ANGKATAN LXXVI
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Atma Jaya ini.
Dalam kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1.
Bapak dr. Hinarto Satryana, MSc, selaku Direktur Medis dan Keperawatan
RS Atma Jaya.
2.
Ibu Nancy Raissa, S.Farm, Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RS Atma
Jaya dan sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan
selama ini.
3.
Bapak Prof. Maksum Radji, M. Biomed., Ph. D., Apt selaku pembimbing
dari Fakultas Farmasi UI yang telah membimbing dan meluangkan
waktunya selama ini.
4.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
5.
Bapak Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI.
6.
7.
8.
Seluruh keluarga dan teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan.
9.
Penulis
iv
NPM
: 1206313343
Program Studi
: Apoteker
Departemen
: Farmasi
Fakultas
: Farmasi
Jenis karya
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2013
Yang menyatakan
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
HALAMAN PUBLIKASI............................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
i
iii
iv
v
vi
vii
viii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang ..................................................................................
1.2. Tujuan Penelitian ..............................................................................
1
1
2
3
3
3
3
4
5
5
23
25
29
30
30
30
31
31
31
32
4. PEMBAHASAN .....................................................................................
4.1. Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya ......................................................
4.2. Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Atma Jaya........................
4.3. Pelayanan Publik Rumah Sakit Atma Jaya .......................................
38
38
45
45
47
47
47
49
50
vi
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
viii
8
9
21
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
2.
3.
4.
ix
51
52
53
54
55
56
57
58
59
61
62
63
64
65
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Dengan pelaksanaan PKPA di RS Atma Jaya, diharapkan mahasiswa dan
mahasiswi calon apoteker :
1. Mengetahui dan memahami kegiatan Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
2. Mengamati dan memahami secara langsung tugas, peran, dan tanggung jawab
apoteker dalam pelayanan Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1.
b.
c.
d.
2.3.
Universitas Indonesia
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya (DPR RI, 2009c).
Berdasarkan pengelolaannya RS dapat dibagi menjadi RS Publik dan RS
Privat. RS Publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
hukum yang bersifat nirlaba. RS Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. RS Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero (DPR RI, 2009c).
Selain RS publik dan privat, juga terdapat RS Pendidikan, yaitu RS yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
pendidikan profesi
kedokteran,
dan
c.
d.
2.4.
Organisasi RS paling sedikit terdiri atas Kepala RS atau Direktur RS, unsur
Universitas Indonesia
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.6
penunjang kesehatan dalam rangka melaksanakan fungsi FRS dan dipimpin oleh
seorang apoteker (Siregar, 2003).
obat
yang
bermutu,
termasuk
pelayanan
farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. FRS bertanggung jawab
terhadap semua barang farmasi yang beredar di RS tersebut (Ditjen Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2004).
Tujuan pelayanan farmasi ialah :
Universitas Indonesia
data
riil
konsumsi
periode
lalu
dengan
berbagai
Konsumsi
Morbiditas
kebutuhan sebenarnya
perhitungan
penyakit
- Mendukung ketidakrasionalan
dalam penggunaan
jenis
kategori
dan
- Analisis VEN
Menentukan apakah satu jenis perbekalan farmasi termasuk vital (V),
esensial (E), atau non-esensian (N). Vital berarti diperlukan untuk live
saving, esensial berarti efektif menyembuhkan penyakit, dan nonesensial berarti
sembuh
perbekalan
farmasi
untuk
penyakit
yang
VA
VB
VC
EA
EB
EC
NA
NB
NC
v. Pengadaan
Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga dan
waktu berlebihan. Dalam
memilih
pemasok,
perhatikan
mutu
pelayanan
pengembalian
pemasok,
barang,
dan
dapat dipercaya,
pengemasan.
kebijakan
Pengadaan dapat
Universitas Indonesia
10
tawar
menawar,
dilakukan
bila
item
tidak
steril
dapat
dilakukan
produksi
sirup,
salep,
sediaan
steril, TPN, IV
admixture. Untuk IV
Universitas Indonesia
11
Penerimaan
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
Penyimpanan
Merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
12
13
Mempermudah penagihan biaya pasien
Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode ini di
suatu RS yaitu sebagai berikut:
Terjadinya
delay
time
dalam
proses
penyiapan
obat
istilah
depo
farmasi/satelit
farmasi.
Pada
desentralisasi,
yang
sentral.
Memeriksa permintaan obat dengan melihat Medication Administration
Record (MAR).
Menuliskan nama generik dari obat pada MAR.
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan distribusi.
Berdasarkan pemberian obat ke pasien rawat inap, sistem distribusi di
RS, dibagi menjadi Sistem Resep Individual, Sistem Persediaan Lengkap
di Ruang (total floor stock), Sistem Kombinasi Individual dan Persediaan
Universitas Indonesia
14
tersebut.
Dalam
sistem
ini,
15
dipasok
oleh
16
modal
investasi,
untuk
menyediakan
fasilitas
17
Kesalahan obat dapat terjadi (obat persediaan di ruang)
Sistem distribusi obat dosis unit atau unit dose dispensing (UDD)
adalah metode dispensing dan pengendalian obat yang dikoordinasikan
IFRS dalam RS. Sistem dosis unit dapat berbeda bentuk, tergantung pada
kebutuhan khusus RS. Akan tetapi, unsur khusus berikut adalah dasar dari
semua sistem dosis unit, yaitu obat dikandung dalam kemasan unit tunggal,
didispensing dalam bentuk siap konsumsi, yang pada kebanyakan obat tidak
lebih dari 24 jam persediaan dosis, dan dihantarkan ke atau tersedia pada
ruang perawatan penderita setiap waktu.
Pada sistem distribusi unit dosis, salah satu administrasi yang
dilakukan adalah Profil Pengobatan Pasien (P-3), yaitu pemantauan
kerasionalan obat yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan dosis,
ketepatan pasien, ketepatan obat, dan waspada terhadap efek samping obat.
Dengan adanya P-3 apoteker dapat membantu dokter dalam meningkatkan
keberhasilan pengobatan. Dalam hal ini apoteker berperan dalam memantau
mengevaluasi pemakaian obat dalam hal cara pemakaian, dosis, indikasi,
efek samping obat, dan interaksi obat serta rekapitulasi harga.
Keuntungan dari sistem distribusi obat dosis unit adalah sebagai
berikut:
Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh
IFRS sehingga perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk
perawatan langsung penderita.
18
pemantauan
penggunaan
obat menyeluruh
Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja
IFRS dan penjadwalan staf
dari tiga metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan
dan kondisi suatu RS.
hanya
desentralisasi
ini
saja
sistem
distribusi
obat
19
ix.
Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat di unit pelayanan. Tujuannya agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan perbekalan farmasi di unit pelayanan. Dalam pengendalian
dibuat perkiraan pemakaian rata- rata periode tertentu dan ditentukan stok
optimum dan stok pengaman dengan memperhitungkan waktu tunggu.
Selain itu perlu juga diperhatikan rekaman pemberian obat, pengembalian
obat yang tidak digunakan, dan pengendalian obat dalam ruang bedah dan
pemulihan.
x.
Penghapusan
Merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang
tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, dan tidak memenuhi syarat, dengan
cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuannya untuk menjamin
perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat dikelola sesuai standar
yang berlaku. Penanganannya sebagai berikut :
- Catatan dari manufaktur harus tertera pada resep rawat jalan, P-3
pasien rawat tinggal, rekaman pengendalian kemasan, dan pada daftar
persediaan dan etiket yang bersangkutan
- Dokumen tersebut dikaji untuk menetapkan penerima nomor batch
perbekalan farmasi yang ditarik
- Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara
klinik,
20
Pencatatan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan farmasi
yang keluar dan masuk IFRS, dilakukan menggunakan kartu stok yang
berfungsi untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi, tiap lembar hanya
untuk 1 jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 jenis sumber
anggaran, dan digunakan untuk menyusun laporan. Kartu stok diletakkan
dekat dengan perbekalan farmasi yang bersangkutan, dicatat setiap hari, dan
dijumlahkan tiap bulan. Di ruang masing- masing penanggung jawab,
diletakkan kartu stok induk sebagai kendali bagi kepala IFRS.
Tabel 2.3 Perbedaan Komposisi kartu Stok dan Kartu Stok Induk
Kartu Stok
Judul
Nama,
kemasan,
isi, Nama,
sumber dana
satuan,
asal,
Kolom
Tanggal
keluar/masuk, Tanggal
keluar/masuk,
tanda
bukti,
jumlah penerimaan/pegeluaran,
penerimaan/pengeluaran,
sisa
stok,
tanggal
Universitas Indonesia
21
Pelaporan
Pelaporan
dan
pendataan
kegiatan
data
yang
akurat, informasi
yang
akurat,
arsip
yang
jumlah
resep,
kepatuhan
terhadap
formularium,
sama dengan
pasien
dan
profesi
kesehatan lainnya
(Ditjen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004). Tujuan dari pelayanan farmasi
ini adalah:
a.
b.
c.
22
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
b.
informasi mengenai obat dan bahan yang diperlukan oleh dokter, perawat, para
medik, dan pasien, sebab dokter atau staf medik memerlukan informasi siap
pakai, yang relevan, akurat dan tepat pada tempat dan saat diperlukan untuk
mengambil keputusan agar pengobatan mencapai sasaran.
Universitas Indonesia
23
c.
d.
e.
f.
g.
2.7.
b.
Menurunkan
angka
kejadian
infeksi
dan
membantu
mencegah
Universitas Indonesia
24
d.
a.
b.
c.
d.
maksimumnya.
e.
Memberi label: setiap kemasan harus memiliki label yang menjelaskan isi
dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan tanggal kadaluarsa
proses sterilisasi.
f.
g.
h.
i.
kesehatan (x-ray TBC dan data fisik minimal setahun sekali), status imunisasi
(hepatitis B, tetanus, dan demam tifoid), dan laporan mengenai penyakit yang
dialami selama bekerja di CSSD minimal setahun sekali. Kualitas tenaga yang
bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas dan tanggung
jawabnya, yang dibedakan menjadi tenaga manajer dan tenaga pelayanan
sterilisasi.
Tenaga kerja di CSSD harus menggunakan alat pelindung diri, berupa
penutup kepala, apron lengan panjang, sarung tangan, masker high filtration, dan
tight fitting google. Selain itu harus ada alas kaki khusus. Bangunan CSSD harus
Universitas Indonesia
25
2.8.
Universitas Indonesia
26
kebijakan-kebijakan
mengenai
pemilihan
obat
dan
PFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru
atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis
c.
d.
e.
Melakukan
tinjauan
terhadap
penggunaan
obat
di
RS
dengan
g.
27
yang dilakukan bagi tiap RS dapat bervariasi sesuai dengan kondisi RS setempat :
a.
b.
Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika RS tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka
sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari
IFRS atau apoteker yang ditunjuk.
c.
Panitia
Farmasi
dan
Terapi
harus
mengadakan
rapat
secara
e.
Membina
hubungan
kerja
dengan
panitia
di
dalam
RS
yang
b.
28
c.
d.
e.
f.
g.
sudah disepakati
dalam
pertemuan
h.
Menunjang
pembuatan
pedoman
diagnosis
dan
terapi,
pedoman
j.
k.
l.
Melaksanakan
umpan
balik
hasil
pengkajian
pengelolaan
dan
Halaman judul
b.
c.
Daftar isi
d.
f.
Lampiran
Sistem yang dipakai adalah sistem di mana prosesnya tetap berjalan terus,
dalam arti kata bahwa sementara formularium itu digunakan oleh staf medis, di
lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi mengadakan eveluasi dan menetukan
Universitas Indonesia
29
ada
di
pasaran,
dengan
lebih
2.9.
Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
(Undang- Undang Republik Indonesia No.25 tahun 2009).
RS merupakan salah satu contoh pelayanan publik (jasa publik)
dalam bidang pelayanan kesehatan. Pelayanan publik yang diberikan di
RS
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT ATMA JAYA
3.1
diresmikan oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada tanggal 9 Mei 1977. RSAJ
terletak di wilayah Jakarta Utara dengan luas bangunan 10.041 m2 dan luas lahan
39.930 m2. Rumah Sakit ini resmi digunakan sebagai RS pendidikan Yayasan
Atma Jaya untuk menunjang pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Atma
Jaya sejak tahun 1979 hingga saat ini. Pada tahun 1999, RSAJ mendapat
akreditasi penuh untuk 5 bidang, kemudian pada tahun 2007 mendapat akreditasi
penuh untuk 16 bidang. Sejak Oktober 2009, RSAJ ditetapkan sebagai RS kelas
B.
3.2
30
Universitas Indonesia
31
layanan yang berlandaskan cinta kasih, etos kerja yang andal, pemberdayaan
warga RSAJ menjadi pribadi dengan integritas tinggi yang senantiasa
meningkatkan kemampuan diri dan kemampuan bekerja sama
Tujuan
RSAJ
adalah
menyelenggarakan
kegiatan
agar
dapat
merealisasikan:
a. Penyelenggaraan
layanan
kesehatan
primer,
medis
spesialistik,
dan
3.3
bukan milik pemerintah serta memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
12 spesialistik (4 pelayanan spesialis dasar yaitu penyakit dalam, kesehatan anak,
bedah, dan kebidanan dan kandungan, serta 8 pelayanan medik spesialistik lain
yaitu THT, kesehatan jiwa, saraf, mata, kulit dan kelamin, gigi dan mulut,
ortopedi, dan urologi) dan 2 sub spesialistik (pelayanan ginjal hipertensi dan
perinatologi). Rumah Sakit Atma Jaya juga merupakan RS privat karena dikelola
oleh Yayasan Atma Jaya, dan RS Pendidikan bagi FKUAJ.
3.4
3.5
dan 12 dokter tidak tetap) pada pelayanan medik dasar. Pelayanan medik spesialis
dasar dilakukan oleh 4 dokter spesialis THT, 5 dokter ahli jiwa, 4 dokter ahli
saraf, 5 dokter spesialis mata, 2 dokter ahli penyakit kulit dan kelamin, 2 dokter
ahli gigi dan mulut, 1 dokter ahli ortopedi, 6 dokter ahli penyakit dalam, dan 6
Universitas Indonesia
32
dokter spesialis bedah. Pelayanan medik sub spesialis dilakukan oleh 1 dokter ahli
ginjal hipertensi dan 1 dokter ahli perinatologi.
Pelayanan spesialis penunjang dilakukan oleh dokter ahli radiologi, ahli
patologi klinik, ahli patologi anatomi, ahli psikologi, ahli gizi klinik, dan spesialis
rehabilitasi medik yang masing-masing berjumlah 1 orang serta 3 dokter anestesi.
Selain itu, RSAJ memiliki 3 apoteker, 20 asisten apoteker, 130 perawat, 39 nonkeperawatan, dan 256 non kesehatan.
3.6
3.6.1
a. Setiap manusia mempunyai citra dan martabat yang unik sebagai ciptaan
Allah
b. Iman, pengharapan, dan cinta kasih sesama merupakan sumber semangat
RSAJ memberdayakan sesama dalam upaya peningkatan pemeliharan dan
pemulihan kesehatan
c. Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan
wajib ikut serta dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya
d. IFRS Atma Jaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan RSAJ yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien RSAJ dengan penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat
Tujuan Instalasi Farmasi RSAJ adalah:
a. Pelayanan
Instalasi
Farmasi
RSAJ
dilaksanakan
secara
profesional
33
3.6.2
3.6.3
a. Pemilihan/Seleksi Obat
Pemilihan obat dilakukan berdasarkan pemakaian dan kebutuhan pasien
rawat inap maupun rawat jalan di RSAJ serta rekomendasi dari dokter.
34
baik untuk asisten Apoteker maupun untuk pasien. Apoteker juga bertugas dalam
bidang logistik, yaitu dalam mengawasi, merencanakan, dan mengatur kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi serta aktif dalam sub Komite Farmasi dan Terapi
Universitas Indonesia
35
3.6.4
antara sentral
sterilisasi
dengan
unit
pelayanan
yang
jawab
unit
sterilisasi
adalah
petugas
yang
ditetapkan
36
bekas
pakai
harus
dibersihkan/didesinfeksi
dan
pencucian
dan
pengeringan,
pengemasan,
penandaan,
sterilisasi,
3.6.5
dan
standar terapi
3.6.6
kesehatan terhadap pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS), Keluarga Miskin (Gakin),
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1
4.1.1
tugas
pelayanannya,
kesehatan lainnya sehingga tercipta suatu sistem pelayanan yang utuh. Setiap
kegiatan yang berlangsung di Instalasi Farmasi RSAJ dilakukan berdasarkan
prosedur yang berlaku di RSAJ, namun staf farmasi masih kurang lengkap dalam
memberikan informasi kepada pasien. Hal ini mungkin juga disebabkan karena
keterbatasan waktu akibat antrian pasien yang cukup panjang sehingga membuat
kualitas pelayanan di instalasi farmasi, khususnya dalam hal pemberian informasi
obat menjadi kurang memuaskan.
Ditinjau dari segi ruangan, Instalasi Farmasi RSAJ memiliki ruang yang
cukup untuk melakukan pelayanan kefarmasian. Ruangan yang ada terdiri dari
ruang penyimpanan
Universitas Indonesia
39
sebelumnya belum pernah dilakukan pembelian, maka pihak RSAJ akan meminta
Certificate of Analysis produk jadi dan bahan baku, Material Safety Data Sheet,
sertifikat CPOB, bukti registrasi, dan izin usaha dari pabrik penghasil produk serta
daftar harga dari produk tersebut. Selain itu juga diminta contoh produk dan
kelengkapan informasi, misalnya brosur, uji bioavailabilitas/bioekuivalensi,
dan uji klinik. Pihak dari pabrik juga diminta untuk menjelaskan khasiat,
Universitas Indonesia
40
kelebihan, dan kekurangan dari produk tersebut secara lisan (datang ke RSAJ).
Pihak pabrik harus mendapat persetujuan dari user RSAJ sebanyak minimal 3
orang, yaitu calon pemakai produk tersebut, bahwa produk tersebut disetujui
untuk digunakan di RSAJ. Jika semua persyaratan tersebut sudah lengkap, maka
rencana pembelian produk baru tersebut akan dibawa ke rapat PFT. Setelah
disetujui, produk tersebut akan dibeli melalui PBF yang ditunjuk oleh pabrik
tersebut.
Penyusunan perbekalan farmasi di instalasi sudah cukup baik. Setiap obat
diletakkan dalam kotak kecil dan disusun pada rak obat yang tidak terlalu tinggi
sehingga tidak menyulitkan pekerja dalam mengambilnya serta disusun berdasar
alfabet. Obat fast moving juga diletakkan di tempat yang dekat dengan jangkauan
sehingga mempercepat pengambilan. Obat yang sudah mendekati kadaluarsa
diberi tanda untuk digunakan terlebih dahulu dan disosialisasikan ke tenaga
kesehatan lainnya. Di setiap jenis obat terdapat kartu stok yang akan diisi setiap
kali ada obat yang masuk atau keluar. Suhu penyimpanan di lemari pendingin
selalu diperiksa setiapa hari pada waktu yang sama untuk memastikan bahwa suhu
lemari pendingin tetap stabil. Penempatan
41
42
pengeluaran/pemasukan
gakin/KJS/SKTM/asuransi.
obat,
laporan
jumlah
resep
4.1.2
farmasi yang terletak terpisah cukup jauh dari instalasi sehingga cukup
memperlambat distribusi dari perbekalan tersebut. Penyimpanan perbekalan
farmasi berupa obat dan cairan infus telah berjalan dengan baik. Perbekalan
farmasi tersebut diletakkan di atas palet atau di dalam lemari/rak dan tersusun
secara alfabetis serta bentuk sediaan. Penyusunan dan pengelompokkan obat
Universitas Indonesia
43
yang rapih dan tertata sangat memudahkan penyiapan pendistribusian obat dan
cairan infus setiap harinya. Perbekalan farmasi yang membutuhkan suhu rendah
juga telah disimpan dengan baik pada lemari pendingin yang suhunya diperiksa
dengan rutin sehingga menjamin kondisi obat tetap stabil dalam penyimpanan
Penyimpanan obat golongan narkotik dan psikotropik dipisahkan pada
lemari khusus. Lemari narkotika memiliki kunci yang dipegang oleh petugas,
sedangkan lemari psikotropika memiliki kunci digital. Obat-obat golongan ini
juga tersusun rapi secara alfabetis dan memiliki kartu stok tepat di samping
persedian obat. Kondisi penyimpanan ini akan menjamin keamanan penggunaan
narkotik dan psikotropik serta memudahkan pemantauan perputaran obat.
Perbekalan farmasi yang fast moving, slow moving, dan yang sudah
mendekati masa kadaluarsa tidak dipisahkan dari perbekalan lainnya. Perbekalan
farmasi yang telah mendekati masa kadaluarsa hanya diberikan tanda dengan
warna mencolok namun tidak dipisahkan kecuali barang tersebut memang sudah
kadaluarsa.
Penyimpanan dan penyusunan perbekalan farmasi berupa alat-alat
kesehatan kurang baik dilakukan karena penyusunan yang kurang tertata secara
alfabetis. Hal ini memperlambat penyiapan distribusi alat kesehatan serta dapat
mempersulit pengawasan perputaran alat kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan
karena keterbatasan ruangan tempat penyimpanan alat kesehatan yang kurang
memungkinkan untuk dilakukan penyusunan alfabetis yang teratur.
Proses pengadaan dimulai dengan perencanaan melalui penyusunan
defekta yang kemudian diajukan ke bagian pengadaan dan disetujui oleh direktur
medis atau direktur keuangan. Setelah memperoleh persetujuan, dilakukan
pembuatan Purchase Order (PO) oleh bagian pengadaan yang akan dikirim ke
distributor untuk pembelian perbekalan farmasi. Seringkali terdapat kendala
dalam tahapan perencanaan karena logistik farmasi RSAJ belum memiliki nilai
minimum dan maksimum pembelian produk yang umumnya dipakai dalam
pertimbangan perencanaan pemesanan. Hal ini yang menyebabkan sering
terjadinya penumpukkan barang hingga kadaluarsa akibat pemesanan yang
berlebihan namun juga sering terjadi kekosongan obat karena penggunaan
perputaran obat yang cepat namun tidak diimbangi dengan kecepatan pemesanan.
Universitas Indonesia
44
dan keikutsertaan
Apoteker dalam ronde (visite) telah direncanakan namun prosedur dan waktu
pelaksanaannya masih belum ditetapkan.
45
4.2
Kegiatan utama
formularium
dari
PFT
yang
paling
mononjol
adalah
merevisi
kepada masyarakat,
termasuk
masyarakat
miskin,
adalah
tidak
mampu,
dengan
dan
memenuhi
kelengkapan data yang diperlukan berupa fotokopi kartu gakin, resep, KTP,
Kartu Keluarga, dan surat pengajuan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga
Miskin (JPK Gakin) serta lampiran surat pengantar kredit yang diperoleh dari
loket administrasi. Selain pelayanan terhadap Gakin, sejalan dengan program
pemerintah DKI Jakarta yaitu Kartu Jakarta Sehat (KJS), RSAJ menjadi salah satu
rumah sakit yang bertugas memberikan pelayanan KJS pada pasien tidak mampu.
Bagi pasien KJS, persyaratan yang harus dilengkapi adalah fotokopi KTP DKI
Jakarta, Kartu Keluarga, Surat Rujukan dari Puskesmas, dan surat pengantar
kredit yang diperoleh dari bagian administrasi.
Biaya pengobatan pasien tidak mampu akan ditanggung oleh pemerintah,
kemudian RSAJ akan menagih biaya tersebut dengan memberikan fotokopi resep
pasien dan bukti surat pernyataan yang telah ditandatangani oleh pasien.
Pengobatan pada masyarakat miskin dan tidak mampu menggunakan obat
generik dan jika tidak ada generiknya barulah diberi obat nama dagang.
Begitu juga dengan pasien asuransi, namun untuk pasien asuransi ini ketentuan
berlaku sesuai dengan perjanjian antara RSAJ dengan perusahaan masing-masing.
Pasien tidak mampu akan mendapatkan pelayanan gratis dan bebas biaya obat
dengan anggaran Rp. 500.000,- per hari. Jika melebihi itu, diperlukan persetujuan
dari Direktur RSAJ. Pasien tidak mampu mendapat keringanan 50% dari biaya
perawatan atau pemeriksaan medisnya namun tidak diberi keringanan untuk obatUniversitas Indonesia
46
obatan.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya melaksanakan kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi, meliputi pemilihan,
perencanaan,
pelayanan
5.2. Saran
a. Pelayanan kefarmasian di RSAJ perlu ditingkatkan lagi, terutama dalam
bidang farmasi klinik demi memaksimalkan kualitas pelayanan dan
sasaran terapi bagi pasien sehingga untuk itu diperlukan tenaga apoteker yang
lebih banyak lagi sesuai dengan beban kerja yang dimiliki.
b. Perlu dilakukan pengembangan kualitas sumber daya tenaga kefarmasian
seperti memberikan pelatihan/training/studi banding/seminar (khususnya
pelatihan pemberian informasi untuk asisten apoteker) sehingga kualitas
pelayanan kefarmasian dapat ditingkatkan.
c. Perlu diadakan komite khusus untuk menjalankan peran seperti PFT yang
merupakan media komunikasi antara dokter, apoteker, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya dalam menentukan kebijakan dan melakukan monitoring
dan evaluasi sehingga semua profesi kesehatan mempunyai persepsi yang
sama dalam upaya pelayanan kesehatan
d. Perlu dilakukan pengawasan pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan sehingga
terlaksana pelayanan yang bermutu dan seragam
e. Perlunya penetapan batas nilai maksimum dan nilai minimum stok yang
berperan dalam perencanaan dan pengadaaan perbekalan farmasi sehingga
tidak
terjadi
kekosongan
47
perbekalan
farmasi
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia
No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta.
Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia
No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Dewan Perwakilan Rakyat RI. (2009c). Undang-Undang Republik No.44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International
Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi
di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan. (2010). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 1197/Menkes/SK/2204 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central
Sterile Supply Department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta.
Siregar, Charles.J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
49
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
51
Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
54
Lampiran 4. Denah Farmasi Poli Spesialis Pribadi dan Umum Rumah Sakit
Atma Jaya
Universitas Indonesia
55
KETERANGAN:
AA AD : ALKES
AE
:
ANTISEPTIK
AF AI : ALKES
AJ
: INJEKSI
AK AM : ALKES
AN
: BLADE DAN
BENANG
AO AS : INJEKSI
AT AU : SALEP &
CENDO
AV AW : SYRUP
AX BB : TABLET
BC
:
PSIKOTROPIKA
BD BG : INFUS
BH BI : NARKOTIKA
BJ BK : COLD CHAIN
BL
: KONSINYASI,
ALAT GIGI,
BAHAN
BAKU
BM
: DONASI, B3,
CSSD
: PENCATATAN
SUHU
(DILAKUKAN
PADA PUKUL
08.00 & 15.00)
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
63
Universitas Indonesia
64
Universitas Indonesia
65
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVI
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1. Interaksi Obat ......................................................................................... 3
2.2. Obat Indeks Terapi Sempit .................................................................... 6
BAB 3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
8
8
8
8
8
9
9
ii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Februari
2013 ............................................................................................. 10
Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Maret
2013 ............................................................................................. 11
Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan April
2013 ............................................................................................. 11
Diagram Persentase Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan
Februari-April 2013 ..................................................................... 12
Diagram Persentase Spesialisasi Dokter yang Meresepkan Obat
Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Februari-April 2013 .............. 13
Diagram Tiga Persentase Tertinggi Interaksi Obat Indeks Terapi
Sempit Pada Bulan Februari-April 2013 ..................................... 14
iii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Obat Indeks Terapi Sempit .............................................. .. 20
Lampiran 2 Jumlah Kombinasi Obat Indeks Terapi Sempit dengan Obat
Penyertanya selama Bulan Februari-April 2013 .......................... 21
Lampiran 3. Daftar Interaksi Obat Indeks Terapi Sempit ................................. 24
Lampiran 4. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bula Ferbruari
2013 .............................................................................................. 28
Lampiran 5. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Maret
2013 .............................................................................................. 35
Lampiran 6. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan April
2013 ............................................................................................. 43
iv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam praktek pengobatan biasanya pasien menerima resep dari dokter
yang memuat lebih dari dua macam obat. Kebiasaan pasien untuk berobat ke
beberapa dokter untuk penyakit yang sama dan kebiasaan beberapa orang untuk
mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di took-toko obat
secara bebas akan meningkatkan kemungkinan interaksi obat. Peristiwa interaksi
obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih.
Interaksi dapat menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga
dapat menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya
kejadian interaksi obat dengan efek yang tidak diinginkan adalah akibat makin
banyaknya
dan
makin
seringnya
penggunaan
apa
yang
dinamakan
Universitas Indonesia
1.2
Tujuan
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Interaksi Obat
2.1.2
dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu
obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau
kurang aktif.
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain,
obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat (Tatro, 2006) yaitu:
a. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau
diubah oleh obat lain
b. Obat presipitan (precipitant drug), yakni obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi atau efek obat lain.
2.1.2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.2
satu dengan yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien
terhadap interaksi obat. Pasien yang rentan terhadap interaksi obat antara lain:
2.2
hubungan antara dosis terapi dan dosis obat yang menimbulkan efek toksik. Indeks
terapi hanya berlaku untuk satu efek terapi, maka obat yang mempunyai beberapa
efek terapi juga mempunyai beberapa indeks terapi. Misalnya aspirin, indeks
terapinya sebagai analgesic lebih besar dibandingkan dengan indeks terapinya sebagai
anti reumatik, karena dosis anti reumatik lebih bear daripada dosis analgesik
(Setiawati, A., Suyatna, F.D., dan Gan, S., 2007).
Obat yang memiliki indeks terapi sempit harus diberikan dengan dosis yang
tepat. Jika terlalu terlalu rendah mungkin tidak akan efektif menghasilkan efek terapi
seperti yang diharapkan, namun jika terlalu tinggi cenderung menghasilkan efek
toksik. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan perencanaan dan individualisasi dosis
untuk setiap pasien, sehingga dapat mencapai target yang diinginkan. Selain itu perlu
juga dilakukan pengamatan terhadap pasien dan jika perlu pemantauan konsentrasi
serum pada interval yang tepat. Pemantauan interval ini harus cukup sering dilakukan
sehingga kita dapat mengevaluasi pasien ketika ada perubahan kecil saat pengamatan,
sehingga jika toksisitas muncul, segera dapat dideteksi dalam tahap awal
Universitas Indonesia
perkembangannya untuk menghindari terjadinya toksisitas yang lebih parah dan lebih
berbahaya (Jelliffe, R. W., et al., 2003).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
ini
merupakan
pengkajian
secara
retrospektif
yang
menggunakan data peresepan pada Bulan Februari April 2013. Data yang
diambil adalah obat indeks terapi sempit beserta dengan obat penyertanya.
Kemudian dicari interaksi yang mungkin akan muncul antara obat penyerta
dengan obat yang memiliki indeks terapi sempit yang ada di dalam resep tersebut.
3.3
Batasan Masalah
Data yang memenuhi syarat adalah data obat indeks terapi sempit yang
diresepkan oleh dokter di Poli Spesialis Umum dan Pribadi Rumah Sakit Atma
Jaya pada Hari Senin sampai Sabtu selama Bulan Februari, Maret, dan April 2013.
3.4
Kriteria Sampel
a. Resep yang masuk kriteria penelitian ini adalah semua resep di Poli Spesialis
Umum dan Pribadi, baik melalui pembayaran tunai, asuransi, maupun resep
karyawan.
b. Kelengkapan resep yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini adalah kop
resep RSAJ, nama pasien, usia pasien, nama dokter, tanggal penulisan resep,
memiliki struk pembayaran, dan diberikan oleh pasien yang memiliki kartu
berobat.
c. Obat yang didata dan dianalisis merupakan obat dengan senyawa aktif yang
memiliki indeks terapi sempit, baik sebagai obat jadi maupun obat racikan.
d. Resep yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini adalah resep rawat jalan di
Poli Spesialis Pribadi dan Umum serta tidak dibedakan antara pasien dan
karyawan.
8
Universitas Indonesia
3.5
Prosedur Penelitian
a. Melakukan skrining terhadap resep Bulan Februari, Maret, dan April 2013
untuk mendata obat indeks terapi sempit yang diresepkan.
b. Melakukan pencatatan nomor resep, spesialisasi dokter pembuat resep, usia,
berat badan, dan tinggi badan pasien, senyawa aktif obat yang diresepkan
beserta obat penyerta lainnya dan jumlah resep total per hari.
3.6
Pengolahan Data
a. Menghitung persentase jumlah dan frekuensi jenis obat indeks terapi sempit
yang diresepkan dibandingkan dengan total obat indeks terapi sempit yang
diresepkan selama satu bulan dan menyajikannya dalam diagram.
b. Menghitung persentase spesialisasi dokter yang meresepkan obat indeks terapi
sempit dibandingkan dengan total dokter yang meresepkan obat indeks terapi
sempit dan menyajikannya dalam diagram.
c. Pengkajian interaksi antara obat dengan indeks terapi sempit dengan obat
penyertanya dalam satu resep dengan menggunakan program The Medical
Letters Adverse Drug Interactions Program, lalu menentukan interaksi
terbamyak yang muncul dalam sebulan dan menyajikannya dalam diagram.
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1
4.1.1
Jumlah Resep Obat Indeks Terapi Sempit Bulan Februari sampai April
2013
Pada bulan Februari 2013, Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
4
3
2
1
0
1
11
14
15
16
18
20
25
Tanggal
Gambar 4.1 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Februari
2013
Pada bulan Maret 2013, Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
menerima 580 lembar resep. Diantaranya terdapat 16 lembar resep yang
mengandung obat interaksi sempit atau dengan kata lain, persentase resep obat
interaksi sempit pada bulan Maret 2013 adalah sebesar 2,76 %. Jumlah resep
terbanyak terjadi pada tanggal 27 Maret, yaitu sebanyak 4 lembar resep. Di bawah
10
Universitas Indonesia
11
ini akan ditampilkan diagram jumlah resep obat indeks terapi sempit per hari pada
bulan Maret 2013.
5
4
3
2
1
0
1
13
15
18
22
27
Tanggal
Gambar 4.2 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan Maret 2013
Pada bulan April 2013, Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
menerima 590 lembar resep. Diantaranya terdapat 11 lembar resep yang
mengandung obat interaksi sempit atau dengan kata lain, persentase resep obat
interaksi sempit pada bulan April 2013 adalah sebesar 1,86 %. Jumlah resep
terbanyak terjadi pada tanggal 23 April, yaitu sebanyak 2 lembar resep. Di bawah
ini akan ditampilkan diagram jumlah resep obat indeks terapi sempit per hari pada
bulan April 2013.
Jumlah Resep
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1
15
17
19
23
29
Tanggal
Gambar 4.3 Jumlah Obat Indeks Terapi Sempit per Hari Pada bulan April 2013
Universitas Indonesia
12
4.1.2 Obat Indeks Terapi Sempit yang Paling Banyak Diresepkan Bulan
Februari-April 2013
Di bawah ini akan ditampilkan persentase obat indeks terapi sempit yang
diresepkan dokter di Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU) selam bulan
Februari sampai dengan April 2013.
Clindamycin
Aminophilline
2%
4%
Carbamazepine
2%
Digoxin
Mikrofenolat
Mofetil
2%
9%
Natrium
Fenitoin
13%
Theophylline
68%
Dari diagram di atas, diketahui bahwa persentase tiga obat indeks terapi
sempit yang tertinggi selama bulan Februari sampai April adalah Theophylline,
yaitu sebesar 68%, Natrium Fenitoin 13 % dan Digoxin 9%. Selama bulan
Februari samapi April 2013, Aminophylline, Carbamezepin, Clindamycin, dan
Mikrofenolat Mofetil hanya muncul sebanyak masing-masing 4%, 2%, 2%, dan
2%.
4.1.3
meresepkan obat indeks terapi sempit di Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU)
selama bulan Februari sampai dengan April 2013.
Universitas Indonesia
13
Anak
Penyakit 2%
Dalam
7%
Bedah
2%
Syaraf
2% THT
2%
Umum
85%
4.2
range terapi yang efektif karena pergeseran dari range terapi dapat menyebabkan
tidak bermaknanya efek terapi obat tersebut atau adanya efek merugikan (efek
toksik) yang akan muncul. Karena itu, adanya kemungkina interaksi antara obat
indeks terapi sempit dengan obat penyertanya sebaiknya dihindari untuk dapat
memaksimalkan proses pengobatan.
Dari hasil skrining resep Poli Spesialis Pribadi dan Umum (PSPU),
terdapat 124 jenis kemungkinan interaksi obat indeks terapi sempit dengan obat
penyertanya, yang jika dihitung beserta seluruh pengulangan, didapatkan jumlah
total 452 kemungkinan interaksi. Data ini secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 2. Dari 124 kemungkinan interaksi, terdapat 25 interaksi atau sekitar
20% dari total kemungkinan interaksi tanpa pengulangan. Jika dihitung dengan
pengulangan, terdapat 106 interaksi yang terjadi pada bulan Februari sampai
Universitas Indonesia
14
dengan April 2013, atau sekitar 25,45%. Interaksi obat indeks terapi sempit
dengan obat penyertanya beserta akibat dan penanggulangannya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Di bawah ini akan ditampilkan tiga persentase tertinggi dari jumlah
interaksi obat indeks terapi sempit yang terjadi pada resep bulan Februari sampai
dengan April 2013.
Theophyllin-INH
16.04%
TheophyllinPseudoefedrine
29.24%
Gambar 4.6 Diagram Tiga Persentase Tertinggi Interaksi Obat Indeks Terapi
Sempit Pada Bulan Februari-April 2013
15
keparahan penyakit, selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi
sehingga sulit untuk diingat
c. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual
(populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang
berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar
individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang
parah), dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama,
pemberian kronik).
Strategi pelaksanaan interaksi obat meliputi :
1. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi. Jika resiko interaksi
pemakaian
obat
lebih
besar
daripada
manfaatnya
maka
harus
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan peresepan obat indeks terapi sempit di Poli Spesialis Pribadi
dan Umum RS Atma Jaya, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai
berikut:
a. Jumlah resep obat indeks terapi sempit
(i)
Jumlah resep dengan indeks terapi sempit pada bulan Februari 2013
adalah 19 lembar atau
jumlah total seluruh resep pada bulan tersebut. Jumlah tertinggi resep per
hari sebesar 3 lembar, yaitu pada tanggal 11 dan 25 Februari 2013
(ii)
Jumlah resep dengan indeks terapi sempit pada bulan Maret 2013 adalah
16 lembar atau setara dengan 2,76% dibandingkan dengan jumlah total
seluruh resep pada bulan tersebut. Jumlah tertinggi resep per hari sebesar
4 lembar, yaitu pada tanggal 27 Maret 2013
(iii) Jumlah resep dengan indeks terapi sempit pada bulan April 2013 adalah
11 lembar atau setara dengan 1,86% dibandingkan dengan jumlah total
seluruh resep pada bulan tersebut. Jumlah tertinggi resep per hari sebesar
2 lembar, yaitu pada tanggal 23 April 2013
b. Obat Indeks Terapi Sempit yang Paling Banyak diResepkan Bulan FebruariApril 2013
Obat Indeks Terapi Sempit yang Paling Banyak Diresepkan Bulan
Februari-April 2013 di Poli Spesialis Pribadi dan Umum adalah Theophylline,
yaitu sebesar 68%.
c. Spesialisasi Dokter Yang Sering Meresepkan Obat Indeks Terapi Sempit pada
Bulan Februari-April 2013
Spesialisasi dokter yang terbanyak memberikan obat indeks terapi
sempit adalah dokter umum, yaitu sebanyak 85%.
16
Universitas Indonesia
17
5.2
Saran
Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan
peresepan serta penggunaan obat indeks terapi sempit di PSPU RS Atma Jaya
adalah:
a. Sedapat mungkin menghindari pemberian obat-obat indeks terapi sempit
bersamaan dengan obat lain yang telah dipastikan akan menghasilkan interaksi
yang merugikan pasien.
b. Pembuatan daftar interaksi obat indeks terapi sempit dengan obat lain dan
membagikannya kepada dokter sehingga dokter dapat menghindari pemberian
obat-obat tersebut secara bersamaan.
c. Pelaksanaan survey secara berkala mengenai efektivitas dan reaksi obat tidak
diinginkan yang dialami pasien penerima resep dengan obat indeks terapi
sempit sebagai bahan evaluasi.
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
for
18
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
20
Etinil Estradiol
Fenitoin
Natrium Divalproat
Karbamazepin
Guanetidin
Prazosin
Natrium Warfarin
Klindamisin
Levoksin
Primidon
Asam Mikofenolat
Klonidin
Litium karbonat
Prokainamid
Digoksin
Metaproterenol
Kuinidin
Difilin
Minoksidil
Teofilin
Disopiramid
Oksitrifilin
Asam
(Kapsul)
Valproat
[Sumber: Center for Drug Evaluation and Research, 1995; Mohammadpour, N., Elyasi, Vahdati,
Mohammadpour, A.H., Shamsara, 2011]
Universitas Indonesia
21
OBAT PENYERTA
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Asam Mefenamat
Betamethasone
Dexchlorphenamine
Amoxicillin
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Salbutamol Sulfat
Kalium Diklofenak
Dexamethasone
Codein HCl
Pirantel Pamoat
Paracetamol
Cephadroxil
Rifampicin
Pirazinamid
Ciprofloxacin
Ranitidin
Triprolidine
Asam Klavulanat
Sulfamethoxazol
Trimethoprim
Nifuroxazide
Terfenadin
Piridoksin
Nystatin
Phenobarbital
Asam Salisilat
Ca Glukonat
Ca Glyceroposphate
Vit A
Vit D
Vit B
Vit B 1
Vit B 2
Vit B6
Vit B 12
JUMLAH
17
19
16
2
2
2
23
31
24
11
11
21
1
27
28
11
7
3
3
1
2
2
17
10
1
1
1
2
9
1
15
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Universitas Indonesia
22
(lanjutan)
Natrium Fenitoin
Vit C
Niacinamide
Pantothenol
Lysine
Chlorampenicol
Bromhexine HCl
Metil Prednisolon
Thiampenicol
Diazepam
Polymigel
Ibuprofen
Bisoprolol
Amlodipin
Tinoridin HCl
Levofloxacin
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
Asam Salisilat
Phenobarbital
Amoksisilin
Ca Glukonat
Ca Glyceroposphate
Vit A
Vit D
Vit B
Vit B 1
Vit B 2
Vit B6
Vit B 12
Vit C
Niacinamide
Pantothenol
Lysine
Asam folat
ISONIAZID
Rifampicin
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Salbutamol Sulfat
Deksametason
Codein
CTM
Triprolidine
Pseudoephedrine
Citicolin
Cefadroxil
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
3
2
3
3
3
2
2
1
2
2
1
1
Universitas Indonesia
23
(lanjutan)
Omeprazol
Fe Sukrosa
Diazepam
1
1
1
Digoksin
Thiamazole
Spironolakton
Isosorbide Dinitrate
Alprazolam
Furosemide
Captopril
Kalium Aspartat
Vitamin B1
Vitamin B6
Vitamin B12
1
1
3
1
3
2
1
1
1
1
Aminophillin
Levofloxacin
Codein
Chlorfeniramin Maleat
Ambroxol HCl
Gliseril Guaikolat
Sirupus Simplex
OBH combi
Succus Liquirhizae
Ammonium Klorida
Anise oil
Menthol
Peppermint oil
Alkohol
Betametason
Lincomicin
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Klindamicin
Paracetamol
Mikrofenolat Mofetil
Metil Prednisolon
Captopril
Chlorpenom
Paracetamol
Codein HCl
Salbutamol
Cefixime
1
1
1
1
1
1
1
Carbamazepin
Simvastatin
Omprazol
Citicolin
124
1
1
1
452
JUMLAH
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
24
OBAT INDEKS
TERAPI SEMPIT
Theophyllin
OBAT PENYERTA
Isoniazid
JUMLAH
INTERAK
SI
17
Betamethasone
Pseudoephedrine
31
Salbutamol
21
Ciprofloxacin
INTERAKSI
25
Natrium Phenytoin
Ranitidin
Metil prednisolon
Levofloxacin
Amoxicillin
Asam Folat
Isonazid
Rifampicin
Dexamethasone
26
Digoxin
Pseudoephedrine
Diazepam
Omeprazole
Spironolacton
Isosorbide Dinitrat
Alprazolam
Furosemide
27
Aminophillin
Carbamazepine
Levofloxacyn
Betamethasone
Simvastatin
Omeprazole
Universitas Indonesia
28
Lampiran 4. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Ferbruari 2013
NO TANGGAL
NOMOR
RESEP
DOKTER
USIA
BERAT OBAT
BADAN INDEKS
TERAPI
SEMPIT
OBAT PENYERTA
01-0202013
PSP201302010016
Umum
4 Tahun 5
Bulan
14 kg
Theophyllin
06-02-2013
PSP201302060020
Umum
15 Bulan
8,2 kg
Natrium
Feniton
Isoniazid
Piridoksin HCl
Pizotifen
Koenzim vit B12
Asam Salisilat
Phenobarbital
Amoxicillin
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vit B12
Asam salisilat
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Chlorfeniramin Maleat
Codein HCl
Universitas Indonesia
29
06-02-2013
PSP201302060021
Umum
5 Tahun 5
Bulan
15,5 kg
Theophyllin
07-02-2013
PSP201302070009
THT
11-02-2013
PSP201302110021
Mum
41 Tahun
43 kg
Theophyllin
11-02-2013
PSP201302110022
Umum
11 Tahun
31,4 kg
Theophyllin
Aminophillin
Diazepam
Amoxicillin
Asa Klavulanat
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vit B12
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Codein HCl
Cefadroxil
Chlofeniramin Maleat
Codein HCl
Chlorfeniramin Maleat
Betamethasone
Lincomycin
Pirantel pamoat
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Amoxicillin
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Universitas Indonesia
30
11-02-2013
PSP201302110030
Umum
6 Tahun
10 Bulan
16 kg
Natrium
fenitoin
14-02-2013
Umum
37 Tahun
Klndamicin
14-02-2013
PSP201302140009
PSP201302140010
Penyakit Dalam
Dewasa
Mikrofenolat
mofetil
10
15-02-2013
PSP201302150026
Umum
8 Tahun 2
Bulan
Theophyllin
Amoxicillin
Pirantel Pamoat
Isoniazid
Piridoxin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Isoniazid
Piridoksin
Rifampicin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Asam Salisilat
Phenobarbital
Codein HCl
Paracetamol
Metil Prednisolon
Captopril
Chlorpenom
Paracetamol
Codein HCl
Salbutamol
Cefixime
Chlorfeniramine Maleat
Dexamethasone
Codein HCl
Triprolidin
Universitas Indonesia
31
11
15-02-2013
PSP201302150022
Saraf
Dewasa
Carbamazepin
12
16-04-2013
PSP201302160010
Anak
1 Tahun 8
Bulan
13 kg
Theophyllin
13
18-02-2013
PSP201302180021
Umum
36 Tahun
94 kg
Theophyllin
Pseudoefedrin
Asam Salisilat
Polymigel
Phenobarbital
Amoxicillin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Isoniazid
Piridoksin
Rifampicin
Simvastatin
Omprazol
Citicolin
Ibuprofen
Paracetamol
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Chlorfeniramine Maleat
Dexamethasone
Salbutamol
Codein HCl
Pizotifen
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Universitas Indonesia
32
14
18-02-2013
PSP201302180024
Umum
5 Tahun 9
Bulan
15
20-02-2013
PSP201302200016
Umum
5 Tahun 1
Bulan
15 kg
Theophyllin
Theophyllin
Codein HCl
Ciprofoxacin
Pirantel Pamoat
Bisoprolol
Asam Salisilat
Amlodipin
Isoniazid
Piridoksin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Tinoridin HCl
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Chlorfenirmine Maleat
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Isoniazid
Rifamicin
Pizotifen
Koenzim vit B12
Universitas Indonesia
33
16
21-02-2013
PSP201302210023
Bedah Sentral
Dewasa
Natrium
fenitoin
17
25-02-2013
PSP201302250015
Umum
11 Bulan
10,3 kg
Theophyllin
18
25-02-2013
PSP201302250025
Umum
7 Tahun 1
Bulan
9 kg
Theophyllin
19
25-02-2013
PSP201302250039
Umum
7 Tahun
18 kg
Theophyllin
Levofloxacin
Citicolin
Cefadroxil
Omeprazol
Fe Sukrosa
Asam Salisilat
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Chlorfeniramine Maleat
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Asamm Salisilat
Paracetamol
Phenobarbital
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vit B12
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Codein HCl
Chlofeniramine Maleat
Asam Salisilat
Paracetamol
Phenobarbital
Universitas Indonesia
34
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Pirantel Pamoat
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim vi B12
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Piridoksin
Universitas Indonesia
35
Lampiran 5. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan Maret 2013
NO
TANGGAL
NOMOR
RESEP
DOKTER
USIA
BERAT
BADAN
01-03-2013
PSP201303010006
Umum
13 Tahun
39 kg
01-03-2013
PSP201303010012
Umum
2 tahun 8
bulan
10 kg
OBAT
INDEKS
TERAPI
SEMPIT
Theophyllin
Natrium
Fenitoin
OBAT PENYERTA
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Asam Mefenamat
Betamethasone
Dexchlorphenamine
Amoxicillin
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Salbutamol Sulfat
Asam Salisilat
Phenobarbital
Amoksisilin
Ca Glukonat
Ca Glyceroposphate
Vit A
Vit D
Vit B
Vit B 1
Vit B 2
Universitas Indonesia
36
01-03-2013
PSP201303010029
Umum
Dewasa
Theophyllin
04-02-2013
PSP201303040021
Umum
9 Tahun 3
Bulan
24,5 kg
Theophyllin
Vit B6
Vit B 12
Vit C
Niacinamide
Pantothenol
Lysine
Asam folat
ISONIAZID
Rifampicin
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Salbutamol Sulfat
Deksametason
Codein
CTM
Kalium Diklofenak
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Pirantel Pamoat
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Universitas Indonesia
37
04-03-2013
PSP201303040024
Umum
12 Tahun
2 Bulan
20 kg
Theophyllin
06-03-2013
PSP201303060007
Umum
1 tahun 4
bulan
8,65 kg
Natrium
fenitoin
06-03-2013
PSP201303060014
Umum
40 Tahun
71,7 kg
Theophyllin
Salbutamol Sulfat
Codein HCl
Paracetamol
Cefadroxil
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
ISONIAZID
Rifampicin
Pirantel Pamoat
Pirazinamid
Pizotifen
Isoniazid
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Amoxicillin
Asam Salisilat
Triprolidine
Pseudoephedrine
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Pseudoefedrin
CTM
Universitas Indonesia
38
08-03-2013
PSP201303080018
Umum
6 Tahun 2
Bulan
22,5 kg
Theophyllin
13-03-2013
PSP201303130013
Umum
2 Tahun 5
Bulan
10,8 kg
Theophyllin
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Asam Mefenamat
Salbutamol Sulfat
Pirantel Pamoat
Ciprofloxacin
Ranitidine
Triprolidine
Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Pirantel Pamoat
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Sulfamethoxazol
Trimethoprim
Nifuroxazide
Pseudoefedrin HCl
Terfenadin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Isoniazid
Piridoksin
Pizotifen
Universitas Indonesia
39
10
15-03-2013
PSP20130315
Umum
5 Tahun 1
Bulan
13 kg
Theophyllin
11
18-05-2013
PSP201305180019
Umum
9 Tahun 3
Bulan
25 kg
Theophyllin
12
22-03-2013
Umum
13
27-03-2013
PSP201303220021
PSP20130327-
6 Tahun
11 Bulan
4 Tahun 9
15,95 kg Natrium
Fenitoin
18 kg
Theophyllin
Umum
40
0015
14
27-03-2013
PSP201303270020
Bulan
Umum
6 Tahun 7
Bulan
17 kg
Theophyllin
Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
CTM
Ca Glukonat
Ca Glyceroposphate
Vit A
Vit D
Vit B
Vit B 1
Vit B 2
Vit 6
Vit B 12
Vit C
Niacinamide
Pantothenol
Lysine
Amoxicillin
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Triprolidine
Pseudoefedrin
Codein HCl
CTM
Salbutamol Sulfat
ISONIAZID
Piridoksin
Universitas Indonesia
41
15
27-03-2013
PSP201303270021
Umum
3 Tahun 9
Bulan
13 kg
Theophyllin
16
27-03-2013
PSP201303270022
Umum
2 Tahun 5
Bulan
10 kg
Theophyllin
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Asam Salisilat
Phenobarbital
ISONIAZID
Piridoksin
Pizotifen
Koenzim Vit B-12
Amoxicillin
Asam Salisilat
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
CTM
Asam Salisilat
Phenobarbital
Amoxicillin
Triprolidine
Pseudoefedrin
Salbutamol Sulfat
Dexamethasone
Codein HCl
Isoniazid
Piridoksin
Pizotifen
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Lampiran 6. Daftar Resep Obat Indeks Terapi Sempit Pada Bulan April 2013
NO TANGGAL
NOMOR
RESEP
DOKTER
USIA
BERAT OBAT
BADAN INDEKS
TERAPI
SEMPIT
OBAT PENYERTA
01-04-2013
PSP201304010027
Umum
2 Tahun 2
Bulan
10 kg
Theophyllin
03-04-2013
PSP201304030009
Umum
20 Tahun
53,5
Theophyllin
05-04-2013
PSP201304050021
Umum
4 ahun 8
Bulan
15 kg
Theophyllin
Chloramphenicol
Amoxicillin
Triprolidin
Pseudoefedrin
Dexamethasone
Codein HCl
Chlorfeniramie Maleat
Pirantel Pamoat
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Bromhexine HCl
Codein HCl
Metil Prednisolon
Asam Salisilat
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Universitas Indonesia
44
06-04-2013
PSP201304060013
Penyakit Dalam
Dewasa
08-04-2013
OSO20130408- Umum
0029
21 Tahun
15-04-2013
PSP201304150009
Umum
Dewasa
17-04-2013
PSP201304170015
Umum
6 Tahun 1
Bulan
Digoxin
64,4kg
Theophyllin
Digoxin
18 kg
Theophyllin
Amoxicillin
Asam Klavulanat
Pizotifen
Keonzim Vitamin B12
Pirantel Pamoat
Thiamazole
Spironolakton
Isosorbide Dinitrate
Alprazolam
Pseudoefedrin
CTM
Dextromethorphan HBr
Guaifenesin
Dexamethasone
Codein HCl
Thiampenicol
Amoxicillin
Prednison
Ranitidin
Furosemide
Isosorbide Dinitrate
Captopril
Kalium Aspartat
Paracetamol
Phenobarbital
Triprolidin
Pseudoefedrin
Salbutamol
Dexamethasone
Codein HCl
Universitas Indonesia
45
19-04-2013
PSP201304190012
Umum
12 Bulan
9,18 kg
Theophyllin
23-04-2013
Penyakit Dalam
Dewasa
Digoxin
10
23-04-2013
PSP201304230001
PSP201304230011
Umum
Dewasa
Digoxin
11
29-04-2013
PSP201304290002
Umum
36 Tahun
Aminophilin
Chlorfeniramin Maleat
Tiamphenicol
Amoxicillin
Dexamethasone
Amoxicillin
Betamethasone
Dexchlorfeniramin Maleat
Pizotifen
Furosemide
Isosorbide Dinirate
Furosemide
Isosorbide Dinitrate
Captopril
Vitamin B1
Vitamin B6
Vitamin B12
Levofloxacin
Codein
Chlorfeniramin Maleat
Ambroxol HCl
Gliseril Guaikolat
Sirupus Simplex
OBH combi
Succus Liquirhizae
Ammonium Klorida
Anise oil
Menthol
Peppermint oil
Alkohol
Universitas Indonesia