D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
AZMI NASUTION
MUHAMMAD RAFIT
KELAS : X IPS 3
Ternyata kemunculan uang di Indonesia sudah ada semenjak kerajaan mataram kuno berdiri tepatnya
saat diperintah raja Syailendra. Uangnya adalah dalam bentuk logam yang terbuat dari emas dan
perak. Kadar beratnya berbeda-beda, dan diberi nama untuk masing-masing beratnya.
Ma atau masa memiliki berat 2,4 gram
Atak memiliki berat 1.20 gram
Kupang memiliki berat 0.60 gram.
Bentuk uangnya tergolong unik karena untuk bagian depannya koin emas ada tulisan “Ta” yang
merupakan huruf Devanagri, dan di bagian belakang koin ada motif “Sesame Seed”. Polanya kalau
digambarkan adalah adanya lekukan ke dalam dan ada bulatan untuk kedua bagiannya.
diameter koin perak berkisar 9-10mm dan terdapat huruf devanagri yaitu “Ma” dan bagian belakang
ada motif bunga cendana
2.Uang Kerajaan Jenggala Tahun 1042
Kerajaan jenggala adalah kerajaan yang berada di pulau Jawa khususnya di bagian timur. Kerajaan
Jenggala sudah memproduksi uang berupa logam perak dan emas untuk alat pembayarannya selama
tahun 1042-1130.
Inilah kerajaan yang luasnya melebihi luas nusantara. Berdiri di tahun 1293, perekonomian Kerajaan
Majapahit terbilang maju pada saat itu.
Karena saking luas wilayahnya kerajaan Majapahit memberlakukan 2 mata uang untuk kerajaannya,
yaitu mata uang “MA” yang juga merupakan mata uang milik kerajaan mataram dan Mata uang Tahil.
Mata uang Tahil adalah mata uang asli kerajaan. Uang Kerajaan ini memiliki cap berlogo Teratai atau
jambangan di permukaannya. Salah satu hal yang unik dari mata uang Tahil adalah bentuk koinnya
yang beraneka ragam bahkan ada yang lumayan konyol ,contohnya seperti Bentuk segiempat, segitiga,
trapesium, setengah atau seperempat lingkaran dan lainnya.
Ada lagi uang Majapahit yang unik dan terkenal, namanya Gobok Wayang yang merupakan hasil dari
pengaruh China. Berbentuk keping dan ada lubang di tengahnya
4. Uang Kerajaan Samudra Pasai Tahun 1297
Berakhirnya kekuasaan kerajaan Hindu Budha di Indonesia membuka babak baru berdirinya kerajaan
islam pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudera Pasai. Berdiri di ujung pulau Sumatera, kerajaan
Samudera Pasai membawa syariat islam untuk kerajaannya khususnya di bidang ekonomi.
Mata uang yang di bawa adalah asli dari Arab, yaitu Dirham. Dirham sendiri kandungannya terdiri
dari 70% emas dengan kadar karat 22. Karena semakin sulitnya untuk mencari bahan emas, akhirnya
seiring berjalannya waktu kandungan emas dalam Dirham mulai dikurangi.
Di tahun 1297 Masehi sampai 1326 motif mata uang Dinar kebanyakan adalah tulisan arab
berlafadzkan Malik Al Zahir dan di sisi sebelah berlafadzkan Sultan al Adul yang memang keduanya
merupakan raja saat itu.
Saat itu ketika dibandingkan dengan mata uang kerajaan lain 16 Dirham setara dengan 1 Real Spanyol
dan 5 Dirham setara dengan 1 Silling Inggris.
Ketika kerajaan lain masing menggunakan koin untuk proses transaksi jual belinya, hadir kerajaan
Buton dengan konsep mata uang yang berbeda. Kerajaan Buton menggunakan mata uang Kampua
yang merupakan uang dengan bahan kain tenun.
Kampua sendiri di buat oleh putri-putri istana kerajaan dan dibuat dengan sehelai tenunan persegi
panjang. Kapua saat itu setiap waktunya diganti corak dan desainnya karena rentan akan pemalsuan.
6. Uang Kesultanan Banten Tahun 1550-1596 Masehi
Hadir lagi kerajaan islam tepatnya di Banten, yang merupakan wilayah paling barat dari pulau jawa.
Untuk Proses kegiatan ekonominya, kerajaan Banten menghadirkan mata uang kerajaan bernama
Kasha.
Jenis koinnya sendiri terdiri dari 3 bahan yaitu dari emas, tembaga dan timah. Motifnya desainnya
lebih dipengaruhi China dan untuk ukirannya dipengaruhi arab
7. Uang Kerajaan Gowa
Kerajaan islam selanjutnya yang memiliki mata uang adalah kerajaan Gowa. Kerajan Gowa pernah
dipimpin oleh salah satu pahlawan dengan julukan Ayam Jantan dari timur yaitu Sultan Hasanuddin,
dan merupakan kerajaan yang berdiri di abad 16.
Memiliki mata uang bernama Jinigari. Jinigara merupakan mata uang yang bahannya terdiri dari
campuran timah dan tembaga.
8. Uang Kesultanan Sumenep
Kerajaan Sumenep yang berdiri tahun 1781 tepat di daerah Sumenep, jawa timur. Kerajaan ini hadir
terkait datangnya pihak asing ke Indonesia untuk mencari rempah.
Karena seringnya melakukan transaksi dengan pihak luar khususnya dengan negara Eropa, kesultanan
Sumenep memilih mengggunakan mata uang negara Eropa. Contohnya saja ketika berdagang dengan
dengan Spanyol maka sumenep memakai uang Spanyol. Selain Spanyol, Sumenep juga memakai uang
gulden jika bertransaksi dengan Belanda dan uang thaler jika bertransaksi dengan Austria.
Supaya bisa memiliki mata uang sendiri, kerajaan Sumenep mengedarkan mata uang dari uang asing
kemudian diberi cap bertulisan Arab di setiap mata uang asing tersebut.
Sejarah Mata Uang Indonesia Masa Penjajahan
Semenjak pihak asing mulai berdatangan ke Indonesia, maka lambat laun mereka juga ingin
menguasai Indonesia. Awalnya hanya sekedar mencari rempah-rempah, namun karena berlimpahnya
kekayaan sumber daya alam Indonesia, maka mereka menjajah Indonesia. Dalam masa penjajahan
yang berlangsung beberapa pihak asing memberlakukan mata uang negaranya di Indonesia.
Berikut sejarah mata uang Indonesia masa penjajahan.
Uang Belanda
Belanda pertama kali masuk Indonesia di tahun 1595 diwakili oleh dua orang bersaudara Cornelis dan
Frederick de Houtman dengan tujuan membeli rempah-rempah. Mereka mendarat di pelabuhan
Banten dan menggunakan koin perak untuk bertransaksi, baik Real Batu ataupun Real Bundar.
Karena melihat potensi bisnis yang luar biasa di Indonesia akhirnya di tahun 1602 di bulan Maret
mereka mendirikan perusahaan sendiri di Indonesia dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie).
VOC tidak hanya menjalankan bisnisnya saja, tetapi juga mencetak uang sendiri agar bisa lebih
berkuasa dalam perdagangan di Indonesia.
VOC mengedarkan uang berbentuk Koin serta dalam bentuk kertas namun dibatasi pembuatannya.
Mata uang kertasnya bernama Rjksdaalder dan ada tulisan teks singkat menggunakan bahasa Belanda
dan Arab.
Belanda datang kembali pada tanggal 29 September 1945 di tanjung Priok. Untuk menguasai kembali
Indonesia, Belanda mengedarkan mata uangnya yang bernama Nica (Netherlands Indies Civil
Administration dan mulai menghentikan peredaran mata uang Jepang.
Untuk mendapatkan kembali simpati rakyat Indonesia, Belanda menggunakan Rupiah jepang untuk
membayar gaji pegawai pribumi dan mengedarkan uang tersebut.
Selain mengedarkan Rupiah Jepang, Belanda juga secara perlahan mengedarkan mata uangnya yang
bernama NICA. Dengan peredaran mata uang NICA tersebut, akhirnya membuat kondisi
perekonomian Indonesia semakin parah.
Indonesia sebenarnya sudah merdeka karena presiden Soekarno membacakan proklamasi sebelum
kedatangan Belanda. Pada tanggal 2-3 Oktober 1945 Indonesia mengeluarkan maklumat yang berisi
tentang masih berlakunya mata uang jepang dan tidak berlakunya lagi NICA.
Sejarah Mata Uang Indonesia Pasca Penjajahan
Pada saat habis pembacaan proklamasi dan diakuinya Indonesia sebagai negara yang merdeka,
pemerintah berinisiatif untuk membuat mata uang sendiri. Terbukti pada bulan Oktober 1946,
pemerintah berhasil mencetak mata uang ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) dan mengedarkannya
pada rakyat.
Di tahun itulah berdiri untuk pertama kali bank milik Indonesia yaitu Bank Negara Indonesia (BNI),
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Agar lebih efektif lagi, pada tahun 1947 Pemerintah akhirnya memberlakukan mata uang daerah
masing-masing khususnya Sumatra, Banten, Tapanuli dan Banda Aceh untuk sementara waktu dengan
mengedarkan mata uang ORIDA.
Selanjutnya pemerintah memperkenalkan mata uang bernama Rupiah yang sampai saat ini masih
berlaku. Rupiah sendiri berasal dari kata Rupee yang merupakan mata uang India.
Sejarah Mata Uang Indonesia Orde Baru
Hadirnya pemerintahan Soeharto selama 32 tahun berkontribusi besar dalam perubahan Rupiah.
Pemerintah presiden Soeharto pertama kali mencetak uang kertas seri “Sudirman” pecahan 1, 2½, 5,
10, 25, 50, 100, 500, 1.000, 5.000, dan 10.000 rupiah.
Berikut penampakannya
Diedarkan pada tanggal 8 Januari 1968 dan ditandatangi oleh Gubernur BI Radius Prawiro dan
Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo, beremisi tahun 1968.
Berikut beberapa kebijakan pemerintah Soeharto terhadap Rupiah
23 Agustus 1971, Pemerintah mendevaluasi rupiah sebesar 10%, satu Dolar setara 415 Rupiah
tahun 1975, BI mengeluarkan uang kertas pecahan 1.000 rupiah bergambar Pangeran Diponegoro,
5.000 rupiah bergambar Nelayan, dan pecahan 10.000 rupiah bergambar relief Candi Borobudur.
ditandatangai oleh Gubernur BI Rachmat Saleh dan Direktur BI Soeksmono B Martokoesoemo.
tahun 1992 menerbitkan seri uang baru beremisi tahun 1992. Terdiri dari pecahan 100 rupiah
bergambar perahu Phinisi, pecahan 500 rupiah bergambar Orang Utan, 1.000 rupiah bergambar Danau
Toba, pecahan 5.000 rupiah bergambar alat musik Sasando dan tenunan Rote, pecahan 10.000 rupiah
bergambar Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan pecahan 20.000 rupiah bergambar Cendrawasih
merah.
Tahun 1993 mengeluarkan pecahan 50.000 rupiah bergambar Presiden Suharto.
Sayangnya ada krisis moneter Pada akhir tahun 1997 disertai melonjaknya nilai mata uang dolar
terhadap rupiah. Mengakibatkan runtuhnya era Soeharto.
Sejarah Mata Uang Indonesia Orde Reformasi
Orde Reformasi inilah banyak uang yang kita kenal sampai saat ini. pecahan 100.000 rupiah beremisi
tahun 1999 bergambar Soekarno, Muh. Hatta dan teks proklamasi diedarkan.
Pecahan tersebut dicetak di Australia dan Thailand merupakan uang plastik (Polymer) .
Berikut beberapa mata uang emisi sejak orde reformasi
Inilah uang yang kita kenal sampai sekarang. Untuk pecahan 1000 terdapat gambar kapten patimura,
untuk pecahan 5000 ada gambar orang menenun,pecahan 10000 ada gambar Cut Nyak Dien, pecahan
50000 terdapat gambar Ngurah Rai dan terakhir pecahan 100 ribu tetap gambar bung Karno dan Bung
Hatta namun tidak ada plastik lingkaran lagi.
Inilah penampakan uang terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah presiden Jokowi. Sayangnya kita
tidak bisa memegangnya untuk beberapa waktu karena memang dikeluarkan secara perlahan-perlahan
supaya tidak ada devaluasi karena bertambahnya jumlah uang yang beredar. Mungkin untuk tahun ke
depan sudah bisa kita pegang