ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 22 Juni 2013
iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di PT Kalbe Farma, Tbk. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Sumarti, S.Si., APT, selaku pembimbing dan Manager Pemantauan Mutu PT
Kalbe Farma, Tbk. yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama
menjalankan PKPA di bagian Penjaminan Mutu.
2. Dr. Harmita, APT, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang
telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan
dan penyusunan laporan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk.
3. Rosa Lusia, S.T. selaku Supervisor Facility Validation PT Kalbe Farma, Tbk
yang telah banyak memberikan pengalaman, bimbingan dan pengetahuan
selama melaksanakan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk.
4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI .
5. Seluruh staf di PT Kalbe Farma, Tbk., khususnya para inspektor kualifikasi
dan kalibrasi atas kerja sama dan bantuan selama penulis melaksanakan
kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI.
7. Keluargaku dan orang-orang yang saya sayangi, atas segala dukungan,
motivasi, perhatian, kasih sayang, doa dan dana yang diberikan kepada
penulis.
8. Teman-teman seperjuangan di PT Kalbe Farma, Tbk. atas motivasi,
semangat, kerjasama dan keceriaan selama pelaksanaan PKPA.
iv
Penulis
2013
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tris Febriana Chantika
NPM : 1206313816
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
vi Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN............................................................................................. 52
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek
CPOB di PT Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan
c. Susunan direksi dan komisaris
d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi
e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan
f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan
(HO)
g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
i. Fotokopi NPWP
j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi
k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan
permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal
Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya
selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus
ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian
mutu dengan kelengkapan yaitu
a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
aspek produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat
penting tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen
dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan
berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu:
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk
antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang
dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk
mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan
diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.
Universitas Indonesia
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber
kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci
tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua
personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah
pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja
dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau
menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang
menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat
jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan
risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area
gudang, laboratorium dan area produksi.
Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan
untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene
hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas
prosedur memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan
awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan
kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan & penyerahan;
pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan
produk yang ditolak, dipulihkan & dikembalikan; karantina & penyerahan produk
Universitas Indonesia
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
CPOB ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen
dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus
bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah
sangat penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mini company produksi yang terdiri dari beberapa line produksi, yang disebut
line. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company
I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada mini company I terdapat seorang manajer
produksi, yaitu manajer produksi yang mengepalai line 1, 2, 9, dan 10. Mini
company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini company III
terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing line dijalankan oleh
supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang
bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini company.
Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi koordinator
lapangan, production engineer (PE), administrasi, operator, pembantu operator,
production helper, dan packer.
Line Produksi di PT Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 10 bagian
line yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan
menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line
yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi
dengan ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated
line merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif
banyak namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri
atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap
line adalah sebagai berikut:
1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus
memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak
dapat dipenuhi oleh line 1, namun hingga saat ini proyek pendirian line 1
extension ini masih pada tahap kualifikasi ruangan. Untuk ke depan line 1
extension ini akan membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag®
akan diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga
dapat memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A
dan line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan
produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo
Entrostop®, Xon-Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®,
Universitas Indonesia
dan Zegase®
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya Procold ®
dan Promag Double Action®.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi,
dan suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid® dan Woods®.
5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim,
semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula.
Contoh produknya adalah Bioplacenton ® (gel), Mycoral® (krim), dan
Kaltrofen® (gel dan suppositoria).
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat
namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar
merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang
menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan
produk.
8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax
Tincture®.
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk
produk impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan
proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk
jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:
a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat)
yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan
tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan
Jadwal Produksi Mingguan (JPM).
b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan)
yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya
lembur dan gaji karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan
oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik).
c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan
Universitas Indonesia
bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan
penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D). Rendemen sudah
ditetapkan standarnya setiap tahun.
d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit
(AHU), pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan
penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan
perawatan mesin.
g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen
yang dipakai dan dikirim ke QA.
h. Membimbing supervisor dan subordinat.
i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang
(misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan,
optimalisasi cara kerja).
j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan
(misalnya membantu masalah mereka dan memberi training).
k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal:
CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan
berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan.
Universitas Indonesia
3. Focus Plant
4. Proyek Lean
5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R)
6. Continual improvement
Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual
Improvement ada enam tahapan yaitu:
a. Understand the customer
Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan,
harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai persyaratan.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus mengukur
kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap.
b. Analisis Efisiensi
Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal, minimasi
biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus.
c. Analyze the Process
Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak efektif,
tidak efisien, dan proses yang buruk.
d. Improve the Process
Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Continual
Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada customer
requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi. Contohnya
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, maka aktivitas
improvement yang dilakukan adalah berfokus pada pengurangan variasi, error,
serta cacat.
e. Implement changes
f. Standardize and monitor
Universitas Indonesia
bertanggung jawab kepada Plant Head. Secara umum QO dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log
book.
2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan
wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC.
Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level
(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara
komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application
System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode
produk, nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara
penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan
hal-hal berikut:
1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan
kelembaban).
2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).
3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
b. Seksi gudang penimbangan
Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan
penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan
JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan
disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu:
PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan
sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim
ke produksi sesuai line yang membutuhkan.
c. Seksi gudang kemasan
Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan
sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya
ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim
Universitas Indonesia
oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan
dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC
menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan
PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk
pengiriman kemasan sekunder untuk produksi. d. Seksi gudang produk dan
sarana promosi Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan
sarana promosi adalah sebagai berikut:
a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.
b. Menata dan menyimpan produk.
c. Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan
sebagainya) atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing
atau Formulir Kebutuhan Barang (FKB).
d. Melaksanakan cycle count produk.
e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.
f. Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas
permintaan Marketing.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
34 Universitas Indonesia
4.2 Personalia
CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi
untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan harus memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
professional. Setiap karyawan juga harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi
untuk mewujudkan CPOB, serta memahami tanggung jawabnya masing-masing.
PT Kalbe Farma, Tbk. menggunakan tenaga kerja yang terlatih secara
teknis dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan
pengawasan mutu. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur
dan spesifikasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Masing-masing
bagian, yaitu bagian produksi, QA, dan QC dipimpin oleh seorang apoteker yang
tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Apoteker ini diberi
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Pada PT Kalbe Farma, Tbk. peningkatan kesadaran dan pemahaman
karyawan terhadap CPOB dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima
Aspek (KUA LIMA) yang telah meliputi unsur-unsur CPOB, K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA
LIMA meliputi produk, manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan
kerja. Penjabaran dari lima aspek dalam KUA LIMA adalah:
a. produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai
d. proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien
e. lingkungan kerja yang mendorong prestasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
langit-langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan
instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya
celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang produksi, seperti
Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air
Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap
lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga
dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah
partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.
Bangunan PT Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (line produksi).
Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan pengemasan produk
sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi di PT Kalbe Farma,
Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white
area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan
CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C
(untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril), dan kelas white area
merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung antara kelas ruangan
yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker
karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah
mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan
membedakan volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. White
area memiliki tekanan udara paling tinggi dan black area memiliki tekanan udara
yang paling rendah, sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya.
Black area ditandai dengan lantai yang di cat epoksi berwarna hijau dan
dinding yang di cat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang
penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti
pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan
dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor
penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai
white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat memiliki penandaan
sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan penempatan
peralatan di atur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi
sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan senatiasa di
rawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan
konsisten. Perawatan dan pembersihan juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian
produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari produk tersebut. Penempatan
peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses
produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang
antara produk satu dengan produk yang lain. Pencegahan terhadap kontaminasi
debu yang dihasilkan pada saat proses produksi dilakukan dengan menggunakan
Universitas Indonesia
pengumpul debu. Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut
untuk menghindari kesalahan penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan
diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan bekerja
dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan
maupun produk ruahan. Selain itu, hal ini juga merupakan penerapan dari konsep
5R, di mana alat dapat cepat ditemukan ketika dibutuhkan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat
Sertifikat Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-
tahapan tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi
dan Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini
melakukan perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian
bagian-bagian dari mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi mesin secara
periodik. Kegiatan perawatan dan pencegahan dilakukan dengan
mempertimbangkan jadwal produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses
produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan setiap bulan.
Universitas Indonesia
sanitasi dan higiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu
memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.
Semua karyawan PT Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan
kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.
Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani
pemeriksaan mata secara berkala untuk melihat apakah mata masih dapat bekerja
optimal dan tidak menimbulkan kerugian. Tiap karyawan yang mengidap suatu
penyakit yang dapat merugikan kualitas produk dilarang menangani bahan baku,
bahan pengemas, bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai
karyawan tersebut dinyatakan telah sembuh.
Setiap karyawan dilarang untuk makan dan merokok di dalam gedung
produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,
seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan
ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi
merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.
Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk
mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi
ruangan dan peralatan dilakukan secara berkala minimal seminggu sekali, kecuali
ruang steril pada line 6. Pada ruang tersebut dilakukan sanitasi setiap hari dengan
menggunakan alkohol 70%. Sanitasi peralatan juga dilakukan setiap terjadi
pergantian jenis produk. Pembersihan rutin juga dilakukan pada alat yang sudah
lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan di cuci di ruang
pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat dipindahkan di
cuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Pada ruangan tersebut telah
dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian alat.
Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasaran prosedur tetap yang
telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.
Semua ruang di line produksi memiliki status yang tertempel pada pintu
ruangan, meliputi label ”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau
”UNTUK DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH
DIBERSIHKAN” yang dapat digunakan untuk proses produksi. Label untuk
alat/mesin meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk
sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama
dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses
produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang
disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh Departemen Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang digunakan telah tervalidasi
melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala laboratorium dan produksi,
pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan untuk memberikan jaminan
bahwa produk senantiasa dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi
sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan
untuk memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika ditemukan masalah
pada suatu produk. Semua proses produksi dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila
ada perubahan dalam proses dicatat sebagai Deviation Report (DR) dalam Catatan
Universitas Indonesia
Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk
dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan
persetujuan dari QA.
Pencemaran silang dan tercampurnya bahan dicegah dengan pembagian
proses produksi dalam line produksi (line). Proses dikerjakan dalam ruang yang
terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat ruang penyangga di antara
kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai ruang timbang yang terpisah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran di ruang timbang. Setiap line
juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan pengaturan tekanan dalam
upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun mikroba. Selain itu, terdapat
persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda pada tiap kelas.
Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin
kualitas produk. Parameter yang diperiksa, yaitu parameter-parameter kritis yang
mempengaruhi kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di
setiap line produksi dan dilengkapi dengan alat penguji yang sesuai dengan
bentuk sediaan pada line produksi tersebut. Dengan adanya kontrol selama proses,
penyimpangan yang terjadi dapat langsung terdeteksi sehingga dapat segera
diambil tindakan untuk mengatasinya. Kontrol yang dilakukan selama proses
sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang
dilakukan, banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-
titik pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk
setiap spesifikasi uji yang dilakukan.
Pengemasan produk di PT Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara manual
dan otomatis tergantung mesin yang digunakan pada masing-masing line
produksi. Setelah produk dikemas akan dilakukan pemeriksaan oleh Bagian
Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah produk dapat dirilis atau tidak. Jika
hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa produk tidak dapat dirilis, akan
dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu bisa berupa pengolahan ulang, rilis dengan
perubahan spesifikasi, atau pemusnahan. Pengolahan ulang untuk produk yang
belum dirilis bisa dilakukan bila ada pengajuan Deviation Report yang disetujui
oleh Departemen Produksi, R&D, dan Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk
Universitas Indonesia
yang telah rilis dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang
dengan persetujuan dari Departemen Pemastian Mutu.
Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di
gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan
kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained
sample) dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets.
Universitas Indonesia
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri dan audit mutu bertujuan untuk menilai kesesuaian seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan
CPOB. Hal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa
yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan.
Kegiatan ini hendaklah dilakukan secara teratur.
PT Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan
sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT Kalbe
Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.
Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT Kalbe
Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil
audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan
laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari
Badan Sertifikasi Nasional yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini,
Universitas Indonesia
PT Kalbe Farma, Tbk. telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus
memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan
sertifikasi terhadap sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja. PT Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi
mendadak dari Badan POM dalam rangka memberikan bimbingan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Selain itu, setiap departemen juga dapat
melakukan inspeksi sendiri. Hasil audit akan dibuat menjadi suatu rangkuman
audit yang pada intinya adalah usulan untuk tindakan perbaikan.
Bahan awal dan bahan pengemas di PT Kalbe Farma, Tbk. berasal dari
pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian
Mutu. Evaluasi dilakukan sebelum pemasok disetujui. Evaluasi
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
Universitas Indonesia
Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih
bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan
berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu
atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk
bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh
Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang
dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan
Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke
pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu
perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan
produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan
karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan
dengan memakai jasa pihak dari luar PT Kalbe Farma, Tbk.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT Kalbe Farma, Tbk. jika
setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh
kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati
batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4
bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus
masih berada dalam kemasan aslinya.
Semua obat kembalian akan dikarantina di gudang obat jadi sambil
menunggu hasil evaluasi dari Pascapemasaran untuk menentukan apakah obat
kembalian tersebut dapat dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang,
diolah ulang, atau ditolak. Apabila obat kembalian hendak diolah ulang atau
dikemas ulang maka pada nomor bets obat kembalian yang dikemas ulang diberi
tambahan huruf ”R” sedangkan obat kembalian yang diolah ulang diberi nomor
Universitas Indonesia
bets baru. Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan
surat penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan
sendiri oleh PT Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan
atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan
Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses
produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan
proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam
PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh
bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian
Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen
rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa
produk jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT Kalbe Farma,
Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian dokumen.
Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen Quality System
(QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping sistem dokumen
secara manual, PT Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem dokumen yang
dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi antarbagian
sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang membutuhkan. Sistem
dokumentasi ini dinamakan Oracle.
Karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT Kalbe Farma,
Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT Arsip Geoservis Indonesia
(AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil berdasarkan nomor
Universitas Indonesia
kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan juga tidak terlalu lama.
Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang harinya dokumen yang
diperlukan tersebut sudah datang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
udara, sistem air, sistem kompresi udara, sistem pengumpul debu, sistem gas,
sistem pabrik, listrik, fasilitas dan peralatan.
Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten
memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan
pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi dalam
proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam
proses tersebut perlu dilakukan revalidasi. Validasi proses harus dapat
membuktikan kelayakan suatu proses pada skala produksi sehingga juga dapat
menjamin konsistensi kualitas produk suatu line dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah
diperoleh formula yang optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan
Development. Validasi proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi
prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif dan validasi ulang. Jenis
validasi yang dipakai di PT Kalbe Farma, Tbk. adalah validasi prospektif,
konkuren, dan validasi ulang.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
a. PT Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya yaitu dalam aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, audit dan persetujuan
pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali
produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi.
b. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting,
yaitu sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan
kepala bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki
apoteker harus dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di
suatu industri farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara
total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri
farmasi semakin baik dari waktu ke waktu.
5.2. Saran
a. PT Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama
dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian
mutunya sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap
efektivitas sistem yang dikelola PT Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian,
kinerja setiap bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.
b. PT Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap
karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam
kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini pun
harus terus diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga
regulator, yaitu Badan POM.
51 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.33.12.12.8195
Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
52 Universitas Indonesia
TUGAS KHUSUS
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
TUGAS KHUSUS
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
DAFTAR ACUAN............................................................................................. 23
iii
iv
masih dalam proyek kualifikasi sarana dan ruangan, suplai air purified water
dihasilkan oleh Purified Water Generation 3 (PWG 3).
Sistem penunjang Purified Water Generation 3 harus melalui tahap
kualifikasi dan validasi sebelum dapat digunakan. Ada perbedaan dalam
kualifikasi dan validasi sistem penunjang pengolahan dan pendistribusian air
dibandingkan dengan sistem lain. Dalam kualifikasi sistem penunjang pengolahan
dan pendistribusian air, ada 3 fase yang harus dilaksanakan untuk meyakinkan
bahwa sistem tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang
konsisten.
Tahapan kualifikasi dan validasi sistem penunjang Purified Water
Generation 3 dilaksanakan sesuai dengan protokol kualifikasi dan validasi yang
telah dibuat sebelumnya. Selain itu, kualifikasi dan validasi harus
didokumentasikan dengan baik, mulai dari komponen sistem, protokol, hasil
pemeriksaan kualifikasi, hingga laporan pelaksanaan kualifikasi dan validasi.
Oleh karena itu, dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT
Kalbe Farma, Tbk. dilakukan pembuatan laporan kualifikasi fase 2 sistem
penunjang Purified Water Generation 3 sebagai dokumentasi hasil pemeriksaan
kualifikasi dan validasi sistem penunjang tersebut.
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
bertujuan untuk :
a. Mengetahui dan memahami sistem pengolahan dan pendistribusian purified
water oleh sistem penunjang Purified Water Generation (PWG) 3
b. Mempelajari cara pembuatan dan analisis data laporan kualifikasi kinerja fase
2 sistem penunjang Purified Water Generation (PWG) 3
Universitas Indonesia
2.1 Tinjauan Khusus QA Facility Validation (PT Kalbe Farma Tbk., 2012)
QA Facility Validation (Kualifikasi dan Kalibrasi) merupakan bagian dari
Departemen Quality Assurance yang berperan dalam pemastian mutu peralatan
dan sarana penunjang dalam suatu industri. QA Facility Validation berada
terpisah dari Departemen Quality Assurance sejak November 2012, yakni berada
di black area ruang produksi karena pertimbangan efisiensi pekerjaan. Dalam QA
Facility Validation, terdapat 2 regu inspektor yang dibagi secara terpisah yaitu
bagian kalibrasi dan bagian infrastruktur. Adapun tanggung jawab yang
dilaksanakan oleh bagian QA Facility Validation adalah
a. Memastikan semua peralatan yang digunakan untuk pengukuran selalu
terkalibrasi dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga
menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang diijinkan.
b. Menjamin mesin dan peralatan yang digunakan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan sehingga dapat beroperasi sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
c. Menjamin sarana penunjang yang digunakan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan sehingga dapat beroperasi sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
d. Menjamin agar parameter ruangan selalu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Kalibrasi merupakan salah satu langkah awal proses validasi yang
bertujuan untuk menetapkan hubungan dalam kondisi tertentu antara nilai besaran
yang ditunjukkan alat atau sistem ukur dengan nilai yang ditunjukkan oleh
standar. Semua peralatan di PT Kalbe Farma Tbk. yang digunakan untuk
pengukuran parameter kritis produk harus melewati proses kalibrasi untuk dapat
digunakan. Untuk alat baru, bagian QA Facility Validation akan
mempertimbangkan parameter yang perlu dikalibrasi dan membuat protokol
kalibrasi alat ukur tersebut.
Setelah melakukan kalibrasi, maka hasil kalibrasi akan diinput dalam data
base kalibrasi dan hasil pemeriksaan kalibrasi berupa label penandaan akan
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
treatment dan untuk membantu tahapan treatment akhir untuk menghasilkan air
yang memenuhi syarat.
Proses penting dalam tahapan pretreatment adalah :
a. Kontrol terhadap kekeruhan dan partikel untuk mengurangi kerusakan
membran filter dan peralatan lain.
b. Kontrol kesadahan dan ion logam untuk mencegah pembentukan endapan di
tahapan treatment final.
c. Penghilangan kontaminasi organik dan mikrobiologi.
d. Kontrol terhadap pertumbuhan mikroba dan penghilangan agen pengontrol
mikroba untuk mencegah degradasi di tahapan treatment final.
Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian dari Metode Pembuangan Turbiditas dan
Partikulat dalam Sistem Pretreatment
pada kisaran pH 3,8 – 4,2 dengan asam sulfat, yang nantinya akan membentuk
karbonat. Pada proses degasifikasi, karbonat yang terbentuk akan diubah menjadi
gas CO2 yang dibuang ke udara.
kualitas air. Untuk itu harus ada sistem dalam mengurangi konsentrasi keduanya
hingga senyawa tersebut tidak mempengaruhi kualitas sumber air.
Pembuangan klorin dapat menggunakan karbon dengan cara mengubah
klorin menjadi ion klorida yang nantinya akan dibuang dalam proses
penghilangan ion di tahap treatment final. Pembuangan kloramin lebih kompleks
karena tidak dapat diabsorpsi secara sempurna oleh karbon, sehingga terkadang
digunakan sulfit. Sulfit akan menjadi reduktor yang akan mengubah kloramin
menjadi ion ammonium dan ion klorida yang nantinya akan dibuang sama seperti
pembuangan klorida. Reaksi reduktor sulfit terhadap klorida dapat dijelaskan
dalam reaksi berikut
SO32- + Cl2 + H2O 2Cl- + 2H+ + SO42-
Penambahan sulfit, umumnya membutuhkan pengaturan pH, walaupun ion klorida
dan ion sulfat yang terbentuk akan dihilangkan pada tahap deionisasi atau Reverse
Osmosis.
2.4.1 Fase 1
Pengujian selama 2-4 minggu harus dilaksanakan untuk memonitor sistem
pengolahan air secara intensif. Tujuan dilakukan fase 1 dalam kualifikasi sistem
pengolahan air adalah menetapkan range operasi yang sesuai, mengembangkan
Universitas Indonesia
2.4.2 Fase 2
Setelah sistem pengolahan air lulus kualifikasi fase satu, sistem tersebut
harus dilanjutkan ke fase dua selama 2-4 minggu. Tujuan diadakan kualifikasi
kinerja fase dua adalah untuk melihat konsistensi jalannya sistem dalam batasan
yang telah ditentukan sebelumnya serta memastikan kualitas hasil akhir air
memenuhi syarat ketika dioperasikan sesuai dengan SOP yang dibuat. Skema
sampling pada fase dua harus sama dengan fase satu. Air yang dihasilkan dapat
digunakan untuk tujuan produksi selama fase ini.
2.4.3 Fase 3
Fase ini merupakan fase terlama dan terakhir dari validasi sistem
pengolahan air karena periodenya yang mencapai 1 tahun. Setelah lulus
kualifikasi sistem fase 2, maka sistem pengolahan air akan melanjutkan
kualifikasi kinerja ke fase 3. Tujuan fase ini adalah untuk membuktikan bahwa
ketika dioperasikan dalam periode waktu tertentu, sistem pengolahan air ini
menghasilkan air dengan kualitas yang ditentukan walaupun sumber raw water
mempunyai variasi kualitas.
Universitas Indonesia
15 Universitas Indonesia
16 Universitas Indonesia
Kualifikasi kinerja fase 2 dilakukan selama 2-4 minggu pada hari kerja,
terhitung sejak tanggal 4 Februari 2013. Pada tahapan kualifikasi, inspektor
bertugas untuk melakukan sampling di point of use yang sudah ditentukan. Point
of use merupakan titik sampling dari tiap-tiap tahapan pengelolaan dan
pendistribusian purified water, mulai dari pretreatment, treatment, dan sampai
kepada point of use yang ada pada produksi.
Pemeriksaan yang dilakukan inspektor pada tahap kualifikasi kinerja fase
2 antara lain adalah pemeriksaan pH, suhu, konduktivitas, mikrobiologi, dan Total
Organic Carbon (TOC) di setiap titik point of use. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan klorin dan total klorin (untuk mengetahui konsentrasi kloramin) yang
ada pada purified water, namun hanya pada tiap point of use sebelum Reverse
Osmosis. Point of Use pada pemeriksaan kualifikasi kinerja PWG 3 dapat dilihat
di Tabel 4.2.
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Point of Use pada Sampling Pemeriksaan Kualifikasi Kinerja PWG3
Sample Point Lokasi
SU 2.1 Roof, Raw Water Sebelum Multi Media Filter
SU 3.1 Roof, Multimedia filter
SU 4.1 Roof, Activated carbon
SU 5.1 Roof, Softener
SU 6.1 Roof, Sebelum Reverse Osmosis
SU 7.1 Roof, Reverse Osmosis
SU 8.1 Roof, Electrodeionization
SU 9.1 Roof, Supply PWG Line 5 Mixing
SU 10.1 Roof, Return PWG Line 5 Mixing
SP 5.1.1 Mixing 3
SP 5.1.2 Mixing 3
SP 5.1.3 Mixing 3
SP 5.1.4 WIP Room
digunakan untuk proses sanitasi PWG3 dengan suhu 80 ºC ± 5°C, dibantu dengan
Plate Heat Exchanger yang dapat menghasilkan air dengan suhu 85°C di awal
proses pretreatment.
Universitas Indonesia
Pemeriksaan Persyaratan
Suhu -
Konduktivitas 1,3 µs/cm
pH 5-7
Total Organic Carbon < 500 ppb
Mikrobiologi 100 cfu/ml
Klorin 0,5 ppm
Total klorin 0,5 ppm
Universitas Indonesia
5.1 KESIMPULAN
a. Sistem pengolahan dan pendistribusian purified water oleh sistem penunjang
Purified Water Generation (PWG) 3 terdiri dari tahap pretreatment yang
meliputi filter multimedia, karbon aktif, duplex softener filter, SMBS dosing
pump, filter 5 mikron, dan tahap treatment yang meliputi Reverse Osmosis,
membran degasifier dan Electrodeionization (EDI).
b. Laporan kualifikasi kinerja fase dua sistem penunjang Purified Water
Generation (PWG) 3 dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan pH,
konduktivitas, suhu, Total Organic Carbon, mikrobiologi, klorin dan total
klorin. Selanjutnya akan dibuat pengelompokkan hasil pemeriksaan
berdasarkan tahapan dan dibuat summary dan trend pemeriksaan. Parameter
pemeriksaan kemudian dianalisa kesesuaiannya dengan persyaratan yang
berlaku sehingga dapat diambil kesimpulan.
5.2 SARAN
Kualifikasi sistem penunjang Purified Water Generator (PWG) 3 dilanjutkan ke
fase tiga dengan tujuan untuk membuktikan sistem tersebut dapat menghasilkan
kualitas purified water yang konsisten dalam periode waktu yang lebih lama dan
sesuai persyaratan walaupun dalam kondisi raw water yang sering berubah sesuai
cuaca.
22 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
ISPE Baseline Guide. (2001). Pharmaceutical Engineering Guides for New and
Renovated Facilities Volume 4 Water and Steam System. USA : ISPE.
Kalbe Farma, Tbk. (2012). Company Procedure Calibration & Qualification.
Cikarang.
Kalbe Farma, Tbk. (2012). Design Qualification PW Gen and Looping Line 11 &
Line 5 Ext. Cikarang.
United States Pharmacopea (32nd). (2008). Rockville : The United States
Pharmacopeial Convention
World Health Organization. (2006). Supplementary Guidelines on Good
Manufacturing Practices : validation. WHO Technical Report Series, No
937.
World Health Organization. (2006). WHO Good Manufacturing Practices : Water
for Pharmaceutical Use. WHO Technical Report Series, No 929.
23 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia