ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV Universitas Indonesia, yang diselenggarakan
pada tanggal 16 – 27 Januari 2012 di Direktorat Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kegiatan PKP dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari
kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah
mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat
pada saat memasuki dunia kerja. Dalam pelaknsanaan kegiatan PKPA ini penulis
tak luput mendapat bajyak bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari bberbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan dan
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dra. Maura Linda Sitanggang, PhD selaku Direktur Jenderal Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Dr. Setiawan Soeparan, MPH. selaku Direktur Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan dan pembimbing di Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, atas bimbingan dan pengarahan
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Drs. M. Taufik S., MS, Apt. selaku pembimbing di Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt. selaku Ketua Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
6. Prof. Dr. Endang Hanani, M.S., Apt. selaku pembimbing dari
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
7. Seluruh staf Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia dan
iii
Penulis
iv
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
Lampiran Halaman
1 Struktur Organisasi Kementarian Kesehatan ......................................... 30
2 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan ....................................................................................... 31
3 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan ................................................................................. 31
4 Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan ............................................................................................... 32
5 Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian ................ 32
6 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ............................................................................................... 33
7 Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
vi
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertujuan agar calon apoteker :
1. Memahami mekanisme kerja, tugas pokok, dan fungsi dari Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Memahami ruang lingkup kerja, tugas pokok, dan fungsi Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Universitas Indonesia
2.1.1 Visi dan Misi (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-
2014, 2010)
Visi Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan. Misi Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dam pemerataan sumberdaya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan,
dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
5. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis
dan standarisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
2. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri dari
(Lampiran 4) :
a. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat;
b. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
c. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
d. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
rasional;
d. Pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik dan penggunaan obat rasional;
e. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik dan penggunaan obat
rasional; dan Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
2. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri dari (Lampiran 5) :
a. Subdirektorat Standardisasi;
b. Subdirektorat Farmasi Komunitas;
c. Subdirektorat Farmasi Klinik;
d. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Struktur Organisasi
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri dari
(Lampiran 7):
a. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional;
b. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan;
c. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekusor dan
Sediaan Farmasi Khusus;
d. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
13 Universitas Indonesia
3.2 Tujuan
Tujuan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah
penyediaan obat dan perbekalan kesehatan di sektor publik yang lengkap jenis,
jumlah cukup, dan mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan
kualitas terjamin, serta menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan
obat dan perbekalan kesehatan bagi pelayanan kesehatan. Dengan mewujudkan
suatu pedoman, standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang penyediaan dan
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan
dasar, sesuai peraturan yang berlaku.
3.3 Sasaran
Sasaran akhir Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil pada tahun 2014
adalah persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%.
Universitas Indonesia
3.5.2.1 Tugas dan Fungsi Subdit Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan
obat publik dan perbekalan kesehatan;
2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan;
3. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang penyediaan
obat publik dan perbekalan kesehatan; dan
4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Universitas Indonesia
3.5.3.1 Tugas dan Fungsi Subdit Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan
obat publik dan perbekalan kesehatan;
2. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan;
3. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan pengendalian di bidang pengelolaan
obat publik dan perbekalan kesehatan; dan
Universitas Indonesia
3.5.4.1 Tugas dan Fungsi Subdit Pemantauan dan Evaluasi Program Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi
Program Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan kebijakan di bidang program obat
publik dan perbekalan kesehatan; dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Total 38
Universitas Indonesia
22 Universitas Indonesia
oleh pemerintah sedangkan obat generik bermerek harganya diatur secara mandiri
oleh produsen pembuat obat. Obat generik yang palingn sering digunakan dan
bersifat vital juga berkorelasi positif dengan jenis penyakit terbanyak yang
diderita masyarakat indonesia dikelompokkan ke dalam obat essensial dan
didaftarkan oleh pemerintah sebagai daftar obat essensial nasional (DOEN).
Obat yang bersifat essensial dalam segi harga harus diatur oleh pemerintah
agar semua lapisan masyarakat indonesia dapat menjangkaunya. Sejatinya bidang
kesehatan yang merupakan bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi pengelolaannya diatur oleh pemerintah.
Dalam pengelolaan terhadap harga obat generik, terutama yang termasuk dalam
DOEN, pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan mengeluarkan daftar
harga eceran tertinggi (HET) nasional.
Dalam pengelolaan harga eceran tertinggi nasional, pemerintah membagi
wilayah berdasaarkan regional geografis yakni regional I meliputi Banten,
Lampung, Jawa Tengah, Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa
Timur. Regional II meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau,
Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Barat. Regional
III meliputi Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Makassar, Gorontalo dan Sulawesi Barat.
Regional IV meliputi Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Terjadi
perbedaan harga antar regional hal tersebut berkorelasi positif dengan besarnya
biaya distribusi obat. Harga eceran tertinggi (HET) adalah harga tertinggi yang
boleh dijual oleh pengecer (retailer) dimana harga tersebut ditentukan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Selanjutnya Menteri Kesehatan
menerbitkan himbauan agar produsen obat mencantumkan HET pada setiap
kemasan obat guna terlaksananya pengendalian harga obat. Dalam merencanakan
harga obat generik nasional kementerian kesehatan khususnya Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan membentuk tim independen yang terdiri
atas tujuh anggota yang merupakan perwakilan dari lembaga Ikatan Apoteker
Indonesia, Lembaga Swadaya Masyarakat, Universitas (akademisi), Yayasan
Lindungan Konsumen Indonesia, dan praktisi. Dalam melaksanakan tugasnya tim
independen akan didukung oleh kementerian kesehatan termasuk
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada bagian Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
1. Fungsi dari Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
adalah merumuskan kebijakan; pelaksanaan kebijakan; penyusunan norma,
standard, prosedur, dan kriteria; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan, serta pelaksanaan
administrasi
3. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan
kesehatan.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari kesimpulan di atas adalah sebagai berikut:
1. Pedoman-pedoman yang telah direncanakan sebaiknya segera disahkan,
disosialisasikan, dan dilaksanakan pada tahun 2012 agar dapat
meningkatkan pemenuhan terhadap kesehatan masyarakat
2. Kerjasama dengan Institusi pendidikan penting untuk ditingkatkan salah
satunya adalah program pengenalan tugas pokok dan fungsi apoteker di
pemerintahan.
28 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 2006. Pedoman Supervisi
dan Evaluasi Obat dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2008. Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang
Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Ppelayanan
Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia
No. 36 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2010. PP Menteri Kesehatan RI No.
1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Nomor 1810/ MENKES/SK/XII/2010 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan
Tahun Anggaran 2011. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. 2010. Laporan hasil
anajemen Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehaatn di Instansi
pemerintah Tahun 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 021/MENKES/SK/2011 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 Pemusnahan Sediaan Farmasi ............................................... . 3
2.2 Tim Pengelolaan Limbah Sediaan Farmasi ........................... . 4
2.3 Pengelolaan Limbah Sediaan Farmasi ................................... . 5
2.4 Pemusnahan Sediaan Farmasi ............................................... . 14
2.5 Pemusnahan Sediaan Farmasi Cair ....................................... . 22
2.6 Pencatatan dan Pelaporan ...................................................... . 24
BAB 3. PEMBAHASAN ............................................................................. 27
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... . 32
4.1 Kesimpulan ............................................................................ . 32
4.2 Saran ...................................................................................... . 32
DAFTAR ACUAN ...................................................................................... . 33
1106046710
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JUNI 2012
1 Universitas Indonesia
2005). Oleh karena itu, perlu disusun suatu pedoman pemusnahan limbah sediaan
farmasi yang baik dan benar serta aman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara dan proses
pemusnahan sediaan cair farmasi yang baik, benar, dan aman.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
karena terputusnya rantai dingin (misalnya vaksin, insulin, hormon lainnya); (6)
tablet yang gompal, jika belum kedaluarsa, maka obat tersebut dapat digunakan
hanya bila wadahnya masih tersegel, masih ada label yang jelas maupun masih di
dalam kemasan blister. Katagori ini mencakup barang yang akan dibuang setelah
digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang
berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung, dan ampul obat.
2.3.2 Pemilahan
Pemilahan limbah sediaan farmasi merupakan langkah penanganan awal
dari suatu pengelolaan limbah sediaan farmasi. Pemilahan dilakukan untuk
mengelompokan jenis limbah sediaan farmasi yang dihasilkan untuk selanjutnya
ditampung dalam wadah kemudian diberi label khusus. Wadah yang digunakan
untuk limbah sediaan farmasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi dampak yang akan ditimbulkan terhadap kesehatan manusia dan
kesehatan lingkungan. Pemilahan limbah sediaan farmasi dilakukan dengan cara
menempatkan limbah tersebut kedalam suatu wadah dapat berupa kantong plastik
atau kontainer yang terbuat dari kaleng. Warna yang digunakan untuk setiap
kontainer harus berbeda sesuai dengan jenis limbahnya dan diberi label
(Departemen Kesehatan RI, 2007)
Penandaan obat dan perbekalan kesehatan dapat dilakukan dengan cara
memberikan label pada semua kantong atau kontainer. Obat dan perbekalan
Universitas Indonesia
kesehatan yang akan dipasangkan label harus memuat informasi dasar. Informasi
dasar yang tercantum dalam label tersebut antara lain memuat: (1) nama
obat/perbekalan kesehatan, (2) kekuatan obat/perbekalan kesehatan, (3) jenis
satuan obat/perbekalan kesehatan, (4) tanggal kedaluarsa obat/perbekalan
kesehatan (5), kode obat/perbekalan kesehatan, (6) jumlah berat obat/perbekalan
kesehatan (kg/cm3) (Departemen Kesehatan RI RI, 2007).
Katagorisasi dapat dilakukan pada pemilahan limbah sediaan farmasi.
Pemilahan berdasarkan katagori berupa: (1) katagori obat khusus meliputi: anti
infeksi, narkotik dan psikotropik, neoplastik, anti kanker dan sitotoksik, antiseptik
dan desinfektan. (2) katagori obat biasa meliputi: analgetik antipiretik, vitamin,
pengganti cairan tubuh, cardioterapi, dan sebagainya. (3) katagori alat kesehatan
habis pakai (disposable) meliputi: benda tajam (spuit, infus set, surgical blade,
abbocath, nedle), bukan benda tajam (kapas, kasa, perban, plester). (4) kategori
bentuk sediaan meliputi: padat (tablet, kaplet, kapsul, serbuk), setengah padat
(salep, krim, suppositoria), cair (syrup, suspensi, cairan infus), cairan injeksi
(ampul, vial, vaksin), aerosol (Departemen Kesehatan RI, 2007)
Tujuan katagorisasi adalah memisahkan limbah farmasi ke dalam kategori-
kategori yang memerlukan metode pembuangan berbeda. Metode pembuangan
secara aman yang direkomendasikan akan bergantung terutama pada label dosis
sediaan farmasi dalam obat-obatan. Lokasi atau wadah penyimpanan sementara
yang berlainan harus disediakan untuk setiap kategori pemilihan (Widyastuti,
2003).
Perbekalan yang masih dapat digunakan harus tetap ada dalam
kemasannya. Perbekalan yang akan dibuang harus, jika perlu, dikeluarkan dari
kemasannya seakhir mungkin di dalam proses. Proses pemilihan meliputi:
a. Identifikasi masing-masing item;
b. Buat keputusan apakah perbekalan farmasi masih dapat digunakan;
c. Jika dapat digunakan, biarkan dalam kemasannya;
d. Jika tidak dapat digunakan, buat keputusan mengenai metode optimal
pembuangan dan pemilahan yang sesuai;
Universitas Indonesia
e. Biarkan kemasan dan kotak tetap utuh sampai mencapai ke lokasi, sebelum
pembuangan akhir atau pengangkutan ke institusi yang akan menggunakannya
(Widyastuti, 2003).
Pemilahan harus dilakukan di tempat terbuka atau ditempat yang
ventilasinya baik dan, jika perlu, yang tahan panas sesuai ketentuan pemerintah
setempat. Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tumpukan
persediaan farmasi dengan cara yang baik, dan semua barang yang telah dipilah
langsung diberi label yang jelas dan dipisahkan. Staf dibekali dengan
perlengkapan pelindung (sarung tangan, sepatu boot, pakaian panjang/overall,
masker debu, dan sebagainnya) dan harus bekerja di bawah pengawasan langsung
seorang apoteker. Mereka harus menerima pelatihan mengenai kriteria pemilahan
dan risiko kesehatan serta keselamatan kerja berkaitan dengan penanganan materi
semacam itu. Setelah dipilah, perbekalan farmasi harus dikemas secara hati-hati
ke dalam drum baja atau ke dalam kontainer seperti kotak kayu yang kokoh,
dengan label isi yang jelas di bagian luar kontainer. Materi pilahan itu harus
disimpan di ruang yang aman dan sebaliknya terpisah agar tidak tertukar dengan
perbekalan yang masih terpakai, sampai akhirnya pembuangan dilakukan
(Widyastuti, 2003).
Pemilahan limbah sediaan farmasi pada situasi rutin dilakukan dengan cara
menempatkan limbah tersbut ke dalam suatu wadah dapat berupa kantong plastik
atau kontainer dari plastik/kaleng. Warna yang dapat digunakan untuk setiap
kontainer harus berbeda sesuai dengan jenis limbahnya dan diberi label. Kantong
dan kontainer harus diganti segera dengan kantong dan kontainer baru dari jenis
yang sama begitu kantong sudah terisi tiga per empatnya. Untuk instalasi farmasi
kabupaten/kota, limbah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dalam jumlah
besar dikelompokan dan diberi label sesuai jenis limbah yang dihasilkan
kemudian ditempatkan di ruangan khusus dan dikunci (Departemen Kesehatan RI
RI, 2007).
Prioritas utama dalam proses pemilahan adalah memisahkan perbekalan
farmasi yang dikelompokan sebagai zat yang diawasi misalnya narkotika, obat
antineoplastik misalnya sitotoksik antikanker, dan semua produk non-farmasi lain
yang berbahaya yang mungkin tercampur dengan perbekalan farmasi. Semuanya
Universitas Indonesia
harus disimpan di ruang khusus yang terpisah dan aman sebelum pembuangan
masing-masing secara aman. Sisa perbekalan farmasi tak diinginkan lebih lanjut
harus dipilah ke dalam beberapa kategori berdasarkan kandungan dosisnya
(kapsul, bubuk, larutan, supositoria, sirup, tablet). Berikut kategori dan sub
kategori pemilihan yang direkomendasikan (Widyastuti, 2003).
Universitas Indonesia
2.3.3 Pengumpulan
Pengumpulan limbah sediaan farmasi merupakan suatu kegiatan untuk
menempatkan hasil limbah yang sudah ditampung ke dalam kantong atau
kontainer yang berasal dari tempat penghasil limbah ke dalam suatu ruangan atau
tempat khusus. Ruang atau tempat harus berada di dalam wilayah instansi layanan
kesehatan atau unit pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan dan terpisah
dari ruang pelayanan yang ukurannya disesuaikan dengan kuantitas limbah yang
dihasilkan. Ruang atau tempat pengumpulan harus memiliki lantai yang kokoh,
ventilasi yang cukup, mudah dijangkau oleh petugas yang menangani limbah dan
mudah untuk dibersihkan atau didesinfeksi. Ruangan tersebut harus terkunci dan
ditangani oleh satu orang tenaga yang terlatih untuk menangani limbah sediaan
Universitas Indonesia
farmasi sehingga tidak ada orang yang dengan mudah dapat keluar atau masuk
ruangan (Departemen Kesehatan RI RI, 2007).
Agar proses pengumpulan limbah sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan dapat berjalan dengan baik perlu suatu mekanisme pengumpulan.
Mekanisme ini perlu dibuat agar proses pengumpulan limbah lebih terkoordinasi
sehingga dapat mengurangi terpaparnya limbah tersebut dengan manusia dan
lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 2007).
PUSKESMAS POS
PEMBANTU KESEHATAN
PENGUMPULAN PENGUMPULAN
OBAT/ OBAT/
PERBEKKES PERBEKKES
PUSKESMAS
PENGUMPULAN
INSTALASI
FARMASI KAB/ PEMILAHAN PEMUSNAHAN
KOTA
PELAPORAN
DINKES
PROVINSI
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.4 Inertisasi
Inertisasi adalah bentuk lain enkapsulasi dan metode ini memerlukan
pelepasan materi, kertas, kardus, dan plastik kemasan dari limbah farmasi
(Widyastuti, 2003). Selain itu limbah dicampur dengan semen dan substansi lain
sebelum dibuang guna meminimalkan risiko berpindahnya substansi yang
terkandung dalam limbah ke air permukaan atau air tanah. Cara ini sangat sesuai
untuk sediaan farmasi dan untuk abu insenerasi yang mengandung logam berkadar
tinggi (Departemen Kesehatan RI, 2007). Pil-pil harus dikeluarkan dari kemasan
blister-nya. Limbah tersebut kemudian dihancurkan atau digiling dan campuran
air, semen, dan batu kapur ditambahkan dalam hancuran limbah itu untuk
membentuk pasta yang homogen. Pasta kemudian diangkut dalam bentuk cair
dengan truk pencampur beton menuju kota lokasi landfill dan kemudian dituang
perlahan-lahan ke dalam limbah perkotaan biasa sampai menyisakan residu padat.
Residu pasta yang berbentuk massa padat kemudian dicampurkan ke dalam
limbah padat perkotaan. Proses ini relatif murah dan dapat dilakukan dengan
peralatan sederhana. Perlindungan pekerja dalam bentuk pakaian dan masker
pelindung diperlukan karena adanya risiko debu berbahaya. Syarat utama adalah
adanya alat penggiling atau mesin giling berjalan untuk menghancurkan limbah
farmasi, alat pencampur beton dan semen; batu kapur dan air. Perkiraan rasio
berdasarkan berat, yaitu limbah farmasi (65%), batu kapur (15%), semen (15%),
dan air (5% atau lebih untuk membentuk konsistensi cairan yang tepat)
(Widyastuti, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada bilik kedua. Banyak insinerator tua untuk limbah padat perkotaan merupakan
insinerator bersuhu sedang dan pemanfaatan fasilitas ini dianjurkan sebagai
langkah sementara, dibandingkan pilihan lain yang kurang aman, misalnya
pembungan yang tidak adekuat ke landfill. Jika yang dipilih adalah insinerasi
dengan suhu sedang, limbah farmasi harus diencerkan dengan limbah perkotaan
dalam jumlah besar (sekitar 1:1000). Insinerator semacam ini tidak didesain untuk
membakar senyawa terhalogenasi dengan aman. Kandungan halogen yang sangat
rendah pada kebanyakan limbah farmasi kemungkinan menyebabkan adanya
pengabaian terhadap kandungan halogen dalam gas pembakaran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.2 Sediaan Cair Obat Selain Obat yang Dikontrol, Antineoplastik atau
Obat Antiinfeksi
Sediaan farmasi cair dalam jumlah kecil, diamana bukan substansi yang
dikontrol, obat antiinfeksi, atau antineoplastik dapat dibuang pada saluran
pembuangan. Jika tidak ada saluran pembuangan atau fasilitas penanganan limbah
Universitas Indonesia
cair, sediaan cair farmasi dapat diencerkan terlebih dahulu dengan sejumlah
volume besar air dan dituangkan kedalam tempat penampungan air pada sungai
dan segera diencerkan oleh air sungai yang mengalir. Sediaan cari farmasi dapat
dibuang setelah dilakukan enkapsulasi dengan semen, insinerasi pada suhu tinggi
atau dalam kilns semen. Tidak dapat diterima untuk membuang sediaan farmasi
cair, atau yang sudah diencerkan, atau tidak pada aliran air yang tenang dan
lambat.
Universitas Indonesia
disimpan sampai dengan dua minggu dan dinetralkan kembali dengan basa
kemudian dapat dibuang pada saluran pembuangan air.
Universitas Indonesia
dibuang pada landfill tanpa dienkapsulasi atau inertisasi. Untuk durm penampung
obat antineoplastik harus diisikan 50% dari kapasitas, setelah itu, diaduk dengan
campuran batu kapur, air dan semen sampai dengan kapasitas drum.
Universitas Indonesia
kesehatan; (5) pabrikan obat/perbekalan kesehatan; (6) kelas terapi; (7) tanggal
kedaluarsa; dan (8) kondisi obat/perbekalan kesehatan.
Setelah melakukan inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan yang akan
dimusnahkan, Kepala Instalasi Farmasi melaporkan hasilnya ke Kepala Dinas
Kesehatan setempat. Pada formulir berita acara pemusnahan memuat (1) bagian
judul formulir berita acara pemeriksaan); dan (2) kolom-kolom formulir berisi
informasi yang dibutuhkan. Pada bagian judul formulir berita acara pemeriksaan
diisi dengan: (1) nama, tempat instansi pengelola obat kabupaten/kota; (2) hari,
tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan pemeriksaan; (3) nama anggota panitia; (4)
jabatan anggota panitia; (5) nomor dan tanggal surat penunjukkan panitia
pemeriksaan. Sedangkan pada kolom-kolom formulir berisi: (1) nama/jenis obat
dan perbekalan kesehatan; (2) satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (3)
harga satuan kemasan obat dan perbekalan kesehatan; (4) jumlah obat dan
perbekalan kesehatan dengan angka; (5) jumlah obat dan perbekalan kesehatan
dengan huruf (6) kondisi obat dan perbekalan kesehatan; (7) kepala instalasi
farmasi propinsi/kabupaten/kota; (8) nama panitia pemusnahan obat dan
perbekalan kesehatan; (9) pejabat dinas kesehatan propinsi/kabupaten/kota
sebagai mengetahui.
Universitas Indonesia
27 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bau; (4) obat yang tidak dibutuhkan di tempat lokasi bencana; (5) obat yang rusak
karena terputusnya rantai dingin (misalnya vaksin, insulin, hormon lainnya); (6)
tablet yang gompal, jika belum kedaluarsa, maka obat tersebut dapat digunakan
hanya bila wadahnya masih tersegel, masih ada label yang jelas maupun masih di
dalam kemasan blister.
Secara umum penanganan limbah farmasi dapat disimpulkan dalam bagan
berikut:
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 tabel penanganan dan cara pemusnahan kemasan sediaan farmasi
Jensi kemasan Cara pemusnahan
Kemasan PVC Pembakaran pada kontainer tertutup landfill
Kemasan gelas/ampul Dilakukan daur ulang jika Dipakai
selain yang digunakan memungkinkan kembali
untuk obat antiinfeksi Digerus dan dilakukan inertisasi Landfill
Universitas Indonesia
dan antineoplastik
Kemasan ampul obat
Bersama obat didalamnya dilakukan
antiinfeksi atau Landfill
enkapsulasi/inertisasi
antineoplasyik
Dilakukan daur ulang jika Dipakai
Kemasan kardus/
memungkinkan kembali
kemasan sekunder
Dibakar pada kontainer terbuka Landfill
Universitas Indonesia
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustakan dan pembahasan, yang merupakan hasil
dari pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia pada Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan terutama Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemusnahan obat merupakan bagian penting dalam pengelolaan obat
publik dan perbekalan kesehatan dengan tujuan melindungi masyarakat
dari penggunaan obat yang tidak memenuhi persyaratan.
2. Setiap golongan obat memiliki karakteristiknya tersendiri sehingga proses
pemusnahannya harus disesuaikan dengan karakteristik golongan obat
tersebut dan penanganannya harus dilakukan oleh tenaga yang memahami
prinsip penanganan terhadap obat.
3. Tindakan pemusnahan obat perlu dibuat pedoman agar proses pemusnahan
dilakukan dengan baik, benar dan aman bagi pelaksana maupun aman bagi
lingkungan.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Perlu dilakukan pemantauan terhadap implementasi pedoman pemusnahan
obat dan perbekalan kesehatan agar sesuai dengan arahan yang telah
ditetapkan.
2. Dalam kurun waktu lima tahun perlu dilakukan penyesuaian kembali
terhadap pedoman yang telah disusun dan diimplementasikan.
32 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Dari : Puskesmas:
Alamat:
Alasan
Nama Obat/ Tanggal
No Kekuatan Jumlah Dimusnahkan
Alat Kesehatan Kedaluarsa
(*)isi dengan kode
(*) Keterangan:
(1) diproduksi tanpa memenuhi persyaratan yang berlaku
(2) telah kedaluarsa
(3) tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan
(4) dicabut izin edaranya
(5) berhubungan dengan tindak pidana di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Menyatakan telah menerima sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah
terlampir di dalam formulir permohonan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan nomor permohonan seperti yang terlampir.
Jumlah
No Nomor Permohonan Tanggal dibuat Keterangan
Item
Mengetahui,
Pemeriksa
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota
Nama Nama
Tanggal Tanggal
Daftar sediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tertulis berikut
dijadwalkan akan dimusnahkan pada tanggal (MM/DD/YY) pada jam
(waktu) di (nama instansi)
(alamat) (kota) (propinsi) (kode pos) dengan
cara (metode pemusnahan)
Nama Obat/
No Kekuatan Jumlah Jenis Limbah
Alat Kesehatan
Daftar sediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tertulis di atas telah
dimusnahkan pada tanggal (MM/DD/YY) pada jam
(waktu) di (nama instansi)
(alamat) (kota) (propinsi) (kode pos)
Jabatan Jabatan