Anda di halaman 1dari 35

DATA PENDUKUNG

FOTO CEROBONG DAN SARANA SAMPLING


Nama Cerobong : Cerobong HRSG 1.3 PLTGU Blok 1
Kode Cerobong : HRSG 1.3
Koordinat Cerobong : 60 06’ 35.1” LS dan 1060 46’ 58” BT

No Ketentuan Teknis Dokumentasi/Foto


1 Cerobong Emisi Lubang Sampling

Cerobong HRSG 1.3

2 Pagar Pengaman dan Tangga

3 Lantai Kerja
Kode dan Koordinat

Sumber Listrik

CEMS
1 Sensor / probe

2 Gas standard
3 Analyzer

Gas
Analyzer

Dust
Analyzer

4 Shelter CEMS
5 Pendingin ruangan di dalam shelter
Secara dimensi penempatan lubang eksisting di PLTGU unit 1.1, 1.2, 1.3 dan 3.1 belum
memenuhi kaidah teknis sesuai Kepka Bapedal 205/1996. Namun dari hasil pengujian
terhadap kondisi cyclonic flow di setiap lubang sampling menunjukkan bahwa tidak terdapat
kondisi cyclonic flow, yang artinya posisi sampling saat ini masih sesuai dan relevan utuk
digunakan sebagai lokasi pengambilan sampling manual maupun CEMS.

LAPORAN

Kajian Kesesuaian Lokasi Lubang Sampling Emisi PLTGU


Muara Karang

PT PJB MUARAKARANG

Februari 2022
Daftar Isi
DESKRIPSI UMUM ........................................................................................................................................ 4
TUJUAN ....................................................................................................................................................... 4
METODE PELAKSANAAN............................................................................................................................... 5
PROSES PEMBANGKITAN DALAM PLTGU ...................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................................... 6
FUNGSI KERJA PLTGU ............................................................................................................................................. 8
KONDISI EKSISTING PEMBANGKIT DI MUARA KARANG .................................................................................................. 10
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN EMISI ............................................................................................... 13
EVALUASI KESEUAIAN POSISI SAMPLING EMISI .......................................................................................... 16
EVALUASI HASIL PEMANTAUAN EMISI........................................................................................................ 24
EVALUASI HASIL KALIBRASI DAN VERIFIKASI CEMS ..................................................................................... 29
REKOMENDASI........................................................................................................................................... 30
PUSTAKA ................................................................................................................................................... 31

Hal 2 dari 31
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tipe Turbin Terpasang di area UP Muarakarang ....................................................... 10


Tabel 2 Data Pengoperasian PLTGU Unit 1.1, 1.2 dan 1.3 ..................................................... 11
Tabel 3 Spesifikasi Teknis Mesin Turbin GE di Blok 1 .......................................................... 12
Tabel 4 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 1.1 ........................................................ 17
Tabel 5 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 1.2 ........................................................ 18
Tabel 6 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 1.3 ........................................................ 19
Tabel 7 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 3.1 ........................................................ 20
Tabel 8 Hasil Pemantauan Emisi Unit 1.1 ............................................................................... 24
Tabel 9 Hasil Pemantauan Emisi Unit 1.2 ............................................................................... 25
Tabel 10 Hasil Pemantauan Emisi Unit 1.3* ........................................................................... 26
Tabel 11 Hasil Pemantauan Emisi Unit 3.1 ............................................................................. 27
Tabel 12 Hasil Rekapitulasi Pemantauan Emisi selama 5 tahun UP Muarakarang ................. 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sistem Pembangkit Combine Cycle (EC, 2006) ....................................................... 7


Gambar 2 Gambar tampak Cerobong Emisi Blok 1 ................................................................ 22
Gambar 3 Gambar tampak Cerobong Emisi Blok 3 ................................................................ 23

Hal 3 dari 31
Deskripsi Umum
PLTGU MUARAKARANG terletak di area pembangkitan PT PJB Muarakarang Jakarta Utara.
PLTGU Muarakarang terdiri dari 3 PLTGU, yaitu Blok 1 yang beroperasi sejak 1992, Blok 2 yang
beroperasi sejak 2010 dan Blok 3 yang beroperasi sejak 2021. Pada kajian ini, studi difokuskan
pada PLTGU Blok (HRSG 1.1, 1.2 dan 1.3) berkapasitas 3x105 MW dan PLTGU Blok 3 (HRSG
3.1) berkapasitas 300 MW. Status PTGU Muarakarang adalah sebagai Peaker pada jaringan
Jawa-Bali Interkoneksi.

Terkait dengan emisi, PT PJB Muarakarang akan melakukan kajian teknis terhadap
penempatan lubang sampling yang memenuhi kaidah/regulasi pemerintah seperti tertuang
dalam Kepka Bapedal 205/1996 Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara untuk
Sumber Tidak Bergerak, Standar Nasional Indonesia (SNI) serta terkait dengan baku mutu
emisi Permen LHK No 15/2019 tentang BAKU MUTU EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL.

Tujuan
Tujuan kajian dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membuat evaluasi posisi lubang sampling eksisting sesuai standar cerobong.
2. Melakukan pengujian dan evaluasi terhadap kondisi aliran gas pada cerobong di titik
lubang sampling eksiting. Pengujian ini mencakup :
a. Uji non cyclonic flow pada cerobong
b. Uji stratifikasi gas pada cerobong

Hal 4 dari 31
Metode Pelaksanaan
Dalam menjalankan pekerjaan ini maka kajian dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi dan kajian dasar terhadap spesifikasi unit proses dan operasi di
PLTGU terkait emisi dengan berbasis pada filosofi pengoperasian unit tersebut.
2. Melakukan kajian kesesuaian serta rekomendasi perbaikan terhadap titik sampling di
cerobong dengan mempertimbangkan aspek ketentuan teknis seperti yang tertuang
pada Kepka Bapedal 205/1996 serta SNI. Dalam hal ini juga digunakan beberapa
standar lain yang relevan dengan studi.
3. Melakukan kajian hasil pemantauan emisi yang dilaksanakan dengan metode dan
Teknik sampling yang sesuai. Proses pengkajian didasarkan pada jenis dan jumlah data
spesifik pengukuran yang telah dilakukan oleh PT PJB Muarakarang, baik terkait proses
pembakaran maupun emisi.
Pada tahap ini akan dilakukan analisis rejim aliran (flow analysis) melalui pengukuran
untuk kondisi non-cyclonic dan statofikasi gas. Selain itu secara spesifik akan dikaji
tentang oksigen rate emisi yang sesuai dengan filosofi normal operasi dan kondisi
kontingensi (non-normal) yang ditetapkan.
4. Memberikan rekomendasi pemasangan serta masukan terhadap standar pengujian
yang menjamin mutu hasil untuk dapat diintegrasikan dengan Sistem Pelaporan KLHK
(SIMPEL dan SISPEK).
5. Pada tahap pemberian rekomendasi, maka dilakukan terlebih dulu konsultasi dan
verifikasi oleh pihak PT PJB Muarakarang kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan/BLH Provinsi DKI Jakarta terkait dengan hasil kajian dan alternatif
penyelesaian yang tidak dapat diputuskan pada kajian ini.

Hal 5 dari 31
Proses Pembangkitan dalam PLTGU

Pendahuluan

Sistem pembangkit combine cycle biasanya menggunakan turbin gas untuk menggerakkan
generator listrik, dan memulihkan panas limbah dari turbin untuk menghasilkan uap. Uap dari
limbah panas dijalankan melalui turbin uap untuk menyediakan listrik tambahan. Efisiensi
listrik keseluruhan dari sistem pembangkit combine cycle biasanya berkisar antara 50–60% —
peningkatan substansial atas efisiensi aplikasi siklus terbuka yang sederhana sekitar 33%.

Proses untuk mengubah energi dalam bahan bakar menjadi tenaga listrik melibatkan
penciptaan kerja mekanik, yang kemudian diubah menjadi tenaga listrik oleh generator dalam
"siklus sederhana", menyebabkan kerugian efisiensi dalam proses. Tergantung pada jenis
bahan bakar dan proses termodinamika, efisiensi keseluruhan dari konversi ini biasanya
sekitar 30 – 40%. Ini berarti bahwa sejumlah besar energi laten bahan bakar akhirnya
terbuang sia-sia. Sebagian besar energi yang terbuang ini berakhir sebagai energi panas dalam
gas buang panas dari proses pembakaran.

Sistem pembangkit combine cycle adalah teknologi pilihan tradisional untuk sebagian besar
pembangkit listrik besar di darat, dan oleh karena itu sudah mapan. Teknologi ini juga telah
digunakan pada beberapa instalasi lepas pantai selama lebih dari 10 tahun. Sebagian besar
instalasi lepas pantai dirancang untuk menghasilkan tenaga dari turbin gas siklus terbuka yang
menawarkan pengurangan biaya modal, ukuran dan berat (per MW terpasang), tetapi dengan
efisiensi energi dan biaya bahan bakar yang dikompromikan per unit output. Operasi sistem
siklus gabungan cocok untuk aplikasi beban yang stabil, tetapi kurang cocok untuk aplikasi
lepas pantai dengan profil beban variabel atau menurun. Dalam pengembangan 'greenfield'
baru yang menggabungkan desain sistem siklus gabungan, ukuran turbin gas dapat
dioptimalkan dan kemungkinan akan lebih kecil daripada konfigurasi siklus terbuka yang
setara. Selain itu, unit pemulihan panas limbah (WASTE HEAT RECOVERY UNIT - WHRU) dapat
menggantikan peredam turbin gas, sehingga mengurangi beberapa kendala ruang dan berat.
Panas sisa dapat digunakan sebagai pengganti pemanas, sehingga meningkatkan efisiensi
sistem secara keseluruhan. Dengan demikian, penggunaan teknologi daya siklus gabungan

Hal 6 dari 31
bergantung pada daya dan permintaan panas dari instalasi. Teknologi siklus gabungan paling
hemat biaya untuk pabrik yang lebih besar. Pada instalasi di mana permintaan panasnya
besar, panas buangan dari WHRU biasanya akan digunakan untuk aplikasi pemanas lainnya,
dan karenanya akan ada sedikit sisa panas yang tersisa untuk pembangkit listrik.

Untuk meningkatkan efisiensi keseluruhan pembangkit listrik, beberapa proses dapat


digabungkan untuk memulihkan dan memanfaatkan energi panas sisa dalam gas buang
panas. Sistem pembangkit combine cycle biasanya terdiri dari peralatan berikut: turbin gas
(GT); unit pemulihan panas limbah untuk pembangkit uap (HRSG); turbin uap (ST); kondensor;
dan peralatan bantu lainnya. Gambar di bawah mengilustrasikan sistem pembangkit combine
cycle menggunakan generator turbin gas dengan pemanfaatan kembali limbah panas dan
generator turbin uap.

Gambar 1 Sistem Pembangkit Combine Cycle (EC, 2006)

Istilah "siklus gabungan" mengacu pada penggabungan beberapa siklus termodinamika untuk
menghasilkan daya. Operasi siklus gabungan menggunakan generator uap pemulihan panas

Hal 7 dari 31
(HRSG) yang menangkap panas dari gas buang suhu tinggi untuk menghasilkan uap, yang
kemudian disuplai ke turbin uap untuk menghasilkan tenaga listrik tambahan. Dalam mode
siklus gabungan, pembangkit listrik dapat mencapai efisiensi listrik hingga 60 persen. Proses
untuk menciptakan uap untuk menghasilkan kerja menggunakan turbin uap didasarkan pada
siklus Rankine.

Jenis pembangkit listrik siklus gabungan yang paling umum menggunakan turbin gas dan
disebut pembangkit turbin gas siklus gabungan (CCGT). Karena turbin gas memiliki efisiensi
yang rendah dalam operasi siklus sederhana, output yang dihasilkan oleh turbin uap
menyumbang sekitar setengah dari output pembangkit CCGT. Ada banyak konfigurasi
berbeda untuk pembangkit listrik CCGT, tetapi biasanya setiap GT memiliki HRSG terkaitnya
sendiri, dan beberapa HRSG memasok uap ke satu atau lebih turbin uap. Misalnya, di pabrik
dengan konfigurasi 2x1, dua kereta GT/HRSG memasok satu turbin uap; demikian juga bisa
ada pengaturan 1x1, 3x1 atau 4x1. Turbin uap disesuaikan dengan jumlah dan kapasitas
pemasokan GTs/HRSGs.

Fungsi Kerja PLTGU

HRSG pada dasarnya adalah penukar panas, atau lebih tepatnya serangkaian penukar panas.
Ini juga disebut boiler, karena menghasilkan uap untuk turbin uap dengan melewatkan aliran
gas buang panas dari turbin gas atau mesin pembakaran melalui tabung penukar panas. HRSG
dapat mengandalkan sirkulasi alami atau memanfaatkan sirkulasi paksa menggunakan
pompa. Saat gas buang panas mengalir melewati tabung penukar panas di mana air panas
bersirkulasi, panas diserap menyebabkan terciptanya uap di dalam tabung. Tabung-tabung
tersebut disusun dalam beberapa bagian, atau modul, masing-masing melayani fungsi yang
berbeda dalam produksi uap super panas kering. Modul-modul ini disebut sebagai
economizers, evaporators, superheater/reheater dan preheater.

Economizer adalah penukar panas yang memanaskan air hingga mendekati suhu jenuh (titik
didih), yang disuplai ke drum uap berdinding tebal. Drum terletak berdekatan dengan tabung
evaporator bersirip yang mengalirkan air panas. Saat gas buang panas mengalir melewati
tabung evaporator, panas diserap menyebabkan terciptanya uap di dalam tabung. Campuran

Hal 8 dari 31
uap-air di dalam tabung memasuki steam drum dimana uap dipisahkan dari air panas
menggunakan pemisah uap air dan siklon. Air yang dipisahkan disirkulasikan kembali ke
tabung evaporator. Steam drum juga melayani fungsi penyimpanan dan pengolahan air.
Desain alternatif untuk drum uap adalah HRSG sekali pakai, yang menggantikan drum uap
dengan komponen berdinding tipis yang lebih cocok untuk menangani perubahan suhu gas
buang dan tekanan uap selama seringnya start dan stop. Dalam beberapa desain, pembakar
saluran digunakan untuk menambahkan panas ke aliran gas buang dan meningkatkan
produksi uap; mereka dapat digunakan untuk menghasilkan uap bahkan jika aliran gas buang
tidak mencukupi.

Uap jenuh dari steam drum atau sistem one-through dikirim ke superheater untuk
menghasilkan uap kering yang diperlukan untuk turbin uap. Preheater terletak di ujung aliran
paling dingin dari jalur gas HRSG dan menyerap energi untuk memanaskan cairan penukar
panas, seperti campuran air/glikol, sehingga mengekstraksi jumlah panas yang paling
ekonomis dari gas buang.

Uap super panas yang dihasilkan oleh HRSG disuplai ke turbin uap di mana ia berekspansi
melalui bilah turbin, memberikan rotasi ke poros turbin. Energi yang dikirim ke poros
penggerak generator diubah menjadi listrik. Setelah keluar dari turbin uap, uap dikirim ke
kondensor yang mengarahkan air yang terkondensasi kembali ke HRSG.

Gambar 2 Skema instalasi HRSG

Hal 9 dari 31
Kondisi Eksisting Pembangkit di Muara Karang

PLTGU Muarakarang Unit 1.1, 1.2, dn 1.3 merupakan unit lama (Non-dry Low NOx),
sedangkan Uni1 3.1 merupakan unit yang relatif lebih baru dengan sistem Dry Low-NOx.
Ganesha Environmental and Energy Services - ITB
Berikut ini daftar turbin gas yang ada di area UP Muarakarang:
Tabel 1 Tipe Turbin Terpasang di area UP Muarakarang
Tabel 4-1. PJB UP Muara Karang

Daya
Jenis Terpasang Bahan
Unit Tahun Operasi Tipe Burner
Pembangkit Bakar
(MW)
PLTU 4 4 1x200 MFO/Gas 26 November 1981 Steam atomizing
PLTU 5 5 1x200 MFO/Gas 7 Juni 1982 Steam atomizing
2 Desember 1992 Standard with
(open) extendor
GT1.1 1X107 Gas
8 Jun11995
Non Dry Low Nox
(Combined Cycle)
2 Desember 1992 Standard without
(open) extendor
PLTGU Blok 1 GT1.2 1X107 Gas
8 Jun11995
Muara Karang Non Dry Low Nox
(Combined Cycle)
2 Desember 1992 Standard with
(open) extendor
GT1.3 1X107 Gas
8 Jun11995
Non Dry Low Nox
(Combined Cycle)
ST1.0 1X185 8 Juni 1995 -
GT2.1 1x252 Gas 27 Oktober 2009 Dry Low Nox
GT2.2 1x252 Gas 5 Oktober 2009 Dry Low Nox
PLTGU Blok 2
STG2.1 1x70,6 13 Januari 2011 -
Muara Karang
STG2.2 1x70,6 27 Januari 2011 -
STG2.3 1x70,6 2 Februari 2011 -

PLTGU Blok 3 GT 3.1 1x341.3 Gas 15 Februari 2020 Dry Low Nox
Muara Karang STG3.1 1x175.8 4 Juni 2021 -

PLTGU Muara : fokus kajian


Karang pada PLTGU Blok
menggunakan enam1 dan
unit PLTGU
turbin Blok
gas 3serta lima unit turbin uap.
TurbinMuara
PLTGU gas yang digunakan
Karang memiliki
menggunakan kapasitas
enam 107 gas
unit turbin MWserta
(3 unit),
lima 252
unit MW
turbin(2uap.
unit)Turbin
dan
341,3 MW. PLTGU Muara Karang Blok 1 menggunakan turbin gas MS9001E dari General
gas yang digunakan memiliki kapasitas 107 MW (3 unit), 252 MW (2 unit) dan 341,3 MW.
Electric yang mampu beroperasi menggunakan bahan bakar HSD dan gas alam. PLTGU
PLTGU
MuaraMuara Karang
Karang Blok Blok
2 dan1 3menggunakan
menggunakanturbin
turbingasgasMS9001E dari General
dari Mitsubishi. Electric
Turbin yang
gas yang
digunakan
mampu pada blok
beroperasi 3 adalah Mitsubishi
menggunakan Hitachi
bahan bakar HSD Power
dan gasSystem (MHPS)
alam. PLTGU M701
Muara F5. Pada
Karang Blok
saat ini semua unit turbin gas di PLTGU Muara Karang beroperasi dengan bahan bakar gas.
2 dan 3 menggunakan turbin gas dari Mitsubishi. Turbin gas yang digunakan pada blok 3
adalah Mitsubishi
Pada PLTGU Hitachi
Muara Powergas
Karang, System (MHPS)
keluaran M701gas)
(exhaust F5. dari motor turbin gas digunakan
untuk memproduksi uap air (steam) dalam sebuah sistem HRSG (Heat Recovery Steam
Generator). Alur produksi PLTGU Muara Karang ditunjukkan pada Gambar 4-1.

Hal 10 dari 31
Sesuai dengan Batasan Lingkup Studi, maka berikut ini disajikan kondisi pengoperasian gas
turbin selama periode observasi. Observasi dilakukan pada bulan Desember 2021, sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan bersama dengan UP Muarakarang.

Pengamatan pola pengoperasian ditujukan untuk melihat perubahan pola operasi dengan
potensi emisi yang dihasilkan. Hubungan pola pengoperasian dengan status PLTGU
Muarakarang sebagai peaker dan hasil pemantauan emisi, terutama dari waktu dan target
produksi serta bahan bakar yang digunakan untuk mencapai target tersebut. Dari data pada
Tabel 2 dapat terlihat bahwa pada unit 1.3 terjadi shifting bahan bakar dari yang utamanya
menggunakan gas ke bahan bakarg HSD. Perubahan ini akan memberikan potensi perubahan
hasil pemantauan emisi akibat perubahan efisiensi kinerja turbin.

Tabel 2 Data Pengoperasian PLTGU Unit 1.1, 1.2 dan 1.3

GTG Satuan GTG 1.1 GTG 1.2 GTG 1.3 GTG 3.1

Bbn Ttg Mw 106,00 94,59 98,72 202

Bbn Trd Mw 80,00 39,00 90,00 151

Temp Inlet Bbn Ttg Deg C 30,40 32,60 31,40 28,9

CPDTtg#1 psi 155,55 143,97 144,70 196,2

CPD ( Bar ) Bar 10,73 9,93 9,98 13,53

CTD Bbn Ttg Deg C 374,00 372,00 353,00 419

Exh Temp Rata2 Deg C 554,00 554,00 554,00 634,6

D P IAF mmH2O 50,00 53,00 64,00 9,95

Produksi Gross kwh 2.356.000,00 1.462.000,00 1.535.000,00 3.858.500

Pem.sdr kwh 6.300,00 4.566,00 5.040,00 17.700

Prod Penjualan kwh 2.330.000,00 1.442.000,00 1.516.000,00 3.809.000

Rugi2 Trafo kwh 19.700,00 15.434,00 13.960,00 31.800

Pem. BBG MMBTU 24.294,97 18.617,38 1.276,90 45.605,04

Pem HSD ltr. 0,00 0,00 525.599,00 0

Air to Fuel Ratios :1 44,70 44,61 44,48 43

HR Netto GTG kcal/kwh 2606 3219 3354 2992,2

HR Penjualan GTG kcal/kwh 2628 3254 3385 3017,19

Target HR kcal/kwh 3084,04 3084,04 3084,04 2834,6

Cap Fact % 91 56 59 47,11

Netto Efisiensi GTG % 33,01 26,72 25,64 28,74

Efisiensi Penjualan % 32,73 26,43 25,41 28,5

SFC mmbtu/kwh 0,01043 0,01291 0,00084 0,0118

Hal 11 dari 31
Dari tabel 2 ini juga diketahui bahwa akibat peningkatan produksi gross, maka kebutuhan
bahan bakar akan meningkat pula. Peningkatan ini akan berdampak pada Plant Heat Rate
estimasi yang diperlukan sehingga kebutuhan udara masuk ke ruang turbin akan berubah agar
tercapai kondisi optimum pengoperasian. Berdasarkan spesifikasi dari GE untuk model turbin
gas unit 1.1, 1.2 dan 1.3 adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Spesifikasi Teknis Mesin Turbin GE di Blok 1

Berdasarkan perbandingan antara pola operasi dan spesifikasi teknis Turbin Gas pada unit
1.1, 1.2 dan 1.3 dapat dikatakan sudah dioperasikan pada kondisi optimal.

Hal 12 dari 31
Desain dan Sistem Pengendalian Emisi
Desain dan konfigurasi untuk HRSG dan turbin uap bergantung pada karakteristik gas buang,
kebutuhan uap, dan operasi pembangkit listrik yang diharapkan. Karena gas buang dari turbin
gas dapat mencapai 600ºC, HRSG untuk GT dapat menghasilkan uap pada berbagai tingkat
tekanan untuk mengoptimalkan pemulihan energi; sehingga mereka sering memiliki tiga set
modul penukar panas – satu untuk steam tekanan tinggi (HP), satu untuk steam tekanan
menengah (IP), dan satu untuk steam tekanan rendah (LP). Uap bertekanan tinggi di pabrik
CCGT besar bisa mencapai 40 – 110 bar. Dengan HRSG multi-tekanan, turbin uap biasanya
memiliki beberapa titik masuk uap. Dalam turbin uap tiga tahap, uap HP, IP dan LP yang
dihasilkan oleh HRSG diumpankan ke turbin pada titik yang berbeda.

HRSG menghadirkan kendala operasional pada pembangkit listrik CCGT. Karena HRSG terletak
langsung di hilir turbin gas, perubahan suhu dan tekanan gas buang menyebabkan tekanan
termal dan mekanis. Ketika pembangkit listrik CCGT digunakan untuk operasi yang mengikuti
beban, yang ditandai dengan seringnya start dan stop atau beroperasi pada sebagian beban
untuk memenuhi permintaan listrik yang berfluktuasi, siklus ini dapat menyebabkan stres
termal dan akhirnya kerusakan pada beberapa komponen HRSG. Header drum uap dan
superheater HP lebih rentan terhadap penurunan masa pakai mekanis karena mengalami
suhu gas buang tertinggi. Pertimbangan desain dan pengoperasian yang penting adalah suhu
gas dan uap yang dapat ditahan oleh bahan modul; stabilitas mekanis untuk aliran gas buang
turbulen; korosi tabung HRSG; dan tekanan uap yang mungkin memerlukan drum berdinding
lebih tebal. Untuk mengontrol laju peningkatan tekanan dan suhu pada komponen HRSG,
sistem bypass dapat digunakan untuk mengalihkan beberapa gas buang GT agar tidak
memasuki HRSG selama startup.

HRSG membutuhkan waktu lebih lama untuk pemanasan dari kondisi dingin daripada dari
kondisi panas. Akibatnya, jumlah waktu yang diperlukan sejak shutdown terakhir
mempengaruhi waktu startup. Ketika turbin gas diatur untuk memuat dengan cepat, suhu
dan aliran di HRSG mungkin belum mencapai kondisi untuk menghasilkan uap, yang
menyebabkan logam terlalu panas karena tidak ada aliran uap pendingin. Dalam konfigurasi
1x1, pengoperasian turbin uap secara langsung digabungkan dengan pengoperasian

Hal 13 dari 31
GT/HRSG, membatasi laju pembangkit listrik yang dapat dipacu untuk kondisi dengan beban
(load). Kondisi uap yang dapat diterima untuk turbin uap ditentukan oleh batas termal dari
desain rotor, sudu, dan selubung.

Peralatan kontrol untuk emisi nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO)
diintegrasikan ke dalam HRSG. Karena sistem ini beroperasi secara efisien pada rentang suhu
gas yang rapat, sistem ini sering dipasang di antara modul evaporator.

Kendala teknis untuk operasi beban parsial pembangkit listrik turbin gas adalah beban
lingkungan minimum, juga disebut beban minimum sesuai emisi. Ini adalah keluaran terendah
di mana unit pembangkit dapat beroperasi dan masih memenuhi batas lingkungan untuk
emisi nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO). Beban lingkungan minimum untuk
sebagian besar turbin gas adalah sekitar 50 persen dari keluaran penuh karena pengoperasian
pada beban yang lebih rendah dapat mengakibatkan penurunan suhu pembakaran, lebih
sedikit konversi CO menjadi CO2, dan potensi pelampauan izin emisi. Pada pembangkit siklus
gabungan, suhu keluar turbin gas juga harus dijaga tetap tinggi untuk menghasilkan uap yang
cukup untuk menggerakkan turbin uap.

Untuk memfasilitasi jangkauan keluaran turbin gas yang lebih luas, pabrikan telah
memperkenalkan sistem kontrol yang dirancang untuk memperpanjang turndown yang
sesuai dengan emisi sambil meminimalkan dampak efisiensi pada sebagian beban. Sementara
metode yang tepat untuk optimasi turndown bervariasi dari pabrikan ke pabrikan, sistem
kontrol menggunakan baling-baling pemandu variabel untuk mengurangi aliran massa
kompresor dan pembakaran berurutan (pemanasan ulang) untuk menghasilkan suhu
pembakaran yang lebih tinggi pada beban rendah. Temperatur pembakaran yang lebih tinggi
tidak hanya meningkatkan konversi CO menjadi CO2 tetapi juga meningkatkan produksi uap
dan dengan demikian output dari turbin uap, meningkatkan efisiensi pembangkit dengan
beban sebagian secara keseluruhan.

Akibatnya, beberapa model turbin gas dapat mencapai penurunan emisi yang sesuai dengan
sekitar 40 persen dari daya beban dasar. Kondisi spesifik lokasi termasuk persyaratan izin

Hal 14 dari 31
lingkungan, konfigurasi instalasi dan sistem kontrol emisi pasca-pembakaran pada akhirnya
akan menentukan batas pengurangan emisi yang tepat.

Untuk semua tujuan praktis, pembangkit listrik mesin pembakaran tidak memiliki batasan
beban minimum dan dapat mempertahankan efisiensi tinggi pada beban parsial karena
modularitas desain – pengoperasian subset mesin pada beban penuh.

Hal 15 dari 31
Evaluasi Keseuaian Posisi Sampling Emisi
Dalam menentukan kondisi emisi pada cerobong pembangkit listrik tenaga gas uap berbasis
combine cycle, beberapa subyek kajian dilakukan. Adapun subyek tersebut berupa penetapan
kriteria-kriteria yang relevan dengan kondisi emisi spesifik di PLTGU Muarakarang. Kriteria
tersebut berupa:
1. Laju alir dan perataan pengukuran konsentrasi gas. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
dalam Kepka Bapedal 205/1996 serta US EPA tentang penetapan lubang emisi untuk
pemantauan manual dan kontinu, maka kondisi laju aliran di lubang sampling cerobong
harus memenuhi kondisi: a. non-cyclonic; b. aliran yang relatif uniform/seragam.

Untuk kecukupan dalam kajian ini dilakukan pengukuran primer untuk pembuktian
kriteria non-cyclonic dan keseragaman aliran. Adapun pengujian ini menggunakan US-EPA
Method 1 (2017) bagian 11.4. Sedangkan untuk pengujian keseragaman aliran digunakan
Method 1 (2017) bagian 11.5. Adapun data keseragaman laju aliran diverifikasi dengan
pengukuran konsentrasi gas NOx dan SO2 menggunakan gas analyzer di setiap traverse
point.

2. Besaran konsentrasi parameter utama sebagai standar teknis emisi. Penentuan kriteria
standar teknis utuk konsentrasi parameter emisi dilakukan dengan pendektan
pengukuran langsung, terutama dari Pengukuran CEMS. Namun jika dari CEMS yang
tersedia tidak ada data tentang parameter yuang diperlukan maka digunakan pengukuran
langsung menggunakan standar metode yang diakui dunia (US EPA Method).

Pada kajian ini dilakukan pengukuran atau pemantauan emisi langsung pada tanggal 16 Des
2021 untuk unit 1.1, 17 Des 2021 untuk unit 1.2, 20 Des 2021 untuk unit 1.3 dan 21 Des 2021
untuk unit 3.1. Pengukuran ditujukan untuk menentukan ketepatan pemilihan posisi lubang
sampling emisi melalui pengujian pembuktian cyclonic flow dan stratofikasi gas. Berikut ini
hasil pemantauan pada keempat sumber emisi tersebut.

Hal 16 dari 31
PRELIMINARY REPORT

Dari hasil pemantauan diperoleh data pengukuran, sebagai berikut:


Lab Work Order : EAM 210009
Amendment : 0
Matrix : Emission
Report Date : 06 January 2022
Customer : TabelKarang
PT. PJB Muara 4 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 1.1

LABORATORY RESULT EAM 210009-1 (HRSG UNIT 1.1 GAS & FLOW RATE BREAKDOWN)
Carbon Carbon Sulphur Flow rate
Analysis Description Oxygen Nitrogen Oxide Velocity Flow rate (std)
Dioxide Monoxide Dioxide (actual)
Unit % % mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 m/s m3/s m3/s

LoR 0.1 0.1 2 2 3 0.1 1 1


IK-06/SOP- IK-08/SOP- IK-07/SOP- IK-09/SOP- IK-10/SOP- US EPA US EPA US EPA
Method Reference
11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM Method 2 Method 2 Method 2
Traverse Point Result Result Result Result Result Result Result Result

A1 - Run 1 14.8 3.1 3 220 <3 20.5 533 343


A2 - Run 1 14.8 3.1 3 222 <3 20.6 533 344
A3 - Run 1 14.8 3.1 3 222 <3 20.6 533 344
A4 - Run 1 14.9 3.1 3 222 <3 21.0 544 351
A5 - Run 1 14.9 3.1 3 220 <3 21.0 545 351
A6 - Run 1 14.9 3.1 3 220 <3 21.0 544 350
B1 - Run 1 14.8 3.1 3 220 <3 20.9 543 350
B2 - Run 1 14.9 3.1 3 222 <3 21.0 544 350
B3 - Run 1 14.9 3.1 3 222 <3 21.0 544 351
B4 - Run 1 14.9 3.1 3 220 <3 20.6 534 344
B5 - Run 1 14.9 3.1 3 220 <3 20.6 533 344
B6 - Run 1 14.9 3.1 3 220 <3 20.5 533 343
AVERAGE 14.9 3.1 3.4 220.7 <3 20.8 538.7 347.1

A1 - Run 2 14.9 3.1 3 222 <3 21.0 544 351


A2 - Run 2 14.9 3.1 3 222 <3 21.0 545 351
A3 - Run 2 14.9 3.1 3 220 <3 21.0 546 352
A4 - Run 2 14.9 3.1 3 220 <3 21.0 544 351
A5 - Run 2 14.9 3.1 3 220 <3 21.0 544 350
A6 - Run 2 14.8 3.1 3 220 <3 20.9 543 350
B1 - Run 2 14.8 3.1 3 222 <3 20.6 533 344
B2 - Run 2 14.9 3.1 3 222 <3 20.5 533 343
B3 - Run 2 14.9 3.1 3 222 <3 20.6 534 344
B4 - Run 2 14.9 3.1 3 220 <3 20.5 532 343
B5 - Run 2 14.8 3.1 3 222 <3 20.9 543 350
B6 - Run 2 14.8 3.1 3 222 <3 20.9 542 349
AVERAGE 14.9 3.1 3.4 221.1 <3 20.8 540.3 348.1

A1 - Run 3 14.8 3.1 3 222 <3 20.9 543 350


A2 - Run 3 14.9 3.1 3 220 <3 20.9 543 350
A3 - Run 3 14.9 3.1 3 220 <3 21.0 544 351
A4 - Run 3 14.9 3.1 3 222 <3 20.9 542 349
A5 - Run 3 14.9 3.1 3 220 <3 20.9 543 350
A6 - Run 3 14.8 3.1 3 222 <3 20.5 532 343
B1 - Run 3 14.9 3.1 3 220 <3 20.6 533 344
B2 - Run 3 14.9 3.1 3 220 <3 20.5 532 343
B3 - Run 3 14.9 3.1 3 222 <3 20.5 532 343
B4 - Run 3 14.9 3.1 3 222 <3 20.9 543 350
B5 - Run 3 14.9 3.1 3 220 <3 20.9 543 350
B6 - Run 3 14.9 3.1 3 222 <3 20.9 543 350
AVERAGE 14.9 3.1 3.4 220.9 <3 20.8 539.5 347.6

Remarks
- LoR : Limit of Reporting
Pada unit 1.1, tidak terindikasi adanya cyclonic flow. Sedangkan deviasi uniformity aliran
untuk Cerobong Unit 1.1 <10%, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari kecepatan
aliran antara yang dekat dengan dinding cerobong dengan yang jauh dari dinding cerobong.
Hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi pelaksanaan pengujian RCA (relative
corellation audit) bagi parameter laju alir sebagai syarat untuk untegrasi CEMS ke dalam
SISPEK. Selain itu informasi ini menunjukkan bahwa penempatan lubang sampling pada
F-02/SOP-18/EAM.ed.1.rev.0 4 OF 11
unit 1.1. masih relevan digunakan.

Hal 17 dari 31
Lab Work Order : EAM 210009
Amendment : 0
Matrix : Emission
Report Date : 06 January 2022
Customer : TabelKarang
PT. PJB Muara 5 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 1.2

LABORATORY RESULT EAM 210009-2 (HRSG UNIT 1.2 GAS & FLOW RATE BREAKDOWN)
Carbon Carbon Sulphur Flow rate
Analysis Description Oxygen Nitrogen Oxide Velocity Flow rate (std)
Dioxide Monoxide Dioxide (actual)
Unit % % mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 m/s m3/s m3/s

LoR 0.1 0.1 2 2 3 0.1 1 1


IK-06/SOP- IK-08/SOP- IK-07/SOP- IK-09/SOP- IK-10/SOP- US EPA US EPA US EPA
Method Reference
11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM Method 2 Method 2 Method 2
Traverse Point Result Result Result Result Result Result Result Result

A1 - Run 1 15.1 3.0 5 196 <3 20.7 536 354


A2 - Run 1 15.0 3.0 5 192 <3 20.7 537 355
A3 - Run 1 15.2 3.0 3 194 <3 20.7 536 354
A4 - Run 1 15.1 3.0 5 192 <3 20.7 538 355
A5 - Run 1 15.4 3.0 5 194 <3 20.8 539 356
A6 - Run 1 15.1 3.0 5 192 <3 20.7 538 355
B1 - Run 1 15.0 3.0 3 192 <3 20.7 538 355
B2 - Run 1 15.2 3.0 5 194 <3 21.2 551 364
B3 - Run 1 15.3 3.0 3 190 <3 21.1 549 363
B4 - Run 1 15.1 3.0 5 194 <3 20.8 539 356
B5 - Run 1 15.1 3.0 5 194 <3 20.7 538 355
B6 - Run 1 15.2 3.0 5 192 <3 20.7 538 355
AVERAGE 15.2 3.0 4.3 192.7 <3 20.8 539.8 356.5

A1 - Run 2 15.2 3.0 5 192 <3 20.7 538 355


A2 - Run 2 15.2 3.0 3 194 <3 20.7 536 354
A3 - Run 2 15.1 3.0 5 192 <3 21.1 548 362
A4 - Run 2 15.2 3.0 3 192 <3 20.8 539 356
A5 - Run 2 15.2 3.0 5 192 <3 21.2 550 363
A6 - Run 2 15.2 3.0 3 192 <3 21.1 548 362
B1 - Run 2 15.1 3.0 5 194 <3 20.7 538 355
B2 - Run 2 15.2 3.0 5 194 <3 20.8 539 356
B3 - Run 2 15.2 3.0 5 194 <3 20.7 538 355
B4 - Run 2 15.2 3.0 5 194 <3 20.7 538 355
B5 - Run 2 15.1 3.0 5 194 <3 20.8 539 356
B6 - Run 2 15.2 3.0 5 192 <3 20.7 536 354
AVERAGE 15.2 3.0 4.3 192.7 <3 20.8 540.6 357.0

A1 - Run 3 15.2 3.0 3 192 <3 20.7 537 355


A2 - Run 3 15.2 3.0 5 192 <3 20.7 536 354
A3 - Run 3 15.2 3.0 3 192 <3 21.1 549 363
A4 - Run 3 15.2 3.0 5 194 <3 20.7 538 355
A5 - Run 3 15.2 3.0 5 194 <3 20.8 539 356
A6 - Run 3 15.1 3.0 5 194 <3 20.7 536 354
B1 - Run 3 15.2 3.0 5 194 <3 20.7 537 355
B2 - Run 3 15.3 3.0 3 190 <3 20.7 536 354
B3 - Run 3 15.1 3.0 5 194 <3 20.7 537 355
B4 - Run 3 15.1 3.0 5 194 <3 20.7 536 354
B5 - Run 3 15.2 3.0 5 192 <3 20.7 538 355
B6 - Run 3 15.1 3.0 5 194 <3 20.7 538 355
AVERAGE 15.2 3.0 4.3 192.7 <3 20.7 538.2 355.4

Remarks
- LoR : Limit of Reporting
Pada unit 1.2, tidak terindikasi adanya cyclonic flow. Sedangkan deviasi uniformity aliran
untuk Cerobong Unit 1.2 <10%, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari kecepatan
aliran antara yang dekat dengan dinding cerobong dengan yang jauh dari dinding cerobong.
Hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi pelaksanaan pengujian RCA (relative
corellation audit) bagi parameter laju alir sebagai syarat untuk untegrasi CEMS ke dalam
SISPEK. Selain itu informasi ini menunjukkan bahwa penempatan lubang sampling pada
F-02/SOP-18/EAM.ed.1.rev.0 6 OF 11
unit 1.2 masih relevan digunakan.

Hal 18 dari 31
Lab Work Order : EAM 210009
Amendment : 0
Matrix : Emission
Report Date : 06 January 2022
Customer : TabelKarang
PT. PJB Muara 6 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 1.3

LABORATORY RESULT EAM 210009-3 (HRSG UNIT 1.3 GAS & FLOW RATE BREAKDOWN)
Carbon Carbon Sulphur Flow rate
Analysis Description Oxygen Nitrogen Oxide Velocity Flow rate (std)
Dioxide Monoxide Dioxide (actual)
Unit % % mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 m/s m3/s m3/s

LoR 0.1 0.1 2 2 3 0.1 1 1


IK-06/SOP- IK-08/SOP- IK-07/SOP- IK-09/SOP- IK-10/SOP- US EPA US EPA US EPA
Method Reference
11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM Method 2 Method 2 Method 2
Traverse Point Result Result Result Result Result Result Result Result

A1 - Run 1 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 576 340


A2 - Run 1 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
A3 - Run 1 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
A4 - Run 1 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
A5 - Run 1 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
A6 - Run 1 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
B1 - Run 1 15.1 3.9 6 340 <3 22.6 588 347
B2 - Run 1 15.1 3.9 7 340 <3 22.7 589 348
B3 - Run 1 15.1 3.9 7 340 <3 22.3 579 342
B4 - Run 1 15.1 3.9 7 340 <3 22.2 577 341
B5 - Run 1 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
B6 - Run 1 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
AVERAGE 15.1 3.9 6.0 340.3 <3 22.3 578.5 341.5

A1 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340


A2 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
A3 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
A4 - Run 2 15.1 4.0 6 340 <3 22.7 588 347
A5 - Run 2 15.1 4.0 6 340 <3 22.7 590 348
A6 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.7 588 347
B1 - Run 2 15.2 3.9 6 338 <3 22.2 576 340
B2 - Run 2 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
B3 - Run 2 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
B4 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.3 578 341
B5 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.3 579 342
B6 - Run 2 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 577 341
AVERAGE 15.2 3.9 5.7 340.1 <3 22.3 580.0 342.4

A1 - Run 3 15.1 3.9 6 340 <3 22.2 576 340


A2 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
A3 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 576 340
A4 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
A5 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 577 340
A6 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.3 578 341
B1 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.3 579 342
B2 - Run 3 15.2 3.9 6 338 <3 22.3 578 341
B3 - Run 3 15.1 3.9 6 340 <3 22.3 578 341
B4 - Run 3 15.2 3.9 6 340 <3 22.2 577 341
B5 - Run 3 15.2 3.9 6 338 <3 22.2 577 341
B6 - Run 3 15.1 3.9 6 340 <3 22.3 578 341
AVERAGE 15.2 3.9 5.7 340.0 <3 22.2 577.3 340.8

Remarks
Pada unit 1.3, tidak terindikasi adanya cyclonic flow. Sedangkan deviasi uniformity aliran
- LoR : Limit of Reporting
untuk Cerobong Unit 1.3 <10%, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari kecepatan
aliran antara yang dekat dengan dinding cerobong dengan yang jauh dari dinding cerobong.
Hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi pelaksanaan pengujian RCA (relative
corellation audit) bagi parameter laju alir sebagai syarat untuk untegrasi CEMS ke dalam
SISPEK. Selain itu informasi ini menunjukkan bahwa penempatan lubang sampling pada
unit 1.3 masih relevan digunakan.
F-02/SOP-18/EAM.ed.1.rev.0 8 OF 11

Hal 19 dari 31
Lab Work Order : EAM 210009
Amendment : 0
Matrix : Emission
Report Date : 06 January 2022
Customer : TabelKarang
PT. PJB Muara 7 Pengujian aliran dan stratofikasi gas di Unit 3.1

LABORATORY RESULT EAM 210009-4 (HRSG UNIT 3.1 GAS & FLOW RATE BREAKDOWN)
Carbon Carbon Sulphur Flow rate
Analysis Description Oxygen Nitrogen Oxide Velocity Flow rate (std)
Dioxide Monoxide Dioxide (actual)
Unit % % mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 m/s m3/s m3/s

LoR 0.1 0.1 2 2 3 0.1 1 1


IK-06/SOP- IK-08/SOP- IK-07/SOP- IK-09/SOP- IK-10/SOP- US EPA US EPA US EPA
Method Reference
11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM Method 2 Method 2 Method 2
Traverse Point Result Result Result Result Result Result Result Result

A1 - Run 1 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570


A2 - Run 1 13.9 3.7 177 30 3 18.4 744 571
A3 - Run 1 13.9 3.7 177 30 0 18.4 743 570
A4 - Run 1 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570
A5 - Run 1 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570
A6 - Run 1 14.0 3.7 177 30 5 18.4 744 571
A7 - Run 1 14.0 3.7 176 30 5 18.4 743 570
A8 - Run 1 14.0 3.7 171 30 3 18.5 745 572
A9 - Run 1 14.0 3.7 165 28 0 18.4 744 571
A10 - Run 1 14.0 3.7 165 28 0 18.5 745 572
A11 - Run 1 14.0 3.7 164 26 0 18.4 744 571
A12 - Run 1 13.9 3.7 166 26 0 18.4 743 570
B1 - Run 1 13.8 3.7 168 26 5 18.4 744 571
B2 - Run 1 13.9 3.7 167 28 5 18.4 744 571
B3 - Run 1 13.9 3.7 166 28 5 18.5 745 572
B4 - Run 1 13.9 3.7 168 30 3 18.8 760 582
B5 - Run 1 13.8 3.7 169 30 5 18.9 761 583
B6 - Run 1 13.9 3.7 171 30 3 18.8 759 582
B7 - Run 1 13.9 3.7 171 28 5 18.4 744 571
B8 - Run 1 14.0 3.7 172 28 3 18.5 745 572
B9 - Run 1 14.1 3.7 172 28 5 18.5 745 572
B10 - Run 1 14.1 3.7 169 30 0 18.5 746 572
B11 - Run 1 14.0 3.7 168 30 0 18.4 744 571
B12 - Run 1 14.0 3.7 169 30 0 18.5 746 572
AVERAGE 13.9 3.7 169.3 29.0 3.3 18.6 748.8 574.1

A1 - Run 2 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570


A2 - Run 2 13.9 3.7 177 30 3 18.4 744 571
A3 - Run 2 13.9 3.7 177 30 0 18.4 743 570
A4 - Run 2 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570
A5 - Run 2 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570
A6 - Run 2 14.0 3.7 177 30 5 18.4 744 571
A7 - Run 2 14.0 3.7 176 30 5 18.4 743 570
A8 - Run 2 14.0 3.7 171 30 3 18.5 745 572
A9 - Run 2 14.0 3.7 165 28 0 18.4 744 571
A10 - Run 2 13.9 3.7 166 28 5 18.5 745 572
A11 - Run 2 13.9 3.7 168 30 3 18.4 744 571
A12 - Run 2 13.8 3.7 169 30 5 18.4 743 570
B1 - Run 2 13.9 3.7 171 30 3 18.4 744 571
B2 - Run 2 13.9 3.7 167 28 5 18.4 744 571
B3 - Run 2 13.9 3.7 166 28 5 18.5 745 572
B4 - Run 2 13.9 3.7 168 30 3 18.8 760 582
B5 - Run 2 14.0 3.7 169 30 0 18.9 761 583
B6 - Run 2 13.9 3.7 177 30 5 18.8 759 582
B7 - Run 2 13.9 3.7 177 30 3 18.4 744 571
B8 - Run 2 14.0 3.7 172 28 3 18.5 745 572
B9 - Run 2 14.1 3.7 172 28 5 18.5 745 572
B10 - Run 2 14.1 3.7 169 30 0 18.5 746 572
B11 - Run 2 14.0 3.7 168 30 0 18.4 744 571
B12 - Run 2 14.0 3.7 169 30 0 18.5 746 572
AVERAGE 14.0 3.7 170.6 29.5 2.6 18.6 748.8 574.1

F-02/SOP-18/EAM.ed.1.rev.0 10 OF 11

Hal 20 dari 31
Lab Work Order : EAM 210009
Amendment : 0
Matrix : Emission
Report Date : 06 January 2022
Customer : PT. PJB Muara Karang

LABORATORY RESULT EAM 210009-4 (HRSG UNIT 3.1 GAS & FLOW RATE BREAKDOWN)
Carbon Carbon Sulphur Flow rate
Analysis Description Oxygen Nitrogen Oxide Velocity Flow rate (std)
Dioxide Monoxide Dioxide (actual)
Unit % % mg/Nm3 mg/Nm3 mg/Nm3 m/s m3/s m3/s

LoR 0.1 0.1 2 2 3 0.1 1 1


IK-06/SOP- IK-08/SOP- IK-07/SOP- IK-09/SOP- IK-10/SOP- US EPA US EPA US EPA
Method Reference
11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM 11/EAM Method 2 Method 2 Method 2
Traverse Point Result Result Result Result Result Result Result Result

A1 - Run 3 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570


A2 - Run 3 13.9 3.7 177 30 3 18.4 744 571
A3 - Run 3 13.9 3.7 177 30 0 18.4 743 570
A4 - Run 3 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570
A5 - Run 3 13.9 3.7 177 30 5 18.4 743 570
A6 - Run 3 14.0 3.7 177 30 5 18.4 744 571
A7 - Run 3 14.0 3.7 176 30 5 18.4 743 570
A8 - Run 3 14.0 3.7 171 30 3 18.5 745 572
A9 - Run 3 14.0 3.7 165 28 0 18.4 744 571
A10 - Run 3 14.0 3.7 165 28 0 18.5 745 572
A11 - Run 3 14.0 3.7 164 26 0 18.4 744 571
A12 - Run 3 13.9 3.7 166 26 0 18.4 743 570
B1 - Run 3 13.8 3.7 168 26 5 18.4 744 571
B2 - Run 3 13.9 3.7 167 28 5 18.4 744 571
B3 - Run 3 13.9 3.7 166 28 5 18.5 745 572
B4 - Run 3 13.9 3.7 168 30 3 18.8 760 582
B5 - Run 3 13.8 3.7 169 30 5 18.9 761 583
B6 - Run 3 13.9 3.7 171 30 3 18.8 759 582
B7 - Run 3 13.9 3.7 171 28 5 18.4 744 571
B8 - Run 3 14.0 3.7 172 28 3 18.5 745 572
B9 - Run 3 14.1 3.7 172 28 5 18.5 745 572
B10 - Run 3 14.1 3.7 169 30 0 18.5 746 572
B11 - Run 3 14.0 3.7 168 30 0 18.4 744 571
B12 - Run 3 14.0 3.7 169 30 0 18.5 746 572
AVERAGE 13.9 3.7 169.3 29.0 3.3 18.6 748.8 574.1

Remarks
- LoR : Limit of Reporting
Pada unit 3.1, tidak terindikasi adanya cyclonic flow. Sedangkan deviasi uniformity aliran
untuk Cerobong Unit 3.1 <10%, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dari kecepatan
aliran antara yang dekat dengan dinding cerobong dengan yang jauh dari dinding cerobong.
Hal tersebut merupakan informasi yang penting bagi pelaksanaan pengujian RCA (relative
corellation audit) bagi parameter laju alir sebagai syarat untuk untegrasi CEMS ke dalam
SISPEK. Selain itu informasi ini menunjukkan bahwa penempatan lubang sampling pada
unit 3.1 masih relevan digunakan.

F-02/SOP-18/EAM.ed.1.rev.0 11 OF 11

Hal 21 dari 31
Gambar 3 Gambar tampak Cerobong Emisi Blok 1

Dari gambar cerobong Blok 1, menunjukkan posisi lubang sampling masih berada di bawah
8D hulu dan 2D hilir. Namun hasil pengukuran di atas menunjukkan bahwa pada posisi
saat ini tidak terindikasi cyclonic flow sehingga masih dapat gunakan sebagai acuan
penetapan lokasi sampling emisi yang sesuai ketentuan teknis Kepka bapedal 205/1996.

Sedangkan terkait dengan standar ASHRAE/ACGIH bahwa untuk menghindari adanya


efek downwash, maka kecepatan desain harus lebih besar dari 1,5 kali kecepatan horisontal
udara ambien. Maka pada Unit 1.1, 1.2 dan 1.3 dengan velocity 20,7 - 23,2 m/dt sudah
lebih besar 1,5 kali dari kecepatan udara ambien di sekitar lokasi Muarakarang berdasarkan
data dari BMKG maupun Satelit NOAA.

Hal 22 dari 31
Gambar 4 Gambar tampak Cerobong Emisi Blok 3

Dari gambar cerobong Blok 3, menunjukkan posisi lubang sampling masih berada di bawah
8D hulu dan lebih besar dari 2D hilir. Namun hasil pengukuran di atas menunjukkan bahwa
pada posisi saat ini tidak terindikasi cyclonic flow sehingga masih dapat gunakan sebagai
acuan penetapan lokasi sampling emisi yang sesuai ketentuan teknis Kepka bapedal
205/1996.

Sedangkan terkait dengan standar ASHRAE/ACGIH bahwa untuk menghindari adanya


efek downwash, maka kecepatan desain harus lebih besar dari 1,5 kali kecepatan horisontal
udara ambien. Maka pada Unit 3.1 dengan velocity 18,6 m/dt sudah lebih besar 1,5 kali
dari kecepatan udara ambien di sekitar lokasi Muarakarang berdasarkan data dari BMKG
maupun Satelit NOAA.

Hal 23 dari 31
Evaluasi Hasil Pemantauan Emisi
Hasil pemantauan emisi dilakukan bersamaan dengan pengukuran laju alir. Pada saat
pemantauan kapasitas produksi sudah lebih dari 60% sehingga sudah memenuhi kaidah normal
operasi. Namun demikian pada unit 1.3 terjadi shifting bahan bakar gas ke HSD saat dilakukan
sampling namun dengan parameter operasi yang sama dengan saat menggunakan gas (dengan
mengambil situasi pola operasi pada unit 1.1 dan 1.2). Sedangkan pada unit 3.1 menggunakan
gas.

Tabel 8 Hasil Pemantauan Emisi Unit 1.1

Hasil pemantauan pada unit 1.1. menunjukkan bahwa hanya parameter NOx melebihi baku
mutu Permen LHK No 15/2019 setelah hasil pemantauan dikoreksi dengan oksigen 3%.
Berdasarkan hasil kajian tentang sistem pembangkit combine cycle menggunakan couple Gas
Turbine Generator (GTG) dengan HRSG, yang dilakukan oleh PT PT. GANESHA
ENVIRONMENTAL & ENERGY SERVICESS (GEES ITB), bahwa rekomendasi koreksi oksigen
untuk sistem di PLTGU Muarakarang seharusnya dikoreksi menggunakan faktor oksigen 15%.

Hal 24 dari 31
Maka jika dengan nilai koreksi tersebut maka semua parameter tidak ada yang melebihi baku
mutu emisi.

Hal ini juga sesuai dengan spesifikasi teknik yang dikeluarkan oleh manufacturer (GE), bahwa
unit HRSG akan optimal jika suhu inlet ke Steam Generator berkisar 500 – 650 C. Berdasarkan
kalkulasi, untuk mencapai rentang suhu tersebut diperlukan suhu adiabatik pada pembakaran
antara 1100 -1200 C dan oksigen 6656 – 7600 mol karena pada normal siklus kondisi bahan
bakar adalah lean (sedikit di bawah stoikiometrik). Pada target ini nilai luaran oksigen untuk
mencapai target optimal berkisar 14,21 – 15,19%. Nilai ini juga identik utuk manufacturer
MHPS, dengan rentang yang berbeda 13,5 – 15% pada target optimal suhu adiabatic.

Hal yang sama juga untuk unit 1.2, 1.3 dan 3.1 bahwa tidak ada parameter yang melebihi baku
mutu. Khusus untuk unit 1.3, karena saat diperasikan menggunakan bahan bakar minyak maka
nilai baku mutu juga menyesuaikan.

Tabel 9 Hasil Pemantauan Emisi Unit 1.2

Hal 25 dari 31
Tabel 10 Hasil Pemantauan Emisi Unit 1.3*

*Pada unit 1.3 seharusnya mengikuti baku mutu untuk bahan bakar minyak.

Untuk nilai isokineticity, untuk hasil pemantauan masih lebih pada rentang 90 – 110 %
terhadap pengukuran aktual. Sehingga pemilihan jumlah traverse point sebanyak 16 buah untuk
semua cerobong emisi sudah tepat.

Hal 26 dari 31
Tabel 11 Hasil Pemantauan Emisi Unit 3.1

Untuk hasil pemantauan emisi pada unit 3.1 jauh lebih rendah dibandingkan unit 1, terutama
dari nilai NOx. Karena teknologi yang digunakan dalam HRSG di Blok 3 sudah menggunakan
sistem Dry Low NOx, Blok 1 masih menggunakan Non-dry low NOx. Kedua teknologi ini
memungkinkan adanya perbedaan NOx terukur sebagai NO dan NO2 sehingga hasil
pemantauan juga berbeda. Hal yang sama juga ditunjukkan dengan hasil pemantauan emisi
menggunakan gabungan antara manual dengan CEMS, seperti tertera pada Tabel 12. Namun
untuk parameter CO pada unit 3.1 lebih tinggi dibandingkan dengan HRSG Blok 1, karena saat
pemantauan kondisi pengoperasian Unit 3.1 sedang beban rendah sehingga belum mencapai
efisiensi yang sesuai spesifikasi.

Hal 27 dari 31
GTG 1.1
2017 2018 2019 2020 2021
NO PARAMETER SATUAN
TW 1-17 TW 2-17 TW 3-17 TW 4-17 TW 1-18 TW 2-18 TW 3-18 TW 4-18 TW 1-19 TW 2-19 TW 3-19 TW 4-19 TW 1-20 TW 2-20 TW 3-20 TW 4-20 TW 1-21 TW 2-21 TW 3-21 TW 4-21
1 Total partikulat mg/Nm3 7,89 0,01 0,85 0,31 0,38 7,14 3,54 5,08 6,79 2,77 0,00 11,40 4,33 0,00 7,67 3,78 6,42 3,72 5,44 3,72
2 Nitrogen Oksida (Nox) sbg NO2 mg/Nm3 136,93 92,34 160,89 113,92 166,10 148,90 151,68 182,78 138,08 197,00 0,00 199,50 115,00 0,00 128,00 145,33 158,29 135,49 217,23 132,14
3 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 0,87 4,68 6,22 12,52 12,84 10,76 15,05 3,40 3,39 10,00 0,00 34,20 3,33 0,00 3,33 2,22 3,78 3,72 5,44 6,70
4 Opasitas % 20,00 2,00 0,00 0,00 5,00 6,00 6,03 2,00 7,00 0,00 0,00 10,00 20,00 0,00 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00
5 Flow m3/detik 337,86 460,30 535,11 544,19 585,08 486,65 545,71 572,72 521,68 584,00 0,00 176,00 657,70 0,00 473,56 501,01 515,22 512,16 527,67 511,80
6 Oksigen (O2) % 15,80 15,30 15,67 15,37 14,77 14,97 15,95 15,19 15,10 15,00 0,00 3,90 15,00 0,00 15,00 17,00 14,20 14,30 11,20 14,30
7 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 125,00 5,50 14,33 36,33 45,11 34,69 4,24 1,53 1,51 5,00 0,00 17,00 5,00 0,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
8 Karbon Dioksida (CO2) mg/Nm3 1,92 4,05 3,00 3,10 4,06 4,50 5,23 4,41 4,37 3,00 0,00 3,20 3,00 0,00 3,00 3,00 3,80 4,00 3,80 3,70

GTG 1.2
2017 2018 2019 2020 2021
NO PARAMETER SATUAN
TW 1-17 TW 2-17 TW 3-17 TW 4-17 TW 1-18 TW 2-18 TW 3-18 TW 4-18 TW 1-19 TW 2-19 TW 3-19 TW 4-19 TW 1-20 TW 2-20 TW 3-20 TW 4-20 TW 1-21 TW 2-21 TW 3-21 TW 4-21
1 Total partikulat mg/Nm3 13,60 7,69 0,75 0,29 0,26 4,97 9,11 3,26 4,06 2,02 0,00 11,20 9,33 0,00 4,95 6,67 8,06 3,28 4,00 3,35
2 Nitrogen Oksida (Nox) sbg NO2 mg/Nm3 251,75 198,78 182,35 122,67 102,60 112,44 176,80 155,52 153,56 189,17 0,00 210,00 111,00 0,00 118,25 66,67 153,70 129,47 166,60 120,11
3 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 7,60 9,09 7,13 13,63 2,69 3,28 13,67 6,28 3,37 8,33 0,00 28,00 3,33 0,00 1,79 2,78 3,22 3,28 6,80 10,38
4 Opasitas % 12,50 3,00 0,00 0,00 3,00 4,80 5,67 2,33 5,00 0,00 0,00 10,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00
5 Flow m3/detik 426,83 584,17 576,50 584,70 552,58 594,93 548,00 657,34 480,24 578,00 0,00 185,00 687,10 0,00 361,60 457,69 484,00 498,02 513,88 363,72
6 Oksigen (O2) % 15,30 15,17 15,65 14,87 4,00 15,99 15,11 15,11 15,10 16,00 0,00 4,20 15,00 0,00 16,05 16,00 15,20 15,10 13,80 15,25
7 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 72,00 3,00 13,50 59,00 76,63 1,72 26,55 1,37 1,50 5,00 0,00 15,00 5,00 0,00 2,50 5,00 5,00 5,00 5,00 7,00
8 Karbon Dioksida (CO2) mg/Nm3 2,41 3,85 3,10 3,37 5,74 5,52 5,60 4,32 4,06 3,00 0,00 3,20 3,00 0,00 3,37 3,00 3,10 3,20 3,50 8,50

GTG 1.3
2017 2018 2019 2020 2021
NO PARAMETER SATUAN
TW 1-17 TW 2-17 TW 3-17 TW 4-17 TW 1-18 TW 2-18 TW 3-18 TW 4-18 TW 1-19 TW 2-19 TW 3-19 TW 4-19 TW 1-20 TW 2-20 TW 3-20 TW 4-20 TW 1-21 TW 2-21 TW 3-21 TW 4-21
1 Total partikulat mg/Nm3 9,46 0,01 0,13 0,29 0,00 6,25 9,77 4,16 12,31 0,85 0,00 3,90 7,33 0,00 5,65 6,00 9,60 8,61 7,82 3,50
2 Nitrogen Oksida (Nox) sbg NO2 mg/Nm3 191,40 79,96 143,00 120,59 0,00 112,44 219,22 141,72 205,45 48,45 0,00 201,30 112,33 0,00 112,06 160,33 135,11 137,09 127,29 128,10
3 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 1,10 4,75 7,22 13,36 0,00 3,28 15,61 6,36 3,31 5,10 0,00 6,00 3,33 0,00 2,04 3,33 3,56 3,44 3,56 3,50
4 Opasitas % 20,00 2,00 0,00 0,00 0,00 5,40 6,30 2,50 7,00 20,00 0,00 15,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00
5 Flow m3/detik 302,70 515,50 579,28 581,34 0,00 594,93 568,30 560,02 526,71 203,96 0,00 332,81 748,90 0,00 345,95 484,26 486,00 507,85 513,16 511,30
6 Oksigen (O2) % 14,40 15,55 15,80 15,13 0,00 15,99 15,13 14,90 11,60 15,90 0,00 10,20 15,00 0,00 15,35 15,00 14,60 14,80 14,60 14,70
7 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 120,00 10,25 24,33 51,67 0,00 1,72 1,74 0,90 0,92 1,00 0,00 9,00 6,00 0,00 2,50 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
8 Karbon Dioksida (CO2) mg/Nm3 1,76 4,10 2,90 3,23 0,00 5,52 5,22 4,17 2,74 2,69 0,00 3,10 4,00 0,00 3,50 3,00 4,40 4,60 4,30 4,50

GTG 3.1
2017 2018 2019 2020 2021
NO PARAMETER SATUAN
TW 1-17 TW 2-17 TW 3-17 TW 4-17 TW 1-18 TW 2-18 TW 3-18 TW 4-18 TW 1-19 TW 2-19 TW 3-19 TW 4-19 TW 1-20 TW 2-20 TW 3-20 TW 4-20 TW 1-21 TW 2-21 TW 3-21 TW 4-21
1 Total partikulat mg/Nm3 5,24
Tabel 12 Hasil Rekapitulasi Pemantauan Emisi selama 5 tahun UP Muarakarang

2 Nitrogen Oksida (Nox) sbg NO2 mg/Nm3 52,77


3 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 0,98
4 Opasitas % 0,00
5 Flow m3/detik 403,00
6 Oksigen (O2) % 15,10
7 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 0,00
8 Karbon Dioksida (CO2) mg/Nm3 4,80

Hal 28 dari 31
Evaluasi Hasil Kalibrasi dan Verifikasi CEMS
UP Muarakarang sudah menyusun dokumen QA/QC yang terintegrasi, baik terkait verifikasi-
kalibrasi maupun terkait dengan pengujian antara dengan CGA/RCA serta RATA. Dokuemn
QA/QC disusun bersama dengan vendor penyedia jasa CEMS serta dikembangkan lebih lanjut,
setelah melaksanakan pengujian CGA/RCA serta RATA. Hal yang masih diperbaiki dalam
dokumen ini adalah sebagai berikut:
1. Urutan pengujian QA/QC, dimana berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh panduan
US EPA menggunakan 40 CFR 60 dan 40 CFR 75, maka urutan pengujian yang
diperlukan meliputi:
a. Uji Validitas
b. Uji akurasi
c. Uji presisi
d. Uji linearitas
e. Uji stabilitas
Pengujian linearitas dan stabilitas belum diakomodasi sepenuhnya dalam dokumen
QA/QC.
2. Pada dokumen QA/QC juga belum menetapkan standar keberterimaan perubahan yang
dilakukan saat dilakukan pengujian dan/atau verifikasi.
3. Intervensi secara otomatis memungkinkan sistem kendali terhadap pengolahan data
yang lebih terdokumentasi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan sistematis,
baik oleh instrumen maupun manusia. Sehingga diharapkan CEMS dapat lebih
berfingsi dengan baik, robust dan durable.

Perbaikan dokumen ini akan menentukan pola tata kelola CEMS termasuk penjadwalan
pengujian serta penggantian spare part serta barang habis lain, seperti filter, preheating,
ombilical, serta gas standar. Hal yang spesifik terkait syarat keberterimaan juga memungkinkan
adanya antisipasi hasil pengukuran yang outlier (false negative ataupun false positive).
Sehingga dengan kesesuaian penempatan lubang sampling dan diikuti dengan tata kelola
pemantauan emisi secara manual maupun CEMS akan mendapatan hasil yang lebih
representatif dan akurat untuk integrasi SISPEK serta pelaporan dokumen lingkungan.

Hal 29 dari 31
Rekomendasi
Hasil kajian ini merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. UP Muarakarang mengoperasikan PLTGU di unit 1.1, 1.2, 1.3 dan 3.1 sebagai proses yang
kontinu dan utama sehingga baku mutu emisi spesifik harus mengacu pada pola
pengoperasian aktual yang ada. PLTGU berbentuk HRSG dioperasikan secara combine
cycle antara unit gas turbine dengan steam generator.
2. Secara dimensi penempatan lubang eksisting di PLTGU unit 1.1, 1.2, 1.3 dan 3.1 belum
memenuhi kaidah teknis sesuai Kepka Bapedal 205/1996. Namun dari hasil pengujian
terhadap kondisi cyclonic flow di setiap lubang sampling menunjukkan bahwa tidak
terdapat kondisi cyclonic flow, yang artinya posisi sampling saat ini masih sesuai dan
relevan utuk digunakan sebagai lokasi pengambilan sampling manual maupun CEMS.
3. Jumlah traverse point yang relevan dengan rekomendasi ini adalah 24 buah. Sama untuk
unit 1.1, 1.2, 1.3 dan 3.1, yang nantinya dapat digunakan saat melakukan pengujian RCA
dan RATA.
4. Berdasarkan kaidah teknis ASHRAE maupun ACGIH, pengoperasian cerobong pada
keempat unit HRSG tidak berpotensi menghasilkan downwash yang membahayakan
pekerja serta aktivitas lain di sekitar lokasi cerobong.
5. Merekomendasikan kembali besarnya nilai oksigen yang disesuaikan dengan spesifikasi
dari manufaktur untuk Sistem PLTGU dengan filosofi CCGT, dalam hal ini PLTGU
Muarakarang menggunakan terminologi HRSG, yaitu pada rentang konsentrasi 13,5-
15,2% pada kondisi normal/optimal proses. Hal ini digunakan untuk mengoreksi besaran
emisi yang dihasilkan dan terukur.
6. Hasil pemantauan emisi pada periode kajian menunjukkan hasil yang tidak melebihi baku
jika menggunakan faktor koreksi 15% sesuai dengan hasil kajian sebelumnya dan juga
spesifikasi teknis dari manufacturer (GE-Blok1 dan MHPS-Blok 3).
7. UP Muarakarang perlu memperbaiki dokumen QA/QC untuk tata kelola CEMS yang
relevan ketentuan integrasi SISPEK. Perbaikan dilakukan pada penambahan Langkah
pengujian, penetapan standar keberterimaan serta penggunaan batch otomatis dalam
mengurangi intervensi manual.

Hal 30 dari 31
Pustaka
1. ASHRAE (2017) ASHRAE Handbook-Fundamentals

2. Brandt, D., & Wesorick, R. (2018). GE Gas Turbine Design Philosophy, GER- 3434D. New
York: GE Industrial and Power Systems.
3. EU (Directive 2010/75/EU, Directive 1999/32/EC as amended), Final Draft Best Available

Techniques Reference Document for Large Combustion Plants (June 2016). 2016
4. Giampaolo, T. (2006). Gas Turbine Handbook: Principles and Practices 3rd Edition. Boca
Raton: The Fairmont Press Inc.
5. Indonesia (1996) Kepka Bapedal 205/1996 tentang Pedoman Pengendalian Pencemaran

Udara pada Sumber Tidak Bergerak


6. Indonesia (2005) SNI 19-7117.2-2005 Emisi Gas Buang – Sumber Tidak Bergerak, Bag.2

Penentuan Lokasi dan Titik Titik Lintas Pengambilan Contoh Uji Partikel.
7. Indonesia (2019) PemenLHK No. 15 Tahun 2019 mengenai Baku Mutu Emisi bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal.
8. NFPA (2003) NFPA 211 – 2003 tentang Standard for Chimneys, Fireplaces, Vents, and Solid
Fuel-Burning Appliances
9. PT GEES ITB (2021) Kajian Koreksi Oksigen PLTG/U PT PJB (Muara Karang, Gresik dan
Muara Tawar)
10. US Series 40 CFR Part 60 Subpart KKKK. Standards of Performance for Stationary
Combustion
11. Walsh, P., & Fletcher, P. (2004). Gas Turbine Performance 2nd Edition. Oxford: Blackwell

Science Ltd.

Hal 31 dari 31

Anda mungkin juga menyukai