ANGKATAN LXXVI
ANGKATAN LXXVI
ii
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Atma Jaya ini.
Dalam kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Hinarto Satryana, MSc, selaku Direktur Medis dan Keperawatan
RS Atma Jaya.
2. Ibu Nancy Raissa, S.Farm, Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RS Atma
Jaya dan sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan
selama ini.
3. Bapak Prof. Maksum Radji, M. Biomed., Ph. D., Apt selaku pembimbing
dari Fakultas Farmasi UI yang telah membimbing dan meluangkan
waktunya selama ini.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI.
6. Seluruh staf RS Atma Jaya atas keramahannya dan kesediannya dalam
membantu dan memberikan informasi.
7. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi UI yang sudah memberi banyak bantuan dan
masukan.
8. Seluruh keluarga dan teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan.
9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 yang telah berjuang bersama-sama 1
tahun ini.
Penulis
iv
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Atma Jaya Jl. Pluit Raya
No. 2 Jakarta Utara Periode 01 April – 24 Mei 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2013
Yang menyatakan
v Universitas Indonesia
Halaman
COVER ......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
HALAMAN PUBLIKASI............................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 38
4.1. Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya ...................................................... 38
4.2. Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Atma Jaya........................ 45
4.3. Pelayanan Publik Rumah Sakit Atma Jaya ....................................... 45
vi Universitas Indonesia
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Dengan pelaksanaan PKPA di RS Atma Jaya, diharapkan mahasiswa dan
mahasiswi calon apoteker :
1. Mengetahui dan memahami kegiatan Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
2. Mengamati dan memahami secara langsung tugas, peran, dan tanggung jawab
apoteker dalam pelayanan Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya (DPR RI, 2009c).
Berdasarkan pengelolaannya RS dapat dibagi menjadi RS Publik dan RS
Privat. RS Publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
hukum yang bersifat nirlaba. RS Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. RS Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero (DPR RI, 2009c).
Selain RS publik dan privat, juga terdapat RS Pendidikan, yaitu RS yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya. RS dapat ditetapkan oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan menjadi RS
Pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standard RS Pendidikan. (DPR RI,
2009c).
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, RS Umum dan RS Khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas
dan kemampuan pelayanan RS. Klasifikasi RS Umum terdiri atas (Siregar, 2003) :
a. RS Umum kelas A, adalah RS Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas
b. RS Umum Kelas B, adalah RS Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan
subspesialistik terbatas
c. RS Umum Kelas C, adalah RS Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar
d. RS Umum Kelas D, adalah RS Umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penunjang kesehatan dalam rangka melaksanakan fungsi FRS dan dipimpin oleh
seorang apoteker (Siregar, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Konsumsi Morbiditas
- Pilihan pertama dalam - Lebih akurat dan mendekati
perencanaan dan pengadaan kebutuhan sebenarnya
- Lebih mudah dan cepat dalam - Pengobatan lebih rasional
perhitungan - Perhitungan lebih rumit
- Kurang tepat dalam penentuan - Tidak dapat digunakan untuk semua
jenis dan jumlah penyakit
- Mendukung ketidakrasionalan - Data yang diperlukan : kunjungan
dalam penggunaan pasien, 10 besar pola penyakit,
prosentasi dewasa dan anak
- Analisis VEN
Menentukan apakah satu jenis perbekalan farmasi termasuk vital (V),
esensial (E), atau non-esensian (N). Vital berarti diperlukan untuk live
saving, esensial berarti efektif menyembuhkan penyakit, dan non-
esensial berarti perbekalan farmasi untuk penyakit yang
sembuh sendiri, diragukan manfaatnya, mahal tetapi tidak
bermanfaat dibanding perbekalan farmasi lainnya, dan lain-lain.
- Kombinasi ABC dan VEN
Digunakan untuk melakukan pengurangan obat sesuai dengan
anggaran. Obat kategori NC menjadi prioritas utama untuk dikurangi,
dilanjutkan dengan NB, dan NA. Jika setelah itu dana masih kurang,
kurangi obat kategori EC, selanjutnya EB, dan EA.
- Revisi daftar perbekalan farmasi
Bila ABC atau VEN sulit dilakukan, dapat dilakukan evaluasi cepat
misal dengan melakukan revisi daftar perencanaan.
A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
v. Pengadaan
Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga dan
waktu berlebihan. Dalam memilih pemasok, perhatikan mutu
produk, reputasi produsen, harga, ketepatan waktu pengiriman,
mutu pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan
pengembalian barang, dan pengemasan. Pengadaan dapat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.3 Perbedaan Komposisi kartu Stok dan Kartu Stok Induk
Kartu Stok Kartu Stok Induk
Judul Nama, kemasan, isi, Nama, satuan, asal,
sumber dana persediaan minimum dan
maksimum
Kolom Tanggal keluar/masuk, Tanggal keluar/masuk,
nomor dokumen, sumber nomor tanda bukti,
asal/kepada siapa dikirim, sumber asal/kepada siapa
nomor batch/lot, tanggal dikirim, jumlah
kadaluarsa, jumlah penerimaan/pegeluaran,
penerimaan/pengeluaran, sisa stok, tanggal
sisa stok, paraf petugas kadaluarsa, dan lain-lain
yang mengerjakan
Universitas Indonesia
Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga, dan perlengkapan kesehatan yang
disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya adalah agar
tersedia data yang akurat, informasi yang akurat, arsip yang
memudahkan penelusuran surat dan laporan, dan mendapat data yang
lengkap untuk membuat perencanaan. Laporan yang sebaiknya dibuat
IFRS adalah keuangan, mutasi perbekalan farmasi, penulisan resep
generik/non generik, psikotropik dan narkotik, stok opname,
pendistribusian, penggunaan obat program, pemakaian perbekalan farmasi
JamKesMasKin, jumlah resep, kepatuhan terhadap formularium,
penggunaan obat terbesar, penggunaan antibiotik, dan kinerja.
xii. Monitoring dan evaluasi (Monev)
Monev bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para pengelola
perbekalan farmasi di RS agar dapat ditingkatkan secara optimum.
Indikator yang dapat digunakan adalah alokasi dana pengadaan obat, biaya
obat per kunjungan kasus penyakit, biaya obat per kunjungan resep,
ketepatan perencanaan, persentase dan nilai obat rusak, dan persentase
penggunaan antibiotik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.8. Panitia Farmasi dan Terapi (Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2004)
2.8.1. Definisi Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
PFT adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara
para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di RS dan apoteker wakil
dari FRS, serta tenaga kesehatan lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang dilakukan bagi tiap RS dapat bervariasi sesuai dengan kondisi RS setempat :
a. Panitia farmasi dan terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 dokter,
Apoteker dan perawat. Untuk RS yang besar tenaga dokter bisa lebih dari
3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
b. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika RS tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka
sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari
IFRS atau apoteker yang ditunjuk.
c. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 2 bulan sekali dan untuk RS besar rapatnya diadakan
sebulan sekali. Rapat panitia farmasi dan terapi dapat mengundang pakar-
pakar dari dalam maupun dari luar RS yang dapat memberikan masukan
bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh
sekretaris, termasuk persiapan dari hasil rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam RS yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terletak di wilayah Jakarta Utara dengan luas bangunan 10.041 m2 dan luas lahan
39.930 m2. Rumah Sakit ini resmi digunakan sebagai RS pendidikan Yayasan
Atma Jaya untuk menunjang pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Atma
Jaya sejak tahun 1979 hingga saat ini. Pada tahun 1999, RSAJ mendapat
akreditasi penuh untuk 5 bidang, kemudian pada tahun 2007 mendapat akreditasi
penuh untuk 16 bidang. Sejak Oktober 2009, RSAJ ditetapkan sebagai RS kelas
B.
30 Universitas Indonesia
layanan yang berlandaskan cinta kasih, etos kerja yang andal, pemberdayaan
warga RSAJ menjadi pribadi dengan integritas tinggi yang senantiasa
meningkatkan kemampuan diri dan kemampuan bekerja sama
Tujuan RSAJ adalah menyelenggarakan kegiatan agar dapat
merealisasikan:
a. Penyelenggaraan layanan kesehatan primer, medis spesialistik, dan
rujukan yang andal
b. Penyelenggaraan pendidikan klinik dan pengembangan iklim akademik
c. Peningkatan mutu kehidupan kerja warga RSAJ
d. Pengelolaan RS secara professional
e. Perwujudan identitas Katolik sebagai landasan karya
Universitas Indonesia
dokter spesialis bedah. Pelayanan medik sub spesialis dilakukan oleh 1 dokter ahli
ginjal hipertensi dan 1 dokter ahli perinatologi.
Pelayanan spesialis penunjang dilakukan oleh dokter ahli radiologi, ahli
patologi klinik, ahli patologi anatomi, ahli psikologi, ahli gizi klinik, dan spesialis
rehabilitasi medik yang masing-masing berjumlah 1 orang serta 3 dokter anestesi.
Selain itu, RSAJ memiliki 3 apoteker, 20 asisten apoteker, 130 perawat, 39 non-
keperawatan, dan 256 non kesehatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
38 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kelebihan, dan kekurangan dari produk tersebut secara lisan (datang ke RSAJ).
Pihak pabrik harus mendapat persetujuan dari user RSAJ sebanyak minimal 3
orang, yaitu calon pemakai produk tersebut, bahwa produk tersebut disetujui
untuk digunakan di RSAJ. Jika semua persyaratan tersebut sudah lengkap, maka
rencana pembelian produk baru tersebut akan dibawa ke rapat PFT. Setelah
disetujui, produk tersebut akan dibeli melalui PBF yang ditunjuk oleh pabrik
tersebut.
Penyusunan perbekalan farmasi di instalasi sudah cukup baik. Setiap obat
diletakkan dalam kotak kecil dan disusun pada rak obat yang tidak terlalu tinggi
sehingga tidak menyulitkan pekerja dalam mengambilnya serta disusun berdasar
alfabet. Obat fast moving juga diletakkan di tempat yang dekat dengan jangkauan
sehingga mempercepat pengambilan. Obat yang sudah mendekati kadaluarsa
diberi tanda untuk digunakan terlebih dahulu dan disosialisasikan ke tenaga
kesehatan lainnya. Di setiap jenis obat terdapat kartu stok yang akan diisi setiap
kali ada obat yang masuk atau keluar. Suhu penyimpanan di lemari pendingin
selalu diperiksa setiapa hari pada waktu yang sama untuk memastikan bahwa suhu
lemari pendingin tetap stabil. Penempatan perbekalan juga dipisahkan
berdasarkan sediaan, yaitu padat, cair, semi padat, dan injeksi.
Pada penyimpanan alat kesehatan, penyusunan masih belum teratur dan
tidak alfabetis. Penyusunan lebih cenderung berdasarkan ukuran alat kesehatan
tersebut dan dalam 1 rak terdapat 2 lapis perbekalan sehingga perbekalan yang
ada di lapis belakang tidak terlihat namanya. Hal ini mempersulit bagi pekerja
baru dalam mencari alat kesehatan yang dibutuhkan. Untuk penyusunan sediaan
infus juga tidak dilakukan berdasar alfabet dan diletakkan di tempat yang acak.
Ada yang terletak di ruangan khusus infus, ada yang diletakan di rak sediaan
padat bagian bawah. Hal ini disebabkan karena tidak cukupnya ruangan untuk
menyimpan sediaan infus.
Penyimpanan obat di depo dilakukan dengan sangat sederhana. Obat yang
didistribusikan ke depo adalah obat untuk gawat darurat dan obat yang sering
digunakan di kamar inap dan kamar bedah, seperti infus, injeksi, dan alat
kesehatan. Penyimpanan dilakukan dalam lemari dan disusun secara alfabetis.
Depo di RSAJ berjumlah sembilan ruangan, yaitu depo ruangan rawat inap Soka,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang rapih dan tertata sangat memudahkan penyiapan pendistribusian obat dan
cairan infus setiap harinya. Perbekalan farmasi yang membutuhkan suhu rendah
juga telah disimpan dengan baik pada lemari pendingin yang suhunya diperiksa
dengan rutin sehingga menjamin kondisi obat tetap stabil dalam penyimpanan
Penyimpanan obat golongan narkotik dan psikotropik dipisahkan pada
lemari khusus. Lemari narkotika memiliki kunci yang dipegang oleh petugas,
sedangkan lemari psikotropika memiliki kunci digital. Obat-obat golongan ini
juga tersusun rapi secara alfabetis dan memiliki kartu stok tepat di samping
persedian obat. Kondisi penyimpanan ini akan menjamin keamanan penggunaan
narkotik dan psikotropik serta memudahkan pemantauan perputaran obat.
Perbekalan farmasi yang fast moving, slow moving, dan yang sudah
mendekati masa kadaluarsa tidak dipisahkan dari perbekalan lainnya. Perbekalan
farmasi yang telah mendekati masa kadaluarsa hanya diberikan tanda dengan
warna mencolok namun tidak dipisahkan kecuali barang tersebut memang sudah
kadaluarsa.
Penyimpanan dan penyusunan perbekalan farmasi berupa alat-alat
kesehatan kurang baik dilakukan karena penyusunan yang kurang tertata secara
alfabetis. Hal ini memperlambat penyiapan distribusi alat kesehatan serta dapat
mempersulit pengawasan perputaran alat kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan
karena keterbatasan ruangan tempat penyimpanan alat kesehatan yang kurang
memungkinkan untuk dilakukan penyusunan alfabetis yang teratur.
Proses pengadaan dimulai dengan perencanaan melalui penyusunan
defekta yang kemudian diajukan ke bagian pengadaan dan disetujui oleh direktur
medis atau direktur keuangan. Setelah memperoleh persetujuan, dilakukan
pembuatan Purchase Order (PO) oleh bagian pengadaan yang akan dikirim ke
distributor untuk pembelian perbekalan farmasi. Seringkali terdapat kendala
dalam tahapan perencanaan karena logistik farmasi RSAJ belum memiliki nilai
minimum dan maksimum pembelian produk yang umumnya dipakai dalam
pertimbangan perencanaan pemesanan. Hal ini yang menyebabkan sering
terjadinya penumpukkan barang hingga kadaluarsa akibat pemesanan yang
berlebihan namun juga sering terjadi kekosongan obat karena penggunaan
perputaran obat yang cepat namun tidak diimbangi dengan kecepatan pemesanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
obatan.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
a. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya melaksanakan kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi, meliputi pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, produksi, penyimpanan, distribusi, pencatatan dan
pelaporan, penghapusan, perbekalan kesehatan serta kegiatan pelayanan
kefarmasian (farmasi klinik), yaitu Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan
skrining resep.
b. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Atma Jaya adalah dalam bidang pengelolaan perbekalan farmasi dan
masih belum optimal dalam pelayanan farmasi klinik.
5.2. Saran
a. Pelayanan kefarmasian di RSAJ perlu ditingkatkan lagi, terutama dalam
bidang farmasi klinik demi memaksimalkan kualitas pelayanan dan
sasaran terapi bagi pasien sehingga untuk itu diperlukan tenaga apoteker yang
lebih banyak lagi sesuai dengan beban kerja yang dimiliki.
b. Perlu dilakukan pengembangan kualitas sumber daya tenaga kefarmasian
seperti memberikan pelatihan/training/studi banding/seminar (khususnya
pelatihan pemberian informasi untuk asisten apoteker) sehingga kualitas
pelayanan kefarmasian dapat ditingkatkan.
c. Perlu diadakan komite khusus untuk menjalankan peran seperti PFT yang
merupakan media komunikasi antara dokter, apoteker, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya dalam menentukan kebijakan dan melakukan monitoring
dan evaluasi sehingga semua profesi kesehatan mempunyai persepsi yang
sama dalam upaya pelayanan kesehatan
d. Perlu dilakukan pengawasan pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan sehingga
terlaksana pelayanan yang bermutu dan seragam
e. Perlunya penetapan batas nilai maksimum dan nilai minimum stok yang
berperan dalam perencanaan dan pengadaaan perbekalan farmasi sehingga
tidak terjadi kekosongan perbekalan farmasi
47 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International
Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi
di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Siregar, Charles.J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
49 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Denah Farmasi Poli Spesialis Pribadi dan Umum Rumah Sakit
Atma Jaya
Universitas Indonesia
KETERANGAN:
AA – AD : ALKES AN : BLADE DAN BC : : PENCATATAN
AE : BENANG PSIKOTROPIKA SUHU
ANTISEPTIK AO – AS : INJEKSI BD – BG : INFUS (DILAKUKAN
AF – AI : ALKES AT – AU : SALEP & BH – BI : NARKOTIKA PADA PUKUL
AJ : INJEKSI CENDO BJ – BK : COLD CHAIN 08.00 & 15.00)
AK – AM : ALKES AV – AW : SYRUP BL : KONSINYASI,
AX – BB : TABLET ALAT GIGI,
BAHAN
BAKU
BM : DONASI, B3,
CSSD
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv
ii Universitas Indonesia
Halaman
Gambar 4.1 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Februari
2013 ............................................................................................. 10
Gambar 4.2 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Maret
2013 ............................................................................................. 11
Gambar 4.3 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan April
2013 ............................................................................................. 11
Gambar 4.4 Diagram Persentase Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan
Februari-April 2013 ..................................................................... 12
Gambar 4.5 Diagram Persentase Spesialisasi Dokter yang Meresepkan Obat
Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Februari-April 2013 .............. 13
Gambar 4.6 Diagram Tiga Persentase Tertinggi Interaksi Obat Indeks Terapi
Sempit Pada Bulan Februari-April 2013 ..................................... 14
Halaman
Lampiran 1 Daftar Obat Indeks Terapi Sempit .............................................. .. 20
Lampiran 2 Jumlah Kombinasi Obat Indeks Terapi Sempit dengan Obat
Penyertanya selama Bulan Februari-April 2013 .......................... 21
Lampiran 3. Daftar Interaksi Obat Indeks Terapi Sempit ................................. 24
Lampiran 4. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bula Ferbruari
2013 .............................................................................................. 28
Lampiran 5. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Maret
2013 .............................................................................................. 35
Lampiran 6. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan April
2013 ............................................................................................. 43
iv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
a. Mengevaluasi frekuensi peresepan obat indeks terapi sempit berdasarkan
jumlah, jenis, dan spesialisasi dokter.
b. Mengevaluasi interaksi obat indeks terapi sempit.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
perkembangannya untuk menghindari terjadinya toksisitas yang lebih parah dan lebih
berbahaya (Jelliffe, R. W., et al., 2003).
Universitas Indonesia
8 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1 Peresepan Obat Indeks Terapi Sempit Bulan Februari sampai April
2013
4.1.1 Jumlah Resep Obat Indeks Terapi Sempit Bulan Februari sampai April
2013
Pada bulan Februari 2013, Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
menerima 574 lembar resep. Diantaranya terdapat 19 lembar resep yang
mengandung obat interaksi sempit atau dengan kata lain, persentase resep obat
interaksi sempit pada bulan Februari 2013 adalah sebesar 3,31%. Jumlah resep
terbanyak terjadi pada tanggal 11 dan 25 Februari, yaitu sebanyak 3 lembar resep.
Di bawah ini akan ditampilkan diagram jumlah resep obat indeks terapi sempit per
hari pada bulan Februari 2013.
3
2
1
0
1 6 7 11 14 15 16 18 20 25
Tanggal
Gambar 4.1 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Februari
2013
Pada bulan Maret 2013, Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
menerima 580 lembar resep. Diantaranya terdapat 16 lembar resep yang
mengandung obat interaksi sempit atau dengan kata lain, persentase resep obat
interaksi sempit pada bulan Maret 2013 adalah sebesar 2,76 %. Jumlah resep
terbanyak terjadi pada tanggal 27 Maret, yaitu sebanyak 4 lembar resep. Di bawah
10 Universitas Indonesia
ini akan ditampilkan diagram jumlah resep obat indeks terapi sempit per hari pada
bulan Maret 2013.
4
3
2
1
0
1 4 6 8 13 15 18 22 27
Tanggal
Gambar 4.2 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Maret 2013
Pada bulan April 2013, Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
menerima 590 lembar resep. Diantaranya terdapat 11 lembar resep yang
mengandung obat interaksi sempit atau dengan kata lain, persentase resep obat
interaksi sempit pada bulan April 2013 adalah sebesar 1,86 %. Jumlah resep
terbanyak terjadi pada tanggal 23 April, yaitu sebanyak 2 lembar resep. Di bawah
ini akan ditampilkan diagram jumlah resep obat indeks terapi sempit per hari pada
bulan April 2013.
2
Jumlah Resep
1.5
0.5
0
1 3 5 6 8 15 17 19 23 29
Tanggal
Gambar 4.3 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan April 2013
Universitas Indonesia
4.1.2 Obat Indeks Terapi Sempit yang Paling Banyak Diresepkan Bulan
Februari-April 2013
Di bawah ini akan ditampilkan persentase obat indeks terapi sempit yang
diresepkan dokter di Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU) selam bulan
Februari sampai dengan April 2013.
Clindamycin Mikrofenolat
Aminophilline 2% Mofetil
4% 2%
Carbamazepine
Digoxin 2%
9%
Natrium
Fenitoin
13%
Theophylline
68%
Persentase Obat Indeks Terapi Sempit
Gambar 4.4 Diagram Persentase Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan
Februari-April 2013
Dari diagram di atas, diketahui bahwa persentase tiga obat indeks terapi
sempit yang tertinggi selama bulan Februari sampai April adalah Theophylline,
yaitu sebesar 68%, Natrium Fenitoin 13 % dan Digoxin 9%. Selama bulan
Februari samapi April 2013, Aminophylline, Carbamezepin, Clindamycin, dan
Mikrofenolat Mofetil hanya muncul sebanyak masing-masing 4%, 2%, 2%, dan
2%.
4.1.3 Spesialisasi Dokter Yang Sering Meresepkan Obat Indeks Terapi Sempit
pada Bulan Februari-April 2013
Di bawah ini akan ditampilkan persentase spesialisasi dokter yang sering
meresepkan obat indeks terapi sempit di Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
selama bulan Februari sampai dengan April 2013.
Universitas Indonesia
Syaraf
Anak 2% THT
Penyakit 2%
Dalam 2%
7%
Bedah
2%
Umum
85%
Persentase Spesialisasi Dokter yang Meresepkan Obat
Indeks Terapi Sempit
dengan April 2013, atau sekitar 25,45%. Interaksi obat indeks terapi sempit
dengan obat penyertanya beserta akibat dan penanggulangannya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Di bawah ini akan ditampilkan tiga persentase tertinggi dari jumlah
interaksi obat indeks terapi sempit yang terjadi pada resep bulan Februari sampai
dengan April 2013.
Theophyllin-
Pseudoefedrine
29.24%
Gambar 4.6 Diagram Tiga Persentase Tertinggi Interaksi Obat Indeks Terapi
Sempit Pada Bulan Februari-April 2013
keparahan penyakit, selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi
sehingga sulit untuk diingat
c. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual
(populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang
berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar
individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang
parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama,
pemberian kronik).
Strategi pelaksanaan interaksi obat meliputi :
1. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi. Jika resiko interaksi
pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya maka harus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti. Pemilihan obat
pengganti tergantung pada apakah interaksi obat tersebut merupakan
interaksi yang berkaitan dengan kelas obat tersebut atau merupakan efek
obat yang spesifik.
2. Penyesuaian dosis obat Jika interaksi obat meningkatkan atau menurunkan
efek obat maka perlu dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua
obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.
Penyesuaian dosis diperlukan pada saat mulai atau menghentikan
penggunaan obat yang berinteraksi.
3. Pemantauan pasien Jika kombinasi yang saling berinteraksi diberikan,
maka diperlukan pemantauan pasien. Keputusan untuk memantau atau
tidak tergantung pada berbagai faktor, seperti karaktteristik pasien,
penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai menggunakan obat yang
menyebabkan interaksi dan waktu timbulnya reaksi interaksi obat.
4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya. Jika interaksi obat tidak
bermakna klinis atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut
merupakan pengobatan optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan peresepan obat indeks terapi sempit di Poli Spesialis Pribadi
dan Umum RS Atma Jaya, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai
berikut:
a. Jumlah resep obat indeks terapi sempit
(i) Jumlah resep dengan indeks terapi sempit pada bulan Februari 2013
adalah 19 lembar atau setara dengan 3,31% dibandingkan dengan
jumlah total seluruh resep pada bulan tersebut. Jumlah tertinggi resep per
hari sebesar 3 lembar, yaitu pada tanggal 11 dan 25 Februari 2013
(ii) Jumlah resep dengan indeks terapi sempit pada bulan Maret 2013 adalah
16 lembar atau setara dengan 2,76% dibandingkan dengan jumlah total
seluruh resep pada bulan tersebut. Jumlah tertinggi resep per hari sebesar
4 lembar, yaitu pada tanggal 27 Maret 2013
(iii) Jumlah resep dengan indeks terapi sempit pada bulan April 2013 adalah
11 lembar atau setara dengan 1,86% dibandingkan dengan jumlah total
seluruh resep pada bulan tersebut. Jumlah tertinggi resep per hari sebesar
2 lembar, yaitu pada tanggal 23 April 2013
b. Obat Indeks Terapi Sempit yang Paling Banyak diResepkan Bulan Februari-
April 2013
Obat Indeks Terapi Sempit yang Paling Banyak Diresepkan Bulan
Februari-April 2013 di Poli Spesialis Pribadi dan Umum adalah Theophylline,
yaitu sebesar 68%.
c. Spesialisasi Dokter Yang Sering Meresepkan Obat Indeks Terapi Sempit pada
Bulan Februari-April 2013
Spesialisasi dokter yang terbanyak memberikan obat indeks terapi
sempit adalah dokter umum, yaitu sebanyak 85%.
16 Universitas Indonesia
5.2 Saran
Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan
peresepan serta penggunaan obat indeks terapi sempit di PSPU RS Atma Jaya
adalah:
a. Sedapat mungkin menghindari pemberian obat-obat indeks terapi sempit
bersamaan dengan obat lain yang telah dipastikan akan menghasilkan interaksi
yang merugikan pasien.
b. Pembuatan daftar interaksi obat indeks terapi sempit dengan obat lain dan
membagikannya kepada dokter sehingga dokter dapat menghindari pemberian
obat-obat tersebut secara bersamaan.
c. Pelaksanaan survey secara berkala mengenai efektivitas dan reaksi obat tidak
diinginkan yang dialami pasien penerima resep dengan obat indeks terapi
sempit sebagai bahan evaluasi.
Universitas Indonesia
Setiawati, A., Suyatna, F.D., dan Gan, S., (2007). Pengantar Farmakologi.
Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Penerbit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 23.
Tatro D., (2006). Drug Interaction Facts TM, editor: David S. Tatro, Facts and
Comparisons, St. Louis, Missouri.
18 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Melda Silvia, FF, 2013
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Vit C 1
Niacinamide 1
Pantothenol 1
Lysine 1
Chlorampenicol 1
Bromhexine HCl 1
Metil Prednisolon 2
Thiampenicol 1
Diazepam 1
Polymigel 1
Ibuprofen 1
Bisoprolol 1
Amlodipin 1
Tinoridin HCl 1
Levofloxacin 1
Universitas Indonesia
(lanjutan)
Omeprazol 1
Fe Sukrosa 1
Diazepam 1
Digoksin Thiamazole 1
Spironolakton 1
Isosorbide Dinitrate 3
Alprazolam 1
Furosemide 3
Captopril 2
Kalium Aspartat 1
Vitamin B1 1
Vitamin B6 1
Vitamin B12 1
Aminophillin Levofloxacin 1
Codein 2
Chlorfeniramin Maleat 2
Ambroxol HCl 1
Gliseril Guaikolat 1
Sirupus Simplex 1
OBH combi 1
Succus Liquirhizae 1
Ammonium Klorida 1
Anise oil 1
Menthol 1
Peppermint oil 1
Alkohol 1
Betametason 1
Lincomicin 1
Klindamicin Paracetamol 1
Carbamazepin Simvastatin 1
Omprazol 1
Citicolin 1
JUMLAH 124 452
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2 Natrium Phenytoin Amoxicillin 2 Meningkatkan toksisitas Fenitoin (Possible increased phenytoin toxicity
with high-dose intravenous oxacillin (displacement from binding)
Based on single case report in hypoalbuminemic patient (1997)
and in vitro study; total phenytoin levels may be misleading
Asam Folat 2 Menurunkan efek fenitoin (karena peningkatan metabolisme fenitoin)
dan menurunkan efek asam folat (karena penurunan absorbsi dan
peningkatan metabolisme asam folat)
Monitoring konsentarsi fenitoin (metabolisme fenitoin
bergantung pada asam folat karena penambahan asam folat akan
meningkatkan metabolisme fenitoin)
Isonazid 3 Meningkatkan toksisitas fenitoin (karena penurunan metabolisme
fenitoin)
Monitoring konsentrasi fenitoin
Rifampicin 2 Menurunkan efek fenitoin (karena penurunan metabolisme fenitoin)
Monitoring konsentrasi fenitoin
Dexamethasone 2 Menurunkan efek deksametason (karena peningkatan metabolisme)
Universitas Indonesia
3 Digoxin Spironolacton 1 Memungkinkan toksisitas digoksin (karena penurunan klirens renal dan
penurunan metabolisme digoksin)
Monitor konsentrasi digoksin
Isosorbide Dinitrat 3 Menurunkan efek digoksin (karena peningkatan ekskresi ginjal)
Monitoring konsentrasi digoksin
Alprazolam 1 Memungkinkan toksisitas digoksin ( karena penurunan metabolisme dan
penurunan ekskresi ginjal.
Monitor konsentrasi digoksin
Furosemide 3 Munculnya toksisitas digoksin (karena deplesi kalium dan magnesium)
Monitor konsentrasi kalium dan magnesium
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Ferbruari 2013
Diazepam
3 06-02-2013 PSP20130206- Umum 5 Tahun 5 15,5 kg Theophyllin Amoxicillin
0021 Bulan Asa Klavulanat
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vit B12
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Codein HCl
Cefadroxil
Chlofeniramin Maleat
4 07-02-2013 PSP20130207- THT Aminophillin Codein HCl
0009 Chlorfeniramin Maleat
Betamethasone
Lincomycin
5 11-02-2013 PSP20130211- Mum 41 Tahun 43 kg Theophyllin Pirantel pamoat
0021 Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Amoxicillin
6 11-02-2013 PSP20130211- Umum 11 Tahun 31,4 kg Theophyllin Pseudoefedrin
0022 CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Universitas Indonesia
Amoxicillin
Pirantel Pamoat
Isoniazid
Piridoxin
Pizotifen
Koenzim vit B12
7 11-02-2013 PSP20130211- Umum 6 Tahun 16 kg Natrium Isoniazid
0030 10 Bulan fenitoin Piridoksin
Rifampicin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Asam Salisilat
Phenobarbital
Codein HCl
8 14-02-2013 PSP20130214- Umum 37 Tahun Klndamicin Paracetamol
0009
9 14-02-2013 PSP20130214- Penyakit Dalam Dewasa Mikrofenolat Metil Prednisolon
0010 mofetil Captopril
Chlorpenom
Paracetamol
Codein HCl
Salbutamol
Cefixime
10 15-02-2013 PSP20130215- Umum 8 Tahun 2 Theophyllin Chlorfeniramine Maleat
0026 Bulan Dexamethasone
Codein HCl
Triprolidin
Universitas Indonesia
Pseudoefedrin
Asam Salisilat
Polymigel
Phenobarbital
Amoxicillin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Isoniazid
Piridoksin
Rifampicin
11 15-02-2013 PSP20130215- Saraf Dewasa Carbamazepin Simvastatin
0022 Omprazol
Citicolin
12 16-04-2013 PSP20130216- Anak 1 Tahun 8 13 kg Theophyllin Ibuprofen
0010 Bulan Paracetamol
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Chlorfeniramine Maleat
Dexamethasone
Salbutamol
Codein HCl
Pizotifen
Amoxicillin
Asam Klavulanat
13 18-02-2013 PSP20130218- Umum 36 Tahun 94 kg Theophyllin Pseudoefedrin
0021 CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Universitas Indonesia
Codein HCl
Ciprofoxacin
Pirantel Pamoat
Bisoprolol
Asam Salisilat
Amlodipin
14 18-02-2013 PSP20130218- Umum 5 Tahun 9 15 kg Theophyllin Isoniazid
0024 Bulan Piridoksin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Tinoridin HCl
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
15 20-02-2013 PSP20130220- Umum 5 Tahun 1 Theophyllin Triprolidin
0016 Bulan Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Chlorfenirmine Maleat
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Isoniazid
Rifamicin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Universitas Indonesia
Levofloxacin
16 21-02-2013 PSP20130221- Bedah Sentral Dewasa Natrium Citicolin
0023 fenitoin Cefadroxil
Omeprazol
Fe Sukrosa
17 25-02-2013 PSP20130225- Umum 11 Bulan 10,3 kg Theophyllin Asam Salisilat
0015 Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Chlorfeniramine Maleat
Amoxicillin
Asam Klavulanat
18 25-02-2013 PSP20130225- Umum 7 Tahun 1 9 kg Theophyllin Amoxicillin
0025 Bulan Asam Klavulanat
Asamm Salisilat
Paracetamol
Phenobarbital
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vit B12
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Codein HCl
Chlofeniramine Maleat
19 25-02-2013 PSP20130225- Umum 7 Tahun 18 kg Theophyllin Asam Salisilat
0039 Paracetamol
Phenobarbital
Universitas Indonesia
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Pirantel Pamoat
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vi B12
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Piridoksin
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Maret 2013
Vit B6
Vit B 12
Vit C
Niacinamide
Pantothenol
Lysine
Asam folat
ISONIAZID
Rifampicin
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Salbutamol Sulfat
Deksametason
Codein
CTM
3 01-03-2013 PSP20130301- Umum Dewasa - Theophyllin Kalium Diklofenak
0029 Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Pirantel Pamoat
4 04-02-2013 PSP20130304- Umum 9 Tahun 3 24,5 kg Theophyllin Pseudoefedrin
0021 Bulan CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Universitas Indonesia
Salbutamol Sulfat
Codein HCl
Paracetamol
Cefadroxil
5 04-03-2013 PSP20130304- Umum 12 Tahun 20 kg Theophyllin Pseudoefedrin
0024 2 Bulan CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
ISONIAZID
Rifampicin
Pirantel Pamoat
Pirazinamid
Pizotifen
6 06-03-2013 PSP20130306- Umum 1 tahun 4 8,65 kg Natrium Isoniazid
0007 bulan fenitoin Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Amoxicillin
Asam Salisilat
Triprolidine
Pseudoephedrine
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
7 06-03-2013 PSP20130306- Umum 40 Tahun 71,7 kg Theophyllin Pseudoefedrin
0014 CTM
Universitas Indonesia
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Asam Mefenamat
Salbutamol Sulfat
Pirantel Pamoat
Ciprofloxacin
Ranitidine
8 08-03-2013 PSP20130308- Umum 6 Tahun 2 22,5 kg Theophyllin Triprolidine
0018 Bulan Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Pirantel Pamoat
9 13-03-2013 PSP20130313- Umum 2 Tahun 5 10,8 kg Theophyllin Amoxicillin
0013 Bulan Asam Klavulanat
Sulfamethoxazol
Trimethoprim
Nifuroxazide
Pseudoefedrin HCl
Terfenadin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Isoniazid
Piridoksin
Pizotifen
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Asam Salisilat
Phenobarbital
15 27-03-2013 PSP20130327- Umum 3 Tahun 9 13 kg Theophyllin ISONIAZID
0021 Bulan Piridoksin
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Amoxicillin
Asam Salisilat
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
CTM
16 27-03-2013 PSP20130327- Umum 2 Tahun 5 10 kg Theophyllin Asam Salisilat
0022 Bulan Phenobarbital
Amoxicillin
Triprolidine
Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Isoniazid
Piridoksin
Pizotifen
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan April 2013
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Pizotifen
Keonzim Vitamin B12
Pirantel Pamoat
4 06-04-2013 PSP20130406- Penyakit Dalam Dewasa Digoxin Thiamazole
0013 Spironolakton
Isosorbide Dinitrate
Alprazolam
5 08-04-2013 OSO20130408- Umum 21 Tahun 64,4kg Theophyllin Pseudoefedrin
0029 CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Thiampenicol
Amoxicillin
Prednison
Ranitidin
6 15-04-2013 PSP20130415- Umum Dewasa Digoxin Furosemide
0009 Isosorbide Dinitrate
Captopril
Kalium Aspartat
7 17-04-2013 PSP20130417- Umum 6 Tahun 1 18 kg Theophyllin Paracetamol
0015 Bulan Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Universitas Indonesia
Chlorfeniramin Maleat
Tiamphenicol
Amoxicillin
8 19-04-2013 PSP20130419- Umum 12 Bulan 9,18 kg Theophyllin Dexamethasone
0012 Amoxicillin
Betamethasone
Dexchlorfeniramin Maleat
Pizotifen
9 23-04-2013 PSP20130423- Penyakit Dalam Dewasa Digoxin Furosemide
0001 Isosorbide Dinirate
10 23-04-2013 PSP20130423- Umum Dewasa Digoxin Furosemide
0011 Isosorbide Dinitrate
Captopril
Vitamin B1
Vitamin B6
Vitamin B12
11 29-04-2013 PSP20130429- Umum 36 Tahun Aminophilin Levofloxacin
0002 Codein
Chlorfeniramin Maleat
Ambroxol HCl
Gliseril Guaikolat
Sirupus Simplex
OBH combi
Succus Liquirhizae
Ammonium Klorida
Anise oil
Menthol
Peppermint oil
Alkohol
Universitas Indonesia