MELA MILANI
1406545056
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
2019
UNIVERSITAS INDONESIA
MELA MILANI
1406545056
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
2019
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan praktik kerja ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Mela Milani
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktik Kerja Profesi ini adalah hasil karya saya sendiri,
iv
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xi Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Apotek
2.1.1 Definisi Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009,
pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3 Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
2.2.2. Dispensing
Penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat merupakan kegiatan
dispensing. Penyiapan obat meliputi menyiapkan obat sesuai permintaan resep,
Universitas Indonesia
8
melakukan peracikan obat bila diperlukan, memberikan etiket (warna putih untuk
obat dalam dan warna biru untuk obat luar), memasukkan obat ke dalam wadah
yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda.
Penyerahan obat merupakan kegiatan menyerahkan obat ke pasien
dilakukan dengan cara yang baik disertai pemberian informasi obat. Pemberian
informasi obat meliputi informasi terkait cara penggunaan obat serta hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping dan cara penyimpanan obat.
2.2.4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan terkait penggunaan obat, sehingga dapat terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien.
Tahapan konseling antara lain membuka komunikasi, menilai pemahaman
pasien melalui Three Prime Questions, menggali informasi lebih lanjut dengan
memberi kesempatan kepada pasien untuk mencari masalah penggunaan obat,
memberikan penjelasan dalam menyelesaikan masalah penggunaan obat,
melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Universitas Indonesia
9
Pada tahap akhir, apoteker harus memastikan bahwa pasien atau keluarga
pasien memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang
perlu diberi konseling adalah pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui), pasien dengan terapi jangka
panjang/penyakit kronis (TB, DM, AIDS, dan epilepsi), pasien yang
menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan
tappering down/off), pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin), pasien dengan polifarmasi, yaitu pasien menerima
beberapa obat untuk indikasi penyakit yang sama, termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
obat, dan pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
2.4.1.1. Perencanaan
Untuk membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai perlu memperhatikan hal-hal seperti pola penyakit,
pola konsumsi, budaya, dan kemampuan masyarakat.
2.4.1.2.Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.4.1.3 Penerimaan
Penerimaan dilakukan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
2.4.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan perlu memerhatikan bahwa semua obat/bahan obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik, kecuali dalam
kondisi darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru.
Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis. Pengeluaran obat
menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out).
2.4.1.5 Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dalam pelayanan kefarmasian meliputi resep dan sediaan
farmasi. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat
kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
2.6.1 Peredaran
Peredaran NPP terdiri dari penyaluran dan penyerahan. Penyaluran
tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan (SP) dari apoteker
penanggungjawab apotek (APA). Surat pesanan hanya berlaku untuk masing-
masing narkotika, psikotropika, atau prekursor farmasi. Surat pesanan narkotika
hanya dapat digunakan untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan psikotropika atau
prekursor farmasi dapat digunakan untuk satu atau beberapa jenis psikotropika
atau prekursor Farmasi. Surat pesanan NPP harus terpisah dari pesanan barang
lain. Penyerahan pada pasien secara langsung, harus dilaksanakan langsung oleh
apoteker dan hanya dapat dilakukan dalam bentuk obat jadi berdasarkan resep
dokter yang telah diterima. Kecuali untuk penyerahan prekursor farmasi yang
termasuk golongan obat bebas terbatas dapat dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian.
2.6.2 Penyimpanan
Tempat penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi di
fasilitas pelayanan kefarmasian dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus
untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu narkotika, psikotropika dan
prekursor farmasi. Tempat penyimpanan narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain narkotika, begitu pula dengan tempat penyimpanan
psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain psikotropika.
Apotek harus memiliki tempat penyimpanan berupa lemari khusus yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah kunci yang berbeda
c. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
d. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab/apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Universitas Indonesia
18
2.6.3 Pemusnahan
Pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi hanya
dilakukan jika:
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau
tidak dapat diolah kembali
b. Telah kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan
d. Dibatalkan izin edarnya
e. Berhubungan dengan tindak pidana.
Penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yang melaksanakan
pemusnahan narkotika dan psikotropika harus membuat berita acara pemusnahan
yang dibuat dalam rangkap tiga dan tembusannya disampaikan kepada Direktur
Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai. Berita acara pemusnahan memuat hari,
tanggal, bulan dan tahun pemusnahan, nama penanggung jawab fasilitas
pelayanan kefarmasian, nama petugas yang menjadi saksi dari pemerintah dan
seorang saksi lain dari apotek, nama dan jumlah narkotika, psikotropika dan
prekursor farmasi yang dimusnahkan, cara pemusnahan serta tanda tangan
penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian dan saksi.
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
20 Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
kemudian ditambahkan ke dalam kartu stok besar (kartu stok gudang) dan kartu
stok kecil (kartu stok harian).
Kartu stok besar (kartu stok gudang) diisi berdasarkan faktur, lalu pada
kolom tanda buku pemasukan barang diberi tanda lingkaran (O), kemudian
mengisi kartu stok kecil (kartu stok harian), lalu pada kolom tanda diberi tanda
check (√) setelah mencocokkan dengan jumlah keseluruhan barang yang ada di
tempat penyimpanan.
Pencatatan faktur ke buku pembelian/faktur yang berisi tanggal faktur di
bagian awal, nomor urut faktur, nama PBF dan nomor faktur, jumlah barang
(satuan terbesar), nama obat, tanggal kadaluwarsa, harga satuan, potongan harga,
PPN dan jumlah harga yang harus dibayar. Bila terjadi perubahan harga barang
maka perubahan harga tersebut dicatat dalam buku perubahan harga dan buku
daftar harga barang.
c. Penyimpanan Barang
Penyimpanan obat di apotek Atrika disusun berdasarkan sistem FEFO
(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out), FEFO yakni obat yang
memiliki tanggal kadaluwarsa terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling
depan dan/atau paling atas, sedangkan FIFO yakni obat yang lebih dahulu masuk
diletakkan di bagian paling depan dan/atau paling atas.
Penyimpanan obat over the counter (OTC) di ruang depan apotek disusun
berdasarkan bentuk sediaan dan abjad, sedangkan penyimpanan obat ethical di
ruang dalam apotek disusun berdasarkan farmakologi obat, bentuk sediaannya dan
abjad. Penggolongan obat secara farmakologi yang terdapat di apotek, diantaranya
adalah antibiotika, antihistamin, saluran pencernaan, saluran pernafasan, vitamin
dan kardiovaskular.
Bentuk sediaan dibagi menjadi lima jenis, yaitu sediaan oral padat, sediaan
oral cair, sediaan topikal, dan sediaan lainnya seperti supositoria dan obat tetes.
Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk menyimpan obat generik berlogo,
Narkotika dan Psikotropika serta bahan baku dan bahan tambahan obat yang
sering digunakan dalam obat racikan.
d. Pengeluaran/Penjualan Barang
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Narkotika dan Psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku Dinas
Kesehatan Kota Kodya Jakarta Pusat Seksi Sumber Daya Kesehatan, paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan
untuk arsip apotek. Laporan penggunaan obat Narkotika juga dilakukan melalui
online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA
4.2 Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi dapat dilihat pada
Tabel 4.1. berikut.
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
32 Universitas Indonesia
33
menarik bagi pelanggan untuk berkunjung kembali ke apotek. Hal ini terkait
dengan design ruangan agar tidak terlihat polos. Obat juga disusun sesuai dengan
bentuk sediaan dan abjad sehingga memudahkan petugas untuk melayani pasien.
Ruang penerimaan resep digabung dengan ruang penyerahan resep
berada di bagian paling depan. Di dalam ruang ini tidak terdapat komputer untuk
menginput data, sehinga pada counter kasir alat kasir tidak dapat dipergunakan
dan harus menggunakan bon dimana juga harus hitung manual. Pada ruangan
depan terdapat beberapa bangku di bagian dalam dan etalase obat sebagai meja.
Ruang bagian dalam sudah cukup dikatakan efisien karena tidak ada
sekat didalam ruangan, sehingga memudahkan apoteker dan staff lainnya dalam
bekerja dan berkordinasi. Ruangan bagian dalam terdiri atas ruang peracikan yang
dikelilingi lemari/rak penyimpanan obat ethical, lemari khusus Narkotika dan
Psikotropika, dan tempat arsip. Terdapat kamar mandi dan wastafel juga yang
berada dipojok kiri ujung. Ruang pelayanan resep dan peracikan sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, yakni terdapat rak untuk obat yang disusun
berdasarkan bentuk sediaan, efek farmakologis dan abjad, sehingga memudahkan
petugas dan menghemat waktu dalam melayani resep.
Apotek atrika sudah memiliki peralatan peracikan yang lengkap serta
terjaga kebersihannya. Selain itu,terdapat alat timbangan yang digunakan untuk
menimbang bahan baku obat. Timbangan obat ini juga masih berfungsi dengan
baik. Bahan pengemas obat yang ditata rapi sehingga memudahkan petugas untuk
menggunakannya. Apotek memiliki sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi
pendingin udara.
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
5.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Dalam kegiatan pengadaan dan pengendalian, stok minimum tidak
disediakan oleh Apotek. Barang yang ditulis di buku defecta seharusnya
merupakan barang yang mendekati atau mencapai stok minimum. Hal tersebut
dapat menyebabkan kekosongan stok dan dapat berdampak terhadap pengurangan
jumlah pembeli. Untuk kegiatan penulis mengenai pengadaan, penulis melakukan
analisis ABC-VEN untuk mengetahui metode pengadaan di Apotek Atrika.
Pengendalian sediaan masih menggunakan kartu stok manual dan ditulis
tangan, sehingga masih terdapat risiko terjadinya kesalahan dalam pencatatan stok
atau hilangnya kartu stok, menyebabkan tidak terkontrolnya pemantauan
persediaan dengan baik dan berisiko menimbulkan kerugian.
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
yang ada di apotek dan dilakukan pengkajian resep, apabila pasien setuju maka
dilakukan pembayaran. Kegiatan pengkajian resep dilakukan sesuai peraturan
yang berlaku. Setelah itu resep yang sudah diperiksa diserahkan kepada pasien
dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan obat tersebut dan diberi
paraf. Penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
5.2.2.4 Program Home Pharmacy Care
Apotek Atrika belum melaksanakan program Home Pharmacy Care
Sehingga penuli melakukan tugas program Home Pharmacy Care berupa
pembuatan rancangan program Home Pharmacy Care tetapi tidak melakukan
praktik Home Pharmacy Care. Pemilihan pasien berdasarkan resep pengobatan
yang diterima Apotek. Dalam melaksanakan tugas ini, tahapan yang pertama
dilakukan adalah melakukan analisis resep seperti tugas sebelumnya, namun
terdapat tambahan pembuatan tabel jadwal konsumsi obat dan kartu pemantauan
hasil uji laboratorium.
Universitas Indonesia
38
Namun, di dalam kartu stok narkotika belum memuat nama dokter, alamat dokter,
nama pasien, dan alamat pasien untuk lebih memudahkan penelusuran.
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Apoteker bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di apotek yakni
meliputi kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian.
b. Praktek Kerja Profesi Apoteker memberikan wawasan, pengetahuan mengenai
jenis kegiatan di apotek dan meningkatkan keterampilan dalam kegiatan yang
mencakup pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis
pakai dan pelayanan farmasi klinik kepada pasien
c. Praktek Kerja Profesi Apoteker memberikan gambaran nyata terkait
permasalahan praktek kefarmasian yakni meliputi fungsi kewirausahaan dan
kegiatan farmasi klinik di apotek.
6.2 Saran
a. Untuk meningkatkan pelayanan farmasi klinis terutama konseling untuk
pasien dengan penyakit kronis atau penyakit tertentu, diperlukan adanya ruang
konseling.
b. Untuk memudahkan monitoring ketersediaan obat, pencatatan barang masuk
dan keluar serta kasir diperlukan pengembangan sistem teknologi informasi
(IT)
40 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2017). Kriteria dan
Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 7. Kuitansi
Lampiran 8. Faktur
47