Anda di halaman 1dari 92

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 1 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

TRIS FEBRIANA CHANTIKA, S. Farm.


1206313816

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 1 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

TRIS FEBRIANA CHANTIKA, S. Farm.


1206313476

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :


Nama : Tris Febriana Chantika, S. Farm.
NPM : 1206313816
Program Studi : Apoteker
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Kalbe
Farma Tbk. di Kawasan Industri Delta Silicon Jl.
M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi
Periode 1 Februari - 28 Maret 2013

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia.

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 22 Juni 2013

iii

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di PT Kalbe Farma, Tbk. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Sumarti, S.Si., APT, selaku pembimbing dan Manager Pemantauan Mutu PT
Kalbe Farma, Tbk. yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama
menjalankan PKPA di bagian Penjaminan Mutu.
2. Dr. Harmita, APT, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang
telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan selama pelaksanaan
dan penyusunan laporan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk.
3. Rosa Lusia, S.T. selaku Supervisor Facility Validation PT Kalbe Farma, Tbk
yang telah banyak memberikan pengalaman, bimbingan dan pengetahuan
selama melaksanakan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk.
4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI .
5. Seluruh staf di PT Kalbe Farma, Tbk., khususnya para inspektor kualifikasi
dan kalibrasi atas kerja sama dan bantuan selama penulis melaksanakan
kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI.
7. Keluargaku dan orang-orang yang saya sayangi, atas segala dukungan,
motivasi, perhatian, kasih sayang, doa dan dana yang diberikan kepada
penulis.
8. Teman-teman seperjuangan di PT Kalbe Farma, Tbk. atas motivasi,
semangat, kerjasama dan keceriaan selama pelaksanaan PKPA.

iv

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan
kepada penulis selama penulisan laporan PKPA ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan
laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis
selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan

Penulis

2013

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tris Febriana Chantika
NPM : 1206313816
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-execlusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Kalbe Farma Tbk. di Kawasan


Industri Delta Silicon Jl. M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi
Periode 1 Februari - 28 Maret 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta


Pada tanggal: 22 Juni 2013
Yang menyatakan

Tris Febriana Chantika

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3


2.1 Industri Farmasi ........................................................................... 3
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik ................................................. 5

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT KALBE FARMA, Tbk ........................ 13


3.1 Sejarah dan Perkembangan PT Kalbe Farma, Tbk. ..................... 13
3.1 Visi dan Misi PT Kalbe Farma, Tbk ........................................... 13
3.2 Lokasi dan Tata Ruang PT Kalbe Farma,Tbk ............................. 14
3.3 Struktur Organisasi PT Kalbe Farma,Tbk ................................... 15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 34


4.1 Manajemen Mutu......................................................................... 34
4.2 Personalia .................................................................................... 35
4.3 Bangunan dan Fasilitas ................................................................ 36
4.4 Peralatan ...................................................................................... 38
4.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................... 39
4.6 Produksi ....................................................................................... 41
4.7 Pengawasan Mutu ........................................................................ 43
4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ...................................................... 44
4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk dan Produk Kembalian.................................................... 45
4.10Dokumentasi ................................................................................ 47
4.11Pembuatan dan Analisis terhadap Kontrak .................................. 48
4.12Kualifikasi dan Validasi .............................................................. 49

BAB 5. KESIMPULAN ................................................................................. 51


5.1 Kesimpulan ................................................................................... 51
5.2 Saran ............................................................................................. 51

DAFTAR ACUAN............................................................................................. 52

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Kalbe Farma, Tbk. ............................. 53

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri farmasi, sebagai industri penghasil obat dituntut untuk dapat
menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy),
keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan
pengobatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Pada pembuatan obat,
pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa
konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan
tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau
memulihkan atau memelihara kesehatan (Badan Pengawas Obat dan Makanan,
2012).
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam
produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses
produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil
yang terlibat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Langkah utama untuk
menjamin mutu dari produk obat yang dihasilkan adalah dengan menerapkan
CPOB. Melalui penerapan CPOB, diharapkan industri farmasi tetap dapat
memberikan pelayanan kesehatan, dalam hal penyediaan obat yang bermutu,
aman, berkhasiat, serta terjangkau kepada masyarakat, serta siap untuk bersaing di
kancah regional maupun internasional.
Penerapan CPOB yang benar dan tepat berdampak pada konsistensi mutu
obat yang diproduksi sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan dan sesuai tujuan penggunaan produk. Apoteker merupakan
profesi yang mutlak diperlukan dalam proses penerapan CPOB di suatu industri
farmasi dan diperkenankan menjadi penanggung jawab bidang produksi,
pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Dalam memenuhi tanggung jawab
demikian, seorang apoteker harus memiliki kompetensi, pengalaman, dan
keterampilan yang baik untuk menjamin CPOB dijalankan dengan benar dan
tepat.

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


2

Kompetensi, pengalaman, dan keterampilan yang dibutuhkan seorang


apoteker di industri farmasi dapat dipahami lebih baik melalui adanya kesempatan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dalam rangka pembinaan terhadap
generasi baru di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT Kalbe Farma,
Tbk. memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA.
Pelaksanaan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 1
Februari sampai dengan 28 Maret 2013.

1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKPA di PT Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek
CPOB di PT Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1. Industri Farmasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)


Menurut PerMenKes No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,
pendidikan & pelatihan dan penelitian & pengembangan. Setiap pendirian Industri
Farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jendral
Kementrian Kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi yaitu
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
c. Memiliki NPWP
d. Memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-
masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi dan
pengawasan mutu
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Agar dapat memperoleh izin usaha industri farmasi, diperlukan tahap
persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur
Jendral dengan tembusan kepada kepala Badan dan kepada kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setelah sebelumnya mengajukan permohonan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan. Persetujuan prinsip diberikan kepada
industri farmasi untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, peralatan dan lain-lain yang
diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan
perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama
jangka waktu 3 tahun dan selama jangka waktu tersebut, perusahaan yang
bersangkutan harus menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan
fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


4

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan
c. Susunan direksi dan komisaris
d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi
e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan
f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan
(HO)
g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
i. Fotokopi NPWP
j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi
k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan
permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal
Kementrian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya
selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus
ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab pemastian
mutu dengan kelengkapan yaitu
a. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


5

b. Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka


Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN)
c. Daftar peralatan dan mesin yang digunakan
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
e. Fotokopi sertifikat upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan /Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi
g. Rekomendasi Pemenuhan CPOB dari Kepala BPOM.
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope edisi terakhir
i. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu dari pimpinan
perusahaan
k. Fotokopi ijazah dan STRA dari masing--masing apoteker penanggung jawab
produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsng
maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang kefarmasian.
Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau
penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan
diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas area
produksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan
industri farmasi yang bersangkutan berproduksi. Permohonan izin usaha industri
farmasi dapat diajukan setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan
perusahaan siap melaksanakan kegiatan produksi komersial.

2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


CPOB diterapkan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


6

aspek produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat
penting tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen
dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan
berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu:

2.2.1 Manajemen Mutu


Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif.
Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di
semua departemen dalam perusahaan, para pemasok, dan distributor.
Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu
yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta
tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan
tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut
disebut pemastian mutu.

2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


7

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan


Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Persyaratan bangunan menurut CPOB yaitu
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,
tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat agar
memperoleh perlindungan maksimal.
c. Dalam menentukan rancang bangunan dan tata letak hendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: kesesuaian dengan kegiatan lain,
yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang
berdampingan; tata letak ruang yang sedemikian rupa untuk memungkinkan
kegiatan produksi dilaksanakan di daerah yang letaknya diatur secara logis
dan berhubungan mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas
kebersihan yang disyaratkan; luasnya ruang kerja yang memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya
kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif;
pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalu lintas umum;
d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta
dirancang dan dibangun secara khusus;
e. Produk antibiotika tertentu, hormone tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif
berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah;

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


8

f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)


hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta
mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi.
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik;
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara

2.2.4 Peralatan
Pembuatan obat hendaklah menggunakan peralatan yang memiliki desain
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk
antara, produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi, yang
dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk
mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan
diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.

2.2.5 Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


9

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber
kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Penerapan higiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci
tangan sebelum memasuki area produksi, memakai pakaian pelindung. Semua
personil hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut. Sesudah
pemeriksaan kesehatan awal hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja
dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau
menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang
menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat
jadi sampai kondisi personil tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan
risiko. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area
gudang, laboratorium dan area produksi.
Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan
untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene
hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas
prosedur memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan
awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan
kontaminasi silang; sistem penomoran bets/ lot; penimbangan & penyerahan;
pengolahan; pengemasan; pengawasan selama proses; penanganan bahan dan
produk yang ditolak, dipulihkan & dikembalikan; karantina & penyerahan produk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


10

jadi; catatan pengendalian pengiriman obat; penyimpanan bahan awal, bahan


kemas, produk antara, produk ruahan & produk jadi dan pengiriman &
pengangkutan.

2.2.7 Pengawasan Mutu


Kegiatan pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari
CPOB untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keterlibatan dan komitmen semua
pihak yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak
untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai
distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium,
tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan
mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal
yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan.

2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan
CPOB ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


11

hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.


Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali, dan Obat


Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak hendaklah
disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk dapat berupa satu atau beberapa bets atau
seluruh bets produk tertentu dari semua peredaran distribusi. Hendaklah tersedia
prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur segala tindakan
penarikan kembali. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan
segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan
mengenai reaksi yang merugikan. Catatan dan laporan penarikan kembali produk
hendaklah didokumentasikan dengan baik

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen
dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus
bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah
sangat penting.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


12

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika
suatu perusahan membuat produk di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis
antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam
hal tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan
yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu
(pengawasan mutu).

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi dan validasi adalah bagian penting dari sistem pemastian mutu
sehingga tercantum sebagai persyaratan CPOB bagi industri farmasi. CPOB
mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama
program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV). Validasi diklasifikasikan menjadi tiga macam,
yakni validasi pembersihan, validasi metode analisis dan validasi proses.
Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu kualifikasi desain,
kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PT KALBE FARMA

3.1. Sejarah dan Perkembangan PT Kalbe Farma, Tbk.


PT Kalbe Farma, Tbk. didirikan oleh seorang farmakolog bernama dr.
Boenjamin Setiawan pada tanggal 10 September 1966 di sebuah garasi rumah di
Jalan Simpang I No. 1, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Nama Kalbe merujuk pada
nama para pemegang saham awal, yakni Khoew Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok dan
Boenjamin Setiawan. Tujuan pendirian PT Kalbe Farma, Tbk. adalah turut
berpartisipasi dalam pembangunan nasional pada umumnya dan meningkatkan
kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada khususnya, yang tercermin
dalam moto perusahaan yaitu The Scientific Pursuit of Health For A Better Life
(Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan).
Tujuan pendirian PT Kalbe Farma Tbk. yang semula berupa home industry
ini adalah untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat pada umumnya
dan meningkatkan kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat pada
khususnya. Produk pertama yang dihasilkan oleh PT Kalbe Farma adalah obat
kulit Bioplacenton® yang menjadi ciri khas PT Kalbe Farma hingga sekarang.
Produk PT Kalbe Farma kemudian berkembang menjadi berbagai macam produk
farmasi sesuai dengan kebutuhan konsumen yang beragam.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan obat sebagai tuntutan
atas meningkatnya kebutuhan obat yang berkualitas maka pada bulan April 1972,
PT Kalbe Farma melakukan perluasan usahanya dengan memindahkan usahanya
ke lokasi yang lebih luas yaitu ke Jl. Ahmad Yani, Pulomas, Jakarta Timur. Pada
tahun 1980, aktivitas distribusi produk-produk PT Kalbe Farma dipisahkan dari
kegiatan industrinya yaitu dengan mendirikan PT Enseval Putra Megatrading
yang bertindak sebagai distributor tunggal PT Kalbe Farma.
Selanjutnya pada tahun 1994 PT Kalbe Farma, Tbk. mulai membangun
pabrik baru di Komplek Industri Delta Silicon (Cikarang). Semua jalur produksi,
kecuali produksi beta laktam, dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke
Cikarang antara tahun 1997-1998. Di akhir tahun 2004, PT. Kalbe Farma, Tbk.
berhasil melakukan integrasi sertifikasi ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu) versi

13 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


14

2000, sertifikasi ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan) dan OHSAS


18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

3.2. Visi dan Misi PT Kalbe Farma, Tbk.


Visi PT Kalbe Farma, Tbk. adalah ”Menjadi perusahaan perawatan
kesehatan terbaik yang dimotori oleh inovasi, nama dagang yang kuat, dan
manajemen yang unggul”. Untuk mencapai visi tersebut, PT Kalbe Farma, Tbk.
menetapkan misi perusahaan yakni “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan
yang lebih baik”. Misi tersebut terfokus pada tiga elemen utama, yaitu:
a. Konsumen
PT Kalbe Farma, Tbk. mampu menyediakan produk berkualitas dengan harga
murah dan terjangkau, mudah diperoleh, serta dengan pelayanan yang prima
untuk menyenangkan hati pelanggan agar menjadi pilihan pertama konsumen.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
PT Kalbe Farma, Tbk. mampu mewujudkan SDM yang sesuai dengan
kualifikasi dan tuntutan pekerjaan, memiliki dedikasi tinggi, inovatif,
berorientasi pada pelayanan dan kualitas, serta pengembangan SDM melalui
proses belajar yang berkelanjutan dan lingkungan kerja yang sehat dan
mendukung.
c. Proses dan Kualitas
PT Kalbe Farma, Tbk. mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses
kerja melalui sistem dan prosedur kerja yang rapi sesuai dengan perencanaan,
usaha, pemeriksaan, dan aksi (plan, do, check, and action/PDCA).
Visi dan misi tersebut didukung oleh nilai-nilai utama yakni gigih untuk
mencapai yang terbaik, inovasi, kerjasama yang kokoh, lincah, memberikan
pelayanan terbaik, serta integritas. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, PT
Kalbe Farma, Tbk. memiliki moto The Scientific Pursuit of Health For A Better
Life (Mengabdikan Ilmu Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan). Selain itu, PT
Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core values (nilai inti) yang berfungsi
menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca Sradha dan
dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja sehari-hari:
a) Trust is the glue of life (Saling percaya adalah perekat diantara kami)

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


15

b) Mindfulness is the foundation of our action (Kesadaran penuh adalah dasar


setiap tindakan kami)
c) Innovation is the key to our success (Inovasi adalah kunci keberhasilan
kami)
d) Strive to be the best (Bertekad untuk menjadi yang terbaik)
e) Interconnectedness is a universal way of life (Saling keterkaitan adalah
panduan hidup kami)

3.3. Lokasi dan Tata Ruang PT Kalbe Farma, Tbk.


PT Kalbe Farma, Tbk. terletak di Kawasan Industri Delta Silicon Jalan
M.H. Thamrin Blok A1-3, Lippo Cikarang, Bekasi. Bangunan ini terdiri dari
gedung kantor, gedung produksi, teknik, gudang dan sarana pendukung seperti
pengolahan limbah, lapangan parkir, koperasi, dan kantin. Bangunan PT Kalbe
Farma, Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan kantor dan bangunan pabrik.

3.3.1 Bangunan Kantor


Gedung kantor PT Kalbe Farma, Tbk. terdiri dari empat lantai yaitu:
a. Lantai 1 meliputi bagian Departemen Human Resource Development,
Departemen Personal General Affair, Departemen Process Development,
Departemen Akuntansi, Departemen Pembelian, ruang perpustakaan, dan
kantin.
b. Lantai 1½ meliputi Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan Pusat, Departemen Veteriner, serta Departemen Teknologi
Informasi, Departemen Group Process Improvement.
c. Lantai 2 meliputi Departemen Keuangan dan Pemasaran, Departemen Quality
System, dan Direksi.
d. Lantai 3 meliputi Departemen Research and Development yang terdiri dari
bagian Formulation dan Analytical Development, Departemen Pemastian Mutu
(Quality Assurance), Departemen Pengawasan Mutu (Quality Control) dengan
laboratorium pengawasan mutu.
e. Lantai 4 meliputi ruangan pilot plant Departemen Research and Development.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


16

3.3.2 Bangunan Pabrik


Gedung produksi terdiri dari tiga lantai yang masing-masing lantai
dipisahkan oleh ruang yang disebut Mezanin, yaitu ruang khusus untuk
penempatan fasilitas utilitas seperti penyedot udara, pipa-pipa, kabel listrik, dan
lain-lain. Tiap lantai terdiri dari line produksi dengan jumlah total 10 line, yaitu
line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9 dan 10. Pada tahun 2013, ada penambahan kapasitas
ruangan pada line produksi tertentu dan sampai penyusunan laporan ini dibuat
ruangan tersebut sedang dalam tahap kualifikasi sistem bangunan dan fasilitas.
Pembagian ruangan pada gedung produksi adalah sebagai berikut:
a. Lantai dasar digunakan untuk ruang produksi line 9 dan 10, gudang alkohol,
Departemen Teknik, Ruang QA Facility Validation dan ruang loker
karyawan.
b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 2, line 4, line 5, gudang
bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat jadi.
c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, dan 8B.
d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam
generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.
Lantai ruang produksi di PT Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi
agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak
menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring
dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi
dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu
kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan
steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT Kalbe Farma, Tbk. telah
menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.
Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan
D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)
disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area
hitam (black area).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


17

3.4 Struktur Organisasi PT Kalbe Farma, Tbk.


Bagan struktur organisasi PT Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.4.1 Departement Research and Development


Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain
dalam pengembangan produk baru, perbaikan, atau improvement existing product,
pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi
bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelf-
life produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula,
data stabilitas, dan kemasan). Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D
Pharma Deputy Director. Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu:

3.4.1.1 Packaging Development (pengembangan kemasan)


Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru,
melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan
atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen
spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).

3.4.1.2 Formulation (pengembangan formula)


Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC
maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses
pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar
perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga
penelitian/ pendidikan.

3.4.1.3 Analytical Development (pengembangan metode analisis)


Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan
sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Metode
analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan analisis

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


18

pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid, efektif,


dan praktis.
b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT
Kalbe Farma, Tbk.

3.4.2 Departemen Process Development


Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari
departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process
Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke
arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Proses Development lebih
ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum Departemen
Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing),
menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari
percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi.
Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

3.4.2.1 Formulation (formulasi)


Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan
formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah
terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)
dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian
produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan
Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang
berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya.

3.4.2.2 Packaging (kemasan)


Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan
pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika
diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan
pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,
verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


19

dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang


terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production
Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain
untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti
pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian
Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian
QC.

3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan


Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/
Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT Kalbe Farma, Tbk.
merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di
bawah grup Kalbe, yaitu PT Kalbe Farma, Tbk., PT Dankos Farma, PT Hexpharm
Jaya, dan PT Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian pemasaran
dan distributor, yaitu PT Enseval Putera Megatrading dengan divisi produksi
masing-masing situs.
Departemen PPIC berada dibawah koordinasi Assistant Director Plant.
PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan PPIC specialist
membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC), Production
Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing.
Secara umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai
dari bahan baku sampai obat jadi.
b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi
karena masih tersedia kapasitas.
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena
tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena
kapasitas tidak mencukupi.
c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian
material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


20

Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:


a. Inventory Planning Control (IPC):
1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan
kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).
2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan
mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.
3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI)
b. Production Planning Control (PPC):
1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari
PT Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP)
dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP),
batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI).
ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang
dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6
bulan mendatang dalam satuan batch.
2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana
Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch
dan target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan.
4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan
rencana produksi bulan berikutnya
c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in
untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh
rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak
tersedia/ tidak mencukupi.

3.4.4 Departemen Produksi


Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang
dipimpin oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4
manager produksi. Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


21

mini company produksi yang terdiri dari beberapa line produksi, yang disebut
line. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company
I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada mini company I terdapat seorang manajer
produksi, yaitu manajer produksi yang mengepalai line 1, 2, 9, dan 10. Mini
company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini company III
terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing line dijalankan oleh
supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line (PJL) yang
bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini company.
Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi koordinator
lapangan, production engineer (PE), administrasi, operator, pembantu operator,
production helper, dan packer.
Line Produksi di PT Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 10 bagian
line yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan
menjadi dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line
yang memproduksi obat dalam jenis produk yang relatif sedikit, tapi
dengan ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated
line merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif
banyak namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri
atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap
line adalah sebagai berikut:
1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus
memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak
dapat dipenuhi oleh line 1, namun hingga saat ini proyek pendirian line 1
extension ini masih pada tahap kualifikasi ruangan. Untuk ke depan line 1
extension ini akan membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag®
akan diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga
dapat memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A
dan line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan
produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo
Entrostop®, Xon-Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


22

dan Zegase®
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya Procold ®
dan Promag Double Action®.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi,
dan suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid® dan Woods®.
5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim,
semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula.
Contoh produknya adalah Bioplacenton ® (gel), Mycoral® (krim), dan
Kaltrofen® (gel dan suppositoria).
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat
namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar
merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang
menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan
produk.
8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax
Tincture®.
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk
produk impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan
proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk
jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:
a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat)
yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan
tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan
Jadwal Produksi Mingguan (JPM).
b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan)
yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya
lembur dan gaji karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan
oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik).
c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


23

bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan
penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D). Rendemen sudah
ditetapkan standarnya setiap tahun.
d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit
(AHU), pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan
penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan
perawatan mesin.
g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen
yang dipakai dan dikirim ke QA.
h. Membimbing supervisor dan subordinat.
i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang
(misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan,
optimalisasi cara kerja).
j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan
(misalnya membantu masalah mereka dan memberi training).
k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal:
CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan
berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan.

3.4.5. Departemen Group Process Improvement (GPI)


Departemen Group Process Improvement adalah departemen yang
terbentuk pada tahun 2006. Departemen ini bertujuan untuk mengadakan
continual improvement agar perusahaan dapat terus berkembang menjadi lebih
baik. Misi GPI adalah untuk mengarahkan perbaikan berkesinambungan agar
tumbuh menjadi budaya di lingkungan Kalbe Group serta untuk memfasilitasi
kegiatan tersebut di empat operasi bisnis agar dapat tumbuh secara bersama.
Tugas dan tanggung jawab dari departemen GPI antara lain adalah:
1. Energy Cost Saving
2. Standar Minimal Spesifikasi Mesin

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


24

3. Focus Plant
4. Proyek Lean
5. Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin (5R)
6. Continual improvement
Dalam melakukan perbaikan proses dengan metode Continual
Improvement ada enam tahapan yaitu:
a. Understand the customer
Memahami pernyataan end customer terkait tentang keinginan, kebutuhan,
harapan terhadap suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai persyaratan.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, perusahaan harus mengukur
kemampuan dan mengidentifikasi adanya gap.
b. Analisis Efisiensi
Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal, minimasi
biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus.
c. Analyze the Process
Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak efektif,
tidak efisien, dan proses yang buruk.
d. Improve the Process
Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Continual
Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada customer
requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi. Contohnya
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, maka aktivitas
improvement yang dilakukan adalah berfokus pada pengurangan variasi, error,
serta cacat.
e. Implement changes
f. Standardize and monitor

3.4.6. Departemen Quality Operation


Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu
produk yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh
pada kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


25

bertanggung jawab kepada Plant Head. Secara umum QO dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).

3.4.6.1 Quality Control (QC)


Secara umum bagian QC bertugas dalam:
a) Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan
packaging material), produk ruahan dan produk jadi.
b) Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang
(rework) suatu produk.

Bagian-bagian dalam Departemen QC:


a) Seksi Bahan Baku (Raw material)
Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang
masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.
b) Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan
kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh
Departemen R&D
c) Seksi Obat Jadi
Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau
menolak produk jadi yang akan dikemas.
d) Laboratorium Mikrobiologi
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat
sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan
yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen dan
endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel
stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi
pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan
kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung
bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


26

Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai berikut:


a. Departemen Logistik
Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik
diperiksa oleh Departemen QC.
b. Departemen R&D
Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa
yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development
yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode
analisa ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development,
dilakukan transfer metode analisa ke Departemen QC untuk
menyempurnakan metode analisa tersebut
c. Departemen Produksi
Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling
yang dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process
Control (IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi
di PT Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC
sendiri dan Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari
hasil suatu proses produksi.
d. Departemen Pembelian (Purchasing)
Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian
Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli
bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh
persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya,
bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa
kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang
ditetapkan oleh bagian Analytical Development.
e. Departemen Marketing
Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang
release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan
kemasan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


27

3.4.6.2 Quality Assurance (QA)


Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung
jawab langsung kepada QO Manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat
kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP
Compliance.
a. Audit Proses
Audit Proses atau Process Inspection dilakukan untuk memastikan proses
produksi yang sedang berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Petugas inspesksi datang ke departemen produksi secara langsung dan
berkala untuk mengamati apakah pada proses produksi terdapat
penyimpangan atau tidak.
b. Post Marketing
Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap
kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas
dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product
complaint), menangani recall dan returned product, menangani batch record,
dan post marketing stability testing.
c. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT Kalbe Farma, Tbk memiliki
bagian validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas,
validasi computer, dan annual product review.
d. GMP Compliance
1) Kalibrasi dan Kualifikasi
Tujuan dilakukan kalibrasi untuk memastikan semua peralatan yang
digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas
yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang
spesifik untuk setiap instrumen. Kualifikasi adalah tindakan untuk
memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. kualifikasi yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


28

dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication


(IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification
(PQ). Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval
pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan,
sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada
perubahan yang signifikan).
2) Evaluasi catatan bets (Evaluation Batch Record/ EBR)
Bagian ini bertanggung jawab memeriksa kelengkapan batch record serta
menyatukan data-data dari produksi dan hasil analisa dari departemen
QC. EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk
sebelum di-release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran
masalah jika terjadi penyimpangan.
3) Pengendalian Perubahan (Change Control)
Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan
dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
dievaluasi dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta
sesuai pada ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum
diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi
penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan
perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap
departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau
tidak.

3.4.7. Departemen Quality System


Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau
pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan
mengembangkan sistem di PT Kalbe Farma, Tbk. Secara keseluruhan, sistem
yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001:2000, ISO
14001:2004, dan OHSAS 18001.
a. System Compliance

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


29

Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit


Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard
Development.
b. Document Compliance
Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat
dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau
dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS.
Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain.
Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada
semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa
didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance
OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk
memastikan kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan
dengan baik. Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi,
mencegah, dan mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak
memahami standar prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara
yang dilakukan antara lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual
control dan administration Control, alat pelindung diri (APD).
d. Plan Do Check Action (PDCA)
Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan
dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT Kalbe Farma, Tbk.
Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan
mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.
e. Continual Improvement Program Development
Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua,
yaitu Program Development & Maintenance dan Training Development
Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan
melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,
sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga
tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang
dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


30

Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group


Process Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk
kemudian dirancang pelaksanaannya.

3.4.8. Departemen Logistik


Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan
produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager
Logistik yang membawahi lima Kasi (kepala seksi) gudang, yaitu Kasi gudang
bahan baku dan wadah, Kasi gudang penimbangan, Kasi gudang kemasan, serta
Kasi gudang produk dan sarana promosi. Bagian Logistik memiliki peranan
penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku,
wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut,
Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D,
Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing
seksi adalah sebagai berikut:
a. Seksi gudang bahan baku / wadah
Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan
dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C),
ruang AC (20-25°C), dan ruang pendingin/cool room (2-8°C) untuk
penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC terdiri
dari 6 ruangan yaitu, ruang AC 1 untuk penyimpanan material halal, ruang AC
2 untuk penyimpanan essence dan flavouring, ruang AC 3 untuk penyimpanan
bahan kemas primer (foil), ruang AC 4 untuk penyimpanan berbagai macam
bahan baku, ruang AC 5 untuk penyimpanan bahan baku beta laktam dalam
kemasan asli, ruang AC 6 untuk penyimpanan bahan baku dan wadah yang
bersifat umum, serta ruang AC khusus untuk penyimpanan menthae
peppermint oil. Selain itu, terdapat beberapa area atau ruang yang penting
seperti:
1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang
bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


31

akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log
book.
2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan
wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC.
Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik dimana setiap rak terdapat beberapa level
(tingkat vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara
komputerisasi menggunakan sistem IBAS (Integrated Barcode Application
System) yang menggantikan fungsi kartu letak barang dan memuat kode
produk, nama produk, dan nomor Certificate of Analysis (CoA). Cara
penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun antara lain berdasarkan
hal-hal berikut:
1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan
kelembaban).
2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).
3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
b. Seksi gudang penimbangan
Gudang timbang adalah tempat berlangsungnya proses penimbangan dan
penyediaan bahan baku dan wadah yang dibutuhkan oleh produksi berdasarkan
JPM (Jadwal Produksi Mingguan). Bahan baku dan wadah yang ditimbang dan
disediakan sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk yang diturunkan yaitu:
PPI 1A, 1B dan 3A. Bahan baku dan wadah ditimbang dan disediakan dengan
sistem First Expired First Out (FEFO) oleh gudang timbang, kemudian dikirim
ke produksi sesuai line yang membutuhkan.
c. Seksi gudang kemasan
Gudang kemas memiliki tanggung jawab melayani permintaan kemasan
sekunder berupa master box, dus, brosur, dan label kemudian mengirimkannya
ke setiap line produksi berdasarkan PPI 3B. Kemasan sekunder yang dikirim

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


32

oleh vendor akan diperlakukan sama seperti bahan baku dan wadah, yaitu akan
dikarantina terlebih dahulu untuk pengujian kualitas kemasan tersebut. Jika QC
menyatakan status kemasan adalah “BAIK” maka kemasan yang sesuai dengan
PPI 3B akan dikirim ke produksi. Sistem FEFO juga diterapkan untuk
pengiriman kemasan sekunder untuk produksi. d. Seksi gudang produk dan
sarana promosi Ruang lingkup, fungsi, dan tugas seksi gudang produk dan
sarana promosi adalah sebagai berikut:
a. Menerima, memeriksa produk dan dokumen, serta memasukkan data.
b. Menata dan menyimpan produk.
c. Mengirimkan produk untuk pelanggan (distributor, ekspor, dan
sebagainya) atas Sales Order/Shipping Instruction Internal dari marketing
atau Formulir Kebutuhan Barang (FKB).
d. Melaksanakan cycle count produk.
e. Menerima, memeriksa, dan memasukkan data produk retur.
f. Menerima, menata, menyimpan, dan mengirimkan sarana promosi atas
permintaan Marketing.

3.4.9. Departemen Teknik


Departemen Teknik menunjang proses produksi dengan cara memelihara
dan melakukan perawatan semua mesin di semua departemen. Walaupun tidak
berperan secara langsung dalam kegiatan produksi, namun Departemen Teknik
merupakan pendukung utama kegiatan produksi di industri farmasi. Departemen
Teknik memiliki tanggung jawab dalam pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan
gedung, sarana penunjang dan mesin-mesin yang digunakan di industri farmasi.
Secara umum, Departemen Teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Utilitas Tugas dan tanggung jawab dari Manajer Utilitas adalah:
a. Memastikan tersedianya energi listrik, air, udara dingin, tekanan udara/uap
dan sarana penunjang lain untuk keperluan produksi dan operasi
perusahaan sehari-hari.
b. Memastikan perawatan terhadap mesin-mesin utilitas agar produksi dapat
berjalan secara efisien.
2. Pemeliharaan Tugas dan tanggung jawab dari Manager Pemeliharaan yaitu:

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


33

a. Menyusun dan mengimplementasikan rencana perawatan atau perbaikan


mesin dan peralatan.
b. Mengevaluasi hasil yang sudah dicapai.
c. Mengontrol pelaksanaan instalasi baru, pemeliharaan berkala mesin yang
mengalami kerusakan dan penyediaan suku cadang agar dapat menunjang
kelancaran proses produksi.
Kerja pemeliharaan dibagi menjadi dua, yakni pemeliharaan preventif dan
penanganan kerusakan. Pemeliharaan preventif merupakan kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan untuk menjamin agar mesin-mesin produksi dan
sarana penunjang lainnya selalu dalam keadaan optimum dan dapat
dioperasikan secara optimal. Sementara itu penanganan kerusakan adalah
perawatan mesin yang mengalami kerusakan dan harus segera diperbaiki agar
tidak mengganggu proses produksi.
3. Teknisi Suku Cadang
Bagian ini bertanggung jawab dalam penyediaan stok suku cadang untuk
mesin-mesin yang ada baik untuk Produksi maupun untuk bagian lain. Suku
cadang yang disediakan adalah suku cadang dari mesin-mesin yang sangat
penting yang harus terus berjalan atau merupakan suku cadang yang
pemesanannya membutuhkan waktu lama, sehingga jika terjadi kerusakan
dapat segera ditangani.
4. Administrator
Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan administrasi di
Bagian Teknik.
5. Koordinator Pekerjaan Kesipilan
Bagian ini bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan
baru, misalnya membuat ruangan baru, membuat gedung baru.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

PT Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang senantiasa


berusaha menjadi perusahaan perawatan kesehatan terbaik yang didukung oleh
inovasi, nama dagang yang kuat, dan manajemen yang unggul. PT Kalbe Farma,
Tbk. memiliki komitmen untuk membantu masyarakat mewujudkan kesehatan
dan kehidupan yang lebih baik. Dalam mewujudkan komitmennya, PT Kalbe
Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam
setiap aspek pembuatan obat.
Jaminan kualitas produk PT Kalbe Farma, Tbk. telah diakui melalui
berbagai standar internasional, antara lain dengan diperolehnya sertifikat ISO
9001 (2001) untuk sistem manajemen, sertifikat ISO 14001 untuk jaminan
terhadap sistem lingkungan, dan sertifikat OHSAS 18001/SMK3 untuk jaminan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.1 Manajemen Mutu


Manajemen mutu dipersyaratkan dalam CPOB untuk menjamin
pembuatan obat agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi syarat izin
edar, dan bermutu dalam arti tidak menimbulkan resiko berbahaya dalam
penggunaannya. Konsep dasar pengawasan mutu, CPOB, dan pemastian mutu
adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.
Kegiatan manajemen mutu di PT Kalbe Farma, Tbk. sudah memenuhi
CPOB. Bagian dari manajemen mutu di PT Kalbe Farma, Tbk. adalah Quality
Operation, di mana pada bagian ini terdapat Quality Assurance (pemastian mutu)
dan Quality Control (pengawasan mutu). Pemastian mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan
dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu
bertugas untuk mengontrol kualitas dari bahan awal (bahan baku dan bahan
kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.

34 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


35

Pemastian mutu ini dipastikan dengan pelaksanaan CPOB untuk


menghindarkan atau meminimalkan resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB
itu sendiri dipastikan dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini
meliputi berbagai macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan
fasilitas yang memadai, dan sebagainya.

4.2 Personalia
CPOB mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi
untuk melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan harus memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara
professional. Setiap karyawan juga harus mempunyai sikap dan kesadaran tinggi
untuk mewujudkan CPOB, serta memahami tanggung jawabnya masing-masing.
PT Kalbe Farma, Tbk. menggunakan tenaga kerja yang terlatih secara
teknis dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi dan
pengawasan mutu. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur
dan spesifikasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Masing-masing
bagian, yaitu bagian produksi, QA, dan QC dipimpin oleh seorang apoteker yang
tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Apoteker ini diberi
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Pada PT Kalbe Farma, Tbk. peningkatan kesadaran dan pemahaman
karyawan terhadap CPOB dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima
Aspek (KUA LIMA) yang telah meliputi unsur-unsur CPOB, K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA
LIMA meliputi produk, manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan
kerja. Penjabaran dari lima aspek dalam KUA LIMA adalah:
a. produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai
d. proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien
e. lingkungan kerja yang mendorong prestasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


36

4.3 Bangunan dan Fasilitas


PT Kalbe Farma, Tbk. berada di kawasan industri Delta Silicon I,
Cikarang. Lokasi pabrik terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga
resiko pencemaran, baik dari pabrik ke lingkungan maupun dari lingkungan ke
pabrik, dapat dihindari. Gedung dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
dapat mencegah terjadinya kontaminasi yang berasal dari udara, tanah, air,
maupun dari kegiatan di sekitarnya, seperti debu dari industri lain, rembesan air,
serangga, binatang pengerat, dan sebagainya. PT Kalbe Farma, Tbk. juga
memiliki instalasi pengolahan limbah untuk mencegah terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan. Pengolahan limbah pabrik ini bekerja sama dengan pihak
luar.
Secara umum bangunan di PT Kalbe Farma Tbk. memiliki ukuran,
rancang bangun, konstruksi, dan tata letak yang memadai sesuai dengan
persyaratan CPOB. Hal ini menunjang pelaksanaan kerja, pembersihan, dan
pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik. Rancang bangun dan tata letak ruang
produksi pada PT Kalbe Farma, Tbk. dibagi menjadi beberapa kelompok sehingga
kegiatan-kegiatan dapat berlangsung tanpa harus berhubungan dengan daerah luar.
Ruang ganti pakaian berhubungan langsung dengan area produksi dan dipisahkan
oleh pintu yang hanya dapat diakses dengan menggunakan kartu akses karyawan.
Lalu lintas barang dan orang dipisahkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang. Penghubung antar ruang atau kelas yang berbeda adalah ruang
buffer atau ruang antara, sedangkan untuk barang digunakan penghubung berupa
kotak penghubung (pass box). Khusus perpindahan antara grey area dengan white
area terdapat air lock yang dilengkapi air shower. Setiap ruang produksi memiliki
koridor sebagai lalu lintas umum karyawan atau bahan. Pada area produksi
terdapat ruang staging yang digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan
bahan baku. Selain itu, terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging
produk ruahan dan produk antara.
Desain permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat kedap
air serta tidak terdapat sambungan dan mudah untuk dibersihkan. Permukaan
lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi epoksi, sudut-sudut
ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon rubber, dinding dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


37

langit-langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu, titik ventilasi, dan
instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga meminimalkan adanya
celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang produksi, seperti
Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa saluran air, Air
Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus di antara setiap
lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa ruangan juga
dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk mengendalikan jumlah
partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.
Bangunan PT Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (line produksi).
Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan pengemasan produk
sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi di PT Kalbe Farma,
Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu kelas I dan II (white
area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area). Apabila dikaitkan dengan
CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey area merupakan kelas C
(untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril), dan kelas white area
merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung antara kelas ruangan
yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau ruang buffer dan loker
karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan jumlah partikel dan jumlah
mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan udara ini dilakukan dengan
membedakan volume udara yang dimasukkan ke dalam ruangan oleh AHU. White
area memiliki tekanan udara paling tinggi dan black area memiliki tekanan udara
yang paling rendah, sedangkan tekanan udara di grey area berada diantaranya.
Black area ditandai dengan lantai yang di cat epoksi berwarna hijau dan
dinding yang di cat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang
penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti
pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan
dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor
penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai
white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


38

khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti


pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada
area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang
masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,
serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.
Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk
disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan
penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau
barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah
terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana
gudang dengan kondisi khusus, seperti suhu dan kelembaban ruangan yang
terkendali misalnya penyimpanan pada suhu 2-8OC.

4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat memiliki penandaan
sehingga memudahkan dalam identifikasi mesin. Pemasangan dan penempatan
peralatan di atur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi
sebagian besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan senatiasa di
rawat menurut jadwal yang tepat supaya tetap berfungsi dengan baik dan
konsisten. Perawatan dan pembersihan juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau kemurnian
produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari produk tersebut. Penempatan
peralatan produksi dilakukan secara berurutan sehingga mempermudah proses
produksi. Pemisahan peralatan dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang
antara produk satu dengan produk yang lain. Pencegahan terhadap kontaminasi
debu yang dihasilkan pada saat proses produksi dilakukan dengan menggunakan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


39

pengumpul debu. Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut
untuk menghindari kesalahan penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan
diletakkan tidak berdekatan dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan bekerja
dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan
maupun produk ruahan. Selain itu, hal ini juga merupakan penerapan dari konsep
5R, di mana alat dapat cepat ditemukan ketika dibutuhkan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat
Sertifikat Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-
tahapan tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi
dan Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini
melakukan perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian
bagian-bagian dari mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi mesin secara
periodik. Kegiatan perawatan dan pencegahan dilakukan dengan
mempertimbangkan jadwal produksi sehingga tidak mengganggu jalannya proses
produksi. Umumnya kegiatan ini dilakukan setiap bulan.

4.5 Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene, meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap
hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Oleh karena itu, diperlukan
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


40

sanitasi dan higiene harus divalidasi, serta dievaluasi secara berkala untuk selalu
memastikan bahwa hasilnya efektif dan memenuhi persyaratan.
Semua karyawan PT Kalbe Farma, Tbk. harus menjalani pemeriksaan
kesehatan, baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja.
Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa visual diharuskan menjalani
pemeriksaan mata secara berkala untuk melihat apakah mata masih dapat bekerja
optimal dan tidak menimbulkan kerugian. Tiap karyawan yang mengidap suatu
penyakit yang dapat merugikan kualitas produk dilarang menangani bahan baku,
bahan pengemas, bahan yang sedang dalam proses, dan obat jadi sampai
karyawan tersebut dinyatakan telah sembuh.
Setiap karyawan dilarang untuk makan dan merokok di dalam gedung
produksi maupun kantor, khususnya di daerah yang berhubungan dengan produk,
seperti daerah produksi dan gudang. Toilet, tempat cuci tangan, kotak P3K, dan
ruang minum (pantry) yang terpisah dari ruang kerja dan ruang produksi
merupakan salah satu bentuk sarana penunjang pelaksanaan sanitasi dan higiene.
Pada setiap grey area bagian produksi terdapat ruang pencucian untuk
mencuci alat-alat yang telah selesai digunakan untuk proses produksi. Sanitasi
ruangan dan peralatan dilakukan secara berkala minimal seminggu sekali, kecuali
ruang steril pada line 6. Pada ruang tersebut dilakukan sanitasi setiap hari dengan
menggunakan alkohol 70%. Sanitasi peralatan juga dilakukan setiap terjadi
pergantian jenis produk. Pembersihan rutin juga dilakukan pada alat yang sudah
lama tidak digunakan. Peralatan yang dapat dipindahkan di cuci di ruang
pencucian pada grey area, sedangkan peralatan yang tidak dapat dipindahkan di
cuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada. Pada ruangan tersebut telah
dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan limbah dari pencucian alat.
Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan berdasaran prosedur tetap yang
telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.
Semua ruang di line produksi memiliki status yang tertempel pada pintu
ruangan, meliputi label ”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau
”UNTUK DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH
DIBERSIHKAN” yang dapat digunakan untuk proses produksi. Label untuk
alat/mesin meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


41

DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG RUSAK”. Hanya alat/mesin berlabel ”SIAP


PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi.
Sebelum memasuki black area, karyawan harus menggunakan
perlengkapan berupa baju dan celana berwarna putih yang dilengkapi dengan
penutup kepala dan sandal karet. Perlengkapan yang digunakan selama berada di
grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang
dirangkap dengan baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian
depan tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan
digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga
digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang bising. Khusus
grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna merah muda,
sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area karyawan
merangkap baju grey area dengan baju terusan bebas serat dengan penutup
kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus. Pakaian kotor di
simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara berkala dua kali dalam
seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk pimpinan dan tamu
pabrik.

4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk
sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama
dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses
produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang
disusun oleh R&D dan dikeluarkan oleh Departemen Perencanaan Produksi dan
Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang digunakan telah tervalidasi
melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala laboratorium dan produksi,
pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan untuk memberikan jaminan
bahwa produk senantiasa dibuat dengan prosedur yang tetap dan tervalidasi
sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu, penggunaan PPI juga ditujukan
untuk memudahkan penelusuran pada proses produksinya jika ditemukan masalah
pada suatu produk. Semua proses produksi dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila
ada perubahan dalam proses dicatat sebagai Deviation Report (DR) dalam Catatan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


42

Produksi Bets (CPB). Untuk produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk
dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan
persetujuan dari QA.
Pencemaran silang dan tercampurnya bahan dicegah dengan pembagian
proses produksi dalam line produksi (line). Proses dikerjakan dalam ruang yang
terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat ruang penyangga di antara
kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai ruang timbang yang terpisah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran di ruang timbang. Setiap line
juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan pengaturan tekanan dalam
upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun mikroba. Selain itu, terdapat
persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda pada tiap kelas.
Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin
kualitas produk. Parameter yang diperiksa, yaitu parameter-parameter kritis yang
mempengaruhi kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di
setiap line produksi dan dilengkapi dengan alat penguji yang sesuai dengan
bentuk sediaan pada line produksi tersebut. Dengan adanya kontrol selama proses,
penyimpangan yang terjadi dapat langsung terdeteksi sehingga dapat segera
diambil tindakan untuk mengatasinya. Kontrol yang dilakukan selama proses
sesuai dengan Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang
dilakukan, banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-
titik pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk
setiap spesifikasi uji yang dilakukan.
Pengemasan produk di PT Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara manual
dan otomatis tergantung mesin yang digunakan pada masing-masing line
produksi. Setelah produk dikemas akan dilakukan pemeriksaan oleh Bagian
Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah produk dapat dirilis atau tidak. Jika
hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa produk tidak dapat dirilis, akan
dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu bisa berupa pengolahan ulang, rilis dengan
perubahan spesifikasi, atau pemusnahan. Pengolahan ulang untuk produk yang
belum dirilis bisa dilakukan bila ada pengajuan Deviation Report yang disetujui
oleh Departemen Produksi, R&D, dan Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


43

yang telah rilis dilakukan melalui pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang
dengan persetujuan dari Departemen Pemastian Mutu.
Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di
gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan
kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained
sample) dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets.

4.7 Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu di PT Kalbe Farma, Tbk. dilakukan oleh bagian
Pengawasan Mutu (QC) yang berada di bawah departemen Quality Operation
(QO). Pengawasan Mutu menjadi bagian yang penting dari CPOB untuk
memastikan bahwa tiap obat yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sesuai dengan yang tertera pada
CPOB pula, bagian ini sebaiknya independen dan terpisah dari produksi.
Tugas utama bagian Pengawasan Mutu adalah mengontrol kualitas dari
bahan awal (bahan baku dan bahan kemas) sejak masuk ke gudang hingga
menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan di bagian Pengawasan
Mutu meliputi pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, produk jadi, dan bahan
kemas. Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan
baku dan produk jadi menggunakan metode analisis yang telah disusun oleh
bagian Analytical Development, departemen R&D. Selain itu, bagian Pengawasan
Mutu juga melakukan pemeriksaan bahan kemas dan wadah menggunakan
metode analisis tertentu yang ditetapkan oleh bagian Packaging Development.
Kalibrasi dan validasi metode analisis dilakukan sesuai jadwal untuk
menjamin agar peralatan dan metode analisa yang digunakan memberikan hasil
pengukuran yang tepat. Peralatan yang digunakan untuk analisis selalu dalam
keadaan terkalibrasi. Jika ada alat yang belum dikalibrasi, alat tersebut tidak boleh
digunakan. Pada setiap alat ditempel label yang menandakan kondisi alat, tanggal
kalibrasi terakhir, dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Dengan adanya label tersebut,
dapat dicegah penggunaan alat yang tidak terkalibrasi. Selain itu, terdapat pula
Prosedur Tetap untuk semua alat di Laboratorium Pengawasan Mutu. Prosedur

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


44

Tetap pengoperasian alat selalu diletakkan di dekat alat untuk memudahkan


operator atau personel lain dalam menggunakan alat yang bersangkutan. Hal ini
juga untuk menghindari adanya kesalahan.
Alat pelindung diri disediakan untuk keselamatan personil, seperti
masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku
pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label
informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan
jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.
Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah
sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain
ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang
terpisah dengan ruang produksi. Laboratorium mikrobiologi juga terpisah dari
laboratorium lain. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan yang berkaitan
dalam hal pengujian mutu obat.

4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri dan audit mutu bertujuan untuk menilai kesesuaian seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan
CPOB. Hal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa
yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan.
Kegiatan ini hendaklah dilakukan secara teratur.
PT Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan
sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT Kalbe
Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.
Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT Kalbe
Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil
audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan
laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari
Badan Sertifikasi Nasional yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


45

PT Kalbe Farma, Tbk. telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus
memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan
sertifikasi terhadap sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja. PT Kalbe Farma, Tbk. juga mengalami inspeksi
mendadak dari Badan POM dalam rangka memberikan bimbingan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan CPOB. Selain itu, setiap departemen juga dapat
melakukan inspeksi sendiri. Hasil audit akan dibuat menjadi suatu rangkuman
audit yang pada intinya adalah usulan untuk tindakan perbaikan.
Bahan awal dan bahan pengemas di PT Kalbe Farma, Tbk. berasal dari
pemasok yang memenuhi spesifikasi dan telah disetujui oleh bagian Pemastian
Mutu. Evaluasi dilakukan sebelum pemasok disetujui. Evaluasi
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.

4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali


Produk
Keluhan dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Keluhan
tersebut dapat menyangkut mutu produk, efek samping yang merugikan, atau
masalah efek terapetik. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua
pihak yang berkaitan dengan kegiatan manufaktur, sedangkan keluhan dari luar
dapat berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, rumah sakit/klinik, dan
pemerintah. Keluhan dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan melalui
bagian pemasaran.
Laporan sebaiknya disampaikan dengan menyertakan contoh yang
dikeluhkan. Setiap keluhan dicatat dalam Formulir Keluhan Pelanggan (FKP) atau
Surat Keluhan Pelanggan (SKP) yang kemudian dikirim ke bagian
Pascapemasaran. FKP berisi keterangan antara lain: tanggal penerimaan, nama
dan alamat pengirim, produk yang dikeluhkan (nama produk dan nomor bets)
serta isi keluhan. Bagian ini menangani keluhan dengan cara melihat batch record
dan pengujian terhadap contoh pertinggal akan dilakukan apabila diperlukan.
Catatan tertulis mengenai semua keluhan dibuat dan ditangani oleh bagian yang
terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


46

Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih
bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan
berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu
atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk
bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh
Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang
dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan
Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke
pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu
perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan
produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan
karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan
dengan memakai jasa pihak dari luar PT Kalbe Farma, Tbk.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT Kalbe Farma, Tbk. jika
setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh
kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati
batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4
bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus
masih berada dalam kemasan aslinya.
Semua obat kembalian akan dikarantina di gudang obat jadi sambil
menunggu hasil evaluasi dari Pascapemasaran untuk menentukan apakah obat
kembalian tersebut dapat dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang,
diolah ulang, atau ditolak. Apabila obat kembalian hendak diolah ulang atau
dikemas ulang maka pada nomor bets obat kembalian yang dikemas ulang diberi
tambahan huruf ”R” sedangkan obat kembalian yang diolah ulang diberi nomor

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


47

bets baru. Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan
surat penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan
sendiri oleh PT Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.

4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan
atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan
Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses
produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan
proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam
PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh
bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian
Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen
rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa
produk jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT Kalbe Farma,
Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian dokumen.
Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen Quality System
(QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping sistem dokumen
secara manual, PT Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan sistem dokumen yang
dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi antarbagian
sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang membutuhkan. Sistem
dokumentasi ini dinamakan Oracle.
Karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT Kalbe Farma,
Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT Arsip Geoservis Indonesia
(AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil berdasarkan nomor

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


48

kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan juga tidak terlalu lama.
Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang harinya dokumen yang
diperlukan tersebut sudah datang.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan pekerjaan atau produk yang dihasilkan tidak memiliki mutu yang
memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus
dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak.
Dalam pelaksanaannya, PT Kalbe Farma, Tbk. bertindak baik sebagai
Pemberi Kontrak dalam produksi tol keluar maupun Penerima Kontrak dalam
produksi tol masuk. Pelaksanaan tol masuk dan tol keluar bergantung pada
kontrak pemanufakturan, misalnya kontrak dimana pabrik lain memberikan
produk ruahan dan PT Kalbe Farma, Tbk. hanya memproses tahap
pengemasannya atau kontrak yang menyangkut proses awal higga akhir produksi.
Begitu pula halnya dengan tol keluar dari PT Kalbe Farma, Tbk. ke pabrik lain.
Sebelum melakukan tol keluar, PT Kalbe Farma, Tbk. terlebih dahulu
melakukan seleksi rekanan tol keluar. Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk
tol keluar yang dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas PT Kalbe Farma, Tbk.
Seleksi ini dimulai dari pengajuan rekanan tol keluar ke Manager Departemen
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan yang selanjutnya diteruskan
ke Manajer Departemen Pemastian Mutu untuk dilakukan audit. Untuk memantau
kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka dilakukan Audit
Rekanan tol keluar secara berkala.
Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima
tol keluar PT Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila
diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap
enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas
dan kelengkapan dokumen.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


49

4.12 Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi dan validasi di PT Kalbe Farma, Tbk dikoordinasi oleh bagian
Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang dilakukan oleh PT Kalbe Farma, Tbk.
meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi kinerja. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap instrumen
baru pada periode tertentu yang sudah ditetapkan yaitu tiga tahun serta dicatat dan
didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat. Kalibrasi dan kualifikasi ini
dapat dilaksanakan di luar jadwal yang ditetapkan sebelumnya, yaitu jika
diperkirakan terdapat masalah dengan alat.
Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk
Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan
secara keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan
kinerja yang baik. Secara garis besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkaji
dan tim pelaksana. Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,
Pemastian Mutu/Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim pelaksana terdiri
dari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis dari setiap departemen.
Validasi yang dilakukan di PT Kalbe Farma, Tbk. meliputi validasi proses,
validasi fasilitas dan sarana penunjang, validasi pembersihan serta validasi
komputer. Pelaksanaan validasi sesuai dengan urutan prioritas yang tercantum
dalam analisis risiko. Jika terdapat pertimbangan tertentu, seperti terjadinya
penyimpangan signifikan yang harus segera ditindaklanjuti, pelaksanaan validasi
dapat tidak sesuai dengan analisis risiko.
Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah
digunakan untuk proses produksi produk tertentu atau pengambilan sampel bahan
baku tertentu yang ditentukan berdasarkan analisis resiko. Tiap line produksi
memiliki berbagai macam mesin/alat yang dipakai untuk memproduksi berbagai
macam produk dengan spesifikasi yang berbeda, sehingga terdapat kemungkinan
terjadinya satu mesin digunakan untuk lebih dari satu macam produk. Dalam
kasus seperti inilah perlu dilakukan analisis risiko untuk menentukan prioritas
produk mana yang perlu dilakukan validasi pembersihan. Validasi fasilitas dan
sistem penunjang dilakukan terhadap sistem pemanas, ventilasi dan pendingin

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


50

udara, sistem air, sistem kompresi udara, sistem pengumpul debu, sistem gas,
sistem pabrik, listrik, fasilitas dan peralatan.
Untuk memperoleh status valid, suatu proses harus secara konsisten
memenuhi spesifikasi pada semua tahap melalui prosedur yang telah ditetapkan
pada sedikitnya tiga kali pengujian berturut-turut. Jika terjadi modifikasi dalam
proses atau terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam
proses tersebut perlu dilakukan revalidasi. Validasi proses harus dapat
membuktikan kelayakan suatu proses pada skala produksi sehingga juga dapat
menjamin konsistensi kualitas produk suatu line dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Validasi proses terhadap produk-produk baru, dilaksanakan setelah
diperoleh formula yang optimal hasil pra-validasi oleh Departemen Research dan
Development. Validasi proses terbagi menjadi empat macam, yaitu validasi
prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif dan validasi ulang. Jenis
validasi yang dipakai di PT Kalbe Farma, Tbk. adalah validasi prospektif,
konkuren, dan validasi ulang.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
a. PT Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya yaitu dalam aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, audit dan persetujuan
pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali
produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
kualifikasi dan validasi.
b. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting,
yaitu sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan
kepala bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki
apoteker harus dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di
suatu industri farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara
total akan meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri
farmasi semakin baik dari waktu ke waktu.

5.2. Saran
a. PT Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama
dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian
mutunya sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap
efektivitas sistem yang dikelola PT Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian,
kinerja setiap bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.
b. PT Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap
karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam
kaitannya dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini pun
harus terus diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga
regulator, yaitu Badan POM.

51 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 03.1.33.12.12.8195
Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri
Farmasi. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

PT Kalbe Farma Tbk,. (2011). Laporan Tahunan PT Kalbe Farma. Jakarta.

52 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


LAMPIRAN

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


53

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Kalbe Farma, Tbk.

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL. M.H. THAMRIN BLOK A1-3, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 1 FEBRUARI – 28 MARET 2013

PEMBUATAN LAPORAN KUALIFIKASI KINERJA


FASE DUA SISTEM PENUNJANG PURIFIED WATER
GENERATION PWG3

TRIS FEBRIANA CHANTIKA,


CHANTIKA, S.Farm
1206313816

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PT. KALBE FARMA, Tbk.
KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON
JL. M.H. THAMRIN BLOK A1-3, LIPPO CIKARANG, BEKASI
PERIODE 1 FEBRUARI – 28 MARET 2013

PEMBUATAN LAPORAN KUALIFIKASI KINERJA


FASE DUA SISTEM PENUNJANG PURIFIED WATER
GENERATION PWG3

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Apoteker

TRIS FEBRIANA CHANTIKA, S.Farm


1206313816

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3


2.1 Tinjauan Khusus QA Facility Validation .................................... 3
2.2 Kualifikasi dan Validasi .............................................................. 4
2.3 Purified Water ............................................................................. 8
2.4 Validasi Sistem Penunjang Purified Water ................................. 13

BAB 3. METODE PENGKAJIAN ............................................................... 15


3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian ..................................................... 15
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 16

BAB 5. KESIMPULAN ................................................................................. 22


5.1 Kesimpulan ................................................................................... 22
5.2 Saran ............................................................................................. 22

DAFTAR ACUAN............................................................................................. 23

iii

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian dari Metode Pembuangan Turbiditas


dan Partikulat dalam Sistem Pretreatment .................................... 10
Tabel 4.1. Kriteria Penerimaan Purified Water PWG 3 ................................. 17
Tabel 4.2. Point of Use pada Sampling Pemeriksaan Kualifikasi
Kinerja PWG3 ............................................................................... 18
Tabel 4.3. Persyaratan Parameter Pemeriksaan Purified Water pada
Kualifikasi Kinerja Fase 2 PWG 3 ................................................ 21

iv

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Pipa dan Instrumen Purified Water Generation 3 ........ 24


Lampiran 2. Formulir Pemeriksaan Suhu, Konduktivitas, pH, Klorin dan
Total Klorin PWG 3 Line 5 ekstensi ........................................... 25

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Kalbe Farma, Tbk. merupakan salah satu perusahaan industri farmasi
yang berkembang pesat di Indonesia. Dalam annual report PT Kalbe Farma, Tbk.
2011, perusahaan ini mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7%
dengan kontribusi dari penjualan Divisi Obat Resep, Divisi Produk Kesehatan,
Divisi Nutrisional, dan Divisi Distribusi dan Logistik. Peningkatan penjualan ini
menunjukkan permintaan obat-obatan dan pelayanan kesehatan di tingkat
masyarakat akan semakin meningkat, didukung dengan akan diterapkannya
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada tahun 2014.
Peningkatan penjualan ini menjadi pendorong untuk PT Kalbe Farma,
Tbk. dalam meningkatkan kapasitas produksi. Saat ini, dibangun beberapa line
ekstensi untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi. Ada 4 line ekstensi
yang dikembangkan, yaitu line 1, line 5, line 7, dan line 8. Line ekstensi ini
tentunya harus memenuhi persyaratan sebelum digunakan untuk menjadi ruang
produksi.
Line 5 ekstensi merupakan salah satu line produksi yang masih dalam
proyek pengerjaan dan nantinya akan membantu line 5 dalam memproduksi
sediaan liquid seperti Woods® dan Cerebrovit®. Komponen yang menjadi faktor
kritis pada saat produksi sediaan liquid adalah air. Air yang digunakan haruslah
sesuai dengan persyaratan monografi yang berlaku. Sistem produksi,
penyimpanan, dan distribusi air untuk farmasi harus didesain, dipasang, divalidasi
dan dirawat untuk meyakinkan produksi air dalam kualitas yang diinginkan.
Selain itu, sistem ini perlu dilengkapi dengan kontrol mikrobiologi seperti
sanitasi.
Pengelolaan dan pendistribusian air untuk keperluan produksi sediaan
farmasi di PT Kalbe Farma, Tbk. dilakukan secara internal dan otomatis, yang
disebut dengan Purified Water Generation System. Selain itu, terdapat Water for
Injection Generation System yang bekerja untuk menghasilkan suplai water for
injection dalam proses produksi sediaan steril. Untuk line 5 ekstensi yang saat ini
1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


2

masih dalam proyek kualifikasi sarana dan ruangan, suplai air purified water
dihasilkan oleh Purified Water Generation 3 (PWG 3).
Sistem penunjang Purified Water Generation 3 harus melalui tahap
kualifikasi dan validasi sebelum dapat digunakan. Ada perbedaan dalam
kualifikasi dan validasi sistem penunjang pengolahan dan pendistribusian air
dibandingkan dengan sistem lain. Dalam kualifikasi sistem penunjang pengolahan
dan pendistribusian air, ada 3 fase yang harus dilaksanakan untuk meyakinkan
bahwa sistem tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang
konsisten.
Tahapan kualifikasi dan validasi sistem penunjang Purified Water
Generation 3 dilaksanakan sesuai dengan protokol kualifikasi dan validasi yang
telah dibuat sebelumnya. Selain itu, kualifikasi dan validasi harus
didokumentasikan dengan baik, mulai dari komponen sistem, protokol, hasil
pemeriksaan kualifikasi, hingga laporan pelaksanaan kualifikasi dan validasi.
Oleh karena itu, dalam kesempatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT
Kalbe Farma, Tbk. dilakukan pembuatan laporan kualifikasi fase 2 sistem
penunjang Purified Water Generation 3 sebagai dokumentasi hasil pemeriksaan
kualifikasi dan validasi sistem penunjang tersebut.

1.2 Tujuan
Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
bertujuan untuk :
a. Mengetahui dan memahami sistem pengolahan dan pendistribusian purified
water oleh sistem penunjang Purified Water Generation (PWG) 3
b. Mempelajari cara pembuatan dan analisis data laporan kualifikasi kinerja fase
2 sistem penunjang Purified Water Generation (PWG) 3

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Khusus QA Facility Validation (PT Kalbe Farma Tbk., 2012)
QA Facility Validation (Kualifikasi dan Kalibrasi) merupakan bagian dari
Departemen Quality Assurance yang berperan dalam pemastian mutu peralatan
dan sarana penunjang dalam suatu industri. QA Facility Validation berada
terpisah dari Departemen Quality Assurance sejak November 2012, yakni berada
di black area ruang produksi karena pertimbangan efisiensi pekerjaan. Dalam QA
Facility Validation, terdapat 2 regu inspektor yang dibagi secara terpisah yaitu
bagian kalibrasi dan bagian infrastruktur. Adapun tanggung jawab yang
dilaksanakan oleh bagian QA Facility Validation adalah
a. Memastikan semua peralatan yang digunakan untuk pengukuran selalu
terkalibrasi dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga
menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang diijinkan.
b. Menjamin mesin dan peralatan yang digunakan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan sehingga dapat beroperasi sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
c. Menjamin sarana penunjang yang digunakan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan sehingga dapat beroperasi sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
d. Menjamin agar parameter ruangan selalu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
Kalibrasi merupakan salah satu langkah awal proses validasi yang
bertujuan untuk menetapkan hubungan dalam kondisi tertentu antara nilai besaran
yang ditunjukkan alat atau sistem ukur dengan nilai yang ditunjukkan oleh
standar. Semua peralatan di PT Kalbe Farma Tbk. yang digunakan untuk
pengukuran parameter kritis produk harus melewati proses kalibrasi untuk dapat
digunakan. Untuk alat baru, bagian QA Facility Validation akan
mempertimbangkan parameter yang perlu dikalibrasi dan membuat protokol
kalibrasi alat ukur tersebut.
Setelah melakukan kalibrasi, maka hasil kalibrasi akan diinput dalam data
base kalibrasi dan hasil pemeriksaan kalibrasi berupa label penandaan akan

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


4

dicetak sehingga bisa ditempel di alat yang bersangkutan. Label penandaan


kalibrasi meliputi nomor kode alat, lokasi, tanggal kalibrasi dan tanggal
rekalibrasi. Label kalibrasi yang ditempel akan memudahkan dilaksanakannya
monitoring kalibrasi peralatan secara berkala. Rekalibrasi alat dilakukan sebelum
masa kalibrasi alat habis dan dimasukkan dalam jadwal mingguan inspektor
kalibrasi. Bagian kalibrasi juga melakukan kualifikasi mesin yang meliputi
kualifikasi desain (DQ), kualifikasi instalasi (IQ), kualifikasi operasional (OQ)
dan kualifikasi kinerja (PQ).
Bagian infrastruktur QA Facility Validation memegang peranan dalam
penjaminan mutu sarana penunjang yang dapat memengaruhi mutu produk (misal
uap panas, gas, udara bertekanan dan sistem tata udara) dan sarana pengolahan air
sesuai dengan syarat yang telah ditentukan. Bagian ini bertanggung jawab dalam
melakukan kualifikasi sistem ruangan dan monitoring rutin sarana penunjang.
Seperti bagian kalibrasi, inspektor bagian infrastruktur melakukan pemeriksaan
kualifikasi sistem ruangan yang meliputi kualifikasi desain (DQ), kualifikasi
instalasi (IQ), kualifikasi operasional (OQ) dan kualifikasi kinerja (PQ).
Monitoring yang dilakukan oleh bagian infrastruktur meliputi monitoring
sitem HVAC yaitu pemeriksaan suhu, RH, AMC, jumlah partikel, airchange,
mikrobiologi, intensitas cahaya, dan intensitas suara. Dilakukan juga monitoring
sistem pengolahan air yaitu pemeriksaan suhu, konduktivitas, pH, TOC, klorin,
coliform, dan mikrobiologi. Khusus untuk sistem pengolahan Water for Injection
dilakukan juga pemeriksaan endotoksin. Monitoring dilakukan sesuai dengan
jadwal yang sudah dibuat sebelumnya untuk memastikan sarana penunjang yang
ada dapat berjalan sesuai dengan persyaratan yang ada secara konsisten.

2.2 Kualifikasi dan Validasi


Menurut WHO, kualifikasi adalah tindakan membuktikan dan
mendokumentasikan bahwa setiap fasilitas, sistem dan peralatan terpasang dengan
benar, dan/atau bekerja dengan benar dan mengarah pada hasil yang diharapkan.
Kualifikasi dan validasi secara essensial merupakan komponen yang mempunyai
konsep yang sama. Istilah kualifikasi umumnya digunakan untuk peralatan,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


5

fasilitas dan sistem, sedangkan validasi digunakan untuk proses. Kualifikasi


sering menjadi tahapan awal dari proses validasi.
Prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi diatur
dalam CPOB Bab 12. CPOB mengisyaratkan industri farmasi untuk
mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap
fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah
divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan dengan jelas dan
didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.
Rencana Induk Validasi sekurang-kurangnya memuat data mengenai ringkasan
fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi, serta protokol dan
laporan validasi. Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci
kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Hendaklah dibuat laporan yang
mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat
ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi,
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan,
hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap
kualifikasi dan validasi selanjutnya
Kualifikasi harus diselesaikan sebelum proses validasi dilakukan. Sistem,
fasilitas, atau perlatan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas
produk farmasi harus dikualifikasi. Proses kualifikasi harus merupakan proses
logis dan sistematis dan harus dimulai dari fase desain fasilitas, peralatan, dan
sistem. Ada 4 tahapan dari kualifikasi, yaitu :
a. Kualifikasi Desain (Design Qualification)
b. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)
c. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)
d. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification)

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


6

2.2.1 Kualifikasi Desain (Design Qualification)


Kualifikasi desain, atau yang sering disebut dengan DQ, adalah unsur
pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
Kualifikasi desain merupakan proses mengkaji desain yang didokumentasi untuk
meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada
tahap perencanaan. Kualifikasi desain mendokumentasikan pembuktian bahwa
fasilitas, sistem atau peralatan telah didesain sesuai dengan persyaratan atau
spesifikasi yang ditentukan. Pada umumnya, kualifikasi desain merujuk pada User
Requirement Spesification (URS) yang mendeskripsikan permintaan user dengan
rincian yang spesifik dan persyaratan output yang diinginkan.

2.2.2 Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification)


Kualifikasi instalasi harus mendokumentasikan bukti bahwa sistem,
fasilitas, atau peralatan terpasang secara lengkap dan memenuhi persyaratan.
Kualifikasi instalasi hendaklah mencakup :
a. Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi
hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;
b. Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan
peralatan dari pemasok;
c. Ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan
d. Verifikasi bahan konstruksi

2.2.3 Kualifikasi Operasional (Operational Qualification)


Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional harus
mendokumentasikan verifikasi bahwa sistem atau peralatan beroperasi pada
operating range yag diharapkan. Perencanaan kualifikasi operasional harus dapat
mengidentifikasi pemeriksaan terhadap variabel kritis yang ada pada
pengoperasian alat atau sistem tersebut, bagaimana pengukurannya dan kriteria
penerimaan yang diijinkan. Pemeriksaan yang dilakukan hendaknya meliputi satu
atau beberapa kondisi yang mencangkup batas operasional atas dan bawah, yang
sering dikenal sebagai kondisi terburuk.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


7

Pelaksanaan kualifikasi operasional haruslah mengikuti protokol yang


telah disetujui. Kualifikasi instalasi dan operasional yang telah selesai dan
memenuhi syarat dapat dilanjutkan dengan pelulusan status fasilitas, sistem dan
peralatan untuk dapat digunakan.

2.3.4 Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification)


Kualifikasi kinerja dilakukan setelah kualifikasi instalasi dan kualifikasi
operasional selesai dilaksanakan, dikaji, dan direview. Kualifikasi kinerja
mendokumentasikan verifikasi bahwa sistem, fasilitas, dan peralatan beroperasi
secara konsisten dan memberikan reprodusibilitas sesuai dengan spesifikasi dan
parameter yang telah ditetapkan untuk jangka waktu tertentu. Pada umumnya,
proses kualifikasi kinerja yang dilakukan mengacu pada proses produksi yang
dilakukan secara rutin. Kualifikasi kinerja hendaklah mencakup, tapi tidak
terbatas pada hal berikut :
a. pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan;
b. uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah.
Menurut CPOB Bab 12, untuk kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem
terpasang yang telah operasional, hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan
memverifikasi parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat.
Selain itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif
serta prosedur dan catatan pelatihan operator hendaklah didokumentasikan.
Validasi merupakan tindakan pembuktian bahwa proses, prosedur ataupun
metode secara aktual dan konsisten ada pada hasil yang diharapkan. Ada 2 dasar
pendekatan validasi, yaitu pembuktian berdasarkan pengujian (validasi prospektif
dan konkuren), dan pembuktian berdasarkan data historikal akumulatif (validasi
retrospektif). Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan hendaklah telah
terkualifikasi dan metode analisis hendaklah divalidasi. Personil yang melakukan
validasi hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


8

2.3 Purified Water


Purified water adalah air yang digunakan dalam produksi nonparenteral
dan dalam aplikasi farmasi lainnya, seperti pembersihan dari beberapa peralatan
dan komponen yang berkontak dengan produk. Kecuali dinyatakan lain, purified
water dapat digunakan dalam pengujian dan pemeriksaan yang menggunakan
istilah water. Sumber pengolahan Purified water harus diolah dari sumber air
yang mempunyai kualitas minimum yang setara dengan air minum (feed water).
Kualitas purified water harus dijaga agar tetap konsisten. Sistem purified
water yang berfungsi di bawah kondisi standar seringkali dicurigai menimbulkan
biofilm, yang dapat menjadi sumber mikroorganisme hidup atau endotoksin yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu, sistem ini memerlukan sanitasi berkala dan
monitoring mikrobiologi untuk meyakinkan kualitas mikrobiologi air pada setiap
point of use. Dalam USP juga disebutkan bahwa purified water harus memenuhi
persyaratan Total Organic Carbon (TOC) dan konduktivitas.
Purified water harus memenuhi persyaratan untuk kemurnian dan senyawa
organik dan harus terlindungi dari kontaminasi mikroba. Pengolahan air dari raw
water menggunakan unit operasi yang meliputi deionisasi, destilasi, ion exchange,
Reverse Osmosis, filtrasi, atau prosedur purifikasi lain yang sesuai. Sistem
purified water harus divalidasi untuk dapat memproduksi dan mendistribusikan
air dalam spesifikasi penerimaan kimiawi dan mikrobiologi secara konsisten dan
dapat dipercaya.
Purified water didapatkan dengan pengolahan sumber air yang setara
kualitasnya dengan air minum dan didistribusikan ke setiap point of use, serta
mengalami resirkulasi yang baik dengan hasil yang konsisten. Ada 2 tahapan
dalam sistem pengolahan purified water, yaitu tahapan pretreatment dan tahapan
treatment (ISPE, 2001).

2.3.1 Tahap Pretreatment


Pretreatment adalah serangkaian tahapan proses atau unit yang beroperasi
untuk memodifikasi kualitas air minum menjadi kualitas yang memadai untuk
diproses di tahapan treatment. Tujuan dari tahap pretreatment adalah untuk
menyediakan kualitas air yang meminimalisasi operasi dan masalah pada sistem
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


9

treatment dan untuk membantu tahapan treatment akhir untuk menghasilkan air
yang memenuhi syarat.
Proses penting dalam tahapan pretreatment adalah :
a. Kontrol terhadap kekeruhan dan partikel untuk mengurangi kerusakan
membran filter dan peralatan lain.
b. Kontrol kesadahan dan ion logam untuk mencegah pembentukan endapan di
tahapan treatment final.
c. Penghilangan kontaminasi organik dan mikrobiologi.
d. Kontrol terhadap pertumbuhan mikroba dan penghilangan agen pengontrol
mikroba untuk mencegah degradasi di tahapan treatment final.

2.3.1.1 Penghilangan Turbiditas dan Partikulat


Turbiditas atau kekeruhan adalah penampilan air yang tidak jernih
(berawan) disebabkan oleh keberadaan material koloid. Sifat ini lebih kepada sifat
optikal didasarkan kepada jumlah cahaya yang direfleksikan oleh materi yang
tersuspensi dan diukur dalam satuan Nephelometric Turbidity Unit (NTU).
Batasan turbiditas dari air minum adalah 1 NTU. Sedangkan partikulat adalah
materi tersuspensi yang tidak larut yang ada dalam air. Konsentrasi partikulat
diukur dalam mg/l. Sumber partikulat antara lain adalah debu, silika, mineral yang
tidak larut, dan hasil korosi.
Penghilangan turbiditas dan partikulat diperlukan untuk mencegah
kerusakan dari final treatment yang menggunakan membran, misalnya Reverse
Osmosis. Dalam tahapan pretreatment, ada banyak metode penghilangan
turbiditas dan partikulat yang dapat dilakukan, antara lain penambahan agen
pengflokulasi, media filtrasi, dan filtrasi barier. Berikut merupakan tabel
rangkuman keuntungan dan kerugian dari metode-metode penghilangan turbiditas
dan partikulat pada sistem pretreatment air :

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


10

Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian dari Metode Pembuangan Turbiditas dan
Partikulat dalam Sistem Pretreatment

Metode Keuntungan Kerugian


Penambahan agen Dapat menghilangan Perlu adanya metode
flokulasi (clarification) partikel lebih dari 25µm filtrasi tambahan
sehingga kurang efisisn
Media filtrasi (single Dapat memfiltrasi Hanya partikel besar
sized media atau multi material dengan kapasitas yang terfiltrasi; dapat
sized media) besar dan biaya yang menjadi sumber
rendah; bekerja baik pertumbuhan mikroba
dengan adanya klorin
Filtrasi barier (cartidge Dapat memfiltrasi dengan Mahal; butuh perawatan
filtration, ultrafiltration, berbagai pilihan ukuran yang tinggi
nanofiltration) partikel dengan
penggunaan cartidge

2.3.1.2 Kontrol Kesadahan dan Pertukaran Ion Logam


Keberadaan Kalsium atau Magnesium di dalam air umumnya dikenal
sebagai istilah kesadahan, yang biasanya dinyatakan dalam satuan grains per
gallon (gpg). Kesadahan ini harus dihilangkan untuk mencegah pembentukan
pengendapan di unit operasi sistem treatment. Untuk menghilangkan kation
tersebut di sistem pretreatment, pada umumnya dilakukan metode dengan prinsip
pertukaran ion (ion exchange). Sistem pertukaran ion terdiri dari resin yang secara
selektif akan mengabsorbsi kation atau anion dan menukarkan ion ini dengan ion
hidrogen dan ion hidroksi.
Proses penghilangan kesadahan sering disebut dengan istilah softening.
Water softener umumnya terdiri dari empat komponen utama : tanki resin, resin,
tanki brine, dan sebuah pengontrol atau valves. Resin mempunyai ikatan afinitas
terhadap ion multivalen lebih besar sehingga ion-ion multivalen seperti Kalsium,
Magnesium, Besi, dan Silika terabsorbsi oleh resin dan akan ditukarkan dengan
ion Natrium. Afinitas resin diregenerasi dengan konsentrasi tinggi NaCl.
Proses lainnya untuk mencegah pengendapan akibat adanya ion metal atau
kesadahan air adalah proses asidifikasi dan degasifikasi. Proses ini sudah dikenal
dan diterima dalam sistem purifikasi air. Dalam tahap ini, input air akan diatur
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


11

pada kisaran pH 3,8 – 4,2 dengan asam sulfat, yang nantinya akan membentuk
karbonat. Pada proses degasifikasi, karbonat yang terbentuk akan diubah menjadi
gas CO2 yang dibuang ke udara.

2.3.1.3 Penghilangan Senyawa Organik dan Cemaran Mikrobiologi


Kontaminasi senyawa organik dan mikrobiologi harus diketahui segera
dalam sistem pengolahan air. Kontaminasi organik yang sering ditemukan pada
air meliputi kontaminasi pirogen, Total Organic Carbon dan Dissolved Organic
Compound. Banyak metode yang dapat dipilih untuk menghilangkan senyawa
organik, misalnya dengan ozon, filtrasi barier, dan karbon.
Karbon merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam
penghilangan senyawa organik. Metode ini sering digunakan karena selain dapat
menghilangkan cemaran organik dan juga dapat mengurangi konsentrasi klorin
dan kloramin. Secara periodik, karbon harus diganti untuk menjaga kemampuan
absorbsi senyawa-senyawa organik.
Metode pengurangan cemaran mikrobiologi dalam sistem pretreatment
antara lain adalah sanitasi periodik, sinar UV, klorin dan kloramin. Metode
sanitasi periodik dapat dilakukan dengan cara sanitasi dengan panas, kimia, dan
regenerasi. Dengan sanitasi panas, organisme indikator USP terbunuh pada suhu
di atas 60ºC dan umumnya organisme patogen tidak dapat berpoliferasi pada suhu
ini. Cara lain untuk meminimalisir pertumbuhan mikroba adalah mengontrol
temperatur air (pertumbuhan mikroba melambat pada suhu 15ºC) dan mengurangi
dead legs pada pemasangan pipa distribusi air. Sinar UV juga dapat digunakan
sebagai agen pengontrol mikroba terutama jika sistem pretreatment tidak
menggunakan klorin dan kloramin. Sinar UV dapat menghilangkan mikroba
dengan cara memutus ikatan DNA bakteri.
Klorin dan kloramin merupakan disinfektan yang sering digunakan dalam
sistem pretreatment. Klorin diberikan dalam konsentrasi 0,2 sampai 2,0 ppm,
sedangkan dalam proses distribusi klorin harus dijaga pada konsentrasi di bawah
0,5 ppm. Akan tetapi, klorin mempunyai efek samping yaitu sifat korosif.
Kloramin yang dibentuk oleh reaksi klorin dan ammonia juga mempunyai efek
samping karena dapat lolos dalam tahapan pretreatment dan memperburuk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


12

kualitas air. Untuk itu harus ada sistem dalam mengurangi konsentrasi keduanya
hingga senyawa tersebut tidak mempengaruhi kualitas sumber air.
Pembuangan klorin dapat menggunakan karbon dengan cara mengubah
klorin menjadi ion klorida yang nantinya akan dibuang dalam proses
penghilangan ion di tahap treatment final. Pembuangan kloramin lebih kompleks
karena tidak dapat diabsorpsi secara sempurna oleh karbon, sehingga terkadang
digunakan sulfit. Sulfit akan menjadi reduktor yang akan mengubah kloramin
menjadi ion ammonium dan ion klorida yang nantinya akan dibuang sama seperti
pembuangan klorida. Reaksi reduktor sulfit terhadap klorida dapat dijelaskan
dalam reaksi berikut
SO32- + Cl2 + H2O 2Cl- + 2H+ + SO42-
Penambahan sulfit, umumnya membutuhkan pengaturan pH, walaupun ion klorida
dan ion sulfat yang terbentuk akan dihilangkan pada tahap deionisasi atau Reverse
Osmosis.

2.3.2 Tahap Treatment


Tahap treatment merupakan tahap akhir dalam sistem pengelolaan air
setelah pretreatment. Metode yang termasuk dalam tahap treatment adalah
pertukaran ion (ion exchange), elektrodeionisasi (electrodeionization/ EDI), dan
Reverse Osmosis (RO). Masih banyak metode lain yang dipakai dalam tahap akhir
ini, namun ketiga metode yang disebutkan di atas lebih umum dipakai.
Tujuan utama penggunaan ion exchange adalah mengurangi konduktivitas
dalam air yang menjadi salah satu persyaratan monografi USP. Secara fungsional,
ion exchange terdiri dari resin penukar kation dan penukar anion. Penukar kation
akan menukar kation dalam air menjadi ion H+, sedangkan penukar anion akan
menukarkan anion menjadi ion OH-. Regenerasi resin penukar ion menggunakan
HCl atau H2SO4 untuk penukar kation dan menggunakan NaCl untuk penukar
anion. Resin ion exchange mempunyai afinitas lebih tinggi untuk ion polivalen.
Untuk itu disarankan ada sistem penghilangan ion divalen sebelum air melewati
resin ion exchange pada sistem treatment final. Keuntungan dari metode ion
exchange ini adalah efektif untuk menghilangkan senyawa terion dan penanganan
serta perawatan yang mudah.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


13

Elektrodeionisasi atau biasa disingkat menjadi EDI merupakan salah satu


metode untuk membuang senyawa terion dalam air menggunakan katoda dan
anoda serta potensial elektrik untuk membantu perpindahan ion. Media aktif
elektrik dalam peralatan elektrodeionisasi berfungsi dalam mengumpulkan dan
menghilangkan muatan dari ion tersebut dengan prinsip elektrodialisis atau proses
oksidasi reduksi. Dengan menggunakan metode ini, penggunaan senyawa kimia
dapat dieliminasi.
Reverse Osmosis merupakan metode yang sudah populer dalam sistem
treatment pengolahan air karena kemampuannya dalam mengeliminasi banyak
kontaminan seperti materi solid dan non-ionik, bakteri, dan endotoksin. Reverse
Osmosis merupakan metode pemurnian air dengan bantuan tekanan dan membran
semi permiabel, hanya air yang dapat melewati membran tersebut. Membran yang
dipakai umumnya dibuat dari 2 bahan dasar yaitu selulosa asetat dan poliamida.
Untuk mencegah kerusakan membran Reverse Osmosis, maka dibutuhkan sistem
pretreatment yang dapat memfiltrasi partikulat dan mineral.

2.4 Validasi Sistem Air untuk Keperluan Farmasi (WHO, 2005)


Sistem pengolahan air untuk keperluan farmasi merupakan sistem yang
memberikan dampak langsung terhadap kualitas obat yang diproduksi. Oleh
karena itu, sistem tersebut haruslah dikualifikasi. Kualifikasi yang dilaksanakan
haruslah mengikuti tahapan kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi
operasional, dan kualifikasi kinerja. Monografi WHO menjelaskan bahwa
kualifikasi kinerja untuk sistem pengolahan air mempunyai keunikan tersendiri
untuk dapat membuktikan konsistensi dan kinerja yang meyakinkan.
Berdasarkan WHO Technical Report Series tahun 2005, ada tiga fase yang
harus dilaksanakan untuk mencapai pembuktian tersebut, yang disebut dengan
fase 1, fase 2, dan fase 3.

2.4.1 Fase 1
Pengujian selama 2-4 minggu harus dilaksanakan untuk memonitor sistem
pengolahan air secara intensif. Tujuan dilakukan fase 1 dalam kualifikasi sistem
pengolahan air adalah menetapkan range operasi yang sesuai, mengembangkan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


14

prosedur operasi, pembersihan dan perawatan serta mendemonstrasikan


pengolahan dan pendistribusian air dalam kualitas yang diinginkan. Selama
periode ini, sistem ini harus beroperasi secara kontinu tanpa ada kegagalan atau
deviasi kinerja. Pemeriksaan fase 1 ini harus mencangkup hal-hal di bawah ini :
a. Pelaksanaan pengujian kimia dan mikrobiologi
b. Sampling raw water, tiap tahapan purifikasi dan tiap point of use setiap hari
c. Pengembangan range operasi yang sesuai
d. Pengembangan prosedur operasi, pembersihan, dan perawatan
e. Demonstrasi pengolahan dan pendistribusian air secara kuantitas dan kualitas

2.4.2 Fase 2
Setelah sistem pengolahan air lulus kualifikasi fase satu, sistem tersebut
harus dilanjutkan ke fase dua selama 2-4 minggu. Tujuan diadakan kualifikasi
kinerja fase dua adalah untuk melihat konsistensi jalannya sistem dalam batasan
yang telah ditentukan sebelumnya serta memastikan kualitas hasil akhir air
memenuhi syarat ketika dioperasikan sesuai dengan SOP yang dibuat. Skema
sampling pada fase dua harus sama dengan fase satu. Air yang dihasilkan dapat
digunakan untuk tujuan produksi selama fase ini.

2.4.3 Fase 3
Fase ini merupakan fase terlama dan terakhir dari validasi sistem
pengolahan air karena periodenya yang mencapai 1 tahun. Setelah lulus
kualifikasi sistem fase 2, maka sistem pengolahan air akan melanjutkan
kualifikasi kinerja ke fase 3. Tujuan fase ini adalah untuk membuktikan bahwa
ketika dioperasikan dalam periode waktu tertentu, sistem pengolahan air ini
menghasilkan air dengan kualitas yang ditentukan walaupun sumber raw water
mempunyai variasi kualitas.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Tugas Khusus


Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode
1 Februari – 28 Maret 2013 di ruangan QA Facility Validation dan ruangan
Purifed Water Generation 3 PT. Kalbe Farma, Tbk. yang berlokasi di jalan M. H.
Thamrin Blok A1-3, kawasan industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data untuk pembuatan tugas khusus dibantu oleh inspektor
yang melakukan sampling. Selain itu, penulis juga mengumpulkan data dengan
melakukan studi pustaka untuk mempelajari rangkaian proses Purified Water
Generation 3. Selanjutnya data pemeriksaan kualifikasi kinerja fase dua diolah
dengan program Microsoft Excel dan dibuat trend pemeriksaan.

15 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Praktek Kerja Mahasiswa Apoteker (PKPA) di PT Kalbe Farma,


Tbk. penulis berada di bagian QA Facility Validation. Penulis diberikan tugas
khusus terkait dengan pembuatan laporan kualifikasi kinerja fase 2 Purified Water
Generation 3 yang memberikan output air ke bagian produksi Line 5 ekstensi.
Line 5 ekstensi merupakan salah satu proyek yang sedang dibangun oleh
Departemen Produksi. Line 5 ekstensi dibangun untuk meningkatkan kapasitas
produksi Line 5 yang sekarang ini memproduksi sediaan liquid seperti Woods®,
Cerebrovit® dan Plantacid®. Proyek ini tentunya memerlukan sistem penunjang
seperti sistem HVAC dan sistem pendistribusian air untuk menjalankan proses
produksi.
Purified Water Generation (PWG) 3 merupakan sistem pengolahan dan
pendistribusian purified water yang ada di PT Kalbe Farma, Tbk. Sistem
pengolahan dan pendistribusian purified water ini perlu divalidasi untuk
memastikan sistem tersebut menghasilkan purified water seperti yang diharapkan
secara konsisten dan terpercaya. Sebagai bagian dari validasi sistem penunjang
pengolahan air, kualifikasi kinerja merupakan tahapan yang perlu dilaksanakan.
Kualifikasi kinerja fase 1 sudah terlaksana dengan baik selama 2 minggu berturut-
turut tanpa ada hari libur mulai tanggal 20 Januari 2013.
Proses kualifikasi sistem penunjang PWG 3 didasarkan pada protokol
kualifikasi sistem penunjang PWG 3 yang telah dibuat sebelumnya. Protokol
tersebut menjelaskan tentang proses pengelolaan air dan pendistribusiannya, tata
cara sampling bagi inspektor, lokasi sampling, sampai pada persyaratan
pemeriksaan yang ditetapkan. Setelah protokol tersebut disetujui, maka dilakukan
tahapan kualifikasi sesuai dengan prosedur yang ada pada protokol tersebut.
Dalam kualifikasi kinerja fase 2, dilakukan pemeriksaan terhadap
parameter-parameter purified water sama seperti kualifikasi kinerja fase 1.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan apakah output akhir dari PWG 3
secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh USP untuk

16 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


17

monografi purified water. Adapun kriteria penerimaan yang ditetapkan untuk


purified water hasil PWG 3 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kriteria Penerimaan Purified Water PWG 3


Parameter Nilai
Kapasitas 3 m3/jam
Konduktivitas 1,3µs/cm pada suhu 25°C
pH 5–7
TOC ≤ 500 ppb
Batas mikroba ≤ 100 CFU/ml
Endotoksin ≤ 0,25 EU/ml
Nitrat (NO3) ≤ 0,2 ppm
Logam berat ≤ 0,1 ppm sebagai Pb
Eschericia coli Tidak ada
Pseudomonas aeruginosa Tidak ada
Karakteristik Jernih, tidak berbau dan tidak berasa

Kualifikasi kinerja fase 2 dilakukan selama 2-4 minggu pada hari kerja,
terhitung sejak tanggal 4 Februari 2013. Pada tahapan kualifikasi, inspektor
bertugas untuk melakukan sampling di point of use yang sudah ditentukan. Point
of use merupakan titik sampling dari tiap-tiap tahapan pengelolaan dan
pendistribusian purified water, mulai dari pretreatment, treatment, dan sampai
kepada point of use yang ada pada produksi.
Pemeriksaan yang dilakukan inspektor pada tahap kualifikasi kinerja fase
2 antara lain adalah pemeriksaan pH, suhu, konduktivitas, mikrobiologi, dan Total
Organic Carbon (TOC) di setiap titik point of use. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan klorin dan total klorin (untuk mengetahui konsentrasi kloramin) yang
ada pada purified water, namun hanya pada tiap point of use sebelum Reverse
Osmosis. Point of Use pada pemeriksaan kualifikasi kinerja PWG 3 dapat dilihat
di Tabel 4.2.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


18

Tabel 4.2. Point of Use pada Sampling Pemeriksaan Kualifikasi Kinerja PWG3
Sample Point Lokasi
SU 2.1 Roof, Raw Water Sebelum Multi Media Filter
SU 3.1 Roof, Multimedia filter
SU 4.1 Roof, Activated carbon
SU 5.1 Roof, Softener
SU 6.1 Roof, Sebelum Reverse Osmosis
SU 7.1 Roof, Reverse Osmosis
SU 8.1 Roof, Electrodeionization
SU 9.1 Roof, Supply PWG Line 5 Mixing
SU 10.1 Roof, Return PWG Line 5 Mixing
SP 5.1.1 Mixing 3
SP 5.1.2 Mixing 3
SP 5.1.3 Mixing 3
SP 5.1.4 WIP Room

Adapun proses penyusunan laporan kualifikasi kinerja fase 2 PWG 3 dapat


dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengamatan sistem PWG 3
2. Analisis data pemeriksaan kualifikasi kinerja fase 2
3. Pembuatan trend pemeriksaan kualifikasi kinerja fase 2
4. Pengambilan kesimpulan kualifikasi kinerja fase 2

4.1 Pengamatan Sistem Purified Water Generation 3


Pengamatan sistem pengolahan dan pendistribusian purified water PWG 3
merupakan langkah awal dalam membuat laporan kualifikasi kinerja fase 2 PWG
3. Hal ini penting untuk memahami apa saja proses pretreatment dan treatment
dalam sistem PWG 3. Selain itu, pengamatan langsung ketika proses sampling
juga dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana teknik sampling inspektor dalam
melakukan sampling pemeriksaan parameter kualifikasi kinerja fase 2.
Purified Water Generation merupakan sistem pengolahan dan
pendistribusian air yang meliputi sistem pretreatment, final treatment, dan
looping system. Sistem ini terdiri dari plate heat exchanger, multimedia filter,
carbon filter, duplex softener filter, SMBS dosing pump package, particle filter 5
micron, break tank, reverse osmosis high pressure pump, reverse osmosis unit,
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


19

degasifier membrane, electrodeionization, purified water tank, dan looping pump.


Diagram instrumen dalam PWG 3 dapat dilihat dalam lampiran 1.
Pada sistem PWG 3, proses pretreatment dimulai dari masuknya raw
water yang disuplai oleh Lippo ke filter multimedia. Pada proses ini, terjadi
filtrasi materi padat > 40 mikron, yang dilanjutkan ke tahap karbon aktif. Karbon
aktif merupakan tahap pemurnian air dari senyawa organik. Karbon aktif
berfungsi dalam mengurangi bau, warna, dan senyawa klorin serta kloramin.
Setelah itu, air akan diteruskan ke proses softener, yang akan menyerap kation
maupun anion yang dapat menyebabkan kesadahan air. Dalam PWG 3 ada 2
macam softerner yang disebut dengan softerner 1 dan softener 2 (duplex softener
filter). Apabila kadar klorin dan kloramin di luar batas yang dipersyaratkan, ada
sensor yang dihubungkan dengan SMBS Dosing Pump untuk mengurangi kadar
klorin dan kloramin. SMBS Dosing Pump adalah pompa yang dapat memberikan
senyawa Sodium Meta Bisulfit ke dalam sistem.
Air setelah proses softening akan melewati filter 5 mikron dan ditampung
terlebih dahulu dalam break tank dengan kapasitas 4000 L. Air yang telah
melewati proses softening disebut dengan soft water yang dapat digunakan dalam
proses pencucian mesin. Selanjutnya, pengolahan air dilanjutkan pada tahap
treatment, yang dimulai dengan proses Reverse Osmosis (RO). Unit RO terbagi
dua, yaitu Pompa RO yang berfungsi mendistribusikan air dari break tank ke
membran RO dengan tekanan tinggi, dan membran RO yang dapat menahan
senyawa organik dan mineral yang lolos melewati proses pretreatment.
Setelah RO, proses treatment dilengkapi dengan proses degasifier yang
akan mengurangi CO2 di dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam unit
Electrodeionization (EDI) yang dapat menangkap ion-ion yang ada di air dengan
cara elektrodialisis. Hasil EDI akan ditampung dalam tanki penyimpanan dengan
kapasitas 4000 liter.
Proses treatment dilanjutkan dengan proses distribusi looping supply ke
produksi line 5 ekstensi. Karena kebutuhan line 5 ekstensi untuk produksi liquid
dengan suhu air 60ºC ± 5°C, maka pada tanki penyimpanan purified water supply
dan return dibuat sistem double jacket yang dilengkapi dengan steam bertekanan
2 – 3 bar dengan suhu 121ºC. Hal ini disebut sistem hot looping yang dapat
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


20

digunakan untuk proses sanitasi PWG3 dengan suhu 80 ºC ± 5°C, dibantu dengan
Plate Heat Exchanger yang dapat menghasilkan air dengan suhu 85°C di awal
proses pretreatment.

4.2 Analis Data Pemeriksaan Kualifikasi Kinerja Fase 2


Setelah sampling dilakukan oleh inspektor QA Facility Validation, sampel
untuk pemeriksaan TOC dan mikrobiologi dikirim ke laboratorium QC untuk
diperiksa. Sedangkan untuk pemeriksaan konduktivitas, suhu, pH, klorin dan total
klorin diperiksa in situ oleh inspektor dan didokumentasikan. Pengukuran pH,
suhu, dan konduktivitas dilakukan dengan alat Ultrameter II, sedangkan untuk
pengukuran klorin dan total klorin dilakukan dengan kit Chlorine Cell Test.
Data pemeriksaan selanjutnya dikumpulkan tiap parameter pemeriksaan,
dikelompokkan antara pretreatment dan treatment, selanjutnya dibuat summary
hasil sampling dari tanggal 4 February 2013. Tujuan pemisahan hasil pemeriksaan
antara proses pretreatment dan treatment adalah untuk melihat perbedaan yang
dihasilkan dari input air dan output air dari tiap proses. Selain itu, pemisahan
kedua proses dapat memberikan gambaran tentang kinerja sistem PWG 3.

4.3 Pembuatan Trend Pemeriksaan Kualifikasi Kinerja Fase 2


Setelah dibuat summary hasil parameter pemeriksaan kualifikasi kinerja
fase 2, maka langkah selanjutnya adalah membuat trend pemeriksaan kualifikasi
kinerja fase 2 yang dimulai dari 4 Februari 2013. Hasil yang didapat dari
pemeriksaan tiap parameter diperiksa apakah telah memenuhi persyaratan purified
water yang telah ditentukan oleh PT Kalbe Farma, Tbk. yang merujuk pada
monografi yang berlaku. Apabila hasil pemeriksaan setiap parameter memberikan
hasil yang tidak sesuai dengan persyaratan yang berlaku, investigasi dilakukan
untuk mencari tahu penyebab penyimpangan yang terjadi. Setelah itu akan
dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan supaya penyimpangan tidak terjadi
lagi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


21

Tabel 4.3. Persyaratan Parameter Pemeriksaan Purified Water pada Kualifikasi


Kinerja Fase 2 PWG 3

Pemeriksaan Persyaratan
Suhu -
Konduktivitas 1,3 µs/cm
pH 5-7
Total Organic Carbon < 500 ppb
Mikrobiologi 100 cfu/ml
Klorin 0,5 ppm
Total klorin 0,5 ppm

Pada kualifikasi kinerja fase 2 PWG 3, parameter pemeriksaan purified


water memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan memberikan hasil yang
konsisten selama 14 hari kerja. Oleh karena itu, proses kualifikasi kinerja fase 2
PWG 3 dilaksanakan selama 14 hari kerja terhitung dari tanggal 4 Februari 2013
sampai dengan 22 Februari 2013. Di dalam periode tersebut, terdapat 1 hari libur
yaitu tanggal 6 Februari 2013 karena adanya demo buruh Cikarang di Jakarta.

4.4 Pengambilan Kesimpulan Kualifikasi Kinerja Fase 2


Pembuatan trend merupakan metode yang dapat membantu untuk
mengambil kesimpulan kualifikasi kinerja fase 2 PWG 3. Dari tiap trend
parameter pemeriksaan, semua parameter pemeriksaan memenuhi persyaratan
pada periode kualifikasi kinerja fase 2 sehingga PWG 3 dapat dinyatakan lulus
dan dilanjutkan pada kualifikasi kinerja fase 3.
Laporan yang dibuat mengacu pada format Laporan Kualifikasi Kinerja
yang diberikan oleh PT Kalbe Farma. Laporan tersebut berisi cover, ringkasan,
hasil, evaluasi, kesimpulan, tindak lanjut dan persetujuan. Dalam laporan
kualifikasi kinerja PWG 3 fase 2, dilampirkan juga Lampiran Evaluasi yang berisi
trend tiap parameter pemeriksaan dan Lampiran Laporan Deviasi yang berisi
justifikasi apabila ada penyimpangan dalam pelaksanaan kualifikasi kinerja.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
a. Sistem pengolahan dan pendistribusian purified water oleh sistem penunjang
Purified Water Generation (PWG) 3 terdiri dari tahap pretreatment yang
meliputi filter multimedia, karbon aktif, duplex softener filter, SMBS dosing
pump, filter 5 mikron, dan tahap treatment yang meliputi Reverse Osmosis,
membran degasifier dan Electrodeionization (EDI).
b. Laporan kualifikasi kinerja fase dua sistem penunjang Purified Water
Generation (PWG) 3 dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan pH,
konduktivitas, suhu, Total Organic Carbon, mikrobiologi, klorin dan total
klorin. Selanjutnya akan dibuat pengelompokkan hasil pemeriksaan
berdasarkan tahapan dan dibuat summary dan trend pemeriksaan. Parameter
pemeriksaan kemudian dianalisa kesesuaiannya dengan persyaratan yang
berlaku sehingga dapat diambil kesimpulan.

5.2 SARAN
Kualifikasi sistem penunjang Purified Water Generator (PWG) 3 dilanjutkan ke
fase tiga dengan tujuan untuk membuktikan sistem tersebut dapat menghasilkan
kualitas purified water yang konsisten dalam periode waktu yang lebih lama dan
sesuai persyaratan walaupun dalam kondisi raw water yang sering berubah sesuai
cuaca.

22 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
ISPE Baseline Guide. (2001). Pharmaceutical Engineering Guides for New and
Renovated Facilities Volume 4 Water and Steam System. USA : ISPE.
Kalbe Farma, Tbk. (2012). Company Procedure Calibration & Qualification.
Cikarang.
Kalbe Farma, Tbk. (2012). Design Qualification PW Gen and Looping Line 11 &
Line 5 Ext. Cikarang.
United States Pharmacopea (32nd). (2008). Rockville : The United States
Pharmacopeial Convention
World Health Organization. (2006). Supplementary Guidelines on Good
Manufacturing Practices : validation. WHO Technical Report Series, No
937.
World Health Organization. (2006). WHO Good Manufacturing Practices : Water
for Pharmaceutical Use. WHO Technical Report Series, No 929.

23 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


24

Lampiran 1. Diagram Pipa dan Instrumen Purified Water Generation 3

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013


25

Lampiran 2. Formulir Pemeriksaan Suhu, Konduktivitas, pH, Klorin Dan Total


Klorin PWG 3 Line 5 ekstensi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Trias Febrina, FF UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai