100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan37 halaman
Makalah ini membahas tentang sistem urogenital khususnya traktus urogenitalis. Secara makroskopis dibahas anatomi pelvis dan isinya, serta struktur ginjal yang terdiri atas korteks, medula, dan papila renalis. Secara mikroskopis dijelaskan sirkulasi darah pada ginjal yang diperdarahi oleh arteri renalis dan bermuara pada vena renalis. Makalah ini relevan untuk kasus pasien yang mengeluh nyeri pada perut
Deskripsi Asli:
Traktus Urogenital
Dalam anatomi, sistem urogenital adalah sebuah sistem yang berkaitan dengan organ-organ reproduksi dan sistem saluran kemih. Organ kemih dan reproduksi dikembangkan dari mesoderm intermediate. Organ permanen didahului oleh serangkaian struktur dimulai dari embrio. Struktur embrio terdiri dari dua sisi yaitu para pronephros, para mesonefros, metanephros ginjal, dan saluran Wolffii serta Miillerii dari organ reproduksi. Para pronephros menghilang pada saat awal, mesonefros dengan mana duktus Wolffii sebagai saluran pada laki-laki, dan Mulleri sebagai saluran wanita. Gangguan dari sistem urogenital dapat terjadi pada berbagai gangguan dari orang-orang yang tidak menunjukkan tanda serta gejala dan juga pada orang-orang yang menunjukkan berbagai tanda serta gejala. Penyebab gangguan ini termasuk penyakit infeksi, trauma, atau kondisi yang melibatkan struktur sekunder kemih
Makalah ini membahas tentang sistem urogenital khususnya traktus urogenitalis. Secara makroskopis dibahas anatomi pelvis dan isinya, serta struktur ginjal yang terdiri atas korteks, medula, dan papila renalis. Secara mikroskopis dijelaskan sirkulasi darah pada ginjal yang diperdarahi oleh arteri renalis dan bermuara pada vena renalis. Makalah ini relevan untuk kasus pasien yang mengeluh nyeri pada perut
Makalah ini membahas tentang sistem urogenital khususnya traktus urogenitalis. Secara makroskopis dibahas anatomi pelvis dan isinya, serta struktur ginjal yang terdiri atas korteks, medula, dan papila renalis. Secara mikroskopis dijelaskan sirkulasi darah pada ginjal yang diperdarahi oleh arteri renalis dan bermuara pada vena renalis. Makalah ini relevan untuk kasus pasien yang mengeluh nyeri pada perut
Blok 10 - Traktus Urogenital Disusun oleh : Kelompok C3 Oktavianus Christian 102008261 Avelia Iliq - 102009131 Epivania - 102011107 Karina Marcella - 102011183 Asher Juniar Halim 102011201 Mathyas Tanama 102011222 Verimai Dona Sandora - 102011260 Rani Fitria Anggraini - 102011386 Evan Luke Aditya - 102011424
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat dan karunia Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan materi tentang TRAKTUS UROGENITALIS yang merupakan tema dari scenario yang diberikan dan merupakan pembelajaran mandiri. Pada makalah ini akan dibahas bu aminah 26 tahun mengeluh nyeri pada waktu dan setelah BAK dan merasa nyeri pada perut bagian bawah. Ia juga kadang merasa demam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Seperti pepatah yang berkata Tiada Gading Yang Tak Retak begitu pula dengan makalah ini. Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran agar kami bisa menciptakan makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri kita semua.
Jakarta, 29 Oktober 2010
Penulis
3
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan. 4 BAB II Pembahasan.. 2.1 Stuktur makroskopis dan mikroskopis 7 2.2 Mekanisme kerja ginjal.. 27 2.3 Siklus menstuasi 32 BAB III Penutup 37 DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I Pendahuluan Dalam anatomi, sistem urogenital adalah sebuah sistem yang berkaitan dengan organ- organ reproduksi dan sistem saluran kemih. Organ kemih dan reproduksi dikembangkan dari mesoderm intermediate. Organ permanen didahului oleh serangkaian struktur dimulai dari embrio. Struktur embrio terdiri dari dua sisi yaitu para pronephros, para mesonefros, metanephros ginjal, dan saluran Wolffii serta Miillerii dari organ reproduksi. Para pronephros menghilang pada saat awal, mesonefros dengan mana duktus Wolffii sebagai saluran pada laki- laki, dan Mulleri sebagai saluran wanita. Gangguan dari sistem urogenital dapat terjadi pada berbagai gangguan dari orang-orang yang tidak menunjukkan tanda serta gejala dan juga pada orang-orang yang menunjukkan berbagai tanda serta gejala. Penyebab gangguan ini termasuk penyakit infeksi, trauma, atau kondisi yang melibatkan struktur sekunder kemih. Secara normal, manusia memiliki dua ginjal ( ginjal kanan dan kiri ) setiap ginjal terletak pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada cekungan yang berjalan disepanjang sisi corpus vertebrae. Ginjal kanan terletak agak lebih rendah dari pada ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula adrenalis terletak pada bagian atas setiap ginjal. Struktur ginjal meliputi, kapsula fibrosa pada bagian luar, korteks adalah bagian ginjal yang pucat dan berbercak-bercak oleh glomerulus, medula yaitu bagian ginjal yang berwarna gelap dan bergaris terdiri dari sejumlah papilla renalis yang menonjol kedalam pelvis, dan pembesaran pada ujung atas ureter. Ginjal adalah salah satu organ yang terdapat dalam system urogenitalis yang selanjutnya akan di bahas dalam makalah ini.
5
BAB II Stuktur Makroskopis dan Mikroskopis Pelvis
Tulang-tulang yang membentuk panggul adalah : 1. Os coxae, yang membentuk dinding anterior dan lateral panggul serta terdiri dari tiga tulang, yaitu: os ilium, os ischium, dan os pubis. 2. Os sacrum dan ossa coccyges yang membentuk dinding dorsal panggul.
Gambar 1. Tulang-tulang penyusun pelvis Sumber : http://70sbig.com/wp-content/uploads/2010/10/pelvis.jpg Dipisahkan oleh linea terminalis menjadi pelvis mayor dan pelvis minor. Diaphragma pelvis Adalah sekat pada dasar panggul yang berfungsi untuk menahan alat-alat rongga panggul dan membagi rongga panggul menjadi 2, yaitu rongga panggul utama, dan perineum. Diaphragma pelvis dibentuk oleh: 1. Pars muscularis, terdiri dari: a. M. Levator ani , berfungsi untuk : - Menahan dan memfiksasi alat-alat rongga panggul pada tempatnya. - Menahan tekanan intra abdomen yang mendadak meninggi. - Bekerja sebagai sphincter, terutama pada wanita sebagai sphincter vagina. 6
M.levator ani dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: - M.pubococcygeus Terletak di belakang vesica urinaria dan berfungsi mengontrol proses miksi. Pada laki-laki disebut juga m. Levator prostata, sedangkan pada wanita disebut m. Pubovaginae. - M.puborectalis Terletak dorsal terhadap m.pubococcygeus dan berfungsi membantu proses defekasi. - M.iliococcygeus Merupakan otot paling caudal dari m.pubococcygeus dan pada umumnya sudah menjadi apneurosis. b. M.coccygeus Terletak dorsal terhadap m.levator ani dan diselubungi fascia diaphragmatica pelvis superior dan fascia diaphragmatica pelvis inferior. 2. Pars membranacea Disebut juga diaphragma pelvis atau diaphragma urogenitale, yang terdiri dari 2 lembar fascia : a. Fascia diaphragmatica urogenitale superior b. Fascia diaphragmatica urogenitale inferior Berdasarkan penjelasan diatas, nyeri yang dirasakan wanita dalam skenario pada perut bagian bawahnya bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada tulang maupun otot-otot di pelvis. Sistem Urinaria
Alat-alat saluran kemih (tractus urinarius) terdiri atas, a) ren; b) ureter; c) vesica urinaria; dan d) urethra. A. Ren Makroskopis 7
Ren atau ginjal merupakan organ ekskresi utama. Ren terletak retroperitoneal, yaitu diantara peritoneum parietale dan fascia transversa abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebra lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7cm, sedangkan jarak extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11cm. Sedangkan jarak extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5cm.
Gambar 2. Struktur makroskopis ginjal Sumber : http://obatalami.kankerotak.info/wp-content/uploads/2012/08/gagal-ginjal-2.jpg Ren berbentuk seperti kacang dan memiliki: 1. Dua ekstremitas, yaitu ekstremitas superior dan inferior. 2. Dua margo, yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang berbentuk konveks. Pada margo medialis inilah terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis yang merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, limfe, saraf, dan ureter. 3. Dua facies, yaitu facies anterior yang berbentuk cembung dan facies posterior yang agak datar. Ginjal dibungkus oleh : 1. Capsula fibrosa 8
Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas. Capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan tidak membungkus gl. supra renalis. 2. Capsula Adiposa Capsula adiposa banyak lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Capsula adiposa di bagian depan relatif tipis dibandingkan di bagian belakang. Capsula adiposa berfungsi untuk mempertahankan posisi ginjal. Pada keadaan tertentu, capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang membungkus capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal menjadi turun, yang disebut nephroptosis. Nephroptosis ini sering terjadi pada ibu yang sering melahirkan. 3. Fascia renalis Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis di bagian belakang ginjal. Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah, oleh karena itu sering terjadi ascending infection. Bagian-bagian ginjal : 1. Cortex renalis Cortex renalis terdiri dari glomerulus dan pembuluh darah. Di dalam glomerulus, darah disaring dan disalurkan ke dalam medulla. Pada medulla, saluran-saluran tersebut akan bermuara pada papilla renalis sehingga tampak garis-garis pada medulla yang disebut processus medullaris (Ferheini). 2. Medulla renalis Pada medulla renalis dapat dijumpai : a. Papilla renalis yang berbentuk segitiga sehingga disebut pyramid renalis. b. Saluran-saluran yang menembus papilla disebut ductulli papillares (Bellini). c. Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor. d. Di antara pyramis-pyramis terdapat columna renalis. e. Beberapa calyx minor (2-4) membentuk calyx major. 9
f. Beberapa calyx major bergabung menjadi pyelum atau pelvis renalis, kemudia menjadi ureter. g. Ruangan tempat calyx disebut sinus renalis. Pendarahan ginjal Ginjal diperdarahi oleh A.renalis. Perjalanan vaskularisasi ginjal dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Arteri renalis Arteri renalis dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2. Arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri karena harus menyilang vena cava inferior di belakangnya. A.renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus renalis dan bercabang menjadi 2 cabang besar. Cabang yang pertama berjalan ke depan bagian depan ginjal dan mendarahi ginjal bagian depan. Sedangkan cabang yang kedua berjalan ke arah belakang ginjal dan memperdarahi ginjal bagian belakang. Cabang yang menuju bagian depan ginjal lebih panjang dibandingkan cabang yang menuju ke belakang ginjal. Kedua cabang ini akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal atau disebut dengan garis broedel. Pembedahan ginjal dilakukan pada garis broedel karena pendarahannya minimal. Arteri renalis berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi a.interlobaris. 2. Arteri interlobaris Arteri interlobaris pada perbatasan cortex dan medula akan bercabang menjadi arteri arcuata yang akan mengelilingi cortex dan medulla. 3. Arteri arcuata Arteri arcuata mempercabangkan A.interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal (cortex). Pembuluh balik pada ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler dan kemudian berkumpul ke dalam v.interlobaris. Dari v.interlobularis akan ke v.arcuata, v.interlobaris, v.renalis, dan kemudian akan ke v.cava inferior.
10
Mikroskopis
Gambar 3. Struktur mikroskopis ginjal Sumber: http://xamthoneplus.witono.biz/wp-content/uploads/2012/08/Gagal-ginjal.jpg Ginjal tersusun atas nefron. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, yang terdiri atas: 1. Korpus renalis (glomerulus, sinus capsula bowman, dan capsula bowman) 2. Tubulus konkortus proksimal 3. Ansa henle: a. Segmen tebal desenden (tubulus rektus proksimal) b. Segmen tipis ansa henle c. Segmen tebal asenden (tubulus rektus distal) 4. Tubulus kontortus distalis, yang nantinya akan berlanjut ke duktus koligens Glomerulus Bentuknya khas bundar dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya karena susunan selnya yang padat. Paling luar diliputi epitel selapis gepeng dan disebut kapsula bowman lapis parietal. Kadang ditemukan kapsula bowman lapis parietal yang bersambung dengan kontortus proksimal membentuk kutub urinari. Di bawah 11
kapsula bowman lapis parietal terdapat ruangan kosong yang dalam keadaan hidup terisi cairan ultrafiltrat. Pada arah yang berlawanan dari kutub urinari terdapat kutub vaskular, tempat masuk dan keluarnya arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang kemudian bercabang-cabang menjadi kapiler yang bergelung-gelung di dalam glomerulus. Kapiler ini sebenarnya diliputi oleh podosit yang membentuk kapsula bowman lapis viseral.kapiler kemudian bergabung menjadi satu lagi membentuk arteriol keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen. Tubulus kontortus proksimal Tubulus kontortus proksimal diliputi oleh epitel kuboid rendah dan berinti bulat. Lumen tubulus kontortus proksimal tidak terlihat jelas karena terdapat brush border. Fungsi dari tubulus ini adalah absorbsi makromolekul dari filtrat glomerulus. Ansa Henle Ansa henle terletak di berkas medula dan di medula ginjal. Pada tubulus rektus proksimal, penampakannya menyerupai tubulus kontortus proksimal. Pada segmen tipis ansa henle, penampakannya mirip kapiler namun tetap tidak terdapat darah di dalam lumennya. Sedangkan tubulus rektus distal, penampakannya serupa dengan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus distal Tubulus ini diliputi oleh epitel selapis kuboid rendah. Jarak antar inti selnya berdekatan. Berbeda dengan tubulus kontortus proksimal, pada tubulus kontortus distalis lumennya terlihat jelas karena tidak terdapat brush border. Ukuran lumennya pun lebih lebar daripada tubulus kontortus proksimal.
12
B. Ureter Makroskopis 1
Gambar 4. Ureter Sumber : http://www.daviddarling.info/images/ureter.jpg Ureter merupakan lanjutan pelvis renalis, panjangnya 25-30cm berjalan ke arah distal untuk bermuara di vesica urinaria. Menurut letaknya, ureter dibedakan menjadi : 1. Pars abdominalis ureteris Perjalanan ureter dalam cavum abdomen (pars abdominalis ureteris) pada laki- laki dan wanita tidak berbeda. 2. Pars pelvina ureteris Perjalanan ureter dalam cavum pelvis (pars pelvina uterus) pada wanita berbeda dengan laki-laki karena perbedaan alat-alat panggul wanita dan laki-laki. Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat, yaitu pada: 13
a. Uteropelvic junction b. Saat ureter menyilang vassa iliaca communis (flexura marginalis) c. Saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria Di bagian-bagian ureter yang sempit tersebut dapat menyebabkan sangkutan batu ureter. Mikroskopis 2
Gambar 5. Lapisan muskularis ureter Sumber: http://medsci.indiana.edu/a215/virtualscope/images/ureter_vd_1.jpg Lapisan mukosa ureter diselubungi oleh epitel transisional dengan lamina propia di bawahnya. Lapisan ototnya terdiri atas tiga lapisan yaitu: 1. Lapisan otot memanjang 2. Lapisan otot melingkar 3. Lapisan otot memanjang 14
4. Lapisan adventisia merupakan jaringan ikat panjang
C. Vesica urinaria Makroskopis 1 Vesica urinaria disebut juga bladder atau kandung kemih dan berfungsi sebagai resevoir urine dengan kapasitas 200-400cc. Pada anak-anak, vesica urinaria terletak di atas apertura pelvis superior. Setelah dewasa, rongga panggul akan membesar dan vesica urinaria turun ke dalam rongga panggul. Bila terisi, bagian atas vesica urinaria akan terletak di daerah hypogastricus dan berbentuk ovoid atau menyerupai telur. Sedangkan vesica urinaria yang kosong, seluruhnya terletak di belakang symphisis ossis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk seperti limas, sehingga dapat dibedakan menjadi : 1. Apex vesica urinaria Apex atau puncak vesica urinaria terletak tepat di tepi belakang tepi atas symphisis ossis pubis. Semasa janin, apex dihubungkan ke umbilicalis oleh urachus (sisa kantong allantois). Setelah lahir, urachus menutup dan berubah menjadi lig. Umbilicalis medialis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan langsung dengan ileum dan colon sigmoideum. 2. Dasar vesica urinaria Dasar vesica urinaria dibentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segitiga. Pada sudut laterosuperior dextra dan sinistra dapat dijumpai muara ureter,sedangkan pada sudut inferior dapat dijumpai orificium urethrae internum. 3. Dinding vesica urinaria Dinding vesica urinaria terdiri dari satu dinding superior dan dua dinding lateroinferior. Dinding lateroinferior berhubungan dengan m.obturator internus di sebelah cranial dan m.levator ani di sebelah distal. Pertemuan kedua dinding lateroinferior di sebelah cauda disebut dengan cervix vesicae. 4. Collum vesica urinaria 15
Callum vesica urinaria pada laki-laki berbatasan dengan permukaan atas gl. prostata. Collum vesica urinaria difiksasi oleh lig. Puboprostatica pada laki- laki atau lig. Pubovesicale pada wanita. Namun secara anatomis, vesica urinaria dapat dibedakan menjadi Apex, fundus, dan corpus. Fundus berbentuk segitiga dan menghadap ke cauda dorsal dan berhadapan dengan rectum. Pada laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati oleh vesicula seminalis dan ampulla ductus deferens, sedangkan di antara vesica urinaria dan rectum dapat dijumpai lekukan peritoneum yang disebut excavatio recto vesicalis. Pada wanita, fundus vesica urinaria dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis cervicis uteri. Vesica urinaria diperdarahi oleh : 1. Arteriae vesicales superior Merupakan cabang dari a.umbilicalis bagian proximal. Aa.vesicales superior mendarahi bagian fundus vesica urinaria dan akhirnya beranastomosis dengan a.epigastrica inferior. 2. Arteriae vesicales inferior Memperdarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria, serta glandula prostata. 3. Arteri vesiculodeferentialis Merupakan cabang dari a. iliaca interna dan mendarahi 1/3 permukaan posterior vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis. Pada wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. uterina dan mendarahi ovarium dan vagina. Mikroskopis 2 Lapisan mukosa dari vesica urinaria dilapisi epitel transisional dengan lamina propia dibawahnya. Lapisan muskular terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis secara tidak beraturan. Lapisan adventisianya terdiri atas jaringan ikat fibroelastis.
D. Urethra 1
16
Urethra pada laki-laki (masculina) berbeda dengan wanita (femina). Urethra masculina merupakan pipa fibromusculair dengan panjang 18-22cm dan mempunyai fungsi menyalurkan urine sampai ke dunia luar dan tempat melewatnya semen/sperma.
Gambar 6. Urethra masculina dan urethra femina Sumber : http://www.prostatitis.org/stricturesimages/1.jpg dan http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/media/medical/hw/h99 91322_004.jpg Urethra masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu: 1. Urethra pars preprostatica Panjang bagian ini adalah 0,5-1,5cm. 2. Urethra pars prostatica Panjangnya sekitar 3cm, membentang dari collum vesica urinaria sampai sedikit ventral apex gl.prostata. Urethra pars prostatica merupakan pertemuan saluran urine dan reproduksi. 3. Urethra pars membranacea Merupakan bagian paling pendek, sepanjang 1-2cm, dan bagian paling sempit karena dikelilingi oleh m.sphincter urethrae. Selain pendek dan sempit, urethra bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah robek pada keteterisasi. 4. Urethra pars spongiosa 17
Merupakan bagian terpanjang yaitu sekitar 15cm dan membentang dari bulbus penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian ini dikelilingi corpus spongiosum maupun corpus cavernosum. Berdasarkan penjelasan diatas, rasa nyeri yang dirasakan oleh wanita dalam skenario pada perut bagian bawah bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sistem urinaria yang kemungkinan terbesar karena adanya sumbatan oleh batu pada saluran urinaria, terutama pada bagian penyempitan dari ureter. Genitalia Femina Dibagi menjadi genitalia eksterna dan genitalia interna: 1. Alat reproduksi eksterna (vulva) 3 : a. Mons veneris (pubis) b. Labia mayora c. Labia minora d. Klitoris e. Vestibulum f. Vagina g. Perineum 2. Alat reproduksi interna: a. Uterus b. Serviks uteri c. Korpus uteri d. Tuba fallopii e. Sisa-sisa pertumbuhan embrional 18
Gambar 7. Genitalia Feminina interna dan eksterna Sumber : http://curlygirl4.no.sapo.pt/sistemafeminino.jpg Alat reproduksi eksterna 3 a. Mons veneris (pubis) Mons pubis atau mons veneris merupakan bantalan jaringan lemak mulai dari sinfisis pubis sampai ke vulva. Bagian ini tertutup oleh rambut berbentuk segitiga dengan dasar segitiga di simfisis. Distribusi rambut makin ke bawah makin tipis dan sebagian rambut menutupi labium mayus. b. Labium mayora Labium mayora merupakan jaringan lemak yang tertutup kulit mulai darai mons veneris menuju bawah dan ke belakang. Secara embriologi, pembentukannya sebanding dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum tertambat di labia mayora sehingga tarikan ligamentum ini dapat dirasakan pada saat terjadi kontraksi rahim. Setelah bersalin beberapa kali atau pada usia lanjut, jaringan lemak di labia mayora semakin berkurang. Organ ini mempunyai panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 1- cm. Pada gadis atau anak kecil keduanya tampak menyatu. Di bagian atas, labia mayora langsung berbatasan dengan mons veneris, sedangkan bagian bawahnya bersatu membentuk komisura posterior. Setelah dewasa, sebagian labia mayora 19
tertutup oleh rambut. Organ ini mengandung banyak kelenjar lemak dan di bawahnya terdapat jaringan elastik dan jaringan lemak, banyak pleksus venosus yang dapat mengembangkan atau menciutkan labia mayora. Jika terjadi trauma, pleksus ini menimbulkan hematoma. c. Labia minora Labius minus (nimphae) merupakan jaringan mendatar yang terletak di antara kedua labium mayus. Bagian ini berwarna merah karena di lapisi oleh mukosa. Bentuknya bervariasi pada masing-masing perempuan. Organ ini tidak berbulu, tetapi banyak mengandung kelenjar lemak. Bagian anteriornya terdiri dari jaringan ikat yang kaya pembuluh darah dengan sedikit otot polos, banyak ujung serabut saraf sehingga sangat sensitif. Bagian ini merupakan jaringan erektil. Di ujung anterior masing-masing labium membelah dua : 1) Pasangan bawah membentuk frenulum klitoris 2) Pasangan atas membentuk preputium klitoris Kedua labium minus kanan-kiri bertemu di bagian bawah membentuk fourchette. d. Klitoris Secara embrional, klitoris sama dengan penis pada pria. Organ ini terletak di ujung dari vulva di antara dua pelipatan dari labia minus. Klitoridis terbentuk dari korpus klitoris, glans (ujung) klitoris, dua krura klitoris. Korpus berisikan korpus kavernosum klitoris yang merupakan jaringan erektil dan dinding mengandung otot polos. Dua krura klitoris berorigo di permukaan inferior ramus ischiopubis dan menyatu di bagian tengah simfisis pubis membentuk korpus klitoris. Panjang korpus klitoris sekita 2 cm. Organ ini ditarik kuat oleh labia minus sehingga ujungnya mengarah ke bawah dan sedikit ke arah liang vagina. Glans klitoridis besarnya sekitar cm dan kaya akan ujung saraf sehingga sangat sensitif. 20
Pembuluh darah klitoris sama dengan pembuluh darah yang mendarahi vestibulum vulva. Organ ini merupakan bagian yang paling erotik pada perempuan. e. Vestibulum Vestibulum berbentuk oval merupakan daerah yang dibatasi kedua labia minora, klitoris di bagian atas, dan fourchette di bagian bawah. Pada vestibulum terdapat enam muara/lubang, yaitu orificium uretrae, vagina, sepasang muara kelenjar bartholin, dan sepasang muara kelanjar skene. Di antara vagina dan fourchette terdapat fossa navikulare. f. Kelenjar bartholini Kelenjar ini berpasangan di kanan dan kiri. Besarnya - 1 cm. Letaknya di bawah mukosa dan muskulus konstriktor vagina atau di bawah bulbus vestibulum. Kelenjar bartholin merupakan kelenjar utama pada vestibulum. Salurannya kira-kira sepanjang 1 - 2 cm dan bermuara di bagian bawah lumen vagina. Kelenjar ini mengeluarkan lendir pada saat hubungan seksual dan paling sering terinfeksi oleh Neisseria gonorrhoeae. g. Orificium uretra Uretra berada di 2/3 bagian posterior dinding vagina. Saluran ini bermuara di tengah vestibulum, sekitar 1 1 cm di bawah arkus pubis. Orificium uretra berjarak pendek dari lubang vagina dan berbentuk celah vertikal dengan diameter 4.5 mm. Di kanan kirinya, terdapat kelenjar paraurethral skene yang bermuara pada uretra atau ke vestibulum. Saluran kelenjar skene berkaliber sekitar 0,5 mm dengan panjang bervariasi. h. Bulbus vestibuli Di bawah membrana vestibularis, terdapat bulbus vestibuli yang merupakan kumpulan pembuluh darah, dengan ukuran panjang 3-4 cm, tebal - 1 cm dan lebar 1-2 cm. Bulbus vestibuli terletak di dekat ramus ishiopubis. Sebagian di tutupi oleh m.ishiokavernosus. dan m.konstriktor vaginae. Bagian anteriornya berhubungan dengan klitoris, sedangkan bagian bawahnya bertemu dibagian 21
tengah vagina. Secara embriologis bulbus vestibuli sama dengan korpus kavernosum penis pria. Bagian ini rentan terhadap luka dan hematoma. i. Vagina Vagina merupakan bagian alat genitalia yang berhubungan langsung dengan dunia luar, sehingga organ dapat dianggap sebagai pintu masuknya infeksi dari luar menuju ke alat genitalia interna. Vagina merupakan tubulo- muskulomembran yang terbentang mulai dari vulva ke arah uterus dan berada di antara vesika urinaria dan rektum. Vagina merupakan alat saluran sekret dari uterus, khususnya saat menstruasi, serta merupakan bagian dari jalan lahir lunak. Secara embrional, bagian atas vagina dibentuk oleh duktus mulleri, sedangkan bagian bawahnya berasal dari sinus urogenitalis. Dinding depannya langsung berhubungan dengan vesika urinaria dan uretra, hanya di pisahkan oleh jaringan ikat(septum vesikovaginal). Bagian belakang vagina berhubungan langsung dengan rektum dan disekat oleh septum rektovaginal. Ujung atas vagina dipisahkan dengan rektum oleh kantong rekto-uterin. Umumnya, dinding vagina saling menempel dan hanya sebagian lateralnya terbuka, sehingga pada potongan melintang membentuk H. Panjang vagina bagian depan adalah 6-8 cm, sedang bagian belakangnya 7-19 cm. Ujung atasnya dibagi menjadi empat forniks. Plika memanjang terdapat pada vagina mulai dari pertengahan ke atas di bagian posteriornya/anteriornya. Rugal transversal dapat dijumpai pada perempuan virgin. Rugae ini penting untuk memberikan kesempatan memperluas ruang vagina saat persalinan untuk menjadi jalan akhir lunak. Pada multipara dan wanita monopause rugae makin menghilang. Mukosa vagina terdiri dari epitel bertatah dan tanpa kelenjar. Jika terdapat kistam biasanya merupakan sisa berkas luka yang tertanam. Epitel vagina mengandung glukosa. Pelepasan epitel di pengaruhi hormonal. j. Perineum Perineum dibentuk oleh dua jaringan penting. Diafragma pelvis dan diafragma urogenital 22
1) Diafragma pelvis terbentuk oleh M. Levator ani, M. Koksigeus dan fascia yang membungkusnya. 2) Diafragma urogenital terletak di bagian luar diafragma pelvis. Bentuknya segitiga di tuberositas ossis Ishii dan simfisis pubis. Diafragma urogenitale terbentuk dari M.transversus perinei dalam, M.konstriktor urethra, dan fascia penutup bagian luar dan dalam. Perineum mendapat perdarahan dari A.pudenda interna dan cabangnya a.rektalis inferior, dan a.labialis posterior. Persarafan di lakukan oleh nervus pudendus yang berasal dari S2, S3, dan S4. Badan perineum adalah terdiri dari raphe mediana m.levator ani yang terletak antara vagina dan rektum. Organ ini diperkuat oleh tendo perineum yang merupakan tempat bertemunya M.bulbokavernosus, M.transversus perinei superfisialis, dan M.sfingter ani eskternus. Alat reproduksi interna a. Uterus Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks 23
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid. c. Corpus uteri Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar). d. Ligamenta penyangga uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina. e. Vaskularisasi uterus Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. f. Salping / Tuba Falopii Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri- kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar). - Pars isthmica (proksimal/isthmus) 24
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. - Pars ampularis (medial/ampula) Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. - Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba. g. Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus). h. Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari i. i. i. korteks dan medula.Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis. 25
Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, terdapat organ genitalia di dalam perut bagian bawah. Apabila terjadi infeksi maupun gangguan di salah satu bagian genitalia tersebut, bisa saja menyebabkan sakit pada perut bagian bawah seperti yang dirasakan oleh wanita dalam skenario. Colon Colon atau intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus. Intestinum crassum terbagi menjadi caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum. Fungsi utama intenstinum crassum adalah mengabsorpsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak dicerna sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses 4-7 .
Gambar 8. Colon Sumber : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/kolon-pict/ 1. Caecum 26
Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca dextra. Caecum mudah bergerak, walaupun tidak mempunyai mesenterium. Adanya lipatan peritoneum di sekitar caecum membentuk recessus ileocecalis superior, inferior, dan recessus retrocaecalis. 2. Appendix vermiformis Organ sempit berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid. Panjang appendix vermiformis bervariasi dari 8-13 cm. Dasarnya melekat pada permukaan posteromedial ceacum di bawah junctura ileocaecalis. 3. Colon ascendens Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus hepatis dexter. Colen ascendens kemudian membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Peritoneum meliputi bagian depan dan samping colon ascendens dan menghubungkan colon ascendens dengan dinding posterior abdomen. Colon ascendens diperdarahi oleh arteria ileocolica dan arteria colica dextra yang merupakan cabang arteria mesenterica superior. 4. Colon transversum Berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh mesocolon transversum dari pankreas. Kemudia colon transversum berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma oleh ligamentum phrenicocolicum. Dua per tiga bagian proksimal colon transversum diperdarahi oleh arteria colica media cabang arteria mesenterica superior. Sepertiga bagian distal diperdarahi oleh arteria colica sinistra cabang arteria mesenterica inferior. 5. Colon descendens Colon descendens terletak di kuadran kiri atas dan bawah. Colon ini berjalan ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, di sini colon transversum melanjutkan diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-sisinya serta menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen. Colon 27
descendens diperdarahi oleh arteria colica sinistra dan arteriae sigmoideae merupakan cabang arteria mesenterica inferior. Sama seperti saluran pencernaan lainnya, dinding kolon tersusun atas empat lapisan dinding yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Tidak ditemukan vili pada kolon. Mukosanya berlekuk-lekuk oleh kelenjar intestinal tubular panjang yang menerobos lamina propria sampai muskularis mukosa. Epitel pelapis kolon adalah selapis silindris dengan sedikit mikrovili dan banyak sel goblet. Lamina propria seperti pada usus halus mengandung banyak jaringan limfoid difus. Fungsi utama usus besar adalah menyerap air dan mineral dari sisa makanan dan membentuk feses. Sehubungan dengan fungsi ini, epitel usus besar mengandung sel absorptif silindris dan sel goblet penghasil mukus yang menghasilkan mukus untuk melumasi lumen usus besar agar feses mudah lewat dan mulai memadat saat itu. 2,5,8 Seperti yang kita ketahui, di colon terjadi proses pembusukan oleh bakteri bakteri pembusuk yang terdapat di dalam colon. Bisa jadi di colon terjadi infeksi sehingga si wanita dalam skenario mengalami sakit pada perut bagian bawahnya.
Mekanisme Kerja Ginjal Dalam proses pembuatan urin terdapat tiga proses utama yaitu filtrasi, reabsorbsi dan sekresi dari ginjal. Jumlah urin yang terbentuk dari ketiga proses tersebut berjumlah sekitar 1500ml perhari. Jumlah urin ini ditentukan dengan jumlah ketiga proses tersebut dimana jumlah urin sama dengan jumlah filtrasi dikurangi dengan jumlah reabsorbsi dan ditambahkan dengan jumlah sekresi dari ginjal. Oleh karena ketiga kegiatan yang dilakukan ginjal diatas dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang dilakukan oleh ginjal dapat dilakukan dalam proses sekresi, filtrasi maupun pada proses reabsorbsi dari ginjal tersebut. 4,5 1. Filtrasi Ginjal Proses filtrasi dari ginjal dilakukan pada daerah korpuskel ginjal yang dimana banyak terdapat pembuluh darah pada daerah tersebut. Kapiler darah yang berupa kapiler fenestra yang tertutupi oleh kaki kaki pedikel pososit ini berfungsi seperti saringan yang dapat melewatkan benda berukuran dibawah 8 nano meter. Ukuran yang kecil ini tidak memungkinkan bagi protein, 28
enzim dan zat yang besar untuk melewatinya. Selain daripada itu, sawar ini juga memiliki muatan negatif, sehingga zat-zat yang memiliki muatan negatif akan sangat sulit untuk melewati sawar ini. Hal ini terbukti pada protein albumin yang memiliki ukuran lebih kecil dari 8 nanometer dan bermuatan negatif. Albumin ini tidak dapat melewati sawar ginjal dengan alasan bahwa molekul tersebut merupakan suatu molekul negatif yang saling tolak-menolak dengan sawar dari ginjal tesebut. Oleh karena itu dapat disimpukkan bahwa kemampuan filtrasi zat terlarut berbanding terbealik dengan ukurannya tetapi tidak berlaku pada molekul yang bermuatan. Dengan pembahasan yang telah dilakukan diatas dapat juga ditarik kesimpulan bahwa dalam filtrat tidak diketemukan protein dan lemak, karena lemak biasanya berikatan dengan protein yang terdapat dalam plasma. GFR atau laju aliran tubulus merupakan banyaknya plasma yang melewati membran tubulus dalam satu menit. Pada orang dewasa normal, jumlahnya sekitar 125mL/menit. Laju filtrasi gromelurus ini ditentukan dengan kesimbangan osmotik dan onkotik antara plasma dengan di kapsula bowman dan juga faktor filtrasi dari zat tersebut. Hal yang mempengaruhi kecepatan berikutnya adalah tekanan hidrostatik dari kapiler dan gromelurus. Dimana peningkatan tekanan hidrostatik dari kapiler akan meningkatkan GFR sedangkan peningkatan tekanan hidrostatik dari glomerulus akan menurunkan GFR. Hal berikutnya yang berpengaruh adalah konsentrasi protein plasma yang bersifat higroskopis atau menarik air yang disebut sebagai tekanan onkotik. Karena dalam glomerulus tidak terdapat protein yang berarti maka tekanan onkotik glomerulus pada orang normal dianggap sama dengan nol. Sedangkan tekanan onkotik pada kapiler awal dibandingkan dengan kapiler akhir akan terus menigkat karena banyak air yang sudah keluar dan hal inilah yang menyebabkan tidak semua plasma dapat keluar dari kapiler ke dalam glomerulus. Hal ini dapat diartikan bahwa kontriksi dari arteriol aferen akan menurunkan GFR, sedangkan kontriksi dari arteriol eferen memiliki 2 sifat yaitu menurunkan dan menaikan GFR. Pada kontriksi arteriol eferen awal akan meningkatkan GFR, sedangkan pada kontriksi arteriol akhir akan menurunkan GFR itu sendiri. 5 Kontrol umpan balik yang berfungsi untuk mengatur kerja dari filtrasi ginjal adalah renin dan angiotensin. Prosesnya adalah sebagai berikut, apabila tekanan arteri menurun maka akan menyebabkan tekanan hidrostatik glomerulus ikut turun dan akan serta merta menurunkan GFR. Penurunan zat yang difiltrasi akan juga menurunkan jumlah nacl yang terdeteksi oleh makula 29
densa. Apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan tahanan dari arterol aferen, selain daripada itu, penurunan ini juga akan menyebabkan peningkatan renin yang akan menghasilkan suatu hormon angiotensin II. Hormon ini dan penurunan tahanan dari arteriol aferen akan menjadi suatu umpan balik yang akan menaikkan tekanan hidrostatik dari glomerulus. Peningkatan ini juga akan meningkatkan reabsorbsi nacl dan akan kembali ke keadaan homeostatis. 2. Reabsorbsi Ginjal Pembentukan urin yang berikutnya akan melalui proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang berbagai bagian dari nefron. Setiap bagian dari nefron mulai dari tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus koligents mempunyai sifat dan cara kerja reabsorbsi dan sekresi urin yang berbeda. Proses transpor dari berbagai zat tersebut dapat dilakukan dengan transpor aktif primer, transpor aktif sekunder maupun dengan transpor pasif. Transpor aktif primer berarti transpor tersebut melalui membran tubulus ke dalam sel dengan langsung menggunakan ATP, misalnya natrium-kalium ATPase, hidrogen ATPase, hidogen kalium ATPase, dan kalsium ATPase. Sedangkan pada transpor aktif sekunder, dua atau lebih zat berinteraksi dengan suatu protein membran spesifik dan ditranspor bersama melewati membran, contoh yang paling umum adalah transpor dari glukosa. Untuk transpor aktif sendiri selalu memiliki batas kecepatan yang disebut sebagai transpor maksimum. Keterbatasan ini disebabkan oleh kejenuhan dari sistem transpor spesifik yang dilibatkan apabla jumlah zat terlarut yang dikirim ke tubulus melebihi kapasitas protein pengangkut dan enzim-enzim spesifik yang terlibat dalam proses transport. Pada transport pasif yang paling banyak terjadi adalah pada reabsorbsi air yang melalui osmosis terutama menyertai reabsorpsi natrium. Selain dari pada air reabsorbsi dari klorida, ureum dan zat-zat terlarut lainnya melalui difusi pasif. 5,6 Bagian pertama dalam proses reabsorbsi dan sekresi adalah tubulus proksimal. Secara normal, sekitar 65 persen dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai presenntase yang sedikit lebih renadah dari klorida akan direabsorbsi oleh tubulus proskimal sebelum filtrat mencapai ansa Henle peresentase ini dapat menigkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Pada tubulus proskimal zat zat yang terutama direabsorbsi adalah natrium, clorida, air, glukosa, asam amino dan ion bikarbonat. Dan zat yang terutama disekresi adalah ion hidrogen, asam organik, dan beberapa jenis basa. Pada pertengahan pertama dari tubulus proksimal transpor natrium sebagaian besar diikuti oleh transport dari glukosa ataupun asam amino, sedangkan untuk paruh 30
berikutnya karena konsentrasi dari clorida lebih tinggi lagi, maka transport dari natrium akan lebih bersamaan dengan ion clorida. Transport imbangan dari natrium adalah dengan hidrogen yang pada tubulus ginnjal berreaksi dengan ion bikarbonat dan akan menjadi carbondioksida dan air. Dan hal yang juga penting adalah pada tubulus prosimal terdapat proses sekresi dari asam dan basa organik yang berfungsi untuk mengeluarkan obat-obatan atau toksin yang potensial berbahaya melalui sel-sel tubulus ke dalam tubulus dan dapat dengan cepat dibersihkan dari darah. Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda yaitu segmen tipis desenden, segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden ansa henle. Bagian tebal dari segmen tipis ansa henle sangat permeable terhadap air dan cukup permeabl terhadap sebgaian besar zat terlarut tetapi hanya memiliki beberapa mitokondria dan terjadi reabsorbsi aktif yang sedikit atau bahkan tidak terjadi reabsorbsi aktif. Segmen tebal asenden ansa henle mereansornsi sekitar 25% natrium, klorida dan kalium yang terfiltrasi serta sejumlah besar kalsium, bikarbinat dan magnesium. Segmen ini juga menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen tubulus. Dan disini dapat dijelaskan bahwa pada bagian segmen tipis desendens dari ansa henle sangat permeable terhadap air, sendangkan pada bagian acendensnya tidak lagi permeable terhadap air tertapi banyak terdapat transport aktif keluar untuk natrium. Keadaan ini yang menyebabkan tetap tingginya osmilaritas cairan intersitial yang terdapat pada medula ginjal. 6 Bagian awal tubulus distal banyak memiliki kesamaan dengan karakteristik dengan segmen tebal asenden ansa Henle dan mereabsorbsi natrium, klorida, dan magnesium tapi sebnenarnya tidak permeable terhadap air dan ureum. Bagian akhir dari tubulus distal dan tubulus kologentes kortikalis terdiri dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel prinsipalis mereabsorbsi natrium dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke dalam lumen. Sel interkalatus mereabsorbsi ion kalium dan bikarbonat dari lumen dan menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen. Rabsorbsi air dari segmen tubulus ini diatur oleh konsentrasi hormon antidiuretik. Ciri khas dari duktus koligentes bagian medula dalah dalam reabsorbsi air sangat dipengaruhi oleh hormon ADH. Peningkatan hormon ini akan menyebabkan banyak dari air yang akan direabsorbsi ke dalam darah, begitu juga sebaliknya. Ciri berikutnya yaitu duktus koligentes bagian medula bersifat permeabel terhadap ureum. 31
Oleh karena itu beberapa ureum tubulus direabsorbsi ke dalam interstisium medula, membantu meningkatkan osmolalitas daerah ginal ini dan turut berperan pada seluruh kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang pekant. Dan yang terakhir adalah duktus koligentes bagian medula mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradien konsentrasi yang besar, seperti yang juga terjadi dalam tubulus koligentes kortikalis. Jadi, duktus koligentes bagian medula juga memainkan peranan kunci dalam mengatur keseimbangan asam basa. 6 3. Sekresi Ginjal Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin. Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ionkalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa senyawa yang asing bagi tubuh.
Pembentukan Batu Ginjal Salah satu kerusakan ginjal adalah kegagalan mengeluarkan cairan tubuh dan zat-zat sisa pembakaran yang bersifat racun sehingga penderita mengalami pembengkakak pada tubuh yang terletak lebih rendah. Pada pemeriksaan kimiawi darah, akan ditemukan kadar ureum dan kreatinin yang melampaui batas normal. Karena urine dibentuk dari cairan yang bersal dari darah, jika darah mengandung mineral atau zat tertentu dalam konsentrasi tinggi, juga dapat terjadi gangguan kualitas urine. Salah satu zat tertentu di dalam urine, misalnya calcium dapat meninggi. Salah satu resiko yang ditimbulkannya adalah penimbunan calcium hingga terbentuk batu ginjal dalam ginjal, seseorang perlu minum paling sedikit 1200 cc setiap hari, atau setara 32
dengan 5 gelas. Lebih banyak minum lebih menguntungkan, apalagi jika dalam kehidupan sehari-hari seorang banyak mengeluarkan keringat. Pada kondisi itu cairan tubuh banyak dan lebih cepat dikeluarkan melalui keringat sehingga ginjal mengalami kekurangan cairan juga. Pada kondisi seperti ini pemasukan cairan lewat minum atau makanan berkuah sebaiknya berjumlah tidak kurang dari 2 liter sehari. 4 Adanya batu dalam ginjal atau saluran ureter menyebabkan gangguan aliran urine. Keadaan ini menimbulkan rangsangan pada saluran yang berkontraksi mendorong batu ke luar. Pada saat seperti itu, penderita akan mengalami sakit mulas yang hebat sebagai akibat kontraksi yang perlu di obati dengan pelemas otot ureter. 4,7
Siklus Menstruasi Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata- primata besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus. Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang- kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya. Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh, darah keluar melalui cervix dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi.
33
Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase: 1. fase menstruasi, 2 fase pra-ovulasi, 3. fase ovulasi, 4. fase pasca-ovulasi. 5
1. Fase menstruasi Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50 - 150 mili liter
2. Fase pra-ovulasi atau fase poliferasi Hormon pembebas gonadotropin yang disekresikan hipotalamus akan memacu hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mensekresikan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen juga menyebabkan seviks (leher rahim) untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma.
3. Fase Ovulasi Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, kemudian hipofise mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.
4. Fase pasca ovulasi atau fase sekresi Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit 34
sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron dan masih mensekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja estrogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima implantasi embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan estrogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.
Kelainan Pada Menstruasi
Banyak perempuan yang mengalami nyeri sebelum menstruasi atau haid. Ada yang pusing, mual, pegal-pegal, sakit perut, bahkan ada yang sampai pingsan. Sakit perut yang dirasakan sebenarnya disebabkan oleh kontraksi rahim untuk mengeluarkan endometrium yang juga dipengaruhi oleh hormon prostaglandin. Kita juga merasa tidak enak karena hormon estrogen dan progesteron mengalami kekacauan keseimbangan menjelang menstruasi. Jika sakitnya masih bisa ditahan, itu masih bisa disebut normal. Namun jika sampai pingsan atau sakit yang luar biasa, hingga sampai mengganggu aktivitas kita, itu patut dicurigai dan harus segera periksa ke dokter.
Gangguan dan kelainan menstruasi sebenarnya ada bermacam-macam, yaitu : 1. Nyeri haid (dismenorrhoe) Pada saat menstruasi, perempuan kadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Untuk yang berat, lazim disebut dismenorrhoe. Keadaan nyeri yang hebat itu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri haid ada dua macam : 35
1.1 Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan. 1.2 Nyeri haid sekunder, biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
2. Premenstruasi syndrome PMS (pre menstruasi syndrome) atau gejala pre-menstruasi, dapat menyertai sebelum atau saat menstruasi, seperti : 1. Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. 2. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. 3. Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya. 4. Mengalami kram perut (dismenorrhoe). 5. Kepala nyeri. 6. Pingsan. 7. Berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak. 8. Pinggang terasa pegal.
3. Amenorrhoe Gangguan menstruasi lain, yaitu Amenorrhoe atau tidak mendapatkan haid sama sekali. Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebabnya : 11 1. Disebut Hymen imperforata, yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bila wanita sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya. Dia mengeluh sakit perut 36
setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini biasanya dioperasi untuk melubangi selaput daranya. 2. Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim, hingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini menyebabkan wanita tidak mengalami masa subur karena sel telur tidak terbentuk. Pengobatannya dengan terapi hormon.
37
Penutup Dari pembahasan kasus dimana seorang ibu yang mengeluh nyeri pada waktu dan setelah BAK dan merasa nyeri pada perut sebagian bawahnya dan ia juga sering merasa demam. Dengan mengetahui struktur traktus urogenitalis serta keadaan fisiologis secara normalnya, kita dapat mengetahui bagian apakah yang terganggu sehingga membuat seorang ibu tersebut dapat mengalami gangguan seperti apa yang tertera di kasus. Kita dapat menganalisa dibagian manakah yang mengalami gangguan sehingga ibu Amina merasakan sakit pada saat BAK dan setelah BAK. Dari sistem fisiologis yang normal, itu dapat disebabkan karena adanya gangguan di salah satu organ yang terkait dalam proses pengeluaran urine di tubuh ibu aminah.
Daftar Pustaka 1. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Jakarta: Bagian Anatomi FK UKRIDA; 2012.h.2-32. 2. Bloom, Fawcett.Buku ajara histologi. Edisi 12. Jakarta:ECG;2002.h.650-77. 3. Manuaba IBG,C,F. Pengantar kuliah obstetri.Jakarta.EGC.2007.h.63-80. 4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6 , Sistem digestivus. Jakarta: EGC ; 2006.h.148-52. 5. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.286. 6. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.h.39-43. 7. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.49-88. 8. Fiore M. Atlas histologi: Di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.147-229. 9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2011. 10. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga; 2007.h.171. 11. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2007.h.715.