuk alasan

16
pengangkutan jarak jauh untuk efisiensi tempat kita gunakan polybag yang lebih kecil
dari biasanya.

b. Syarat batang atas untuk okulasi


 Entres yang baik adalah yang cabangnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan juga
tidak terlalu muda (setengah berkayu).Warna kulitnya coklat muda kehijauan atau
abu-abu muda. Entres yanng diambil dari cabang yang terlalu tua pertumbuhannya
lambat dan persentase keberhasilannya rendah. Besar diameter cabang untuk entres
ini harus sebanding dengan besarnya batang bawahnya.
 Cabang entres untuk okulasi ini sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok).
Pada tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang masih ada daun melekat
pada tangkai batangnya. Untuk itu perompesan daun harus dilakukan dua minggu
sebelum pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua minggu ini, tangkai daun akan
luruh dan pada bekas tempat melekatnya (daerah absisi) akan terbentuk kalus penutup
luka yang bisa mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit (patogen).
 Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan
dan kesehatan pohon induk. Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya
tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk
NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama
penyakit sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit.
 Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari
kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan tampak berair, ini
menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan
akan mempercepat pertautan dengan batang bawah.

Bibit tanaman hortikultura di BIH gedung johor setelah di budidayakan akan dijual.
Untuk harga, masih relatif terjangkau tergantung ukuran tinggi pada tanaman dan jenisnya.
Tetapi semua bibit yang diperbanyak tersebut lebih cocok ditanam di dataran rendah. Bibit ini
bersertifikat ini tahan penyakit karena diambil dari induk yang sudah teruji kualitasnya. Bibit
diperbanyak lewat teknik sambung dengan pucuk pohon induk. Benih tanaman buah yang
disediakan itu untuk ditanam di lahan dataran rendah namun Bagaimana kalau ditanam pada
dataran tinggi mungkin rasanya berbeda atau tidak berbuah sama sekali. Khususnya bibit
mangga. namun kalau bibit tanaman durian, biasanya cocok di dataran tinggi maupun rendah.
Saat ini pada pembeli biasanya datang dari kabupaten maupun kota diluar daerah Provinsi

17
Sumatera Utara dari daerah Acehjuga ada. Tak hanya melayani borongan dengan secara
eceran pun tetap dilayani Selama ini, pembeli bibit tanaman durian yang dilayani BIH masih
terbanyak. Disusul jambu madu.(Dinas TPH sumut, 2020)

Mengutip dari hasil wawancara sumut pos dengan Kasubag Tata Usaha UPT BIH
Gedung Johor, Ibu Sri Wahyuni (Kasi Pelaksana Teknis) dan Ibu Nuriman Tambunan (Kasi
Produksi) kami memperoleh mengenai harga serta pembeli yang biasanya datang ke BIH
gedung johor untuk membeli bibit yang telah di budidayakan, “Soal harga, relatif terjangkau.
Tergantung tinggi tanaman dan jenisnya. Paling murah Rp10 ribu dengan tinggi sekitar 50
cm. Paling mahal antara Rp350 ribu hingga Rp400 ribu, itu bibit di planter bag yang sudah
berbuah,” kata Ibu Sri Wahyuni. “Selama ini, pembeli biasanya datang dari kota/kabupaten.
Dari Aceh pun ada. Tak hanya melayani borongan, eceran pun kami layani,” kata Ibu
Nuriman Tambunan. (Sumut pos, 2020).

18
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah kami lakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:

1. Beberapa tanaman yang dikembangkan maupun sebagai koleksi UPTD BIH Gedung
Johor antara lain buah kuini barus, sawo asahan, pisang barangan, pisang kepok,
bawang merah, buah naga merah hibrida yang bisa berbuah tanpa proses perkawinan.
Kemudian ada, belimbing pancur batu, alpukat idola, durian kani, durian bintana,
durian otong, durian matahari, durian sunan, mangga malaba dan mangga kelong,
jambu air madu deli hijau dan kesuma merah, jambu klutuk merah tanpa biji dari
Thailand. Masih ada kelengkeng Itoh, kelengkeng pingpong, kelengkeng merah,
rambutan brahrang, duku tembung, cempedak sumana, sirsak ratu, manggis, rambutan
rapiah, jambu bol, manggis, kurma, kentang, bunga krisan, berbagai jenis anggrek,
dan lain sebagainya.

2. Teknik pembibitan dan perbanyakan tumbuhan yang digunakan di UPT. BIH Gedung
Johor yaitu teknik sambungan dan okulasi.
3. Bibit tanaman hortikultura di BIH gedung johor setelah di budidayakan akan dijual.
Untuk harga, masih relatif terjangkau tergantung ukuran tinggi pada tanaman dan
jenisnya.Tetapi semua bibit yang diperbanyak tersebut lebih cocok ditanam di dataran
rendah.Bibit ini bersertifikat ini tahan penyakit karena diambil dari induk yang sudah
teruji kualitasnya.Bibit diperbanyak lewat teknik sambung dengan pucuk pohon induk

5.2 Saran
1. Instansi Magang
Untuk UPT Benih Induk Holtikultura Gedung Medan Johor Sumatera Utara kedepannya
agar lebih banyak menyediakan bibit jenis tanaman yang berbeda dalam setiap teknik
perbanyakan tanamannya (dalam hal praktek) dan harapannya agar intansi ini menjadi
instansi yang lebih maju lagi dan bermanfaat bagi alam serta masyarakat.
2. Jurusan Biologi
Sebaiknya untuk magang observasi selanjutnya atau untuk angkatan selanjutnya,
jurusan biologi lebih memperhatikan serta membimbing mahasiswanya dalam hal
pencarian tempat magang dan memberi bimbingan setiap minggunya untuk
membahas perkembangan magang.
3. Calon Peserta Magang

19
Untuk calon peserta magang observasi, agar tidak sungkan bertanya-tanya kepada
senior yang sudah melewati mata kuliah magang observasi sehingga bisa diperbaiki
dari sistem yang kurang baik sebelumnya (seperti pencarian tempat magang).

20
DAFTAR PUSTAKA

Asgar, Ali. Sytarya, Rahmat and Musaddad, Darkam. 2017. Pengruh Ozonisasi dan
Kemasaman untuk Mereduksi Residu Pestisida dan Mempetahankan Karasteristik
Kesegaran Cabai Merah dalam Penyimpanan. Jurnal Hortikultura . Vol 27 No 2

Ashari, Sumeru . 1995. Hortikultura “Aspek Budidaya”. Universitas Indonesia. Jakarta

Delyani, Rista. 2017. Produksi Simplisia Kumis Kucing dengan Perbedaan Cara Pemupukan
dan Ketinggian Pangkas pada Rotasi Panen Tiga Minggu . Jurnal Hortikultura. Vol 8
No 3

Hakim, Muhammad Abdul dan Suhartanto, Muhammad Rahmad. 2015. penentuan masak
fisiologis dan ketahanan benih kenikir. J. Hort. Vol 6 No 2

Lakitan, Benyamin. 1995. Hortikultura. PT Raja Grafindo Perdsada. Jakarta

Moekasan, Tonny Koestoni dan Prabaningrum, Laksminiwati. 2017 . budidaya kubis di dalam
rumah kasa dalam upaya menekan serangga hama. Jurnal Hortikultura. Vol.27 No 1

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ke-Tiga.LP3S. Jakarta

Nuraini, Yulia dan Eka, A Rurin. 2017. Peningkatan Kualitas Biourin Sapi dengan
Penambahan Pupuk Hayati dan Molase serta Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan
Produktivitas Pakchoy. J. Hort. Indonesia. Vol 8 No 3

Setiawan, A.I., 1999. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Shopa, Gina Aliya. 2017. teknik penanaman benih bawang merah asal true shallot seed di
lahan suboptimal. J. Hort. Vol. 27 No 1

Sutopo, Ahmad. Poerwanto, Roedhy dan Wiyono, Suryo. 2017. Keefektivan Bahan Pencuci
dan Pencegah Penyakit Terhadap Kualitas Buah Mangga cv. Gedong Gincu dan
Arumanis. J. Hort. Vol. 27 No 2

Syakir, Muhammad. Firmansyah, Imam dan Lukman, Liferdi. 2017. Pengaruh kombinasi dosis
pupuk N P dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung. J. Hort. Vol. 27 No
1

Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta

vi
LAMPIRAN

1. Lampiran 1 (Dokumentasi)

Foto Bersama dengan Planlet dalam laboratorium


Pembimbing Lapangan kultur jaringan

Menelusuri Screen House Melakukan wawancara


Gedung Johor dengan pembimbing lapangan

vii
Melakukan wawancara Persemaian biji durian di
dengan salah satu Kebun Gedung Johor
pegawai

Tempat penyimpanan hasil


produksi bibit bawang

2. Lampiran 2 (Loogbook)
viii
ix
x
xi
xii

Anda mungkin juga menyukai