Anda di halaman 1dari 37

1

Makalah Problem Based Learning


Blok 10 - Traktus Urogenital
Disusun oleh :
Kelompok C3
Oktavianus Christian 102008261
Avelia Iliq - 102009131
Epivania - 102011107
Karina Marcella - 102011183
Asher Juniar Halim 102011201
Mathyas Tanama 102011222
Verimai Dona Sandora - 102011260
Rani Fitria Anggraini - 102011386
Evan Luke Aditya - 102011424

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat dan
karunia Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan materi tentang
TRAKTUS UROGENITALIS yang merupakan tema dari scenario yang diberikan dan
merupakan pembelajaran mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas bu aminah 26 tahun mengeluh nyeri pada waktu dan
setelah BAK dan merasa nyeri pada perut bagian bawah. Ia juga kadang merasa demam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Seperti pepatah yang
berkata Tiada Gading Yang Tak Retak begitu pula dengan makalah ini. Karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran agar kami bisa menciptakan makalah lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kita semua.

Jakarta, 29 Oktober 2010



Penulis







3

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I
Pendahuluan. 4
BAB II
Pembahasan..
2.1 Stuktur makroskopis dan mikroskopis 7
2.2 Mekanisme kerja ginjal.. 27
2.3 Siklus menstuasi 32
BAB III
Penutup 37
DAFTAR PUSTAKA


















4

BAB I
Pendahuluan
Dalam anatomi, sistem urogenital adalah sebuah sistem yang berkaitan dengan organ-
organ reproduksi dan sistem saluran kemih. Organ kemih dan reproduksi dikembangkan dari
mesoderm intermediate. Organ permanen didahului oleh serangkaian struktur dimulai dari
embrio. Struktur embrio terdiri dari dua sisi yaitu para pronephros, para mesonefros,
metanephros ginjal, dan saluran Wolffii serta Miillerii dari organ reproduksi. Para pronephros
menghilang pada saat awal, mesonefros dengan mana duktus Wolffii sebagai saluran pada laki-
laki, dan Mulleri sebagai saluran wanita. Gangguan dari sistem urogenital dapat terjadi pada
berbagai gangguan dari orang-orang yang tidak menunjukkan tanda serta gejala dan juga pada
orang-orang yang menunjukkan berbagai tanda serta gejala. Penyebab gangguan ini termasuk
penyakit infeksi, trauma, atau kondisi yang melibatkan struktur sekunder kemih.
Secara normal, manusia memiliki dua ginjal ( ginjal kanan dan kiri ) setiap ginjal terletak
pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan
disepanjang sisi corpus vertebrae. Ginjal kanan terletak agak lebih rendah dari pada ginjal kiri
karena adanya hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula adrenalis terletak pada bagian atas setiap
ginjal. Struktur ginjal meliputi, kapsula fibrosa pada bagian luar, korteks adalah bagian ginjal
yang pucat dan berbercak-bercak oleh glomerulus, medula yaitu bagian ginjal yang berwarna
gelap dan bergaris terdiri dari sejumlah papilla renalis yang menonjol kedalam pelvis, dan
pembesaran pada ujung atas ureter. Ginjal adalah salah satu organ yang terdapat dalam system
urogenitalis yang selanjutnya akan di bahas dalam makalah ini.







5

BAB II
Stuktur Makroskopis dan Mikroskopis
Pelvis

Tulang-tulang yang membentuk panggul adalah :
1. Os coxae, yang membentuk dinding anterior dan lateral panggul serta terdiri dari tiga
tulang, yaitu: os ilium, os ischium, dan os pubis.
2. Os sacrum dan ossa coccyges yang membentuk dinding dorsal panggul.

Gambar 1. Tulang-tulang penyusun pelvis
Sumber : http://70sbig.com/wp-content/uploads/2010/10/pelvis.jpg
Dipisahkan oleh linea terminalis menjadi pelvis mayor dan pelvis minor.
Diaphragma pelvis
Adalah sekat pada dasar panggul yang berfungsi untuk menahan alat-alat rongga panggul
dan membagi rongga panggul menjadi 2, yaitu rongga panggul utama, dan perineum.
Diaphragma pelvis dibentuk oleh:
1. Pars muscularis, terdiri dari:
a. M. Levator ani , berfungsi untuk :
- Menahan dan memfiksasi alat-alat rongga panggul pada tempatnya.
- Menahan tekanan intra abdomen yang mendadak meninggi.
- Bekerja sebagai sphincter, terutama pada wanita sebagai sphincter vagina.
6

M.levator ani dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
- M.pubococcygeus
Terletak di belakang vesica urinaria dan berfungsi mengontrol proses miksi. Pada
laki-laki disebut juga m. Levator prostata, sedangkan pada wanita disebut m.
Pubovaginae.
- M.puborectalis
Terletak dorsal terhadap m.pubococcygeus dan berfungsi membantu proses
defekasi.
- M.iliococcygeus
Merupakan otot paling caudal dari m.pubococcygeus dan pada umumnya sudah
menjadi apneurosis.
b. M.coccygeus
Terletak dorsal terhadap m.levator ani dan diselubungi fascia diaphragmatica pelvis
superior dan fascia diaphragmatica pelvis inferior.
2. Pars membranacea
Disebut juga diaphragma pelvis atau diaphragma urogenitale, yang terdiri dari 2 lembar
fascia :
a. Fascia diaphragmatica urogenitale superior
b. Fascia diaphragmatica urogenitale inferior
Berdasarkan penjelasan diatas, nyeri yang dirasakan wanita dalam skenario pada perut
bagian bawahnya bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada tulang maupun
otot-otot di pelvis.
Sistem Urinaria

Alat-alat saluran kemih (tractus urinarius) terdiri atas, a) ren; b) ureter; c) vesica urinaria; dan d)
urethra.
A. Ren
Makroskopis
7

Ren atau ginjal merupakan organ ekskresi utama. Ren terletak retroperitoneal,
yaitu diantara peritoneum parietale dan fascia transversa abdominis, pada sebelah
kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau
vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebra
lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7cm,
sedangkan jarak extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11cm. Sedangkan
jarak extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5cm.

Gambar 2. Struktur makroskopis ginjal
Sumber : http://obatalami.kankerotak.info/wp-content/uploads/2012/08/gagal-ginjal-2.jpg
Ren berbentuk seperti kacang dan memiliki:
1. Dua ekstremitas, yaitu ekstremitas superior dan inferior.
2. Dua margo, yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang
berbentuk konveks. Pada margo medialis inilah terdapat suatu pintu yang disebut
hilus renalis yang merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah,
limfe, saraf, dan ureter.
3. Dua facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior
yang agak datar.
Ginjal dibungkus oleh :
1. Capsula fibrosa
8

Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas. Capsula fibrosa hanya
menyelubungi ginjal dan tidak membungkus gl. supra renalis.
2. Capsula Adiposa
Capsula adiposa banyak lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis.
Capsula adiposa di bagian depan relatif tipis dibandingkan di bagian belakang.
Capsula adiposa berfungsi untuk mempertahankan posisi ginjal. Pada keadaan
tertentu, capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang membungkus
capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal menjadi turun, yang
disebut nephroptosis. Nephroptosis ini sering terjadi pada ibu yang sering
melahirkan.
3. Fascia renalis
Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia
prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis di bagian belakang ginjal.
Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga
kantong ginjal terbuka ke bawah, oleh karena itu sering terjadi ascending
infection.
Bagian-bagian ginjal :
1. Cortex renalis
Cortex renalis terdiri dari glomerulus dan pembuluh darah. Di dalam glomerulus,
darah disaring dan disalurkan ke dalam medulla. Pada medulla, saluran-saluran
tersebut akan bermuara pada papilla renalis sehingga tampak garis-garis pada
medulla yang disebut processus medullaris (Ferheini).
2. Medulla renalis
Pada medulla renalis dapat dijumpai :
a. Papilla renalis yang berbentuk segitiga sehingga disebut pyramid renalis.
b. Saluran-saluran yang menembus papilla disebut ductulli papillares (Bellini).
c. Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor.
d. Di antara pyramis-pyramis terdapat columna renalis.
e. Beberapa calyx minor (2-4) membentuk calyx major.
9

f. Beberapa calyx major bergabung menjadi pyelum atau pelvis renalis, kemudia
menjadi ureter.
g. Ruangan tempat calyx disebut sinus renalis.
Pendarahan ginjal
Ginjal diperdarahi oleh A.renalis. Perjalanan vaskularisasi ginjal dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Arteri renalis
Arteri renalis dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2.
Arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri karena harus menyilang
vena cava inferior di belakangnya. A.renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus
renalis dan bercabang menjadi 2 cabang besar. Cabang yang pertama berjalan ke
depan bagian depan ginjal dan mendarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabang
yang kedua berjalan ke arah belakang ginjal dan memperdarahi ginjal bagian
belakang. Cabang yang menuju bagian depan ginjal lebih panjang dibandingkan
cabang yang menuju ke belakang ginjal. Kedua cabang ini akan bertemu di lateral
pada garis tengah ginjal atau disebut dengan garis broedel. Pembedahan ginjal
dilakukan pada garis broedel karena pendarahannya minimal.
Arteri renalis berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi
a.interlobaris.
2. Arteri interlobaris
Arteri interlobaris pada perbatasan cortex dan medula akan bercabang menjadi
arteri arcuata yang akan mengelilingi cortex dan medulla.
3. Arteri arcuata
Arteri arcuata mempercabangkan A.interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal
(cortex).
Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler
dan kemudian berkumpul ke dalam v.interlobaris. Dari v.interlobularis akan ke
v.arcuata, v.interlobaris, v.renalis, dan kemudian akan ke v.cava inferior.

10

Mikroskopis


Gambar 3. Struktur mikroskopis ginjal
Sumber: http://xamthoneplus.witono.biz/wp-content/uploads/2012/08/Gagal-ginjal.jpg
Ginjal tersusun atas nefron. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, yang terdiri
atas:
1. Korpus renalis (glomerulus, sinus capsula bowman, dan capsula bowman)
2. Tubulus konkortus proksimal
3. Ansa henle:
a. Segmen tebal desenden (tubulus rektus proksimal)
b. Segmen tipis ansa henle
c. Segmen tebal asenden (tubulus rektus distal)
4. Tubulus kontortus distalis, yang nantinya akan berlanjut ke duktus koligens
Glomerulus
Bentuknya khas bundar dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya karena
susunan selnya yang padat. Paling luar diliputi epitel selapis gepeng dan disebut
kapsula bowman lapis parietal. Kadang ditemukan kapsula bowman lapis parietal
yang bersambung dengan kontortus proksimal membentuk kutub urinari. Di bawah
11

kapsula bowman lapis parietal terdapat ruangan kosong yang dalam keadaan hidup
terisi cairan ultrafiltrat.
Pada arah yang berlawanan dari kutub urinari terdapat kutub vaskular, tempat
masuk dan keluarnya arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa
aferen yang kemudian bercabang-cabang menjadi kapiler yang bergelung-gelung di
dalam glomerulus. Kapiler ini sebenarnya diliputi oleh podosit yang membentuk
kapsula bowman lapis viseral.kapiler kemudian bergabung menjadi satu lagi
membentuk arteriol keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen.
Tubulus kontortus proksimal
Tubulus kontortus proksimal diliputi oleh epitel kuboid rendah dan berinti bulat.
Lumen tubulus kontortus proksimal tidak terlihat jelas karena terdapat brush border.
Fungsi dari tubulus ini adalah absorbsi makromolekul dari filtrat glomerulus.
Ansa Henle
Ansa henle terletak di berkas medula dan di medula ginjal. Pada tubulus rektus
proksimal, penampakannya menyerupai tubulus kontortus proksimal. Pada segmen
tipis ansa henle, penampakannya mirip kapiler namun tetap tidak terdapat darah di
dalam lumennya. Sedangkan tubulus rektus distal, penampakannya serupa dengan
tubulus kontortus distal.
Tubulus kontortus distal
Tubulus ini diliputi oleh epitel selapis kuboid rendah. Jarak antar inti selnya
berdekatan. Berbeda dengan tubulus kontortus proksimal, pada tubulus kontortus
distalis lumennya terlihat jelas karena tidak terdapat brush border. Ukuran lumennya
pun lebih lebar daripada tubulus kontortus proksimal.



12

B. Ureter
Makroskopis
1



Gambar 4. Ureter
Sumber : http://www.daviddarling.info/images/ureter.jpg
Ureter merupakan lanjutan pelvis renalis, panjangnya 25-30cm berjalan ke arah
distal untuk bermuara di vesica urinaria. Menurut letaknya, ureter dibedakan menjadi
:
1. Pars abdominalis ureteris
Perjalanan ureter dalam cavum abdomen (pars abdominalis ureteris) pada laki-
laki dan wanita tidak berbeda.
2. Pars pelvina ureteris
Perjalanan ureter dalam cavum pelvis (pars pelvina uterus) pada wanita berbeda
dengan laki-laki karena perbedaan alat-alat panggul wanita dan laki-laki.
Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat,
yaitu pada:
13

a. Uteropelvic junction
b. Saat ureter menyilang vassa iliaca communis (flexura marginalis)
c. Saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria
Di bagian-bagian ureter yang sempit tersebut dapat menyebabkan sangkutan batu
ureter.
Mikroskopis
2

Gambar 5. Lapisan muskularis ureter
Sumber: http://medsci.indiana.edu/a215/virtualscope/images/ureter_vd_1.jpg
Lapisan mukosa ureter diselubungi oleh epitel transisional dengan lamina propia di
bawahnya. Lapisan ototnya terdiri atas tiga lapisan yaitu:
1. Lapisan otot memanjang
2. Lapisan otot melingkar
3. Lapisan otot memanjang
14

4. Lapisan adventisia merupakan jaringan ikat panjang


C. Vesica urinaria
Makroskopis
1
Vesica urinaria disebut juga bladder atau kandung kemih dan berfungsi sebagai
resevoir urine dengan kapasitas 200-400cc.
Pada anak-anak, vesica urinaria terletak di atas apertura pelvis superior. Setelah
dewasa, rongga panggul akan membesar dan vesica urinaria turun ke dalam rongga
panggul. Bila terisi, bagian atas vesica urinaria akan terletak di daerah hypogastricus
dan berbentuk ovoid atau menyerupai telur. Sedangkan vesica urinaria yang kosong,
seluruhnya terletak di belakang symphisis ossis pubis dalam rongga panggul dan
berbentuk seperti limas, sehingga dapat dibedakan menjadi :
1. Apex vesica urinaria
Apex atau puncak vesica urinaria terletak tepat di tepi belakang tepi atas
symphisis ossis pubis. Semasa janin, apex dihubungkan ke umbilicalis oleh
urachus (sisa kantong allantois). Setelah lahir, urachus menutup dan berubah
menjadi lig. Umbilicalis medialis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan
berbatasan langsung dengan ileum dan colon sigmoideum.
2. Dasar vesica urinaria
Dasar vesica urinaria dibentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segitiga.
Pada sudut laterosuperior dextra dan sinistra dapat dijumpai muara
ureter,sedangkan pada sudut inferior dapat dijumpai orificium urethrae
internum.
3. Dinding vesica urinaria
Dinding vesica urinaria terdiri dari satu dinding superior dan dua dinding
lateroinferior. Dinding lateroinferior berhubungan dengan m.obturator
internus di sebelah cranial dan m.levator ani di sebelah distal. Pertemuan
kedua dinding lateroinferior di sebelah cauda disebut dengan cervix vesicae.
4. Collum vesica urinaria
15

Callum vesica urinaria pada laki-laki berbatasan dengan permukaan atas gl.
prostata. Collum vesica urinaria difiksasi oleh lig. Puboprostatica pada laki-
laki atau lig. Pubovesicale pada wanita.
Namun secara anatomis, vesica urinaria dapat dibedakan menjadi Apex, fundus,
dan corpus. Fundus berbentuk segitiga dan menghadap ke cauda dorsal dan
berhadapan dengan rectum. Pada laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati
oleh vesicula seminalis dan ampulla ductus deferens, sedangkan di antara vesica
urinaria dan rectum dapat dijumpai lekukan peritoneum yang disebut excavatio recto
vesicalis. Pada wanita, fundus vesica urinaria dipisahkan dari rectum oleh fornix
posterior dan portio vaginalis cervicis uteri.
Vesica urinaria diperdarahi oleh :
1. Arteriae vesicales superior
Merupakan cabang dari a.umbilicalis bagian proximal. Aa.vesicales superior
mendarahi bagian fundus vesica urinaria dan akhirnya beranastomosis dengan
a.epigastrica inferior.
2. Arteriae vesicales inferior
Memperdarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria,
serta glandula prostata.
3. Arteri vesiculodeferentialis
Merupakan cabang dari a. iliaca interna dan mendarahi 1/3 permukaan
posterior vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis. Pada
wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. uterina dan mendarahi ovarium dan
vagina.
Mikroskopis
2
Lapisan mukosa dari vesica urinaria dilapisi epitel transisional dengan lamina propia
dibawahnya. Lapisan muskular terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang
tersusun berlapis-lapis secara tidak beraturan. Lapisan adventisianya terdiri atas
jaringan ikat fibroelastis.

D. Urethra
1

16

Urethra pada laki-laki (masculina) berbeda dengan wanita (femina). Urethra
masculina merupakan pipa fibromusculair dengan panjang 18-22cm dan mempunyai
fungsi menyalurkan urine sampai ke dunia luar dan tempat melewatnya
semen/sperma.

Gambar 6. Urethra masculina dan urethra femina
Sumber : http://www.prostatitis.org/stricturesimages/1.jpg dan
http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/media/medical/hw/h99
91322_004.jpg
Urethra masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Urethra pars preprostatica
Panjang bagian ini adalah 0,5-1,5cm.
2. Urethra pars prostatica
Panjangnya sekitar 3cm, membentang dari collum vesica urinaria sampai sedikit
ventral apex gl.prostata. Urethra pars prostatica merupakan pertemuan saluran
urine dan reproduksi.
3. Urethra pars membranacea
Merupakan bagian paling pendek, sepanjang 1-2cm, dan bagian paling sempit
karena dikelilingi oleh m.sphincter urethrae. Selain pendek dan sempit, urethra
bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah
robek pada keteterisasi.
4. Urethra pars spongiosa
17

Merupakan bagian terpanjang yaitu sekitar 15cm dan membentang dari bulbus
penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian ini dikelilingi corpus spongiosum
maupun corpus cavernosum.
Berdasarkan penjelasan diatas, rasa nyeri yang dirasakan oleh wanita dalam skenario
pada perut bagian bawah bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sistem urinaria
yang kemungkinan terbesar karena adanya sumbatan oleh batu pada saluran urinaria, terutama
pada bagian penyempitan dari ureter.
Genitalia Femina
Dibagi menjadi genitalia eksterna dan genitalia interna:
1. Alat reproduksi eksterna (vulva)
3
:
a. Mons veneris (pubis)
b. Labia mayora
c. Labia minora
d. Klitoris
e. Vestibulum
f. Vagina
g. Perineum
2. Alat reproduksi interna:
a. Uterus
b. Serviks uteri
c. Korpus uteri
d. Tuba fallopii
e. Sisa-sisa pertumbuhan embrional
18


Gambar 7. Genitalia Feminina interna dan eksterna
Sumber : http://curlygirl4.no.sapo.pt/sistemafeminino.jpg
Alat reproduksi eksterna
3
a. Mons veneris (pubis)
Mons pubis atau mons veneris merupakan bantalan jaringan lemak mulai
dari sinfisis pubis sampai ke vulva. Bagian ini tertutup oleh rambut berbentuk
segitiga dengan dasar segitiga di simfisis. Distribusi rambut makin ke bawah
makin tipis dan sebagian rambut menutupi labium mayus.
b. Labium mayora
Labium mayora merupakan jaringan lemak yang tertutup kulit mulai darai
mons veneris menuju bawah dan ke belakang. Secara embriologi,
pembentukannya sebanding dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum
tertambat di labia mayora sehingga tarikan ligamentum ini dapat dirasakan pada
saat terjadi kontraksi rahim. Setelah bersalin beberapa kali atau pada usia lanjut,
jaringan lemak di labia mayora semakin berkurang.
Organ ini mempunyai panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 1- cm.
Pada gadis atau anak kecil keduanya tampak menyatu. Di bagian atas, labia
mayora langsung berbatasan dengan mons veneris, sedangkan bagian bawahnya
bersatu membentuk komisura posterior. Setelah dewasa, sebagian labia mayora
19

tertutup oleh rambut. Organ ini mengandung banyak kelenjar lemak dan di
bawahnya terdapat jaringan elastik dan jaringan lemak, banyak pleksus venosus
yang dapat mengembangkan atau menciutkan labia mayora. Jika terjadi trauma,
pleksus ini menimbulkan hematoma.
c. Labia minora
Labius minus (nimphae) merupakan jaringan mendatar yang terletak di
antara kedua labium mayus. Bagian ini berwarna merah karena di lapisi oleh
mukosa. Bentuknya bervariasi pada masing-masing perempuan. Organ ini tidak
berbulu, tetapi banyak mengandung kelenjar lemak.
Bagian anteriornya terdiri dari jaringan ikat yang kaya pembuluh darah
dengan sedikit otot polos, banyak ujung serabut saraf sehingga sangat sensitif.
Bagian ini merupakan jaringan erektil. Di ujung anterior masing-masing labium
membelah dua :
1) Pasangan bawah membentuk frenulum klitoris
2) Pasangan atas membentuk preputium klitoris
Kedua labium minus kanan-kiri bertemu di bagian bawah membentuk
fourchette.
d. Klitoris
Secara embrional, klitoris sama dengan penis pada pria. Organ ini terletak
di ujung dari vulva di antara dua pelipatan dari labia minus. Klitoridis terbentuk
dari korpus klitoris, glans (ujung) klitoris, dua krura klitoris.
Korpus berisikan korpus kavernosum klitoris yang merupakan jaringan
erektil dan dinding mengandung otot polos. Dua krura klitoris berorigo di
permukaan inferior ramus ischiopubis dan menyatu di bagian tengah simfisis
pubis membentuk korpus klitoris. Panjang korpus klitoris sekita 2 cm. Organ ini
ditarik kuat oleh labia minus sehingga ujungnya mengarah ke bawah dan sedikit
ke arah liang vagina.
Glans klitoridis besarnya sekitar cm dan kaya akan ujung saraf sehingga
sangat sensitif.
20

Pembuluh darah klitoris sama dengan pembuluh darah yang mendarahi
vestibulum vulva. Organ ini merupakan bagian yang paling erotik pada
perempuan.
e. Vestibulum
Vestibulum berbentuk oval merupakan daerah yang dibatasi kedua labia
minora, klitoris di bagian atas, dan fourchette di bagian bawah.
Pada vestibulum terdapat enam muara/lubang, yaitu orificium uretrae,
vagina, sepasang muara kelenjar bartholin, dan sepasang muara kelanjar skene. Di
antara vagina dan fourchette terdapat fossa navikulare.
f. Kelenjar bartholini
Kelenjar ini berpasangan di kanan dan kiri. Besarnya - 1 cm. Letaknya
di bawah mukosa dan muskulus konstriktor vagina atau di bawah bulbus
vestibulum. Kelenjar bartholin merupakan kelenjar utama pada vestibulum.
Salurannya kira-kira sepanjang 1 - 2 cm dan bermuara di bagian bawah lumen
vagina. Kelenjar ini mengeluarkan lendir pada saat hubungan seksual dan paling
sering terinfeksi oleh Neisseria gonorrhoeae.
g. Orificium uretra
Uretra berada di 2/3 bagian posterior dinding vagina. Saluran ini bermuara
di tengah vestibulum, sekitar 1 1 cm di bawah arkus pubis. Orificium uretra
berjarak pendek dari lubang vagina dan berbentuk celah vertikal dengan diameter
4.5 mm.
Di kanan kirinya, terdapat kelenjar paraurethral skene yang bermuara pada
uretra atau ke vestibulum. Saluran kelenjar skene berkaliber sekitar 0,5 mm
dengan panjang bervariasi.
h. Bulbus vestibuli
Di bawah membrana vestibularis, terdapat bulbus vestibuli yang
merupakan kumpulan pembuluh darah, dengan ukuran panjang 3-4 cm, tebal -
1 cm dan lebar 1-2 cm.
Bulbus vestibuli terletak di dekat ramus ishiopubis. Sebagian di tutupi
oleh m.ishiokavernosus. dan m.konstriktor vaginae. Bagian anteriornya
berhubungan dengan klitoris, sedangkan bagian bawahnya bertemu dibagian
21

tengah vagina. Secara embriologis bulbus vestibuli sama dengan korpus
kavernosum penis pria. Bagian ini rentan terhadap luka dan hematoma.
i. Vagina
Vagina merupakan bagian alat genitalia yang berhubungan langsung
dengan dunia luar, sehingga organ dapat dianggap sebagai pintu masuknya infeksi
dari luar menuju ke alat genitalia interna. Vagina merupakan tubulo-
muskulomembran yang terbentang mulai dari vulva ke arah uterus dan berada di
antara vesika urinaria dan rektum. Vagina merupakan alat saluran sekret dari
uterus, khususnya saat menstruasi, serta merupakan bagian dari jalan lahir lunak.
Secara embrional, bagian atas vagina dibentuk oleh duktus mulleri,
sedangkan bagian bawahnya berasal dari sinus urogenitalis. Dinding depannya
langsung berhubungan dengan vesika urinaria dan uretra, hanya di pisahkan oleh
jaringan ikat(septum vesikovaginal).
Bagian belakang vagina berhubungan langsung dengan rektum dan disekat
oleh septum rektovaginal. Ujung atas vagina dipisahkan dengan rektum oleh
kantong rekto-uterin.
Umumnya, dinding vagina saling menempel dan hanya sebagian
lateralnya terbuka, sehingga pada potongan melintang membentuk H.
Panjang vagina bagian depan adalah 6-8 cm, sedang bagian belakangnya
7-19 cm. Ujung atasnya dibagi menjadi empat forniks. Plika memanjang terdapat
pada vagina mulai dari pertengahan ke atas di bagian posteriornya/anteriornya.
Rugal transversal dapat dijumpai pada perempuan virgin. Rugae ini
penting untuk memberikan kesempatan memperluas ruang vagina saat persalinan
untuk menjadi jalan akhir lunak. Pada multipara dan wanita monopause rugae
makin menghilang.
Mukosa vagina terdiri dari epitel bertatah dan tanpa kelenjar. Jika terdapat
kistam biasanya merupakan sisa berkas luka yang tertanam. Epitel vagina
mengandung glukosa. Pelepasan epitel di pengaruhi hormonal.
j. Perineum
Perineum dibentuk oleh dua jaringan penting. Diafragma pelvis dan
diafragma urogenital
22

1) Diafragma pelvis terbentuk oleh M. Levator ani, M. Koksigeus dan
fascia yang membungkusnya.
2) Diafragma urogenital terletak di bagian luar diafragma pelvis.
Bentuknya segitiga di tuberositas ossis Ishii dan simfisis pubis.
Diafragma urogenitale terbentuk dari M.transversus perinei dalam,
M.konstriktor urethra, dan fascia penutup bagian luar dan dalam.
Perineum mendapat perdarahan dari A.pudenda interna dan cabangnya
a.rektalis inferior, dan a.labialis posterior. Persarafan di lakukan oleh nervus
pudendus yang berasal dari S2, S3, dan S4.
Badan perineum adalah terdiri dari raphe mediana m.levator ani yang
terletak antara vagina dan rektum. Organ ini diperkuat oleh tendo perineum yang
merupakan tempat bertemunya M.bulbokavernosus, M.transversus perinei
superfisialis, dan M.sfingter ani eskternus.
Alat reproduksi interna
a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri.

b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot
polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di
dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
23

mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan
viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon
ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri
berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia.Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars
ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan
ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
- Pars isthmica (proksimal/isthmus)
24

Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
- Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di
dinding tuba bagian ini.
- Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke
dalam tuba.
g. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
h. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan
saraf. Terdiri dari i. i. i. korteks dan medula.Ovarium berfungsi dalam pembentukan
dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan
terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi
hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus
luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat
ovulasi.Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
25

Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, terdapat organ genitalia di dalam perut bagian
bawah. Apabila terjadi infeksi maupun gangguan di salah satu bagian genitalia tersebut, bisa saja
menyebabkan sakit pada perut bagian bawah seperti yang dirasakan oleh wanita dalam skenario.
Colon
Colon atau intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus. Intestinum crassum
terbagi menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon
descendens, dan colon sigmoideum. Fungsi utama intenstinum crassum adalah mengabsorpsi air
dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak dicerna sampai dapat dikeluarkan dari tubuh
sebagai feses
4-7
.

Gambar 8. Colon
Sumber : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/kolon-pict/
1. Caecum
26

Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan
intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca
dextra. Caecum mudah bergerak, walaupun tidak mempunyai mesenterium. Adanya
lipatan peritoneum di sekitar caecum membentuk recessus ileocecalis superior, inferior,
dan recessus retrocaecalis.
2. Appendix vermiformis
Organ sempit berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung banyak
jaringan limfoid. Panjang appendix vermiformis bervariasi dari 8-13 cm. Dasarnya
melekat pada permukaan posteromedial ceacum di bawah junctura ileocaecalis.
3. Colon ascendens
Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior
lobus hepatis dexter. Colen ascendens kemudian membelok ke kiri membentuk flexura
coli dextra dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Peritoneum meliputi bagian
depan dan samping colon ascendens dan menghubungkan colon ascendens dengan
dinding posterior abdomen. Colon ascendens diperdarahi oleh arteria ileocolica dan
arteria colica dextra yang merupakan cabang arteria mesenterica superior.
4. Colon transversum
Berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbilicalis. Colon transversum
mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus hepatis dexter dan tergantung ke bawah
oleh mesocolon transversum dari pankreas. Kemudia colon transversum berjalan ke atas
sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada
flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma oleh ligamentum phrenicocolicum. Dua
per tiga bagian proksimal colon transversum diperdarahi oleh arteria colica media cabang
arteria mesenterica superior. Sepertiga bagian distal diperdarahi oleh arteria colica
sinistra cabang arteria mesenterica inferior.
5. Colon descendens
Colon descendens terletak di kuadran kiri atas dan bawah. Colon ini berjalan ke
bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, di sini colon transversum
melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan
sisi-sisinya serta menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen. Colon
27

descendens diperdarahi oleh arteria colica sinistra dan arteriae sigmoideae merupakan
cabang arteria mesenterica inferior.
Sama seperti saluran pencernaan lainnya, dinding kolon tersusun atas empat lapisan
dinding yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Tidak ditemukan vili pada
kolon. Mukosanya berlekuk-lekuk oleh kelenjar intestinal tubular panjang yang menerobos
lamina propria sampai muskularis mukosa. Epitel pelapis kolon adalah selapis silindris dengan
sedikit mikrovili dan banyak sel goblet. Lamina propria seperti pada usus halus mengandung
banyak jaringan limfoid difus. Fungsi utama usus besar adalah menyerap air dan mineral dari
sisa makanan dan membentuk feses. Sehubungan dengan fungsi ini, epitel usus besar
mengandung sel absorptif silindris dan sel goblet penghasil mukus yang menghasilkan mukus
untuk melumasi lumen usus besar agar feses mudah lewat dan mulai memadat saat itu.
2,5,8
Seperti yang kita ketahui, di colon terjadi proses pembusukan oleh bakteri bakteri
pembusuk yang terdapat di dalam colon. Bisa jadi di colon terjadi infeksi sehingga si wanita
dalam skenario mengalami sakit pada perut bagian bawahnya.

Mekanisme Kerja Ginjal
Dalam proses pembuatan urin terdapat tiga proses utama yaitu filtrasi, reabsorbsi dan sekresi dari
ginjal. Jumlah urin yang terbentuk dari ketiga proses tersebut berjumlah sekitar 1500ml perhari.
Jumlah urin ini ditentukan dengan jumlah ketiga proses tersebut dimana jumlah urin sama
dengan jumlah filtrasi dikurangi dengan jumlah reabsorbsi dan ditambahkan dengan jumlah
sekresi dari ginjal. Oleh karena ketiga kegiatan yang dilakukan ginjal diatas dapat disimpulkan
bahwa pengaturan yang dilakukan oleh ginjal dapat dilakukan dalam proses sekresi, filtrasi
maupun pada proses reabsorbsi dari ginjal tersebut.
4,5
1. Filtrasi Ginjal
Proses filtrasi dari ginjal dilakukan pada daerah korpuskel ginjal yang dimana banyak terdapat
pembuluh darah pada daerah tersebut. Kapiler darah yang berupa kapiler fenestra yang tertutupi
oleh kaki kaki pedikel pososit ini berfungsi seperti saringan yang dapat melewatkan benda
berukuran dibawah 8 nano meter. Ukuran yang kecil ini tidak memungkinkan bagi protein,
28

enzim dan zat yang besar untuk melewatinya. Selain daripada itu, sawar ini juga memiliki
muatan negatif, sehingga zat-zat yang memiliki muatan negatif akan sangat sulit untuk melewati
sawar ini. Hal ini terbukti pada protein albumin yang memiliki ukuran lebih kecil dari 8
nanometer dan bermuatan negatif. Albumin ini tidak dapat melewati sawar ginjal dengan alasan
bahwa molekul tersebut merupakan suatu molekul negatif yang saling tolak-menolak dengan
sawar dari ginjal tesebut. Oleh karena itu dapat disimpukkan bahwa kemampuan filtrasi zat
terlarut berbanding terbealik dengan ukurannya tetapi tidak berlaku pada molekul yang
bermuatan. Dengan pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat juga ditarik kesimpulan
bahwa dalam filtrat tidak diketemukan protein dan lemak, karena lemak biasanya berikatan
dengan protein yang terdapat dalam plasma.
GFR atau laju aliran tubulus merupakan banyaknya plasma yang melewati membran tubulus
dalam satu menit. Pada orang dewasa normal, jumlahnya sekitar 125mL/menit. Laju filtrasi
gromelurus ini ditentukan dengan kesimbangan osmotik dan onkotik antara plasma dengan di
kapsula bowman dan juga faktor filtrasi dari zat tersebut. Hal yang mempengaruhi kecepatan
berikutnya adalah tekanan hidrostatik dari kapiler dan gromelurus. Dimana peningkatan tekanan
hidrostatik dari kapiler akan meningkatkan GFR sedangkan peningkatan tekanan hidrostatik dari
glomerulus akan menurunkan GFR. Hal berikutnya yang berpengaruh adalah konsentrasi protein
plasma yang bersifat higroskopis atau menarik air yang disebut sebagai tekanan onkotik. Karena
dalam glomerulus tidak terdapat protein yang berarti maka tekanan onkotik glomerulus pada
orang normal dianggap sama dengan nol. Sedangkan tekanan onkotik pada kapiler awal
dibandingkan dengan kapiler akhir akan terus menigkat karena banyak air yang sudah keluar dan
hal inilah yang menyebabkan tidak semua plasma dapat keluar dari kapiler ke dalam glomerulus.
Hal ini dapat diartikan bahwa kontriksi dari arteriol aferen akan menurunkan GFR, sedangkan
kontriksi dari arteriol eferen memiliki 2 sifat yaitu menurunkan dan menaikan GFR. Pada
kontriksi arteriol eferen awal akan meningkatkan GFR, sedangkan pada kontriksi arteriol akhir
akan menurunkan GFR itu sendiri.
5
Kontrol umpan balik yang berfungsi untuk mengatur kerja dari filtrasi ginjal adalah renin dan
angiotensin. Prosesnya adalah sebagai berikut, apabila tekanan arteri menurun maka akan
menyebabkan tekanan hidrostatik glomerulus ikut turun dan akan serta merta menurunkan GFR.
Penurunan zat yang difiltrasi akan juga menurunkan jumlah nacl yang terdeteksi oleh makula
29

densa. Apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan tahanan dari arterol aferen, selain daripada
itu, penurunan ini juga akan menyebabkan peningkatan renin yang akan menghasilkan suatu
hormon angiotensin II. Hormon ini dan penurunan tahanan dari arteriol aferen akan menjadi
suatu umpan balik yang akan menaikkan tekanan hidrostatik dari glomerulus. Peningkatan ini
juga akan meningkatkan reabsorbsi nacl dan akan kembali ke keadaan homeostatis.
2. Reabsorbsi Ginjal
Pembentukan urin yang berikutnya akan melalui proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang
berbagai bagian dari nefron. Setiap bagian dari nefron mulai dari tubulus kontortus proksimal,
ansa henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus koligents mempunyai sifat dan cara kerja
reabsorbsi dan sekresi urin yang berbeda. Proses transpor dari berbagai zat tersebut dapat
dilakukan dengan transpor aktif primer, transpor aktif sekunder maupun dengan transpor pasif.
Transpor aktif primer berarti transpor tersebut melalui membran tubulus ke dalam sel dengan
langsung menggunakan ATP, misalnya natrium-kalium ATPase, hidrogen ATPase, hidogen
kalium ATPase, dan kalsium ATPase. Sedangkan pada transpor aktif sekunder, dua atau lebih zat
berinteraksi dengan suatu protein membran spesifik dan ditranspor bersama melewati membran,
contoh yang paling umum adalah transpor dari glukosa. Untuk transpor aktif sendiri selalu
memiliki batas kecepatan yang disebut sebagai transpor maksimum. Keterbatasan ini disebabkan
oleh kejenuhan dari sistem transpor spesifik yang dilibatkan apabla jumlah zat terlarut yang
dikirim ke tubulus melebihi kapasitas protein pengangkut dan enzim-enzim spesifik yang terlibat
dalam proses transport. Pada transport pasif yang paling banyak terjadi adalah pada reabsorbsi
air yang melalui osmosis terutama menyertai reabsorpsi natrium. Selain dari pada air reabsorbsi
dari klorida, ureum dan zat-zat terlarut lainnya melalui difusi pasif.
5,6
Bagian pertama dalam proses reabsorbsi dan sekresi adalah tubulus proksimal. Secara normal,
sekitar 65 persen dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai presenntase yang sedikit
lebih renadah dari klorida akan direabsorbsi oleh tubulus proskimal sebelum filtrat mencapai
ansa Henle peresentase ini dapat menigkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Pada
tubulus proskimal zat zat yang terutama direabsorbsi adalah natrium, clorida, air, glukosa, asam
amino dan ion bikarbonat. Dan zat yang terutama disekresi adalah ion hidrogen, asam organik,
dan beberapa jenis basa. Pada pertengahan pertama dari tubulus proksimal transpor natrium
sebagaian besar diikuti oleh transport dari glukosa ataupun asam amino, sedangkan untuk paruh
30

berikutnya karena konsentrasi dari clorida lebih tinggi lagi, maka transport dari natrium akan
lebih bersamaan dengan ion clorida. Transport imbangan dari natrium adalah dengan hidrogen
yang pada tubulus ginnjal berreaksi dengan ion bikarbonat dan akan menjadi carbondioksida dan
air. Dan hal yang juga penting adalah pada tubulus prosimal terdapat proses sekresi dari asam
dan basa organik yang berfungsi untuk mengeluarkan obat-obatan atau toksin yang potensial
berbahaya melalui sel-sel tubulus ke dalam tubulus dan dapat dengan cepat dibersihkan dari
darah.
Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda yaitu segmen tipis desenden,
segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden ansa henle. Bagian tebal dari segmen tipis ansa
henle sangat permeable terhadap air dan cukup permeabl terhadap sebgaian besar zat terlarut
tetapi hanya memiliki beberapa mitokondria dan terjadi reabsorbsi aktif yang sedikit atau bahkan
tidak terjadi reabsorbsi aktif. Segmen tebal asenden ansa henle mereansornsi sekitar 25%
natrium, klorida dan kalium yang terfiltrasi serta sejumlah besar kalsium, bikarbinat dan
magnesium. Segmen ini juga menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen tubulus. Dan disini
dapat dijelaskan bahwa pada bagian segmen tipis desendens dari ansa henle sangat permeable
terhadap air, sendangkan pada bagian acendensnya tidak lagi permeable terhadap air tertapi
banyak terdapat transport aktif keluar untuk natrium. Keadaan ini yang menyebabkan tetap
tingginya osmilaritas cairan intersitial yang terdapat pada medula ginjal.
6
Bagian awal tubulus distal banyak memiliki kesamaan dengan karakteristik dengan segmen
tebal asenden ansa Henle dan mereabsorbsi natrium, klorida, dan magnesium tapi sebnenarnya
tidak permeable terhadap air dan ureum. Bagian akhir dari tubulus distal dan tubulus kologentes
kortikalis terdiri dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel
prinsipalis mereabsorbsi natrium dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke dalam lumen. Sel
interkalatus mereabsorbsi ion kalium dan bikarbonat dari lumen dan menyekresikan ion hidrogen
ke dalam lumen. Rabsorbsi air dari segmen tubulus ini diatur oleh konsentrasi hormon
antidiuretik.
Ciri khas dari duktus koligentes bagian medula dalah dalam reabsorbsi air sangat dipengaruhi
oleh hormon ADH. Peningkatan hormon ini akan menyebabkan banyak dari air yang akan
direabsorbsi ke dalam darah, begitu juga sebaliknya. Ciri berikutnya yaitu duktus koligentes
bagian medula bersifat permeabel terhadap ureum.
31


Oleh karena itu beberapa ureum tubulus direabsorbsi ke dalam interstisium medula, membantu
meningkatkan osmolalitas daerah ginal ini dan turut berperan pada seluruh kemampuan ginjal
untuk membentuk urin yang pekant. Dan yang terakhir adalah duktus koligentes bagian medula
mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradien konsentrasi yang besar, seperti yang juga
terjadi dalam tubulus koligentes kortikalis. Jadi, duktus koligentes bagian medula juga
memainkan peranan kunci dalam mengatur keseimbangan asam basa.
6
3. Sekresi Ginjal
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam
tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi
tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat
tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus
maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau
pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+),
ionkalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah
senyawa senyawa yang asing bagi tubuh.

Pembentukan Batu Ginjal
Salah satu kerusakan ginjal adalah kegagalan mengeluarkan cairan tubuh dan zat-zat sisa
pembakaran yang bersifat racun sehingga penderita mengalami pembengkakak pada tubuh yang
terletak lebih rendah. Pada pemeriksaan kimiawi darah, akan ditemukan kadar ureum dan
kreatinin yang melampaui batas normal. Karena urine dibentuk dari cairan yang bersal dari
darah, jika darah mengandung mineral atau zat tertentu dalam konsentrasi tinggi, juga dapat
terjadi gangguan kualitas urine. Salah satu zat tertentu di dalam urine, misalnya calcium dapat
meninggi. Salah satu resiko yang ditimbulkannya adalah penimbunan calcium hingga terbentuk
batu ginjal dalam ginjal, seseorang perlu minum paling sedikit 1200 cc setiap hari, atau setara
32

dengan 5 gelas. Lebih banyak minum lebih menguntungkan, apalagi jika dalam kehidupan
sehari-hari seorang banyak mengeluarkan keringat. Pada kondisi itu cairan tubuh banyak dan
lebih cepat dikeluarkan melalui keringat sehingga ginjal mengalami kekurangan cairan juga.
Pada kondisi seperti ini pemasukan cairan lewat minum atau makanan berkuah sebaiknya
berjumlah tidak kurang dari 2 liter sehari.
4
Adanya batu dalam ginjal atau saluran ureter menyebabkan gangguan aliran urine.
Keadaan ini menimbulkan rangsangan pada saluran yang berkontraksi mendorong batu ke luar.
Pada saat seperti itu, penderita akan mengalami sakit mulas yang hebat sebagai akibat kontraksi
yang perlu di obati dengan pelemas otot ureter.
4,7

Siklus Menstruasi
Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini
penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara
usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-
primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini
berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-
kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi
5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari.
Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi
biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.
Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding
sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan
endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi
implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina.
Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan
menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi.

33


Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari
pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri
atas 4 fase: 1. fase menstruasi, 2 fase pra-ovulasi, 3. fase ovulasi, 4. fase pasca-ovulasi.
5

1. Fase menstruasi
Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan
produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya
endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih
5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mili liter

2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi
Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan memacu
hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan
merangsang folikel untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan
kadar estrogen juga menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir
yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina
sehingga mendukung kehidupan sperma.

3. Fase Ovulasi
Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke
14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise
mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.

4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi
Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus
menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit
34

sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan
hormon progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak
sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk
mempertebal dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta
mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi
pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga
kadar progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
menstruasi demikian seterusnya.

Kelainan Pada Menstruasi

Banyak perempuan yang mengalami nyeri sebelum menstruasi atau haid. Ada
yang pusing, mual, pegal-pegal, sakit perut, bahkan ada yang sampai pingsan. Sakit perut
yang dirasakan sebenarnya disebabkan oleh kontraksi rahim untuk mengeluarkan
endometrium yang juga dipengaruhi oleh hormon prostaglandin. Kita juga merasa tidak
enak karena hormon estrogen dan progesteron mengalami kekacauan keseimbangan
menjelang menstruasi. Jika sakitnya masih bisa ditahan, itu masih bisa disebut normal.
Namun jika sampai pingsan atau sakit yang luar biasa, hingga sampai mengganggu
aktivitas kita, itu patut dicurigai dan harus segera periksa ke dokter.




Gangguan dan kelainan menstruasi sebenarnya ada bermacam-macam, yaitu :
1. Nyeri haid (dismenorrhoe)
Pada saat menstruasi, perempuan kadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkat rasa nyeri
bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Untuk yang berat, lazim disebut
dismenorrhoe. Keadaan nyeri yang hebat itu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Nyeri haid ada dua macam :
35

1.1 Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan
posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun
dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres,
shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah,
dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan
kesehatan.
1.2 Nyeri haid sekunder, biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit
atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor
sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan
jaringan di sekitarnya.

2. Premenstruasi syndrome
PMS (pre menstruasi syndrome) atau gejala pre-menstruasi, dapat menyertai sebelum
atau saat menstruasi, seperti :
1. Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah.
2. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam.
3. Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan
perasaan negatif lainnya.
4. Mengalami kram perut (dismenorrhoe).
5. Kepala nyeri.
6. Pingsan.
7. Berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak.
8. Pinggang terasa pegal.

3. Amenorrhoe
Gangguan menstruasi lain, yaitu Amenorrhoe atau tidak mendapatkan haid sama sekali.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebabnya :
11
1. Disebut Hymen imperforata, yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bila wanita
sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya. Dia mengeluh sakit perut
36

setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini biasanya dioperasi untuk melubangi selaput
daranya.
2. Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi
untuk membentuk lapisan dinding rahim, hingga tidak terjadi haid atau hanya
sedikit. Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan endometrium tidak
terbentuk dan keadaan ini menyebabkan wanita tidak mengalami masa subur
karena sel telur tidak terbentuk. Pengobatannya dengan terapi hormon.



















37

Penutup
Dari pembahasan kasus dimana seorang ibu yang mengeluh nyeri pada waktu dan setelah
BAK dan merasa nyeri pada perut sebagian bawahnya dan ia juga sering merasa demam. Dengan
mengetahui struktur traktus urogenitalis serta keadaan fisiologis secara normalnya, kita dapat
mengetahui bagian apakah yang terganggu sehingga membuat seorang ibu tersebut dapat
mengalami gangguan seperti apa yang tertera di kasus. Kita dapat menganalisa dibagian
manakah yang mengalami gangguan sehingga ibu Amina merasakan sakit pada saat BAK dan
setelah BAK. Dari sistem fisiologis yang normal, itu dapat disebabkan karena adanya gangguan
di salah satu organ yang terkait dalam proses pengeluaran urine di tubuh ibu aminah.

Daftar Pustaka
1. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Jakarta: Bagian Anatomi FK UKRIDA;
2012.h.2-32.
2. Bloom, Fawcett.Buku ajara histologi. Edisi 12. Jakarta:ECG;2002.h.650-77.
3. Manuaba IBG,C,F. Pengantar kuliah obstetri.Jakarta.EGC.2007.h.63-80.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6 , Sistem digestivus.
Jakarta: EGC ; 2006.h.148-52.
5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.286.
6. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.h.39-43.
7. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.49-88.
8. Fiore M. Atlas histologi: Di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.147-229.
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2011.
10. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga; 2007.h.171.
11. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2007.h.715.

Anda mungkin juga menyukai