Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

APOTEK IMAM BONJOL PONTIANAK

Disusun Oleh:
Muhammad Tri Sutrisno 139005
Nadia Puterina 139005
Ratna Muzdalifa 139005
Yessi Dwisanti 139005

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


Tahun 2016

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) yang dilaksanakan di Apotek Imam Bonjol pada tanggal 9 Februari - 9 Maret.

Laporan ini kami susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

akhir Diploma III Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

Dengan selesainya penulisan laporan PKL ini penulis mengucapkan terima kasih

yang terhormat kepada:

1. Ibu Adhisty Kharisma Justicia, M.Sc, Apt selaku Direktur Akademi Farmasi

Yarsi Pontianak sekaligus Pembimbing Apotek di Akademi Farmasi Yarsi

Pontianak

2. Bapak Wahyudi, S.Si, MKM, Apt selaku pengelola Apotek Imam Bonjol

Pontianak.

3. Seluruh karyawan Apotek Imam Bonjol Pontianak dan semua pihak yang

membantu selama PKL.

4. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan Praktek Kerja

Lapangan.

i
Demikian laporan PKL ini disusun, dengan harapan tulisan ini

bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya

untuk usaha peningkatan profesionalisme farmasis di kemudian hari. Kami

menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan.

Pontianak, Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan PKL ................................................................................................... 2
1.3 Manfaat PKL ................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1 Pengertian Apotek ......................................................................................... 4
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek .............................................................................. 5
2.3 Persyaratan Apotek ........................................................................................ 5
2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek ................................................................. 7
BAB III ................................................................................................................. 21
GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK.................................................. 21
3.1 Sejarah Apotek ............................................................................................ 21
3.2 Struktur Apotek dan Personalia ................................................................... 21
3.3 Lokasi Apotek ............................................................................................. 23
3.4 Cakupan Layanan Apotek ........................................................................... 23
3.5 Pengelolaan Obat ......................................................................................... 24
BAB IV ................................................................................................................. 31
PELAKSANAAN KEGIATAN PKL ................................................................ 31
4.1 Jenis Dan Bentuk Kegiatan PKL ................................................................. 31
4.2 Prosedur Kerja ............................................................................................. 32
4.3 Kendala Yang Dihadapi Dan Upaya Untuk Memecahkannya ............. Error!
Bookmark not defined.

iii
BAB V................................................................................................................... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan

kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan, selain merupakan tanggung jawab pemerintah juga merupakan hak

bagi masyarakat untuk ikut berperan serta.

Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah suatu bentuk layanan

langsung seorang apoteker kepada konsumen obat (pasien) dalam menetapkan,

menerapkan dan memantau pemanfaatan obat agar menghasilkan outcome

terapetikyang spesifik. Melalui penerapan asuhan kefarmasian yang memadai

diharapkan masyarakat yang mengonsumsi obat mendapat jaminan kesehatan.

Apotek sebagai tempat pengabdian profesi apoteker, semestinya adalah sarana

yang sangat tepat bagi apoteker untuk memberikan asuhan kefarmasian kepada

masyarakat. Secara filosofis, konsumen yang datang ke apotek sejatinya bukan

semata-mata akan membeli obat. Mereka membutuhakan sarana atau masalah

yang berkaitan dengan kesehatan mereka. Bahwa diakhir kunjungannya mereka

membeli obat, dapat dipastikan hal itu terjadi setelah melalui tahap pemberian

asuhan kefarmasian.

Dalam rangka pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi

tidak terbatas didalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan

ini lebih ditekankan pada pembelajaran yang merobos diluar kelas, bahkan diluar

institusi pendidikan lingkungan kerja alam dan kehidupan masyarakat. Dalam hal

1
ini PKL (praktek kerja lapangan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pogram pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk

mengaplikasikan pengetahuan sikap dan keterampilan (kognitif, afektif dan

psikomotor) yang diperoleh saat mengikuti proses belajar mengajar.

Untuk menghasilkan tenaga ahli madya yang profesional dibidangnya

penyelenggaraan pendidikan terutama PBM perlu terus ditingkatkan dan

dikembangkan terus menerus baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu upaya

yang dilakukan adalah dengan membeerikan pengalaman kerja melalui kegiatan

PKL di Apotek.

PKL merupakan sarana pengenalan lapangan pekerjaan bagi mahasiswa

dengan mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan inni mahasiswa dapat melihat,

mengetahui, menerima dan menyerap teknologi kesehatan yang ada dimasyarakat.

Dengan kata lain, PKL merupakan masa orientasi bagi mahasiswa dan dapat

digunakan sebagai sarana informasi terhadap dunia pendidikan kesehatan,

sehingga institusi pendidikan kesehatan dapat mengembangkan diri sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

1.2 Tujuan PKL

Adapun tujuan dari PKL Apotek ini adalah:

1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki

lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang

ditetapkan.

2
2. Mengenai kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosial

budaya.

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan

pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek pada

masyarakat.

4. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap etis, profesionalisme

dan nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan

kerja sesuai dengan bidangnya.

5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri

pada suasana atau iklim lingkungan kerja yang sebenarnya.

6. Meninggkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan

teknologi baru dari lapangan kerja ke institusi pendidikan atau sebaliknya.

7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

8. Memberikan kesempatan masuk penempatan kerja.

1.3 Manfaat PKL

1. Mahasiswa mampu memahami, menetapkan dan mengembangkan materi

pelajaran yang diperoleh di institusi pendidikan dan ditetapkan pada

lapangan kerja.

2. Mahasiswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Apotek adalah

suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang

dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan

kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan (Keputusan Menkes RI Nomor

1027/MenKes/SK/IX/2004).

Menurut Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan

Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara

pemberian izin apotek.

Pasal 1 ayat (a) :

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat.

Pasal 1 ayat (i) :

Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia (obat

tradisional), bahan obat asli indonesia (bahan obat tradisional), alat kesehatan dan

kosmetika.

4
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

5. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.3 Persyaratan Apotek

Menurut Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002, persyaratan Apotek yaitu:

untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana

yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan

termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik

sendiri atau milik pihak lain.

1. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan

pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.

5
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian Apotek

adalah :

1. Lokasi dan Tempat

Jarak antara Apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya

tetap mempertimbangkan segi beli penduduk di sekitar Apotek,

kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat

dengan kendaraan.

2. Bangunan

Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi

persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta

memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

Bangunan di apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

a) Ruang tunggu

b) Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker

c) Ruang penyimpanan obat

d) Ruang peracikan dan penyerahan obat

e) Tempat pencucian obat

f) Kamar mandi dan toilet

g) Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang

memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,alat pemadam

6
kebakaran yang berfungsi baik, ventilasi dan system sanitasi yang

baik dan memenuhi syarat higienis, papan nama yang memuat

nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor Surat Izin

Apotek, nomor telepon apotek.

3. Perlengkapan

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki yaitu:

a) Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,

mortir, gelas ukur dan alat lainnya.

b) Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi,

seperti lemari obat dan lemari pendingin.

c) Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.

d) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan

beracun.

e) Buku standar Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat

Indonesia, Daftar Pelaporan Harga Obat, serta kumpulan peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.

f) Alat Administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi,

salinan resep, dan lain-lain

2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek

Ketentuan ketentuan umum yang berlaku tentang Ketentuan dan Tata

Cara pemberian Izin Apotek menurut pasal 7 Kepmenkes

No.1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut :

7
1. Permohonan izin apotek ditujukan kepada kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1

2. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima

permohonan,dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Badan POM

untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk

melakukan kegiatan.

3. Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

atau Kepala Badan POM melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan

menggunakan contoh formulir APT-3

4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 tidak

dilaksanakan, Apoteker. Pemohon dapat membuat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

menggunakan contoh formulir APT-4.

5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat 3, atau pernyataan yang

dimaksud dalam ayat 4, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh

formulir APT-5.

6. Dalam hal pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Badan POM dimaksud ayat 3 masih belum memenuhi

syarat,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12

8
hari kerja akan mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan

contoh formulir APT-6.

7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6,

Apoteker diberi kesempatan untuk melengkap persyaratan yang belum

dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal

penundaan.

2.5 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh

Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.

2.5.1 Pengelolaan Obat

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,

permintaan atau pengadaan, penyimpanan, jumlah persediaan obat dan pelayanan.

Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out).

a. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan

perbekalan kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan. Perencanaan obat di apotek umumnya dibuat untuk

mengadakan dan mencukupi persediaan obat di apotek, sehingga dapat

mencukupi permintaan obat melalui resep dokter ataupun penjualan

9
secara bebas. Perencanaan obat didasarkan atas beberapa faktor, antara

lain:

1) Obat yang paling banyak dipakai.

2) Persediaan terakhir stok barang.

3) Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.

4) Berdasarkan musim dan cuaca.

b. Permintaan obat atau pengadaan

Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan

dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan di apotek. Pengadaan obat ini dilakukan dengan

cara pembelian. Berhasil atau tidaknya usaha banyak tergantung pada

kebijakan pembelian. Cara melakukan pembelian dapat dilakukan antara

lain sebagai berikut:

1) Pembelian Secara Kredit

Pembelian yang dilakukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi)

pada umumnya dilakukan secara kredit, dengan lamanya pembayaran

berkisar antara 14 - 30 hari.

2) Kontan

Pembelian dilakukan secara kontan atau tunai. Biasanya untuk

transaksi obat golongan narkotika dan barang-barang COD (Cash On

Delivery atau dibayar langsung saat barang datang).

3) Konsinyasi/titipan

Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam

waktu maksimal 3 bulan.

10
c. Penyimpanan

Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut :

1) Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah

menguap seperti aether, anaestheticus.

2) Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan

sirup.

3) Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor)

seperti kapsul.

4) Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30 C) untuk obat seperti

tablet, kaplet, dan sirup.

5) Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15 C) untuk obat seperti

salep mata, cream, ovula,dan suppositoria.

6) Disimpan di tempat dingin (pada suhu 0-5 C) seperti vaksin.

7) Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai

persyaratan peraturan Menkes No.35 tahun 2009 Khusus untuk

lemari tempat penyimpanan obat narkotika syarat yang tercantum di

pengaturan adalah sebagai berikut:

a) Ukuran lemari : 40x80x100

b) Bahan : kayu atau bahan lain yang kuat.

c) Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan.

Fungsi yang pertama untuk perbekalan dan bahan baku morfin,

petihidin, dan garam-garamnya.

d) Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding tembok atau

lantai, tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, tidak boleh

11
dilihat oleh umum, dan kunci dikuasai oleh penanggung jawab

atau pegawai apotek yang dikuasakan.

8) Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut golongan secara

sistem alfabetis. Dapat pula diatur menurut pabrik. Obat antibiotik

perlu diperhatikan mengenai tanggal kadaluwarsa. Setiap terjadi

mutasi obat segera dicatat dalam kartu stok.

d. Jumlah Persediaan Obat

Tujuan persediaan obat adalah menjaga agar pelayanan obat oleh

apotek dapat berjalan dengan lancar yaitu dengan :

1) Menjaga kemungkinan keterlambatan pemesanan.

2) Menambah penjualan, bila ada pertambahan pemesanan secara

mendadak.

Jumlah stok obat untuk persediaan 1 sampai 2 bulan sesuai

kebijakan apotek masing-masing.

e. Perhitungan Nilai (Harga Obat) Persediaan

Harga obat dalam persediaan dapat ditentukan dengan bermacam-

macam metode, yaitu :

1) Metode harga standar yaitu merupakan suatu harga yang ditetapkan

lebih dahulu untuk jangka pendek atau bukan untuk jangka waktu

panjang.

2) Metode FIFO (First In First Out), yaitu menurut harga pertama

dibeli jadi meskipun harga sudah naik tetap digunakan harga lama

pada waktu obat dibeli.

12
3) Metode LIFO (Last In First Out), yaitu menurut harga pembelian

terakhir.

f. Gambaran umum penggolongan obat

Obat yang ada diapotek telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi

beberapa golongan.Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah APA

dalam memperoleh, menyimpan dan menyerahkannya, sehingga

pengggunaan menjadi tepat. Penggolongan obat tersebut terdiri dari :

a) Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa

resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,

obat keras, ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di DepKes

R.I .Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor

2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat

bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat

warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

b) Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada

pemakainya tanpa resep dokter. Obat keras terbatas adalah obat yang

masuk dalam daftar W singkatan dari Waarschuwing artinya

peringatan. Maksudnya obat yang pada penjualannya disertai dengan

peringatan. Syarat-syarat penyerahan obat bebas terbatas adalah

sebagai berikut :

1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari

pabriknya atau pembuatnya.

13
2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus

dicantumkan tanda.

3) Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2

cm dan memuat pemberian berwarna putih.

4) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

2380/A/SK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas

berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.

c) Obat keras daftar G

Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda G singkatan

dari Gevaarlijk artinya berbahaya, maksudnya obat dalam

golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep

dokter. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan

atau memasukkan obat-obat keras ditetapkan sebagai berikut :

1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembungkus

disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep

dokter.

2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk

dipergunakan secara parenteral, baik dengan carasuntikan

maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek

rangkaian asli dan jaringan.

3) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu

sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung

obat itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan

ketentuan lain, atau ada pengecualian.

14
4) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus Obat keras daftar

G adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi

berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

d) Narkotika dan Psikotropika

Narkotika dan psikotropika adalah obat yang biasa mempengaruhi

keadaan psikis seseorang. Untuk mengelolanya memerlukan cara

khusus.

Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

g. Cara Pengelolaan Obat Non Narkotika, Narkotik dan Psikotropika

Perbedaan cara pengelolaan obat bebas, bebas terbatas, obat keras

dengan pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, yaitu pada :

1) Cara pemesanan : SP untuk obat narkotika dan psikotropika harus

menggunakan SP khusus yang ditangani oleh APA.

2) Cara penyimpanan : lemari untuk obat narkotika dan psikotropika

disimpan pada lemari khusus terpisah dengan obat lainnya,yang

bentuk dan ukuran lemarinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3) Cara penyerahan : penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika

harus sesuai dengan persyaratan yang telah diatur :

15
a) Apotek, RS, Puskesmas, Balai pengobatan dengan SP Khusus

narkotika.

b) Dokter, pasien dengan resep asli,lengkap dengan nama alamat

pasien dengan dokternya.

4) Cara pelaporan : Laporan obat narkotika dan psikotropika selain

digunakan untuk kepentingan analisis bisnis internal, tetapi juga

dilaporkan kepada pihak eksternal (Sudin Yankes Dati II/Kodya

dengan tembusan kepada Dinkes Provinsi, Kepala Balai POM, PBF

Kimia Farma).

2.5.2 Pengelolaan Resep

a. Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, maupun

dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan

obat bagi pasien yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Komponen Resep

Dalam resep harus memuat:

1) Nama, alamat, nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi, Dokter

hewan.

2) Tanggal penulisan resep (inscription).

3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation).

4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatur).

5) Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep,sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (subscriptio).

16
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter

hewan.

7) Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat

yang jumlahnya melebihi dosis maksimal. (Syamsuni. H,2006)

c. Pelayanan resep

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Memeriksa kelengkapan Resep meliputi: nama dokter, surat izin

praktek (SIP), alamat praktek dokter, tanggal penulisan resep, nama

obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan

jenis kelamin pasien.

2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetika meliputi : bentuk sediaan, dosis,

potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.

3) Pertimbangan klinik seperti halnya pada efek samping, interaksi, dan

kesesuaian dosis suatu obat.

4) Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep

atau obatnya tidak tersedia.

Jika resep yang diterima berupa racikan maka hal-hal yang harus

diperhatikan yaitu sebagai berikut:

1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik.

2) Peracikan obat.

3) Pemberian etiket warna putih untuk penggunaan oral atau dalam dan

etiket warna biru untuk pemakain luar.

17
4) Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat

yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

Setelah obat sudah disiapkan maka obat tersebut siap untuk diserahkan

ke pasien, namun sebelum obat diserahkan kepada pasien harus

dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada

etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat. Hal ini sangat

diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.

d. Penyimpanan Resep

Resep yang telah dibuat,disimpan menurut urutan tanggal dan

nomor penerimaan atau pembuatan resep. Resep yang mengandung

narkotik harus terlebih dahulu dipisahkan dari resep lainnya, tandai

dengan garis merah di bawah nama obatnya. Resep yang telah disimpan

selama lebih dari 3 tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau

cara lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker

Pengelola Apotek (APA) bersama dengan sekurang-kurangnya seorang

petugas apotek.

e. Pemusnahan Resep

Pada pemusnahan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan

(BAP) sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4

ditandatangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang

petugas apotek.

Berita acara pemusnahan itu berisi:

1) Tanggal pemusnahan resep.

2) Cara pemusnahan resep.

18
3) Jumlah bobot resep yang dimusnahkan dalam satuan kilogram (kg).

4) Tanggal resep yang terlama dan terbaru yang dimusnahkan.

Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi karena

rusak, dilarang, dan kadaluwarsa dilakukan dengan cara dibakar,

ditanam, atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.

Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis

kepada Subdinkes/Dinkes setempat dengan mencantumkan:

1) Nama dan alamat apotek.

2) Nama Apoteker Pengelola Apotek.

3) Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang akan

dimusnahkan.

4) Rencana tanggal dan tempat pemusnahan.

5) Cara pemusnahan.

2.5.3 Administratif

Administratif kegiatannya meliputi, agenda atau pengarsipan dimana

pengaplikasiannya sebagai berikut :

a) Aliran barang masuk berasal dari pembelian (kontan atau kredit)

Pembelian disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. Jenis obat

yang diperlukan dapat dilihat dari buku data-data obat yang mau dipesan

(defecta untuk pesanan membeli barang serta pengendalian persediaan),

baik dari bagian penerimaan resep atau obat bebas di counter muka

maupun dari petugas gudang.

b) Aliran barang keluar

19
Setiap barang yang keluar dari gudang, disediakan buku

permintaan barang, yang ditulis oleh seorang asisten apoteker dari

peracikan. Buku tersebut memuat kolom nama barang jumlah yang

diminta, jumlah yang diberikan, sisa persediaan dan keterangan. Dari

kolom sisa persediaan dapat dipakai sebagai alat bantu untuk pengadaan

barang (defecta untuk pesanan membeli barang serta pengendalian

persediaan).

c) Stock opname tahunan

Biasanya diadakan setiap satu sekali pada akhir tahun.Maksudnya

untuk mengetahui untung rugi perusahaan pada tahun tersebut. Untuk obat

narkotika,diadakan stock opname tiap bulan sekali dan dilaporkan kepada

Dinas Kesehatan Provinsi. Perlengkapan administrasi terdiri dari blanko

surat pesanan, blanko faktur penjualan, blanko surat penjualan, blanko

salinan resep, blanko laporan narkotika dan psikotropika, buku catatan

pembelian, buku catatan penjualan, buku catatan keuangan, dan kartu stok

obat.

20
BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTEK

3.1 Sejarah Apotek

Apotek Imam Bonjol didirikan pada tahun 1982 dan telah mengalami tiga

kali pergantian pengelola apotek yang pertama yaitu Drs. Ruslan Aspan, yang

kedua yaitu Drs. Slamet Sukarno, Apt dan yang ketiga yakni Wahyudi S.Si,

MKM, Apt.

Sejak Apotek Imam Bonjol didirikan, selain menjual obat-obat paten juga

menjual obat-obat generik, alat-alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.

Visi dan Misi Apotek Imam Bonjol yaitu menjadi Apotek yang dari tahun

ke tahun meningkatkan mutu pelayanan dibidang kefarmasian sehingga menjadi

Apotek pilihan bagi masyarakat.

3.2 Struktur Apotek dan Personalia

Struktur Fungsional Struktur Apotek

PSA Bag. Stok Obat


APA

Bag. Pemesanan
Apteker Pendamping
Atau AA
Administrasi
Juru Resep
Kasir

Gambar

21
Staf dan karyawan di Apotek Imam Bonjol terdiri dari:

1. Apoteker pengelola Apotek : Wahyudi, S.Si,MKM, Apt

2. Apoteker pendamping : - Yossy Yohanes Engka, S.Si, Apt

- Ilham Aditama, S.Si, Apt

3. Tata Usaha/Administrasi : - Muhammad Akbar

- Rudi

4. Kasir : - Susi

- Galuh Meidita

Tugas dan wewenang staf dan karyawan di Apotek Imam Bonjol, antara lain:

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA), bertugas sebagai:

- Memimpin seluruh kegiatan apotek termasuk mengkoordinir dan

mengawasi kerja bawahannya, mengatur pembagian tugas dan

tanggung jawab

- Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan apotek

sesuai dengan persyaratan farmasi terutama dalam hal peracikan

- Menyimpan buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual

sesuai dengan kebijakan harga yang ditetapkan.

- Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang yaitu obat, alat

kesehatan dan sebagainya untuk satu periode tertentu sesuai dengan

peraturan yang berlaku

- Sebagai pembina dan memberi petunjuk tekhnis farmasi kepada

bawahan terutama dalam hal pemberian informasi kepada pasien

22
- Menambah, menghentikan dan mutasi pegawai serta pemberian dan

kenaikan gaji

2. Apoteker Pendamping Apotek, bertugas sebagai:

3. Tenaga Administrasi, bertugas sebagai:

3.3 Lokasi Apotek

Lokasi apotek Imam Bonjol yaitu di jalan Imam Bonjol No. 372

berdampingan dengan Optik Sei Raya tidak jauh dari Masjid Adz-Dzikraa.

3.4 Cakupan Layanan Apotek

Penerimaan resep,
Pasien pengontrolan dan Kasir Pelayanan
pemberian harga

Kontrol dan
Obat Racikan
penyerahan

Obat Siap Pemberian etiket dan kontrol Obat non racikan

Gambar 3.2 Jalur Pelayanan Resep

23
Keterangan:

Pasien datang dan menyerahkan resep ke petugas resep counter, penetapan harga

dan pemberian nomor resep. Resep diserahkan ke Apoteker Pendamping untuk

menghitung jumlah obat yang akan diambil dan penulisan etiket dan copy resep.

Selanjutnya para juru racik menyediakan obat atau meracik sesuai dengan bentuk

sediaan yang diminta. Setelah diracik, dikemas, kemudian resep dan obat yang

telah disiapkan, diserahkan kembali ke Apoteker Pendamping untuk dicek

kembali kebenarannya, kemudian diserahkan kepada petugas resep counter,

diceek kembali dan selanjutnya diserahkan ke pasien disertai dengan KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi).

3.5 Pengelolaan Obat

A. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia apotek Imam Bonjol sudah cukup bagus, ini terlihat

dari kedisiplinan karyawan yang kegiatannya dibagi dalam dua tahap, yaitu :

Pagi hari : 08.00-15.00 WIB

Sore hari : 15.00-21.00 WIB

B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1) Perencanaan

Perencanaan kebutuhan obat diapotek Imam Bonjol untuk obat

yang cepat laku (fast moving)dilakukan setiap hari, mengingat banyaknya

permintaan obat dan dilihat dari penggunaan obat dari bulan sebelumnya

24
dari kartu stok. Sedangkan untuk obat dengan penjualan slow movingi

perencanannya dilihat dari jumlah obat yang tersedia terakhir.

2) Pengadaan

Pengadaan obat dan alat kesehatan di apotek Imam Bonjol

dilakukan dengan cara pemesanan kepada PBF yang telah menjadi

langganan. Untuk obat fast moving pengadaannya dilakukan setiap hari

melalui salesman yang datang maupun melalui telepon kepada PBF

dengan menggunakan surat pesanan, berupa surat pesanan bicara, surat

pesanan narkotik, dan surat pesanan psikotropika.

Dalam menemukan PBF perlu memperhatikan harga diskon, bonus

yang ditawarkan, jangka waktu pembayaran, pelayanan yang lebih baik

dan cepat, kwalitas dan kwantitas barang, serta adanya jaminan dari PBF

tentang pengembalian barang yang rusak maupun hampir kadaluwarsa.

Pengadaan barang di apotek Imam Bonjol dilakukan dengan

pembelian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan yang

ada. Jika terdapat kekosongan di apotek, dapat pula diatasi dengan bekerja

sama dengan apotek lain dalam hal pembelian obat yang dibutuhkan

secara tiba-tiba, sehingga obat yang dibutuhkan oleh pasien tetap dapat

terpenuhi. Hal ini untuk menjaga apotek sebagai apotek yang lengkap.

Pemesanan obat narkotik melalui PBF Kimia Farma, sedangkan

obat lain selain narkotik dapat dipesan pada PBF Kimia Farma atau PBF

lain. Untuk obat keras ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.

25
Obat yang dipesan akan diterima oleh petugas apotek yang

ditunjuk disertai dengan penyerahan faktur yang berisi daftar obat-obatan

dan selanjutnya pencatatan.

3) Penerimaan

Barang atau obat yang dipesan kepada suplier dikirim ke apotek

beserta faktur penjualan dari PBF. Petugas penerima barang akan

memeriksa barang/obat berdasarkan jenis dan jumlah sesuai surat pesanan

apotek. Dalam penerimaan barang perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Dibuat nomor urut penerimaan atau nomor gudang.

b. Tanggal penerimaan.

c. Nama suplier atau PBF.

d. Kesesuian antara surat pesanan dengan faktur serta barang yang dikirim.

e. Kondisi barang, tanggal kadaluarsa.

f. Tanda terima barang bila telah sesuai.

Apabila barang yang dipesan telah sesuai dengan yang diminta,

maka petugas apotek yang bertugas atau yang menerima menandatangani

faktur dengan mencantumkan nama, tanggal dan cap apotek. Faktur asli

dikembalikan kepada PBF, dan apotek menerima salinan faktur sebagai

arsip.

Obat-obatan, bahan baku, dan alat-alat kesehatan yang diterima

apotek disertai dengan faktur yang dikirimkan oleh PBF, yang merupakan

tanda bukti penerimaan obat-obatan, bahan baku, dan alat kesehatan

apotek. Pada saat penerimaan dilakukan pngecekkan berupa jenis barang,

26
merk, nama obat, harga satuan dan perhitungannya, pemeriksaan fisik dan

suhu penyimpanan, jumlah barang, masa kadaluarsanya, bila barang yang

datang sesuai dengan Surat Pesanan (SP) faktur yang akan ditanda tangani

oleh APA dan AA disertai dengan NO.SIK dan diberi cap apotek. Obat-

obatan, bahan baku, dan alat kesehatan yang masuk dicatat didalam kartu

stok barang.

4) Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan mengamankan obat-obatan dan

alat kesehatan agar mutunya tetap terjamin. Dalam penyimpanan obat

digunakan sebagai berikut :

a. Penyimpanan obat dipisahkan sesuai dengan bentuk sediaan, untuk

bahan padat dan cairan dipisahkan

b. Penyimpanan bahan baku dan bahan obat jadi harus dipisahkan

c. Untuk memudahkan pengontrolan obat dan pengambilan obat, obat

disimpan secara alfabetis

d. Alat-alat kesehatan disimpan terpisah dari obat-obatan

e. Obat atau bahan obat yang telah kadaluarsa, disimpan terpisah untuk

dimusnahkan atau dikembalikan kepada PBF

Metode yang digunakan dalam penyimpanan obat, bahan baku dan

alat kesehatan berdasarkan FIFO (First in Frist Out) dan FEFO (First Exp

First Out). FIFO yaitu obat yang pertama masuk dikeluarkan terlebih

dahulu, sedangkan obat yang baru datang/diterima dikeluarkan

belakangan. Sedangkan FEFO yaitu obat yang memiliki batas kadaluarsa

lebih dekat dikeluarkan terlebih dahulu dan untuk obat yang memiliki

27
batas kadaluarsa masih jauh dikeluarkan belakangan. Di Apotek Imam

Bonjol stock opname diloakukan satu tahun sekali.

Sedangkan penyimpanan obat diruang peracikan adalah sebagai

berikut:

a. Obat yang disimpan diruang peracikan disusun didalam laci

berdasarkan urutan abjad

b. Bahan baku obat disimpan tersendiri dan disusun berdasarkan abjad

c. Sirup, tetes mata, tetes hidung, tetes telingan, salep mata dan salep

kulit disimpan tersendiri dan disusun sesuai abjad

d. Alat kesehatan disimpan tersendiri

e. Obat generik disimpan dalam laci khusus dan diurutkan sesuai abjad

f. Obat golongan narkotik disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci

g. Obat keras tertentu (psikotropik) disimpan dalam lemari tersendiri dan

terkunci

h. Obat yang berada diruangan resep counter disimpan berdasarkan

golongan obat dan bentuk sediaan

5) Pencatatan

Barang yang sudah diterima dicatat dalam buku penerimaan

barang, pencatatan dilakukan berdasarkan faktur pembelian. Selanjutnya

faktur pembelian diserahkan kebagian administrasi serta disimpan hingga

waktu jatuh tempo.

6) Pembayaran

Pembayaran yang jatuh tempo dikumpulkan untuk dilunasi

pembayarannya.faktur dapat dilakukan secara konstan maupun kedit,

28
tergantung pada perjanjian dengan pihak PBF. Sistem pembayaran ini

ditetapkan oleh PBF dan dapat pula diatur dengan perjanjian bersama

PBF.

7) Pelaporan

Di Apotek Imam Bonjol laporan penggunaan narkotik dibuat setiap

bulan. Laporan ini berisi nama sediaan, persediaan awal bulan pemasukan,

persediaan akhir bulan dan keterangan laporan dibuat 4 rangkap, ditujukan

untuk Kepala Dinas Kesehatan Kota, tembusan untuk Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM dan arsip apotek.

8) Penjualan

Penjualan obat di Apotek Imam Bonjol dengan resep dokter, dan

obat-obat lain dapat dijual tanpa resep dokter, misalnya: obat generik, obat

bebas terbatas dan obat wajib apotek yang generik maupun yang paten dan

alat-alat kesehatan. Di Apotek Imam Bonjol harga obat dengan resep sama

dengan harga obat yang dijual bebas.

9) Pengembalian dan Pemusnahan Menurut UU

Pengembalian obat di Apotek Imam Bonjol dilakukan sesuai

dengan perjanjian dari PBF yang bersangkutan, misalnya ada obat-obatan

tertentu yang sebelum 3 bulan masa expired date harus dikembalikan ke

PBF yang bersangkutan, tetapi untuk obat-obat yang bersegel yang sudah

digunakan tidak bisa dikembalikan, misalnya obat dalam botol yang sudah

terpakai setengahnya. Sehingga setiap periode harus dilakukan pengecekan

terhadap obat dan kartu stok. Dalam periode dan pemusnahan obat harus

dibuat berita acara dan dalam memusnahkan obat psikotropik dan narkotik

29
dihadari oleh satu orang dari BPOM, satu orang dari Dinas Kesehatan

setempat, Apoteker Pengelola Apotek dan didampingi oleh Apoteker

Pendamping.

30
BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PKL

4.1 Jenis Dan Bentuk Kegiatan PKL

Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan di Apotek Imam Bonjol antara lain:

No Jenis Aktivitas Sub Aktivitas


1 Mempelajari struktur a. Mengetahui struktur organisasi di
organisasi di apotek apotek
b. Mengetahui tugas pokok dan fungsi
masing-masing struktur di apotek
2 Mempelajari dokumen a. Mengetahui tentang alur pembukuan di
dan administrasi di apotek
apotek b. Mengetahui tentang pencatatan kartu
stok pembuatan dan pengarsipan surat
pemesanan (narkotika, psikotropika
dan obat keras), pembuatan laporan
psikotropika dan narkotika
c. Pengamatan faktur obat/barang
3 Mempelajari jenis a. Mengetahui cara penataan dan
obat yang ada penyimpanan obat
diapotek b. Mengetahui beberapa contoh jenis-
jenis obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras, obat psikotropik dan obat
narkotik
4 Mempelajari alur a. Mengetahui rencana pengadaan obat di
pengadaaan obat, apotek
perencanaan, seleksi b. Mengetahui seleksi obat yang akan
serta penerimaan dan dipesan
penyimpanan obat c. Mengetahui cara pemesanan obat
(obat bebas, obat d. Mengetahui cara penerimaan dan
bebas terbatas, obat penyimpanan obat
keras, psikotropika
dan narkotika)
5 Mempelajari a. Mengetahui alur pembelian obat untuk
pelayanan obat pasien tanpa resep
swamedikasi b. Mengetahui cara melakukan
swamedikasi
6 Melayani resep dokter a. Mengetahui cara membaca resep
serta memberikan b. Mengetahui cara analisis resep
informasi obat c. Mengetahui cara pengerjaan dan
penyiapan resep obat jadi
d. Mengetahui cara pengerjaan dan

31
penyiapan resep obat racikan
e. Mengetahui cara menuliskan etiket
yang benar
f. Mengetahui cara memberikan
informasi obat pada pasien
7 Mengetahui cara a. Mengetahui cara pengarsipan resep
pengarsipan, b. Mengetahui cara dokumentasi resep
dokumentasi resep psikotropika dan narkotika
dan pemusnahan resep c. Mengetahui cara pemusnahan resep

4.2 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang kami lakukan selama diapotek Imam Bonjol

sebagai berikut:

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

33
DAFTAR PUSTAKA

34
35
Lampiran 1 : Denah lokasi bangunan apotek Imam Bonjol

36
Lampiran 2 : Denah bangunan (lay Out) Apotek Imam Bonjol

37
38
Lampiran

3 : Etiket

Etiket Obat Dalam

Etiket Sirup Obat Dalam

39
Etiket

Obat

Luar

40
Lampiran 4 : Salinan Resep

41
42
Lampiran 5 : Surat Pesanan Narkotika

43
Lampiran 6 : Surat Pesanan Psikotropika

44
45
Lampiran 7 : Surat Pesanan Obat Prekursor

46
Lampiran 8 : Kartu Stock

O
ba
t
B
eb
as

47
Lampiran 8 : Kartu Stock

Narkotika, Prekursor, dan Psikotropika

48
Lampiran 9 : Faktur

49
Lampiran 10 : Penyimpanan Obat

OTC (Over The Counter) Stock Obat Generik

Obat Narkotika dan Psikotropika

50
Lampiran 10 : Penyimpanan Obat

Stock Obat Paten Obat Sirup

51
Obat Generik Obat Sirup Generik

Obat Diabetes dan Obat


Injeksi, Salep dan Krim Buku Kaleng
Apotek

52
53

Anda mungkin juga menyukai