ANGKATAN LXXIII
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXIII
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 11 Januari 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan PKPA (Praktek Kerja Profesi
Apoteker) di PT. Dexa Medica dan menyelesaikan penulisan laporan ini. Laporan
ini disusun sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan di Program
Profesi Apoteker Departemen Farmasi Universitas Indonesia.
Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
iv Universitas Indonesia
Penulis
2011
v Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
vi
Universitas Indonesia
vii
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
viii
Laporan praktek..., Bernoulli S.P. Tambun, FMIPA UI, 2011
9
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
ix
Laporan praktek..., Bernoulli S.P. Tambun, FMIPA UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui penerapan CPOB di PT. Dexa Medica.
2. Mengetahui dan memahami gambaran umum kegiatan di PT. Dexa
Medica.
3. Mengetahui dan memahami peran dan fungsi apoteker di industri farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, 2006)
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi
dan pengawasan mutu. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap
produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi wajib membuat obat sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin
edar (registrasi), dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan konsumen
karena tidak aman, memiliki mutu yang rendah, atau tidak efektif. Manajemen
mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan tersebut melalui suatu
“Kebijakan Mutu”. Proses pelaksanaan “Kebijakan Mutu” memerlukan partisipasi
dan komitmen dari semua pihak di dalam perusahaan, para pemasok bahan baku,
bahan tambahan, dan bahan kemas, serta para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang
Universitas Indonesia
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen
mutu adalah
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukkan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil
yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua
tugas. Industri farmasi wajib memiliki setidaknya 3 orang apoteker sebagai
personil kunci. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu, dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
Personil kunci tersebut hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, serta memiliki pengalaman praktis. Kepala bagian produksi,
manajemen mutu, atau pengawasan mutu dipimpin oleh tiga orang yang berbeda
serta tidak saling bertanggung jawab satu sama lain.
Seluruh personil dalam suatu industri farmasi hendaklah memahami
prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan tentang CPOB, termasuk instruksi
mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan diberikan secara
berkesinambungan dan dinilai secara berkala.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi
dibuat untuk mencegah tugas yang tumpang tindih dari masing-masing personil.
Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab
hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh
didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi
yang memadai.
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Dalam bab peralatan dijelaskan
mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan penempatan peralatan
serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan
tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
dan memenuhi ketentuan CPOB untuk menjamin produk yang dihasilkan
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi dilakukan
dan diawasi oleh personil yang kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan
oleh hasil analisis terhadap produk akhir tetapi ditentukan juga oleh mutu yang
dibangun selama tahapan proses produksi sejak pemilihan bahan awal,
penimbangan, proses produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan dan
higiene sampai dengan pengemasan.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama
dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar
hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi.
Dokumentasi setiap tahapan dalam proses produksi dilakukan dengan cermat,
tepat, dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan atau
dilakukan oleh auditor luar yang independen. Inspeksi diri dilakukan secara rutin
dan pada situasi khusus, misalnya terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan
dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Aspek–aspek inspeksi diri dibuat daftar periksa inspeksi diri yang
menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa inspeksi diri
tersebut mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi
personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan industri
atau secara menyeluruh dalam suatu industri. Inspeksi diri yang dilaksanakan
secara menyeluruh hendaklah dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Waktu
dan frekuensi inspeksi diri ditulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat
diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
Universitas Indonesia
suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets
produk tertentu dari peredaran dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan
apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi
yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali
produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian
pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar,
yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai
kerusakan, kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan
yang menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat
yang bersangkutan.
Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan fisik,
kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua
keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat,
kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan
penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu
atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah
keabsahan, atau penyebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan
sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat
yang bersangkutan. Industri farmasi sebaiknya membuat prosedur untuk menahan,
menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan obat
tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas merupakan suatu hal yang penting untuk memastikan
bahwa tiap personil penerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci
sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya
timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Nama Dexa Medica berasal dari kata Deca atau sepuluh yang merupakan
hasil terbaik yang mungkin dicapai. Dan kata Medica yang menunjukkan identitas
dalam dunia medis. Segitiga merupakan bentuk efektif yang paling efisien yang
bisa berdiri dengan kokoh yang melambangkan 3 pilar yaitu Dexa-Distributor-
Universitas Indonesia
Customer. Huruf d kecil yang dibuat seperti benzena yang berada dalam bentuk
segitiga berarti deka yang artinya sepuluh dan gugus benzena yang merupakan inti
dari berbagai jenis bahan kimia. Warna merah melambangkan sifat berani dan
bersemangat. Warna putih melambangkan intinya tetap putih atau pure .
Sedangkan tulisan Dexa yang berwarna hitam menunjukkan kokoh dan tegas. Arti
logo secara keseluruhan yakni Dexa Medica itu berani, kokoh, pure, efektif,
efisien, dan bergerak dalam pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
2. Laboratory testing
Fungsi utama QC adalah sebagai laboratory testing yang berperan dalam
kontrol mutu suatu produk untuk menjustifikasi apakah produk tersebut
memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan. Terdapat dua laboratorium
di bagian QC PT. Dexa Medica, laboratorium QC regular dan laboratorium QC
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4. Instrumen Handling
Penanganan instrumen merupakan aktivitas yang bertujuan untuk
memelihara alat laboratorium dan mencegah adanya penyimpangan sehingga hasil
analisis yang didapatkan tetap valid. Secara umum penanganan instrumen terdiri
dari dua aktivitas yaitu, preventive dan corrective. Tindakan preventif dilakukan
secara rutin dan terjadwal, misalnya kalibrasi, pembersihan alat dan safety check.
Maintenance dilakukan secara berkala tergantung kebutuhan (sesuai dengan
spesifikasi alat), tindakan ini dapat dilakukan spesifik hanya pada bagian tertentu
dari instrumen. Selain itu, juga dilakukan kontrol terhadap persediaan spare part
instrumen setiap bulan. Pelaksanaan proses preventive maupun maintenance ada
yang dilakukan secara internal maupun secara eksternal (outsourcing).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Proses kualifikasi alat dilakukan pada alat baru dan alat yang baru
dipasang atau baru selesai diperbaiki, dan dilakukan penentuan paramater kritis
yang akan digunakan dalam proses kalibrasi. Kualifikasi berlaku untuk alat,
sarana, dan sistem yang digunakan pabrik. Proses kualifikasi terdiri dari
kualifikasi desain, instalasi, operasional, dan kinerja. Kualifikasi desain dilakukan
dengan membuat user requirement specification (URS) untuk pemesanan alat
baru. Kualifikasi instalasi dilakukan dengan menguji kesesuaian spesifikasi teknis,
komponen, lokasi instalasi, dan kelengkapan dokumen alat. Proses kualifikasi
selanjutnya yaitu kualifikasi operasional dilakukan pengujian apakah alat dapat
beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Proses kualifikasi yang
terakhir, kualifikasi kinerja, pengujian dilakukan dengan menjalankan sistem
sesuai dengan tujuan penggunaan kemudian dievaluasi efisiensi dan output yang
dihasilkan. Misalnya pada kualifikasi AHU (air handling unit), selain
pemeriksaan kesesuaian spesifikasi dan instalasi alat, parameter efektifitas kinerja
AHU dapat dilihat dari output yang dihasilkan yaitu suhu, RH ruangan,
differential pressure, dan air change.
Proses validasi yang dilakukan oleh bagian QA terdiri atas validasi proses
dan validasi pembersihan. Sebagian besar proses validasi proses dilakukan dengan
metode validasi konkuren. Validasi proses yang utama dilakukan adalah kontrol
pelaksanaan proses produksi dan pemenuhan spesifikasi produk dengan penentuan
paramater kritis. Parameter kritis peralatan yang terlibat langsung dalam proses
produksi misalnya, suhu pada fluid bed dryer untuk proses pengeringan granul,
dan kecepatan putaran mesin mixing pada proses pencampuran awal maupun akhir
(setelah digranulasi). Kontrol yang divalidasi pada proses granulasi meliputi kadar
zat aktif, kadar air, kecepatan aliran granul dan distribusi ukuran partikel.
Sedangkan pada proses tabletting kontrol yang divalidasi meliputi ketebalan,
bobot, kecepatan disolusi, waktu hancur, dan kadar zat aktif. Kontrol uji (In
Process Control) proses produksi dilakukan berdasarkan trend analysis yang
berbeda pada setiap produk, sehingga uji yang dilakukan lebih efektif dan terarah.
Validasi proses dilakukan pada 3 bets untuk tiap produk. Validasi ulang proses
dilakukan apabila terjadi penggantian mesin/peralatan, perubahan formula atau
perubahan ukuran bets.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Inspeksi
Bagian inspeksi terdiri atas dua kegiatan utama yaitu inspeksi internal dan
inspeksi eksternal. Inspeksi internal dilakukan pada semua aktifitas yang diatur di
dalam CPOB, yaitu yang dilakukan di bagian produksi, QC, QA, dan logistik.
Inspeksi internal juga masih dibagi menjadi inspeksi diri dan inspeksi harian.
Inspeksi diri dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan tidak hanya mencakup
aplikasi CPOB/cGMP, juga ISO 9001 dan ISO 14001, sehingga istilah inspeksi
diri diganti dengan audit internal. Pelaksanaan audit internal dimulai dengan
membentuk sebuah tim khusus yang terdiri dari perwakilan berbagai divisi (cross
function) termasuk pihak manajemen pabrik. Tim tersebut akan membuat rumusan
parameter penilaian, dan membuat laporan temuan apabila ditemukan
penyimpangan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Laporan temuan
tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pembuatan Corrective Action and
Preventive Action (CAPA). Audit internal meliputi semua bagian di pabrik yang
ditetapkan berdasarkan sistem kendali mutu. Inspeksi harian dilaksanakan oleh
inspektor dari bagian QA setiap hari pada bagian produksi dengan mengacu pada
parameter kritis produk yang didapatkan dari trend analysis.
Inspeksi eksternal meliputi audit terhadap vendor/supplier dan perusahaan
lain ketika akan melakukan toll out. Audit supplier dilakukan terhadap supplier
baru dan lama, masalah-masalah yang ditemukan selama audit dikelompokkan ke
dalam kategori minor, mayor, critical. Laporan temuan tersebut kemudian
disampaikan kepada supplier agar dapat segera dilakukan perbaikan. Fokus audit
Universitas Indonesia
eksternal pada vendor, supplier, ataupun mitra toll adalah compliance perusahaan
terhadap sistem manejemen mutu terkait dengan produk yang dihasilkan. Fungsi
lain dari bagian QA yang juga dilakukan oleh bagian inspeksi adalah sebagai
controller, baik pada proses maupun premise. Kontrol pada proses produksi
dilakukan pada saat melaksanakan inspeksi harian, sekaligus melaksanakan
pengamatan terhadap proses yang berkaitan dengan dengan fungsi release product
oleh bagian QA. Kontrol premises dilakukan terhadap ruangan, air, dan tata udara
secara terjadwal. Kontrol air dilakukan dengan uji mikrobiologi, pH, dan uji
konduktivitas pada WFI & PW. Untuk ruangan dilakukan pengecekan suhu, RH,
jumlah partikel, dan mikroba. Untuk tata udara dilakukan pemeriksaan kecepatan
pertukaran aliran udara dan perbedaan tekanan antar ruangan.
3. Compliance
Bagian ini mencakup masalah Product Released and Complaint Handling
(PRCH) dan Annual Product Review (APR). Bagian inilah yang meluluskan
setiap produk jadi untuk dapat didistribusikan, fungsi ini dilaksanakan dengan
sistem release by documents review. Proses ini dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan batch record yang meliputi catatan pengolahan bets, catatan
pengemasan bets, dan catatan pengujian bets.
Penanganan keluhan dimulai dengan menganalisis kategori keluhan.
Adapun sumber keluhan berasal dari BPOM, mitra toll in, dan medical
information. Keluhan yang berasal dari dokter, apotek, PBF, atau langsung dari
konsumen akan disampaikan terlebih dahulu ke Medical Information untuk
diseleksi dan dikategorikan sebagai masalah medis atau non medis. Keluhan yang
bersifat non medis (biasanya berupa cacat fisik dari produk) akan diteruskan ke
bagian QA. Cacat fisik produk yang ditemukan seperti, pengemas yang dalam
keadaan tidak baik, perubahan warna pada sediaan injeksi, mix-up produk, dan hal
lainnya yang bersifat fisik. Dari keluhan yang diterima, akan dilakukan investigasi
jika memang masalah tersebut termasuk kategori major atau critical. Proses
investigasi dilakukan dari catatan bets dan retained sample. Berdasarkan hasil
investigasi, dibuatlah CAPA (corrective action and preventive actiom), kemudian
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
disesuaikan dari eksipien baru kemudian zat aktif. Selain itu sanitasi ruangan
menggunakan desinfektan selalu dilakukan setiap selesai penimbangan satu
produk.
Pemeriksaan bahan yang ditimbang meliputi pemeriksaan kuantitas dan
kualitas. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah pengecekan label release dari
QC, nama bahan dan nomor bets, kecocokan skala pada alat timbang dengan print
out. Hasil print out ini nantinya akan diperiksa oleh staf produksi yang akan
diserahkan kepada bagian logistik untuk dilakukan input data ke dalam sistem
informasi.
Universitas Indonesia
dikeluarkan melalui pipa outlet. Transfer panas terjadi melalui kontak antara
granul basah dengan udara panas yang dihasilkan dari uap panas yang
bersumber dari aliran udara panas AHU. Kontrol terhadap air flap, inlet, dan
outlet diatur sehingga granul yang dihasilkan memiliki kadar air yang
memenuhi persyaratan.
c. Sieving, yakni proses pengayakan, bertujuan untuk menyeragamkan ukuran
granul dengan menggunakan sieving mill yang dilengkapi ayakan dengan
ukuran mesh tertentu yang disesuaikan dengan ukuran granul yang diinginkan.
d. Mixing kedua, yakni proses pencampuran granul dengan bahan penolong fase
luar menggunakan mixer. PT. Dexa Medica juga memiliki mesin double cone
mixer dengan kapasitas 400 kg yang digunakan untuk mencampurkan kembali
hasil pencampuran tiap lot-lot hingga menjadi satu bets yang homogen
Universitas Indonesia
die yang akan dipakai. Sebelum pengoperasian alat, diujikan plasebo untuk
membilas semua bagian mesin yang akan dilalui bahan baru dilanjutkan dengan
mencetak granul/bahan menjadi produk. Dua putaran awal disisihkan, dianggap
sebagai tablet kotor karena dikhawatirkan masih mengandung plasebo. Fisik
tablet (kekerasan, ketebalan, dan kerapuhan) dicek kesesuaianya dengan syarat
yang ditentukan dalam kartu kerja.
Pemberian salut pada tablet merupakan langkah optional yang efeknya
dapat menaikkan biaya produksi. Keputusan penyalutan tablet didasarkan atas
salah satu atau beberapa tujuan seperti menutupi organoleptis tablet, perlindungan
fisik dan kimia obat, pengendalian pelepasan obat, ataupun untuk perbaikan
penampilan obat. Adapun tahapan proses penyalutan pada salut gula adalah :
1) Sealing, tahapan ini bertujuan untuk mencegah adanya kontak antara sirup
dengan tablet yang disalut. Hal ini disebabkan kebanyakan tablet tidak tahan
terhadap air dalam sirup, namun apabila terlalu tebal dapat mempengaruhi
waktu hancur tablet lebih lama.
2) Subcoating, tahapan ini bertujuan untuk membulatkan tepi tablet dan
menambah bobot tablet.
3) Color-coat, tahapan ini bertujuan untuk memberikan warna sesuai dengan
yang diinginkan. Proses pemberian warna dapat dilakukan secara bertingkat.
4) Polishing, tahapan ini bertujuan untuk memoles permukaan tablet agar lebih
mengkilap
Sebagian besar proses coating di PT. Dexa Medica adalah film coating
dengan menggunakan 3 coating pan automatic dan 1 coating pan manual. Selain
salut gula, proses coating yang dilakukan di PT. Dexa Medica adalah salut film
dan salut enterik. Perbedaan secara teknis pengerjaan jenis coating yang ada
adalah dari waktu pengerjaannya. Setelah proses penyalutan selesai, maka tablet
salut yang sudah jadi akan dilanjutkan dengan proses cooling hingga suhu tablet
mencapai suhu kamar. Tablet salut dan reguler disimpan di ruang karantina untuk
menunggu proses pengemasan. Sebelum proses pengemasan tablet jadi, dilakukan
Request for Analysis ke bagian QC untuk diperiksa kualitasnya yang nantinya
akan diproses oleh bagian QA untuk proses release atau tidaknya produk.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
digunakan untuk produksi sediaan solida oral (dry syrup, kapsul, dan tablet salut)
dan Dry Powder Injection (DPI). Lantai tiga pada unit ini digunakan sebagai
laboratorium QC, mezanin (area pendukung sistem tata udara pada proses
produksi) dan ruang pembuatan water for injection untuk pencucian vial.
Unit produksi sefalosporin merupakan perwujudan center of excellence
dari PT. Dexa Medica yang menerapkan teknologi aseptic in line production
system pertama kali di Indonesia untuk pembuatan Dry Powder Injection, proses
dimulai dari pencucian vial, filling, capping, hingga proses pengemasan sekunder
dilakukan secara in line. Pencucian vial dan sterilisasi dilakukan melalui 8 tahap
yaitu tiga tahap awal pencucian menggunakan purified water, recycled water for
injection, penyemprotan udara steril, kemudian dua kali pencucian menggunakan
WFI, penyemprotan udara steril dan terakhir proses depirogenasi pada suhu
330±10oC selama 7-10 menit. Oleh karenanya, dengan sistem ini saat vial kering,
dapat segera dilakukan proses filling DPI.
Proses pengisian DPI ke dalam vial dilakukan dalam sistem vacuum dan
pressure pada RH<45%. Kekurangan ataupun kelebihan bobot dry powder
dipantau melalui print out dan secara otomatis mesin akan melakukan adjusting
jika terjadi kekurangan bobot dan akan melakukan proses reject apabila terjadi
kelebihan bobot lebih dari 2%. Kemudian proses penutupan vial dengan rubber
stopper yang dilanjutkan dengan pemberian alucap dilakukan di bawah LAF.
Vial yang telah ditutup kemudian masuk ke area pengemasan sekunder untuk
proses seleksi produk secara visual, integrity closure, keberadaan partikel asing,
pemberian etiket dan pengemasan sekunder.
Pemantauan kondisi ruangan dilakukan melalui pemantauan jumlah
mikroba menggunakan settling plate serta penggunaan particle counter untuk
pemantauan partikel. Selain itu terdapat air flowmeter untuk mengukur dan
merekam data flow. Semua sistem di unit sefalosporin ini diatur oleh Building
Automatic System (BAS) yang memungkinkan pemantauan operasional sistem
operasi termasuk pengatur temperatur, RH, dan differential gauge pressure secara
online dan real time. Untuk mempertahankan kondisi aseptis selama 24 jam,
maka aliran listrik tidak boleh terputus.
Universitas Indonesia
Syarat untuk fasilitas produksi aseptis yang baru memerlukan hasil tiga
kali validasi media fill secara berurutan, yaitu dari 5000 vial hanya 1 vial yang
diperbolehkan terkontaminasi. Validasi media fill dilakukan dengan cara
memasukkan serbuk non antibiotik ke dalam vial. Kemudian dimasukan media
pertumbuhan mikroba cair dan diinkubasi selama 14 hari. Apabila hasil validasi
tersebut sudah bagus (tidak ada kekeruhan), maka selama setahun cukup
dilakukan dua kali pengujian validasi media fill sebagai langkah pemastian mutu.
Produksi antibiotik menekankan perhatian pada jalur masuk barang dan
personil untuk menjaga adanya kontaminasi dari luar ke dalam maupun dari dalam
keluar secara ketat. Untuk mengurangi kontaminasi silang, gowning room dan
tata udara di unit sefalosporin di desain khusus. Pada unit produksi oral solida
tekanan udara untuk di koridor lebih tinggi dari ruangan di sekitarnya sehingga
partikel sisa proses produksi tidak dapat mengotori koridor sementara dalam area
produksi steril, terdapat desain buble system dimana banyak terdapat air lock
sebagai penyekat dengan tekanan paling tinggi dibandingkan koridor dan ruangan
di sekitarnya sehingga partikel yang berada di dalam suatu ruangan tidak dapat
berpindah ke ruangan lain. Sistem gowning room yang digunakan menggunakan
sistem put off dimana di setiap kelas ruangan setiap karyawan diminta
menggunakan pakaian yang berbeda spesifikasinya di setiap kelas ruangan
dimulai dari kelas F, kelas D dan kelas E hingga kelas A. Karyawan yang bekerja
di area steril wajib melakukan beberapa hal seperti menggunakan under garmen
dan outer garmen polyester bebas serat, serta mandi setelah selesai bekerja.
Sanitasi juga mutlak dilakukan di area unit ini. Sanitasi ruangan kelas F
dan kelas D / kelas E dilakukan secara rutin sedangkan untuk ruang steril
disanitasi tiap akhir minggu dan dilanjutkan dengan fogging menggunakan peroxy
peracetic acid yang dapat berdisosiasi di udara menjadi air dan asam asetat
sehingga aman bagi lingkungan. Mesin dan alat yang tidak kontak langsung
dengan produk dicuci dengan PW dan dibilas dengan WFI kemudian disemprot
alkohol 70%. Sedangkan alat yang kontak dengan produk disterilkan dengan
autoklaf suhu 121oC selama 20 menit menggunakan pure steam. Untuk ruangan
dilakukan pemantauan mikroba setelah fogging menggunakan air sampler, setting
plate dan swab. Penanganan limbah industri golongan β-Laktam seperti unit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.9.2. Logistik
Manajemen logistik berperan penting dalam mengendalikan aliran dan
penyimpanan inventory dengan efektif dan efisien. Proses manajemen yang
dilakukan pada bagian ini yaitu, untuk informasi inventory melalui kartu stok
secara manual dan juga menggunakan sistem yang terkomputerisasi, dan
pembagian karakteristik inventory ke dalam kategori fast dan slow moving.
Kinerja dari manajemen logistik dimulai dengan input berupa sumber daya
manusia, fasilitas perlengkapan, finansial dan sistem informasi. Proses
pengolahan di logistik meliputi bahan baku baik obat maupun pengemas, produk
antara, dan obat jadi. Secara jelas output yang menjadi objek dari bagian logistik
adalah konsumen, dalam hal ini untuk bahan baku dan produk antara adalah
bagian produksi, serta untuk obat jadi, konsumen adalah distributor (AAM).
Bermulanya kegiatan bagian logistik diawali dengan adanya input dari
supplier berupa bahan baku yang akan disimpan di gudang bahan baku. Bahan
baku dapat juga berasal dari mitra toll in. Pengeluaran bahan baku dari gudang
bahan baku dilakukan berdasarkan permintaan dari bagian produksi melalui Work
Order Pick List (WOPL) yang dikeluarkan oleh bagian DSP. Pengeluaran bahan
baku juga dapat dilakukan oleh mitra toll out. Setelah proses produksi selesai,
obat jadi disimpan di gudang obat jadi atau dapat langsung dikirim melalui
distributor. Produk toll dan produk impor disimpan di gudang regional, kemudian
disalurkan melalui distributor.
Universitas Indonesia
PT. Dexa Medica site Palembang memiliki dua gudang yaitu gudang
bahan baku dan gudang bahan jadi. Sistem penyimpanan inventory disesuaikan
dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan tiap kelompok jenis bahan.
1. Gudang Bahan Baku (GBB)
Gudang bahan baku merupakan tempat penyimpanan seluruh bahan yang
akan digunakan dalam proses produksi. Bagian logistik bertanggung jawab dalam
menjaga kualitas bahan-bahan yang disimpan di dalamnya, sehingga diperlukan
pengaturan kondisi gudang agar sesuai dengan kriteria kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan. Yang termasuk bahan baku adalah semua jenis bahan aktif, bahan
penolong, dan bahan kemas. Gudang bahan baku dibagi menjadi beberapa area,
disesuaikan dengan kondisi yang diperlukan bahan yang akan disimpan. Beberapa
contoh bahan yang memerlukan perlakuan khusus antara lain :
o
a. Bahan baku higroskopis, disimpan pada kondisi suhu sejuk (15-25 C) dengan
wadah tertutup rapat.
b. Bahan baku psikotropika dan bahan baku berharga mahal, disimpan pada area
dengan rak yang terkunci serta selalu dalam pengawasan kepala bagian
gudang bahan baku.
c. Bahan mudah terbakar dan mudah meledak, ditempatkan pada bagian
tersendiri dari gudang dan dalam keadaan terkunci.
d. Bahan baku light sensitive, disimpan dalam kantong plastik berwarna hitam
baru kemudian dimasukkan ke dalam drum atau vat. Pengolahan bahan-bahan
peka cahaya juga dilakukan di bawah lampu natrium. Contoh bahan-bahan
peka antara lain, nifedipin, ranitidin, simvastatin, itrakonazol, dan lainnya.
Universitas Indonesia
Barang rejected ditempatkan pada area yang terpisah dan terkunci untuk
menghindari terjadinya mix-up. Bahan baku untuk produk sefalosporin disimpan
pada gudang terpisah yang terletak di unit sefalosporin. Gudang tersebut juga
dilengkapi dengan area untuk bahan-bahan yang penyimpanannya memerlukan
kondisi khusus selain suhu kamar, yaitu suhu 15-25oC dan suhu dingin < 8oC .
Selain itu, juga terdapat gudang bahan kemas untuk produk sefalosporin.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Limbah yang dihasilkan oleh industri farmasi dapat berupa limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair ini dapat berupa pelarut, reagen dari laboratorium dan
limbah non-laboratorium seperti air pencucian alat dan mesin. Limbah padat
berupa strip atau blister yang rusak, wadah-wadah bekas, dan bahan lainnya.
Sebelum dibuang ke lingkungan, limbah yang dihasilkan harus diolah terlebih
dahulu agar limbah tersebut tidak merusak atau mengganggu keseimbangan
lingkungan. PT. Dexa Medica hanya melakukan pengolahan limbah terhadap
limbah non-laboratorium, sedangkan untuk limbah cair laboratorium (B3) dan
limbah padat dilakukan pengolahan di tempat lain (PPLI Bogor). Secara umum
tahap proses pengolahan limbah cair di PT. Dexa Medica melalui IPAL adalah
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. DO (Dissolved Oxygen)
Merupakan indikator jumlah oksigen yang terlarut dalam air (ppm). Oksigen
digunakan untuk kelangsungan hidup ekosistem air dan menguraikan senyawa
organik. Cara penetapan DO dengan cara kimia yang berdasarkan sifat-sifat gas
oksigen terlarut dalam air dan metode elektrokimia dengan prinsip reduksi
oksigen pada katoda akan menyebabkan timbulnya arus yang besarnya
proporsional dengan tekanan partial dari O2 dalam larutan. Besar DO untuk air
segar adalah 9 ppm (20oC).
b. COD (Chemical Oxygen Demand)
Merupakan banyaknya oksigen, dinyatakan dalam mg/ml yang dapat
digunakan untuk mengoksidasi senyawa organik dan anorganik yang bisa
teroksidasi (oxydable) dalam air. COD dianggap dapat menyatakan hasil evaluasi
O2 yang dapat digunakan untuk mengoksidasi garam anorganik dan organik dalam
cuplikan, baik yang mengalami biodegradasi maupun tidak.
c. BOD (Biological Oxygen Demand)
Biological oxygen demand merupakan kebutuhan oksigen (O2) dalam mg/ml
yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menguraikan sejumlah senyawa
organik dalam air melalui proses oksidasi (aerobic oxydation).
2. pH (keasaman atau kebasaan)
3. Warna (kejernihan air hasil pengolahan)
4. TSS (Total Solid Suspension)
Untuk parameter yang disyaratkan pemerintah yang diukur pada suatu
industry farmasi pencampuran, PT. Dexa Medica mengacu pada pada peraturan
Gubernur Sumatera Selatan No.18 Tahun 2005 dimana parameter yang diukur
berupa pH, TSS (Total Solid Suspension), COD (Chemical Oxygen Demand), dan
BOD (Biological Oxygen Demand). Parameter tersebut telah diukur dan dikelola
melaui IPAL PT. Dexa Medica dan dari hasil pengukuran parameter tersebut
memenuhi persyaratan Baku Mutu Limbah Cair (BMLC).
Universitas Indonesia
dikelola oleh departemen ini. Bagian ini tidak hanya mengelola mesin produksi,
AHU, water generation system, listrik, air compressor dan sistem udara panas,
namun juga mengelola spare part, test and commisioning mesin baru, merespon
kebutuhan pembuatan alat, serta improvement and preventive maintenance
scheduling.
Sistem pengaturan kondisi ruangan di PT. Dexa Medica tersusun atas
chiller, AHU, dan dust collector. Sistem ini berfungsi dalam mengendalikan
temperatur, tekanan udara, kelembapan, air change, dan jumlah partikel udara di
ruang produksi. AHU tersusun atas :
1. Cooling Coil, berfungsi dalam sistem evaporasi dan kondensasi untuk
mengatur temperatur.
2. Filter (pre, medium dan HEPA Filter), berfungsi dalam mengendalikan
jumlah partikel di ruangan produksi.
3. Fan & Blower, mengendalikan pergerakan dan kecepatan udara yang masuk
ke ruang produksi sehingga air change dapat dikontrol.
4. Heating coil dan dehumidifier berfungsi mengendalikan kelembapan (RH).
5. Variable Speed Driver (VSD), berfungsi mengatur kecepatan motor AHU
sehingga tidak terjadi penyumbatan HEPA filter.
AHU dilengkapi dengan differential pressure gauge untuk mengetahui
perbedaan antar ruangan serta identifikasi apakah filter yang digunakan masih
baik. Apabila tekanan yang tercatat pada differential gauge tinggi kemungkinan
ada banyak debu yang terjerap pada filter sehingga harus sering dibersihkan. Pre-
filter jenis washable dicuci seminggu sekali dan diganti bila telah dicuci 6 kali.
Medium filter diganti bila dp mencapai 400 Pa dari nilai awal selama 1 tahun.
HEPA filter akan diganti bila mencapai dp 750 Pa. Sistem AHU di unit
sefalosporin dilengkapi dengan adanya ruangan buffer udara steril (plenum
barrier), sehingga terdapat penyesuaian aliran udara sebelum melalui HEPA filter.
Unit pengolahan air (water treatment system) dikelola oleh bagian teknik
untuk menyediakan supply air bersih ke seluruh bagian PT. Dexa Medica.
Sumber air berasal sumur artesis air tanah, air PAM dan mata air Sukomoro
Palembang. Semua sumber air ini ditambahkan klorin 0,3-0,45 ppm untuk
mengendalikan jumlah bakteri dalam air. Sumber air dilewatkan melalui filter
Universitas Indonesia
karbon dan sand filter yang berfungsi untuk mengabsorpsi klorin dan partikel.
Hasil pengolahan air ini disebut air baku yang nantinya didistribusikan ke
mushola, toilet dan personalia. Air baku ini akan diproses menjadi Purified water
melalui serangkaian penyaringan. Air ini akan dilewatkan ke dalam Multimedia
Filter untuk menghilangkan partikel ukuran lebih dari 20 um, kemudian
diteruskan melewati water softener untuk menukar Ca, Mg menjadi ion natrium.
Klorin dihilangkan melalui proses filtrasi karbon. Air kemudian dilewatkan pada
membran 5 mikron kemudian dipompakan dengan tekanan tinggi ke sistem single
pass reverse osmosis. Air hasil proses tersebut mengalir ke dalam tangki
penyimapanan yang kemudian memasuki tahapan electron deionization (EDI)
yang akan menghilangkan ion-ion yang masih ada menggunakan bantuan medan
listrik.
Purified water (PW) ini didistribusikan selama 24 jam penuh ke bagian
produksi untuk pencucian alat, laboratorium QC dan fasilitas sefalosporin.
Pendistribusian selama sehari penuh dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya
biofilm dan kontaminasi mikroba. PW ini merupakan input dalam pembuatan
WFI. Water for injection diproduksi dengan destilasi bertingkat multikolom dan
didistribusikan 24 jam hanya ke unit produksi sefalosporin yang rutin
menggunakan WFI dalam proses produksinya.
Sumber Listrik PT. Dexa Medica berasal dari PLN 1100 KVA dan genset
2 X 600 KVA dan 1 X 400 KVA. Bagian teknik mengelola 3 buah genset yang
digunakan untuk sumber listrik pada unit produksi sefalosporin yang menuntut
aliran listrik 24 jam untuk menjamin sterilitas ruangan dan proses produksinya.
Sistem pelistrikan di PT. Dexa Medica menggunakan sistem autosinkron dimana
aliran listrik PLN dapat dimatikan salah satu ataupun dinyalakan bersamaan
dengan sistem pelistrikan genset secara otomatis. Hal ini dapat mengurangi biaya
pemakaian listrik PLN pada saat kebutuhan sumber listrik meningkat tajam dan
juga mencegah “delayed” beberapa detik sebelum genset beroperasi saat terjadi
pemadaman listrik di unit sefalosporin.
Universitas Indonesia
46 Universitas Indonesia
4.2 Personalia
Sumber daya manusia penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Personalia
yang diatur dalam CPOB meliputi jumlah karyawan yang memadai, struktur
organisasi, kualifikasi dan tanggung jawab yang jelas, pelatihan yang berdampak
pada mutu produk, penilaian, dan pencatatan.
Pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan tugas yang diberikan,
pelatihan berkesinambungan, dan efektifitas penerapan dinilai secara berkala.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah
ditentukan.
Untuk memenuhi persyaratan produk dengan mutu yang senantiasa
memenuhi persyaratan, diperlukan personalia yang terampil dengan penempatan
yang sesuai dengan pendidikan dan kemampuan. PT. Dexa Medica selalu
mengadakan pendidikan dan pelatihan-pelatihan bagi karyawannya, juga secara
rutin dilakukan perputaran dan perpindahan posisi untuk menghindari kejenuhan
bekerja di satu bidang tertentu. Pengelolaan program pendidikan dan pelatihan
dilakukan oleh bidang Sumber Daya Manusia (SDM), mulai dari tahap
perencanaan hingga pada tahap pelaksanaannya. Materi pendidikan dan pelatihan
yang diberikan berdasarkan kepada program perusahaan ataupun berdasarkan
permintaan masing-masing bidang dengan memperhatikan kebutuhan bidang
tersebut, disamping materi-materi umum tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) dan tentang CPOB. Pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk
menambah pengetahuan ataupun sebagai penyegaran kembali terhadap materi
yang pernah diberikan sebelumnya.
Sebagai salah satu aspek CPOB, personalia mempunyai peranan yang
penting dimana jumlah karyawan disemua tingkatan hendaklah cukup serta
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugasnya
serta memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan tujuan CPOB.
karyawan atau barang, disediakan koridor dimana ruang produksi dapat dicapai
tanpa harus melalui ruang produksi lain. Tersedianya ruang penyimpanan yang
memadai memudahkan dalam proses penyediaan bahan baku dan penyimpanan
hasil produksi.
Ruang produksi lain yang telah memenuhi persyaratan CPOB, yaitu ruang
produksi steril, karena untuk produksi steril memerlukan persyaratan yang ketat.
Ruang produksi steril dibagi menjadi ruang kelas A, B, C, dan D yang masing-
masing dipisahkan dengan ruang antara dan dilengkapi dengan sistem air lock dan
air handling unit (AHU) yang memiliki peranan dalam pengaturan suhu,
kelembaban dan tekanan serta sirkulasi udara. Aliran udara diatur berdasarkan
perbedaan tekanan dimana ruangan dengan kelas yang lebih tinggi memiliki
tekanan udara yang lebih tinggi dari kelas yang lebih rendah, demikian pula
sebaliknya. Pada ruang kelas I dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow) dan
HEPA filter efisiensi 99,995 %.
Universitas Indonesia
dengan adanya gudang solven dan gudang β-laktam yang letaknya terpisah
dengan gudang utama. Kegiatan penerimaan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expire date First Out) serta selalu dicatat kedalam kartu stok.
4.4 Peralatan
CPOB menyatakan bahwa rancangan dan konstruksi peralatan harus
ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, dan ukuran memadai. Sebelum
digunakan harus dilakukan kualifikasi, seperti kualifikasi desain, kualifikasi
instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Alat harus mudah
dibersihkan, dikalibrasi, diberikan penandaan dan pemberian nomor untuk tiap
peralatan utama (kecuali digunakan untuk satu jenis produk). Bagian peralatan
yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, dan produk jadi tidak boleh
bereaksi, mengadisi atau mengabsorbsi. Peralatan yang ada harus diberikan
perawatan menurut jadwal yang tepat agar berfungsi dengan baik dan mencegah
terjadinya pencemaran. Prosedur perawatan harus tervalidasi dan catatan
pemeliharaan harus didokumentasikan dengan baik. Peralatan diberi jarak yang
sesuai antara alat yang satu dengan lainnya untuk mencegah terjadinya kesesakan,
kekeliruan, pencemaran silang, campur baur, dan tidak mengganggu kerja alat.
4.6 Produksi
Proses produksi di PT. Dexa Medica melibatkan semua bagian yang
berada dibawah bagian produksi yaitu produksi regular dan produksi sefalosporin.
Walaupun gedung produksi keduanya berbeda akan tetapi secara umum alur
produksi yang dilakukan adalah kurang lebih sama. Kedua unit produksi ini akan
menerima rencana produksi mingguan dari bagian Demand and Supply Planning
yang nantinya akan dijabarkan menjadi rencana produksi harian untuk memenuhi
target bulanan yang ditetapkan.
Unit produksi reguler ini difungsikan untuk memproduksi sediaan reguler
berupa kapsul dan tablet (konvensional, dragee, film coating, dan enteric coating).
Unit produksi cefalosporin merupakan perwujudan center of excellence dari PT.
Dexa Medica yang menerapkan teknologi aseptic in line production system
pertama kali di Indonesia untuk pembuatan Dry Powder Injection, proses dimulai
dari pencucian vial, filling, hingga proses pengemasan sekunder dilakukan secara
in line.
Seksi produksi steril bertanggung jawab terhadap proses produksi sediaan steril termasuk
proses pengemasan produk dan pemeriksaan kejernihan sediaan ampul dan pencetakan label.
Pengadaan bahan baku dan penolong yang berasal dari luar negeri dilakukan secara impor
langsung dari suplier luar negeri atau melalui perwakilan agen di dalam negeri. Pengadaan bahan
baku produksi dilakukan secara sekaligus dengan pengaturan waktu penyerahan barang sesui
dengan jadwal penggunaan. Pengaturan Jadwal Kedatangan Barang (JKB) dilakukan berdasarkan
kemampuan keuangan, jadwal produksi dan kapasitas gudang yang tersedia.
Departemen Supply Chain and System (SCM) merupakan jembatan komunikasi antara
pemasaran, produksi, pengadaan, penyimpanan dan pengembangan produk. Perencanaan produksi
harus dilakukan sebaik mungkin dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang
mempengaruhi sehingga tidak terjadi penimbunan atau kekurangan stok barang. SCM menyusun
rencana dengan menyesuaikan permintaan marketing dan bidang produksi dengan
mempertimbangkan anggaran, persediaan bahan baku, jadwal, kapasitas produksi dan peralatan
yang tersedia. Fungsi SCM akan optimal jika didukung dengan sumber daya manusia yang
menguasai pengetahuan dan keterampilan di bidang sistem informasi.
Bagian Research and development (R and D) diharapkan mampu mengembangkan diri
secara optimal dalam kemajuan perusahaan. R and D mempunyai peran yang penting dalam
Universitas Indonesia
mendukung kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan. R and D dibutuhkan untuk dapat
menyusun formula induk bagi produk-produk yang akan dibuat, yang biasanya merupakan me too
produk. Peran bidang R and D dibutuhkan untuk membuat formula alternatif agar produk yang
dihasilkan tetap memenuhi persyaratan.
Selama perusahaan melakukan renovasi, perusahaan melakukan outsourcing sebagai
aktifitas produksi dengan melakukan toll out manufacturing. Kondisi ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pesanan, meskipun disadari pada gilirannya akan menambah biaya produksi.
Sebab, selain tetap harus mengeluarkan dana tetap produksi, perusahaan juga harus mengeluarkan
dana tambahan untuk toll out manufacturing ini. PT. Dexa Medica masih menjadi leader market
untuk pasar farmasi domestik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
administrasi, kadaluarsa, penarikan kembali atau sebab lain seperti tidak sampai ke distributor
karena gangguan di perjalanan.
4.10 Dokumentasi
Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaklah mengutamakan tujuannya,
yaitu menentukan, memantau atau mencatat seluruh aspek produksi serta pengendalian dan
pengawasan mutu. Untuk memenuhi kebutuhan ini, ada berbagai dokumen yang diperlukan, antara
lain spesifikasi, instruksi/prosedur tetap, laporan dan catatan, yang semuanya harus tersedia secara
tertulis, dapat dibaca dan dipahami dengan mudah dan bebas dari kekeliruan.
Dokumentasi yang dilakukan di PT. Dexa Medica berupa dokumen tertulis dan
komputerisasi (Oracle). Fungsi sistem dokumentasi yaitu sebagai dokumen resmi pembuatan obat
dan penanganan apabila ada tuntutan atau complain dari pihak lain terhadap produk yang
dihasilkan. Misalnya dokumentasi produksi obat yang dibuat berupa CPB (Catatan Pegolahan
Bets) dan contoh pertinggal (retained sample), kemudian disimpan di ruang khusus oleh bidang
pemastian mutu dan disimpan selama masa kadaluarsa ditambah satu tahun. Terhadap contoh
pertinggal senantiasa dilakukan pengujian secara berkala sampai masa simpannya habis. Untuk
dokumen catatan bets juga dilakukan evaluasi setiap akhir tahun yaitu dengan Pengkajian Kualitas
Produk Tahunan (Product Quality Review).
satu tahun sekali. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan
yang digunakan memenuhi standar atau tidak. Penilaian juga dapat dilakukan
dengan mengevaluasi dokumen kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan, sehingga
tidak perlu dilakukan rekualifikasi jika alat masih memenuhi spesifikasi.
Validasi yang dilakukan di PT. Dexa Medica meliputi validasi proses,
validasi pembersihan, validasi metode analisis, dan validasi ulang. Validasi
tersebut dilakukan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat
mempengaruhi mutu produk. Pelaksanaan validasi dilakukan secara berkala untuk
menjamin bahwa fasilitas, peralatan, dan proses dapat memberikan hasil yang
tepat dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Revalidasi atau validasi ulang
terhadap peralatan dilakukan jika terjadi pemindahan alat, alat mengalami
perbaikan atau terjadi penambahan komponen pada alat untuk meningkatkan
kinerja alat tersebut. Revalidasi tersebut dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan
kondisi alat yang ada sehingga produk akhir yang dihasilkan memiliki mutu yang
terjamin untuk setiap betsnya.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. PT. Dexa Medica telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik
dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya yang meliputi aspek
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan produk
kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi.
b. Kegiatan di PT. Dexa Medica meliputi proses manufaktur (proses produksi
hingga pada proses pengolahan dan pengemasan), pemastian mutu,
pengawasan mutu dan bagian perkantoran. Masing-masing bersifat
independen dan memiliki tanggung jawab sendiri, namun bertanggung
jawab bersama pada penerapan CPOB dalam kegiatan pembuatan sediaan
farmasi untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan.
c. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam industri farmasi,
terutama sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu,
dan kepala bagian pemastian mutu. Fungsi Apoteker adalah sebagai tenaga
profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan
melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian.
5.2 Saran
a. Tetap menjaga dan mempertahankan kualitas produksi obat-obatan sesuai
dengan CPOB yang telah ada.
b. Meningkatkan kerjasama antara PT Dexa Medica dengan Universitas
Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
59 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dexa Medica. Diunduh pada tanggal 20 Juli 2011 pukul 20.30.
http://www.dexa-medica.com/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang
Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sampurno. (2007). Kapabilitas Teknologi dan Penguatan R&D: Tantangan
Industri Farmasi Indonesia. Majalah Farmasi Indonesia, 18 (4).
60 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXIII
ii Univesitas Indonesia
1.2 Tujuan
a. Mengetahui tujuan pembuatan Product Quality Review (PQR) sediaan dry
syrup.
b. Mengetahui Departemen terkait dalam pembuatan Product Quality Review
(PQR).
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
2.3 Spesifikasi
Dalam industri farmasi hendaklah tersedia spesifikasi bahan awal, bahan
pengemas, dan produk jadi yang disahkan dengan benar dan diberi tanggal.
Spesifikasi bahan baku dan bahan kemas meliputi deskripsi (desain dan nomor
Universitas Indonesia
item), referensi, dokumen dari supplier, dan contoh material), prosedur sampling
dan pengujian, syarat kualitatif dan kuantitatif dengan batas yang diterima,
kondisi penyimpanan, dan lama penyimpanan. Spesifikasi untuk produk antara
sama seperti pada bahan baku dan produk jadi, melalui pertimbangan yang tepat.
Spesifikasi untuk produk jadi meliputi desain nama produk dan nomer item,
formula atau referensi, deskripsi bentuk sediaan dan pengemas, prosedur sampling
dan pengujian, syarat kualitatif dan kuantitatif dengan batas yang diterima,
kondisi penyimpanan, dan expired date (Guide to Good Manufacturing Practice
for Medicinal Product Part I, 2009).
c. Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak
berkhasiat atau respon klinis yang rendah
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani
keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (pemastian mutu), maka orang tersebut hendaklah memahami
cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk.
Penanganan keluhan dan laporan suatu produk (CPOB, 2006).
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa batch atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila
ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap
kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Hendaklah ditunjuk
personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasi
penarikan kembali yang independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran.
Jika personil ini bukan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu), maka ia
hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali (CPOB, 2006).
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kesalahan ekspedisi, kondisi wadah atau kemasan yang
dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat
yang bersangkutan. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya
hendaklah didokumentasikan dan dilaporkan. Berdasarkan hasil evaluasi, produk
kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut, dengan tindak lanjutnya meliputi:
a. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi (dapat dikembalikan ke
dalam persediaan)
b. Produk kembalian yang dapat diproses ulang
c. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
Dimana prosedur pemusnahan hendaklah mencakup tindakan pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh
Universitas Indonesia
2.7 Stabilitas
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) tahun 2006, studi
stabilitas hendaklah dilakukan dalam hal berikut :
a. Produk baru (biasanya dilakukan dalam batch pilot)
b. Kemasan baru yaitu yang berbeda dari standar yang telah ditetapkan
c. Perubahan formula, metode pengolahan atau sumber/pembuat bahan awal dan
bahan pengemas primer
d. Batch yang diluluskan demgam pengecualian misalnya batch yang sifatnya
berbeda dari standar atau batch yang diolah ulang
e. Produk yang beredar.
Universitas Indonesia
3. Batch size
4. Jumlah batch yang ditolak (reject)
5. Jumlah reprocess batch
6. Spesifikasi obat jadi
Spesifikasi meliputi bentuk, warna dan bau
7. Jumlah keluhan kualitas obat
8. Bahan baku
- Bahan baku aktif : nama bahan dan asal supplier
- Bahan baku tambahan : nama bahan dan asal supplier
9. Quality Survailance
10. Perubahan selama tahun sebelumnya
Perubahan ini meliputi kemasan dan spesifikasi produk.
11. Status validasi
Status validasi ini meliputi validasi proses dan validasi metode analisa.
12. Grafik dan tabel tren analisa
C. Pembahasan
Pembahasan meliputi:
a. Kapabilitas proses (Cp dan Cpk) dari setiap parameter kritis
diatas.
b. Analisa eksplorasi data yang ada untuk mengetahui pola
sebaran data dan rentang nilai kisaran rata-rata.
D. Kesimpulan
Kesimpulan ini meliputi rangkuman deskripsi distribusi data dan rangkuman
profil data.
E. Rekomendasi
Universitas Indonesia
atas (Upper Control Limit / UCL) dan batas kontrol bawah (Lower Control Limit
/LCL) serta mengidentifikasi tren. Sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
sebelum produk keluar dari spesifikasi yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
10 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Kerja sama yang baik antar bagian atau departemen harus selalu terjalin
agar pembuatan Product Quality Review dapat berjalan dengan lancar.
12 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta
Barazia, M. 2005. Be an Auditor : Find the Errors in This Batch Record. Madison
area technical project.
Haslam, R., 2006, Product Quality Reviews. diakses pada tanggal 20 Agustus
2010 pukul 11.30
http://www.pharmaceuticalint.com/article/product-quality-reviews.html,
13 Universitas Indonesia