ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang
dilaksanakan pada 10 April- 31 Mei 2012.
Laporan ini merupakan hasil Praktek kerja Profesi apoteker (PKPA) yang
penulis laksanakan di PT.Konimex sebagai salah satu persyaratan yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan Program Profesi.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat berjalan dengan lancar karena
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, ijinkanlah pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direksi PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah memberi izin
dan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories
2. Bapak Drs. J. Sunarto, Apt selaku External Relation Pharma Manager di PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah memberikan bimbingan
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Drs. Lodewyk Heumasse, Apt selaku QA Manager dan pembimbing di PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah meluangkan waktu untuk
berbagi ilmu dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS sebagai ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt sebagai Ketua Program Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA UI.
6. Bapak Drs. Hayun, M.Si sebagai Pembimbing dalam PKPA Universitas
Indonesia
7. Seluruh counterpart PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories atas ilmu dan
pengalamannya
8. Ibu Rini atas kesabaran dan ketelatenannya dalam membantu segala hal di
PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories.
iii
Kami menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui dan
mengkaji lebih dalam tentang industri farmasi.
Penulis
2012
iv
vi
1 Universitas Indonesia
pada kualitas (quality), keamanan (safety), dan efektivitas obat (efficacy). Mulai
tahun 2010 seluruh produk farmasi dari negara-negara di kawasan ini bebas
diperdagangkan tanpa adanya tambahan tarif masuk atau bea masuk 0% (no tariff
barrier). Regulasi ini dapat menyebabkan semakin meningkatnya persaingan
dalam merebut pangsa pasar dan menyebabkan konsumen dapat semakin selektif
dalam memilih produk baik dalam hal kualitas, harga, ketersediaan produk
maupun variasi produk.
Penerapan CPOB ini juga didukung dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, di mana sebuah
industri farmasi dalam pelaksanaan kegiatannya harus memiliki penanggung
jawab seorang Apoteker. Peraturan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi standar atau syarat yang telah ditetapkan dan
mencegah terjadinya kesalahan selama produksi.
Apoteker bertanggung jawab untuk menghasilkan obat yang bermutu,
aman, dan berkhasiat untuk memenuhi persyaratan yang tercantum dalam CPOB
tersebut, sehingga penyediaan tenaga apoteker yang handal mutlak diperlukan
untuk menghasilkan tenaga apoteker yang profesional. Pengetahuan mengenai
aspek-aspek CPOB, proses registrasi produk, pelaksanaan pengawasan mutu,
proses produksi, dan penelitian atau pengembangan produk adalah beberapa hal
dasar yang perlu dimiliki oleh seorang apoteker. Perwujudan hal tersebut
membutuhkan dukungan dan peran aktif dari berbagai pihak yang salah satunya
adalah industri farmasi. Pembekalan berupa praktek kerja secara langsung sangat
diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan tanggung jawab
apoteker di industri farmasi, yang mana hal ini berkaitan dengan penerapan
CPOB.
Berdasarkan hal tersebut, dalam kurikulum pendidikan apoteker terdapat
program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang akan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa calon apoteker untuk terlibat dalam kegiatan di
suatu industri farmasi. PKPA dilaksanakan di industri PT.Konimex
Pharmaceutical Laboratories, Desa Sanggrahan, Sukoharjo, Jawa Tengah mulai
tanggal 10 April 2012 sampai dengan 31 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan farmasi yang telah
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi, yaitu:
1. Membuat jumlah laporan dan nilai produksinya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Sedangkan untuk laporan lengkap wajib dilaporkan sekali dalam setahun.
2. Menyalurkan produksinya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian serta mencegah
pencemaran lingkungan.
4. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku, proses, hasil
produksi, pengangkutan, dan keselamatan kerja.
5. Melakukan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Universitas Indonesia
pada tahun 1974 diluncurkan produk Inza. Setelah itu, dari tahun ke tahun PT.
Konimex mencoba mengembangkan portofolio produknya. Awalnya PT.
Konimex hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), namun kini PT. Konimex
juga mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (ethical) serta produk
nonkuratif, antara lain vitamin.
Pada tahun 1971, dengan dukungan fasilitas dari Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), PT.Konimex memulai memproduksi obat-obat sendiri.
Perkembangan usaha PT.Konimex cukup berkembang sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tahun 1972, usaha bisnis terkonsentrasi pada
produksi farmasi OTC dengan kemasan 4 tablet yang berlangsung sampai
sekarang. Bisnis lainnya seperti alat kesehatan, dental equipment, dan hospital
packing products tidak dilanjutkan lagi.
Pada usia kesepuluh tahun, skala usaha PT.Konimex semakin besar
dengan menuntut sistem pengelolaan yang lebih profesional. Pada tahun 1977,
PT.Konimex mulai bekerja sama dengan konsultan untuk memulai melakukan
pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program pelatihan,
serta merekrut tenaga profesional.
Pada tahun 1979, PT. Konimex membangun pabrik baru di Sanggrahan,
sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Pada tahun 1980, dikompleks ini
didirikan pabrik kembang gula Nimms. Pendirian pabrik kembang gula Nimms
merupakan awal diversifikasi PT.Konimex ke industri makanan. Pada tahun 1980,
untuk melaksanakan peraturan pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara
produsen obat dengan distributornya maka PT.Konimex mendirikan PT.Sinar
Intermark. Kemudian untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan
semakin banyaknya produk yang dipasarkan oleh PT.Konimex maka pada tahun
1980 PT.Konimex mendirikan distributor kedua yaitu PT.Marga Nusantara Jaya.
PT.Sinar Intermark memiliki cabang-cabang yg berpusat di Solo serta melayani
distribusi untuk wilyah Indonesia bagian timur dan sebagian Indonesia bagian
tengah. PT.Marga Nusantara Jaya memiliki cabang-cabang dengan kantor pusat di
Jakarta yang melayani distribusi untuk wilayah Indonesia bagian barat dan
sebagaian Indonesia bagian tengah. Tahun 1993, PT.Konimex mendirikan
PT.Solonat yang memproduksi berbagai makanan ringan khusus dari bahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2.2 Sinergy
Yaitu saling menghargai perbedaan dan menyatukan kekuatan untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Universitas Indonesia
2.2.2.3 Integrity
Yaitu satunya kata dengan perbuatan, sesuai nilai-nilai, kebijakan
perusahaan dan kode etik profesi.
Tabel 2.3. Pedoman Perilaku Integrity
Karyawan Pemimpin
Menjalankan aturan, tata tertib danMemastikan dijalankannya aturan, tata
standar kerja tertib dan standar kerja
Dapat dipercaya Memberikan keteladanan
Bertanggung jawab terhadap hasil Bertanggung jawab terhadap hasil
kerja, keputusan dan perilaku pribadi
kerja, keputusan dan perilaku individu
yang ada di seksi/bagian/sub
divisi/divisi
Meletakkan kepentingan perusahaan Membangun kesadaran untuk selalu
diatas kepentingan pribadi meletakkan kepentingan perusahaan
diatas kepentingan pribadi
Melakukan apa yang seharusnya Membangun kesadaran:
dilakukan * Melakukan apa yang seharusnya
Melakukan apa yang telah dikatakan dilakukan
Mengatakan apa yang seharusnya * Melakukan apa yang telah dikatakan
dikatakan * Mengatakan apa yang seharusnya
dikatakan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada struktur organisasi PT. Konimex, terdapat 4 Divisi besar yaitu Divisi
Marketing, Divisi Human Resource Organization (HRO), Divisi Operation dan
Divisi Finance. Misi dari masing-masing Divisi yang ada di PT. Konimex tersebut
yaitu:
2.2.4.1 Misi Divisi Marketing:
Menjadi organisasi marketing yang berorientasi pada pasar serta menjadi
pemimpin pasar di Indonesia dalam produk kesehatan dan makanan berlandaskan
riset iptek dan riset pasar serta cost leadership untuk kepuasan stake holder.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Produksi Farmasi III (Semi solid dan Liquid Line); yaitu untuk memproduksi
sediaan semisolid dan liquid, seperti Fit Up, Zero Pain, Fungiderm, dll.
d. Produksi Natpro; yaitu untuk memproduksi Natural Product seperti Konicare,
Herba drink, dll.
e. Produksi Food I; yaitu untuk memproduksi permen, seperti Frozz, Hexos,
Nano-nano, dll.
f. Produksi Food II; yaitu untuk memproduksi biskuit, seperti Choco mania,
TWB, dll.
g. Produksi Food III; yaitu untuk memproduksi sediaan tablet effervescent,
seperti Jesscool, Protecal, dll.
Untuk menunjang proses produksi, PT.Konimex telah memiliki gudang
bahan baku, barang jadi, sistem HVAC dan unit pengolahan limbah yang dikelola
dengan baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dalam suplemen ini diperbaharui mengenai Bab 1 tentang Manajemen Mutu dan
Aneks 1 tentang Pembuatan Produk Steril serta menambahkan beberapa aspek
yang belum tercantum dalam Pedoman CPOB 2006.
Dalam Pedoman CPOB tahun 2006, terdapat dua belas aspek yang harus
dipenuhi dalam penerapan CPOB, yaitu:
2.3.1 Sistem Manajemen mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi), dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, memiliki mutu yang rendah atau tidak efektif.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
sistem manajemen mutu dan diterapkan secara benar, serta menginkorporasi Cara
Pembuatan Obat yang Baik, termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko
Mutu (Suplemen I CPOB, 2009 dan Pedoman CPOB, 2006).
Sistem manajemen yang dimaksud mengacu pada pendekatan dari ISO
9000 yaitu PDCA cycle. Plan: manajemen perlu membuat suatu rencana, Do:
melakukan apa yang telah direncanakan, Check: mengevaluasi yang telah
dikerjakan, dan Act: melakukan tindakan perbaikan apabila ditemukan
penyimpangan. PDCA cycle ini perlu didukung dengan pengembangan yang terus
menerus. Pendekatan inilah yang diterapkan dalam sistem manajemen mutu pada
pedoman CPOB 2006.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Manajemen Mutu
Pemastian Mutu
CPOB
Pengawasan Mutu
Pengkajian Mutu
Produk
Universitas Indonesia
2.3.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sisten pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personil kunci mencakup bagian produksi, kepala bagian pengawasan, dan
kepala bagian pemastian mutu. Struktur organisasi industri farmasi hendaklah
sedemikian rupa sehingga bagian produksi, pengawasan mutu, dan pemastian
mutu dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu
terhadap yang lain.
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pemastian mutu hendaklah
seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang
sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan ketrampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.Sedangkan
kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan lebih
diutamakan seorang apoteker.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang bertugas di area produksi, gudang penyimpanan dan laboratorium (termasuk
personil teknik, perawatan, dan petugas kebersihan). Di samping pelatihan dasar
dalam teori dan praktek CPOB, personil baru sebaiknya mendapatkan pelatihan
sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan diberikan dan
efektifitas penerapannya dinilai secara berkala.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jenis bahan untuk desain lantai juga perlu diperhatikan untuk masing-
masing area. Pada area produksi dan ruang steril, permukaan lantai dikehendaki
tidak boleh berpori sehingga beton harus dilapisi dengan epoksi atau poliuretan.
Pada area gudang, cukup digunakan beton padat yang bersifat menahan debu.
Pada ruang laboratorium, desain lantai dapat menggunakan beton berlapis vinil
dengan sambungan agar kedap air atau ubin keramik yang bersifat tahan terhadap
bahan kimia. Pada area pengemasan sekunder cukup digunakan ubin keramik.
Dinding dan langit-langit harus berplester dan tidak boleh terdapat
goresan. Pada persambungan antara lantai dan dinding tidak boleh membentuk
sudut, melainkan melengkung untuk mencegah menumpuknya debu dan
memudahkan pembersihan.
2.3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki
rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan dengan tepat. Hal ini bertujuan agar mutu yang dirancang bagi tiap
produk obat terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta memudahkan
pembersihan dan perawatannya. Sebagai contoh timbangan tidak boleh diletakkan
pada meja timbang yang dapat bergetar sehingga pembacaan massa menjadi tidak
konsisten.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
digunakan flexiable hose yang mudah dibersihkan, disanitasi dan dipanaskan. Pipa
juga harus berlabel jelas, menjelaskan isinya dan menerangkan arah.
Seluruh peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik
bagian dalam maupun bagian luar. Semua peralatan yang dipakai dalam
pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar atau ditempatkan di daerah di mana
digunakan bahan yang mudah terbakar, hendaknya dilengkapi dengan peralatan
elektrik yang kedap eksplosif serta dibumikan dengan sempurna.
Universitas Indonesia
minimal dua kali seminggu. Operator dilarang bekerja apabila mengidap penyakit
infeksi, luka terbuka, gatal, bisul, atau penyakit kulit lainnya. Operator juga
diharuskan tidak memakai kosmetik yang berlebihan dan selalu mencuci tangan
dengan cleaning agents atau sabun antiseptik saat akan memasuki area produksi.
Operator dapat kembali bekerja kembali setelah dinyatakan sehat.
Alat Pelindung Diri (APD) pada tiap pekerja harus memenuhi persyaratan
tertentu. APD harus bersih dan tidak rusak, serta secara umum terdiri dari topi,
pakaian kerja, masker, sarung tangan, dan alas kaki. Pakaian kerja harus
dikancingkan dan tidak boleh ada yang sobek. Pakaian kerja juga tidak boleh
digunakan di selain area produksi. Dalam menangani produk yang belum
terkemas, pekerja wajib menggunakan masker.
Pengelolaan sampah domestik harus dilakukan seoptimal mungkin untuk
menghindari adanya kontaminasi. Wadah sampah harus kuat tertutup (bukan
kardus) serta diharuskan tidak terdapat sampah pada area produksi, laboratorium,
dan gudang. Pembuangan sampah juga harus dilakukan secara berkala.
2.3.6 Produksi
Produksi obat hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan yang dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat jadi yang
memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Setiap bahan awal yang akan digunakan
untuk produksi, harus memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan
melalui status release oleh bagian Quality Control dan diberi label.
Setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi, baik itu processing
maupun pengemasan, harus selalu mengikuti pedoman yang disebut PPI
(Prosedur Pengolahan/Pengemasan Induk). PPI akan selalu diperbaharui secara
berkala untuk disesuaikan dengan standar GMP, disesuaikan dengan alat yang
dipunyai (jika ada alat baru), dan untuk menjaga keseragaman serta kualitas
produk yang dihasilkan dari waktu ke waktu. PPI disusun oleh Supervisor dari
tiap bagian (solid, semisolid, dan pengemasan), kemudian diperiksa oleh
Production Manager dan QA Supervisor, serta disetujui oleh IQC Manager.
Selain PPI, ada juga pedoman yang disebut Protap (Prosedur tetap) yang juga
Universitas Indonesia
harus dilaksanakan oleh pihak yang berkaitan. Kedua pedoman ini harus dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan.
Pada proses pengolahan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
selama atau sesudah proses. Selain status bahan awal harus berstatus release oleh
bagian QC, peralatan produksi juga harus bersih, aman, dan kapasitasnya sesuai.
Alat ukur sebelum digunakan harus sudah terkalibrasi. Pengolahan produk yang
berbeda tidak dilakukan dalam satu ruang, kecuali bila potensi risiko bisa dijamin.
Area produksi juga harus bersifat limited access, yaitu hanya bisa dimasuki oleh
karyawan atau operator yang memang bekerja terkait dengan proses produksi.
Pengawasan In Process Control (IPC) harus senantiasa dilakukan dan
didokumentasikan. Jika terjadi penyimpangan dari persyaratan harus selalu dicatat
dan diinvestigasi sebelum melanjutkan proses produksi atau sebelum meluluskan
suatu produk.
Semua prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat, sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya hendaknya
didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam proses, baik itu penggantian
alat maupun penggantian asal bahan baku, hendaknya dilakukan validasi ulang.
Hal ini untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan
produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Universitas Indonesia
mutu yang ditetapkan mulai dari saat obat dibuat sampai pada distribusi obat
jadi. Untuk keperluan tersebut, harus ada suatu bagian pengawasan mutu yang
berdiri sendiri.
Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisis yang dilakukan di
laboratorium, termasuk pengambilan contoh serta pemeriksaan dan pengujian
dari bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi. Selain itu,
dilakukan juga pengawasan dan pengendalian lingkungan yang terdiri dari
pemantauan kualitas air dan pemantauan lingkungan produksi. Kegiatan lainnya
yang dilakukan dalam pengawasan mutu adalah pengawasan dalam proses,
pengawasan dalam pengemasan, pengawasan hasil kemasan, pengujian
stabilitas, evaluasi terhadap keluhan dan obat yang dikembalikan, serta evaluasi
terhadap pemasok (vendor audit).
Pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan hingga produk jadi
dilakukan dengan mengambil contoh perwakilan dari populasi secara acak atau
sampling. Dalam melakukan sampling, alat yang digunakan harus bersih dan
peruntukannya hendaknya satu alat untuk satu material.
Khusus pada sampling bahan baku, terdapat beberapa hal pokok yang
harus diperhatikan untuk menjamin mutu produk. Pengambilan sampel harus
dilakukan di sampling booth, sampling room atau ruangan lain yang sesuai. Cara
pengambilan dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga kontaminasi silang
dapat dihindari. Setelah sampel diambil, container bahan baku harus ditutup
kembali dengan benar. Sampel yang telah diambil tidak boleh dikembalikan
pada wadah aslinya.
Pada metode pengujian yang digunakan, setiap parameter yang ada dan
dianggap kritis, sebelumnya harus telah dilakukan validasi metode analisa atau
telah dilakukan transfer metode dari bagian R&D ke bagian QC. Validasi metode
yang diadopsi penuh dari farmakope cukup dilakukan uji presisi dan akurasi.
Penyajian data analisa juga harus dilakukan dengan baik. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah evaluasi hasil saat menentukan status analisa (release atau
reject), investigasi bila terjadi hasil uji di luar spesifikasi atau proses deviasi, serta
investigasi yang berkaitan dengan kualitas saat produk jadi telah dipasarkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. System Inspection
Inspeksi ini merupakan inspeksi yang dipakai oleh regulator, yaitu dengan
menginspeksi sistem yang mencakup sistem mutu, sistem produksi, sistem
laboratorium, sistem pengemasan dan penandaan, serta sistem material.
Keunggulannya adalah inspeksi tersebut sistematik dari hal-hal yang paling umum
ke hal-hal yang khusus. Kelemahan inspeksi ini adalah butuh waktu yang cukup
lama.
b. Process Flow Audit
Inspeksi dengan cara mengikuti alur proses, misalnya alur dari penerimaan
barang jadi hingga proses pengemasan. Keuntungannya adalah memudahkan
perencanaan audit oleh auditor dan auditee, inspeksi dilakukan secara berurutan
dan sistematis. Kelemahan inspeksi jenis ini adalah inspeksi tersebut hanya
menyentuh aspek-aspek yang dilakukan secara rutin saja.
c. Product Specific Audit
Inspeksi dengan mengikuti semua aspek yang berkaitan dengan produk, yaitu
catatan bets, proses pengolahan, pengisian produk, pengemasan, dan kontrol
mutu. Keunggulan inspeksi ini adalah sanga spesifik, urut dan detail.
Kelemahannya adalah inspeksi dilakukan hanya terbatas pada tipe produk.
d. Problem Specific Audit
Inspeksi yang dilakukan terhadap aspek yang berhubungan dengan masalah
dan memeriksa semua aspek yang berhubungan dengan problem terkait.
Keunggulannya adalah dapat belajar dari kesalahan serta memiliki kesempatan
untuk memperbaiki masalah. Kelemahan inspeksi ini adalah hanya terbatas
cakupannya pada bagian kecil dari operasional.
Inspeksi diri dan audit dilakukan dalam urutan proses sebagai berikut:
a. Perencanaan (plan), yaitu menetapkan tujuan program audit, sumber daya,
tanggung jawab dan prosedur. Tahap ini dilaksanakan oleh manajemen/
regulator
b. Perlakuan (do), yaitu menerapkan program audit, yang meliputi jadwal audit,
evaluasi auditor, seleksi tim audit, pelaksanaan audit, serta pendokumentasian
aktivitas. Tahap ini dilakukan oleh auditor dan auditee.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Harus tersedia prosedur tetap yang jelas, semua yang terlibat harus mengerti
tentang prosedur tetap tersebut, termasuk distributor.
2. Adanya kelompok penarikan kembali (recall team) yang diketuai oleh kepala
bagian Pemastian Mutu dibantu oleh tim marketing-sales, produksi, logistik,
dan pihak-pihak yang terkait.
3. Harus ada alur komunikasi yang jelas.
4. Harus terdapat perangkat dokumen yang tersedia, misalnya Rapid Alert
Notification atau Press Release Statement bila diperlukan.
5. Adanya pelaporan ke BPOM.
Alur proses penarikan kembali adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi persiapan awal.
2. Aktifkan penarikan kembali.
3. Pemberitahuan ke konsumen dan BPOM.
.Pelaksanaan penarikan kembali obat jadi.
4. Pelaporan tindakan penarikan kembali dan penarikan kesimpulan.
Universitas Indonesia
2.3.10 Dokumentasi
Dalam industri farmasi, produsen harus dapat menunjukkan bahwa obat
telah dirancang dan dibuat dengan kualitas baik. Oleh karena itu, produsen tidak
hanya bertindak untuk memproduksi saja, tetapi produsen juga harus dapat
menunjukkan dokumentasi melalui pencatatan, data mentah, laporan analisa,
laporan penyelidikan, dan dokumen lainnya. Oleh karena itu, dokumentasi sangat
penting dilakukan di industri farmasi.
Fungsi dokumentasi pada industri farmasi adalah:
1. Sebagai sistem informasi dan merupakan bagian penting dari pemastian mutu.
2. Untuk menghindari kesalahan/kekeliruan yang umumnya timbul karena hanya
mengendalikan komunikasi lisan.
3. Untuk mengetahui tahapan yang sedang dikerjakan.
4. Untuk memberikan rekaman data.
5. Sebagai dokumen legal untuk regulator.
6. Untuk memenuhi persyaratan internal maupun eksternal.
Dokumen menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Dokumen yang berperan dalam panduan kerja, contohnya protokol, prosedur
produksi induk.
2. Dokumen yang berperan dalam pelaksanaan tugas untuk merekam kegiatan
yang dilakukan. Contohnya adalah formulir, catatan bets, formulir, buku
catatan, ataupun catatan analisa.
Dokumen yang berhubungan dengan pembuatan dan pemeriksaan obat
adalah milik perusahaan dan bersifat rahasia, sehingga dokumen tersebut harus
terkontrol. Dalam pembuatan dokumen, terdapat beberapa prinsip yang harus
dilaksanakan, yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang belum diperlukan harus diletakkan dalam folder atau lemari. Dokumen
rujukan segera dikembalikan ke tempat awal bila telah selesai dipakai.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PQ test plan
URS PQ
Process validation
Cleaning validation
OQ test plan Revalidation
FS OQ
Incl. FAT
IQ test plan
DS IQ SAT
Incl. PDI
FAT impact
assessment
Implementation
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
QA Manager
Petugas Arsip
karyawan baru dan calon pemegang jabatan baru, serta pelatihan GMP lainnya di
lingkup operasional.
Sesuai dengan prinsip GMP dimana mutu obat harus dibangun sejak awal, PT.
Konimex memproduksi obat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan
cermat. Unsur dasar manajemen mutu yang diterapkan PT. Konimex adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu mencakup struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut
pemastian mutu (Quality Assurance).
Sistem pemastian mutu harus didukung dengan tersedianya personil yang
kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. PT.
Konimex membangun mutu pada semua aspek yang mempengaruhi hasil seperti pada
bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personil
sehingga PT. Konimex dapat meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan
bermutu.
Personil yang bekerja di PT. Konimex adalah personil yang sehat,
terkualifikasi, dan memiliki pengalaman praktis. Kesehatan personil diperiksa saat
perekrutan dan pemeriksaan berkala. Untuk terus meningkatkan kualitas dari personil
maka diadakan program pelatihan mengenai GMP dan pelatihan yang dilakukan oleh
bagian terkait pemahaman terhadap semua prosedur tetap, cara pengolahan, dan
pengemasan. Pelatihan ini dilakukan secara berkesinambungan yang dinilai
efektivitasnya secara berkala dan terdokumentasi.
Bangunan dan fasilitas di PT. Konimex didesain dengan konstruksi dan tata
letak yang memadai untuk meminimalkan risiko kekeliruan, pencemaran silang, dan
kesalahan lain. Salah satunya adalah dengan membuat desain dimana proses
pembersihan, sanitasi, dan perawatan dapat dilakukan dengan mudah, termasuk
dalam desain dan konstruksi peralatan yang digunakan. Tata letak ruangan produksi
didesain mengikuti urutan tahap dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan.
Universitas Indonesia
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
memadai.
PT. Konimex memiliki fasilitas instalasi pipa, udara, lampu, dan saluran
pembuangan yang dipasang sedemikian rupa sehingga mencegah pencemaran
produk. Pada area penyimpanan atau gudang didesain khusus untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik. Adanya penandaan yang jelas untuk barang yang
berstatus karantina serta adanya tempat penyimpanan yang khusus untuk bahan yang
berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan, seperti bahan prekursor. Peralatan di PT.
Konimex didesain dengan konstruksi menggunakan baja tahan karat. Peralatan
tersebut ditempatkan dan dikualifikasi dengan sesuai desain dan seragam dari bets ke
bets. Perawatan terhadap semua peralatan di PT. Konimex secara periodik termasuk
kalibrasi alat timbang dan ukur yang lain.
Salah satu upaya untuk menjamin kebersihan fasilitas dan personil maka dibuat
prosedur mengenai sanitasi dan higiene. Ruang lingkup sanitasi meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala
sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Prosedur pembersihan,
sanitasi, dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
efektivitasnya.
Produksi dijalankan dengan mengikuti prosedur yang ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOB mulai dari proses penyediaan bahan baku dan kemasan,
proses produksi, In Process Control (IPC), penanganan produk jadi (yang ditolak,
dipulihkan, dan dikembalikan), proses karantina, dan hingga penyerahan produk jadi.
Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten memenuhi mutu yang
sudah ditetapkan dilakukan pengawasan mutu sebagai bagian yang esensial dari
CPOB. Pengawasan mutu dilaksanakan oleh bagian QC terhadap bahan awal, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi (yang dilakukan dengan sistem sampling),
berperan pada proses monitoring/pengendalian terhadap lingkungan, pengelolaan
rekaman hasil pemeriksaan, penanganan sampel pertinggal, dan melakukan uji
stabilitas produk.
Universitas Indonesia
Inspeksi diri dan audit mutu dilakukan GMP untuk mengevaluasi bahwa
semua aspek produksi dan pengawasan mutu memenuhi ketentuan CPOB. Program
inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB
sehingga dapat ditetapkan tindakan perbaikan. Semua prosedur dan dokumentasi
hasil serta catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut
yang efektif. Inspeksi diri dilakukan minimal 1 (satu) kali setahun untuk setiap bagian
dan dilaksanakan oleh tim auditor, yaitu pihak auditor PT. Konimex atau bekerja
sama dengan auditor dari pihak di luar PT. Konimex, dengan berpedoman pada
Pedoman GMP yang berlaku.
Mekanisme audit di PT.Konimex adalah sebagai berikut:
Audit GMP dilakukan tehadap semua faktor yang terkait mutu produk dan
proses, yang meliputi personil, bangunan dan fasilitas, peralatan, penyimpanan bahan
awal, pengemas dan produk (produk jadi, antara, ruahan), produksi, pengawasan
mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, dan validasi. Tim auditor berpedoman pada
Pedoman GMP (CPOB, CPOTB, CPKB, CPMB, CPPOB) yang berlaku. Setelah
dilakukan audit harus ada tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan
oleh bagian yang di audit terhadap hasil temuan audit dan hasilnya didokumentasikan
dan tindak lanjutnya dievaluasi.
Universitas Indonesia
a. Perencanaan
Perencanaan dibuat setiap tahun oleh GMP manager yang meliputi semua bagian
yang terkait mutu produk. Dalam perencanaan dijabarkan bagian, jadwal periode
audit, cakupan audit dan tim auditor yang bertugas, serta kegiatan lain. Auditor juga
telah membuat prosedur tetap yang sah serta alat bantu untuk mendukung
pelaksanaan audit misalnya format buku laporan, catatan audit, cheklist audit, dan
Permintaan Tindakan Korektif Pencegahan (PTKP).
b. Persiapan
Persiapan umum yang dilakukan sebelum dilakukan audit yaitu membuat detil
perencanaan dan audit yang disetujui semua pihak, menentukan ketua audit dan
anggota audit serta pembagian tugas sesuai kompetensinya. Pada tahap ini tim akan
mempersiapkan riwayat audit dari bagian yang akan diaudit, checklist audit, dan
dokumen acuan lain, serta pemberitahuan waktu pelaksanaan pada pihak yang diaudit
karena audit di PT.Konimex bersifat open-audit.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit dimulai dengan pembukaan (opening meeting) dimana auditor dan
auditee diperkenalkan, membahas agenda dan waktu pelaksanaan, serta memastikan
pihak-pihak yang akan di audit berada di tempat. Lama pelaksanaan audit tergantung
pada ruang lingkup bagian yang diaudit. Semakin besar ruang lingkup, maka audit
berlangsung semakin lama. Setelah acara audit dibuka maka auditor akan
melaksanakan site inspection, evaluasi dokumen yang berkaitan, dan membuat
catatan audit untuk setiap observasi. Audit ditutup dengan memaparkan hasil temuan
berupa catatan audit yang dikonfirmasi ke pihak auditee termasuk daftar dokumen
atau konfirmasi yang belum diberikan. Pihak auditor akan berdiskusi dengan pihak
auditee untuk kemungkinan CAPA (Correcttive Action Preventive Action). Saat
pelaksanaan audit, tim auditor harus berpedoman pada pedoman GMP (CPOB,
CPMB, CPOTB, CPPOB, CPKB) yang berlaku tergantung objek bagian yang
diaudit.
Universitas Indonesia
d. Pelaporan
Laporan audit dibuat segera setelah kegiatan audit selesai dan catatan audit disetujui.
Laporan audit merupakan dokumen resmi yang berisi tujuan dan lingkup audit,
penanggung jawab audit, tempat dan tanggal audit dilaksanakan, ringkasan hasil
audit, temuan audit dan kriterianya, dan kesimpulan atau saran audit. Apabila terdapat
penyimpangan pada standar audit, maka akan diterbitkan PTKP kepada bagian yang
bersangkutan. Pelaporan audit dapat berupa dokumen rekapitulasi hasil audit dan
rekap PTKP.
e. Tindak lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan adalah dilakukannya verifikasi terhadap PTKP yang
sudah dibuat oleh bagian, yaitu mengevaluasi apakah tindakan korektif dan
pencegahan sudah dilakukan atau belum. Bila tidak ditemukan permasalahan yang
sama, maka PTKP untuk bagian tersebut ditutup dan bagian GMP akan memulai
tahap perencanaan untuk melakukan audit berikutnya di bagian lainnya sesuai
perencanaan yang sudah dibuat.
Meskipun PT. Konimex telah mengikuti CPOB secara ketat untuk
menghasilkan obat yang bermutu, masalah dalam produksi masih mungkin saja
terjadi sehingga obat yang dihasilkan dapat tidak sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan. Untuk menangani keluhan konsumen atas produk yang dihasilkan, PT.
Konimex memiliki prosedur dalam menangani keluhan terhadap produk dari
distributor maupun konsumen. Keluhan akan diperiksa dahulu apakah tergolong pada
keluhan yang justified atau unjustified. Jika memang tidak perlu dilakukan penarikan
atas keluhan tersebut maka tidak perlu dilakukan penarikan. Keputusan penarikan
kembali obat yang telah beredar dapat bersumber dari otoritas pengawasan obat atau
dari PT. Konimex sendiri. Penarikan dapat disebabkan karena telah terjadi kerusakan,
kadaluwarsa, kondisi kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas
mutu, keamanan, serta menyangkut pada jumlah dan jenis.
Universitas Indonesia
3.1.2 Validasi
Validasi dan kualifikasi merupakan bagian penting dari Quality Assurance,
sehingga CPOB mempersyaratkan industri farmasi melakukan validasi. Selain itu
juga, validasi merupakan bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan.Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan (BPOM RI, 2006).
Validasi diperlukan oleh industri farmasi untuk memenuhi persyaratan legal,
mengenal tahapan proses dengan baik, mengetahui hal-hal kritis yang harus
dikendalikan, meningkatkan produktivitas dari mengurangi jumlah sampling dan
reject, serta meningkatkan konsistensi mutu produk. Seluruh kegiatan validasi di
PT.Konimex dilakukan oleh bagian validasiyang dipimpin oleh seorang Validation
Manager yang bertanggung jawab kepada Quality Assurance (QA)Division Manager.
Kebijakan pelaksanaan kualifikasi dan validasi di PT. Konimex:
a. Menitikberatkan pada pemenuhan persyaratan regulasi pemerintah.
b. Memprioritaskan kegiatan kualifikasi dan validasi pada produk farmasi danobat
tradisional, baru kemudian suplemen makanan dan makanan.
c. Kegiatan kualifikasi dan validasi diutamakan dengan pendekatan prospektif,baru
kemudian retrospektif dan concurrent.
d. Kegiatan validasi proses diprioritaskan pada proses yang sudah mempunyai
prosedur pembuatan dan pembersihan yang mantap dan metode analisa yang valid,
serta banyak diproduksi.
e. Metode analisis untuk validasi pembersihan sedapat mungkin menggunakan
metode analisis untuk mutu produk terkait, dengan ketentuan batas deteksi
tertentu.
f. Kalibrasi mencakup semua alat ukur di semua bagian yang terkait dengan mutu
produk, operator, dan peralatan.
Universitas Indonesia
Pada dasarnya, inti atau objek dari validasi adalah ada pada validasi proses
dan validasi pembersihan. Tugas dan tanggung jawab secara umum dari bagian
validasi yaitu membuat suatu protokol dari berbagai sumber (seperti SOP, PP, dan
lain-lain) kemudian menyusunnya dan mempublikasikan pada bagian yang terkait,
mencocokkan dan menganalisis kesesuaian antara prosedur yang ada dengan
kenyataan yang ada di lapangan, memberikan saran evaluasi dan perbaikan yang
perlu dilakukan. Sebelum dilakukan validasi perlu dibuat dahulu kualifikasi bahan
Universitas Indonesia
produk dan harus dilakukan modifikasi, maka harus melalui mekanisme management
change control dan disetujui oleh bagian QA. Installation Qualification (IQ) terdiri
dari pabrik pembuat, model/tipe, deskripsi (uraian cara kerja), data teknis (kapasitas,
kekuatan), sistem penunjang (listrik, air), instrumentasi dan kontrol (kalibrasi),
keamanan, dokumen (manual, checklist, software, training), dan verifikasi (instalasi
dan dokumen).
2) Operational Qualification (OQ)
Operational Qualification (OQ) adalah pengadaan bukti terdokumentasi
bahwa mesin/peralatan mampu beroperasi sesuai dengan fungsi yang telah
ditentukan. Misalnya: cek tombol power atau cek charger.
3) Performance Qualification (PQ)
Performance Qualification (PQ) adalah pengadaan bukti terdokumentasi
bahwa mesin/peralatan mampu secara konsisten menghasilkan output sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Performance Qualification (PQ) misalnya pada
sistem Heating Ventilating and Air Conditioning (temperatur, kelembapan, partikel,
mikroba, jamur), sistem air (konduktifitas), dan pada proses mencakup kecepatan,
jumlah tablet yang dihasilkan, tebal dan kekerasan tablet, serta keseragaman kadar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lokasi worst case merupakan lokasi atau titik yang paling sulit untuk dibersihkan,
sehingga dijadikan sebagai tempat/titik sampling.
Dalam melakukan sampling pada validasi proses ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
1) Waktu sampling: apakah dilakukan sesaat atau sesudah proses pembersihan selesai
tergantung dari batasan waktu kritis validasi.
2) Jumlah sampel dan banyaknya melakukan swab akan berpengaruh terhadap
ukuran media swab dan jumlah pelarut.
3) Wadah sampel harus bersih (bebas residu/kontaminasi bahan/produk lain) dan
steril (untuk sampel pengecekan mikrobiologi).
4) Penanganan sampel: batas kadaluarsa sampel.
5) Identifikasi/labeling sampel dengan benar.
Yang termasuk ke dalam lokasi worst case:
1) Permukaan yang paling banyak kontak produk.
2) Bagian yang terbuat dari bahan yang sulit dibersihkan.
3) Lokasi terjauh dan tersulit dari jangkauan.
Pada proses cleaning dapat terjadi kegagalan yang disebabkan oleh:
1) SOP/prosedur yang tidak handal (langkah, frekuensi, siklus, waktu, parameter
lain).
2) Penggunaan media cuci yang tidak sesuai atau jumlah media kurang.
3) Human factor, yaitu pelaksanaan tidak lengkap/salah langkah.
4) Penanganan objek yang salah pasca pembersihan.
5) Bagian mesin/sistem khusus yang memerlukan SOP khusus.
Universitas Indonesia
3.1.2.4. Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan (pada kondisi tertentu) untuk memastikan tingkat
kesamaan nilai yang ditunjukkan oleh alat, sistem ukur yang dipresentasikan dari
pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang sudah diketahui dari
acuan standar (Pedoman CPOB 2006). Alat yang dapat dikalibrasi adalah alat yang
memiliki kriteria:
1) Mempunyai satuan.
2) Kritis untuk: mutu produk, keamanan manusia, operasi mesin.
3) Akurasi tinggi.
4) Disebut dalam dokumentasi (SOP dan catatan).
5) Kesepakatan dengan pemilik.
Universitas Indonesia
QC Manager
Koordinator
Koordinator Koordinator
Laboratorium Kemasan Laboratorium Laboratorium
(stabilitas) (IPC)
Petugas Inspeksi
Gambar 3.5. Struktur Organisasi Bagian Quality Control
Universitas Indonesia
Supplier Konimex
Karantina
No
Inspeksi dan
Pengujian
Labeling &
Recording
OK
Gudang
4. Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh apabila barang yang datang tidak
memenuhi spesifikasi maka barang tersebut dikembalikan kepada supplier atau
dimusnahkan (sesuai ketentuan dengan supplier) dan apabila barang yang datang
tersebut memenuhi spesifikasi maka barang tersebut dimasukkan dan disimpan di
gudang untuk selanjutnya dapat digunakan dalam proses produksi.
Tabel 3.4. Metode Sampling Raw Material yang Dilakukan oleh Bagian IMI
Kategori Segera Setelah Kedatangan Raw Satu minggu sebelum proses
Material Produksi
A (Stabil) 0 *)
B ( Tidak stabil) 1
C (sangat tidak stabil) 0
Keterangan:
N = Jumlah container N = Jumlah kontainer yang diperlukan untuk proses
*) = Setelah dua tahun harus di tes ulang
Universitas Indonesia
6. Uji Limbah cair (BOD, COD). Adapun sampel yang digunakan untuk pengujian
antara lain: air sumur dalam, purified water, water for injection, limbah cair, raw
material dan produk jadi, lab scale product, serta HVAC.
7. Pengecekan mikroba pada ruangan dengan persyaratan mikroba menggunakan
cawan papan untuk area produksi non steril dan menggunakan Biological Air
Sampler (diletakkan di bawah HEPA filter) pada area produksi steril; pengecekan
partikel di ruangan dengan persyaratan partikel menggunakan alat particle
counter.
8. Pengecekan sanitasi higiene personel dengan menggunakan Rodac plate.
Tabel 3.5. Jenis Dokumen dan Bagian Pengendali Teknis di PT. Konimex
Jenis Dokumen Pengendali
Dokumen Eksternal Bagian yang bersangkutan
Dokumen Internal Document control
Rekaman Elektronik Management Information System
Rekaman Bets Document Control
Surat Keputusan Direksi Sekretaris direktur
Business Process Mapping Document control
Makalah, Buku, CD proyek Document control
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dokumen Kualitas
Dokumen ISO Dokumen Regular
produk
Tanda tangan Management QA manager Kepala divisi
persetujuan Representative pembuat dokumen
dokumen
Contoh dokumen Pedoman audit Pedoman pembuatan Pedoman paket
internal spesifikasi bahan program belajar
baku tingkat dasar
3. Dokumen tingkat 3
Terdiri dari prosedur, instruksi, protokol, standar teknis, spesifikasi, metode,
gambar teknis yang merupakan bagan atau instruksi kerja rinci untuk panduan
menjalankan suatu kegiatan tertentu. Review dokumen dilakukan secara periodik
setiap 5 tahun. Draft dievaluasi oleh atasan pembuat dokumen hingga tingkat kepala
divisi dan semua bagian terkait. Tanda tangan pemeriksa dokumen dilakukan oleh
atasan pembuat dokumen. Tanda tangan pemberi persetujuan dilakukan oleh Kepala
bagian pembuat dokumen. Contoh dari dokumen tingkat 2 yaitu Prosedur Teknis
Pengelolaan Dokumen dan Rekaman.
4. Dokumen tingkat 4
Terdiri dari formulir, rekaman, check list, daftar, data, hasil, rekapitulasi yang
mencatat atau merekam hasil suatu kegiatan atau proses yang dilakukan sebagai bukti
telah dilaksanakannya kegiatan/proses tersebut. Review dokumen dilakukan secara
periodik setiap 5 (lima) tahun.
Untuk otorisasi prosedur dan rekaman bets pengolahan dan pengemasan pada
produksi farmasi, natural product, dan makanan, draft dari dokumen dievaluasi oleh
atasan pembuat dokumen hingga tingkat Kepala Divisi, semua bagian terkait,
Apoteker Penanggung Jawab terkait, dan Quality Assurance Manager. Tanda tangan
pemeriksa dokumen dilakukan oleh RPD Manager terkait dan Plant Manager terkait.
Tanda tangan pemberi Persetujuan dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab
terkait dan Quality Assurance Manager.
Universitas Indonesia
Sirkulasi
persetujuan
Penarikan dan
pemusnahan yang
Dokumen tidak
lama
yang diganti?
ya
Distribusi
dilakukan review secara periodik setiap 3 atau 5 tahun, apabila terjadi perubahan
maka bagian dapat diminta untuk perbaikan.
Universitas Indonesia
dan non rekaman proses disimpan selama 5 tahun.Alur proses pengendalian masa
berlaku dokumen di PT. Konimex dilakukan dengan alur pada Gambar 3.8 berikut:
pengecekan
Beri cross bila tidak
berlaku
Buat revisi bila ada
perubahan isi
Ubah tanggal bila masih Masih berlaku? tidak Penarikan dan
berlaku pemusnahan
ya
Distribusikan yang
baru
Universitas Indonesia
sudah ada, perubahan eksipien, dan lain-lain. Struktur Organisasi bagian RPD PT.
Konimex adalah sebagai berikut:
Penata
Administrasi
survey (harga, besaran bets, struktur kemasan, dan waktu kadaluarsa). Dimulai dari
skala lab kemudian produk dikembangkan menjadi skala produksi setelah produk
diregistrasi untuk mendapatkan izin edar ke BPOM. Setelah itu, produk dipasarkan
dan dikomersialisasi kepada konsumen.Untuk produk yang sudah beredar di pasar,
dilakukan review untuk mengevaluasi apakah perlu dilakukan reformulasi.
Bagian Penelitian Produk dan Pengembangan Proses membawahi dua bagian,
yaitu bagian pengembangan formulasi dan bagian pengembangan kemasan.
3.2.1 Pengembangan Formulasi
Bagian pengembangan formulasi merupakan bagian di PT. Konimex yang
bertanggung jawab dalam membuat ide menjadi produk dalam formulasi produk
baru, melakukan perbaikan formula, dan perbaikan proses untuk perbaikan produk
yang sudah ada. Strategi pengembangan produk yang sudah ada dilakukan dengan
meningkatkan produktivitas dengan cara mengurangi terjadinya susut pada proses
produksi dan menyederhanakan proses produksi.Tahapan pengembangan produk
yang dilakukan di PT. Konimex, antara lain:
a. Tahap preformulasi
1. Studi literatur mengenai zat aktif dan efek farmakologi dari zat aktif. Jangka
waktu mulai dari studi literatur hingga pembuatan produk prototipe biasanya
memakan waktu tiga bulan.
2. Studi formulasi untuk menentukan bahan tambahan yang memiliki
kompatibilitas terhadap zat aktif, murah dan mudah diperoleh, berkualitas
dengan proses yang mudah.
b. Tahap formulasi
1. Tahap A (awal) dilakukan dengan membuat produk prototipe, spesifikasi
sementara, dan uji panel yang meliputi rasa, aroma, dan warna. Tahap A
belum menggunakan alat produksi tetapi menggunakan prototipe alat
produksi.
2. Tahap B (menengah) dilakukan penapisan awal untuk produksi dengan jumlah
yang lebih besar dari tahap A dengan menggunakan prototype mesin produksi.
Jumlah formula paling banyak yang diperkenankan adalah 8 (delapan)
Universitas Indonesia
Uji stabilitas obat dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana obat
masih memenuhi persyaratan kadar, untuk memprediksi dan menentukan masa
kadaluarsa produk. Dalam melakukan uji stabilitas, bagian pengembangan formulasi
mengacu pada prosedur yang ditetapkan pada Asean Guideline on Stability Study of
Drug Product. Uji stabilitas dilakukan dalam dua kondisi, yaitu:
1. 30 oC 2 oC/RH ambient atau 75% 5%.
2. 40 oC 2 oC/RH ambient atau 75% 5%.
Jenis pengemas primer akan mempengaruhi kondisi uji stabilitas seperti pada
produk yang mempunyai kemasan primer yang impermeabel (HDPE, Alufoil),
kondisi umum pada saat pengujian adalah 30 oC 2 oC/RH ambient dan 40 oC 2
o
C/RH ambient. Sedangkan pada produk yang mempunyai kemasan primer yang
permeabel (PVC, LDPE, PP), kondisi umum pada saat pengujian adalah 30 oC 2
o
C/RH 75% 5% dan 40 oC 2 oC/RH 75% 5%.
Uji stabilitas terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Tahap awal yang dilakukan harian sampai maksimal 3 (tiga) bulan.
2. Tahap menengah dilakukan bulanan sampai maksimal 6 (enam) bulan.
Universitas Indonesia
2. Kertas
Jenis kertas yang sering digunakan yaitu HVS, artpaper, atau paper coated. Biasa
digunakan dalam Etiket, Catch cover, dan kartu kontrol.
3. Folding Karton Box
Bahan baku yang digunakan yaitu karton manila (250 gsm dan 310 gsm) dengan
backside berwarna kuning, ivory (250 gsm, 270 gsm, dan 310 gsm) dengan backside
berwarna putih, duplex (250 gsm, 270 gsm, dan 310 gsm) dengan backside berwarna
abu-abu, chrome coated (250 gsm dan 310 gsm) dengan backside berwarna putih
mengkilat. Folding karton box digunakan untuk show box dan doos.
Universitas Indonesia
SPS
Uji Stabilitas
SP Pengemasan
Registrasi obat dilakukan melalui dua tahap yaitu, pra-registrasi dan registrasi
dan kedua tahap ini diajukan secara tertulis. Sistem registrasi obat harus dilakukan
dengan tatap langsung dan bukan dengan sistem online. Permohonan pra registrasi
obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, jalur
evaluasi, biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat.
Universitas Indonesia
Penyerahan Dokumen
Pra-Registrasi + Biaya
Evaluasi
Kelengkapan Konsultasi
Dokumen
Hasil Pra-Registrasi
(secara tertulis
Dokumen pra registrasi diserahkan kepada Badan POM untuk dievaluasi dan
diperiksa kelengkapannya, jika sudah lengkap dan disetujui maka akan diperoleh
surat hasil pra registrasi (HPR) secara tertulis paling lambat 40 hari sejak diterimanya
permohonan. Tujuan praregistrasi adalah untuk menentukan jalur evaluasi dan
kelengkapan dokumen registrasi obat jadi untuk kategori: 1, 2, 3, 4, 5, 6 atau 7. Untuk
registrasi obat dibedakan menjadi tiga macam yaitu registrasi baru (untuk kategori 1,
Universitas Indonesia
2, dan 3), registrasi variasi (untuk kategori 4,5, dan 6), dan registrasi ulang (kategori
7) (BPOM, 2011). Penjelasan dari kategori-kategori tersebut, yaitu:
1. Registrasi Obat Baru
Registrasi obat baru adalah registrasi obat yang belum mendapatkan izin edar
di Indonesia. Registrasi obat baru terdiri atas:
a. Kategori 1: registrasi obat baru dan produk biologi, termasuk Produk Biologi
Sejenis (PBS) atau Similiar Biotherapeutic Product (SBP).
b. Kategori 2 : registrasi Obat Copy.
c. Kategori 3 : registrasi sediaan lain yang mengandung obat.
2. Registrasi variasi
Registrasi variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada obat yang
telah memiliki izin edar di Indonesi, termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan
formulasi, metode, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah,
kemasan, dan penandaan. Registrasi Variasi terdiri atas:
a. Kategori 4: Registrasi variasi Major (VaMa) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh bermakna terhada aspek khasiat, keamanan, dan atau mutu obat.
b. Kategori 5: Registrasi Variasi Minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B)
adalah registrasi variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor
dengan notifikasi maupun variasi major.
c. Kategori 6: Registrasi Variasi Minor dengan Notifikasi (VaMi-A) adalah registrasi
variasi yang berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhaap
aspek khasiat, keamanan, dan atau mutu obat serta tidak merubah informasi pada
sertifikat izin edar.
3. Registrasi Ulang
Registrasi ulang adalah registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar.
Kategori 7: registrasi ulang
2. Bagian II: Dokumen Quality (Quality Document, Overall Summary & Report).
3. Bagian III: Dokumen Non Klinik (Nonclinical, Overview, Summary & Study
Report)
4. Bagian IV: Dokumen Klinik (Clinical, Overview, Summary & Study Report).
Pengisian Formulir
Registrasi
Penyerahan
Dokumen - Hasil pra-registrasi
- Bukti pembayaran
Loket Registrasi
BPOM
Pemeriksaan Kelengkapan
Dokumen Registrasi
Tidak lengkap Lengkap
Dokumen diterima
BPOM
Konsultasi
Tambahan data (120 Evaluasi
hari)
Hasil Evaluasi
No Registrasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
juga berfungsi sebagai alat promosi produk atau jasa yang diproduksi, sebagai
jaminan atas mutu barang, serta menunjukkan identitas perusahaan. Permohonan
pendafaran merek diajukan secara tertulis oleh pemohon (perusahaan) atau melalui
kuasa kepada Direktoral Jenderal. Direktoral Jenderal adalah Direktoral Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.
Tujuan pendaftaran merek adalah:
1. Alat bukti pemilik yang berhak atas merek tersebut, pemilik merek akan
mendapatkan sertifikat merek.
2. Mencegah pihak lain menggunakan merek tersebut atau merek lain yang sama
pada pokoknya dalam peredaran barang atau jasa sejenis, dengan pengajuan
oposisi atau keberatan.
3. Penolakan terhadap pendaftaran merek lain yang sama pada pokoknya.
Penolakan HAKI atas pendaftar merek adalah:
1. Bagi pemohon yang beritikad tidak baik.
2. Bertentangan dengan undang-undang, moralitas agama, kesusilaan, ketertiban
umum.
3. Tidak memiliki daya pembeda.
4. Telah menjadi milik umum.
5. Merupakan keterangan dari barang atau jasa, contohnya obat generik.
Maksud dari keterangan persamaan pada pokoknya atau seluruhnya untuk
barang atau jasa dengan merek pihak lain adalah yang terdaftar terlebih dahulu dan
telah terkenal. Adapun yang dimaksud menyerupai atau meniru adalah:
1. Nama orang terkenal, foto, nama badan hukum yang dimiliki orang lain.
2. Nama atau singkatan nama, bendera, lambang, simbol negara atau lembaga
nasional atau internasional.
3. Tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan negara atau lembaga
pemerintah.
Persamaan pada pokoknya adalah:
1. Kemiripan pada unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek lain
Universitas Indonesia
madu, air gula; ragi, bubuk pengembang roti/kue; garam, moster; cuka, saus-saus
(bumbu-bumbu); rempah-rempah, es, kecap, tauco, trasi, petis, krupuk, emping.
3.2.4 Standarisasi
Fungsi dan tugas pokok Bagian Standarisasi, antara lain:
1. Memeriksa sampel bahan baku dan produk
Sampel bahan baku baru yang dikirim oleh manufacturer atau sampel bahan
baku existing dari manufacturer yang berbeda (multisourcing), produk baru dan
pengembangan produk existing yang dibuat bagian RPD diperiksa oleh bagian
standarisasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa bahan baku dan produk sesuai
dengan standard kualitas yang diinginkan.
2. Membuat metode analisa/standar kualitas produk
Bagian Standarisasi membuat metode analisa dan standar kualitas produk
yang digunakan untuk memastikan produk yang diproduksi sesuai dengan standard
kualitas yang diinginkan. Semua metode analisa harus divalidasi terlebih dahulu dan
dituangkan dalam dokumen resmi kemudian diserahkan kepada bagian QC untuk
pemeriksaan rutin. Metode analisa dari bagian standarisasi harus dapat diterapkan
oleh bagian QC dengan peralatan yang terdapat di bagian QC.
3. Membuat spesifikasi bahan baku
Spesifikasi bahan baku ditetapkan oleh Bagian Standarisasi dan mengacu
pada literatur resmi yang diakui Kementerian Kesehatan dan BPOM, seperti
farmakope, kompendia, atau materia medika.
4. Membuat baku pembanding laboratorium
Bagian Standarisasi membuat baku pembanding laboratorium untuk analisis
di laboratorium agar biaya analisa lebih ekonomis dibandingkan dengan penggunaan
primary standard.
5. Mengelola laboratorium hewan
Bagian standarisasi juga mengelola laboratorium hewan yang akan digunakan
untuk uji potensi dari obat. Hewan coba yang digunakan, yaitu tikus, mencit, marmut
dan kelinci, dan nyamuk.
Universitas Indonesia
Penata
Administrasi
Standardization Standardization
Officer (Bahan Officer
Baku) (Produk)
Analist Assistant
Analyst Assistant
Petugas
Analis Laboratorium
Hewan
Petugas Analisa
Laboratorium Analis
Laboran Petugas Analisa
Laboratorium
80-120%; keseragaman kadar: 70-130%; dan untuk disolusi: +20% dari limit disolusi.
Akurasi ditetapkan dengan % recovery, yaitu perbandingan antara hasil yang
diperoleh dengan metode uji terhadap nilai yang seharusnya diperoleh (true value).
2. Keseksamaan (presisi)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan antar hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
ditetapkan secara berulang terhadap sampel homogen yang diambil secara acak. Ada
3 level presisi:
a. Repeatability
Hasil presisi di bawah perlakuan yang sama, yaitu analis dan alat yang digunakan
sama dan pemeriksaan dilakukan dalam interval waktu yang singkat.
b. Intermediate precision
Presisi dilakukan dengan cara mengulang pemeriksaan dengan menggunakan alat,
hari, kolom, atau kombinasi yang berbeda namun tetap pada laboratorium yang sama.
c. Reproducibility
Reproducibility merupakan presisi yang diperoleh dari hasil pengukuran pada
laboratorium yang berbeda atau juga disebut interlaboratory tests. Presisi ditentukan
dari minimal 9 (sembilan) pengukuran dengan 3 (tiga) larutan yang memiliki
konsentrasi berbeda (masing-masing larutan 3 kali pengukuran), atau minimal 5
(lima) kali dengan konsentrasi sampel 100%. Presisi dinyatakan dalam RSD (Relative
Standard Deviation).
3. Spesifisitas
Spesifitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan analit
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada, misalnya komponen matriks,
degradan, atau pengotor. Penentuan spesifisitas dilakukan ditentukan dengan
memeriksa plasebo, stress sample, memeriksa stabilitas sampel, dan cek recovery
Universitas Indonesia
spike sampel. Konsentrasi yang diperiksa sama dengan yang diperiksa pada akurasi.
Spesifisitas dievaluasi menggunakan recovery dan purity (KCKT).
4. Linearitas dan rentang.
Linearitas adalah kemampuan metode analisis untuk memberikan hasil
pengukuran yang berbanding proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel
dalam rentang yang telah ditetapkan. Linearitas ditentukan dari hasil pengujian
minimal 5 konsentrasi. Rentang adalah interval antara konsentrasi atas dan
konsentrasi bawah yang masih dapat menunjukkan presisi, akurasi, dan linearitas
yang dapat diterima. Derajat linearitas dihitung dengan persamaan y = a + bx.
Kriteria penerimaan untuk linearitas ialah koefiseian korelasi (r) 0,999, intersep 2
%, plot konsentrasi vs area 5 %.
5. Batas deteksi atau LOD (limit of detection)
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
dideteksi, tanpa perlu secara kuantitatif dengan metode yang sedang divalidasi.
Penentuan LOD dapat dilakukan dengan 3 cara:
a. Visual
LOD dicari dengan membuat serangkaian konsentrasi larutan sampel, lalu dicari
konsentrasi terkecil yang masih dapat terlihat
b. Signal to noise ratio
LOD ditentukan dengan membandingkan resapan larutan standar dengan konsentrasi
terkecil terhadap resapan larutan blanko. S/N ratio yang masih dapat diterima untuk
LOD adalah 2:1 atau 3:1
c. Kurva kalibrasi
LOD dihitung dengan terlebih dahulu membuat kurva kalibrasi hingga didapatkan
persamaan regresi linearnya. LOD dapat dihitung dengan cara:
Universitas Indonesia
Batas Kuantitas adalah jumlah terkecil analit pada sampel yang dapat diukur
dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima. LOQ dapat dihitung dengan cara:
7. Ruggedness/Robustness.
Ruggedness adalah derajat keberulangan hasil pengujian yang diperoleh dari
sampel yang sama dan diuji pada kondisi yang berbeda laboratorium, analis, alat,
suhu ruangan, waktu pengujian, dan lain-lain. Robustness adalah kapasitas dari
metode analisis untuk tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil yang sengaja
dilakukan pada parameter pemeriksaan atau metode analisisnya. Misalnya, variasi
dilakukan pada pH, suhu kolom, flow rate, dan lain-lain.
8. Uji kesesuaian sistem
Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah suatu sistem
(HPLC/ GC) yang digunakan memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan berada
dalam kondisi yang prima dan dapat dipercaya, sehingga data analisis yang
dihasilkan cukup handal untuk dipakai dalam menyimpulkan suatu hasil pengujian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PPIC Manager
PPIC Officer
Kebutuhan
Permintaan
pembelian
Gambar 3.16. Skema Pembuatan Proyeksi Persediaan Bahan Baku dan Pengemas
Universitas Indonesia
kepada Purchasing untuk diproses menjadi Order Pembelian (OP). OP yang telah
dibuat kemudian diberikan kepada supplier yang kemudian akan mengirim bahan
baku sesuai dengan OP yang diterima. Bahan baku (BB/E) yang dikirim supplier
akan diterima dan dikarantina di gudang dan bagian gudang akan mengeluarkan
Bukti Penerimaan Barang (BPB). Setelah dikeluarkan BPB kemudianQC dan bagian
pembelian menerima BPB. Bagian QC akan melakukan pemeriksaan spesifikasi
bahan baku yang masuk. Hasil pemeriksaan QC dituliskan dalam Nota Hasil
Pemeriksaan Barang (NHPB).
PPIC Produksi QC
NTB G-P
NTB G-P
Barang Barang
Sisa Barang
PmPB PmPB
NHPB NHPB
Sisa Barang
NTB P-G
NTB P-G
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagian Quality Control bekerja sama dengan bagian produksi dalam hal
untuk memastikan mutu produk yang dihasilkan. Bagian QC melakukan pemeriksaan
pada awal, tengah, dan akhir proses produksi. Bagian QC harus memeriksa apakah
yang dilakukan oleh bagian produksi sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Bagian QC memeriksa setiap bahan sisa produksi jika ingin dikembalikan
ke bagian gudang, bagian QC harus memastikan bahwa barang yang dikembalikan ke
gudang masih dalam keadaan yang baik. Apabila ada retur barang dari gudang untuk
di proses kembali di bagian produksi maka barang yang diretur tersebut harus
diperiksa dulu oleh bagian QC apakah masih bisa untuk diproses kembali atau tidak.
Bila barang yang diretur tersebut sudah tidak dalam keadaan baik maka ada 2
kemungkinan, pertama melihat waktu kadaluarsa tersebut, apakah bisa diretur ke
vendor-nya ataupun dimusnahkan.
4) Hubungan Bagian Produksi dengan Riset danDevelopment
Bagian produksi harus selalu fleksibel dan siap sewaktu-waktu apabila bagian
Riset dan Development menghendaki untuk skala produksi, tetapi sebelumnya bagian
Riset dan Development juga harus sudah membuat petunjuk skala produksi (yang
sudah diuji sejumlah 3 batch berturut-turut dan hasilnya bagus) dan menyerahkan ke
bagian produksi.
5) Hubungan Bagian Produksi dengan General Service (GS)
Bagian General Service bertugas dalam laundry pakaian karyawan,
menyediakan antarjemput bagi karyawan yang shift malam, penyediaan makanan dan
minum, kebersihan toilet, pengelolaan limbah, dan pembasmian hama. Bagian GS
merupakan penunjang bagi bagian produksi.
6) Hubungan Bagian Produksi dengan Koordinator Pembangunan Gedung (KPG)
Bagian KPG bertugas untuk melakukan perbaikan bangunan di bagian produksi.
peralatan sudah terpasang dengan baik sesuai dengan spesifikasi dan juga dilakukan
kualifikasi operasional yaitu untuk menjamin bahwa peralatan yang telah terpasang
tersebut dapat beroperasi dengan baik. Semua kegiatan tersebut wajib
didokumentasikan. Selain peralatan juga dilakukan validasi proses yang meliputi
semua hal yang berkaitan dengan proses produksi untuk menjamin bahwa semua
proses produksi yang dijalankan telah sesuai dengan spesifikasi dan reproducible.
Semua kegiatan validasi dan kualifikasi harus terdokumentasi.
8) Hubungan Bagian Produksi dengan Human Research Development (HRD)/
Human Research Organization (HRO)
Bagian HRD/HRO bertugas untuk mengadakan pelatihan (training) untuk
meningkatkan kualitas dan kinerja karyawan. Pada akhir tahun bagian HRD akan
membagikan form ke masing-masing bagian yang akan diisi mengenai hal-hal apa
saja yang diperlukan untuk dilakukan pelatihan sesuai dengan analisa kesenjangan
kompetensi (AKK), kemudian bagian produksi akan mengisi di form tersebut
mengenai hal-hal apa saja yang perlu untuk dilakukan pelatihan pada karyawan.
Bagian HRD yang akan menyusun jadwal pelatihan yang dilakukan. Selain itu juga
bagian HRD akan memutuskan untuk perekrutan karyawan baru, bilamana pada
bagian produksi mengalami kekurangan staf.
9) Hubungan Bagian Produksi dengan Factory Personnel (FP)
Bagian produksi berhubungan dengan bagian Factory Personnel dalam hal
pengajuan cuti, tunjangan pengobatan karyawan bagian produksi, dan permintaan
tenaga kerja.
10) Hubungan Bagian Produksi dengan Bagian Teknik (BT)
Bagian teknik melakukan perawatan dan perbaikan mesin-mesin bagian
produksi. Bagian teknik juga dapat memberitahukan kepada operator untuk
melakukan perawatan sendiri/autonomous maintenance (seperti mengganti oli mesin
jika sudah waktunya).
11) Hubungan Bagian Produksi dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Bagian K3 bertugas untuk memberikan pengetahuan kepada karyawan
bagaimana bekerja dengan hati-hati dan risiko bahaya yang mungkin dapat terjadi
Universitas Indonesia
pada pekerjaan. Setiap bulan pada tanggal 12 diadakan safety meeting di tiap-tiap
bagian untuk menyampaikan materi dari bagian K3 tersebut kepada pekerja dengan
tujuan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja (Zero Accident) dan
meningkatkan kesadaran diri dari para pekerja untuk selalu berhati-hati.
12) Hubungan Bagian Produksi dengan Good Manufacturing Practice (GMP)
Bagian GMP akan bertugas untuk melakukan audit apakah bagian produksi
telah melakukan proses produksi sesuai dengan CPOB. Jika ditemukan adanya
penyimpangan, maka bagian produksi harus memperbaikinya. Jadwal audit sudah
diterbitkan satu tahun sebelumnya, sehingga tidak menggangu proses produksi
berlangsung.
13) Hubungan Bagian Produksi dengan Manajemen Audit (MA)
Bagian Manajemen Audit akan memeriksa tiap akhir tahun stock opname
yaitu dengan cara mencocokkan antara kartu stock barang (administrasi) dengan fisik
barang, dan juga mengaudit semua dokumen bagian produksi. Sebagai contoh: Di
gudang harusnya bahan x sisa 5 kg, akan tetapi ditemui sebanyak 10 kg. Hal ini
mungkin saja terjadi, bisa disebabkan berlebihan dari suplier atau menimbangnya
salah.
14) Hubungan Bagian Produksi dengan Document Control (DC)
Tiap-tiap dokumen (prosedur pengoperasian/pembersihan mesin, SOP) yang
dimiliki oleh bagian produksi akan disimpan di bagian Document Control, apabila
bagian produksi membutuhkan untuk memperbanyak maka harus meminta bagian
DC untuk menggandakannya. Bagian DC juga mempunyai tugas untuk menarik
dokumen yang lama jika telah beredar dokumen yang baru sehingga tidak ada dua
dokumen sejenis yang beredar.
Universitas Indonesia
PPC
Logistik IPC
FP PBL
BT QC
K3 Produksi R&D
GMP GS
MA KPG
DC - MSD Validasi
HRD/HRO
Gambar 3.19. Hubungan Antar Fungsi Bagian Produksi dengan Bagian Lain
Universitas Indonesia
produksi dapat dikontrol. Personel yang menjalankan proses juga tidak dapat
sembarangan karena setiap kali melakukan proses diawali dengan memasukkan
password and user identification. Analisa terhadap kualitas proses dan hasil produksi
juga mudah dilakukan karena semua sudah terekam dalam database yang ada.
Personel yang menjalankan proses juga tidak bisa sembarangan karena setiap kali
menjalankan prosedur tersebut pasti akan diawali dengan memasukkan password atau
user identification dengan level atau batasan kewenangan masing-masing yang sudah
sudah ditetapkan dalam password management.
Manajer Produksi
Penata Administrasi
c. Pencatatan elektronik
Semua tahapan kegiatan, parameter proses, dan output dalam proses produksi
terekam dalam bentuk elektronik secara real-time.
d. Tanda tangan elektronik
Berita acara tertulis yang perlu ditanda tangani oleh penanggung jawab telah
terwakili dengan sistem user management. Jadi setiap orang yang mengakses dan
melakukan sesuatu terhadap sistem, harus mengisi identitas dan memasukkan
password.
e. Audit
Audit yang efektif dipengaruhi oleh suatu sistem yang traceability (setiap
kejadian dapat tertelusur) dan accountability (setiap kegiatan secara kronologis bisa
dipertanggung jawabkan). Sistem SCADA teah mengakomodasi hal ini.
f. Pencatatan nomor rekaman produksi elektronik
Sistem SCADA telah mengakomodasi rekaman proses produksi secara elektronik
dalam bentuk softcopy yang setiap saat bisa dicetak untuk bukti tertulis.
Bila terdapat logam, muncul metal alarm, dan aliran bahan baku dari lantai lima
berhenti. Klep/valve pada saluran tersebut menutup secara otomatis. Hasil pre
dispensing ditampung pada bin di lantai empat.
2. Lantai empat
Lantai empat merupakan dispensing area dan pada lantai tersebut hasil
penimbangan otomatis sesuai formula disatukan dalam sebuah target bin yang
diletakkan di atas moving scale. Dispensing bin berjalan sepanjang moving scale
untuk mengambil bahan baku dari lantai lima secara gravitasi. Beberapa bahan baku
untuk satu batch akan langsung ditampung dalam satu IBC. Pendosisan diatur dengan
screw feeder dan penimbangan dilakukan secara otomatis sesuai formula. Setelah
semua komponen bahan baku masuk dalam dispensing bin, maka campuran serbuk
dialirkan menuju granulator di lantai tiga.
3. Lantai tiga
Metode granulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet paramex adalah
granulasi basah, sehingga perlu dilakukan pembuatan secara terpisah terlebih dahulu
terhadap larutan pengikat. Campuran serbuk yang ada di lantai empat mengalir turun
ke lantai tiga menuju granulator. Larutan pengikat yang telah disiapkan dimasukkan
ke dalam granulator jenis high shear granulation mixer. Mixer ini terdiri tiga bagian
utama yaitu bowl sebagai tempat serbuk, pengaduk (blade mixer/impeller), dan
pemotong massa granul menjadi bentuk pratikel granul (chopper). High shear mixer
dipilihkarena dari segi waktu tentu lebih cepat, jumlah pengikat lebih sedikit,
diperoleh granul yang lebih kompak dan seragam, serta waktu akhir yang dapat lebih
terprediksi. Massa granul basah yang terbentuk diayak dengan mesh tertentu dan
dialirkan menuju bin di lantai dua untuk dikeringkan.
4. Lantai dua
Di lantai ini dilakukan pengeringan granul basah dengan fluid bed dryer
(FBD).Prinsip dari alat ini adalah membuat udara di dalam menjadi vakum sehingga
granul akan naik ke atas, seketika itu juga udara kering dan panas akan masuk dari
bawah untuk melakukan proses pengeringan. Setelah selesai granul kering tersebut
akan dialirkan ke lantai satu.
Universitas Indonesia
5. Lantai satu
Di lantai ini terjadi proses lubrikasi, pencetakan tablet, dan pengemasan.
Setelah melalui proses pengeringan di FBD, granul yang telah kering mengalir ke bin
lantai satu lalu dicampur dengan lubrikan. Pencampuran dengan lubrikan disertai
dengan proses weighing secara otomatis, selanjutnya dilakukan pencampuran dimana
bagian yang berputar adalah bin. Perputaran yang dilakukan secara asimetris untuk
menghindari adanya dead leg. Setelah campuran granul dan lubrikan homogen,
Kemudian produk antara tersebut akan kembali dinaikkan ke lantai atas sebagai WIP
(work in process) sebelum dilakukan proses pencetakan tablet. Produk antara tersebut
dialirkan kembali dari lantai dua menuju ke mesin tabletting di lantai satu. Mesin
yang digunakan untuk pentabletan adalah mesin rotary (180.000 tablet/jam) yang
diatur secara terkomputerisasi. Parameter yang digunakan adalah keseragaman bobot
tablet, ketebalan, kekerasan, dan berat tablet. Ketebalan tablet tergantung volum
pengisian dan bulk density. Pada mesin pencetak tablet juga dilengkapi dengan metal
detector untuk memastikan tablet bebas dari logam. Tablet akan dikemas primer
dengan strip dimana masing-masing kemasan terdiri dari empat tablet. Kemudian
dikemas sekunder dengan pemberian catch cover disertai dengan penulisan tanggal
kadaluarsa.
Sistem khusus yang digunakan dalam proses produksi Paramex ini disebut
sebagai sistem SCADA. Sistem tersebut bisa mengetahui ontime record maupun
history record dari proses yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Manajer Produksi
Penata Administrasi
kompresibilitas dan sifat alir yang baik, serta sensitif terhadap panas dan air. Dalam
metode cetak langsung, waktu proses yang diperlukan lebih cepat, serta tenaga kerja
dan peralatan kerja yang lebih sedikit. Metode granulasi digunakan untuk bahan yang
memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang buruk, namun stabil terhadap panas dan
tidak terurai oleh air. Perbandingan antara metode cetak langsung dan granulasi
dijelaskan dalam Tabel 3.12 berikut:
Gudang Bahan
Baku
sieving/milling sieving/milling
Penimbangan
Lubrikasi
Pencetakan
Pengemasan Primer
Universitas Indonesia
sieving/milling sieving/milling
Penimbangan
Lubrikasi
Slugging
Sizing/Grinding
Pencetakan tablet
Pengemasan primer
sieving/milling sieving/milling
Penimbangan
Granulasi Penyiapan
pengikat
Sieving
Lubrikasi
Pengeringan
Pencetakan tablet
Pengemasan primer
3. Pencetakan tablet
Proses kompresi dapat dilakukan dengan menggunakan rotary tablet press.
Mesin ini terdiri dari upper dan lower punch, dies, cam (rel yang digunakan punch
sebagai jalur), feeder, scraper and tail over die (digunakan untuk meratakan
permukaan dies yang diisi dengan granul), weight control, precompression roll
(untuk mengurangi jumlah udara karena udara dapat menyebabkan terjadinya
capping), main compression roll, dan ejection cam.
Universitas Indonesia
udara akan mengalir dari ruang produksi ke koridor sehingga udara ruang produksi
tidak tercemar udara dari koridor.
Manajer Produksi
Penata Administrasi
PenataAdministrasi
Operator Operator
PetugasAngkat&Kebersihan PetugasAngkat&Kebersihan
PenataAdministrasi PenataAdministrasi
PetugasProduksi PetugasVerpak
PetugasTimbang
Bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku produk merupakan bahan
segar yang didatangkan dari supplier maupun didapatkan dari kebun PT. Konimex.
Bahan alam yang didatangkan dari supplier terdiri dari bahan mentah maupun bahan
olahan (misalnya sudah dalam bentuk ekstrak). Berikut merupakan alur produksi
yang dilakukan bagian produksi Natpro, yaitu:
3.4.4.1. Pembuatan Konicare Minyak
Bahan baku yang telah dicek oleh bagian QC dapat digunakan untuk proses
produksi. Bahan baku diayak dengan ayakan mesh tertentu kemudian semua bahan
ditimbang sesuai formula. Kemudian bahan-bahan dimasukkan kedalam container
Fluid Bed Dryer, dispray dengan larutan slim sampai terbentuk granul, dan diayak
dengan mesh 12. Granul dikeringkan sampai kadar air sesuai dengan persyaratan.
Granul dikemas dengan sacheting machine dan dicek oleh bagian QC. Kemudian
diberi kemasan sekunder (dimasukkan dus kecil dan karton box) kemudian diperiksa
kembali oleh bagian QC.
Universitas Indonesia
Produksi *
Pengeringan
Penimbangan
Pengemasan Sekunder
*
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Gula Halus
Mixing Slim
Sari Noni
Granulasi
Sari jahe, kunyit asem, sari
temulawak, chrysantheum, beras
Pengeringan kencur
Roll alufoil
Pengemasan Primer
Dos kecil, karton box
Pengemasan Sekunder
*
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Pencampuran
Kapsulasi
Botol dan tutup bersih,
alufoil
Pengemasan Primer
stiker label, shrink, show
box, karton box
* Pengemasan Sekunder
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Granulasi
Pengeringan
Lubrikasi
Pencetakan
Roll alufoil
Pengemasan Primer
catch cover, Dos kecil, karton box
Pengemasan Sekunder
*
*) cek QC
Logistik Gudang Barang Jadi
Universitas Indonesia
* *
Produksi Pengayakan
Penimbangan
Pencampuran
Pencetakan
roll alufoil
Pengemasan Primer
catch cover, show box, karton box
Pengemasan Sekunder
Universitas Indonesia
hal yang perlu diperiksa adalah viskositas, kekerasan tablet, kerapuhan, waktu
hancur, dan mikrobiologi. Pada final Inspection, hal yang diperiksa meliputi isi dos,
isikarton, nomor bets, dan expired date. Semua tindakan ini dilakukan dalam rangka
penjaminan mutu produk.
Universitas Indonesia
Logistik Manager
Logistik Controller
Penata adm Penata adm Penata adm Penata adm Penata adm Penata adm
Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt Pet. Angkt
Logistik memiliki fungsi dalam melakukan perpindahan barang dari satu titik
(pabrik) ke titik lain (distributor) secara tepat waktu dan dengan biaya yang paling
efisien. Selain itu, logistik juga melakukan perhitungan kebutuhan barang jadi dan
mengupayakan tersedianya barang jadi dalam jumlah tepat sesuai dengan kebutuhan.
Permintaan Permintaan
Distributor Logistik Bag. Produksi
Salah satu bagian dari logistik adalah gudang barang jadi. Di dalam gudang
barang jadi, kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menerima barang jadi dari bagian produksi
2. Melakukan proses pengeluaran barang jadi sesuai dengan permintaan
3. Mengelola barang jadi yang ada di gudang (dengan menggunakan prinsip First In
First Out dan First Expired First Out).
4. Pencatatan dan pelaporan
Universitas Indonesia
QC PPIC
Distributor
Pemeriksaan barang - pengiriman barang
- pengembalian barang
Gambar 3.35. Kerjasama Antar Bagian dengan Logistik
Universitas Indonesia
Technical Service
Manager
PA
Teknisi
Petugas Petugas
Petugas
Teknik Petugas Teknik
Teknik Petugas
Teknik
Teknik
Kondisi Optimum
Kondisi Alat/Mesin
Perawatan
Universitas Indonesia
Pihak
Pihak yang mendesain danmerawat
yangmenggunakanme
mesin, melakukan perbaikan desain
sin membuat catatan
sehingga tidak breakdown
breakdown dan
improvement mesin sehinggamudah
proposal
dirawat
improvement
d. Productive Maintenance
Sasaran Productive Maintenance adalah profitable preventive maintenance,
hal ini mensyaratkan kita untuk tidak hanya mencegah breakdown dan defect tapi
juga bekerja dengan efisien dan ekonomis. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas
kita perlu melakukan empat perawatan dengan baik dan tuntas. Empat perawatan
yaitu preventive maintenance, breakdown maintenance, corrective maintenance,
maintenance prevention. Tiga jenis perawatan telah dijelaskan di bagian atas, lalu
yang dimaksud maintenance preventation adalah tindakan preventif yang dilakukan
dalam tahap desain mesin, dengan harapan saat mesin nanti terealisasi dapat
meminimalkan tindakan maintenance serta kinerjanya selalu baik.
PT. Konimex telah menerapkan konsep Total Productive Maintenance (TPM)
ini dalam melakukan tindakan maintenance. TPM dikenal juga dengan istilah
Manajemen Kehandalan dan Perawatan Mesin Produksi. Definisi dari TPM terdiri
dari 5 pokok, yaitu:
1. Bermaksud mendapatkan manfaat yang paling efektif dari peralatan.
2. Membangun sistem PM yang menyeluruh.
3. Mengikutsertakan semua orang yang berkaitan dengan peralatan dan mesin.
4. Mempersyaratkan dukungan dan kerjasama setiap orang mulai dari manajer ke
bawah.
5. Mempromosikan dan menerapkan Kegiatan PM dengan dasar Kegiatan Kelompok
kecil yang mandiri.
Tiga arti Total dalam TPM adalah:
1. Total efektifitas, mengejar efisiensi ekonomis atau keuntungan.
2. Total Sistem Perawatan, maintenance prevention (MP) dan aktivitas untuk
meningkatkan kemampuan pelihara (MI) dan preventive maintenance (PM).
3. Total Partisipasi, pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) oleh operator
dan aktivitas kelompok kecil di setiap departemen dan tingkat organisasi.
Sasaran dilakukannya TPM adalah ZERO ABCD, yaitu:
1. Zero Accidents
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.
Universitas Indonesia
2. Zero Breakdowns
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kerusakan pada alat.
3. Zero Crisis
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya tahapan krisis pada alat.
4. Zero Defects
Bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kerusakan pada produk.
Indikator keberhasilan pelaksanakan TPM dilakukan dengan mengevaluasi
output produksi berupa PQCDSMF yaitu:
a. Production (produksi)
Produktivitas pekerja naik.
Produktivitas peralatan naik.
Pengurangan jumlah pekerja.
b. Quality (kualitas)
Process defect rate turun.
Jumlah keluhan turun.
Scrap berkurang.
Reprocessing cost turun.
Biaya penanggulangan cacat berkurang.
c. Cost (biaya)
Jam pemeliharaan berkurang.
Biaya pemeliharaan berkurang.
Konsumsi perunit berkurang.
Energy saving.
d. Delivery (Penyerahan)
Keterlambatan delivery berkurang.
Inventory produk berkurang.
Inventory turnover rate naik.
Inventory spare part turun.
Universitas Indonesia
e. Safety (Keselamatan)
Shutdown accidents berkurang.
Jumlah kecelakaan lainnya berkurang.
Pollution accidents tidak ada.
Kepedulian pada lingkungan meningkat.
f. Motivasi
Jumlah saran peningkatan naik.
Frekuensi aktivitas kelompok kecil naik.
Jumlah one-point lesson sheet bertambah.
Jumlah deteksi ketidaknormalan naik.
g. Flexibility
Semua kegiatan yang diarahkan untuk melakukan improvementpada kinerja
dan kapabilitas mesin dan tidak terbatas pada merawat kondisi dasar mesin saja. Pada
umumnya diarahkan untuk mencegah berulangnya masalah yang sama dalam
kaitannya dengan kinerja mesin difokuskan untuk mengeliminasi 16 major losses,
terutama yangterkait dengan mesin. Dengan kata lain, ditujukan untuk meningkatkan
Overall Equipment Effectiveness (OEE). Losses harus dapat dieliminasi karena dapat
menggerogoti profit sementara pelanggan tidak mau membayar losses maka
kepekaan merupakan langkah awal dalam memerangi losses karena dengan
membiarkan adanya losses merupakan cerminan sikap kurangnya rasa memiliki.
Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas TPM yang
dijalankan adalah OEE (Overall Equipment Effectiveness). Dengan OEE dapat
diketahui kinerja mesin kita berdasarkan waktu pemakaian. OEE dinyatakan dalam
persentase. OEE dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu availability, performance
efficiency, dan rate of quality product. Contoh perhitungan OEE serta losses yang
mempengaruhi dapat diamati dari contoh pada gambar di atas. Bila hasil akhir
diperoleh OEE = 80%, maka loses total yang dialami sebesar 20%.
Universitas Indonesia
OVERALL EQUIPMENT
OVERALL EFFECTIVENESS
EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)
Val
Quality Rate =
uab Defect in
le
Op
Process
era
LT=
tin Loading Time
g Down Time
DT=
Ti
TCT= Theoretical Cycle
me
Time
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Air yang digunakan untuk plant farmasi berasal dari dua sumur air tanah
dengan kedalaman 120 m, dari air tanah ini kemudian dipompa dan dialirkan ke
water tower yang tingginya sekitar 24 m. Ketinggian itu dipilih agar pada titik kaki
tower diperoleh tekanan sebesar 2,4 bar, sehingga tidak diperlukan adanya pompa
untuk mendistribusikannya. Dari water tower air dialirkan ke pressure tank agar air
memiliki stabilitas tekanan yang cukup untuk mampu melewati unit treatment
selanjutnya. Air dialirkan melewati setiap unit sistem pengolahan air untuk
mendapatkan purified water sebelum digunakan untuk proses produksi. Di PT.
Konimex, sistem pengolahan air untuk memperoleh purified water melewati
beberapa tahap, yaitu:
a. Multi Media Filter (MMF)
Multi media filter berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan, dan
partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multi Media Filter merupakan filter
pertama yang terdiri dari beberapa lapis media (antrasit, pasir, granit, kerikil)
digunakan untuk menyaring suspended solid yang berukuran 10 m, zat kapur,
partikel halus/koloid dan untuk menghilangkan kekeruhan. Pretreatment dari multi
media filter ini menggunakan turbiditas. Banyaknya suspended solid yang telah
terfilter akan menyebabkan filter menjadi kotor. Pembersihan filter dilakukan dengan
cara backwash dan dilakukan tiap dua hari sekali. Metode backwash dilakukan untuk
memperlama umur filter.
Universitas Indonesia
b. Carbon Filter
Carbon Filter berfungsi untuk mengadsorpsi dissolved organic dan
mengeliminasi chlorine. Carbon filter sangat penting dilakukan karena adanya residu
chlorine dapat merusak membran Reverse Osmosis yang terbuat dari TFC (Thin Film
Composite) dan juga dapat mengoksidasi ion-exchange resin yang ada dalam tahap
penghilangan kesadahan air (softener). Selain itu, tahap ini juga akan dapat
menghilangkan bau dan rasa dari air dengan mengadsorpsi bahan-bahan organik
terlarut.
Universitas Indonesia
c. Softener
Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan sifat kesadahan airdengan cara
mengikat ion-ion positif seperti Ca2+ (ion kalsium) dan Mg2+ (ion magnesium)
dengan resin negatif. Semua kation-kation tersebut akan ditukar dengan Na+ pada
tahap ini. Pada prinsipnya resin suka dengan ion yang bersifat lebih positif, sehingga
pada tahap ini akan dihasilkan air dengan kandungan Na + yang besar (air kaya Na).
Universitas Indonesia
Setelah digunakan selama beberapa waktu maka filter akan jenuh dengan ion
kalsium dan magnesium sehingga filter perlu diregenerasi untuk mengembalikkan
fungsinya seperti semula. Proses regenerasi yang dilakukan dengan menambahkan
larutan garam natrium dalam jumlah banyak dengan menggunakan brine tank
Universitas Indonesia
sehingga resin mengikat natrium kembali dan ion kalsium dan magnesium dilepas ke
jalur reject.
d. Filter 5 m
Untuk menyaring partikel yang berukuran 5 mikron. Menghilangkan
partikel-partikel zat organik/inorganik serta mikroorganisme yang ukurannya di atas
5 m agar air baku yang akan melalui Reverse Osmosis sudah cukup bersih dari
pengotoran mekanik dan pengotor mikro.
Gambar 3.44.Filter 5 m
e. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis (RO) adalah suatu teknik pembuatan air murni yang dapat
mengurangi 99% mikroorganisme, partikel dan pirogen serta senyawa organik
dengan bobot molekul lebih dari 300. Proses yang terjadi merupakan tahap filtrasi
terbaik dari teknologi membran (hingga 0,0001 mikron).
Di PT. Konimex reverse osmosis double stage digunakan agar pemurnian air
berjalan lebih efektif dan efisien. Pada proses reverse osmosis air dipompa dengan
tekanan tinggi 150-200 psi melalui membran semipermeabel dengan menggunakan
pompa bertekanan tinggi sehingga dihasilkan permeate water yang selanjutnya akan
masuk ke dalam Electro DeIonisation (EDI). Proses yang terjadi merupakan
penyaringan molekuler dimana hanya air murni saja yang bisa melewati membran.
Sementara kontaminan akan ditolak dan dibuang ke saluran limbah. Kontaminan
yang direject oleh membran diantaranya garam terlarut senyawa bermolekul besar
>150-250 Dalton. Air yang tersisa atau dibuang disebut reject water. Membran
semipermeabel yang digunakan terbuat dari bahan TFC. Dipilihnya bahan ini karena
kemampuan rejection bahan ini yang mendekati 100%. Namun bahan ini memiliki
kelemahan yaitu tidak tahan terhadap klorin, sehingga keberadaan klorin perlu
dihilangkan sejak awal.
Universitas Indonesia
kenyamanan kerja dan untuk keperluan khusus seperti proses produksi dan
penyimpanan bahan. Pengkondisian udara yang tidak baik dapat berdampak pada
kualitas produk jadi misalnya produk menjadi terkontaminasi dengan adanya
kontaminasi silang sehingga sistem pengkondisian udara sangat dibutuhkan pada
industri farmasi.
Kondisi lingkungan yang kritis terhadap kualitas produk adalah cahaya, suhu,
kelembapan relatif, kontaminasi mikroba dan kontaminasi partikel dan semua itu
diatur dengan sistem tata udara. Pengkondisian dari sistem tata udara di PT.
Konimex, antara lain temperatur (cooling/heating , kelembaban udara (humidifier/
dehumidifier , kebersihan (filter, ilter , aliran udara,dan tekanan udara (fan,
damper, diffuser .
Beberapa regulasi telah menyatakan persyaratan mengenai sistem Heating
Ventilating and Air Conditioning (HVAC) terkait dengan kelas kebersihan ruang
untuk proses produksi. Regulasi yang digunakan adalah GMP, Federal Standar 209E,
ISO, komparasi standar, pedoman CPOB. Misal Federal Standar 209 E mensyaratkan
kelas kebersihan yang berbeda berdasarkan kegiatan (ruang dipersiapkan untuk
proses produksi, ruang saat operasional mesin tidak berjalan, dan ruang saat proses
operasional sedang berlangsung).
Pengkondisian ruang akan menghasilkan beberapa kelas kebersihan. Berikut
adalah contoh kelas ruang kebersihan dan persyaratannya:
a. Kelas III 100.000
Pre filter sebelum AHU (eff 20%)
Medium filter sebelum AHU (eff 95%)
HEPA filter sebelum ruangan (eff 99%)
Luas HEPA 5-10% dari luas ruangan
Air change 25 kali per jam
Pressure gradient >15 pa
b. Kelas II 10.000
Pre filter sebelum AHU (eff 20%)
Medium filter sebelum AHU (eff 95%)
Universitas Indonesia
diperoleh dengan memasang HEPA filter seluas 5-10% luas ruangan, untuk ruangan
kelas 10.000 diperoleh dengan memasang HEPA seluas 10-15% luas ruangan, serta
untuk memperoleh ruangan dengan kelas 100 dilakukan pemasangan HEPA dengan
luas sebesar luas ruangan (Full HEPA).
d. Aliran udara dan tekanan udara (Fan, Damper, Diffuser)
Pengaturan tekanan udara dilakukan dengan mengatur jumlah udara yang
keluar masuk ruangan, dimana jumlah udara yang masuk lebih besar dari yang keluar
dari ruangan dengan menambahkan fresh air dari luar. Pengaturan volume tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan damper. Misal untuk kelas steril/kelas 100
arah aliran udara yang disirkulasikan dalam ruangan adalah laminair, bukan turbulen.
Hal ini disebabkan karena dengan aliran udara yang laminair akan dapat
mengeliminasi kemungkinan terjadinya akumulasi debu pada salah satu sudut
ruangan.
Aliran laminair dapat diperoleh dengan menjaga kecepatan alirnya (>0,3 m/s).
Kecepatan aliran ini juga akan berpengaruh terhadap banyaknya sirkulasi dalam
ruangan tersebut. Umumnya, untuk ruangan yang bersih (clean room) jumlah
sirkulasi yang dipersyaratkan adalah >20 kali. Banyaknya sirkulasi ini akan
mempengaruhi banyaknya partikel dalam suatu ruangan. Misalnya, untuk
memperoleh ruangan dengan kelas 10.000, dilakukan sirkulasi sebanyak 40 kali atau
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada aplikasi yang kontak dengan produk persyaratan udara menurut ISO
85375-1 adalah 1.2.1 dimana angka pertama menunjukkan kelas jumlah partikel
padat per m3, angka kedua menunjukkan kelas Pressure Dewpoint dan angka ketiga
menunjukkan kelas oli yang terkandung dalam udara. Tabel tentang penjelasan kelas
tersebut dapat di lihat dibawah ini:
Skema sistem udara bertekanan di PT. Konimex dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Universitas Indonesia
Udara masuk melalui kompresor dan bercampur dengan oli yang kemudian
akan ditampung dalam press tank. Udara yang masuk tersebut kemudian akan melalui
refrigerant dryer dimana udara panas tersebut akan di dinginkan seperti prinsip yang
ada pada AC. Setelah dingin maka udara akan melewati oil separator untuk
memisahkan oli dari udara. Kemudian jalur udara dibagi menjadi dua yaitu udara
untuk keperluan produksi atau untuk keperluan non produksi. Udara untuk keperluan
non produksi langsung melewati particle separator yang kemudian dapat langsung
digunakan. Udara untuk keperluan produksi akan melewati dessicant dryer untuk
menghilangkan uap air dan bau sebelum melewati particle separator. Dessicant dryer
terdiri dari dua tangki dimana tangki pertama akan mengambil uap air yang kemudian
akan menjadi jenuh. Ketika tangki pertama jenuh maka akan digantikan fungsinya
oleh tangki kedua dan tangki pertama akan mengeluarkan uap air yang ada hingga
kembali menjadi tak jenuh dan siap dipakai ketika tangki kedua telah jenuh.
Universitas Indonesia
dengan limbah yang dihasilkan. Oleh karenanya, PT. Konimex sangat peduli
terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan, yang secara langsung berhubungan
dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Tujuan pengelolaan lingkungan hidup di PT. Konimex adalah:
a. Mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
b. Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan yang timbul akibat kegiatan
pabrik.
c. Tersedianya dokumentasi dan informasi pengolahan lingkungan yang
dilaksanakan terhadap kemungkinan dampak
Dasar hukum pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
d. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 39/MENLH/8/96 tentang Jenis Usaha
yang Wajib AMDAL.
e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 12/MENLH/3/94 tentang UKL-UPL.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 928/MENKES/PER/IX/1995 tentang
Penyusunan AMDAL di Bidang Kesehatan.
g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13/MENLH/3/95 tentang Baku Mutu
Emisi.
h. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan
Teknis Pengolahan Limbah Berbahaya dan Beracun.
i. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10/2004 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Industri Farmasi.
Universitas Indonesia
Koordinator
PLHER-QA
Internal Sekretaris
AuditEHS DC
Auditor
Universitas Indonesia
Pemusnahan
bahan baku,
obat Sisa abu
pembakaran
waste TUNGKU
kemasan
TPS B-3
kertas, karton,
plastik
botol, drum,
kaleng, roll Dijual Pembuangan
alufoil Umum
Limbah padat berupa sisa kemasan, kertas dan lainnya dibakar dengan cara
konvensional, yaitu dibakar dalam suatu tungku api yang terbuat dari bata tahan api
Universitas Indonesia
dan dilengkapi dengan cerobong asap setinggi 24 meter. Sisa abu yang hasil
pembakaran dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sedangkan sisa botol,
kaleng dan lain-lain yang masih dapat berguna dijual ke pihak lain. Sebelum dijual,
limbah harus dipastikan tidak terdapat identitas PT.Konimex untuk menghindari
salah penggunaan oleh pihak lain.
Limbah padat berupa debu dari ruang produksi dikumpulkan dengan sistem
siklon (cyclone system), dimana udara disedot dan diputar sehingga partikel debu
akan terpisah dan berada pada bagian bawah alat. Debu turun dan ditampung dalam
dust collector sehingga udara yang telah bersih dapat langsung dikeluarkan ke
lingkungan. Pada alat ini terdapat penyaring atau filter yang menahan debu atau
partikel dengan ukura penyaring tertentu sehingga udara yang dikeluarkan benar-
benar terbebas dari partikel padatan yang dikhawatirkan mengandung obat. Padatan
debu yang telah terpisah, baik debu dari ruang produksi dan mesin, sisa bahan baku,
dan obat yang kadaluarsa atau rusak dimusnahkan dengan menggunakan multi stage
burner. Hal tersebut karena limbah-limbah tersebut tergolong ke dalam B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Pembakaran dengan multi stage burner dilakukan secara
bertingkat agar lebih efektif dan menghasilkan sisa pembakaran yang tanpa asap
(smokeless) yaitu pembakaran dengan suhu 300C (tahap pertama) kemudian asap
yang dihasilkan dibakar dengan suhu 900-1000C selama 6 jam sehingga tidak ada
asap yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut (tahap kedua). Selanjutnya abu
sisa pembakaran B3 tersebut dikumpulkan dan disimpan sementara di TPS (maksimal
90 hari) untuk selanjutnya dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki sertifikat untuk
mengelola limbah B3. PT. Konimex mengirimkan abu sisa pembakaran B3 ke PPLI
Cileungsi, Bogor. Adapun kapasitas dari multi stage burner 120 kg limbah padat,
yang kemudian akan menjadi debu 4 kg.
Pembakaran dengan metode multi stage burner hampir tidak menghasilkan
asap atau smoke less burner. Pembakaran dilakukan selama 12 (dua belas) jam yaitu
6 (enam) jam pembakaran dan 6 (enam) jam pendinginan. Untuk meyakinkan bahwa
udara hasil pembakaran multi stage burner memenuhi baku mutu yang persyaratkan,
maka secara berkala dilakukan pemeriksaan udara hasil pembakaran multi stage
Universitas Indonesia
burner bekerja sama dengan BPLI Semarang. Cerobong yang digunakan memiliki
panjang sampai 14 meter, hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran udara
hasil pembakaran ke daerah sekitar.
Ayak Timbang
Debu Sisa Bahan
Air Cucian
Bau
Pencampuran Pembuatan Slim
Debu Obat
Air Cucian
Bau
Pengeringan Debu Obat
Debu Obat Air Cucian
Air Cucian Bau
Bau
Pengayakan
Debu Obat
Air Cucian Gudang Bahan Pengemas
Bau
Penambahan Pelicin
Debu Sisa Obat
Air Cucian
Bau
Roll Alufoil
Pencetakan
Botol
Debu dan Bau
Air Cucian Catch cover
Hasil Cetak Kotor MDS
Penyetripan dan Karton
Pembotolan Kartu Kontrol
Debu dan Bau Kartu Kemasan
Air Cucian
Roll Alufoil/ Botol
Pengemasan
Produk
Gambar 3.52. Limbah yang Dihasilkan dari Tiap Tahapan Produksi Tablet
Universitas Indonesia
cell aerated lagoon dengan tiga stage yang dilengkapi dengan aerator untuk masing-
masing cell. Sebelum masuk ke cell, limbah cair terlebih dahulu dialirkan ke bak
penampung (sumpitch). Namun pada limbah workshop dilakukan penyaringan pasir
atau oli sebelum masuk sumpicth. Hal ini dilakukan untuk penghindari terjadinya
penyumbatan pada sumpicth. Dari bak penampung, seluruh limbah cair dipompa ke
cell yang kemudian dilakukan proses aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan
jumlah oksigen sehingga bakteri dapat menguraikan limbah. Proses ini berlangsung
sekitar 21 hari. Pada proses aerasi akan terbentuk lumpur/endapan/sludge. Limbah
yang telah diproses pada bak aerasi kemudian dialirkan ke dalam bak sedimentasi
untuk mengendapkan lumpur yang dihasilkan. Lumpur yang mengendap secara
otomatis dipompa ke bak sludge trap dan air yang telah melewati proses sedimentasi
merupakan air yang telah bersih. Air ini dapat dilepas ke badan air dengan cara
dialirkan ke kolam ikan (fish pond) terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya
dan dapat langsung dilepas ke badan air. Di dalam bak sludge trap lumpur dan air
akan dipisahkan lagi, lumpur akan mengendap sedangkan air akan dialirkan kembali
ke sumpitch untuk diproses lagi.
multi cell
Limbah Pabrik sumpitch aerated
lagoon
Universitas Indonesia
Tabel 3.17. Rekap Hasil Analisa Air Limbah PT. Konimex Bagian Farmasi Bulan
Januari-Maret 2012
Baku Mutu Januari Februari Maret
Parameter Kadar maks Kadar Beban Kadar Beban Kadar Beban
(mg/L) (mg/L) (kg/hari) (mg/L) (kg/hari) (mg/L) (kg/hari)
TSS
75 22 0,615 29 0,964 20 0,684
(mg/L)
BOD5
75 22,68 0,634 6,144 0,204 6,912 0,237
(mg/L)
COD
150 39,41 1,102 37,38 1,243 32,82 1,123
(mg/L)
pH 6-9 7,80 - 6,70 - 8,60 -
Fenol
1 0,023 0.0006 < 0,001 < 0,0002 0,020 0,0007
(mg/L)
Compressor
dinding dan
Chiller, Fan, AC Partial Enclosure tanaman rambat
Generator listrik
Lingkungan sekitar
pabrik
Silencer
Mesin produksi
Partial enclosure
Universitas Indonesia
Plan
Action Do
Check
Gambar 3.55. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Universitas Indonesia
area masing-masing. Oleh karena itu, PT. Konimex membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang bertugas mengkoordinir penanganan
masalah yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja melibatkan berbagai
bagian yang ada di PT. Konimex. P2K3 terletak di luar struktur formal perusahaan
dan terdiri dari perwakilan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Sistem
Manajemen K3, pengawasan, dan melaksanakan perbaikan terus menerus di bidang
K3. Selain P2K3, dalam penanganan K3 di PT. Konimex juga terdapat koordinator
K3, auditor kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan sebagai auditor internal
K3 dan bagian Operation/ K3 yang menyusun sistem dan program K3. Berikut ini
dapat dilihat struktur organisasi dari P2K3:
Ketua
(director)
General Manager
OPeration
Sekretaris
(Ahli K3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) diterapkan untuk mencapai dan
menghasilkan mutu dan kualitas produk yang prima. Pedoman CPOB disusun
sebagai petunjuk dan contoh bagi industri farmasi dalam menerapkan cara
pembuatan obat yang baik mulai dari pengadaan bahan baku, bahan pengemas,
proses pembuatan, produk jadi, dan dokumentasi.
PT. Konimex merupakan perusahaan swasta nasional yang berkomitmen
untuk mewujudkan masyarakat dengan kondisi kesehatan baik. Komitmen
tersebut dirumuskan dalam tema usaha yaitu Konimex Ikut Menyehatkan
Bangsa. Wujud nyata dari komitmen tersebut adalah Konimex berperan dalam
usaha penyediaan obat-obatan dan makanan bermutu. Produk yang dihasilkan
Konimex mengacu pada falsafah usaha Konimex 3MU yaitu produk dari
Konimex memiliki MUtu tinggi, MUdah diperoleh, dan MUrah. Mutu produk
merupakan prioritas pertama Konimex karena mutu yang tinggi merupakan
jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk aman, efektif, dan terpercaya.
Konimex menerapkan prosedur produksi sesuai Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan, untuk memenuhi mutu yang
memenuhi standar.
PT. Konimex selalu menerapkan aspek-aspek yang berhubungan dengan
jaminan mutu suatu produk dengan cara menerapkan CPOB 2006 dan juga
menerapkan ISO 9001:2008 yang merupakan seri standar Internasional untuk
sistem manajemen mutu. Untuk menjaga mutu produk diperlukan kerjasama dari
seluruh bagian yang terkait serta sistem manajemen mutu yang baik. Gambaran
penerapan CPOB di PT. Konimex adalah sebagai berikut:
4.2 Personalia
Industri farmasi merupakan suatu industri yang harus memiliki personil
yang terkualifikasi, terlatih, dan berpengalaman dalam jumlah yang memadai. Hal
ini diperlukan agar semua tugas dan tanggung jawab terutama dalam proses
pembuatan obat sesuai dengan CPOB dapat terlaksana dan mutu dari obat dapat
dipertanggungjawabkan. Tiap personil di industri farmasi harus memiliki
deskripsi tugas dan organisasi yang jelas tetapi tidak dibebani tanggung jawab
yang berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat dan resiko terhadap
Universitas Indonesia
keselaman dan kesehatan personel itu sendiri. Tiap pesonel harus mengerti akan
tugasnya, melaksanakan peraturan sesuai dengan CPOB, bertindak hati-hati dalam
bekerja, serta selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personalia dan pengembangan sumber daya manusia sangatlah penting.
Oleh karena itu, PT. Konimex memiliki divisi Human Resources Organization
(HRO) yang berperan dalam manajemen sumber daya manusia dan
pengembangannya. Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan oleh PT.
Konimex dimulai dari perekrutan, pelatihan, beserta semua aspek-aspeknya yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan personalia sesuai dengan persyaratan
CPOB.
Dalam CPOB, dipersyaratkan suatu industri farmasi harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan tiap fungsi memiliki deskripsi tugas yang jelas.
Kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab harus dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas dan
wewenang dari masing-masing personil. Hal tersebut dipenuhi oleh PT. Konimex
dengan menyusun struktur organisasi dan tiap bagian memiliki deskripsi tugas
yang jelas. Selain itu, CPOB juga mensyaratkan personil kunci, yaitu Kepala
Bagian Pemastian Mutu (QA), Kepala Bagian Pengawasan Mutu (QC) dan
Kepala Bagian Produksi haruslah dipegang oleh apoteker dan oleh orang yang
berbeda-beda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Di PT.
Konimex posisi kunci tersebut sudah dipegang oleh apoteker dengan orang yang
berbeda-beda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain dan
masing-masing personil kunci memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Universitas Indonesia
filter akhir yang digunakan. Untuk mengatur pertukaran udara, digunakan control
damper yang dapat mengatur jumlah udara yang dapat masuk ke suatu ruangan
sedangkan untuk mengatur ukuran partikel digunakan berbagai macam filter akhir
sesuai dengan kebutuhan.
4.3.5 Sistem pengolahan air
Sistem pengolahan air di PT. Konimex telah memenuhi persyaratan CPOB
dimana air yang akan digunakan untuk keperluan produksi diolah terlebih dahulu
agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan menjadi air murni (purified water).
Untuk memenuhi persyaratan air untuk produk steril menggunakan water for
injection yang diperoleh dengan cara mendestilasi purified water menggunakan
sistem destilasi bertingkat dengan efisiensi tinggi dan penggunaan sistem panas.
4.4 Peralatan
Menurut CPOB peralatan untuk membuat obat harus memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mutu obat terjamin sesuai
desain serta seragam dari batch ke batch dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan dari peralatan tersebut. Peralatan yang berhubungan dengan
proses produksi atau proses pembuatan obat di PT. Konimex menjadi tanggung
jawab bagian produksi, bagian teknik, dan validasi.
Dalam hal pengadaan peralatan harus lebih dahulu mempertimbangkan
kesesuaian spesifikasi dari alat yang diinginkan dengan tujuan penggunaan agar
keberadaan alat tersebut dapat menunjang proses pembuatan obat yang sesuai
dengan CPOB. Spesifikasi material pembentuk peralatan dipertimbangkan dengan
baik agar memenuhi persyaratan serta aman saat digunakan, misalnya untuk alat
produksi yang kontak langsung dengan produk dipilih alat dengan permukaan
yang inert. Spesifikasi alat yang diinginkan harus tercantum dalam URS (User
Requirements Specification). URS ini pada awalnya dibuat oleh bagian produksi
berupa kalimat yang berisi output yang diinginkan yang kemudian akan
diterjemahkan oleh bagian teknik menjadi suatu URS yang lengkap yang akan
diberikan kepada pemasok alat yang terkait.
Universitas Indonesia
Dalam hal instalasi dan lokasi juga perlu diperhatikan beberapa hal, antara
lain kesesuaian ukuran ruang dan besar alat, kekuatan lantai, fasilitas listrik,
mempertimbangkan area yang cukup untuk perawatan atau pembersihan,
ketersediaan utilitas penunjang, alat terpasang dengan instruksi yang jelas, dan
ada jarak yang cukup antar alat. Hal ini telah diterapkan oleh PT. Konimex
melalui penerapan konsep through the wall installation, dimana hanya mesin yang
digunakan langsung untuk proses produksi saja yang ada di area produksi. Bagian
lain seperti mesin/ main motor, panel elektrik, dan utilitas lainnya terpisah dan
masuk ke area teknik.
Dalam hal penandaan peralatan, setiap alat harus memiliki tanda dan
nomor identitas yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah
untuk menunjukkan unit atau peralatan tersebut yang digunakan. Tanda tersebut
juga berlaku pada pipa, penandaan harus jelas menandakan isi dan arah aliran
pipa. Di PT. Konimex hal ini juga telah diterapkan dengan baik, setiap peralatan
sudah memiliki label yang jelas dan tertempel pada alat yang dimaksud.
Dalam hal kebersihan peralatan, prosedur tetap pembersihan harus tersedia
dalam menjaga kebersihan untuk masing-masing peralatan dan dilakukan
pencatatan setiap kegiatan pembersihan dalam log book, serta menempelkan status
kebersihan pada alat. PT. Konimex telah menyediakan prosedur pembersihan
untuk masing-masing alat dan prosedur tersebut telah menjadi prosedur resmi
yang harus dilaksanakan oleh operator dari masing-masing alat. Secara sistem,
cara membersihkan peralatan dapat dilakukan baik secara manual atau
menggunakan sistem CIP (Cleaning in Process). Produksi farmasi 2 dan farmasi 3
masih menggunakan cara dan catatan manual. Produksi farmasi 1 sudah
menggunakan cara elektronik, yaitu sistem akan memberikan peringatan apabila
tiba waktunya untuk melakukan proses pembersihan, apabila tidak dilakukan
sistem akan berhenti. Setiap pencatatan juga telah dilakukan secara elektronik,
setiap IBC (Intermediate Bulk Container) terpasang transponder yang akan
terhubung dengan sistem dan secara otomatis akan keluar dalam catatan bets.
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan proses yang terkait
lainnya telah berada dalam keadaan terkualifikasi dengan kondisi yang baik.
Setiap peralatan baru perlu dilakukan kualifikasi antara lain: Instalation
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PT.Konimex dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB. Hal
ini dilakukan untuk menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi).
Proses produksi di PT. Konimex tidak semata-mata menjadi tanggung
jawab bagian produksi, melainkan juga melibatkan bagian PPIC, validasi,
standarisasi, QC, RPD, QA, HRD, dan General Service. Setiap produksi obat
membutuhkan sarana berupa ruang produksi, ruang pengemasan, dan ruang
penyimpanan; material yang memenuhi persyaratan; peralatan yang terkualifikasi
dan terkalibrasi; personil yang terlatih dan terkualifikasi; proses produksi yang
tervalidasi; serta dokumen produksi yang sah dan mampu tertelusur. Pemenuhan
terhadap persyaratan tersebut akan menghasilkan obat yang memenuhi aspek
kualitas (quality), keamanan (safety), efektivitas/ khasiat (efficacy), dan aspek
CPOB.
Dalam hal penyediaan bahan baku dan pengemas, hendaklah memiliki
spesifikasi yang jelas. Di PT. Konimex spesifikasi bahan awal produksi dan
pemilihan supplier dibuat oleh bagian standarisasi dan disetujui oleh bagian QA.
Spesifikasi bahan awal tersebut terdaftar sebagai dokumen resmi registrasi di
BPOM. Penentuan jumlah pembelian dilakukan oleh bagian IPC dari PPIC
(Product Planning Inventory Control) sesuai dengan spesifikasi yang yang telah
Universitas Indonesia
ditetapkan. Bahan awal yang datang akan dikarantina terlebih dahulu untuk
diperiksa oleh bagian QC, hanya bahan awal yang lolos pemeriksaan dan
dinyatakan release oleh bagian QC yang dapat digunakan untuk proses produksi.
Dari segi personalia, ketika memasuki ruang locker maka masing-masing
personil harus mengenakan pakaian khusus (overall), sepatu khusus atau memakai
shoe cover, topi yang menutupi rambut atau memakai head cover, dan masker.
Dalam hal pencegahan kontaminasi silang, PT. Konimex sudah melakukan
beberapa tindakan pencegahan, seperti menyediakan ruang buffer yang berbeda
kelas kebersihan antara bagian luar dan dalam; mengharuskan setiap pekerja
memakai alat pelindung diri yang bersih; melakukan pembersihan peralatan dan
ruang yang benar setiap habis pakai; membuat alat-alat tertentu sebagai dedicated
facility; serta melakukan pengawasan terhadap udara produksi secara berkala. PT.
Konimex juga telah mengikuti persyaratan kelas kebersihan untuk setiap ruang
sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Setiap ruangan dan peralatan yang akan digunakan dalam proses produksi
telah dibersihkan sebelumnya dengan pemberian label pembersihan ruangan dan
peralatan. Dalam hal pengolahan, industri farmasi senantiasa harus mengikuti
prosedur baku dan memenuhi kualitas yang berlaku. Contohnya pada proses
penimbangan, di Konimex telah menyediakan fasilitas khusus untuk melakukan
penimbangan. Sistem penimbangan ada yang manual maupun otomatis dengan
auto weighing. Alat penimbang yang digunakan selalu dikalibrasi secara berkala
oleh bagian validasi. Pada proses pengolahan, Konimex juga telah memperhatikan
beberapa hal seperti menghindari kontaminasi silang, melakukan
pendokumentasian untuk setiap proses, melakukan uji IPC (In Process Control),
melakukan pembersihan terhadap alat dan ruang, validasi mesin secara berkala,
melakukan proses pengoperasian mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, serta
pengawasan terhadap kelas kebersihan.
Untuk memastikan bahwa selama proses produksi dan pengemasan
diawasi dan dikendalikan sehingga produk jadi yang dibuat sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan maka dilakukan IPC. Masing-masing produk
memiliki tahapan IPC yang berbeda disesuaikan dengan bentuk sediaan. Misalnya
pada waktu pencetakan tablet dilakukan pemeriksaan berupa keseragaman bobot,
Universitas Indonesia
diameter tablet, waktu hancur. Setelah di kemas primer, produk juga dilakukan
IPC untuk memeriksa kebocoran strip atau blister. Dengan adanya IPC mencegah
sedini mungkin produk diluar spesifikasi. Kegiatan pengawasan selama
berlangsungnya proses pengolahan bertujuan untuk mencegah terlanjur
diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi. Pengawasan selama proses
pengolahan yang dilaksanakan oleh bagian produksi menjamin bahwa mesin dan
peralatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Dengan demikan mutu suatu produk tidak
hanya menjadi tanggung jawab bagian Quality Control tapi juga menjadi
tanggung jawab semua pihak yang berhubungan dengan proses produksi sediaan
tersebut.
Bagian produksi mempunyai fungsi melakukan proses pembuatan obat
berdasarkan Rencana Permintaan Produksi (RPP) dari bagian logistik.
Penempatan ruang produksi antara produk liquid dan solid sudah dipisahkan agar
tidak saling terkontaminasi. PT. Konimex mempunyai dua tempat produksi
produk solid, yaitu satu tempat yang dikhususkan untuk produksi Paramex dan
satu lagi untuk produk solid lainnya. Di PT. Konimex kelas kebersihan ruangan
terbagi dua yaitu untuk produk steril dan non steril. Produk steril seperti tetes
mata steril di produksi di kelas kebersihan A (kelas 100 dengan sistem Laminair
Air Flow). Produk non steril seperti tablet, sirup, krim, dan lain-lain diproduksi di
kelas kebersihan C (kelas 10.000). Pada area produksi juga dilengkapi dengan
sistem air lock (sistem penyangga udara) untuk perpindahan beda kelas
kebersihan. Hal ini bertujuan untuk membatasi pertukaran udara dan menjaga
kestabilan tekanan udara, serta untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Dokumentasi yang ada untuk setiap produk sudah lengkap dan sesuai
dengan ketentuan. Setiap proses produksi suatu produk dilaksanakan berdasarkan
SOP produksi sediaan tersebut. Batch record adalah satu paket dokumen yang
diterbitkan untuk pembuatan suatu batch produk. Dokumen tersebut merupakan
riwayat sebuah batch produk yang berisikan komposisi bahan baku dan bahan
kemas yang dipakai, serta tahapan proses yang dilakukan dan penanggungjawab
tiap proses mulai dari proses produksi sampai pengemasan. Dalam hal dokumen
produksi, PT. Konimex juga telah menerapkan ketentuan dalam CPOB. Hal ini
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen mutu
dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang penting dari pemastian mutu.
Dokumen harus jelas untuk memastikan bahwa tiap personil menerima tugas dan
tanggung jawab yang jelas sehingga memperkecil risiko terjadinya kekeliruan.
Industri farmasi dalam memproduksi obat juga harus membuat
dokumentasi melalui catatan, data mentah, laporan analisa hingga laporan
penyelidikan yang berkaitan dengan proses produksi dan aspek pengendalian
mutu terhadap obat dimana dokumen tersebut harus dikaji ulang secara berkala
dan dijaga agar selalu up to date dan senantiasa memenuhi persyaratan dalam
CPOB. Produsen harus dapat menunjukkan bahwa obat dirancang dan dibuat
dengan kualitas yang baik atas dasar dokumen yang jelas, bukan sekedar melalui
komunikasi lisan yang dapat mengakibatkan salah penafsiran dan kekeliruan.
CPOB mengharuskan dokumentasi meliputi spesifikasi (spesifikasi bahan awal,
pengemas, produk ruahan, produk antara dan produk jadi), dokumen produksi
(dokumen produksi induk, prosedur produksi induk yang meliputi prosedur
pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, catatan produksi batch yang
meliputi catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch), prosedur dan
catatan mengenai penerimaan, pengambilan sampel, dan pengujian.
Dalam pengontrolan dokumen, PT. Konimex membentuk suatu bagian
yang disebut Document Control (DC) untuk menangani sistem dokumentasi yang
ada pada tiap bagian sesuai dengan persyaratan CPOB. Melalui sistem komputer
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Konimex telah membantu mahasiswa
dalam memahami tanggung jawab profesi apoteker apoteker sesuai dengan
CPOB dan mengetahui penerapannya di setiap bagian industri farmasi.
2. PT. Konimex telah menerapkan prinsip-prinsip CPOB pada seluruh kegiatan
yang terkait dengan produksi obat.
5.2 Saran
Sebagai perusahaan besar farmasi, PT. Konimex selaku perusahaan lokal
milik bangsa Indonesia harus senantiasa mampu mempertahankan semua kegiatan
yang terkait dengan produksi obat agar selalu berpedoman pada Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB), sehingga tetap dihasilkan produk yang memiliki
keamanan, kualitas dan kemanfaatan yang maksimal bagi masyarakat.
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Suplemen I 2009 Pedoman CPOB
2006. Jakarta : Badan POM RI.
U.S. Department of Health and Human Services Food and Drug Administration.
(2001). Guidance for Industry Q7A Good Manufacturing Practice Guidance
for Active Pharmaceutical Ingredients
Universitas Indonesia
No. Nomor CPOB Bentuk Sediaan Tanggal Keluar Masa Berlaku s/d
1 3188/CPOB/A/IX/10 Cairan Steril Tetes 8. September 2010 8. September 2015
Telinga Antibiotik
2 3189/CPOB/A/IX/10 Cairan Steril Tetes 8. September 2010 8. September 2015
Mata Non Antibiotik
3 3190/CPOB/A/IX/10 Cairan Steril Tetes 8. September 2010 8. September 2015
mata Antibiotik
4 3191/CPOB/A/IX/10 Cairan Oral Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
5 3192/CPOB/A/IX/10 Cairan Oral 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
6 3193/CPOB/A/IX/10 Cairan Obat Luar 8. September 2010 8. September 2015
Non Antibiotik
7 3194/CPOB/A/IX/10 Serbuk Obat Luar 8. September 2010 8. September 2015
Non Antibiotik
8 3195/CPOB/A/IX/10 Serbuk Obat Luar 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
9 3196/CPOB/A/IX/10 Serbuk Oral Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
10 3197/CPOB/A/IX/10 Tablet Effervescent 8. September 2010 8. September 2015
Non Antibiotik
11 3198/CPOB/A/IX/10 Tablet Salut Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
12 3199/CPOB/A/IX/10 Tablet Salut 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
13 3202/CPOB/A/IX/10 Salep/Krim Non 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
14 3203/CPOB/A/IX/10 Salep/Krim 8. September 2010 8. September 2015
Antibiotik
BENTUK
NO. NAMA PRODUK NIE
SEDIAAN
1 Allogon 500 Tablet DKL9213007409B1
2 Anakonidin 30 ml Sirup DTL7613004337A1
BENTUK
NO. NAMA PRODUK NIE
SEDIAAN
Myanmar
BENTUK
NO. NAMA PRODUK NIE
SEDIAAN
Siladex Mucolytic And Expectorant
63 Sirup DTL9913018437A1
60ml
64 Siladex Mucolytic Expectorant 30 ml Sirup DTL9913018437A1
65 Termorex 30 ml Sirup DBL7813003537A1
ANGKATAN LXXIV
ANGKATAN LXXIV
Halaman
ii
Halaman
Tabel 4.1 Perbandingan protokol validasi proses dengan POP CPOB ............ 28
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3 Alur Proses Pembuatan Sediaan Liquid (Sirup) dalam Botol ........ 15
Gambar 2.4 Alur Pembuatan Sediaan Liquid (Sirup) dalam Kemasan Sachet ... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
iii
1 Universitas Indonesia
Dalam tugas khusus kali ini akan dibahas mengenai pembuatan protokol
validasi proses pembuatan produk sirup di PT. Konimex. Hal yang akan dibahas
dalam tugas khusus ini adalah yang berkaitan dengan validasi proses pada
umumnya dan validasi proses pembuatan produk sirup pada khususnya.
1.2 Tujuan
Universitas Indonesia
2.1 Validasi
Istilah validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus,
Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk
industri farmasi. Hal ini dilatarbelakangi adanya berbagai masalah mutu yang
timbul pada saat itu dimana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari
pengujian rutin yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan.
Selanjutnya, validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam the
Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan
World Health Organization (WHO) (Priyambodo, 2006).
Validasi dan kualifikasi merupakan bagian penting dari Quality
Assurance, sehingga CPOB mempersyaratkan industri farmasi melakukan
validasi. Selain itu juga, validasi merupakan bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Validasi dilakukan terhadap adanya
perubahan yang signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang
mempengaruhi mutu produk. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian
dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem,
perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan
akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (BPOM, 2006).
Validasi diperlukan oleh industri farmasi untuk memenuhi persyaratan
legal, mengenal tahapan proses dengan baik, mengetahui hal-hal kritis yang harus
dikendalikan, meningkatkan produktifitas dari mengurangi jumlah sampling dan
reject, serta meningkatkan konsistensi. Seluruh kegiatan validasi di PT.Konimex
dilakukan oleh bagian Validation yang dipimpin oleh seorang Validation
Manager yang bertanggung jawab kepada Quality Assurance (QA) Division
Manager.
2.1.1 Kebijakan pelaksanaan kualifikasi dan validasi di PT. Konimex:
a. Menitikberatkan pada pemenuhan persyaratan regulasi pemerintah.
3 Universitas Indonesia
a. Validasi proses
b. Validasi pembersihan
2.1.2.3 Post Validation
Pemeliharaan validasi (Periodic Review, Change Control dan Revalidation)
Pada dasarnya, inti atau objek dari validasi adalah ada pada validasi proses
dan validasi pembersihan. Tugas dan tanggung jawab secara umum dari validasi
ini yaitu membuat suatu protokol dari berbagai sumber (seperti SOP, PP, dan lain-
lain) kemudian menyusunnya dan mempublikasikan pada bagian yang terkait,
mencocokkan dan menganalisis kesesuaian antara prosedur yang ada dengan
kenyataan yang ada di lapangan, memberikan saran evaluasi dan perbaikan yang
perlu dilakukan. Sebelum dilakukan validasi perlu dibuat dahulu kualifikasi bahan
baku, bahan pengemas, bangunan, peralatan, dan validasi metode analisis.
Pemeliharaan validasi perlu dilakukan terhadap status validasi.
Dalam manajemen produksi terdapat alur input, proses dan output. Pada
alur ini validasi diperlukan untuk membuktikan konsistensi dan homogenitas
output dengan bahan dan proses yang tetap. Output yang tetap akan sangat sulit
dihasilkan, namun asalkan output masih dalam rentang yang ditentukan, maka
masih dapat diterima.
Tabel 2.1. Manajemen Validasi pada Proses Produksi
Input Proses Output
URS (user Menyusun - Protokol Kualifikasi Bangunan
requirements dokumen protokol - Protokol Kualitas Mesin/
spesification) dan kualifikasi dan Peralatan Proses
semua informasi yang validasi - Protokol Kualifikasi Mesin/
terkait objek kualifikasi Peralatan Utilitas
dan validasi - Protokol Validasi Software
- Protokol Validasi Proses
- Protokol Validasi Pembersihan
Protokol yang telah - Pelaksanaan Laporan Kualifikasi danValidasi
dibuat dan semua kualifikasi dan
sumber daya yang validasi
dibutuhkan untuk - Menyusun
pelaksanaan kualifikasi dokumen
dan validasi dan laporan
penyusunan kualifikasi dan
laporannya validasi
Universitas Indonesia
2.1.3 Dokumen dan urutan kerja validasi yang dilakukan di PT.Konimex adalah
sebagai berikut:
a. Pembuatan rencana induk validasi (RIV)
Rencana Induk Validasi (RIV)/ Validation Master Plan adalah dokumen yang
menyinggung semua fasilitas yang mendeskripsikan peralatan, sistem, metode,
dan proses yang akan divalidasi dan kapan akan divalidasi (WHO, 1997). RIV
terdiri dari gambaran kegiatan validasi, organisasi dan rencananya yang terdiri
dari cakupan validasi, organisasi, alur proses, dokumen yang diperlukan,
jadwal dan penanggung jawab, dan status kegiatan. RIV juga harus
mengindikasikan mengapa dan kapan revalidasi dilakukan, seperti adanya
perubahan atau relokasi dari peralatan dan sistem, perubahan proses dan
peralatan yang diperlukan untuk proses, maupun perubahan pada metode
pengujian zat aktif dan peralatan yang digunakan untuk pengujian.
b. Protokol
Protokol validasi berisi tentang peralatan, rencana sampling, rancangan tertulis
validasi, jumlah validasi, sampling, data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
validasi, atribut dan parameter kritis, kriteria penerimaan validasi proses.
Protokol validasi yang dibuat harus disetujui Validation Manager dan
dievaluasi oleh semua bagian yang terlibat terutama bagian Quality
Assurance.
c. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan sampel dan perekaman data,
verifikasi, dan pengujian sampel.
d. Evaluasi
Data validasi yang telah diperoleh ditabulasi dan dianalisis menggunakan tool
statistik, grafik, dan lain-lain.
e. Laporan validasi
Laporan validasi berupa rangkuman hasil dan evaluasi, kesimpulan dan saran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan hal lain proses produksi produk tersebut belum dilakukan validasi
prospektif.
c. Validasi konkuren dilakukan juga karena terdapat perubahan pada parameter
kritis yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk. Perubahan yang
dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk tersebut, antara lain
perubahan spesifikasi bahan baku, peralatan utama, prosedur pembuatan,
metode pengujian, dan lain sebagainya.
d. Validasi konkuren dilakukan pada 3 batch yang berurutan.
2.2.2.3 Retrospective Validation
a. Validasi retrospektif merupakan validasi yang dilakukan terhadap produk-
produk yang sudah lama diproduksi namun belum divalidasi.
b. Validasi retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan data numerik dari
rekaman batch lengkap, termasuk hasil pengujian, hasil pengujian produk jadi,
dan data selama proses produksi. Data tersebut diolah dalam rangkaian
kronologis berdasarkan data batch produksi.
c. Data yang digunakan untuk validasi proses produksi: 10-30 batch. Jika jumlah
batch kurang dari 20 batch, keseluruhan batch dimasukkan dengan tujuan
untuk memenuhi jumlah yang diperlukan untuk analisis.
d. Data yang dikumpulkan merupakan hasil pengujian terhadap parameter kritis
pada setiap tahap proses produksi, dengan menghilangkan hasil pengujian dari
tahap proses yang tidak kritis dan menghapus semua data yang tidak sesuai.
2.2.3 Pendekatan/ metoda validasi proses yang dapat dilakukan di PT. Konimex
adalah:
a. Retrospektif + Concurrent: Produk existing/ rutin dengan fasilitas existing.
b. Prospektif + Concurrent: Produk existing dengan fasilitas sistem/ mesin baru.
c. Prospektif: Produk baru dengan fasilitas existing atau fasilitas baru.
Universitas Indonesia
aktual, area proses, mesin dan utilitas proses), serta masalah yang sering
terjadi (mesin, material, metode, dan operator), dan lainnya.
b. Pembuatan protokol, sirkulasi, dan persetujuan bagian terkait.
c. Koordinasi pelaksanaan validasi (pengecekan jadwal proses, pemilihan
petugas sampling, pembuatan form data, persiapan perlengkapan dan peralatan
yang diperlukan, memberikan informasi ke bagian terkait (Produksi, QC, dan
RPD).
d. Pelaksanaan validasi yang sesuai dengan jadwal serta SOP proses dan
pengemasan terhadap 3 (tiga) batch proses berurutan, meliputi kegiatan:
sampling, pelabelan sampel, verifikasi, dan pendataan proses/ dokumentasi
proses sesuai form data.
e. Pengumpulan dan pemeriksaan sampel ke laboratorium QC. Jadwal
pemeriksaan sampel (jenis dan jumlah pengujian sampel sesuai form data)
diserahkan sepenuhnya ke bagian QC.
f. Evaluasi hasil pemeriksaan dan analisis.
g. Pembuatan laporan validasi proses (kesimpulan dan saran, jadwal revalidasi
dan change control) serta persetujuan.
h. Revalidasi periodik dan revalidasi insidentil jika terjadi perubahan signifikan
pada sistem proses, yakni:
Perubahan pada komponen kritikal (seperti bahan baku).
Perubahan atau penggantian dari bagian peralatan yang digunakan.
Perubahan dari fasilitas atau tempat produksi.
Adanya penambahan atau pengurangan secara signifikan dari ukuran batch.
Jumlah batch yang secara berturut-turut tidak memenuhi spesifikasi produk
dan proses.
Universitas Indonesia
b. Latar belakang
Latar belakang memuat tipe produk (baru atau sudah ada) dan alasan yang
melatarbelakangi pembuatan protokol validasi proses.
c. Tujuan
Tujuan memuat tujuan pembuatan protokol validasi proses pembuatan produk.
d. Cakupan
Cakupan memuat nama produk, besar batch, dan lini produksi yang
digunakan.
e. Kualifikasi Produk
Formula produk memuat bahan baku yang digunakan dalam proses produksi,
ukuran batch, dan dokumen formula bahan baku. Terdapat tabel yang berisi
keterangan mengenai bahan baku, yakni nama bahan baku, nama dagang dari
bahan baku, kode bahan baku, jumlah bahan baku per satuan, jumlah bahan
baku per batch, dan fungsi dari bahan baku.
Kemasan produk memuat kemasan primer yang digunakan, nama, ukuran, dan
dokumen formula bahan kemas.
Spesifikasi produk memuat parameter produk dan spesifikasi yang telah
ditetapkan
Metode analisis produk memuat metode pengujian zat aktif dari produk dan
dokumen laporan validasi yang memuat metode pengujian tersebut.
f. Kualifikasi peralatan dan sistem penunjang
Kualifikasi peralatan dan sistem penunjang memuat tabel yang berisi
keterangan mengenai peralatan yang digunakan dalam proses produksi, yakni:
langkah proses, peralatan/merek, kapasitas kerja, kualifikasi, pemeliharaan,
dan objek kalibrasi.
g. Kualifikasi ruangan
Kualifikasi ruangan memuat kondisi ruangan yang digunakan untuk proses
produksi produk
h. Prosedur
Prosedur memuat prosedur pembuatan produksi, dibuat dalam bentuk bagan
alir (flow chart) dan bentuk tabel, rencana pengambilan sampel untuk
keperluan validasi proses pada tiap tahap kritis yang dipersyaratkan. Dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ataupun produk akhir. Maka, adanya penyimpangan CQA produk dalam suatu
proses dapat mempengaruhi kualitas produk secara langsung, baik dalam segi
kemurnian, efikasi, maupun keamanan produk tersebut. Contoh CQA misalnya
kadar air, kehomogenan pencampuran, keseragaman bobot, kelarutan, dan
sebagainya. Atribut yang melekat pada produk namun tidak mempengaruhi
kualitas bukan merupakan CQA, misalnya atribut terkait bisnis/penjualan.
Universitas Indonesia
uji memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada spesifikasi produk tersebut
(Priyambodo, 2006).
Kriteria penerimaan dalam validasi di PT. Konimex yaitu minimal sama
dengan persyaratan yang tercantum dalam spesifikasi produk sesuai Standar
Kualitas Produk (SKP) yang berlaku pada awal validasi proses. Selain itu, pada
periode validasi proses selanjutnya (revalidasi) minimal sesuai spesifikasi produk
dan pertimbangan data validasi sebelumnya. Analisis proses dilakukan pada awal
validasi proses berupa data hasil pemeriksaan sampel validasi dibandingkan
dengan laporan Annual Review dari produk sejenis. Pada validasi selanjutnya,
analisis proses dilakukan antar periode validasi dan laporan Annual Review.
Manajer Produksi
Penata Administrasi
Operator Penata
Petugas Produksi Administrasi
Penata Petugas Verpak
Administrasi Petugas Angkat dan
Petugas angkat dan kebersihan
kebersihan Operator
Petugas Timbang
Universitas Indonesia
Jalur 4 : Sirup botol plastik kotak 30 dan 60 ml, suspensi botol, sirup botol gelas,
dan sirup obat ethical
Jalur 5 : Sirup dan suspensi sachet
Jalur 6 : Salep/ semi solid
Jalur 7 : Kosmetik
Jalur 8 : Powder
Jalur 9 : Steril/ tetes mata
Di bagian produksi farmasi 3 kebanyakan menggunakan closed system
yang bertujuan untuk mengurangi risiko terkena kontaminan dari luar. Untuk
pengecekan dari pihak QC pun dibatasi disaat penerimaan bahan baku, filling, dan
pengemasan. Hal ini juga untuk meminimalkan kontaminasi yang terjadi. Dari
jalur 1-9 yang membedakan adalah teknologi produksinya.
Universitas Indonesia
Gambar 2.3. Alur Proses Pembuatan Sediaan Liquid (Sirup) dalam Botol
Universitas Indonesia
Gambar 2.4. Alur Pembuatan Sediaan Liquid (Sirup) dalam Kemasan Sachet
Universitas Indonesia
17 Universitas Indonesia
18 Universitas Indonesia
masih berada dalam kendali bagian Document Control (DC), artinya proses
distribusi serta updating dokumennya selalu diatur oleh bagian DC.
Sedangkan uncontrolled copy merupakan copy dari dokumen asli yang berada
di luar kendali DC, sehingga proses distribusi dan updating dokumen tidak
dilakukan oleh bagian DC.
f. Tabel penanggung jawab dokumen
Tabel ini berisi pihak pembuat dokumen, yang dipegang oleh Validation
Officer, tanda tangan pembuat dokumen, serta tanggal pembuatan dokumen
tersebut. Validation Manager berperan sebagai penanggung jawab bagian
Validation selanjutnya membubuhkan tanda tangan dan tanggal setelah
dokumen diperiksa dan disetujui isinya.
Universitas Indonesia
4.1.2.4. Cakupan
Protokol validasi yang dibuat berlaku untuk produk sirup dengan bahan
aktif sesuai formula yang telah ditetapkan PT. Konimex dan tidak dibatasi oleh
sumber bahan tambahan yang digunakan. Produk sirup yang dimaksud adalah
produksi sirup dengan besaran batch produksi dilakukan dengan pendekatan
konkuren, dengan menggunakan peralatan mixer dan mesin filling. Protokol
validasi proses yang dibuat adalah pendekatan konkuren karena produk sirup yang
dimaksud telah beredar di pasaran dan termasuk dalam produk slow moving
sehingga terdapat kesulitan dalam hal waktu pelaksanaan untuk dilakukan validasi
proses retrospektif yang memerlukan pengambilan data 10-30 batch dari batch
record.
4.1.2.5. Kualifikasi Produk
Produk sirup yang dibuat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk sirup adalah: zat aktif,
pemanis, pemantab rasa, pengawet, pewarna, pengental, dan purified water sesuai
dengan formula bahan baku. Tercantum pula kode bahan baku, jumlah per unit,
dan jumlah per batch (Lampiran 1. Sub bab 4.1 formula produk). Bagian
Validation mengisi formulir penimbangan bahan baku yang terdapat dalam
protokol validasi proses pembuatan sirup. Kemasan yang digunakan adalah botol
dan tutup luar sesuai dengan formula bahan kemas. Produk sirup yang diproduksi
harus memenuhi spesifikasi produk yang telah ditetapkan. Parameter yang
dipersyaratkan untuk produk sirup adalah : bentuk, kejernihan, warna, aroma, pH,
viskositas, bobot jenis, dan kadar zat aktif (Protokol validasi proses pembuatan
sirup 4.3 spesifikasi produk). Produk sirup harus memenuhi dari spesifikasi yang
ditetapkan dari SKP. Kadar zat aktif dalam produk sirup diukur menggunakan
metode analisis yang telah divalidasi dan tercantum dalam laporan validasi
metode analisis produk sirup.
4.1.2.6. Kualifikasi Peralatan dan Sistem Penunjang
Pembuatan produk sirup menggunakan peralatan dan sistem penunjang
yang telah dikualifikasi dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Peralatan
dan sistem penunjang yang digunakan pada produksi sirup adalah:
Universitas Indonesia
a. Sistem HVAC.
b. Purified water system.
c. Vacuum mixer homogenizer
d. Mesin filling dan mesin capping.
Kualifikasi peralatan dan sistem penunjang juga memuat kapasitas kerja dari
peralatan, kualifikasi, checklist maintenance, dan objek kalibrasi (Lampiran 1.
Sub bab 5.1). Bagian Validation mengisi formulir status kualifikasi dan kalibrasi
mesin/alat sesuai dengan kondisi di lapangan saat melakukan aktivitas validasi
proses.
4.1.2.7 Kualifikasi Ruangan
Kondisi ruangan proses produksi sirup harus memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Produksi sirup dilakukan di ruang kebersihan D atau kelas 100.
000 untuk proses penimbangan, mixing atau pencampuran, dan filling ke dalam
botol sebagai kemasan primer. Proses pengemasan sekunder untuk proses
pembuatan sirup tidak termuat dalam protokol validasi proses.
Parameter yang termuat dalam kualifikasi ruangan (nilainya sama untuk proses
penimbangan, mixing, filling) adalah (Lampiran 1. sub bab 6.1):
a. Suhu ruangan : 20-27 C.
b. Relative humidity atau kelembaban ruangan : 70 %.
Suhu ruangan dan relative humidity tersebut sesuai dengan rekomendasi
sistem tata udara untuk tiap kelas kebersihan yang tercantum dalam Petunjuk
Operasional Penerapan CPOB 2006. Suhu ruangan dan relative humidity
diatur sedemikian rupa untuk kenyamanan personel dan mengurangi muatan
elektrostatis
c. Jumlah partikel tiap kaki3 : dalam kondisi mesin beroperasi tidak
dipersyaratkan, dalam kondisi mesin beroperasi partikel berukuran 0,5m
jumlahnya tidak lebih dari 100.000 partikel, partikel berukuran 5 m
jumlahnya tidak lebih dari 821 partikel.
Pengaturan jumlah partikel tersebut mengacu ke pada Federal Standar (US FED
STD 209E cleanroom standards). Ketentuan dalam US FED STD 209E untuk
partikel berukuran 5 m adalah tidak lebih dari 700. US FED STD 209E telah
dihapuskan secara resmi oleh bagian Administrasi Pelayanan Umum Departemen
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dilakukan dengan mengambil sampel melalui valve pada bagian tertentu dari
alat. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemerian, pH, viskositas, berat jenis,
dan kadar zat aktif. Dilanjutkan dengan mengevaluasi keseragaman data hasil
pemeriksaan sampel di akhir proses pencampuran
2. Tahap awal proses filling
Pengambilan sampel beberapa liter produk pada awal filling. Kemudian
dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif terhadap sampel yang didapat.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel botol yang
baru saja mengalami pengisian dari nozzle filling.
3. Tahap proses filling-capping botol
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 waktu sampling, sedangkan
banyaknya sampel yang diambil tiap waktu sampling disesuaikan dengan
banyaknya sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan. Pada produk sirup
misalnya, pemeriksaan volume terpindahkan, pemerian, pH, berat jenis, dan
viskositas memerlukan 1 sampel, pemeriksaan kadar zat aktif memerlukan 1
sampel, dan pemeriksaan kebocoran botol memerlukan 1 sampel, sehingga
sampel yang diambil tiap waktu sampling adalah 3 sampel. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel botol yang sudah berada di
conveyor.
4. Tahap pergantian batch
Pengambilan sampel dilakukan setelah produk sirup baru dari batch
berikutnya ditambahkan. Setiap kali sampling diambil sampel sebanyak 1
botol. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel botol
yang sudah berada di conveyor.
c. Proses pengolahan produk dapat dinyatakan valid bila hasil dari batch validasi
memenuhi kriteria berikut :
1. Semua sampel harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SKP yang
berlaku
2. Terbukti adanya keseragaman parameter kritis (CPP) proses dan hasil, serta
tidak terlihat kecenderungan pengelompokkan dan penyimpangan lainnya,
baik secara intra maupun antar batch.
Universitas Indonesia
Bagian Validation mengisi formulir hasil pemeriksaan uji sampel sesuai dengan
kondisi di lapangan saat melakukan aktivitas validasi proses.
Dilakukan evaluasi terhadap diagram/ grafik kontrol proses (menggunakan batas
kontrol 3 SD) untuk data hasil pemeriksaan atribut kritis uji untuk mengetahui
adanya pola karakteristik non-acak atau sistematik, shift atau trend baik intra
dan/atau antar batch. Batch validasi dapat dikeluarkan dari rangkaian studi
validasi jika terdapat kondisi yang tidak sesuai dengan rencana awal, misal listrik
mati untuk periode waktu yang lama, kerusakan peralatan saat proses yang
mempengaruhi kualitas produk atau penyebab lainnya. Akan dilakukan
penyelidikan dan pendokumentasian terhadap pengeluaran batch yang
bersangkutan dari studi validasi. Batch-batch berikutnya akan digunakan untuk
melanjutkan validasi.
4.1.2.9.Penanggung Jawab
Kegiatan validasi proses pembuatan produk sirup dapat terlaksana sesuai
dengan ketentuan atas pelaksaaan tugas dari bagian-bagian sebagai berikut:
a. Bagian Production : bertanggung jawab untuk memastikan bahwa peralatan
yang terkait dapat digunakan dengan baik dan dibersihkan sebelum digunakan,
bahan baku tersedia untuk batch-batch yang divalidasi, tersedia personil yang
memadai untuk kegiatan validasi dan melakukan proses produksi dalam
rangka studi validasi proses yang dilakukan secara tetap dan berulang sesuai
SOP yang berlaku
b. Bagian Quality Control bertanggung jawab pada pelaksanaan sampling dan
pelaksanaan seluruh pengujian/ pemeriksaan fisiko-kimia sampel yang
diperlukan untuk studi validasi proses
c. Bagian Validation bertanggung jawab menyiapkan protokol validasi proses,
menyelaraskan seluruh kegiatan validasi, pengumpulan, pengolahan, dan
evaluasi data serta menyusun laporan akhir.
4.1.2.10. Jadwal Validasi dan Informasi
Validasi dilakukan terhadap 3 batch proses secara berturutan mengikuti
jadwal produksi bagian terkait. Batch validasi dapat disetujui untuk dipasarkan
apabila memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SKP. Setelah pelaksanaan
validasi proses selesai, bagian Validation akan menyusun laporan validasi dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hal-hal yang ada dalam Protokol validasi proses PT. Protokol validasi proses
protokol Konimex POP
Nomor dokumen
Judul dokumen :
nama produk
Nama pihak pembuat dan Dibuat oleh tim
Dibuat oleh Validation
pemeriksa Validasi pelaksana Validasi
Officer
(Pengawas produksi,
Universitas Indonesia
Hal-hal yang ada dalam Protokol validasi proses PT. Protokol validasi proses
protokol Konimex POP
Diperiksa dan disetujui pengawas
Validation Manager laboratorium,
Dokumentasi-QA)
Diperiksa dan
disetujui tim pengkaji
validasi (Apoteker
Penanggung jawab
produksi, Kepala
Pabrik, Apoteker
Penanggung Jawab
Mutu)
Riwayat perubahan
dokumen
Latar belakang, tujuan,
ruang lingkup Ruang lingkup = Cakupan
Melibatkan QA secara
Tanggung jawab langsung dalam
pengkajian dan
evaluasi proses
validasi
Formula produk (besaran
batch produk
Tidak dibuat tabel khusus
Spesifikasi bahan awal
(digabung dengan tabel Ada tabel khusus
Formula produk)
Perlengkapan dan peralatan
yang digunakan
Sistem penunjang
Kondisi ruangan yang
digunakan saat proses
pembuatan
Bagan alur proses Disertakan parameter kritis
Hanya alur proses
pada diagram alur proses
Tabel proses pembuatan
dan parameter kritis
Pola pengambilan sampel
Parameter kritis dan jenis
Universitas Indonesia
Hal-hal yang ada dalam Protokol validasi proses PT. Protokol validasi proses
protokol Konimex POP
pemeriksaan
Tidak dibuat tabel khusus di
protokol, namun terdapat
Semua SOP yang terkait
formulir rekaman di bagian
Dokumentasi Proses dengan validasi
lampiran
Produksi dimasukkan termasuk
dokumentasi SOP No. Dokumen dan
pengoperasian dan hasil tanggal
validasi pembersihan mesin
tidak dimasukkan
Pengemasan
Stabilitas Tidak ada informasi
Penggunaan bets
Persetujuan bahwa bets
validasi digunakan untuk
dipasarkan bila memenuhi
persyaratan spesifikasi
Tidak dilampirkan dalam
Hasil, kesimpulan, dan
protokol tetapi kesimpulan
Kesimpulan validasi proses informasi tambahan
terdapat pada Laporan Validasi
validasi dilampirkan
Proses
dalam protokol
Universitas Indonesia
Hal-hal yang ada dalam Protokol validasi proses PT. Protokol validasi proses
protokol Konimex FDA
Tujuan dan scope validation
Fungsi dan tanggung jawab
dari organisasi yang terlibat
dalam validasi proses
Tipe validasi yang
dilakukan (konkuren,
retrospektif, prospektif)
Jumlah proses validasi
3 batch berurutan
Spesifikasi Bahan baku Tidak dilampirkan dalam
(identitas, kekuatan, protokol, hanya formula
kualitas, kemurnian dan (jumlah bahan baku)
potensi), critical quality CQA bahan aktif tidak
attribute (CQA) dari zat dilampirkan dalam protokol
aktif validasi proses
Deskripsi proses
Berupa alur proses
Pengendalian/kualifikasi
Personil tidak dicantumkan
peralatan (IQ, OQ), kondisi
kualifikasinya
lingkungan, personil,
Change control tidak
manufacturing procedure
dilampirkan, namun
change
didokumentasikan terpisah
Kriteria penerimaan
(acceptance criteria)
Rencana sampling, analisa
produk, data proses
Spesifikasi in process
Spesifikasi produk jadi
Kontrol variabilitas batch
ke batch untuk 3 batch
Informasi peralatan :
desain, kapasitas,
penempatan, kalibrasi
CQA: risk based decision Belum dilakukan pembuatan
making form pengkajian resiko
Process Performance
Qualification (PPQ)
Universitas Indonesia
Hal-hal yang ada dalam Protokol validasi proses PT. Protokol validasi proses
protokol Konimex FDA
Protocol : actual facility,
utilities, equipment (each
now qualified), the trained
personel
Hanya ketidaksesuaian pada
Tahapan bila terdapat
bagian dari keseluruhan batch
kejadian kegagalan validasi
untuk pengujian, bukan
proses (validation failure)
keseluruhan batch (3 batch
berurutan)
Dari tabel 4.2, dapat dilihat bahwa dalam pembuatan Protokol Validasi
Proses Pembuatan Produk Sirup PT. Konimex secara garis besar telah memenuhi
ketentuan yang direkomendasikan Guidance FDA. Hal yang direkomendasikan
oleh FDA namun belum dilakukan di PT. Konimex adalah pembuatan form
pengkajian resiko terkait perubahan CQA produk. Hal ini penting dilakukan untuk
dapat menyesuaikan tindakan yang akan diambil dengan tingkat resiko CQA yang
telah dievaluasi. CQA zat aktif tidak termuat dalam protokol dan diwakili dengan
nomor QC pada Formulir Penimbangan Bahan Baku (telah lulus QC) karena
dalam hal ini lingkup kegiatan validasi proses adalah mulai dari tahap
penimbangan hingga pengemasan primer. Tidak terdapat tahapan bila terdapat
kejadian kegagalan validasi proses (validation failure). Tahapan ini penting
dicantumkan untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan bila ada
kegagalan 3 batch berurutan dalam validasi proses.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan penulis, disimpulkan bahwa:
1. Validasi proses dilakukan untuk semua produk obat sebagai pembuktian
bahwa proses pembuatan obat akan senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan dan menjaga konsistensi kualitas obat.
2. Validasi proses yang dilakukan untuk produk sirup berikut adalah validasi
konkuren
3. Protokol validasi proses pembuatan produk sirup berikut dibuat berdasarkan
Standar Kualitas Produk (SKP), Prosedur Pembuatan (PP), Rekaman Batch
(RB) bahan baku dan bahan kemas dari produk terkait.
5.2 Saran
1. Agar dapat dibuat Protokol Validasi Proses Produk Sirup yang dapat
diaplikasikan dengan semestinya, diperlukan literatur yang memadai dan
mudah untuk diakses.
2. Agar dapat dilakukan Validasi Proses retrospektif untuk produk yang telah
dipasarkan dengan pertimbangan tingkat efektifitas dan aspek ekonomis serta
dilakukan Validasi Proses prospektif untuk produk baru nantinya.
3. Agar dapat dicantumkan catatan terjadinya penyimpangan dalam protokol
validasi proses untuk lebih menjamin reprodusibilitas kualitas produk yang
dihasilkan.
4. Agar dapat dilakukan studi pembuatan keputusan terkait resiko (risk-based
decision making) yang direkomendasikan FDA agar penanganan CQA lebih
sesuai dengan resiko yang mungkin ditimbulkan oleh adanya penyimpangan
tersebut
33 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
No Dokumen : Tanggal :
Pengganti No : Tanggal :
Diperiksa dan
Validation Manager
disetujui oleh
1. LATAR BELAKANG
Sebagai produk yang telah beredar, konsistensi atau reprodusibilitas proses pembuatan produk
Sirup dalam menghasilkan produk yang memenuhi syarat spesifikasi produk yang berlaku perlu
dibuktikan dan didokumentasikan melalui studi validasi. Pembuatan Protokol Validasi pembuatan
produk Sirup diperlukan karena belum terdapat Protokol Validasi pembuatan produk tersebut
2. TUJUAN
Untuk membuktikan bahwa proses produksi sirup di lini 3 dan 4 bagian Production Pharma III
mampu menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan internal Konimex, pemerintah dan
persyaratan kapabilitas proses yang sudah ditentukan secara konsisten
3. CAKUPAN
3.1. Validasi proses produksi sirup dengan besaran batch sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan PT Konimex yang diproduksi di lini 3 dan 4 bagian Production Pharma III
dilakukan dengan pendekatan konkuren, dengan menggunakan peralatan mixer dan mesin
filling
3.2. Protokol validasi ini berlaku untuk produk Sirup dengan bahan aktif sesuai formula yang
telah ditetapkan PT. Konimex dan tidak dibatasi oleh sumber bahan tambahan yang
digunakan
4. PROSEDUR
4.1. Formula Produk
Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi Sirup dengan ukuran batch sesuai
yang telah ditetapkan PT. Konimex sesuai dengan Formula Bahan Baku produk Sirup
dengan nomor dokumen XXX, sebagai berikut :
Jumlah (mg) Jumlah (g) per
Nama Bahan Baku Kode Bahan Baku
per Unit (5 ml) Batch
Zat Aktif
Pemanis
Pemantab rasa
Pengawet
Pewarna
Pengental
Purified water
Termokontrol
6. KUALIFIKASI RUANGAN
6.1. Persyaratan kondisi ruangan yang digunakan untuk proses produksi produk Sirup di lini 3
dan 4 Production Pharma III adalah sebagai berikut :
Jumlah partikel/ kaki3 Bakteri Jamur
Nama Ruangan Suhu (C) RH (%) Operasional Non-operasional (cfu) / 25 (cfu) /
2 2
0,5m 5 m 0,5m 5 m cm 25 cm
Penimbangan 20-27 70 N/A N/A 100.000 821 < 25 < 10
Mixing 20-27 70 N/A N/A 100.000 821 < 25 < 10
Filling 20-27 70 N/A N/A 100.000 821 < 25 < 10
6.2. Lakukan pencatatan kondisi ruangan yang digunakan untuk proses produksi pada lampiran 3
7. PROSEDUR
7.1. Proses Pembuatan
Prosedur pembuatan produk Sirup di lini 3 dan 4 Production Pharma III dilakukan sesuai
Prosedur Pengolahan (PP) Sirup XXX ,dengan ringkasan sebagai berikut :
7.1.1. Diagram Alur Proses Pembuatan Produk Sirup
7.2.2.1. Sampling
Ambil sampel setiap menit selama 6 menit, masing-masing sebanyak 1
botol. Pengambilan sampel ini mewakili 3,0 L produk pada awal filling.
7.2.2.2. Pengujian
Lakukan pemeriksaan kadar zat aktif terhadap sampel yang didapat
7.2.3. Tahap Proses Filling-Capping Botol
7.2.3.1. Sampling
Proses filling-capping dilakukan menggunakan mesin Filling-Capping
Fillomatic dengan kecepatan 60 botol/ menit. Lakukan 10 waktu sampling
Pengujian
Lakukan pengujian lengkap hanya untuk satu volume pengisian saja,
sedangkan volume pengisian lainnya lakukan hanya uji kebocoran dan
volume terpindahkan. Ambil 2 botol sampel untuk uji kebocoran dan volume
terpindahkan, sedangkan untuk uji lengkap seperti berikut :
Jumlah
Jumlah
Sampel per
Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Keterangan
Waktu
per Batch
Sampling
Volume terpindahkan 10 *) 3 data pemeriksaan yang
mewakili sampel composite
Pemerian 10
dari proses awal (waktu
pH 10 1 sampling ke 1, 2, 3), tengah
(waktu sampling ke 4, 5, 6,
Berat jenis* 3
7) dan akhir filling (waktu
Viskositas* 3 sampling ke 8, 9, 10)
Kadar bahan aktif 10 1 menggunakan sampel dari
sampel pemeriksaan
Kebocoran botol 10 1 volume, pemerian dan pH
Pengambilan sampel per kelompok 3
Pengambilan sampel per batch (10 30
waktu sampling)
Pergantian Batch
Kadar zat aktif 90,0-110,0 % dari label klaim 0/5 Evaluasi pengaruh beda
batch terhadap kualitas
produk pada tahap
pergantian batch
8. PENANGGUNG JAWAB
8.1. Bagian Production bertanggung jawab untuk memastikan bahwa peralatan yang terkait
dapat digunakan dengan baik dan dibersihkan sebelum digunakan, bahan baku tersedia
untuk batch-batch yang divalidasi, tersedia personil yang memadai untuk kegiatan validasi
dan melakukan proses produksi dalam rangka studi validasi proses yang dilakukan secara
tetap dan berulang sesuai PSP/ PP yang berlaku
8.2. Bagian Quality Control bertanggung jawab pada pelaksanaan sampling dan pelaksanaan
seluruh pengujian/ pemeriksaan fisiko-kimia sampel yang diperlukan untuk studi validasi
proses
8.3. Bagian Validation bertanggung jawab menyiapkan protokol validasi proses, menyelaraskan
seluruh kegiatan validasi, pengumpulan, pengolahan, dan evaluasi data serta menyusun
laporan akhir
9. JADWAL VALIDASI
Validasi dilakukan terhadap 3 batch proses secara berturutan mengikuti jadwal produksi bagian
terkait
10. INFORMASI
10.1. Batch validasi dapat disetujui untuk dipasarkan apabila memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam SKP
10.2. Setelah pelaksanaan validasi proses selesai, bagian Validation akan menyusun laporan
validasi dengan persetujuan pihak-pihak terkait
10.3. Penyimpangan dari protokol dan hal-hal yang belum tercantum dalam protokol validasi ini
dan/atau yang terjadi dalam pelaksanaan validasi proses akan dicatat dan dilampirkan
dalam laporan validasi
Tempat Lama
No. Jenis Rekaman Deskripsi
Penyimpanan Penyimpanan
11.1 Laporan Validasi/ Laporan Validasi Proses
Kualifikasi Pembuatan Sirup
13. REFERENSI
13.1. Formula Bahan Baku Produk Sirup
13.2. Formula Bahan Kemas Produk Sirup
13.3. Prosedur Produksi Produk Sirup
13.4. Standar Kualitas Produk (SKP) Sirup