Disusun Oleh :
(TPK – A / 1501014)
Kelompok IV
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM :1501014
Menyetujui,
Asisten Dosen I
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT , banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji hanya
layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga atas perkenannya laporan praktikum pengujian kimiawi kulit ditahun 2018 ini dapat
diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai
pelaksanaan kegiatan selama praktikum pengujian kimiawi kulit samak krom yang berdasarkan
Standar Nasional Indonesia. Adapun pelaksanaan pengujian ini sendiri memiliki berbagai macam
tujuan diantaranya adalah untuk mengetahui atau menentukan kualitas kulit secara umum,
mengevaluasi proses produksi kulit, memenuhi standart dari konsumen dan lain-lain.
Dengan selesainya laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberi masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami megucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen
2. Asisten Dosen
3. Teman-teman TPK - A
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kekurangannya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah contoh kulit dan syarat lulus uji organoleptis................................................... 48
Tabel 2.2 Jumlah contoh kulit untuk uji kimiawi dan fisis ........................................................... 49
vii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
teknologi kulit, teknologi karet dan plastik, serta teknologi produk kulit. Dimana
Politeknik ATK Yogyakarta didirikan guna menjawab tuntutan dunia industri khususnya
di bidang teknologi kulit, teknologi karet dan plastik serta teknologi produk kulit. Pada era
globalisasi seperti sekarang ini perkembangan fashion berbahan dasar kulit berkembang
pesat, oleh karena itu lulusan dari Politeknik ATK Yogyakarta diharapkan mampu menjadi
tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya agar mampu bersaing dengan dunia luar yang
semakin kompetitif.
Pengolahan Kulit. Dimana mahasiswa dibekali ilmu mengenai proses penyamakan kulit,
dari mulai bahan baku kulit mentah sampai menjadi kulit finish yang siap digunakan
sebagai bahan baku pembuatan produk kulit, melalui serangkaian proses kimiawi untuk
merubah susunan protein kolagen kulit yang pada dasarnya merupakan senyawa organik
yang mudah busuk, menjadi kulit samak yang tahan terhadap pengaruh bahan kimia,
degradasi enzim, temperatur, abrasi, dll. Penyamakan kulit sendiri terbagi menjadi empat
tahapan besar yakni : Proses Beam House Operation, dimana kulit mentah akan mengalami
proses pengasaman disertai pembuangan sisa daging, bulu, dan protein globural dalam
kulit sehingga menjadi kulit pickle. Kemudian proses Tanning, dimana kulit akan disamak
dengan bahan penyamak mineral atau nabati untuk membentuk ikatan silang antara bahan
penyamak kulit dengan kolagen kulit melalui rantai sampingnya, sehingga didapatkan
kulit wet blue. Setelah itu proses Pasca Tanning, dimana kulit wet blue akan disamak ulang
1
dengan bahan penyamak mineral, nabati, dan syntethic tanning agent sesuai dengan artikel
yang diinginkan. Kemudian proses Finishing yang bertujuan untuk memperbaiki cacat
kulit, memberikan lapisan film untuk melindungi kulit dari abrasi dan pengaruh lain, serta
memberikan penampilan kulit yang menarik sehingga meningkatkan nilai jual kulit.
Untuk membuat suatu produk berbahan dasar kulit, diperlukan kulit yang sesuai
dengan kriteria dan sifat dari produk yang akan dibuat. Dan juga untuk mengevaluasi suatu
kulit finish apakah memenuhi standart kulit finish dilakukan Pengujian Kimiawi Kulit.
Selain untuk membandingkan suatu kulit finish dengan standar, Pengujian Kimiawi Kulit
juga bermanfaat untuk membantu konsumen dalam memilih kulit yang akan dibeli sesuai
menggunakan bahan kimia tertentu untuk mengetahui kadar yang dinyatakan dalam
prosentase suatu objek dimana sampel atau contoh uji diambil dari setiap bagian dari objek
beberapa metode dan variasi pengujian dengan tujuan berbeda yang masing-masing
memiliki standar yang ditentukan dan digunakan sebagai pembanding dari hasil pengujian,
sehingga didapatkan data yang dapat dipertanggung jawabkan dan bersifat universal.
Sebelum melakukan pengujian kimiawi kulit terlebih dahulu biasanya dilakukan pengujian
organoleptis dan pengujian fisis dari kulit. Namun pengujian organoleptis sifatnya
subjektif karena tidak ada standart tertentu untuk menentukan kualitas kulit karena
pengamatan tiap orang berbeda-beda dan hanya menggunakan panca indra. Sedangkan
pengujian fisis merupakan pengujian kulit dengan adanya standart yang digunakan untuk
menentukan kualitas kulit dengan pengukuran yang dibantu dengan alat tertentu.
2
Skema Proses Pengujian Kulit
Menentukan Tanding
Menentukan/mengambil contoh
kulit untuk pengujian organoleptis
dari satu tanding
3
B. Tujuan
Yaitu dengan melalui pengujian mutu contoh kulit akan bisa mengetahui mutu atau
kualitas kulit keseluruhan atau hasil produksi yang selanjutnya dibandingkan dengan
standar (SNI).
Yaitu jika ternyata hasil pengujian menunjukkan mutu atau kualitas kulit yang kurang
baik, makan dapat mengevaluasi tahap-tahap proses pengolahan kulit yang telah
dilakukan, selanjutnya akan menjadi dasar tahap perbaikan pada proses berikutnya dan
harapannya akan memproduksi kulit dengan kualitas yang lebih baik dari sebelum
dilakukan pengujian.
Yaitu bila konsumen membawa contoh kulit yang bermutu baik maka pertama kali
akan diuji (organoleptis dan fisis) selanjutnya hasil uji tersebut akan menjadi
rancangan proses penyamakan kulit, sesuai contoh dari konsumen tadi, disusul
C. Manfaat
b. Bila dilakukan dengan alat atau bahan dan cara yang sesuai Standar Nasional
c. Bagi pengusaha produsen dengan adanya label atau sertifikasi dari lembaga yang
4
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Penyamakan Krom
Krom yang digunakan untuk bahan penyamak adalah dalam bentuk garam Cr yang
bervalensi 3. Sebagian besar bahan penyamak krom komersil memiliki basisitas 33,3%
yang sebanding dengan ukuran partikel optimum untuk penyamakan.
Perbandingan antara jumlah OH terikat dengan jumlah maksimum Cr dapat
mengikat OH disebut basisitas.Bila bahan penyamak krom diendapkan didalam substansi
kulit maka kenaikkan basisitas selanjutnya terhadap larutan ini berakibat naiknya
pengikatanbahan penyamak oleh pergeseran ukuran partikel sehingga meningkatkan
ikatan kimianya (Purnomo, 1997).
Menurut Purnomo (1997), bahan penyamak krom merupakan bahan penyamak
mineral yang paling penting. Hal ini disebabkan oleh kualitas-kualitas khusus terkait
dengan struktur molekuler dari chromium yang memungkinkan garam-
garam chromium trivalen membentuk bahan-bahan yang memiliki daya tarik kompleks
yang kuat untuk bahan kulit.
Menurut Untari (2005), Bahan penyamak mineral yang yang berasal dari logam
kromium disebut krom. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom mutunya
ditentukan oleh kadar krom (yang biasa dinyatakan sebagai krom oksidasi). Metode
penyamakan krom sangat berbeda dengan metode penyamakan nabati. Demikian pula
hasilnya.
Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemas, dan lebih tahan
terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi dan hasilnya akan lebih baik
bila dilakukan pengecatan. Karena sifat-sifat tersebut kulit samak krom lebih cocok untuk
dijadikan kulit atasan.
Penyamakan krom (chrome) merupakan penyamakan yang di mulai dengan pH
rendah atau keadaan asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3.Oleh sebab itu kulit perlu
pengasaman agar mendapatkan kondisi yang di inginkan. Lama proses penyamakan krom
biasanya memerlukan waktu antara 4 sampai 8 jam. Hal ini bukan merupakan patokan atau
standart,tetapi juga tergantung dari tebal tipisnya kulit.
5
Selesai proses penyamakan,kemasakan kulit diuji gengan air mendidih selama 2
menit. Jika terjadi pengkerutan tidak lebih dari 10%,berarti kondisi kulit sudah masak.
Faktor yang penting dalam mempengaruhi sifat fisis kulit tersamak di antaranya adalah
struktur kulit mentahnya.Kekuatan tarik merupakan salah satu faktor yang perlu di
perhatikan dalam melakukan penilaian terhadap kulit jadinya.
Kekuatan tarik yang rendah menunjukkan kualitas serat kulit yang rendah. Dalam
industri perkulitan,kulit krom menempati pasaran yang sangat baik terutama untuk kulit
atasan sepatu,sarung tangan,pakaian dan lain-lain.
Kelebihan-kelebihan kulit samak krom yaitu:
6
Menurut Jayusman dalam diktat penuntun praktikum ilmu bahan II (1982), secara
garis besar tujuan dilakukannya pengujian terhadap suatu kulit samak adalah untuk
menentukan mutu atau kualitas kulit secara umum, karena melalui suatu analisa atau
pengujian dapat ditentukan contoh kulit yang diuji tersebut bermutu baik, sedang, atau
kurang; untuk mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses penyamakan kulit karena
dari hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat pada hasil penyamakan
kulit. Sehingga dapat ditentukan pada proses-proses apa saja yang menyebabkan
terjadinya kesalahan tersebut dan dapat diperbaiki pada proses berikutnya sehingga kulit
yang dihasilkan menjadi lebih baik atau berkualitas baik.
Tujuan lain pengujian mutu kulit adalah untuk meniru atau mengikuti proses-
proses produksi kulit yang berkualitas baik sehingga untuk mengetahui proses produksinya
dilakukan pengujian terlebih dahulu terhasil kulit tersebut setelah mengetahui
karakteristiknya baru dilakukan penyusunan rancangan proses, melakukan proses
percobaan, kemudian hasilnya diuji dan terus dilakukan penyempurnaan sampai didapat
hasil yang diinginkan.
Di Indonesia masalah mutu tidak bisa lepas dari standar yang ada, yaitu SNI
(Standar Nasional Indonesia). Mutu harus diukur, untuk dapat diukur harus ada
kriteria/persyaratan yang dinyatakan dengan besaran, baik secara fisis (yang menggunakan
alat) maupun secara organoleptis (mengunakan panca indera). Hal inilah kiranya yang
mendasari pentingnya pemahaman proses pengujian kulit secara organoleptis dan fisis.
3. Pengujian Kadar Abu
Kadar abu merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui jumlah bahan-
bahan organik dan anorganik yang terdapat didalam kulit, pengujian ini dilakukan dengan
pemberian energi panas pada suhu >6000C sehingga bahan- bahan tersebut menjadi abu
dan jumlah abu yang dihasilkan ditimbang dan dinyatakansebagai persentase kadar abu.
4. Pengujian Kadar Krom
Pengujian kadar krom dalam kulit bertujuan untuk mengetahui kematangan dari
suatu kulit yang disamak dengan menggunakan bahan penyamak krom. Prinsip pengujian
krom pada dasarnya ada 2 cara yaitu:
a. Oksidasi dengan Kalium Natrium Karbonat dan Boraks
Oksidasi dilakukan dengan cara pelelehan dengan Kalium Natrium Karbonat dan
Boraks; abu dari pengujian kadar abu dilelehkan pada suhu 6000-70000C, dengan
campuran Na2CO3 dan K2CO3(dapat juga ditambah boraks), masing-masing sebanyak
2 gram, maka krom oksida akan menjadi garam kromat, kemudian didinginkan dan
7
dilarutkan dalam air, di asamkan dengan HCl, selanjutnya sebagian dari larutan
diperiksa kromnya secara yodometri dengan menambah kalium iodida dilanjutkan
dengan titrasi menggunakan larutan thiosulfat.
b. Oksidasi dengan Asam Perklorat
Abu dipindahkan dalam gelas piala, kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat
dan asam perklorat, gelas piala ditutup dengan kaca arloji lalu dipanasi sampai warna
larutan menjadi bikromat. Larutan didinginkan kemudian ditambah dengan air suling
dan dipanaskan kembali sampai klor bebasnya hilang.Selanjutnya kadar krom
oksidnya ditetapkan secara iodometri. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut;
Cr2O7 + H+ + I -
Cr 3+ + I2 + H2O
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI
Kadar krom oksida dinyatakan sebagai persen dari berat contoh kulit.
Yang dinyatakan sebagai berikut: 1 ml Thiosulfat setara dengan 0,0253 gram krom
oksida. Analisa pH: Menurut Arrhenius bahwa derajat keasaman (pH) adalah negatif
logaritma logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Pada air murni terdapat ion-ion
tersebut adalah H+dan OH-.
H2O H+ + OH-
Pada keseimbangan Ks dianggap tetap, 1 liter = 1000 gram dan mengandung 1000
: 18 = 55,5 gram molekul. K air = Ks. H2O = [H+] [OH-] = 10-14, sehingga [H+] [OH-] =
10-14. Maka [H +] = [OH] = 10 -7 gram ion perliter, ternyata satu ion H setara dengan
satuion OH-,maka dapat disimpulkan bahwa satu gram asam atau basa adalah jumlah
asam atau basa yang mengandung satu gram ion H+ atau satu ion OH-.
Untuk suatu zat tertentu dapat disebut asam apabila zat tersebut jika
dilarutkan menghasilkan ion H + dan apabila zat tersebut menghasilkan ion
OH- maka zat tersebut adalah basa.
5. Pengujian Kadar Lemak / Minyak
Pada proses pengolahan kulit, minyak/lemak tetap dipertahankan pada kadar
tertentu, bahkan pada tahap peminyakan kandungan minyak dalam kulit ditambah yang
bertujuan untuk membuat kulit menjadi lemas sehingga kulit menjadi lemas tidak kaku.
Minyak didalam kulit akan sangat mengganggu, terutama jika minyak berlebihan maka
kulit akan sukar direkatkan menggunakan lem dan akan mudah ditumbuhi jamur, dan
apabila minyak yang sangat sedikit didalam kulit maka kulit akan menjadi kaku dan mudah
retak. Untuk mengetahui jumlah minyak didalam kulit tersamak dilakukan dengan
memisahkan minyak dalam kulit tersamak dengan menggunakan bahan pelarut organik
8
antara lain: karbon tetra klorida, eter, kloroform, benzen dan lain-lain. Metode
yang digunakan adalah extraksi sedangkan pemisahan minyak dengan bahan pelarut
dilakukan dengan destilasi.
9
dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton
1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven
temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah
menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama ± 1 jam. Periode
pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah
pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45
menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan
disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan,
kelembaban dalam ruang laboratorium harus kurang dari 70%.
Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan
metode temperatur rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133˚C
dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (Crampton 1959). Metode ini memiliki
beberapa kelemahan, yaitu:
a. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.
b. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami
oksidasi.
c. Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah
dipanaskan (Soedarmadji 2003).
10
c. Dapat Mengukur air liur manusia, urine, dll, sehingga untuk menentukan asam dan
basa konstitusi.
d. Mengukur kulit atau perangkat kosmetik dan kebutuhan sehari-hari lainnya dari
pengukuran, saran umum untuk melindungi kulit asam lemah lebih baik, karena kulit
adalah asam lemah. Yang terbaik adalah antara 4 sampai 6. Penggunaan jangka
panjang dari kosmetik basa, mudah untuk membuat kulit kering, garis-garis panjang.
e. Pertanian, kehutanan dan konstruksi untuk pengukuran ph tanah. Seperti jenis
tanaman dan larutan nutrisi tanah.
f. Pengukuran PH enzim.
Kertas pH
Kertas pH (Lakmus) adalah alat Yang digunkan untuk mengukur pH Air yang
non elektronik dan mempunyai kelebihan jika air dalam kondisi keruh atau
banyak lumpur yang tercampur, Kertas pH akan lebih Akurat untuk dibuat
pengukuran pH Air.
pH Meter
pH meter adalah alat yang diguakan untuk pengkuran pH air yang elektronik
dan ini biasa di gunakan untuk air yang tidak bercampur lumpur ( air yang
jernih) karna jika dipakai dalam kondisi air yang bercampur lumpur maka pH
tersebut tidak akurat lagi dan setiap penggunaan harus di kalibrasi. pH air yang
ideal adalah 6,5 - 8,5 dan TDS kurang dari 50 ppm jika pH dibawah 6 maka
air akan asam dan jika di atas 8,5 maka air akan terasa pahit (Anonim, 2014).
11
Tabel 2.2 Parameter Grey Scale for stainning
Nilai Ketentuan
5 (baik sekali) Tidak ada noda pada kain putih
4 (baik) Terdapat noda pada kain putih yang sangat tipis
3 (cukup) Terdapat noda pada kain putih yang agak tebal
2 (sedang) Terdapat noda pada kain putih yang tebal dan tajam
1 (kurang) Terdapat noda pada kain putih yang sangat tebal, dalam dan tajam
Kulit boks adalah kulit yang berasal dari kulit sapi / anak sapi yang disamak dengan
proses lazim disebut samak krom dan umumnya digunakan untuk sepatu bagian atas /
uppper leather.
Tabel 2.3 Syarat mutu kulit boks menurut SNI 06-0234-1989
No Jenis Uji Persyaratan
Kimiawi
1. Kadar air Maks. 20%
2. Kadar abu jumlah Maks. 2% diatas Cr2O3
3. Kadar Cr2O3 Min. 3%
4. Kadar lemak 2-6 %
5. pH 3,5-7
Fisis
1. Tebal
a. Sepatu sipil 0,6 – 1,7 mm
b. Sepatu dinas 1,4 – 1,7 mm
c. Sepatu dinas lapangan 1,6 – 1,0 mm
0,5 – 0,8 mm
2. Penyamakan Masak
3. Ketahanan gosok cat tutup
a. Basah Boleh sedikit luntur
b. Kering Tidak luntur
4. Kekuatan zwick Nerf dan cat tidak retak
5. Kekuatan tarik Minimum 225 Kg/cm2
6. Ketahanan regang Maksimum 70 Kg/cm2
12
7. Ketahanan bengkuk Nerf dan cat tidak retak
20.000 kali
8. Penyerapan air
a. 2 jam Maks. 80 %
b. 24 jam Maks. 100%
Organoleptis
1. Kelepasan nerf Tidak lepas
2. Keadaan kulit Berisi, liat dan lemas
3. Cat Rata dan mengkilap
4. Ketahanan sobek Kuat
5. Kelentingan Lenting
13
BAB III.
Mistar
Pensil
Thickness
Frame
Gunting
Silver Pen
Lakban
Kain putih
Bahan:
14
b. Cara Kerja
15
3. Menentukan bagian perut, croupon dan leher.
Bagian croupon
Dari pangkal ekor ke arah leher ditarik titik dengan jarak 12,5 cm, dari
garis punggung kebawah dengn jarak 5 cm. Luas contoh uji pada bagian
croupon 20x20 cm2
Bagian perut
Dari bagian ini diambil tengah-tengah pada bagian perut luas contoh uji
yag diambil adalah 7,5x5 cm2
Bagian leher
Pada bagian ini diambil dari tengah-tengah bagian leher. Luas contoh uji
yang diambil pada bagian leher adalah 7,5x5 cm2
4. Memotong bagian contoh uji dari croupon, perut dan leher menjadi bagian
kecil-kecil.
5. Mengumpulkan potongan-potongan kecil-kecil dan memasukkan kedalam
plastik.
6. Memasukkan kedalam plastik dan mencampurnya secara merata.
16
C. Pengujian Kadar Air Kulit
a. Alat dan Bahan
Alat
1. Cawan porselin
2. Eksikator
3. Almari pengering
4. Crust tang
5. Neraca analitik
Bahan
17
D. Pengujian Kadar Abu Kulit
a. Alat dan Bahan
Alat
1. Neraca analitik
2. Eksikator
3. Crust porselin
4. Furnace
5. Crust tang
6. Sendok plastik
Bahan
18
9. Pipet tetes
10. Pipet ukur 10 ml
11. Pipet ukur 25 ml
12. Pipet gondok 50 ml
13. Propipet
14. Crust porselin
15. Buret 50 ml
16. Gelas uku 100 ml
17. Statif
Bahan
1. Contoh uji/cuplikan kulit
2. H2SO4 pekat
3. HNO3 pekat
4. HCLO4 65%
5. HCL 4N
6. Aquadest
7. KI 10%
8. Indikator amilum
9. Na2S2O3 0,1N
b. Cara Kerja
1. Menimbang abu kemudian memasukkan kedalam erlenmeyer
2. Menambahkan HNO3 pekat sebanyak 20 ml, HClO4 sebanyak 15 ml, H2SO4
pekat sebanyak 20 ml dan batu didih
3. Menutup erlenmeyer dengan corong dan memanaskan dalam almari asam
4. Mendinginkan larutan
5. Menambahkan aquadest sebanyak 125 ml kemudian memanaskan lagi hingga
mendidih
6. Mendinginkan larutan
7. Memindahkan larutan kedalam labu 500 ml kemudian menambahkan aquadest
sampai tanda batas dan menggojok hingga homogen
8. Mengambil 200 ml larutan dan memasukkan dalam erlenmeyer dengan
menambah HCl pekat sebanyak 10 ml dan larutan KI 10% sebanyak 10 ml
9. Menutup rapat larutan dan menyimpan selama 2 menit
10. Mentitrasi larutan dengan Tiosulfat 0,1 N dan menambahkan indikator amilum
19
11. Menghitung Kadar Khrome
1. Air
2. Kulit boks
3. Xylol
4. Batu didih
b. Cara Kerja
1. Memanaskan labu didih pada lemari pengering suhu 100° ± 2°C
2. Mendinginkan dalam eksikator
3. Menimbang berat kosong dari labu didih
4. Menimbang potongan kulit sebanyak 10 gram
5. Meletakkan kulit pada kertas saring lalu bungkus
6. Meletakkan labu didih yang telah dicuci bersih pada oven hingga kering
setelah kering ambil dan memasukkan pada eksikator hingga labu didih dingin
7. Mengambil cawan porselin dan mengambil batu didih satu buah dan
meletakkan batu didih tersebut pada cawan porselin
8. Mengambil pelarut xylol sebanyak 2/3 ml (166 ml) memasukkan dalam labu
didih dan meletakkan di atas kompor
20
9. Memasukkan bungkusan kertas saring dalam rangkaian alat soklet
10. Mengalirkan pendingin
11. Menghidupkan kompor
12. Melaksanakan pelarutan hingga selongsong naik turun sebanyak 15 kali
13. Mematikan kompor
14. Mengambil kulit dari rangkaian soklet
15. Melakukan destilasi, memisahkan larutan lemak menjadi lemak murni dan
pelarut dikumpulkan
16. Menghentikan pemanas sampai labu hampir kering
17. Memasukkan minyak/lemak pada cawan porselen kemudian memasukkan
pada oven
18. Mendinginkan dalam desikator
19. Menimbang sebagai berat lemak
20. Menghitung kadar lemak
G. Pengujian pH Kulit Tersamak
a. Alat dan Bahan
Alat
1. Shaker dengan frekuensi ±50 kali per menit
2. pH meter
3. Kertas pH
4. Neraca Analitik
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Beaker Gelas 100 ml
7. Gelas Arloji
8. Corong Kaca
9. Labu Ukur 100 ml
10. Pipet Gondok 50 ml
11. Pipet Ukur 10 ml
12. Propipet
13. Saringan yang bersih dan kering
14. Pipet tetes
21
Bahan
22
BAB IV.
A. Hasil Pengamatan
a. Hasil Identifikasi Kulit
1. Identifikasi
Kode : A1-4
Artikel : Kulit upper sapi samak krom
Warna : Hitam rata
Luas : 16,5 Sqft
Tebal : 1,59 mm
Kualitas : III
2. Perhitungan Tebal Rata-rata
A+B+C+D+E
Tebal Rata-rata = 5
1,5+1,45+1,65+1,7+1,65
= 5
7,95
= 5
= 1,59
b. Hasil penyiapan contoh uji
Kulit menjadi potongan kecil-kecil dengan berat ±100 gram.
c. Hasil Pengujian Kadar Air Kulit
Tabel 4.1 Pengujian kadar air kulit
NO. SAMPEL W3 W1 W2 W4
KETERANGAN :
23
W4 : Berat setelah 2 jam 30 menit
(47,012− 42,316)−(46,349−42,316)
= 𝑥 100%
(47,012− 42,316)
4,696 −4,033
= 𝑥 100%
4,696
0,663
= 4,4696 x 100%
= 14,118%
(W1−W3) – (W2−W3)
2. Kadar Air Sampel B = 𝑥 100%
(𝑊1−𝑊3)
(46,075− 41,880)−(45,470−41,880)
= 𝑥 100%
(46,075− 41,880)
4,195−3,59
= 𝑥 100%
4,195
0,605
= x 100%
4,195
= 14,421%
Perhitungan setelah 2 jam 30 menit
(W1−W3) – (W4−W3)
1. Kadar Air sampel A = 𝑥 100%
(𝑊1−𝑊3)
(47,012− 42,316)−(46,335−42,316)
= 𝑥 100%
(47,012− 42,316)
4,696 −4,019
= 𝑥 100%
4,696
0,677
= x 100%
4,4696
= 14,416%
24
(W1−W3)– (W4−W3)
2. Kadar Air Sampel B = (𝑊1−𝑊3)
𝑥 100%
(46,075− 41,880)−(45,470−41,880)
= 𝑥 100%
(46,075− 41,880)
4,195−3,59
= 𝑥 100%
4,195
0,605
= 4,195 x 100%
= 14,421%
Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑟𝑢𝑠𝑡 𝐴𝑏𝑢−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑟𝑢𝑠𝑡 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Kadar Abu A = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
10,78−10,64
= 𝑥 100%
3,13
0,14
= 3,13 𝑥 100%
= 4,47%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑟𝑢𝑠𝑡 𝐴𝑏𝑢−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑟𝑢𝑠𝑡 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Kadar Abu B = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
11,3−11,23
= 𝑥 100%
3,1
0,07
= 𝑥 100%
3,1
= 2,25%
25
e. Hasil Pengujian Kadar Chrome Teroksidasi
Tabel 4.3 Pengujian kadar chrome teroksidasi
NO. Sampel Berat Berat Berat Berat Abu + Berat Crust +
Crust Cawan + Contoh Crust Sisa Abu
Kosong Sampel Uji
1. A 10,31 13,77 3,13 10,78 10,71
2. B 11,23 14,33 3,1 11,13 -
= 7,6 %
26
f. Hasil Pengujian kadar lemak/minyak
Tabel 4.4 Pengujian kadar lemak/minyak
NO TURUN WAKTU SELISIH (MENIT)
1. 1 10.01 -
2. 2 10.48 24
3. 3 11.13 25
4. 4 11.32 19
5. 5 11.47 15
6. 6 12.07 20
7. 7 12.23 16
8. 8 12.44 21
9. 9 13.00 16
10. 10 13.21 21
11. 11 08.25 -
12. 12 08.28 23
13. 13 09.04 16
14. 14 09.21 17
15. 15 09.37 16
16. 16 09.57 20
17. 17 10.13 16
Perhitungan
Diketahui :
a. berat labu+lemak = 133,58 gram
b. berat labu = 133,34 gram
c. berat cuplikan = 10 gram
Ditanya : kadar lemak?
27
Jawab :
𝑎−𝑏
Kadar lemak = 𝑥 100%
𝑐
133,58−133,34
= 𝑥 100%
10
0,24
= 𝑥 100%
10
= 2,4%
pH Kertas
NO. SAMPEL pH awal pH akhir Selisih pH
1. A 5 5 0
2. B 4,9 5 0,1
28