Anda di halaman 1dari 27

Bau Mulut (Halitosis) dan Cara

Penanganannya
Pengertian Bau Mulut (Halitosis)
Menurut istilah kedokteran Bau Mulut adalah “fetor ex
ore”, dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Halitose (Halitus=Bau, osis=Abnormal).

Halitosis merupakan suatu keadaan dimana terciumnya


bau mulut pada saat seseorang mengeluarkan nafas
(biasanya tercium saat berbicara). Bau mulut disebabkan
dari mulut kering, stress, berpuasa, makanan yang berbau
khas dan metabolisme lainnya.

Beberapa penelitian telah di lakukan untuk mengetahui


bakteri-bakteri spesifik penyebab bau mulut tersebut. Di
dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat
sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe.
Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan
jelas, kebanyakan dari bau tersebut berasal dari sisa
makanan di dalam mulut.
Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang
biak atau bahkan bermutasi secara besar-besaran.
Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi
bersatu dengan plak dan karang gigi, juga di balik lidah
karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman
dari kegiatan mulut sehari-hari.
Bakteri tersebut memproduksi toxin atau racun, dengan
cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati yang
terdapat di dalam mulut.
Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat
bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada
saat penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan
senyawa sulfide dan ammonia.
Sadar atau tidak,setiap orang pasti pernah mengalami
masalah Halitosis.

Bau mulut hampir selalu disebabkan oleh masalah pada


mulut,akan sangat membantu jika kita mengunjungi
dokter gigi untuk memastikan penyebab nya kemudian
dicari solusinya.

Sejumlah orang merasa sangat bermasalah dengan bau


mulut,sehingga dapat ,menyebabkan rasa tidak percaya
diri lantas menangani bau mulut sendiri padahal bisa jadi
malah memperburuk keadaan.
Klasifikasi Bau mulut

Klasifikasi Halitosis

Berdasarkan faktor etiologinya, halitosis dibedakan atasa


halitosis sejati,(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia.
Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis .
Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak
membutuhkan perawatan, sebaliknya halitosis patologis
merupakan halitosis bersifat permanen dan tidak dapat
diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja
, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan
sesuai dengan sumber penyebab halitosis.
1. Genuine Halitosis (halitosis sejati)

• Halitosis Fisiologis
Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan
tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak
ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis.
Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu
bangun pagi. Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan
lidah serta berkurangnya aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini
dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan
sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi
atau berkumur.
• Halitosis Patologis
• Hali tosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak
dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral higiene
saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai
dengan sumber penyebab halitosis. Adanya pertumbuhan bakteri yang
dikaitkan dengan kondisi oral higiene yang buruk merupakan penyebab
halitosis patologis intraoral yang paling sering dijumpai. Tongue
coating, karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama
halitosis berkaitan dengan kondisi tersebut.Infeksi kronis pada rongga
nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil(tonsilhlith), gangguan pencernaan,
tukak lambung juga dapat menghasilkan gas berbau. Selain itu, penyakit
sistemik seperti diabetes ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan hati juga
dapat menimbulkan bau nafas yang khas. Penderita diabetes ketoasidosis
mengeluartan nafas berbau aseton. Udara pernafasan pada penderita
kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan
keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung
empedu seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang khas, dikenal
dengan istilah foetor hepaticus.
• 2. Pseudo Halitosis (Halitosis Semu)
• Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang
buruk, namun hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya
ataupun tidak dapat terdeteksi dengan tes ilmiah. Oleh karena tidak
ada masalah pernapasan yang nyata, maka perawatan yang perlu
diberikan pada pasien berupa konseling untuk memperbaiki
kesalahan konsep yang ada (menggunakan dukungan literature,
pendidikan dan penjelasan hasil pemeriksaan) dan mengingatkan
perawatan oral hygiene yang sederhana.


• 3. Halitophobia
• Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine
halitosis maupun telah mendapat konseling pada kasus pseudo halitosis,
pasien masih kuatir dan terganggu oleh adanya halitosis. Padahal setelah
dilakukan pemeriksaan yang teliti baik kesehatan gigi dan mulut maupun
kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan suatu kelainan
yang berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang
ada tidak menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis.
Pasien juga dapat menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif
terhadap komentar dan tingkah laku orang lain. Maka dari itu, diperlukan
pendekatan psikologis untuk mengatasi masalah kejiwaan yang melatar
belakangi keluhan ini yang biasanya dapat dilakukan oleh seorang ahli
seperti psikiater ataupun psikolog.


• Penyebab Halitosis

• Bau mulut (Halitosis) dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.

• 1. Faktor fisiologis terdiri dari :


• a. Kurangnya aliran ludah selama tidur
• Air liur sangat penting untuk menjaga kesegaran nafas. Pengeluaran air liur akan berkurang ketika
tidur, hal ini menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut.
• b. Makanan
• Bau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa jenis makanan yang dapat
menyebabkan bau mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti
bawang putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian .

• c. Minuman atau alkohol
• Alkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi
jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut.
• d. Kebiasaan merokok
• Merokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan mulut
sehingga bisa memicu terjadinya radang gusi dan dapat berakibat
terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).
• e. Menstruasi
• Wanita dalam masa haid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut
(halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut
berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada
kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob,
sehingga halitosis sudah pasti akan terjadi

• 2. Faktor patologis terdiri dari :
• a. Oral hygiene buruk
• Kebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya halitosis, misalnya karena sisa-sisa
makanan yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel.
• b. Plak
• Plak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembangbiak diatas
suatu matrik yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan
kebersihan gigi dan mulutnya.
• c. Karies
• Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor
yaitu:Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment (lingkungan) dan Time (waktu) yang
menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin
dan sementum.
• Gigi yang terserang karies (rusak atau berlubang) dapat menjadi salah satu sumber bau mulut.
Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang menjadi tempat kuman
memperoleh media untuk proses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media
untuk proses pembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat
dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan.


• Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi :

Menjaga kebersihan mulut : Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari.
• Makanan : Semua karbohidrat dapat menyebabkan kerusakan gigi, tetapi yang paling jahat adalah
gula. Gula sederhana termasuk gula meja (sukrosa), gula didalam madu (levulosa dan dekstrosa),
buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi.
• Fluor : Fluor menyebabkan gigi terutama email tahan terhadap asam yang menyebabkan
terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras yaitu
sampai usia 11 tahun.
• Penambalan : Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit
dijangkau.
• Terapi antibakteri : Orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi
antibakteri. Daerah yang rusak dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan ditambal maka
diberikan obat kumur yang kuat (chlorhexidine) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri
didalam plak yang tersisa.


• d. Bakteri
• Bakteri adalah penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup
dan berkembangbiak di dalam mulut dengan memakan sisa
protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi.
• Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut ikut
diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh
karena mulut selalu berhubungan dengan udara terbuka
maka memudahkan masuknya berbagai kuman dari udara
luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak
adalah berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali
lebih banyak dibanding yang ada dalam ludah.

Sumber: :
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-
halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfVg4L7U
• e. Gingivitis
• Gingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman yang berada dalam plak
ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah. Gingivitis adalah
peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya tanda-tanda
penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di
percepat dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik
• 4) Rongga hidung dan sinus, baik oleh benda asing yang tertinggal di
dalam maupun dari infeksi yang menghasilkan nanah. Jika infeksi dalam
sinus, pernanahan dalam sinus bisa berkepanjangan, bau yang dihasilkan
sebenarnya dari rongga hidung tapi bisa terkesan dari mulut. Dibutuhkan
antibiotika jangka panjang, atau irigasi sinus sampai bersih.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-
halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfVlfR6a
• f. Tonsil (amandel)
• Ada 2 tipe bau asal tonsil: @ infeksi tonsil, bau busuk; dikelola
dengan antibiotika dan kumur kerongkongan dengan air garam. @
endapan di dalam celah (cekungan kecil) pada permukaan tonsil,
serupa pengapuran; baunya tajam. Dikelola dengan kumur
kerongkongan dengan air sirih disusul dengan air garam, dengan
harapan dapat menyebabkan pengerutan mukosa tonsil dan
mendesak endapan itu keluar, yang akan dibasuh air garam. Jika tak
berhasil terpaksa harus dilakukan evakuasi (endapan dicungkil
keluar dengan sonde). Sering bau dari endapan tonsil ini
menjengkelkan karena berkali-kali timbul, sulit dikelola tuntas, dan
baunya yang tajam dan khas itu bisa sampai menimbulkan rasa
rendah diri. Dalam kondisi begini perlu pertimbangan pengambilan
tonsil, terutama jika ada pembengkakan.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-
mulut-halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfVyDn2L
• g. Esofagus (kerongkongan) dan lambung (maag)

• Seharusnya antara esophagus dan maag ada klep yang mencegah asam lambung naik, tapi
beberapa kasus ada kebocoran misalnya pada kasus hernia, atau fungsi klep terganggu misalnya
pada kasus stres yang berkepanjangan atau adanya kelainan esophagus misalnya adanya kantong
yang menahan sebagian makanan sebelum masuk lambung. Bau nafas menjadi nyata pada orang
yang berpuasa atau beberapa jam tidak makan/minum karena asam lambung yang tidak teralirkan
ke dalam usus. Pada kasus begini bau hilang ketika makan dan minum walau dalam porsi kecil saja.
Bau petai dan bawang disebabkan karena sebagian hasil metabolismenya disekresi lewat air liur
sehingga hanya bisa hilang dengan makan mentimun, yang sama-sama disekresi air liur sehingga
bisa membantu menetralkan. Hanya saja mentimun harus segera dimakan (bersamaan) dengan
petai dan bawangnya.
• Kedelai dan produk kedelai (tahu, tempe) hasil metabolismenya juga bisa menimbulkan bau jika
orang tidak mempunyai ensim pemecah kedelai, seperti halnya susu dan keju pada mereka yang
tidak cukup ensim pemecah susu.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfW6Yx2Z
• h. Bau karena penyakit umum


gangguan hati
• infeksi jalan nafas/paru, terutama pada kasus bronki-ektasis
• gangguan ginjal
• diabetes
• kanker
• gangguan penyakit lain berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan bau
mulut antara lain: a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c)
penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan, e) sinusitis.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfWHV5Os
• Bagaimana cara mendeteksi bau mulut?

• Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah bau


mulut atau dalam dunia medis dikenal dengan halitosis. Wajar memang
jika orang tidak menyadari punya masalah bau mulut, karena otak terbiasa
dengan aroma pribadi sehingga otak mengira bau sehari-hari adalah bau
yang wajar. Sebenarnya ada cara mudah untuk mendeteksi bau mulut.
Agar bisa terdeteksi sejak awal Anda mendeteksi bau mulut sendiri
dengan cara sebagai berikut:


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-
halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfWQz8mU
• Cek lidah : Mulailah dengan mengecek lidah. Bila lidah berwarna pink atau merah
muda dan mengkilap, berarti menunjukkan napas Anda segar. "Namun bila lidah
berwarna putih dan bersisik, maka itu pertanda bau mulut," jelas Dr Harold Katz,
seorang bakteriologi dan pendiri California Breath Clinic.
• Jilat punggung tangan : "Mencium napas sendiri di tangan bukan cara terbaik
untuk memeriksa halitosis," kata Dr Katz. Menurutnya, cara terbaik adalah dengan
menjilat punggung tangan atau mengusapkan sendok pada lidah, biarkan kering
selama beberapa detik dan kemudian cium permukaannya. Bila berbau tak sedap,
maka Anda mengalami halitosis. Dr Katz menjelaskan, bau mulut memang identik
dengan kondisi kesehatan gigi yang buruk. Namun bukan berarti orang yang
dengan kondisi gigi baik, tidak berlubang, tidak bisa mengalami halitosis.
• Tanya sahabat yang mengasihi anda sehingga berani berterus terang apakah anda
mengidap bau mulut atau tidak.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfWUcNJ0
• Biar bagaimanapun, mengetahui sejak dini serta menangani
halitosis dengan tepat lebih baik daripada cuek pada kondisi diri
sehingga menyebabkan orang lain tidak nyaman serta
menyababkan percaya diri kita kurang. Mendatangi dokter gigi jauh
lebih disarankan karna selain dapat tertangani ledengan tepat juga
secara menyeluruh.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-
mulut-halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfWY3iAi
• Penanganan Bau Mulut

• Penggunaan penyegar nafas, permen karet dan obat kumur, biasanya bersifat asimptomatis dan
sangat terbatas kerjanya hanya sementara saja, pada saat efek dari penyegar nafas hilang bau mulut
akan kembali tercium.
• Pencegahan dan Perawatan Halitosis
• Penanganan halitosis tergantung pada faktor penyebabnya, yang penting dokter gigi dapat
membedakan penyebab bau mulut sebagai kelainan di dalam atau di luar mulut. Umumnya
halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan menjaga kebersihan mulut seperti
menyikat gigi, menggunakan benang gigi, membersihkan lidah, menggunakan obat kumur (lebih
dianjurkan dengan air garam) dan diet sehat, namun kadang-kadang diperlukan penangganan oleh
tenaga profesional untuk melakukan rujukan. Untuk dapat mengatasi halitosis secara efektif,
diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh dan diagnosa yang tepat.
• Tindakan pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain,


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfWcNWMa
• Menyikat Gigi
• Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari. Gigi disikat dengan bulu sikat yang lembut dan kepala sikat
yang kecil. Hindarkan pemakaian bulu sikat yang kasar karena bulu sikat yang kasar dapat
menyebabkan resesi gingiva.Penyikatan gigi sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluor untuk mencegah karies gigi sekaligus.

• Menggunakan Benang Gigi ( Dental Floss )


• Benang gigi (dental floss) digunakan untuk membersihkan celah gigi yang sempit yang tidak dapat
dicapai dengan sikat gigi. Hal ini dilakukan dengan cara memotong benang kira-kira sepanjang 40
cm, kemudian diputarkan di kedua jari tengah kanan dan kiri. Benang dimasukkan ke celah diantara
gigi dan ditahan dengan ibu jari agar kuat dan tidak lepas ketika dilakukan gerakan seperti
menggergaji. Tindakan ini sebaiknya dilakukan satu kali sehari, namun bila memungkinkan
dilakukan dua kali sehari. Setelah tahap ini diperbolehkan kumur sampai bersih atau dibilas dengan
air.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfWfJDGw
• Membersihkan Lidah
• Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah dua kali
sehari menggunakan sikat gigi atau alat khusus pembersih lidah
(tongue scrapper). Permukaan lidah disikat dengan lembut dan
perlahan agar lidah tidak luka. Sambil lidah dijulurkan ke depan,
tempatkan tongue scrapper sejauh mungkin ke belakang lidah,
selama masih tahan, sambil ditarik ke depan dan ke bawah dengan
tekanan ringan. Gunakan kain/kertas tissue bersih atau air mengalir
untuk membersihkan tongue scrapper. Ulangi prosedur ini 2-4 kali
sampai seluruh permukaan dibersihkan.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-
mulut-halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfWl6bUZ
• Penggunaan Obat Kumur
• Obat kumur digunakan paling sedikit sekali sehari. Waktu yang paling tepat menggunakan obat
kumur adalah sebelum tidur karena obat kumur memberikan efek antibakteri selama tidur saat
aktivitas bakteri penyebab bau mulut meningkat. Obat kumur yang mengandung alkohol dapat
mengakibatkan mulut kering dan apabila digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan mukosa
mulut terkelupas. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan obat kumur non-alkohol seperti yang
mengandung sodium sakarin. Penggunaan tidak perlu terlalu berlebihan, kurang lebih 10-15 ml
sudah cukup untuk membasahi seluruh permukaan mulut. Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit.
Jangan kumur langsung dari botol, karena apabila tersentuh ludah, bahan akan terkontaminasi,
sehingga bahan aktif selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak, akibatnya tidak berguna lagi
untuk pemakaian selanjutnya. Atau kumur larutan garam fisiologis, atau yang mengandung minyak
esensial untuk membantu melindungi selaput lendir mulut sehingga tidak mudah kering. Jika
dikehendaki antiseptik pakai yang mengandung zinc dan chlorhexidine.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfWs30K5
• Diet Sehat

Banyak makan sayuran
• Mengurangi konsumsi makanan dengan protein tinggi.
• Kunyahlah permen bebas gula (non-kariogenik) khususnya apabila mulut terasa kering.
• Banyak minum air dalam sehari.
• Hindari makanan yang berbau menyengat seperti bawang merah,petai,jengkol,dll
• Menghindari konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan yang dapat menurunkan aliran saliva.
• Baru-baru ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula dapat mengurangi
senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai penurunan level senyawa hidrogen
sulfida sampai 80% setelah mengkonsumsi 90 gram yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu,
hasil penelitian di Amerika menunjukan bahwa polifenol (seperti catechin dan theaflavin), senyawa
yang terkandung dalam teh juga dapat menghambat pertumbuhan bakkteri penyebab
halitosis. Catechin terkandung dalam teh hijau maupun teh hitam sedangkantheaflavin lebih
dominan pada teh hitam.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-
cara.html#ixzz3nfWvSEOn
• Kujungan dokter gigi
• Kunjungi dokter gigi secara teratur,misalnya setiap 6 bulan sekali.

• Penanganan Oleh Tenaga Profesional


• Apabila karies, penyakit periodontal atau infeksi mulut lainnya yang menyebabkan timbulnya halitosis, maka
diperlukan penanganan khusus oleh tenaga profesional, misalnya melakukan penambalan, skeling atau tindakan
penyerutan akar gigi (root planning). Selain itu, dokter gigi akan mencabut sisa akar bila radiks atau akar gigi yang
menyebabkan timbulnya halitosis.

• Rujukan
• Jika kecurigaan penyebab di dalam mulut sudah diatasi, tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai
kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut seperti penyakit sistemik.
Dalam hal ini, dokter gigi akan merujuk pasien ke dokter spesialis untuk menanganinya.


Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-cara.html#ixzz3nfWzsbtQ

Anda mungkin juga menyukai