Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PEMBUATAN BAHAN KIMIA KULIT

Disusun Oleh:
Nama : Zanuar Fadhil Romadhoni
NIM : 1801067
Kelas : Tpk C

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2020
PRAKTIKUM PEMBUATAN SERBUK TANIN
DARI EKSTRAKSI DAUN KETAPANG

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan resmi ini disusun untuk memenuhi  tugas  mata kuliah pilihan yaitu


pembuatan bahan kimia tentang pembuatan serbuk tanin dari ekstraksi daun
ketapang.

Yogyakarta, 15 Januari 2021


Dosen Pengampu Praktikan:

Wahyu Fajar Winata, M.Eng. Zanuar Fadhil Romadhoni


………………………………… ……………………………………
…… …….

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan
Resmi pembuatan bahan kimia ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Tujuan dari penulisan  laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah pilihan yaitu pembuatan bahan kimia.

Laporan ini tidak dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya tanpa bantuan


dari berbagai pihak.  Untuk itu, dalam kesempatan ini disampaikan terimakasih
kepada :
1. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan dalam penyelesaian laporan  ini.
2. Bapak Dr. Prasetyo Hermawan dan Wahyu Fajar Winata, M.Eng. selaku dosen mata
kuliah pembuatan bahan kimia yang senantiasa memberi dorongan dan bantuan atas
keberhasilan penulisan laporan ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Namun demikian, laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan


saran sangat diharapkan untuk perbaikan lebih lanjut, sehingga laporan ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 15 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PRAKTIKUM PEMBUATAN SERBUK TANIN DARI EKSTRAKSI DAUN


KETAPANG..............................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
A. Ketapang (Terminalia catappa L.).......................................................................2
B. Tanin.......................................................................................................................3
C. Ekstraksi Tanin......................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................7
METODE KERJA....................................................................................................................7
1. Pembuatan tanin dari daun ketapang.................................................................7
BAB IV......................................................................................................................................8
HASIL DAN PERHITUNGAN...............................................................................................8
A. Hasil........................................................................................................................8
BAB V........................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.......................................................................................................................9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanin (atau tannoids ) adalah kelas astringen , biomolekul polifenol yang


mengikat dan mengendapkan protein dan berbagai senyawa organik lainnya
termasuk asam amino dan alkaloid

Istilah tannin (dari Anglo-Norman penyamak kulit , dari Medieval Latin


tannāre , dari Tannum , oak kulit ) mengacu pada penggunaan kayu ek dan kulit
lainnya di penyamakan hewan kulit menjadi kulit . Dengan perluasan, istilah tanin
diterapkan secara luas pada senyawa polifenol besar yang mengandung hidroksil
yang cukup dan gugus lain yang sesuai (seperti karboksil ) untuk membentuk
kompleks yang kuat dengan berbagai makromolekul .

Senyawa tanin tersebar luas di banyak spesies tanaman, di mana mereka


berperan dalam perlindungan dari pemangsaan (termasuk sebagai pestisida ) dan
mungkin membantu dalam mengatur pertumbuhan tanaman. The astringency dari
tanin adalah apa yang menyebabkan kering dan puckery perasaan di mulut setelah
konsumsi buah unripened, anggur merah atau teh. Selain itu , penghancuran atau
modifikasi tanin seiring waktu memainkan peran penting saat menentukan waktu
panen. Tanin memiliki berat molekul mulai dari 500 hingga lebih dari 3.000 [3]
( ester asam galat ) dan hingga 20.000 ( proantosianidin ).

Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid dengan berat


molekul tinggi yang ditemukan pada famili tanaman tingkat tinggi, salah satunya
adalah tanaman ketapang (Terminalia catappa L.). Tanin diduga memiliki potensi
sebagai inhibitor korosi logam karena selain sifatnya yang dapat membentuk
kompleks dengan logam juga merupakan senyawa organik ramah lingkungan.
Senyawa tanin dapat membentuk kompleks dengan Fe(II) dipermukaan besi
sehingga laju korosi besi mengalami penurunan (Favre, 1993).

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah seperti berikut :
1. Bagaimana cara pembutan ekstraksi tanin serbuk dari daun ketapang?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara pembutan ekstraksi tanin serbuk dari daun ketapang

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketapang (Terminalia catappa L.)


Terminalia catappa L. atau dikenal dengan nama tanaman ketapang merupakan
tanaman dari famili combretaceous yang daunnya banyak digunakan sebagai obat
masyarakat di Asia Tenggara. Tanaman ini menyebar di seluruh daerah tropis di
lingkungan pantai (Mohale et al., 2009). Adapun klasifikasi tanaman ketapang adalah
sebagai berikut.

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia catappa

Pohon ketapang memiliki ketinggian 25 - 40 m (82-130 kaki), kulit batang berwarna


abu-abu kecoklatan, bunganya berwarna putih dan berukuran kecil, bagian ujung daun
bulat dan tumpul. Daun-daun sebagian besar berjejalan di ujung ranting. Tanaman ini
biasanya dimulai berbunga dan berbuah dari usia muda, misalnya dalam waktu 2-3 tahun
penanaman (Thomson and Evans, 2006).

Gambar 1. Daun ketapang

1. Kandungan Kimia Daun Ketapang


Tumbuhan ketapang dilaporkan mengandung berbagai macam senyawa kimia,
diantaranya senyawa tanin (Eddy et al, 2009), flavonoid (Lin et al., 2000), triterpenoid
(Gao et al., 2004), alkaloid (Mandasari, 2006), steroid (Babayi et al., 2004) dan asam
lemak (Jaziroh, 2008). Tanin yang terkandung dalam daun ketapang sebanyak 10,57
mg/g (Annegowda et al., 2010).

2. Manfaat Daun Ketapang


Daun ketapang umumnya digunakan sebagai obat di Asia Selatan untuk
mengobati dermatitis dan hepatitis (Wen et al., 2011). Ekstrak yang berasal dari daun
Terminalia catappa memiliki aktivitas antibakteri antara lain terhadap spesies E. coli
dan Salmonell shigella. Daun Terminalia catappa juga telah terbukti melindungi
penyakit hati akut yang disebabkan oleh beberapa hepatotoxicants. Analisis HPLC
dari ekstrak daun ketapang menunjukkan adanya antioksidan dan hasil isolasi
teridentifikasi untuk senyawa asam elagat. Asam elagat yang terisolasi menunjukkan

2
aktivitas antioksidan yang kuat dalam sistem uji yang digunakan. Daun ini memiliki
aktivitas antiparasit, anti jamur, dan antiinflamasi (Mohale et al., 2009).

Selain itu, ekstrak etanol dari daun ketapang juga digunakan sebagai inhibisi
korosi baja lunak dalam medium asam sulfat (Eddy et al., 2009).

B. Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenolik kompleks yang dihasilkan oleh polimerisasi
fenol sederhana (Rangari, 2007). Di alam, tanin ditemukan di seluruh dunia dalam famili
yang berbeda dari tanaman tingkat tinggi. Senyawa ini memiliki berat molekul mulai dari
500 sampai lebih dari 20.000 D dan larut dalam air dengan pengecualian beberapa
struktur dengan berat molekul tinggi (Rahim and Kassim, 2008).

1. Klasifikasi Tanin
Tanin diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan reaksi hidrolitik yang
terlibat dalam struktur tanin, yaitu tanin terhidrolisis (hydrolysable tannins) dan tanin
terkondensasi (condensed tannins) (Harborne, 1987).

a. Tanin yang Dapat Terhidrolisis (Hydrolysable Tannins)


Seperti namanya, tanin ini mampu terhidrolisis oleh asam mineral atau
enzim seperti tanase. Struktur ini melibatkan beberapa molekul dari asam
polifenolik seperti asam galat dan asam heksahidrodifenat yang terikat oleh
ikatan ester pada molekul glukosa pusat. Struktur asam galat dan asam
heksahidrodifenat dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Struktur asam galat (Rangari, 2007)

Gambar 3. Struktur asam heksahidrodifenat (Rahim and Kassim, 2008)


Jenis tanin yang terhidrolisis antara lain sebagai berikut :

1. Gallotanin
Galotanin adalah tanin terhidrolisa yang paling sederhana, yang terbentuk dari
asam galat dan gula, biasanya glukosa. Beberapa asam galat terikat pada satu molekul
gula. Asam galat terikat bersama pada gugus ester yang terbentuk antara gugus
karboksil molekul satu dan gugus hidroksi pada molekul lain (Gohen, 1976).

3
R = asam galat
Gambar 4. Struktur galotanin (Khanbabaee and Ree, 2001)
Asam tanat adalah salah satu polimer yang tergolong tanin terhidrolisis, yang
merupakan polimer dari molekul-molekul asam galat dan glukosa (Gambar 5).
Banyaknya fenol yang terikat menentukan sifat keasamannya.

Gambar 5. Struktur asam tanat (Costadinnova et al., 2012)

2. Elagitanin (Asam elagat)


Elagitanin terbentuk dari asam heksahidroksi difenil yang mungkin
terbentuk dari terikatnya dua molekul asam galat melalui reaksi oksidasi (Fieser,
1961). Hidrolisis dengan asam kuat akan menghasilkan asam elagat. Asam elagat
memberikan reaksi warna spesifik dengan adanya asam nitrit (HNO2). Reaksi ini
digunakan mendeteksi jaringan tumbuhan yang terekstrak dan merupakan metode
yang penting dalam penentuan elagitanin (Bate, 1972).

4
R = asam heksahidrodifenat
Gambar 6. Struktur elagitanin (Khanbabaee and Ree, 2001)

b. Tanin yang Terkondensasi (Condensed Tannins)


Senyawa-senyawa yang mengandung tanin yang terkondensasi hanya
berisi inti fenolik yang berhubungan dengan flavonoid secara biosintesis
dikaitkan dengan flavonoid (Rangari, 2007). Tanin terkondensasi secara
biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal
(galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang
lebih tinggi. Proantosianidin merupakan nama lain dari tanin terkondensasi
karena jika direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon
penghubung satuan terputus dan dibebaskan monomer antosianidin (Harborne,
1987).
Proantosianidin didefinisikan sebagai oligo atau polimer flavonoid yang
terdiri dari flavan-3-ol atau flavan-3,4-diol (Gambar 7 dan 8).

Gambar 7. Struktur katekin (flavan-3-ol)

Gambar 8. Struktur flavan-3,4-diol

2. Sifat dan Uji Tanin


Tanin yang diisolasi dari tanaman berupa bubuk atau serbuk putih
kekuningan, amorf dan beraroma khas. Tanin dapat dibedakan dari fenol-fenol lain
karena kemampuannya untuk mengendapkan protein. Tanin biasanya mengandung
H2O 10 % (Pansera, 2004). Senyawa tanin tidak larut dalam pelarut non polar,
seperti eter, kloroform dan benzena tetapi mudah larut dalam air, dioksan, aseton, dan
alkohol serta sedikit larut dalam etil asetat (Harborne, 1987).

3. Manfaat Tanin
Penggunaan tanin dalam perlindungan korosi telah diungkapkan sejak tahun
1936. Pengembangan industri menggunakan tanin sebagai inhibitor korosi dalam

5
formulasi pigmen pelapis cat dan agen pengubah viskositas (Rahim and Kassim,
2008).

C. Ekstraksi Tanin

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif dengan


menggunakan pelarut tertentu. Pemilihan metode ekstraksi senyawa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan, zat aktif serta kelarutan
dalam pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar
dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut non polar (Guether, 1987).

Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan
tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang akan diisolasi. Prosedur
untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan tumbuhan kering (buah,
biji dan daun) ialah dengan ekstraksi sinambung serbuk bahan dengan menggunakan
alat soxhlet dengan pelarut tertentu (Harborne, 1987).

Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana, yang dilakukan dengan cara


merendam sampel dalam pelarut organik. Pelarut organik akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan
larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Keuntungan metode ekstraksi ini, adalah metode
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Sa’adah, 2010).

Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup
antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi (Guether, 1987).

Tanin merupakan senyawa polar dengan gugus hidroksi, sehingga untuk


mengekstraksinya diperlukan senyawa-senyawa polar seperti air, etanol dan aseton.
Senyawa non polar yang tidak dapat melarutkannya adalah karbon tetraklorida dan
dietil eter sehingga dapat digunakan untuk melarutkan pengotor dan diperoleh tanin
yang lebih murni. Pengekstraksi tanin yang baik adalah campuran air dengan pelarut
organik misalnya metanol, etanol dan aseton berair (7:3) yang mengandung asam
askorbat 0,1%. Penambahan asam askorbat dalam pelarut aseton adalah untuk
meminimumkan oksidasi tanin selama ekstraksi. Hal ini disebabkan oksidator akan
bereaksi terlebih dahulu dengan asam askorbat yang lebih mudah teroksidasi
(Abdurrohman, 1998).

Tanin yang dapat terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi sangat larut dalam
air dan alkohol tetapi tidak larut dalam pelarut organik seperti pelarut eter, kloroform,
dan benzena. Senyawa tanin dapat dengan mudah diekstraksi dengan air atau alkohol.
Metode umum untuk ekstraksi asam tanat dapat menggunakan eter jenuh air, atau
dengan campuran air, alkohol, dan eter. Setelah ekstraksi, lapisan terpisah secara
terkonsentrasi, dikeringkan, diisolasi lebih lanjut dan pemurnian menggunakan teknik
pemisahan kromatografi (Rangari, 2007).

6
BAB III

METODE KERJA

1. Pembuatan tanin dari daun ketapang


a. Mencuci daun ketapang
b. Memotong daun ketapang kecil-kecil, bertujuan untuk mempermudproses
ekstraksi
c. Menimbang daun ketapang yang sudah dipotong kecil-kecil sebanyak 50 gr
d. Membuat campuran ethanol dan aquades dengan perbandingan (6:4)
e. Memasukkan daun ketapang yang sudah ditimbang dan memasukkan
campuran etanol dan aquades
f. Memanaskan labu didih menggunakan heating mantlepada suhu 50ºC selama
kurang lebih 4 jam
g. Setelah 4 jam, matikan heating mantle dan menunggu dingin, kemudian
menyaring hasil ekstrak menggunkan kertas saring
h. Menghitung hasil ekstrak yang dihasilkan menggunakan labu ukur dan catat
i. Mengambil eter sebanyak etanol yang digunakan di awal
j. Mencampurkan eter dengan hasil ekstrak daun ketapang, fungsi proses ini
untuk mengikat ethanol menggunakan eter
k. Lapisan bawah merupakan tanin dari hasil proses ekstraksi
l. Memisahkan lapisan tanin dan eter menggunakan corong pemisah
m. Mengeringkan tanin menggunakan oven pada suhu 50ºC. proses ini mengubah
fase tanin dari cair ke bubuk
n. Hasil tanin yang sudah berbentuk powder memiliki berat 50 gr (yield 10%)

7
BAB IV

HASIL DAN PERHITUNGAN

A. Hasil

8
BAB V

PEMBAHASAN

9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu:
1. merupakan

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Alamendah, 2011. (http://Pohon Ketapang atau Terminalia catappa _ Alamendah's

Blog.htm. Diakses pada tanggal 14 Januari 2021).

Browning, B.L., 1966, Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience,

Publishers. New york.

Brown, G.G., 1978, “ Unit Operations”, modern asia edition, p. 277, John Willey

& Sons, Inc., New York.

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley, 1978, Termiticidal Components of

Wood Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal

Agriculture Food Chemistry. 26(4) : 869-873.

GeanKoplis, C.J., 1997, “Transport Processes and Unit Operation”, thirt edition,

p.727-730, Prentice-Hall of India Pravate Limited, New Delhi.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Bandung :Penerbit ITB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol. Diakses pada tanggal 14 Januari 2021,

10.30 AM.

http://www.cem.msu.edu/-reusch/VirtualText/alcohol1.htm#alcnom.Diakses pada

tanggal 14 Januari 2021, 11:00 AM

Karsini dan Burnawi, 1994, “Ekstraksi Tanin Dari Limbah Kayu Mahoni”, vol 2,

hal 1-13, BPPI Buletin Samarinda, Samarinda.

“Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn)“

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN DzVeterandz Jatim 27

Kea, 2012. (http://kajidirilebihdalamlagi.blogspot.com/2009/12/hubungan unik

antara ketapang dan.html. Diakses pada tanggal 13 Januari 2021, 19.00

PM).

Pauly, G., 2001, Cosmetic, Dermatologycal And Pharmaceutical Use of An

Extract Of Terminalia catappa, United State Patent Application no.

11
200100022665.

Pizzi, A., 1983, Wood Adhesive, Chemistry and Technology, Marcel Dekker, New

York.

Risnasari, Iwan, 2002, Ekstraksi Tanin Dari Kulit Akasia, USU, Sumatra Utara.

Safetri, Grace, 2001, Ekstraksi Tanin Dari Biji Pinang, UPN, Jawa Timur.

Setyawan W. Ponco, 2003, Kajian Proses Pembuatan Tanin Dari Kulit Buah

Asam. UPN, Jawa Timur.

Slamet Sudarmadji, B. Haryono, Suhardi, 1997, Produser Analisa Untuk Bahan

Makanan dan Pertanian, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, 2007, Prosedur Analisa Bahan Makanan

dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.

The Merck Index, 1983,”An Encyclopedia of Chemicals, Drags and Biologicals”,

Tenth edition, p. 1301, Merck and Co., Inc, Rahway. Nj.USA.

UN Comtrade, 2008, United Commodity Trade Statistics.

Usman, M. N., Salomba, P., Basri, 1979 / 1980, Laporan Penelitian Pemanfaatan

Buah Pinang Asal Kalimantan Selatan.

12

Anda mungkin juga menyukai