ABSTRACT
Finishing action is a finishing technique for crust dyed leather that has been sanded in the surface
and finished to form artificial tattoo. Impregnation is a part of a finishing technique that aims to
reduce the skin’s absorption ability to liquids, because in general the surface of the skin has high
water absorption ability. The raw material for impregnation trial was 5 pieces of crust dyed
cowhide with C and R qualities, thickness of 1.2-1.4 mm black. The impregnation material used in
2952 RE (acrylic polymer), melio resin A-716 (polyurethane resin), 8060 EE (penetrator) and
aquades. Physical test results of tensile strength before repairing 17.01 N / mm2 after repairing
23.13 N / mm2, elongation of 70.73% after repairing 62.50%, and tear strength of 10.06N after
repairing 25.17N. After improvement, there was an increase in the quality of skin quality
according to SNI 06-4264-1996.
INTISARI
Finishing action merupakan teknik finishing untuk kulit crust dyed yang telah diamplas
permukaanya dan difinishing untuk membentuk rajah tiruan. Impregnasi adalah bagian dari teknik
finishing yang bertujuan untuk mengurangi daya serap kulit terhadap cairan, karena pada
umumnya kulit yang diamplas permukaanya mempunyai daya serap air tinggi. Bahan baku untuk
trialimpregnasiadalah kulit sapi crust dyedsebanyak 5 lembar dengan kualitas C dan R, ketebalan
1,2-1,4 mm berwarna hitam. Bahan impregnasi yangdigunakan yaitu 2952 RE (polimer akrilik),
Melio Resin A-716 (resin poliuretan), 8060 EE (penetrator) dan air. Hasil pengujian fisis kuat
tarik sebelum perbaikan 17,01 N/mm2 sesudah perbaikan 23,13 N/mm2, kemuluran 70,73%
sesudah perbaikan 62,50 %, dan kuat sobek 10,06N sesudah perbaikan 25,17N. Setelah dilakukan
perbaikan terjadi peningkatan kualitas mutu kulit sesuai SNI 06-4264-1996.
PENDAHULUAN
Menurut John G (1997), upper leather adalah semua kulit yang digunakan
untuk produksi sepatu terutama untuk bagian atas. Beberapa produksi upper
leather setelah finishing masih mengalami loose grain. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu cara untuk mengurangi loose grain atau meningkatkan kepadatan
kulit. Maka dari itu dilakukan penelitian “Pengaruh Impregnasi Dengan Resin
Poliuretan Dalam Finishing Action Kulit Sapi Crust Dyed Untuk Mengurangi
Loose Defect Artikel Upper Shoes”.
Bahan
Bahan baku yang digunakan pada proses produksi finishing action adalah
kulit sapi crust dyed dengan kualitas C dan R dengan ketebalan shaving 1,2–1,4
mm bewarna black dan luas rata-rata 15 sqft.
3
Bahan pembantu: air, metil etil keton, pigmen black, pengeras SC-3075
(CLA), katalisator SC-8015 (ACCEL), resin poliuretan, bahan pengisi/
impregnator melio resin A-716, penetrator 8060 EE.
Cara Kerja
Adapun tabel formulasi dari finishing action pada Tabel 1.
Resin Menggunakan
Bethane 8900 100
Polyurethane mesin coating
dengan
Coating Solvent Metyl Etyl Keton 40
kecepatan roll 3
rpm dan suhu
Pigment Black 7809 20
0
oven 120 C
Binder D-ACE 700 J 100 Menggunakan
mesin coating
Solvent Metyl Etyl Keton 20
dengan
Lem/binder SC-8017
Catalisator 2 kecepatan roll 3
(ACCEL)
rpm dan suhu
Haerdener SS-3075 (CLA) 17 oven 500C
Bahan baku yang digunakan untuk trial sebanyak 5 lembar dan mempunyai
standar kualitas kulit yang sama yaitu kulit C dan R.
Bahan baku yang digunakan yaitu kulit sapi crust dyed dengan kualitas C
dan R sebanyak 5 lembar dengan ketebalan 1,2–1,4 mm bewarna black dan luas
rata-rata 15 sqft. Proses impregnasi ini dilakukan dalam sekali tahapan dengan
menggunakan formulasi bahan yaitu 2952 RE 200%, Melio Resin A-716 100%,
8060 EE 100% dan Air 600%. Proses impregnasi menggunakan mesin roll
coating dengan kecepatan roll 3 rpm dan menggunakan tekanan 50 kg. Cara kerja
mesin roll coating yaitu melapisi dan mengulas bahan impregnasi yang sudah
disiapkan. Kulit yang sudah diimpregnasi akan dilanjutkan ke proses selanjutnya
sesuai dengan skema proses.
Quality Control
Hasil pengujian kuat tarik (N/mm2), kuat sobek (N), dan perpanjangan
putus (%) dilakukan di Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik
(BBKKP),Yogyakarta.
Bahan baku yang digunakan dalam proses impregnasi yaitu kulit crust
dyed kualitas kalitas C dengan kerusakan kulit 20-40 % dari luas kulit, cacat
ringan boleh dibagian penting, urat darah/nadi sedikit dan tidak dalam, struktur
kulit sedikit gembos, ketebalan kulit 1,2-1,4 mm dan kualitas R dengan
kerusakan kulit > 60% dari luas kulit cacat merata pada bagian penting dan
kurang penting, kerusakan berat sampai menembus flesh, struktur kulit kosong
dan tipis. Warna kulit tidak rata/belang, kulit tidak flat dan ketebalan kulit 1,2-
1,4mm. Dalam proses finishing action raw material yang digunakan
mempunyai kualitas yang jelek karena akan di buffing pada bagian
grain/permukaannya. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil dengan kualitas
kulit finishing action yang maksimal menggunakan raw material yang
mempunyai kualitas bagus akan berpengaruh karena kulit dengan kualitas
6
2. Bahan pembantu/chemical
Impregnasi binder akan mengisi dan menutup bagian ruang kosong dalam
kulit. Fungsi binder dalam impregnasi sangat penting yaitu sebagai bahan
utama yang akan meratakan daya serap air/ zat cair. Penetrator merupakan
bahan yang berfungsi untuk membantu mempercepat penetrasi dari binder.
Penetrator yang baik adalah penetrator yang dapat membantu penetrasi secara
rata dan meresap kedalam penampang kulit sehingga kulit dapat ditembus oleh
binder dan binder dapat mengisi ruang kosong dalam kulit secara rata. Air
berfungsi untuk mengencerkan bahan kimia, dalam impregnasi air berfungsi
untuk mengencerkan binder dan penetrator agar dapat larut menjadi larutan
yang homogen. Sehingga perlu diperhatikan formulasi bahan impregnasi yang
akan memperbaiki loose pada kulit.
7
1. Adanya noda atau defek yang dapat menganggu penampilan kulit atau tidak
baik di bagian grain maupun flesh kulit finishing pu coated.
2. Kenampakan kulit yang rapi atau tidak.
3. Kulit tidak loose, dan padat.
KESIMPULAN
1. Finishing action merupakan teknik finishing untuk kulit crust dyed yang telah
diamplas grain/permukaanya dan difinishing dengan lacquer poliuretan dan
polimer akrilik untuk membentuk rajah tiruan.
2. Pengaruh proses impregnasi pada finishing action yaitu membuat kulit yang
loose menjadi kulit yang lebih padat dan berisi.
3. Hasil pengujian kulit finishing action yang return yaitu kuat tarik 17,01
N/mm2, perpanjangan putus 70,73 %, dan kuat sobek 10,06 N belum sesuai
dengan standar mutu SNI 06-4264-1996.
4. Hasil pengujian trial kulit finishing action perbaikan dengan proses impregnasi
menggunakan resin poliuretan yaitu kuat tarik 23,13 N/mm2, perpanjangan
putus 62,50 %, dan kuat sobek 25,17 N sudah sesuai dengan standar mutu SNI.
06-4264-1996
DAFTAR PUSTAKA