PIPIT SULISTIYANI
1406664650
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2016
PIPIT SULISTIYANI
1406664650
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
i
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku
di Universitas Indonesia.
Penyusun,
Pipit Sulistiyani
Universitas Indonesia
ii
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Profesi ini adalah hasil karya saya sendiri,
NPM : 1406664650
Tanda Tangan :
Tanggal :
Universitas Indonesia
iii
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBIMBING
Mengetahui:
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
iv Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP)
Universitas Indonesia yang diselenggarakan di PT. Kalbe Farma, Tbk. Site Cikarang
Periode Juli – Agustus 2015, dan menyelesaikan laporan praktek kerja ini dengan
lancar.
Pada pelaksanaannya penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dan mengarahkan selama Praktek Kerja Profesi kepada:
1. Ibu Elisabeth Ade Novi, S.Si., Apt. dan Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt.
selaku Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan dan selama PKP;
2. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia dan Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas kesempatan dan dukungan
yang diberikan untuk mengikuti program studi ini;
3. Pimpinan PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan praktek kerja profesi;
4. Seluruh karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk. khususnya Departemen Procces
Development atas segala keramahan, pengarahan, dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKP.
5. Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan, doa, semangat, dan kasih
sayang yang tiada henti.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan PKP ini
membawa manfaat bagi ilmu pengetahuan.
Depok, 01 Januari 2016
Penulis
v Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
vi
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
3.4.5 Kurir ......................................................................................... 18
3.4.6 Tenaga Kebersihan dan Keamanan .......................................... 18
3.5 Kegiatan-Kegiatan di Apotek Hidup Baru ........................................ 19
3.5.1 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan ... 19
3.5.2 Kegiatan Farmasi Klinik .......................................................... 21
Universitas Indonesia
vii
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kegiatan PKP di PT. Apotek Hidup Baru Peroide Oktober
2015 ................................................................................... 23
Universitas Indonesia
viii
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
ix
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Denah Apotek Hidup Baru ........................................................ 33
Lampiran 2 Lembar Pemesanan Narkotika dan Psikotropika ....................... 34
Lampiran 3 Laporan Tugas Khusus .............................................................. 35
Universitas Indonesia
x
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yaitu agar
calon apoteker :
a. Mampu memahami peranan, tugas dan tanggung-jawab apoteker di industri
farmasi
b. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk
melakukan praktek kefarmasian di industri farmasi
c. Memahami penerapan GMP/CPOB di industri farmasi
d. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
industri farmasi
1.2.2 Tujuan Khusus
Mampu memahami proses pembuatan dan identifikasi setiap proses di
Prosedur Pengemasan Induk kemasan primer dan sekunder yang belum sesuai
dengan ketentuan-ketentuan CPOB
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
4
Higiene, Produksi, Pengawasan Mutu, Inspeksi diri, Audit Mutu & Persetujuan
Pemasok, Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk,
Dokumentasi, Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak, Kualifikasi dan
Validasi.
2.2.1 Manajemen Mutu
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu
yang saling terkait. Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan
obat hendaklah memastikan bahwa (Badan POM RI, 2012):
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB
b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan dengan jelas dan CPOB
diterapkan
c. Tanggung jawab menejerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas benar
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses lain
serta dilakukan validasi
f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan
untuk didistribusikan produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor
yang relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses,
pengkajian dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian
penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan
dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasanan akhir.
g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala manajemen mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan
dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
5
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat
j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan
k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk
m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verivikasi konsistensi proses dan
memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat berperan penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar, oleh karena itu didalam pelaksanaannya diperlukan personil yang
terkualifikasi dan dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas
tersebut. Terdapat 3 personil kunci didalam industri farmasi yaitu kepala bagian
produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu
(pemastian mutu). Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh
personil yang karena tugasnya harus berada didalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas
kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu
produk (Badan POM RI, 2012).
2.2.3 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilakan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Penanganan bahan dan produk jadi,
seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, penglahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat (Badan POM RI,
2012).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
6
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
7
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
2.2.6 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, Prosedur, Metode dan Instruksi, Laporan dan Catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis (Badan POM RI, 2012).
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Dokumen yang esensial dalam
produksi adalah (Badan POM RI, 2012):
a) Dokumen Produksi Induk yang berisi formula produksi dari suatu produk
dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari ukuran
bets;
b) Prosedur Produksi Induk, terdiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan
Prosedur Pengemasan Induk, yang masing-masing berisi prosedur pengolahan
dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk
sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur Produksi Induk
dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan untuk digunakan; dan
c) Catatan Produksi Bets, terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing
Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk, dan berisi
semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi
dari suatu bets produk. Kadang-kadang pada Catatan Produksi Bets, prosedur
yang tertera dalam Prosedur Produksi Induk tidak lagi dicantumkan secara
rinci.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
8
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
9
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
10
c. Innovation is the key to our success (Inovasi adalah kunci keberhasilan kami).
d. Strive to be the best (Bertekad untuk menjadi yang terbaik).
e. Interconnectedness is a universal way of life (Saling keterkaitan adalah
panduan hidup kami).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
11
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
12
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
13
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
14
memenuhi syarat).
f. Melakukan uji stabilitas terhadap produk sampel pertinggal bahan baku dan
bahan kemasan.
Bagian-bagian dalam Departemen QC:
a. Seksi Bahan Baku (Raw material)
Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang
masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.
b. Seksi Obat Jadi
Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau
menolak produk jadi yang akan dipasarkan. Sampel yang dikirim dari bagian
produksi ke laboratorium QC merupakan sampel obat ruah yang belum
dikemasan. Jika dari hasil pemeriksaan tersebut sampel memenuhi spesifikasi
yang dipersyaratkan, maka QC akan mengeluarkan perintah rilis kemasan
kepada produk tersebut sehingga produk tersebut dapat lanjut kepada
tahap kemasan.
c. Seksi Wadah dan Kemasanan (Packaging Material)
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan
kemasan dengan prosedur berdasarkan metode analisa yang telah ditetapkan
oleh Departemen R&D bagian packaging development.
d. Seksi Laboratorium Mikrobiologi
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan bahan mikrobiologi dan obat
sesuai dengan metode analisa yang telah ditetapkan oleh departemen R&D.
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu potensi antibiotika, uji sterilitas, uji
pirogen/ endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji
sampel stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil
validasi pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi
wadah dan kemasanan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi
juga mendukung bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan. Dalam
pelaksanaan analisis produk ruahan, jika terdapat parameter yang tidak
memenuhi persyaratan, maka dipertimbangkan terlebih dahulu apakah
parameter tersebut kritis atau tidak. Setelah itu, lakukan investigasi terhadap,
metode analisa apakah analisis telah dilakukan dengan benar. Investigasi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
15
dilakukan pada titik yang berbeda atau analisis yang berbeda. Jika memang
hasilnya tidak memenuhi persyaratan, maka lakukan investigasi pada bets
sebelumnya. Jika bets sebelumnya memenuhi syarat, maka dilakukan
pemeriksaan ulang dengan menambahkan jumlah sampel. Jika bets sebelumnya
tidak memenuhi syarat, maka lakukan konfirmasi kepada departemen
produksi. Jika dalam kurun waktu dan jumlah bets tertentu hasilnya selalu
tidak memenuhi syarat, maka lakukan pengajuan persyaratan yang baru.
e. Seksi Stabilitas
Melakukan penyimpanan sampel pertinggal untuk rujukan dikemudian hari
untuk evaluasi stabilitas. Hal ini dilakukan jika terjadi adanya komplain produk
dari konsumen selain itu ketika perusahaan ingin menambah waktu kadaluarsa
juga dapat dilakukan dengan menggunakan hasil evaluasi uji stabilitas dari
sampel pertinggal. Sampel pertinggal yang dikelola oleh bagian QC adalah
bahan baku dan bahan kemasan.
3.4.4 Departemen Quality Assurance
Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung
jawab langsung kepada QO manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat
kelompok besar yaitu Facility Validation, Proces Validation dan Post
Marketing, Proces Inspection, dan Good Manufacturing Practice Compliance.
a. Proces inspection
Bagian Proces inspection melakukan audit proses secara langsung ke bagian
produksi saat proses produksi berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa kegiatan produksi atau proses produksi telah dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu hal ini juga
bermanfaat untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan-penyimpangan
yang dapat mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. Dengan
diketahuinya penyimpangan secara dini maka akan dengan segera di tindak
lanjuti. Evaluasi catatan bets (Evaluation Batch Record/EBR) merupakan
salah satu dari bagian audit proses dimana bagian ini bertanggung jawab
memeriksa kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari
produksi dan hasil analisa dari departemen QC.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
16
b. Post Marketing
Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap
kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas
dari post marketing adalah menangani keluhan konsumen terkait produk,
menangani produk kembalian dan penarikan, menangani catatan bets post
marketing, dan uji stabilita post marketing.
c. Facility Validation
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe
Farma, Tbk. terdiri dari validasi proses, validasi pembersihan, validasi
fasilitas dan utilitas, validasi komputer, dan annual product review. Kalibrasi
dan kualifikasi merupakan suatu proses yang termasuk ke dalam validasi
fasilitas. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan semua peralatan yang
digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang
diperbolehkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik
untuk setiap instrumen. Sedangkan kualifikasi adalah tindakan untuk
memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. Kualifikasi yang
dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication
(IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ).
Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang
lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan kualifikasi
dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan).
Penentuan frekuensi kalibrasi berdasarkan frekuensi pemakaian dan
ketangguhan dari masing-masing alat. Jika alat tersebut sering digunakan dan
memiliki ketangguhan yang rendah maka akan lebih sering dilakukan kalibrasi.
d. GMP Compliance
Pada GMP Compliance terdapat bagian pengendalian perubahan (Change
Control). Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan
dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
17
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
18
c. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC. Ruangan terkunci dan akses di catat di log
book.
Barang disimpan didalam gudang disusun berdasarkan kondisi penyimpanan
yang dipersyaratkan, bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non
flammable). Untuk memudahkan dalam pencarian atau penelusuran penataan
barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan racking system secara
alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level (tingkat
vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara komputerisasi
menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application System) yang
menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode produk, nama produk,
dan nomor Certificate of Analysis (CoA).
3.4.5.2 Gudang penimbangan
Jika gudang bahan baku merupakan tempat penyimpanan bahan baku/
wadah maka gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses
penimbangan dan penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh
produksi. Bahan baku disiapkan dan dilakukan penimbangan berdasarkan
permintaan dari produksi sesuai dengan Dokumen Produksi Induk yang
diturunkan. Dokumen Produksi Induk terdiri dari 2 yaitu dokumen Prosedur
Pengolahan Induk untuk penyiapan bahan baku dan Prosedur Pengemasan Induk
untuk penyiapan bahan kemasan. Bahan baku ditimbang diruangan khusus yang
memiliki sistem air lock dimana jika salah satu pintu dibuka maka pintu yang lain
akan tertutup sehingga meminimalisir adanya kontaminasi, mix up dan kondisi
ruang timbang. bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan sistem
First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim ke
produksi sesuai line yang membutuhkan.
3.4.5.3 Gudang kemasan
Gudang kemasan berfungsi untuk menyimpan bahan kemasan sekunder,
selain itu gudang bahan kemasan juga memiliki tanggung jawab melayani
permintaan kemasanan sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label
kemudian mengirimkannya ke setiap line produksi berdasarkan prosedur
pengemasan induk kemasan sekunder (Prosedur Pengemasan Induk 3B).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
19
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
20
yang relatif sedikit, tapi dengan ukuran batch yang besar selain itu produk yang
dihasilakan menjadi ciri khas dari Kalbe. Non-dedicated line merupakan line
yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak namun dengan
ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Produk obat yang diproduksi di setiap
line adalah sebagai berikut:
a. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus
memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak
dapat dipenuhi oleh line 1.
b. Line 2 : line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan
line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk
line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-
Ce®, Pronicy®,Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®.
c. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®, dan
Promag Double Action®.
d. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan
suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid®, dan Woods®.
e. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
f. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi
solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh
produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen®
(gel dan suppositoria).
g. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat
namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar
merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang
digunakan untuk pembuatan tablet inti dan line 8B yang digunakan untuk
pembuatan tablet coating.
h. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk
impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan
proses produksi dari bahan baku dan bahan kemasan menjadi produk jadi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
21
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
22
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA
23 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
24
(Sambungan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
(Sambungan) 25
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
26
(Sambungan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 5
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan di PT. Kalbe Farma
dimulai pada tanggal 06 Juli 2015 dengan mengikuti intial training bersama
dengan calon karyawan baru. Initial training di selenggarakan oleh Human
Resource and Development (HRD) dan kegiatan tersebut merupakan kegiatan
yang wajib diikuti oleh seluruh calon karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk.. Kegiatan
ini bertujuan untuk pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang
memuaskan dan pembuatan obat yang benar sesuai yang prinsip personalia yang
tercantum didalam CPOB. Program pelatihan mencakup materi umum mengenai
PT. Kalbe Farma, Tbk. dan Cara Pembuatan Obat yang Baik dasar termasuk
higiene perorangan. Pada hari berikutnya dilanjutkan dengan pembekalan materi
attitude training agar calon karyawan PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki cara
berperilaku yang baik dalam menjalanan seluruh kegiatan di lingkungan PT.
Kalbe Farma, Tbk. Khususnya.
Untuk lebih memahami mengenai peran apoteker di industri farmasi
mahasiswa ditempatkan di salah satu departemen yaitu bagian Packaging
Development, salah satu bgaian yang ada didalam Departemen Process
Development. Tugas utama bagian pengembangan pengemasan yaitu melakukan
penelitian dan pengembangan material kemasanan, melakukan penelitian dan
pengembangan desain kemasanan, menyiapkan dan memperbaiki dokumen yang
terkait dengan kemasanan, seperti dokumen Prosedur Pengemasan Induk kemasan
primer (Prosedur Pengemasan Induk 3A) dan Prosedur Pengemasan Induk
kemasan sekunder (Prosedur Pengemasan Induk 3B). Procdev bagian pengemasan
juga berperan dalam penanganan masalah yang terkait pengemasan. Mengingat
waktu yang diberikan mahasiswa dalam menjalani praktek kerja profesi terbatas
sehingga menyebabkan tidak semua tugas yang ada di bagian pengembangan
pengemasan dapat dilakukan.
Procdev merupakan salah satu bagian yang esensial didalam industri
farmasi meskipun tidak disebutkan secara langsung didalam CPOB. Prosdev
khususnya bagian pengembangan pengemasan bertanggung jawab dalam
27 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
28
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
29
kedalam dos. Dokumen Prosedur Pengemasan Induk yang telah disiapkan akan
disetujui oleh Manajer Procdev, produksi dan QA, dimana bagian Procdev yang
berperan dalam penyusunan atau penyiapan dokumen, bagian produksi yang akan
menggunakan dokumen tersebut dan QA yang berperan dalam pemastian mutu
yang ikut serta didalam proses pelaksanaan dokumen tersebut.
Perbaikan dokumen dilakukan pada beberapa produk untuk sediaan solida,
perbaikan ini juga menjadi tugas khusus selama PKPA. Perbaikan dokumen
dilakukan dengan cara melakukan analisa gap dengan ketentuan yang ada didalam
CPOB. dokumen yang perbaiki yaitu dokumen Prosedur Pengemasan induk
kemasan primer dan kemasan sekunder sediaan tablet kemasanan strip dan
sediaan kapsul kemasanan botol. Di pilih jenis bahan kemasan dan sediaan yang
berbeda bertujuan diharapkan dapat mewakili produk-produk dengan sediaan
sejenis yang lain. Hasil identifikasi tersebut akan menjadi usulan perubahan dalam
perbaikan dokumen Prosedur Pengemasan Induk.
Kegiatan lain yang dilakukan mahasiswa yaitu pendataan nomor registrasi
pada seluruh produk-produk Kalbe yang akan diekspor terutama sediaan steril,
cair dan solida, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa nomor registrasi yang
akan dicetak pada kemasanan adalah benar. Selain itu untuk memastikan bahwa
penandaan seperti batch number (BN), manufacturing date (MD), expired date
(ED) apakah akan tercetak pada bagian bahan kemasan yang benar.
Di departemen Procdev mahasiswa berkesempatan dalam melihat kegiatan
verifikasi warna terhadap bahan kemasan yang diberikan suplier untuk digunakan
sebagai acuan dalam penentuan dan persetujuan spesifikasi bahan kemasan.
Sesuai dengan yang tercantum didalam CPOB bahwa bahan kemasan harus
dijamin sejak awal bahkan sebelum persetujuan terhadap suplier mengenai bahan
kemasan yang akan digunakan. Bahan kemasan harus diperiksa kualitasnya mulai
dari warna bahan kemasan hingga kebenaran bahan sesuai spesifikasinya. Untuk
memastikan bahwa supplier yang akan disetujui memberikan kualitas bahan
kemasan yang memenuhi spesifikasi yaitu dengan cara meminta supplier
memberikan contoh bahan kemasan dengan hasil cetak warna minimum yaitu
menggambarkan warna minimal yang diperbolekan ketika saat pencetakan bahan
kemasan terjadi kendala, hasil cetak warna standar yaitu menggambarkan hasil
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
30
cetakan dengan pencetakan bahan kemasan dalam kondisi optimum dan warna
standar ini yang digunakan dalam proses produksi secara normal, dan hasil
cetakan maksimum yaitu warna maksimum yang diperbolehkan ketika terjadi
suatu kendala dalam proses pencetakan. Dengan penentuan range warna tersebut
untuk menghindari ketidakseragaman bahan kemasan pada produk yang sama, hal
ini dikhawatirkan akan memberikan persepsi negatif kepada konsumen.
Selama periode PKP, mahasiswa diberikan induksi oleh berbagai
departemen khususnya pada bagian yang berhubungan dengan kualitas dan
Manufacturing PT. Kalbe Farma, Tbk. Kegiatan induksi merupakan serangkaian
kegiatan yang terdiri dari penjelasan mengenai struktur, fungsi, dan tanggung
jawab masing-masing departemen yang ada di PT. Kalbe Farm, Tbk.. Induksi ini
bertujuan agar mahasiswa dapat memahami jalannya industri farmasi secara
menyeluruh. Untuk melihat secara nyata kegiatan produksi secara menyeluruh
mahasiswa berkesempatan untuk melihat langsung kegiatan selama produksi.
Kegiatan produksi yang dimaksud yaitu mulai dari penerimaan bahan awal yang
ada di bahan baku dan gudang timbang hingga proses pengemasan kemasan
tersier dengan master box yang kemudian disimpan kedalam gudang produk jadi.
Dokumen Prosedur Pengemasan Induk di gudang menjadi acuan dalam
melakukan penimbaangan atau penentuan jumlah bahan kemasan yang
dibutuhkan selama kegiatan produksi untuk tiap lots atau bets. Sedangkan pada
proses pengemasan, dokumen Prosedur Pengemasan Induk berfungsi sebagai
acuan dalam melakukan pengemasan primer (untuk Prosedur Pengemasan Induk
3A) dan pengemasan sekunder (untuk Prosedur Pengemasan Induk 3B). selama
kegiatan pengamasan yang memastikan kegiatan pengemasan telah sesuai dengan
yang ada didalam Prosedur Pengemasan Induk adalah penanggung jawab line
produksi tersebut. pada proses pengemasan sekunder masih banyak melibatkan
sumber daya manusia sehingga jika Prosedur Pengemasan induk tidak dibuat
dengan rinci, jelas dan detail maka akan sangat berpotensi menghasilkan hasil
kemasan produk yang beraneka ragam. Untuk itu sebelum dokumen Prosedur
Pengemasan Induk yang baru atau dokumen Prosedur Pengemasan Induk yang
telah diperbaiki diterapkan maka perlu dilakukan sosialisasi dan simulasi tau trial
terkait dengan prosedur yang baru sehingga dapat menjamin bahwa operator atau
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
31
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Peran seorang apoteker di industri farmasi tidak hanya menjadi personil
kunci seperti yang disebutkan didalam CPOB, namun juga berperan
disetiap bagian yang berhubungan dengan kualitas produk baik secara
langsung maupun tidak langsung, misalnya seorang apoteker yang bekerja
di bagian pengembangan pengemasan (packaging development).
b. Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki seorang apoteker
khususnya di bagian pengembangan pengemasan yaitu mampu
menerapkan ketentuan-ketentuan yang ada didalam CPOB yang berkaitan
dengan kegiatan pengemasan baik dalam hal pengembangan bahan
kemasan maupun proses pengemasan.
c. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan pedoman CPOB pada semua
proses baik dalam proses produksi, pengawasan mutu, serta kegiatan lain
yang berhubungan langsung dengan mutu produk, misalnya penerapan
ketentuan-ketentuan CPOB didalam Prosedur Pengemasan Induk.
d. Permasalahan pekerjaan kefarmasian yang dihadapi khususnya dibagian
pengembangan kemasan adalah menentukan jenis bahan kemasan baik
primer dan sekunder yang harus disesuaikan dengan stabilitas dari obat
yang akan dikemas serta menjamin bahwa seluruh proses kegiatan
pengemasan dapat terdokumentasi dengan baik dan tertelusuri dengan
mudah.
6.2 Saran
Pelaksanaan PKPA hendaklah dilakukan lebih lama agar mahasiswa PKPA
dapat ikut serta dalam melaksanakan tugas dari bagian pengembangan
pengemasan yang lain seperti melakukan penelitian pengembangan material
kemasan dan pengembangan desain kemasan sehingga mahasiwa lebih memahami
dan dapat melakukan peran dan fungsi Apoteker di industri farmasi khususnya
dibagian pengembangan pengemasan.
32 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
33
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
LAMPIRAN
34 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
35
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
36
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
37
UNIVERSITAS INDONESIA
PIPIT SULISTIYANI
1406664650
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
ii Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Instruksi dan Contoh Tabel Cek Kesesuaian
Seting Mesin .................................................................................... 13
Gambar 4.2 Instruksi dan checklist Line Clearance ........................................... 14
Gambar 4.3 Layout coding area ........................................................................ 14
Gambar 4.4 Contoh Penomoran Halaman .......................................................... 15
Gambar 4.5 Instruksi Serah Terima Produk Ruah ke Area Pengemasan ........... 16
Gambar 4.6 Kolom Pencatatan ........................................................................... 16
Gambar 4.7 Contoh Rekonsiliasi Kemas Sekunder ........................................... 17
Gambar 4.8 Contoh Instruksi Pemusnahan Kemasan Afkir ............................... 18
iv Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
2
menentukan gap analysis adalah bab 6 Produksi dan bab 10 Dokumentasi, dimana
pada bab tersebut banyak menjelaskan mengenai prinsip dokumen serta
ketentuan-ketentuan seluruh kegiatan yang ada didalam proses produksi. Dari
hasil identifikasi gap analysis akan digunakan sebagai pertimbangan dalam
penyempurnaan dokumen Prosedur Pengemasan Induk baik kemasan primer
maupun kemasan sekunder.
1.2 Tujuan
Tugas khusus ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dokumen
Prosedur Pengemasan Induk kemasan primer dan sekunder melalui gap anlysis
sebagai upaya dalam penyempurnaan dokumen Prosedur Pengemasan Induk
produk sediaan solida khususnya produk dengan nama KGSDA, TCLTE, TDITB,
TGLXK dan THXVA agar lebih jelas dan rinci serta sesuai dengan ketentuan
CPOB.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
4
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
5
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 3
DESKRIPSI KEGIATAN
6 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
7
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tugas khusus ini dilakukan dengan cara menentukan gap antara dokumen
Prosedur Pengemasan Induk produk yang sudah ada (existing product) sediaan
solida khususnya produk KGSDA, TCLTE, TDITB, TGLXK, THXVA dengan
ketentuan dokumen Prosedur Pengemasan Induk yang ada didalam CPOB.
Identifikasi dilakukan pada dokumen Prosedur Pengemasan Induk kemasan
primer dan sekunder. Dokumen Prosedur Pengemasan Induk Produk KGSDA
berisi sebagai berikut :
1. Sampul Prosedur Pengemasan Induk yang berisi mengenai identitas dokumen
Prosedur Pengemasan Induk yang spesifik terhadap produk KGSDA
2. Halaman pengesahan dan persetujuan beserta spesisikasi dan tahapan
prosedur pengemasan primer mulai dari pengemasan produk ruah kapsul
KGSDA ke dalam botol /wadah hingga diberikan label
3. Lampiran label-label bahan wadah
4. Lampiran keadaan mesin dan ruang kemasan primer
5. Lampiran lembar periksa kebersihan mesin dan kesiapan jalur kemasan
primer
6. Lampiran label produk dan contoh spesimen wadah
7. Halaman pengesahan dan persetujuan beserta spesisikasi serta tahapan
prosedur pengemasan sekunder mulai dari pengemasan botol yang berisi
produk kapsul KGSDA ke dalam kemasanan sekunder hingga pemasukan
kedalam kemasanan tersier atau box
8. Lampiran label-label bahan kemasan sekunder
9. Label keadaan mesin dan ruangan kemasan sekunder
10. Lampiran lembar periksa kesiapan jalur kemasan sekunder
11. Lampiran berat corgbox
7 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
8
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
9
6.123 Hendaklah ada prosedur tertulis Belum terdapat instruksi Belum terdapat
yang menguraikan penerimaan tentang penerimaan dan instruksi
dan diidentifikasi produk ruahan identifikasi produk tentang
dan bahan pengemas, pengawasan ruahan sesuai dengan penerimaan dan
untuk menjamin bahwa produk protap yang sudah ada identifikasi
ruahan dan bahan pengemas cetak Belum dilakukan dan produk ruahan
dan bukan cetak serta bahan cetak belum terdapat instruksi sesuai dengan
lain yang akan dipakai adalah dan lembaran protap yang
benar, pengawasan selama-proses rekonsiliasi pada setiap sduah ada
pengemasan rekonsiliasi terhadap tahapan proses. Belum terdapat
produk ruahan, bahan Masih terdapat prosedur rekonsiliasi
pengemasan cetak dan bahan pengemasan yang tidak bahan ruah dan
cetak lain, serta pemeriksaan hasil rinci, Misalnya belum bahan kemasan,
akhir pengemasan. Semua adanya rincian mengenai dan belum
kegiatan pengemasan hendaklah letak penyetakan kode terdapat rincian
dilaksanakan sesuai dengan secara spesifik. dan gambaran
instruksi yang diberikan dan letak
menggunakan bahan pengemas penyetakan
yang tercantum dalam Prosedur kode secara
Pengemasan Induk. Rincian spesifik
pelaksanaan pengemasan
hendaklah dicatat dalam Catatan
Pengemasan Bets.
6.139 Bila ditemukan bahan pengemas Belum terdapat form Belum terdapat
cetak pada saat pembersihan pencatatan yang secara form-form
hendaklah diberikan kepada khusus ditujukan untuk pencatatan untuk
supervisor, yang selanjutnya pencatatan ketika ditemukan hal-hal khusus
ditempatkan di dalam wadah yang ceceran bahan kemasan yang seperti
disediakan untuk keperluan selanjutnya akan ditindak ditemukannya
rekonsiliasi dan kemudian lanjuti oleh supervisor bahan kemasan
dimusnahkan pada akhir proses yang tercecer
pengemasan.
6.147 Alat pemindai kode elektronik, Sudah terdapat lembar Belum
alat penghitung dan peralatan lain pemeriksaan kesesuaian menjadikan
yang serupa, hendaklah diperiksa setting alat penghitung lembar
untuk memastikan alat-alat misalnya kesesuaian setting pemeriksaan
tersebut bekerja dengan benar timbangan masterbox, setting mesin
namun masih menjadi menjadi bagian
lampiran terpisah dan belum dari halaman
terdapat instruksi cek Prosedur
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
10
(Sambungan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
11
(Sambungan)
10.17 Prosedur Pengemasan Induk yang Poin a dan b masih belum (1) Masih
disahkan secara formal hendaklah diterapkan secara detail terdapat
tersedia untuk tiap produk dan ukuran Contoh : kegiatan yang
bets serta ukuran dan jenis Masih terdapat prosedur belum
kemasanan. Dokumen ini umumnya kegiatan yang belum tercantum
mencakup, atau merujuk, pada hal tercantum dalam dokumen didalam
berikut : Prosedur Pengemasan Induk misalnya Cek
a. Tindakan khusus yang harus misalnya : masih belum kesesuaian
diperhatikan, termasuk tercantum kegiatan IPC dan setting mesin.
pemeriksaan secara cermat area kesesuaian setting mesin (2) Ceklist Line
dan peralatan untuk pada produk KGSDA untuk Clearance
memastikan kesiapan jalur pengisian kapsul masih belum
sebelum kegiatan dimulai dibuat rinci
b. Uraian kegiatan pengemasan, sehingga
termasuk segala kegiatan berpotensi
tambahan yang signifikan serta terdapat
peralatan yang harus kegiatan yang
digunakan, terlewat
Kedua jenis produk tersebut pada prinsipnya prosesnya sama oleh karena oleh
karena itu hasil dari gap analysis tersebut sudah dapat menggambarkan poin-poin
yang belum memenuhi ketentuan-ketentuan CPOB pada kelima produk tersebut.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil identifikasi Prosedur Pengemasan Induk 3A dan 3B
produk eksisting dengan menggunakan metode analysis gap terhadap CPOB
diketahui bahwa, beberapa poin dalam Bab 6 produksi dan Bab 10 Dokumentasi
yang berkaitan dengan proses pengemasan dan dokumen Prosedur Pengemasan
Induk, masih belum diterapkan secara lengkap. Berdasarkan poin 10.17,
dokumen Prosedur Pengemasan Induk hendaklah berisi (a) Pemeriksaan secara
cermat area dan peralatan untuk memastikan kesiapan jalur sebelum kegiatan
dimulai dan (b) Uraian kegiatan pengemasan, termasuk segala kegiatan tambahan
yang signifikan serta peralatan yang harus digunakan. Poin tersebut belum
sepenuhnya tergambarkan didalam dokumen Prosedur Pengemasan Induk karena
kegiatan sudah dilakukan namun instruksi untuk melakukan kegiatan tersebut
belum tertulis didalam pada Prosedur Pengemasan Induk, karena selama ini
menggunakan prosedur tetap yang menjadi dokumen terpisah dari Prosedur
Pengemasan Induk.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
12
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
13
Gambar 4.1 Instruksi dan Contoh Tabel Cek Kesesuaian Setting Mesin
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
14
Instruksi jetprint kode merupakan salah satu instruksi yang tidak hanya
diberikan dengan kata-kata tetapi dibutuhkan gambar atau layout yang
menunjukan coding area (Gambar 5.3) sehinggga lebih jelas, tidak bermakna
ganda dan hasil dari proses cetak kode seragam.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
15
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
16
Di dalam CPOB terdapat 6 poin (poin 6.8, 6.53, 6.123, 6.151, 6.155 dan
6.157) yang menyebutkan tentang pentingnya rekonsiliasi. Dari keenam poin
tersebut dapat disimpulkan bahwa penimbangan dan perhitungan bahan pengemas
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
17
dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta
rekonsiliasi yang lengkap, rekonsiliasi penting dilakukan untuk memastikan tidak
ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa bahan
kemasan yang diserahkan kebagian pengemasan sesuai dengan jumlah yang
digunakan selama proses. Tahapan yang memerlukan proses rekonsiliasi adalah
saat penerimaan bahan kemasan baik primer maupun sekunder, penerimaan
produk ruah, setelah proses pengemasan primer seperti striping, dan setelah
pengemasan sekunder hingga dihasilkan produk jadi, selain itu bahan kemasan
setelah proses juga dilakukan rekonsiliasi untuk memastikan kesesuaiannya
dengan jumlah bahan kemasan awal. Berikut contoh kegiatan rekonsiliasi
(Gambar 5.7) :
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
18
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian hasil identifikasi dokumen Prosedur Pengemasan Induk
kemasan primer (PPI 3A) dan sekunder (PPI 3B) melalui gap analysis dapat
disimpulkan bahwa perbaikan dokumen Prosedur Pengemasan Induk 3A dan 3B
produk KGSDA, TCLTE, TDITB, TGLXK dan THXVA dapat dilakukan dengan
menambahkan ke dalam dokumen Prosedur Pengemasan Induk berupa :
1. Menambahkan kolom “Pelaksana dan pemeriksa” disetiap proses yang
dianggap kritis.
2. Menambahkan instruksi serah terima antara bagian pengolahan ke bagian
pengemasan.
3. Menambahkan instruksi kegiatan rekonsiliasi beserta kolom pencatatan hasil
rekonsiliasi bahan kemasan, produk ruahan, hasil pengemasan primer, dan
hasil pengemasan sekunder (produk jadi).
4. Menambahkan instruksi pemeriksaan kesesuaian setting mesin kemasan.
5. Menambahkan lampiran dan memberikan penomoran secara urut form isian
seperti kegiatan IPC, kegiatan penimbangan master box, dan kegiatan
pemeriksaan kebersihan mesin dan jalur kemasan yang sebelumnya
merupakan dokumen terpisah dari dokumen Prosedur Pengemasan Induk.
6. Menambahkan layout coding area pada kemasan dan etiket untuk jetprint
kode BN, MD, ED dan HET.
5.2 Saran
Mengingat CPOB merupakan suatu pedoman yang bersifat dinamis
sehingga disarankan untuk kajian mengenai Prosedur Pengemasan Induk kemasan
primer dan sekunder dilakukan kajian secara berkala agar selalu memenuhi kaidah
dan ketentuan yang ada didalam pedoman CPOB.
19 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
20 Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Pipit Sulistiyani, FF UI, 2015