Disusun oleh :
1. Tegar Herlambang ( 121180038 )
2. Triheni Hernawati ( 121180041 )
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia Organik dengan judul “ PEMBUATAN
GETAH STIRENA dan BUTADIENA ” ini dengan baik. Makalah ini disusun berdasarkan
penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan sumber – sumber informasi dari berbagai pihak
yang terkait.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang terkait.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang selalu memberi dukungan dan membiayai Pendidikan selama berkuliah di
UPN “Veteran” Yogyakarta,
2. Dosen Dr. Ir. Mahreni, M.T. yang telah memberikan penjelasan dan pengarahan sebelum
membuat makalah tersebut, dan
3. Teman - teman sesama yang telah bekerja sama dengan baik sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan baik.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi bagi
para pembacanya. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat memberikan informasi lebih
mendalam tentang fungsi dan kegunaan butadiena di dalam proses industri. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya,
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari kami. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat disampaikan, kami mengucapkan terima kasih semoga hasil makalah
ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Butadiena adalah sebuah produk utama petrokimia. Proses awal dari industri butadiena
dimulai dengan asetilena dan formaldehida atau diproduksi dari asetaldehida atau dengan cara
dehidrogenasi dari etanol. Butadiena merupakan senyawa industri penting yang di gunakan
sebagai monomer dalam produksi karet sintesis. Ketika istilah butadiena di gunakan, kebanyakan
senyawa yang di maksud adalah 1,3-butadiena.
Dalam pembuatan butadiena yang sesungguhnya dengan menggunakan :
a. Proses UOP yaitu tahap persiapan dalam melakukan persiapan bahan baku atau bahan
dasar dalam pembuatan senyawa butadiena,
b. Proses Philips yaitu tahap melakukan pencampuran pada suatu reaksi dengan
menggunakan katalis yang berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi agar dapat
mempercepat laju suatu reaksi dan mempercepat reaksi tersebut, dan
c. Proses pembuatan butadiena yang sesungguhnya yaitu tahap melakukan proses
keseluruhan yang diawali dengan senyawa n-butana yang akan di separasi dengan n-
butena, kemudian menggunakan fulfural dengan menjadi senyawa n-butena, yang
kemudian senyawa n-butena di separasi dengan butadiena, kemudian menggunakan
fulfural dengan menjadikan senyawa butadiena yang sesungguhnya.
DAFTAR ISI
MAKALAH .................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ...................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 6
I.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 6
I.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6
I.3. Tujuan Makalah ................................................................................................................... 6
I.4. Manfaat Makalah ................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 29
DAFTAR GAMBAR
Di dalam Negara Indonesia yang sebagai negara berkembang pada saat ini berusaha untuk
memenuhi kebutuhan berbagai bahan kimia untuk melancarkan proses undustrialisasi. Bahan
tersebut dapat berupa bahan baku, bahan setengah jadi maupun bahan pembantu untuk industri.
Pada kenyataannya sampai saat ini banyak yang lebih penting dalam pemnbuatan bahan baku yang
dapat bernilai strategis tinggi. Senyawa butadiena menjadi sangat dibutuhkan pada masa sekarang,
karena harga karet alam yang sangat terkenal mahal, sehingga karet sintetis dapat menggantikan
karet alam tersebut agar memperoleh suatu hasil yang maksmal dan dapat dikembangkan dengan
cara yang sangat optimal.
Dalam dunia teknik, tentunya banyak bahan teknik yang digunakan dalam kegiatan
produksi. Terdapat banyak macam bahan teknik yang dapat diklasifikasikan dari logam hingga
non - logam. Bahan teknik non - logam sendiri dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu plastik,
karet, kayu dan lain - lain. Bahan teknik non - logam sendiri banyak ditemukan di Indonesia,
terutama karet. Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau hevea
brasiliensis. Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit
berbeda dari karet, seperti pohon beringin, pohon sawo ( misalnya getah perca dan sawo ), pohon
jelutung, dan pohon pinus. Karena Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara produsen karet
terbesar di dunia. Tanaman karet kebanyakan hidup di daerah beriklim tropis. Berdasarkan asalnya
karet dapat dibedakan menjadi karet alam dan karet sintetis yang mana masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi polimerisasi emulsi, reaksi ini memerlukan empat
komponen utama yakni monomer (butadien dan Styrene), surfaktan, inisiator (ammonium
persulfat) dan air. Monomer merupakan molekul yang sederhana yang dapat berikatan secara
kimia dengan monomer sejenis atau berbeda jenis membentuk polimer, monomer yang digunakan
adalah Butadien dan Styrene untuk membentuk polimer Latex Styrene yang memiliki berat
molekul yang tinggi. Surface active agent atau surfaktan merupakan salah satu zat yang sangat
penting dalam polimer emulsi. Surfaktan dapat memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai tempat
terjadinya reaksi polimerisasi dan menstabilkan partikel polimer yang tumbuh. Surfaktan sendiri
merupakan suatu zat dengan struktur yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian liofilik (suka
pelarut) dan liofobik (tidak suka pelarut). Dalam hal pelarut air, bagian liofilik yang bersifat polar
disebut gugus hidrofilik sedangkan bagian liofobik yang nonpolar disebut hidrofobik.
Inisiator merupakan sumber radikal bebas dalam polimerisasi emulsi, Inisiator berperan
menginisiasi terjadinya polimerisasi adisi monomer-monomer untuk membentuk polimer. Pada
pembuatan Latex Styronal digunakan Ammonium Persulfat, radikal sulfat akan terbentuk akibat
suhu. Hal ini terkait laju dekomposisi. Inisiator Ammonium Persulfat menjadi radikal bebas
didefinisikan sebagai waktu paruh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan larutan inisiator
pada suhu tertentu untuk mencapai setengah dari konsentrasi awal. Penurunan konsentrasi ini
diperoleh melaui dekomposisi termal.
Fungsi air pada polimerisasi emulsi adalah sebagai medium dispersi yang dapat menyerap dan
menyebarkan panas yang timbul dari reaksi eksoterm yang terjadi. Penggunaan air padda reaksi
ini berkisar antara 30-65%. Air yang digunakan harus memenuhi kualitas yang baik agar tidak
menggangu proses polimerisai, misalnya air demineral.
TDDM (tertiary-dodecyl merkaptan) sebagai agen pentransfer rantai (chain transfer agent)
berfungsi mengurangi pengembangan panjang rantai polimer. Asam akrilat berfungsi sebagai
penstabil partikel polimer yang berukuran cukup besar yang terdispersi dalam pelarut air. NaOH
berguna agar dapat meningkatkan pH polimer agar dapat digunakan untuk aplikasi coating, karena
pH asam akan mudah terdegradasi.
Proses dilakukan secara batch yang artinya semua bahan baku dimasukkan kedalam tangki
secara bersamaan. Kesemua komponen yang ada di dalam reactor diaduk dan dipanaskan sehingga
menghasilkan reaksi eksotermal. Setelah dari tangki pertama Larutan polimer yang terbentuk
didinginkan menggunkan cooling system sebelum masuk stripper.
Saat di stripper larutan polimer ditambahi air dan surfaktan lagi agar produk yang didapat sesuai
keinginan, lalu dengan menggunakan perbedaan titik didih dipisahkan komponen-komponen yang
tak dibutuhkan. Produk yang keluar dari bottom langsung ditampung di tangki penampungan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengertian
Styrene - Butadiene Latex (SBL) adalah sejenis polimer yang teremulsi kedalam air yang
biasanya digunakan untuk industri pelapisan kertas. Dengan komposisi monomer yang sama
dengan Styrene-Butadiene Rubber (SBR) tapi dengan adanya emulsifikasi maka SBL memiliki
fase cair. Dengan reaksi yang sebagai berikut :
CH2=CH-CH=CH2 + CH2=CH CH2-CH=CH-CH2-CH2-CH-CH2-CH=CH-CH2
| |
C6H5 C6H5
( Butadiena ) ( Styrene ) ( Styrene Butadiena Rubber )
1.1 Pengertian Stirena
Stirena ( C8H8 ) adalah komponen aromatik paling sederhana dengan sebuah rantai sisi
tidak jenuh. Monomer stirena murni memiliki bau yang enak serta tajam dan menusuk. Bau yang
tajam menusuk itu disebabkan oleh adanya aldehid yang terbentuk karena kontak dengan udara.
Stirena merupakan salah satu senyawa kimia yang mempunyai kegunaan yang sangat besar
terutama dalam industri plastik, sebagai zat antara untuk pembuatan senyawa kimia lainnya, dan
sebagai monomer yang digunakan untuk membuat karet sintesis. Stirena diproduksi dengan cara
dehidrogenasi etilbenzena.
Karet sintetis memiliki banyak sifat unggul antara lain sebagai berikut :
a. Tahan terhadap suhu tinggi/panas, minyak, pengaruh udara, dan kedap gas.
b. Karet sintetis memiliki banyak jenis.
Butadiene dan Styrene adalah monomer yang digunakan, ammonium persulfat adalah inisiator
dalam reaksi yang terjadi, surfaktan sebagai emulsifier, dan air berlaku sebagai medium
pendispersi. Kelimanya adalah komponen utama dalam pembentukan produk yang dihasilkan.
Produk yang terbuat dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam disebut
petrokimia. Bahan petrokimia dapat digolongkan menjadi polimer alam yaitu produk polimer
alamiah ( pati, selulosa, enzim, dan karet alam ) serta polimer sintetis ( plastik sintetis, kertas
sintetis, dan karet sintetis ). Sedangkan, yang dimaksud dengan Industri Petrokimia adalah industri
yang berhubungan erat dengan minyak bumi yang mengkaitkan suatu produk industri minyak
bumi yang tersedia, dengan kebutuhan masyarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam
kehidupan sehari – hari. Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi dan gas alam yaitu seperti
parafin, olefin, dan naftalena. Yang digambarkan sebagai berikut :
1. Parafin
Parafin adalah senyawa kimia hidrokarbon jenuh dari gugus alkana ( CnH2n+2 ) yang
merupakan senyawa alkana tidak mudah bereaksi dengan senyawa lain, baik dengan senyawa
asam dan senyawa basa. Sehingga parafin adalah senyawa yang sulit untuk bereaksi dengan
senyawa yang lain nya. Parafin merupakan hasil dari minyak bumi yang berupa lempengan
dan memiliki sifat tidak berwarna, tidak beracun, dan dalam keadaan cair. Sebagai
kegunaannya seperti :
Tetapi ada yang paling terpenting adalah olefin, karena merupakan bahan dasar petrokimia paling
utama. Produk dari olefin yang terpenting ( paling banyak diproduksi ) adalah etena, propena,
butena, dan butadiena. Olefin tidak terdapat dalam minyak mentah, tetapi terbentuk dalam distilasi
minyak mentah atau dalam proses pemecahan. Oleh karena itu, dalam pecahan bensin terdapat
banyak senyawa yang mengandung olefin serta merupakan bahan dasar utama dalam industri
petrokimia seperti etilena ( C2H4 ), propilena ( C3H6 ), dan butilena ( C4H8 ).
Sehingga senyawa Butadiena adalah senyawa diena yang terkonjugasi dengan jenis senyawa
hidrokarbon tidak jenuh yang merupakan sebuah produk utama dalam petrokimia. Proses awal dari
industri butadiena dari tahapan dimerisasi untuk etilena ( C2H4 ) menjadi butena ( C4H8 ) dengan
menggunakan katalis heterogen yang berada dalam fase berbeda dengan reaktan atau dimulai
dengan asetilena ( C2H2 ) dan formaldehida ( CH2O ) atau diproduksi dari asetaldehida ( C2H4O )
atau dengan cara dehidrogenasi oksidasi dari etanol ( C2H5OH ). Reaksi yang terjadi bersifat
endotermis yang menyebabkan adanya transfer kalor dari lingkungan ke sistem serta penurunan
suatu suhu sistem. Butadiena merupakan senyawa industri penting yang digunakan sebagai
monomer dalam produksi karet sintesis. Ketika istilah butadiena di gunakan, kebanyakan senyawa
yang di maksud adalah 1,3-butadiena.
3. Pembekuan (Koagulasi)
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang
bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam
cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar
Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat
antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup
baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet
dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk
menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi,
yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada
protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada
lateks.
Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara
merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali
maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat
mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah
perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum
yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah
pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang
seragam.
4. Proses Penggilingan Koagulum menjadi Sheet
Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling
untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk
lembaran tipis dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum
digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling,
sheet dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat
penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sheet
tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang
terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.
Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sheet sebelum
proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada
sheet yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi.Penirisan
dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.Sheet yang sudah melalui penirisan
kemudian dilakukan proses pengasan didalam kamar asap sampai matang. Sheet yang telah matang
dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi.
5. Proses Sortasi
Proses sortasi dilakukan secara visual berdasarkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur
dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard.
Terdapat pendapat lain bahwa stirena : mudah terbakar, terasa panas jika terhirup, tertelan
ataupun terkena kulit, menyebabkan iritasi pada kuit dan mata, memiiki resiko kerusakan pada
mata yang sangat parah, dan apabila terdapat senyawa ini sebaiknya jangan bernafas terlalu dalam.
Terjadi dalam 2 proses yaitu proses pertama dehidrogenasi etanol menjadi asetaldehid. Proses
kedua reaksi katalitik asetaldehid dan etanol sisa menjadi butadiena. Bahan baku yang tidak
bereaksi kemudian dipisahkan dari butadiena untuk menghasilkan butadiena yang sesungguhnya.
Proses peningkatan keberhasilan dalam pabrik ini adalah sekitar 70%. (Faith and Keyes,1957)
Merupakan proses komersial pertama yang pernah dilakukan. Peralatan yang digunakan sedikit
sehingga biaya pendirian pabrik sangat relatif rendah. Oleh karena itu, lebih baik didirikan di
tempat yang memiliki kekayaan etanol yang sangat begitu berlimpah bagi tahap pemrosesan
tersebut. Sekarang tidak kompetitif lagi karena ada proses lainnya yang lebih baik dan
menguntungkan dalam berbagai cara yang lainnya. (Kirk dan Othmer, 1979)
- Rumus Molekul : C4H6
- Berat Molekul : 54,09 g/mol
- Titik Leleh : -108,9o C
- Titik Didih : -4,41o C
- Densitas : 0,621 gr/cm3
- Fase : gas
- Reaksi dimerisasi butadiena menghasilkan 4 - vinilsikloheksana.
- Butadiena bereaksi dengan sulfur oksida membentuk butadiena sulfona.
- Reaksi polimerisasi dengan akrilonitril dan stirena yang dapat bereaksi dengan polibutadiena
membentuk akrilonitril butadiene stirene.
Proses awal dari industri butadiena dimulai dengan asetilena dan formaldehida atau diproduksi
dari asetaldehid atau dengan cara dehidrogenasi dari etanol yang salah satunya adalah alkadiena,
melalui reaksi polimerisasi akan membentuk polibutadiena ( karet sintesis ). Prinsip yang
digunakan sebagai monomer dalam pembuatan karet sintesis, terutama akrilonitril butadiena sirena
dan polibutadiena. Polibuitadiena murni bersifat lengket dan lemah sehingga digunakan sebagai
komponen adhesif dan semen. Agar lebih kuat dan elastis, polibutadiena dipanaskan dengan
belerang melalui proses vulkanisir. Rantai-rantai polibutadiena akan bergabung melalui rantai
belerang. Setelah itu, zat kimia seperti karbon dan pigmen ditambahkan untuk memperoleh
karakteristik yang diinginkan.
Butadiena merupakan monomer dari polibutadiena.. Dalam industri karet sintesis
butadiena terbagi beberapa macam, diantaranya polibutadiena, polikloroprena dan SBR (Styrene
Butadiene Rubber) sehingga memiliki sifat yang berbeda-beda :
a) Polibutadiena
Polibutadiena murni bersifat lengket dan kurang kuat sehingga digunakan sebagai
komponen adesif dan semen. Selain itu, polibutadiena murni juga memiliki sifat tidak tahan
terhadap bensin dan minyak, sehingga tidak baik untuk ban kendaraan. Agar lebih kuat dan
elastis, polibutadiena dipanaskan dengan belerang melalui proses vulkanisasi. Rantai-rantai
polibutadiena akan bergabung melalui rantai belerang. Setelah itu, zat kimia seperti karbon dan
pigmen ditambahkan untuk mendapat karakteristik yang diinginkan. Selain untuk ban
kendaraan, polibutadiena digunakan untuk bola golf karena ketahanan yang luar biasa.
Aplikasi ini berkembang karena industri bola golf tampaknya bergerak menjauh dari teknologi
bola luka tradisional untuk pembangunan dua potong, inti padat.
nCH2=CH-CH=CH2 ( CH2-CH=CH-CH2 )n
butadiena polibutadiena
Senyawa ini adalah ikatan rangkap yang merupakan kunci untuk pembentukan polimer.
Mereka menggunakan oleh reaksi katalis untuk mempertahankan pertumbuhan proses rantai
yang terus berulang sampai sesuatu yang ditambahkan untuk menghentikan reaksi pada berat
molekul yang diinginkan.
b) Polikloroprena ( Neoprena )
Polikloroprena bersifat memiliki daya tahan terhadap minyak dan bensin yang paling baik
dibandingkan elastomer lainnya, sehingga digunakan sebagai selang untuk membuat selang oli
atau barang lainnya yang sejenis. Reaksi sebagai berikut :
nCH2=CCl-CH=CH2 ( CH2-CCl=CH-CH2 )n
kloro butadiene poli kloro butadiena
Neoprena adalah sebuah senyawa polimer dari kloroprena. Hal tersebut disebut dengan
Polikloroprena. Untuk melakukan sintesis neoprene yang dibutuhkan monomer kloroprena.
Kloroprena yang dibutuhkan dalam proses ini disintesis dari vinilasetilena yang melakukan
penambahan markonikov ( penambahan asam, sehingga menyebabkan asam hidrogen terikat
pada atom karbon ) pada kondisi asam untuk menghasilkan kloroprena.
c) SBR
Yang terkenal adalah Styrene Butadiene Rubber (SBR), suatu polimer yang terbentuk dari
reaksi polimerisasi antara stirena dan 1,3-butadiena. Karet sintesik ini banyak digunakan untuk
membuat ban kendaraan karena memiliki kekuatan yang baik dan tidak mengembang apabila
terkena minyak atau bensin. Reaksi sebagai berikut :
CH2—CH=CH—CH2—CH2—CH—CH2—CH=CH—CH2—CH2—CH=CH—CH2
|
C6H5
butadiena stirena butadiena butadiene
Karet jenis ini mempunyai ketahanan kikis yang baik dan juga panas atau kalor yang ditimbulkan
olehnya tergolong rendah. Tetapi styrene butadiene rubber yang tidak diberikan tambahan bahan
penguat memmpunyai kekuatan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan vulkanisir karet
alam. Hal tersebut dikarenakan styrene butadiene rubber adalah salah satu jenis polimer
sintetik yang dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan karet yang tidak bisa dicukupi dengan
karet alam. Seiring dengan semakin meningkatnya standar taraf hidup manusia maka kebutuhan
karet alam maupun karet sintetik akan terus mengalami peningkatan.
Aliran keluar reaktor didinginkan oleh pemasukan air dan kemudian dilanjutkan ke seluruh
rangkaian dari heat exchangers untuk menghasilkan panas. Hasil ini kemudian didinginkan lagi
oleh pemasukan air yang kedua atau oleh hidrokarbon berat. Larutan yang kental dipisahkan dan
gas dikompres kemudian dikirim ke rangkaian sederhana yaitu tempat terjadinya distilasi untuk
menghilangkan hidrokarbon ringan, hidrogen dan karbondioksida, untuk mengekstrak dan
memurnikan butadiena dan untuk mendaur ulang butena yang tidak terkonversi.
BAB III
KESIMPULAN
Secara garis besar, terdapat tiga tahap metode dalam pembuatan butadiena, yaitu Proses
UOP, Proses Philip, dan Proses Butadiena. Bahan baku untuk pembuatan butadiena adalah alkohol
atau butana. Analisis terhadap ketiga proses telah dilakukan dengan baik dari sisi kinetika reaksi,
termodinamika, dan tinjauan proses produksinya yang mungkin beserta keseluruhan peralatan
produksinya. Pemilihan proses yang efisien dapat ditinjau dari ketersediaan bahan baku, kesulitan
teknologi proses, biaya yang sangat murah, dan peralatan yang mungkin dilakukan di dalam pabrik
tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa dilihat dari kemudahan proses, biaya investasi yang
diperkirakan paling murah, serta ketersedian bahan baku dan bahan pendukung, maka proses
yang paling memungkin murah adalah Proses UOP ( Produk Satuan Minyak ). Berdasarkan hasil
analisis dengan disain yang telah dibuat, maka peralatan proses yang digunakan secara keseluruhan
adalah paling rendah diantara dua proses yang lain, reaksi terjadi pada tekanan rendah sehingga
relatif lebih aman, katalis yang digunakan yang merupakan memiliki keseluruhan sehingga dapat
menghemat waktu proses, serta konversi hasil yang diperoleh paling tinggi dibandingkan kedua
proses yang lain.
Dari berbagai penelitian yang telah kami temukan dalam mencari berbagai sumber
informasi, bahwa kami menemukan dalam kesimpulan dari pembuatan getah stirena dan butadiena
sebagai berikut :
1. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik
isopentilpirofosfat. Karet terbagi menjadi 2 yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam
mempunyai sifat daya elastisitas dan daya lentur yang baik, plastis dan tidak mudah panas,
dan tidak murah retak. Karet sintesis terdiri atas 2 macam yaitu karet sintesis untuk
kegunaan umum seperti SBR (Styrene Butadiene Rubber), BR (Butadiene Rubber), atau
PR (Polybutadiene Rubber), IR (Isoprene Rubber) dan karet sintesis untuk kegunaan
khusus seperti karet yang memiliki ketahanan terhadap minyak.
4. Pembentukan butadiena dengan dehidrogenasi katalitik dari n-butana, terdapat tiga proses
tahapan adalah Proses UOP, Proses Philip, dan Proses Butadiena. Tetapi perlu untuk
diketahui proses yang paling banyak digunakan adalah Proses dalam pembentukan
butadiene yang sesungguhnya, karena konversinya tinggi dengan waktu proses relative
singkat dari proses yang lain dalam suatu reaksi katalis yang digunakan untuk dapat
bertahan hidup.
5. Pembentukan butadiena melalui dehidrogenasi dengan aksi dari agen pengoksida, terdapat
2 metode yaitu,
(a) Kombinasi hidrogen dan iodin, tidak dipakai lagi dalam industri karena
menyebakan korosi dan banyak kehilangan iodin dan
(b) Hidrogenasi oksigen dengan pembentukan air dalam konversi butadiena
DAFTAR PUSTAKA
Aries, R. S., and Newton, R. D., 1955. “ Chemical Engineering Cost Estimation “, Mc. Graw
Hill Book Company, New York City.
Holman, J. P., 1988, ” Perpindahan Kalor ”, alih bahasa Jasifi E., edisi ke-6, Erlangga, Jakarta
https://www.scribd.com/doc/294763661/paper-pembuatan-Butadiena
Brown, GG., 1978. “ Unit Operation “, John Wiley and Sons. Inc., New York City
Brownell, L.E., and Young, E.H, 1979. “ Process Engineering Design “, 3rd Edition, Willey Eastern
Ltd. New Delhi
Chauvel, Alain and Gilles Lefebvre. 1989. Petrochemical Processes, jilid I. France. Institute
Francais du Petrole Publications.
Coulson, J.H., and Ricardson, J.F., 1983. “ Chemical Engineering Design “, Vol. 6 – 10, Pergason
Press Oxford
(https://masriantoch4n1490.wordpress.com/2012/04/10/prarancang
an-pabrik-styrene-butadiene-rubber-sbr/).
Speight, James G. 2002. Chemical and Process Design Handbook. United States of America.
McGraw-Hill.